Upload
indranovintnoviansyah
View
137
Download
3
Embed Size (px)
Citation preview
FRAKTUR KRANIUM DAN VERTEBRA
Fraktur Kranium
Fraktur pada tengkorak dapat berupa
Fraktur impresi (depressed fracture)
Fraktur linier
Fraktur diastasis (traumatic suture separation)
Fraktur impresi biasanya disertai kerusakan jaringan otak dan pada foto terlihat sebagai garis atau 2 garis
sejajar dengan densitas tinggi pada tulang tengkorak. Penting untuk membuat foto tangensial untuk
konfirmasi dan untuk menentukan dalamnya impresi.
Fraktur linier harus dibedakan dari sutura dan pembuluh darah. Pada foto, fraktur ini terlihat sebagai garis
radiolusen, paling sering di daerah parietal. Garis fraktur biasanya lebih radiolusen daripada pembuluh
darah dan arahnya tidak teratur.
Fraktur pada dasar tengkorak seringkali sukar dilihat. Sebaiknya di samping foto basis cranium dibuat
juga foto lateral kepala dengan pasien terlentang dan sinar horizontal. Adanya bayangan cairan (air-fluid
level) dalam sinus sphenoid menunjukkan adanya fraktur basis cranium.
Fraktur diastasis lebih sering pada anak-anak dan terlihat sebagai pelebaran sutura.
Fraktur Vertebra
Pemeriksaan radiologi yang dapat dilakukan pada trauma tulang belakang meliputi:
Pemeriksaan konvensional
Tomografi konvensional
CT-scan atau Ct mielo
MRI
tergantung dari indikasinya.
Pemeriksaan konvensional masih merupakan pemeriksaan utama dan pemeriksaan pertama yang harus
dilakukan. Pemeriksaan CT scan dan MRI dilakukan untuk melengkapi pemeriksaan konvensional untuk
evaluasi yang lebih detail atau melihat kelainan yang tidak dapat pada pemeriksaan konvensional,
misalnya untuk melihat fraktur dengan CT scan atau untuk melihat kalainan pada medulla spinalis dengan
MRI.
1. Tulang belakang servikal
Pemeriksaan radiologik bergantung pada keadaan pasien. Pada pasien dengan trauma berat (tidak
sadar, fraktur multipel, dan sebagainya) pemeriksaan harus dilakukan dengan hati-hati dan semua
foto harus dibuat dengan berbaring terlentang dan manipulasi sesedikit mungkin. Foto yang
terpenting adalah foto lateral dengan pasien berbaring dan sinar horizontal.
2
Biasanya segmen bawah tulang leher (CVI-VII) tertutup oleh bahu. Untuk mengatasi hal ini bahu
direndahkan dengan cara menarik kedua lengan penderita ke bawah. Proyeksi oblik dapat
menambah informasi tentang keadaan pedikel, foramina intervetebra, dan sendi apofiseal.
Bila keadaan pasien lebih baik, sebaiknya dibuat:
Foto AP, termasuk dengan mulut terbuka untuk melihat C1 dan C2
Foto lateral
Foto oblik kanan dan kiri
Klasifikasi trauma servikal
A. Klasifikasi berdasarkan mekanisme trauma
a. Hiperfleksi
b. Fleksi-rotasi
c. Hiperekstensi
d. Ekstensi-rotasi
e. Kompresi vertical
B. Klasifikasi berdasarkan derajat kestabilan
a. Stabil
b. Tidak stabil
Stabilitas dalam hal trauma tulang servikal dimaksudkan tetap utuhnya komponen
ligament-skeletal pada saat terjadinya trauma sehingga memungkinkan tidak terjadinya
pergeseran satu segmen tulang leher terhadap lainnya.
Trauma hiperfleksi
1. Subluksasi anterior: terjadi robekan pada sebagian ligament di posterior tulang leher ligament
longitudinal anterior utuh. Termasuk lesi stabil. Tanda penting pada subluksasi anterior
adalah adanya angulasi ke posterior (kifosis) local pada tempat kerusakan ligament. Tanda-
tanda lainnya:
Jarak yang melebar antara prosesus spinosus
Subluksasi sendi apofiseal
2. Bilateral interfacetal dislocation
Terjadi robekan pada ligamen longitudinal anterior dan kumpulan ligamen di posterior tulang
leher. Lesi tidak stabil. Tampak dislokasi anterior korpus vertebra. Dislokasi total sendi
apofiseal.
3. Flexion tear drop fracture dislocation
Tenaga fleksi murni ditambah komponen kompresi menyebabkan robekan pada ligament
longitudinal anterior dan kumpulan ligament posterior disertai fraktur avulsi pada bagian
antero-inferior korpus vertebra. Lesi tidak stabil. Tampak tulang servikal dalam fleksi:
Fragmen tulang berbentuk segitiga pada bagian antero-inferior korpus vertebra
Pembengkakan jaringan lunak pravertebral
4. Wedge fracture
3
Vertebra terjepit sehingga berbentuk baji. Ligament longitudinal anterior dan kumpulan
ligament posterior utuh sehingga lesi ini bersifat stabil.
5. Clay shoveler’s fracture
Fleksi tulang leher dimana terdapat kontraksi ligamen posterior tulang leher mengakibatkan
terjadinya fraktur oblik pada prosesus spinosus; biasanya pada CVI-CVII atau Th1.
Trauma fleksi rotasi
Terjadi dislokasi interfacetal pada satu sisi. Lesi stabil walaupun terjadi kerusakan pada ligament
posterior termasuk kapsul sendi apofiseal yang bersangkutan.
Tampak dislokasi anterior korpus vertebra. Vertebra yang bersangkutan dan vertebra
proksimalnya dalam posisi oblik, sedangkan vertebra distalnya tetap dalam posisi lateral.
Trauma hiperekstensi
1. Fraktur dislokasi hiperekstensi
Dapat terjadi fraktur ped8ikel, prosesus artikularis, lamina, dan prosesus spinosus. Fraktur avulse
korpus vertebra bagian postero-inferior. Lesi tidak stabil karena terdapat kerusakan pada elemen
posterior tulang leher dan ligament yang bersangkutan.
2. Hangman’s fracture
Terjadi fraktur arkus bilateral dan dislokasi anterior CII terhadap CIII.
Trauma ekstensi-rotasi
Terjadinya fraktur pada prosesus artikularis satu sisi.
Fraktur kompresi vertical
Terjadinya fraktur ini akibat diteruskannya tenaga trauma melalui kepala, kondilus oksipitalis, ke
tulang leher.
1. Bursting fracture dari atlas (Jefferson’s fracture)
2. Bursting fracture vertebra servikal tengah dan bawah
2. Tulang belakang torakal dan lumbal
Pemeriksaan radiologik rutin untuk trauma tulang belakang torakal dan lumbal adalah
proyeksi AP dan lateral. Bila trauma berat, maka foto dibuat dengan pasien tidur telentang dan
foto lateral dibuat dengan sinar horizontal.
Fraktur vertebra torakal bagian atas dan tengah jarang terjadi, kecuali bila trauma berat
atau ada osteoporosis. Karena kanalis spinal di daerah ini sempit, maka sering disertai kelainan
neurologik. Mekanisme trauma biasanya bersifat kompresi atau trauma langsung. Pada kompresi
terjadi fraktur kompresi vertebra, sedangkan pada trauma langsung dapat timbul elemen posterior
4
vertebra, korpus vertebra, dan iga di dekatnya. Pada fraktur kompresi tampak korpus vertebra
berbentuk baji pada foto lateral.
Pada foto AP, adanya pelebaran bayangan mediastinum di daerah yang bersangkutan
menunjukkan adanya hematom paravertebral. Pada daerah torakolumbal dan lumbal, mekanisme
trauma dapat bersifat fleksi, ekstensi, rotasi, atau kompresi vertical. Trauma fleksi merupakan
yang paling sering dan menimbulkan fraktur kompresi.
Trauma rotasi paling sering terjadi pada vertebra torakolumbal (Tx-L1) dan dapat
menimbulkan fraktur dislokasi disebabkan karena kerusakan pada elemen posterior vertebra.
Pengendara mobil yang memakai sabuk pengaman dapat mengalami seat-belt injury
(Chance fracture) di daerah lumbal bila kendaraan yang melaju cepat mendadak direm. Trauma
vertebra terjadi karena fleksi tulang belakang dan menyebabkan kerusakan pada elemen posterior
vertebra.
Gambar 1-3 berikut menunjukkan dislokasi vertebra servikalis.
Gambar 1.
5
Di bawah ini dapat dilihat skema pada gambar 6 dan radiologis fraktur teardrop fleksi pada
gambar 4, 5, 7, dan 8.
Gambar 2.
Gambar 3.
Gambar 4.
6
Gambar 5
Gambar 6.
7
Gambar 7.
Gambar 8.
8
Skema fraktur prosesus spinosus akibat kontraksi ligamentum posterior yang dikenal sebagai fraktur Clay
Shoveler dapat dilihat pada gambar 9; 10-11 berupa gambaran radiologis.
Gambar 9.
Gambar 10.
9
Dibawah ini terdapat skema fraktur Hangman dan gambaran radiologis fraktur tersebut pada gambar 12
dan 13-14.
Gambar 11.
Gambar 12.
10
Berikut ini merupakan radiologis dislokasi interfasetal unilateral (gambar 15.).
Gambar 13. Gambar 14.
Gambar 15.
11
Fraktur prosesus artikularis kanan atau Fraktur Pillar dapat dilihat pada gambar 16 di bawah ini.
Dislokasi massa lateralis pada os atlas disajikan dalam gambar 17-18 berupa gambaran radiologis dan
gambar 19 berupa skematis, yang disebut Fraktur Jefferson atau Burst fracture atlas.
Gambar 16.
Gambar 17.
Gambar 18.
12
Gfgfgdfdfdf
Gambar 20 berikut menunjukkan skema dan radiologis dari fraktur kompresi vertebra torakalis.
Gambar 19.
Gambar 20.
13
Pada gambar 21 dan 22 berikut ini dipaparkan contoh gambaran radiologis fraktur cranium yakni fraktur
linier os temporal.
Gambar 21.
Gambar 22.
14
DAFTAR PUSTAKA
1. Rasad, Sjahriar. 2009. Radiologi Diagnostik Edisi Kedua. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
2. www.emedicine.medscape.com Diakses pada tanggal 10 Desember 2009.
3. www.eorthopod.com Diakses pada tanggal 10 Desember 2009.