Foto Gra Metri

Embed Size (px)

Citation preview

  • III PENGTIKURAN PARALAKSSTEREOSKOPIK

    Pengularan paralaks stereoskopik ada 2 cwayaitu:

    l. Cara monoskopik ( tidak dengan stereoskop )2. Cara stereoskopik ( menggunakan stereoskop dan parallat - bar )

    l. Cara MonoskopikCara ini masih dapat dibagi menjadi:

    a. Pengukuran lembar Per lembar

    b. Pengukuran dalam susunan orientasi stereoskopik

    a. Pengukuran lembar Per lembar

    Alat yang digunalian adalah penggaris biasa ataupenggaris mikro ( penggaris khusus dengan nonius sampaiketelitian tlt}ff mm)Cara pengukuran :

    l. Tiap lembar foto udara dicari pusat fotonya denganmen ggun akan fi duc ia I m a rk.

    2. Tentukan pusat foto konyugasi (conjugate principle point )masing-masing foto udara.

    3. Hubungkan pusat foto dan pusat foto konSrugasi sampaiterbentuk jalur terbang ( Sumbu X ).

    4. Buat Sumbu Y I Sumbu X.5. Pada foto udara yang lain dibuat hal seperti di atas.

    3

  • 46. Kemudian diukur paralaks titik-titik yang dikehendaki( misal titik A dan titik B ) seperti Cambar 3.1.

    Keterangan Cambar 3.1:

    Al dan A2 adalah titik-titik komplementer, demikian pula Bldan 82.

    Xar : jarak titik Ar dari Sumbu Y. Xez : jarak titik A2 dari Sumbu YXp1: jarak titik Br dari Sumbu YX62: jarak titik Bz dari Sumbu Y

    Pe: Paralaks titik APB: Paralaks titik BPa : Xar

    - ( - Xr'z ) = Xar + Xa:

    Pn : Xnr - 1 + Xnz) : Xgr - Xe,

    b. Pengukuran dalam susunan orientasi stereoskopikKedua foto udara yang berpasangan diorientasikan

    dengan bantuan stereoskop. Kemudian stereoskop dipindahkan.

    dan selanjutnya penguhtran jarak d dan D dilakukan denganmistar ( Cambar 3.2).Titik A adalah titik yang diukur paralaksnya.

    Ar dan Az adalah titik-titik komplementer.

    d : jarak dari titik Ar ke titik A2D : iarak dari PPr ke PP2Pa : paralaks stereoskoPik titik A.

    Pe:Xat+Xez:D-d

  • XEr e,

    famb.3.l : Pengukuran paralaks stereoskopik dengan cara monoskopiklembar perlembar.

    Gamb.3.2 : Susunan orientasi siereoskopik foto udara pada pengukuranparalaks.

    , Cppz

  • 62. Cara Stereoskopik Menggunakan Stereoskop dan Parallat- barParalla:rc- bar ( --parallor- meter ) adalatr batang logam yang

    dilengkapi dengan sepasang kaca yang diletakkan dengan jaraktertentu pada batang logam tersebut ( Gamb. 3.3). Kaca yang satudengan yang lain jaraknya dapat diubah- ubah dengan memutarmikrometer.

    'Pada masing-masimg kaca ada tanda o kecil atau * kecil yang

    disebut tanda apung (floating -marks /. Prinsip penggunaan tanda

    apung s;rma dengan 2 titik komplementer pada sepasang foto.

    Kalau diamati di bawah stereoskop, 2 buah lloating-ntarl

  • 'Lo I3o7

    8

    HrqsrL PEI'I B/t cAA N : 24 ,75Gamb. 3.3 : Parallav bar merk Sokkisha

    I

    Irtt

    I* '' ,lIr5i*

    Camb. 3.4: Kedudukan tanda apung pada saat mengukur paralalis titik n1

  • Berdasarkan sistem pembacaannva. parallar bar dapatdigolongkan menjadi 2 macam Yaitu:l. Parallac-bar dengan sistem baclcward - reading, seperti yang

    terdapat pada stereoskop merk Sokkisha. Pada alat ini' apabilajarak kedua keping kaca makin panjang, maka r makin kecil.

    2. Parallax -

    bar dengan sistem fortard - reading, seperti yangterdapat pada stereoskop merk Topcon. Pada alat ini, apabila ja'"Lantara keping kaca makin panjang, maka r makin besar.

    Penentuan nilai C ( konstante ) dan nilai rPerhatikan Gambar 3.4.

    hrr : Paralalis titik nr PII2: Paralahs titik nz

    Pnr : Xnr -

    ( - Xcnv ) : o - ( - bz) : bzPn2: Xcn2

    -

    ( - Xnz) : br -

    ( - o ) : brCr: bz t tntCz: b1* rn2+ untuk pembacaan baclcward- reading

    - untuk pembacaanforuard- reading

    C: C1+C22

    Contoh : Pengukuran paralaks titik puncak bangunan GelanggangMahasiswa di Bulaksumur Yog-vakarta dengan parallat'

    bar Sokkisha padafoto udara berskala 1 : 10'000'

    Oitit< A: titik puncak bangunan tersebut )'

  • 8b1 :78 mmh:76 mm

    br dan bz diukur dengan mistar

    rol dan ro diukur denganparalla't - bar

    fn! : 27 196

    tp-- 28.67

    Cr: bz * rirl : 76 + 27.96:103, 96Cz : br 4 rn2: 78 + 28, 67 : 106.67c: c,j_cr-: 103,,g6 + 106, 67 : 105. 315

    22Pembacaan dilakukan dengan baclcward - reading. diperoleh

    r^:27 .43

    g -Po * fa

    Pe : C -

    r. : 105, 315 -

    27 - 43: 77,885

  • ry PENGTIKLIRAN BEDA TINGGIPengukuran beda tinggr dapat dilalokan dengan menggunalian rumus

    mlaks sebagai berikut ( Sutanto. 1983 ):t. Ah: He . AP

    Ps+AP2. ah:H .aP

    Pe+AP3. ah=H .aP

    b +aP4. Ah:H-B . I

    Pa

    5. ah:H . aPb

    leftatikan Gambar 4.1

    Ah: beda tinggrHs: tinggi terbang pesawat dari titik B

    ( Titik B : Titik bagian bawah obyek yang diukur )'Pn: Paralaks titik BPe: Paralaks titik A ( Titik A: bagian puncak obyek ).AP: Pa

    - Pn

    H : tinggi terbang pesawat dari bidang dasar (datum plane )b :jarak dasar foto udara(photo base )B :jarak dasar udara {air- base )f

    -

    jarak fokus lensa kamera9

  • ll

    H

    I4&J!:grDAN6

    H

    itJ__

    LAU ,ir

    H

    I

    Gamb. 4 .l Bukit yang diuku beda tingginya-

  • 10

    Hasil pengukuran beda tinggi akan teliti ( akurat ) apabila foto udaraamg digunakan berskala besar yaitu I : 10. 000 atau lebih besar.-cmtoh: Suatu bukit diuliur beda tinggrnya antara dasar dan puncali dengan

    foto udara berskala l: 10. 000. Jarak fokus lensa kamera :153 mm.

    S=f/HI : 153 > H: 1530. 000 mm: 1530 m.

    10.000 H

    Paralaks titik puncak ( Po ) diukur dengan mistar:9 cmParalalis titik dasar ( Pn ) : 8 cm

    AP:Pe-Ps:(9-8)cm:1cm

    Tinggibukit-H . aP : 1530 mx 1 cm : 1530 m : 170 mP3+AP (8 + l)cm 9

    Jka diukur dengan foto udara berskala I : 50. 000 , maka hasilnyaanrh lebih besar. Hasil pengukuran dengan foto udara berskala I : 10. 000ehuh sesuai dengan kenyataan sesungguhnya.

  • V PENGIJKIJRAN JARAK HORJZONTAL

    Jarak pada foto udara tidak mencenninkan jarak sesungguhnya diapangan, karena ada pergeseran. Untuk menentukan jarak horizontal yang;esungguhnya digunakan cara grafis. karena kalau dengan mengukur relie-f -lisplacentent satvper satu akan membutuhlian waktu lama.

    Pengukuran iarak secara grafisl. Tentukan titik pusat masing- masing foto yang berpasangan.2. Letakkan plastik bening pada masing - masing foto udara.3. Titik pusat foto ( n, dan n2 ) da, titik pusat foto konyugasi

    ( n1'dan n2' ) diplot pada plastik bening.4. Tarik garis dari n1 ke Ar dan ke Br-

    -iuga garis nz a\2 dan n2 82 pada

    plastik bening ( garis AB adalah yang akan ditentukan jaralinya ).5. Masing- masing plastik bening diambil dan dipasang berimpitan

    hingga n1 berimpit dengan n'r dan n2 berimpit dengan ntz ( Gambar 5.1).6. Titik potong antara nr Ar dan n2 Az serta nr Br dan n2 Bz dihubungkan.

    Garis penghubung itu adalah jarak AB yang sudatr terkoreksi.Jarak AB di lapangan: daek H I f

    dan: Jarak AB pada foto yang sudah terkoreksi.H : tinegi terbang pesawat dari bidang dasar.f : jarak fokus lensa kamera.

    12

  • l3

    lt- -- __-- - -:.1^/.

    fir rti

    I

    IFr-i--^'ffi'

    i..lPlas tik z

    I

    II

    II

    I

    I

    Gamb.

    L5.1:

    T16711 Tlr=7.

    llll- ,- --I

    Kedudukan sepasang foto udara dan plastik bening yangmenutupinya pada penentuan jarak garis AB secara grafis.

    Iil \\ t!

  • VI PEMBLIATAN PROFIL TOPOGRAFIPembuatan profil topografi pada prinsipnya adalah melakukan

    rcngulorran beda tinggi dan-iarak horizontal seperti yang sudah dibahas pada

    lab IV dan Bab V.Perhatikan Gambar 6.1 . dan Gambar 6.2.

    l. Lakulian pengukuran beda tinggi Ahan. Ahnc, Ahcn dan Ahnr dengancara seperti pada Bab IV.

    2. Lakukan pengukuran jarak AB : dr, BC : d2, CD : d: dan DE : dadengan cara seperti pada Bab V.

    3. tlkurkan nilai- nilai beda tinggi ( ah ) dan jaraL ( d ) seperti padaGambar 6.2.

    t4

  • l5

    D

    It-/

    ;, 11,7

    Camb. 6.1.: Daerah yang dibuatsavatan ABCDE

    profil topografinya menurut arah

    ahai

    ^hsiIII

    EtD r/i/"6hDe/+ahcpilt--II

    I I

    dl d'2 dg dq

  • VII PENGUKURA}I DIPSLOPE

    Dipslope yaitu kemiringan lereng topografi yang juga merupakanemiringan lapisan batuan sedimen sering tampak jelas pada foto udara.

    Dipslope terdapat pada bentuklahan hogback,cuesta atau sayap

    ntiklin yang sudah tererosi ( berstadia dewasa ). sehingga membentuk:mbah antiklin.

    Dipslope dapat diukur dengan menggunakan:

    l. Slopemeter2. Rumus paralaks.1. Pengukuran dipslope dengan slopemeter

    . Aturlah kedudukan sepasang foto udara di bawah stereoskop sampaiterbentuk stereomodel -

    . Afiglah kedudukan slopemeter di bawah stereoskop sampai bidangslopemeter berimpit / sebidang dengan bidang dipslope( Gamb 7.1.).

    . Ukurlah kemiringan bidang slopemeter dengan busur derajat. Besarsudut itu adalah kemiringan dipslope tereksagerasi.

    . Tentukan angka eksagerasi ( E ) pengamat dengan rumus:E= s/e

    rUB

    s: tinggi stereoskope : jarak dasar mata pengamatH: tinggr terbang pesawat3: jarak dasar udara: b x penyebut skala foto6 : jarak dasar foto udara

    . Tentulian besar kemiringan dipslope dengan menggunakan slope-

    conversion chart ( Camb. 7.2).l6

  • l72. Pengukuran dipslope dengan rumus paralaks.

    Rumus paralaks yang digunakan adalah:

    Tgo(: AP. f(Ps+AP).d

    Dengan memperhatikan Gambar 7.1 :

    - Ukurlah paralaks titik A ( Pa ) dan paralaks titik B ( Pn ).- Hitung AP: Pa

    - Pe

    - f :_iarak fokus lensa kamera udara ( biasanya f : 153 mm ).- Tentukan jarak d dengan cara seperti pada Bab V.-, Dipslope:o( dapat dihitung dengan rumus tersebut di atas.

  • l8

    S lope meter

    A

    tItI

  • r9

    c6=;E(B .raCCB$F"=cd-d g-\ET

    d-)^F.VC \CilR3.** x=hctrE '5L-Lrv

    P$rcB.= EH ),.ts ;;3 E EH t* itsa\'-'- b H;.F b.Sa Hr\=atrit 8,\)FIt

  • VIII PENGIJKTIRAN TEBALLAPISAN BATTIAN

    Tebal lapisan batuan dapat dilaktrkan dengan fotogrametri apabila

    rada foto tampak -ielas kemiringan dipslope seperti pada Camb. 8.1 .

    Tebal lapisan batuan dapat ditentukan dengan cara sebagai berikut:

    - Tentukan paralaks titik A ( Po) dan paralaks ttik B ( Pn )- Hitung AP : Pa- Pn- Tentukan Ah dengan rumus :

    H: tinggr terbang pesawat udara dari bidang dasar'Tentulian dipslope (

    "( ) dengan slopemeter atau dengan rumus :

    Tgo(: AP. f(Ps+AP).d

    g: jarak fokus lensa kamera.d diukur dengan cara seperti pada Bab V.

    - tr:Ah.coso( tz:d.lllf. sino(- Tebal lapisan batuan: t: t1* t2

    t:Ah.cos

  • VIU PENGIJKLIRAN TEBALLAPISAN BATLIAN

    Tebal lapisan batuan dapat dilakukan dengan fotogrametri apabila

    rada foto tampak jelas kemiringan dipslope seperti pada Gamb. 8.1'

    Tebal lapisan batuan dapat ditentukan dengan cara sebagai berikut:

    - Tentukan paralaks titik A ( Po) dan paralaks ttik B ( Pe )- Hitung AP : Pe- Pn- Tentukan Ah den-ean rumus :

    H: tinggr terbang pesawat udara dari bidang dasar'Tentukan dipslope ("() dengan slopemeter atau dengan rumus :

    Tgo(: AP. f(Ps+AP).d

    1: jarak fokus lensa kamera.d diukur dengan cara seperti pada Bab V.

    - tr:Ah.coso( tz:d.II/f. sino(- Tebal lapisan batuan: t: t1* t2

    t:Ah.cos

  • PTN6U KU RAN2t

    TEzAL lA?lsA N Daruaxt

    A.-a-{

    IIII

    !s/i*.\..! t ial .' .'.:.:iKi::i\1:;i;l

    Gamb. 8.1. : Lapisan batupasir yang ditrkur tebalnya

    /\ H. tPATI = -'-Pr+ A?

    Trd, =

    a?'f4 (?v+DP). d <

    4* ditt;)ung,ry:tirnUs , n, alfaWdAn slope rnef,er,

    ' Slno(.Atr, bs{ + d, Lf,l-H7'Lbt) d se' Sr'fl {.

  • IX PENGTIKURAN LLIAS

    Luas bidang datar I rata dapat dihitung dengan fotogrametri der,ganeberapa metode ( Sutanto, 1986 : 190 - 196 )

    1. Metode Bujur Sangkar ( Gamb . 9.1 )2. Metode Jaringan Titik ( Gamb .9.2)3. Metode Strip ( Gamb . 9.3 )4. Metode Planimeter ( Gamb. 9.4. dan 9.5.

    l. Metode Bujur Sangkar.Mengukur luas dengan metode ini. dipakai bahan I alat berupa

    jaringan bujur sangkar ( kertas milimeter ).- Tutupilah foto udara dengan plastik bening- Delineasilah daerah yang diukur luasnya.- Letakkan jaringan bujur sangkar pada daerah yang diukur

    luasnya ( Gamb. 9.1 )- Apabila'/z g dihitung I tr- Untuk skala l: 50. 000, I cm . 500 mItr : i;# : ( 500 x 500 ) #: 250. 000 m2- Pada Gamb. 9.1, jumlah tl : 17

    Jadi. luas daerah yang diukur:17 x250.OOO # :425.10 m2

    2. Metod'e Jaringan TitikPerhatikan Cambar 9.2.

    fr:9 titik = 250. 000 m2Daerah A:34 titik. B : 13 titik, c : 9 titikLuas A:3419 x 250 0,00 m : 944444 t*Luas B:l3l9x250000m :3611ll m2

    22

  • 23

    Gamb. 9.1. : Jaringan bujur sangkar untuh mengular luas

    Gamb. 9.2 : Jaringan titik untuk mengukur luas

    rl.aaa

    aaaiDaaa

    a

    Ia

    a

    a

    a

    a

    a

    a

    a

    a

    a

    a

    a

    Aa

    a

    a

    a

    a

    a

    a

    a

    Gamb. 9.3. : Jaringan strip untuk mengukur luas

  • 24

    lamb. 9.4. : Planimeter mekanik ( Compensating Polar Planirneter witltZero Setting Device)

    Keterangan Gambar 9.4:

    l. Tracer ann ( Lengan penelustrr )2. Pole ann ( Lengan Kutub )3. Pole weight ( Pemberat )4. Hand grip ( Pegangan penelusur )5. Tracing magni-fier: tracing pitt (Lensa penelusur )6. Clamp screw ( Sekrup pengencang )7 . Fine fiioventent screw ( Seknrp dengan geralian halus )8. Tracer arrn vernier ( Pengatur jarak lengan penelusur )9. Revolution recording dial ( Lempeng / piringan pencatat putaran )l0.Measuring wheel ( roda pengukur )ll.Measuringwheel vemier ( nonius )t 2.ldler wheel13.Carriage ( Kotak tempat alat penguliur )l4.Zero setting slide bar (alat pengatur agar pembacaan kembali nol )

  • 2s

    I\Ietode StripPerhatikan Gambar 9.3

    Luas obyek: ( AB + CD + EF + GH ) AA'AA', BB', CC', ... HI{' : Give and take lines.Jarak AA', CC', .. HH' : Interv'al stripN{etode Planimeter

    Pengukuran luas dilaliukan dengan alat planimeter. Planimeter

    ada 2 macam yaitu planimeter mekanik ( Gamb. 9.4 ) dan planimeterdigital / electronic digitizer ( Gamb. 9.5 ..)

    Planimeter MekanikPerhatikan Cambar 9.4.

    Batang I dapat digerakkan ke segala arah dengan menggullakanroda. Alat ini menghitung luas obyek secara mekanik bila rodanyadigerakhan searah jarum jam sepanjang garis batas obyek yangdiiukur luasnva. Pada gerali yang berlawanan. alat ini tidakrnenghitung luas. Hasil pengukuran x konstante yang disesuaikandengan skala citra = luas obyek.

    Pengukuran luas dengan alat ini dapat dilaliukan denganmetode luar atau metode dalam. Metode luar dilakukan bila daerahyang diukur sempit. Planimeter diletakkan di luar garis pembatasbidang

    -y"ang diukur. Metode dalam dilaliukan bila daerah yangdiukur luas. Planirneter diletakkan di dalam saris pembatas bidansyang diukur.

    Luas daerah yang diukur dengan planimeter dapat diperolehdengan rumus :

  • 26

    2

    A: I P,r-Po*']x In/n ] x Unit area-

    A : Luas daerah yang diukurPur: Hasil pembacaan alihir%*-: Hasil pembacaan awalm : Penyebut skala foto udaran : Penyebut skala planimeter

    Pada beberapa -ienis planimeter. pembacaan awal dapat selalu

    dibuato(nol).Contoh menghitung luas daerah dengan planirneter berskala

    l: 1000. panjang lengan: 180, 3 mm dan tmit area: 10 #. SUtufoto udara: I : 25. 000.Pembacaan awal : Pu*: 6. 800 ( Gamb. 9.6 )Pembacaan akhir : P,r. : 6. 901 ( Camb . 9.7 )

    2

    A : I P^r - Pu* ] x ( m,h \ x {lnit orea22A: ( 6. 901

    -6. 800 ) x( 25. 000/1000 ) x l0 m))A:101 x25 xl0m

    2

    A:631. 250 m

  • 27

    Gainb. 9.5 : Planirneter digital I Electronic digitizer ( Lillesand danKiefer. 1979-dalam Sutanto. 1986 : 196 )

    Planimeter Digi tal I Electronic DigitizerLuas obyek dapat diukur dengan cepat dan cennat dengan

    lanimeter digital I electronic digitizer. Pengukuran luas dilaliulian denganrenelusuri batas obyek yang diukur luasnya. Dengan secara terus menerus

    rernberikan nilai koordinat x dan y tiap titik kepada sebuah microDrocessor.ms obyek pada citra dihitung dan dapat dibaca secara langsung.{icroprocessorjuga dapat digunakan untuk mengkonversikannya ke luas diredan secara langsung dengan unit- unit luas yang dikehendaki ( Lillesand,an Kiefer.1979 dalam Sutanto. 1986 : 195 - 196 ).

  • 32

    llltll

    Gamb. 10.3 : Bukit yang dihitung volumenya&: Luas bidang atastb : Luas bidane bau,aht : Tinggi buf.i

    -vang terukur dengan fotograrnetri

    A: Bagian yang tidak dapat dihitung v'olumenya dengan petatopografi

  • 28

    ?o' "rla'tt. i

    O berimpit drngan 8,o

    Camb. 9.6 : Piringan pengukur dan nonius pada planimeter mekanikpada pembacaan arval 6. 800

    ol29-r3't.{" 5:

    I berin pit dengan g.lGarnb. 9.7 : Piringan pengukur dan nonins pada planimeter rnekanik

    pada pembacaan akhir 6. 901

  • X PENGIJKTTRAN VOI-,TINIEBLIKTT / GIJNLING

    Volurne bukit atau gunung dapat dihitgng dengan menggunakan :

    l. Rumus kerucut terPancung :Y:tl3 (b+ ffa+a) Gamb' 10'lV: Volumet : Tinggi antara bidang bawah dan bidang atasb : Luas bidang bawaha : Luas bidang atas

    2. Rumus End -

    Areu Fornrula

    V :6,+ A2) x h --+ Camb' l0'22

    V : VolumeAr : Luas bidang atasA2 = Luas bidang bawah

    h : tinggi / jarak antara bidang atas dan bidang bawah.

    t atau h dihitung dengan rulnus paralaks:

    t : h: [I . AP ( lihat Bab 'lV )P,, + AP

    Bidang atas dan bidang barvah dihitung dengan salah satu metode

    -yang sudah dibahas Pada Bab IX.29

  • 30

    Kelebihan pengukuran volume dengan fotogrametridibandingkan dengan penguktuan dengan peta topografi adalah bahwa

    pada cara fotogrametri. bagian puncali bukit yang berada di atas garis

    kontur teratas masih dapat dihitung ( Gamb. 10.3 )

    / n----!-----:: -L --i--B - --

    Gamb. l0.l : Kerucut ter^Dancung

    V : Volume kerucut ter.oancungt : Tinggi kerucut terpancungR: Jari- jari lingkaran bawahr : Jari- jari lingkaran atas

    22v:l/3rrt(R+ R.r+r)

    2

    Karena ITR : Luas lingkaran bawah: b2

    Tlr : Luas lingkaran atas - aMaka Y:t/3(b+ffi+a)

  • DAFTAR PUSTAKA

    Anonim : Instruction Manaal for CompensatingPolar Planimeterwith Zero Setting Daice, faparu

    Bates, B.L. dan J.A. Jackson. 1987 : Glossary of Geologt, AmericanGeological Institute. Alexandria. Virginia.

    Ray. R.G.. 1960 : Aerial Photographs itt Geologic Interpretation andMappittg, United States Government Printing Office,Washington.

    Sutanto, 1983 : Pengetqhuan Dasar Fotogrametri , diktat kuliah.Fakultas Ceograf, Universitas Cadjah Mada, Yogvakarta.

    Sutanto. 1986 : Penginderaan fauh, Jilid I. Gadjah Mada UniversityPress. Yoprvakarta.

    WoE P.R., 1974 : Elements of Photogrammetry with Air photoInterpretafion and Remote Sensiltg, Mc Graw HillKogakusha, Ltd., Tok-vo.

    Yako, M., 1977: Aerial Photographic Interpretation Notes,Ceological Survey of Indonesia, Bandung.

    33

    \

  • 3l

    ,tt--F--/l/ L--'r' Az

    Gamb. 10.2 : Limas ter^oancung

    Ar: Luas bidang atasAr = Luas bidang barvah

    h : Tinggi lirnas ter-oancungV : Volume limas terpancung.

    V:6,+A, xh