Upload
cut-rahil
View
51
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
5/26/2018 fraktur femur
1/32
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar BelakangLayanan kesehatan yang dikembangkan oleh pemerintah tercantum dalam
sistem kesehatan meliputi upaya peningkatan (promotif), upaya pencegahan
(preventif), upaya penyembuhan (kuratif) dan upaya pemulihan (rehabilitatif).
Dalam upaya mewujudkan pelayanan yang menyeluruh tersebut
diperlukan adanya kerjasama dari berbagai pihak dan disiplin ilmu. Dalam hal ini
Fisioterapi sebagai bagian dari pelayanan kesehatan ikut berperan dan
bertanggung jawab dalam upaya meningkatkan kapasitas fisik dan kemampuan
fungsional supaya pasien dapat hidup mandiri secara optimal.
Dengan adanya kemajuan IPTEK mengakibatkan peningkatan mobilitas
masyarakat baik melaui darat, laut, udara sehingga semakin mempermudah
komunikasi antar masyarakat. Selain dampak positif tidak dapat dipungkiri bahwa
akan timbul pula berbagai dampak negatif, diantaranya adalah meningkatnya
resiko terjadinya kecelakaan lalu lintas, kecelakaan kerja, dan trauma trauma
lainnya. Salah satu kondisi yang cukup banyak terjadi akibat kecelakaan lalu
lintas adalah adanya fraktur pada tulang femur yang dapat menimbulkan kekakuan
pada sendi lutut.
Menurut Appley (1995), fraktur adalah patahan kontinuitas struktur tulang.
Patahan tadi mungkin tak lebih dari suatu retakan, suatu pengisutan atau
perimpilan korteks, biasanya patahan itu lengkap dengan fragmen tulang bergeser.
Kalau kulit diatasnya masih utuh, keadaan ini disebut fraktur tertutup atau
sederhana, kalau kulit atau salah satu dari rongga tubuh tertembus, keadaan ini
5/26/2018 fraktur femur
2/32
2
disebut fraktur terbuka atau compound, yang cenderung mengalami kontaminasi
dan infeksi. Dari patah tulang tersebut hal ini dapat mengakibatkan terjadinya
kekakuan (stiff) pada sendi lutut.
Fraktur pada femur dapat diberikan beberapa penanganan diantaranya
yaitu Fisioterapi. Fisioterapi di artikan sebagai bentuk pelayanan dan ditujukan
kepada individu dan atau kelompok untuk mengembangkan pemeliharaan dan
memulihkan gerak dan fungsi tubuh sepanjang daur hidup kehidupan dengan
menggunakan penanganan secara manual, peningkatan gerak, peralatan (fisik,
elektroterapeutik dan mekanis), pelatihan fungsi, komunikasi (SK.MENKES RI
NO.1363/MENKES/SK/XII/001.Pasal 1 dan 2).
Trauma adalah suatu keadaan ketika seseorang mengalami cedera karena
salah satu sebab. Penyebab trauma antara lain kecelakaan lalu lintas, industri,
olahraga, maupun kecelakaan rumah tangga. Dampak dari kecelakaan tersebut
dapat mengakibatkan fraktur atau patah tulang, cedera tulang belakang, cedera
kepala, dan sebagainya.
Jenis kasus yang dapat diintervensi oleh Fisioterapi bermacam-macam,
salah satunya adalah femur yang disebabkan karena trauma langsung sehingga
menyebabkan tulang femur mengalami fraktur, sehingga memungkinkan korban
harus mendapat perawatan dari tim medis yang professional dengan berbagai
teknologi kesehatan. Sehubungan dengan hal tersebut, Fisioterapi mempunyai
peran yang sangat penting untuk meminimalisir keluhan yang biasanya diderita
terutama setelah pasca imobilisasi, yaitu berupa kekakuan sendi, nyeri, adanya
keterbatasan gerak serta komplikasi lainnya yang memungkinkan terjadi pada
kondisi ini.
5/26/2018 fraktur femur
3/32
3
B. Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang tersebut, maka permasalahan yang diangkat
peneliti adalah Fraktur Femur. Adapun rumusan masalah yang akan diangkat
adalah:
1. Apakah yang dimaksud Fraktur Femur?2. Apakah etiologiFraktur Femur?3. Bagaimana tanda dan gejala Fraktur Femur?4. Bagaimana penatalaksanaan dari Fraktur Femur?
C. Tujuan MasalahDari rumusan masalah tersebut, maka tujuan yang dapat dicapai penulis
yaitu, sebagai berikut :
1. Mengetahui definisi Fraktur Femur2. Mengetahui etiologi Fraktur Femur3. Mengetahui tanda dan gejala Fraktur Femur4. Mengetahui penatalaksanaan Fraktur Femur
D. Manfaat PenulisanTulisan ini diharapkan dapat menjadi salah satu sumber informasi baik
bagi tenaga kesehatan ataupun masyarakat umum mengenai Fraktur Femur.
5/26/2018 fraktur femur
4/32
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. DefinisiFraktur adalah patah tulang atau terputusnya kontinuitas jaringan tulang
yang ditentukan sesuai dengan jenis dan luasnya (Smeltzer & Bare, 2000). Fraktur
merupakan setiap retak atau patah pada tulang yang utuh (Reeves, Roux,
Lockhart, 2001). Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan
tulang atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa (Mansjoer,
2000).
Fraktur femur adalah terputusnya kontinuitas batang femur yang bisa
terjadi akibat trauma langsung (kecelakaan lalu lintas, jatuh dari ketinggian), dan
biasanya lebih banyak dialami oleh laki-laki dewasa. Patah pada daerah ini dapat
menimbulkan perdarahan yang cukup banyak, mengakibatkan penderita jatuh
dalam syok (FKUI, 1995).
Fraktur dapat terjadi pada semua tingkat umur, yang beresiko tinggi untuk
terjadinya fraktur adalah orang yang lanjut usia, orang yang bekerja yang
membutuhkan kesimbangan, masalah gerakan, pekerjaan-pekerjaan yang beresiko
tinggi (tukang besi, supir, pembalap mobil, orang dengan penyakit degeneratif
atau neoplasma) (Reeves, Roux, Lockhart, 2001).
B. Anatomi dan FisiologiPersendian panggul merupakan bola dan mangkok sendi dengan
acetabulum bagian dari femur, terdiri dari : kepala, leher, bagian terbesar dan
kecil, trokhanter dan batang, bagian terjauh dari femur berakhir pada kedua
5/26/2018 fraktur femur
5/32
5
kondilas. Kepala femur masuk acetabulum. Sendi panggul dikelilingi oleh kapsula
fibrosa, ligamen dan otot. Suplai darah ke kepala femoral merupakan hal yang
penting pada faktur hip. Suplai darah ke femur bervariasi menurut usia. Sumber
utamanya arteri retikuler posterior, nutrisi dari pembuluh darah dari batang femur
meluas menuju daerah tronkhanter dan bagian bawah dari leher femur (Platzer,
1995).
Gambar 2.1
Os Femur (Puzt, 2006)
5/26/2018 fraktur femur
6/32
6
C. Klasifikasi FrakturPenampikan fraktur dapat sangat bervariasi tetapi untuk alasan yang
praktis, dibagi menjadi beberapa kelompok, yaitu (Smeltzer and Bare, 2003):
1. Berdasarkan sifat fraktur (luka yang ditimbulkan).a. Faktur Tertutup (Closed), bila tidak terdapat hubungan antara fragmen
tulang dengan dunia luar, disebut juga fraktur bersih (karena kulit masih
utuh) tanpa komplikasi.
b. Fraktur Terbuka (Open/Compound), bila terdapat hubungan antarahubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar karena adanya
perlukaan kulit.
2. Berdasarkan komplit atau ketidakklomplitan fraktur.a. Fraktur Komplit, bila garis patah melalui seluruh penampang tulang
atau melalui kedua korteks tulang seperti terlihat pada foto.
b. Fraktur Inkomplit, bila garis patah tidak melalui seluruh penampangtulang seperti:
1) Hair Line Fraktur (patah retidak rambut)2) Buckle atau Torus Fraktur, bila terjadi lipatan dari satu korteks
dengan kompresi tulang spongiosa di bawahnya.
3)
Green Stick Fraktur, mengenai satu korteks dengan angulasi
korteks lainnya yang terjadi pada tulang panjang.
3. Berdasarkan bentuk garis patah dan hubungannya dengan mekanismetrauma.
a. Fraktur Transversal: fraktur yang arahnya melintang pada tulang danmerupakan akibat trauma angulasi atau langsung.
5/26/2018 fraktur femur
7/32
7
b. Fraktur Oblik: fraktur yang arah garis patahnya membentuk sudutterhadap sumbu tulang dan meruakan akibat trauma angulasi juga.
c. Fraktur Spiral: fraktur yang arah garis patahnya berbentuk spiral yangdisebabkan trauma rotasi.
d. Fraktur Kompresi: fraktur yang terjadi karena trauma aksial fleksi yangmendorong tulang ke arah permukaan lain.
e. Fraktur Avulsi: fraktur yang diakibatkan karena trauma tarikan atautraksi otot pada insersinya pada tulang.
4. Berdasarkan jumlah garis patah.a. Fraktur Komunitif: fraktur dimana garis patah lebih dari satu dan saling
berhubungan.
b. Fraktur Segmental: fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidakberhubungan.
c. Fraktur Multiple: fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidakpada tulang yang sama.
5. Berdasarkan pergeseran fragmen tulang.a. Fraktur Undisplaced (tidak bergeser): garis patah lengkap tetapi kedua
fragmen tidak bergeser dan periosteum masih utuh.
b.Fraktur Displaced (bergeser): terjadi pergeseran fragmen tulang yang
juga disebut lokasi fragmen, terbagi atas:
1) Dislokasi ad longitudinam cum contractionum (pergeseran searahsumbu dan overlapping).
2) Dislokasi ad axim (pergeseran yang membentuk sudut).
5/26/2018 fraktur femur
8/32
8
3) Dislokasi ad latus (pergeseran dimana kedua fragmen salingmenjauh).
6. Berdasarkan posisi frakurSebatang tulang terbagi menjadi tiga bagian:
a. 1/3 proksimalb. 1/3 medialc. 1/3 distal
7. Fraktur Kelelahan: fraktur akibat tekanan yang berulang-ulang.8. Fraktur Patologis: fraktur yang diakibatkan karena proses patologis tulang.9. Pada fraktur tertutup ada klasifikasi tersendiri yang berdasarkan keadaan
jaringan lunak sekitar trauma, yaitu:
a. Tingkat 0: fraktur biasa dengan sedikit atau tanpa ceddera jaringanlunak sekitarnya.
b. Tingkat 1: fraktur dengan abrasi dangkal atau memar kulit dan jaringansubkutan.
c. Tingkat 2: fraktur yang lebih berat dengan kontusio jaringan lunakbagian dalam dan pembengkakan.
d. Tingkat 3: cedera berat dengan kerusakan jaringan lunak yang nyatadan ancaman sindroma kompartement.
Dari berbagai macam klasifikasi yang telah dijelaskan, maka dapat kita
simpulkan bahwa ada 2 tipe dari fraktur femur, yaitu :
1. Fraktur IntrakapsulerFraktur Intrakapsuler yaitu femur yang terjadi di dalam tulang sendi,
panggul dan kapsula.
5/26/2018 fraktur femur
9/32
9
a. Melalui kepala femur (capital fraktur)b. Hanya di bawah kepala femurc. Melalui leher dari femur
2. Fraktur Ekstrakapsulera. Terjadi di luar sendi dan kapsul, melalui trokhanter femur yang lebih
besar/yang lebih kecil /pada daerah intertrokhanter.
b. Terjadi di bagian distal menuju leher femur tetapi tidak lebih dari 2 incidi bawah trokhanter kecil.
D. EtiologiMenurut Sachdeva dalam Jitowiyono dkk (2010: 16), penyebab fraktur
dapat dibagi menjadi tiga yaitu:
1. Cedera traumatikCedera traumatik pada tulang dapat disebabkan oleh:
a. Cedera langsung berarti pukulan/kekerasan langsung terhadap tulangsehingga tulang patah secara spontan ditempat itu. Pemukulan biasanya
menyebabkan fraktur melintang dan kerusakan pada kulit diatasnya.
b. Cedera tidak langsung berarti pukulan langsung berada jauh dari lokasibenturan, misalnya jatuh dengan tangan berjulur dan menyebabkan
fraktur klavikula.
c. Fraktur yang disebabkan kontraksi keras yang mendadak dari otot yangkuat.
5/26/2018 fraktur femur
10/32
10
2. Fraktur patologikDalam hal ini kerusakan tulang akibat proses penyakit dimana dengan
trauma minor dapat mengakibatkan fraktur, dapat juga terjadi pada
berbagai keadaan berikut:
a. Tumor tulang (jinak atau ganas), pertumbuhan jaringan baru yang tidakterkendali dan progresif.
b. Infeksi seperti osteomielitis, dapat terjadi sebagai akibat infeksi akutatau dapat timbul sebagai salah satu proses yang progresif, lambat dan
sakit nyeri.
c. Rakhitis, suatu penyakit tulang yang disebabkan oleh difisiensi vitaminD yang mempengaruhi semua jaringan skelet lain, biasanya disebabkan
oleh defisiensi diet, tetapi kadang-kadang dapat disebabkan kegagalan
absorbsi vitamin D atau oleh karena asupan kalsium atau fosfat yang
rendah.
3. Secara spontanDisebabkan oleh stress tulang yang terus menerus misalnya pada penyakit
polio dan orang yang bertugas di kemiliteran (Jitowiyono dkk, 2010:16).
E. Tanda dan GejalaMenurut Smeltzer & Bare (2002:2358), tanda dan gejala fraktur adalah
nyeri, hilangnya fungsi, deformitas, pemendekan ekstremitas, krepitasi,
pembengkakan lokal dan perubahan warna.
1. Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulangdiimobilisasi.
5/26/2018 fraktur femur
11/32
11
2. Setelah terjadi fraktur, bagian-bagian tak dapat digunakan dan cenderungbergerak secara tidak alamiah. Pergeseran fragmen pada fraktur lengan
atau tungkai menyebabkan deformitas ekstremitas, yang bisa diketahui
dengan membandingkan dengan ekstremitas yang normal. Ektremitas tak
dapat berfungsi dengan baik karena fungsi normal otot bergantung pada
fungsi tulang tempat melekatnya otot.
3. Pada fraktur panjang terjadi pemendekan tulang, yang sebenarnya karenakontraksi otot yang melekat diatas dan dibawah tempat fraktur.
4. Saat ekstremitas diperiksa dengan tangan, teraba adanya derik tulang yangdinamakan krepitasi yang teraba akibat gesekan antara fragmen satu
dengan yang lainnya. ( uji kripitasi dapat membuat kerusakan jaringan
lunak lebih berat).
5. Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi sebagaiakibat trauma dan perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini bisa baru
terjadi setelah bebebrapa jam atau hari setelah cedera.
F. PatofisiologiTulang bersifat rapuh namun cukup mempunyai kekuatan dan gaya pegas
untuk menahan tekanan (Apley, A. Graham, 1993). Tapi apabila tekanan eksternal
yang datang lebih besar dari yang dapat diserap tulang, maka terjadilah trauma
pada tulang yang mengakibatkan rusaknya atau terputusnya kontinuitas tulang
(Carpnito, Lynda Juall, 1995).
Setelah terjadi fraktur, periosteum dan pembuluh darah serta saraf dalam
korteks, marrow, dan jaringan lunak yang membungkus tulang rusak. Perdarahan
5/26/2018 fraktur femur
12/32
12
terjadi karena kerusakan tersebut dan terbentuklah hematoma di rongga medula
tulang. Jaringan tulang segera berdekatan ke bagian tulang yang patah. Jaringan
yang mengalami nekrosis ini menstimulasi terjadinya respon inflamasi yang
ditandai denagn vasodilatasi, eksudasi plasma dan leukosit, dan infiltrasi sel darah
putih. ini merupakan dasar penyembuhan tulang (Black, J.M, et al, 1993).
Apabila terjadi terputusnya kontinuitas tulang, maka hal tersebut akan
mempengaruhi berbagai struktur yang ada disekitarnya, seperti otot dan pembuluh
darah. Akibat yang terjadi sangat tergantung pada berat ringannya fraktur yang
dapat dilihat dari tipe, luas, dan lokasi fraktur itu sendiri. Pada umumnya terjadi
edema pada jaringan lunak, perdarahan otot dan persendian, dislokasi atau
pergeseran tulang, rupture tendon, putus persarafan, kerusakan pembuluh darah,
dan perubahan bentuk tulang, serta terjadinya deformitas.
Bila terjadi patah tulang maka sel-sel tulang akan mati. Perdarahan
biasanya terjadi disekitar tempat patah dan kedalaman jaringan lunak disekitar
tulang tersebut. Jaringan lunak biasanya juga mengalami kerusakan. Reaksi
peradangan hebat timbul setelah fraktur (Smeltzer dan Bare, 2002).
G. Proses Penyembuhan TulangTulang bisa beregenerasi sama seperti jaringan tubuh yang lain. Fraktur
merangsang tubuh untuk menyembuhkan tulang yang patah dengan jalan
membentuk tulang baru diantara ujung patahan tulang. Tulang baru dibentuk oleh
aktivitas sel-sel tulang. Ada lima stadium penyembuhan tulang, yaitu (Smeltzer &
Bare, 2002:2268):
5/26/2018 fraktur femur
13/32
13
1. Stadium Satu (Pembentukan Hematoma)Pembuluh darah robek dan terbentuk hematoma disekitar daerah fraktur.
Sel-sel darah membentuk fibrin guna melindungi tulang yang rusak dan
sebagai tempat tumbuhnya kapiler baru dan fibroblast. Stadium ini
berlangsung 2448 jam dan perdarahan berhenti sama sekali.
2. Stadium Dua (Proliferasi Seluler)Pada stadium ini terjadi proliferasi dan differensiasi sel menjadi fibro
kartilago yang berasal dari periosteum,`endosteum, dan bone marrow yang
telah mengalami trauma. Sel-sel yang mengalami proliferasi ini terus
masuk ke dalam lapisan yang lebih dalam dan disanalah osteoblast
beregenerasi dan terjadi proses osteogenesis. Dalam beberapa hari
terbentuklah tulang baru yang menggabungkan kedua fragmen tulang yang
patah. Fase ini berlangsung selama 8 jam setelah fraktur sampai selesai,
tergantung frakturnya.
3. Stadium Tiga (Pembentukan Kallus)Sel-sel yang berkembang memiliki potensi yang kondrogenik dan
osteogenik, bila diberikan keadaan yang tepat, sel itu akan mulai
membentuk tulang dan juga kartilago. Populasi sel ini dipengaruhi oleh
kegiatan osteoblast dan osteoklast mulai berfungsi dengan mengabsorbsi
sel-sel tulang yang mati. Massa sel yang tebal dengan tulang yang imatur
dan kartilago, membentuk kallus atau bebat pada permukaan endosteal dan
periosteal. Sementara tulang yang imatur (anyaman tulang) menjadi lebih
padat sehingga gerakan pada tempat fraktur berkurang pada 4 minggu
setelah fraktur menyatu.
5/26/2018 fraktur femur
14/32
14
4. Stadium Empat (Konsolidasi)Bila aktivitas osteoclast dan osteoblast berlanjut, anyaman tulang berubah
menjadi lamellar. Sistem ini sekarang cukup kaku dan memungkinkan
osteoclast menerobos melalui reruntuhan pada garis fraktur, dan tepat
dibelakangnya osteoclast mengisi celah-celah yang tersisa diantara
fragmen dengan tulang yang baru. Ini adalah proses yang lambat dan
mungkin perlu beberapa bulan sebelum tulang kuat untuk membawa beban
yang normal.
5. Stadium Lima (Remodelling)Fraktur telah dijembatani oleh suatu manset tulang yang padat. Selama
beberapa bulan atau tahun, pengelasan kasar ini dibentuk ulang oleh proses
resorbsi dan pembentukan tulang yang terus-menerus. Lamellae yang lebih
tebal diletidakkan pada tempat yang tekanannya lebih tinggi, dinding yang
tidak dikehendaki dibuang, rongga sumsum dibentuk, dan akhirnya
dibentuk struktur yang mirip dengan normalnya.
H. DiagnosisDari mekanisme trauma pada paha. Sering didapatkan keluhan nyeri pada
luka terbuka.
1. Look : pada fraktur femur terbuka terlihat adanya luka terbuka pada pahadengan deformitas yang jelas. Kaji seberapa luas kerusakan jaringan lunak
yang terlibat. Kaji apakah pada luka terbuka ada fragmen tulang yang
keluar dan apakah terdapatnya kerusakan pada jaringan beresiko
5/26/2018 fraktur femur
15/32
15
meningkat respon syok hipovolemik. Pada fase awal trauma kecelakaan
lalu lintas darat yang mengantarkan pada resiko tinggi infeks.
2. Pada fraktur femur tertutup sering ditemukan kehilangan fungsi,deformitas, pemendekan ekstremitas atas karena kontraksi otot, kripitasi,
pembengkakan, dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi akibat
trauma dan perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini dapat terjadi
setelah beberapa jam atau beberapa setelah cedera.
3. Feel : adanya keluhan nyeri tekan dan adanya kripitasi4. Move : daerah tungkai yang patah tidak boleh digerakan, karena akan
memberika respon trauma pada jaringan lunak disekitar ujung fragmen
tulang yang patah (Muttaqin, 2009: 303).
I. Assessment1. Anamnesis
Anamnesis pada pasien Fraktur Femur mencakup identitas pasien (nama,
usia, jenis kelamin, pekerjaan, alamat, agama, tanggal masuk RS, diagnosa medis,
tgl operasi, jenis operasi dan tanggal pemeriksaan) dan riwayat penyakit (keluhan
utama, riwayat penyakit sekarang dan riwayat penyakit dahulu), data didapat
dengan cara wawancara secara langsung pada pasien atau keluarga pasien, selain
itu data dapat kita dapatkan dari dokter yang merujuk dan perawat.
2. InspeksiIni dilihat sejak pasien masuk keruangan fisioterapi. Inspeksi yang
dilakukan dimulai dari warna kulit pasien, oedema, atropy otot, dan bekas sayatan
5/26/2018 fraktur femur
16/32
16
saat operasi serta melihat kemampuan berjalan saat latihan berjalan sehingga bisa
diketahui kondisi serta kemampuan gerak dan fungsinya.
3. Pemeriksaan Gerak dan FungsiPemeriksaan ini meliputi fungsi gerak pasif dan aktif, pada tungkai yang
patologis, gerakan yang dilakukan adalah gerakan yang mengindikasikan, dan
tidak melakukan gerakan yang menjadi kontra indikasi. Dari hasil pemeriksaan ini
bisasanya didapat keterbatasan gerak karena adanya nyeri, oedema, kekakuan dan
spasme otot.
4. Test Khususa. Palpasi
Biasanya palpasi dilakukan setelah pemeriksaan fungsi dengan tujuan
untuk mengetahui respon dan struktur yang bersangkutan setelah
aktifitas palpasi dilakukan terutama pada kulit dan subcutaneus untuk
mengetahui temperatur, oedema dan spasme, pada anggota gerak
bawah.
b. Antropometri panjang tungkaiPengukuran ini dilakukan untuk membuat perbandingan antara sisi yang
sakit dan sisi yang sehat untuk menentukan apakah ada pemendekan
dari pada tungkai.
c. Pemeriksaan kekuatan otot, terutama otot penggerak hip dan knee, yangdilakukan dengan menggunakan metode manual muscle test (MMT).
d.Nyeri, nyeri merupakan suatu mekanisme pertahanan tubuh yangbersifat subjektif, salah satu metode pengukuran nyeri yang dapat
digunakan adalah VAS (Visual Analog Scale)
5/26/2018 fraktur femur
17/32
17
e. ROM (Range Of Motion)Pemeriksaan ROM dilakukan dengan menggunakan goniometer dan
dituliskan dengan metode ISOM (International Standar Of
Measurement).
J. Pelaksanaan FisioterapiPelaksanaan Fisioterapi merupakan hal yang sangat penting dalam
penanganan suatu kondisi untuk kesembuhan pasien sehingga pengobatan
ditujukan sebagai usaha penyembuhan. Adapun modalitas yang digunakan pada
kasus Fraktur Femur dengan Internal Fiksasi ini adalah Infra red Rays (IRR) dan
Terapi Latihan (Exercise Therapy).
1. IRR (Infra Red Rays)a. Persiapan alat
1)Periksa kabel2)Kontrol keadaan filamen (lampu)3)Pastikan alat sudah kontak dengan arus listrik.
b. Persiapan pasien1)Posisi pasien tidur terlentang, area yang akan diobati terbebas dari
pakaian dan pasien dalam keadaan comfortable.
2)Sebelum lampu di hidupkan lakukan tes sensibilitas pada daerahyang akan diterapi, pastikan area yang akan diobati bersih.
3)Beri penjelasan kepada pasien tentang pengobatan yang akan kitaberikan. Dan hal-hal yang akan dirasakan pada saat terapi
berlangsung.
5/26/2018 fraktur femur
18/32
18
c. Saat pelaksanaan terapi1)Atur jarak lampu dengan area yang akan diobati, kira-kira jarak
sekitar 45-60 cm dengan lama penyinaran 15 menit.
2)Lalu hidupkan lampu, usahakan sinar tegak lurus pada daerah yangdiberakan terapi.
3)Selama penyinaran berlangsung Fisioterapis mengontrol keadaanpasien, dan meminta pasien memberi tahu apabila pasien merasakan
hal-hal yang tidak enak.
d. Selesai terapi1)Matikan lampu.2)Bereskan alat.3)Kembalikan alat pada tempatnya.4)Pasien diminta untuk istirahat sebentar setelah terapi.5)Periksa kembali keadaan umum pasien.
Gambar 2.2
Penerapan IRR (Dokumentasi Penulis, 2013)
5/26/2018 fraktur femur
19/32
19
2. Terapi latihan (Exercise Therapy)a. Persiapan pasien
1)Sebelum dilakukannya terapi pasien diberikan penjelasan mengenaitujuan terapi yang akan diberikan.
2)Posisi pasien tidur terlentang dan dalam keadaan senyamanmungkin.
b.Persiapan FisioterapisFisioterapis berada disamping pasien disisi bed yang berada didekat
knee joint dextra.
c. Pelaksanaan terapi1)Static contraction
Terapis meletakkan tangannya dibawah lutut kanan pasien,
kemudian pasien diminta menekan tangan terapis ke bed tangan
terapis dapat digantikan dengan meletakkan rol dibawah lutut kanan
pasien. Gerakan dilakukan 5-10 kali hitungan diselingi dengan
menarik nafas dalam untuk rileksasi, gerakan ini diulang 4 kali.
Gambar 2.3
Static Contraction (Dokumentasi Penulis, 2013)
5/26/2018 fraktur femur
20/32
20
2)Passive Exercisea)Relaxed Exercise
Posisi pasien relax, terapis berada sejajar pada knee yang dilatih.
Satu tangan terapis memfiksasi pada pergelangan kaki, tangan
yang lain memegang lutut. Lalu gerakkan lutut pasien secara
perlahan-lahan sampai batas maksimal pasien merasakan nyeri.
Gerakan ini dilakukan 5-10 kali hitungan dan dilakukan 4 kali
pengulangan.
Gambar 2.4
Passive Relaxed Exercise (Dokumentasi Penulis, 2013)
b)Forced Passive ExercisePosisi pasien relax, terapis berada sejajar pada knee yang dilatih.
Satu tangan terapis memfiksasi pada pergelangan kaki, tangan
5/26/2018 fraktur femur
21/32
21
yang lain memegang lutut. Lalu gerakkan lutut pasien secara
perlahan-lahan sampai batas maksimal pasien merasakan
nyeri.Tehnik pelaksanaannya sama dengan relax passive
movement tetapi pada akhir gerakan diberikan sedikit penekanan.
Gerakan ini dilakukan 5-10 kali hitungan dan dilakukan 4 kali
pengulangan.
Gambar 2.5
Forced Passive Exercise (Dokumentasi Penulis, 2013)
3)Active Exercisea)Free Active Exercise
Posisi awal pasien tidur terlentang sementara terapis di samping
bed. Gerakan dilakukan secara aktif oleh pasien, fisioterapis
memerintahkan kepada pasien untuk menggerakkan kakinya
5/26/2018 fraktur femur
22/32
22
secara bebas melakukan gerakan sendiri tanpa bantuan. Gerakan
ini dilakukan 5-10 kali hitungan dan dilakukan 4 kali
pengulangan.
Gambar 2.6
Free Active Exercise (Dokumentasi Penulis, 2013)
b)Assisted Active ExercisePosisi awal pasien tidur terlentang gerakan dilakukan oleh pasien
secara aktif sementara Fisioterapis memfasilitasi gerakan yang
dilakukan oleh terapis. Gerakan dilakukan pasien secara bebas
dan dilakukan 5-10 kali hitungan dan dilakukan 4 kali
pengulangan.
c)Resisted Active ExercisePosisi awal pasien tidur terlentang gerakan dilakukan oleh pasien
secara aktif sementara Fisioterapis memberikan tahanan minimal
5/26/2018 fraktur femur
23/32
23
saat gerakan dilukukan oleh pasien. Geraka ini dilakukan 5-10
kali hitungan dan dilakukan 4 kali pengulangan.
4)Hold RelaxPosisi awal pasien tidur tengkurap dengan kaki lurus, lalu pasien
diminta untuk menekuk kaki kananya dengan diberikan tahanan dari
terapis, tahan lalu rileks. Saat rileks terapis menggerakkan sendi
kearah gerakan yang diinginkan sampai semaksimal mungkin.
Instruksi terapis yaitu dorong kuat, rileks diulangi sampai batas
toleransi pasien. Gerakan dilakukan 2 x 8 hitungan.
Gambar 2.7
Hold Relax (Dokumentasi Penulis, 2013)
5)Latihan Berjalan (Walking Exercise)Fase berjalan yang digunakan ialah fase berjalan Partial Weight
Bearing karena keadaan pasien sudah cukup memungkinkan untuk
diberikan sebagian pembebanan dari berat badan pasien pada tungkai
5/26/2018 fraktur femur
24/32
24
yang sakit. Sebelum pasien diberikan latihan berjalan diawali dengan
latihan keseimbangan yaitu dengan menumpu berat badan pasien ke
kaki yang sehat, tangan pasien berpegang pada crutch agar tidak
terjatuh. Gaya berjalan yang digunakan dengan gaya berjalan tiga
titik atau sering disebut Three Point Crutch Gait. Intruksi
Fisioterapis kepada pasien ialah kedua crutch dimajukan terlebih
dahulu lalu diikuti tungkai yang fraktur dimajukan dan akhirnya
tungkai yang sehat dimajukan kedepan.
K. IntervensiIntervensi yang dilakukan haruslah sesuai dengan kebutuhan pasien atau
keluhan utama pasien, agar dalam melakukan intervensi selanjutnya pasien dapat
melakukannya dengan rasa nyaman dan sesuai pada tujuan akhir yang akan
dicapai. Adapun berbagai intervensi yang dapat dilakukan antara lain, yaitu :
1. Latihan untuk meningkatkan ROMLatihan yang dilakukan bertujuan untuk meningkatkan lingkup gerak sendi
pada tungkai, terutama gerak ekstensi hip, abduksi hip, dan rotasi hip. Namun
juga dapat dilaksukan untuk meningkatkan gerak sendi yang lain, yang ditemukan
dalam pemeriksaan, sebagai akibat dari immobilissi yang lama ataupun kaena
adanya gangguan lain.
Latihan yang dapat digunakan untuk meningkatkan ROM, dilakukan
secara bertahap dari latihan gerak secara pasif dan meningkat menjadi gerak aktif
baik active-assissted ataupun free-active. Manfaat dari latihan gerak aktif dan
pasif itu antara lain :
5/26/2018 fraktur femur
25/32
25
a. Meningkatkan sirkulsib. Meningkatkan lingkup gerakc. Mencegah terjadinya kontraktur
2. Isometrik ExerciseIsometrik exercise adalah latihan dimana tidak terjadi pemanjangan
serabut otot namun tension otot tersebut meningkat.
Dengan melatih otot disekitar hip joint terutama dengan latihan Quadricep
exercise. Manfaat isometrik exercise :
a. Meningkatkan sirkulsi darahb. Relaksasi otot karena ada fase contraksi dan rileksc. Memelihara kekuatan ototd. Meningkatkan ROM
3. Mobilisasi di tempat tidurPasien post fraktur femur akan memerlukan bantuan untuk bergerak di atas
tempat tidur, baik dalam merubah posisi tidur ataupun untuk penentuan ADL.
(Active Daily Living). Dalam melakukan aktifitas tersebut yang perlu
diperhatikan adalah posisi pasien terutama posisi hip, yaitu posisi hip harus terjadi
dalam posisi abduksi, fleksi 60o. Mobilisasi dapat dimulai pada hari pertama post
operasi.
4. Latihan Weight BearingAwal dimulainya latihan weight bearing tergantung pada letak insisi,
komplikasi pasca bedah dan hasil pemeriksaan X-Ray pada post operasi hari
pertama. Bila insisinya pada posterolateral, latihan dapat dimulai pada hari
5/26/2018 fraktur femur
26/32
26
pertama, namun bila insisi pada antero lateral latihan dimulai pada hari ke-5
karena kemungkinan dapat timbul dislokasi ke arah ekstensi.
Duduk dan berjalan akan menjadi lebih mudah dan lebih nyaman ketika
drain suction dilepas. Latihan jalan pada saat awal biasanya menggunakan alat
bantu berupa kruk atau pun walker tergantung pada kondisi pasien. Pada saat
latihan jalan sisi tungkai yang dioperasi harus menerima beban berat badan agar
implan yang dipasang dapat tertanam dengan baik, dan dengan memperhatikan
gerakan ekstensi, fleksi, adduksi dan eksternal rotasi hip yang tidak berlebihan
agar tidak terjadi dislokasi.
5. Home programa. Pasien dianjurkan untuk mengompres air hangat pada daerah lutut
sekitar 15 menit. Agar dapat merileksasikan jaringan yang ada
disekitarnya, sehingga ketika diberikan latihan dapat melenturkan otot
yang akan dilatih.
b. Pasien dianjurkan untuk mengulangi gerakan yang telah diajarkan olehFisioterapis dengan cara lutut kanan diganjal handuk yang digulung dan
diletakkan dibawah lutut, lalu tekan handuk dengan lutut kanan secara
perlahan-lahan.
c.Keluarga pasien dianjurkan untuk memasang besi didekat WC dirumah
pasien agar dapat digunakan untuk berpagangan pada saat pasien
malakukan aktivitas fungsional seperti BAB/BAK.
d. Latihan berjalan seperti yang telah diajarkan oleh Fisioterapi.
5/26/2018 fraktur femur
27/32
27
L. EvaluasiEvaluasi dapat dilakukan secara berkala (misal dua kali seminggu) atau
setiap hari, dimana tujuan dari evaluasi ini adalah untuk mengetahui apakah terapi
yang kita berikan bermanfaat atau berguna bagi penyembuhan pasien, ataukah
harus dirubah jika tidak ada perubahan terhadap penyembuhan keadaan pasien.
Evaluasi yang dapat kita lakukan dapat lihat dari perubahan masalah yang
dihadapi pasien.
M. KomplikasiMenurut Sylvia and Price 2001, komplikasi yang biasanya ditemukan
antara lain :
1. Komplikasi Awala. Kerusakan Arteri
Pecahnya arteri karena trauma bisa ditandai dengan tidak adanya nadi,
CRT menurun, cyanosis bagian distal, hematoma yang lebar, dan dingin
pada ekstrimitas yang disebabkan oleh tindakan emergensi splinting,
perubahan posisi pada yang sakit, tindakan reduksi, dan pembedahan.
b. Kompartement SyndromKompartement Syndrom merupakan komplikasi serius yang terjadi
karena terjebaknya otot, tulang, saraf, dan pembuluh darah dalam
jaringan parut. Ini disebabkan oleh oedema atau perdarahan yang
menekan otot, saraf, dan pembuluh darah. Selain itu karena tekanan dari
luar seperti gips dan embebatan yang terlalu kuat.
c. Fat Embolism Syndrom
5/26/2018 fraktur femur
28/32
28
Fat Embolism Syndrom (FES) adalah komplikasi serius yang sering
terjadi pada kasus fraktur tulang panjang. FES terjadi karena sel-sel
lemak yang dihasilkan bone marrow kuning masuk ke aliran darah dan
menyebabkan tingkat oksigen dalam darah rendah yang ditandai dengan
gangguan pernafasan, tachykardi, hypertensi, tachypnea, demam.
d. InfeksiSystem pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada jaringan. Pada
trauma orthopedic infeksi dimulai pada kulit (superficial) dan masuk ke
dalam. Ini biasanya terjadi pada kasus fraktur terbuka, tapi bisa juga
karena penggunaan bahan lain dalam pembedahan seperti pin dan plat.
e. Avaskuler NekrosisAvaskuler Nekrosis (AVN) terjadi karena aliran darah ke tulang rusak
atau terganggu yang bisa menyebabkan nekrosis tulang dan diawali
dengan adanya Volkmans Ischemia.
f. ShockShock terjadi karena kehilangan banyak darah dan meningkatnya
permeabilitas kapiler yang bisa menyebabkan menurunnya oksigenasi.
Ini biasanya terjadi pada fraktur.
2.
Komplikasi Dalam Waktu Lama
a. Delayed UnionDelayed Union merupakan kegagalan fraktur berkonsolidasi sesuai
dengan waktu yang dibutuhkan tulang untuk menyambung. Ini
disebabkan karena penurunan supai darah ke tulang.
5/26/2018 fraktur femur
29/32
29
b.NonunionNonunion merupakan kegagalan fraktur berkonsolidasi dan
memproduksi sambungan yang lengkap, kuat, dan stabil setelah 6-9
bulan. Nonunion ditandai dengan adanya pergerakan yang berlebih
pada sisi fraktur yang membentuk sendi palsu atau pseudoarthrosis. Ini
juga disebabkan karena aliran darah yang kurang.
c. MalunionMalunion merupakan penyembuhan tulang ditandai dengan
meningkatnya tingkat kekuatan dan perubahan bentuk (deformitas).
Malunion dilakukan dengan pembedahan dan reimobilisasi yang baik.
5/26/2018 fraktur femur
30/32
30
BAB III
PENUTUP
A. KesimpulanFraktur femur adalah terputusnya kontinuitas batang femur yang bisa
terjadi akibat trauma langsung (kecelakaan lalu lintas, jatuh dari ketinggian), dan
biasanya lebih banyak dialami oleh laki-laki dewasa. Patah pada daerah ini dapat
menimbulkan perdarahan yang cukup banyak, mengakibatkan penderita jatuh
dalam syok.
Tanda Dan Gejala : (1) Deformitas, (2) Penekanan tulang, (3) Bengkak:
edema muncul secara cepat dari lokasi dan ekstravaksasi darah dalam jaringan
yang berdekatan dengan fraktur, (4) Spasme otot spasme involunters dekat
frakturTenderness/keempukan, (5) Nyeri mungkin disebabkan oleh spasme otot
berpindah tulang dari tempatnya dan kerusakan struktur di daerah yang
berdekatan. (6) Kehilangan sensasi (mati rasa, mungkin terjadi dari rusaknya
saraf/perdarahan), (7) Pergerakan abnormal, (8) Shock hipovolemik hasil dari
hilangnya darah, (9) Krepitasi (Black, 1993 : 199).
B. SaranDalam usaha untuk lebih meningkatkan pelayanan kesehatan fraktur femur
maka disarankan :
1. Bagi masyarakat, memiliki pengetahuan tentang fraktur femur.2. Bagi terapis hendaklah dalam memberikan terapi tidak menggantungkan
pada peralatan yang tersedia, akan tetapi harus dapat menyesuaikan diri
pada kondisi setempat baik alat-alat terapi maupun perlengkapan latihan.
5/26/2018 fraktur femur
31/32
31
3. Terapis harus kreatif dalam memodifikasi latihan dan peralatan yangtersedia. Dengan peralatan yang sederhana/seadanya dapat mencapai
tujuan pengobatan yang optimal sesuai yang diharapkan.
4. Memberikan penyuluhan kepada para masyarakat yang banyakmenggunakan pergerakan tangan dalam pekerjaannya agar dapat berhati-
hati dalam melakukan kegiatan apapun.
5. Bagi dokter umum, mampu mendiagnosa dengan benar dan memberikantreatment yang tepat dan efektif.
.
5/26/2018 fraktur femur
32/32
32
DAFTAR PUSTAKA
Barbara, C. B., (1999).Rencana Asuhan Keperawatan Medikal-Bedah, Volume I,
EGC: Jakarta.
Doenges, dkk, (2005). Rencana asuhan keperawatan pedoman untuk
perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien. EGC: Jakarta
Mansjoer, dkk., (2000). Kapita Selekta Kedokteran, edisi 3. Media Aesculapius:
Jakarta
Price & Wilson, (2006). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses
Penyaki.Volume 2. Edisi 6. EGC : Jakarta.
Sjamsuhidajat R., (1997). Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi Revisi, EGC: Jakarta
Smeltzer & Bare, (2003).Bukuajar keperawatan medical bedah. Volume 3. Edisi
8. EGC: Jakarta
http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=lp+fraktur+femur&source