Upload
vanminh
View
221
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
FRASA NOMINA YANG TERDIRI DARI TIGA KATA
DALAM BAHASA INDONESIA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia
Program Studi Sastra Indonesia
Oleh
MARYONO
NIM: 06 4114 021
PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA
JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
Maret 2010
ii
iii
Rahmanto,
M.Hum
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan
Kepada
kakakku Darsih dan para sahabatku sebagai tanda terimakasih
atas dorongan dan penggorbanan selama proses studi
v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Yang bertandatangan di bawah ini, saya:
Nama : Maryono
NIM : 064114021
Program Studi : Sastra Indonesia
Judul Skripsi : FRASA NOMINA YANG TERDIRI DARI TIGA KATA DALAM BAHASA INDONESIA
Menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar hasil karya saya sendiri. Sepanjang pengetahuan saya, judul penelitian tersebut di atas belum ada atau dipergunakan orang lain sebagai persyaratan dalam penyelesaian studi.
Yogyakarta, 20 Maret 2010
Yang menyatakan,
Maryono
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :
Nama : MARYONO
Nomor Mahasiswa : 06 4114 021
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :
FRASA NOMINA YANG TERDIRI DARI TIGA KATA DALAM BAHASA INDONESIA
beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, me-ngalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis. Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya. Yogyakarta, 24 April 2010
Yang menyatakan
(MARYONO)
vi
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
segala rahmat, hidayah, dan karunia-Nya karena penulisan skripsi yang berjudul
“Frasa Nomina yang Terdiri dari Tiga Kata dalam Bahasa Indonesia´´ dapat
penulis selesaikan setelah melampaui proses dan masa yang tidak pendek.
Selama penyusunan skripsi ini, penulis telah banyak mendapat bantuan
dan dukungan dari berbagai pihak baik secara moral maupun material. Sebab itu,
pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Dr.I. Praptomo Baryadi, M.Hum. selaku pembimbing I yang telah
memberi pengarahan, bimbingan, dan semangat kepada penulis dalam
menyusun skripsi.
2. Drs. Hery Antono, M.Hum. selaku pembimbing II yang memberi
masukan dan saran dalam menyelesaikan skripsi ini.
3. Para Dosen Program Studi Sastra Indonesia yang telah meberikan ilmu
dan pengalamannya kepada penulis selama kuliah di Universitas Sanata
Dharma.
4. Segenap karyawan Sekretariat Fakultas Sastra Universitas Sanata Dharma
yang selalu membantu proses kelancaran perkuliahan.
5. Segenap karyawan perpustakaan Universitas Sanata Dharma yang telah
melayani dengan ramah dan menyediakan berbagai buku yang diperlukan
sebagai dari sumber pustaka.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan skripsi ini jauh dari
sempurna, sebab itu, penulis mengharapkan adanya kritik dan saran dari berbagai
pihak untuk penyempurnaan skripsi ini. Selain itu, penulis juga berharap
penyusunan skripsi ini dapat bermanfaat dan memberi sumbangan bagi peneliti
lain.
Yogyakarta, …………2010
Penulis
Maryono
vii
ABSTRAK
Maryono, 2010, “Frasa Nomina yang Terdiri dari Tiga Kata dalam Bahasa indonesia“. Program Studi Sastra Indonesia, Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma.
Dalam skripsi ini dibahas frasa nomina yang terdiri dari tiga kata dalam bahasa Indonesia. Ada dua masalah yang dijawab dalam penelitian ini: (1) bagaimana struktur frasa nomina yang terdiri dari tiga kata dan (2) apa saja makna gramatikal yang diungkapkan oleh pertemuan unsur-unsur pembentuk frasa tersebut. Dari segi struktur dipaparkan berbagai macam bentuk struktur frasa nomina terdiri atas tiga kata yang dihasilkan oleh perluasan nomina yang merupakan inti frasa ke arah kiri dan kanan. Selain itu, dijabarkan pula penentuan unsur-unsur pembangun yang berupa unsur pusat dan atribut serta kategori pengisi unsur tersebut sedangkan dari segi makna dipaparkan berbagai hubungan makna gramatikal yang dihasilkan oleh pertemuan unsur-unsurnya. Data penelelitian ini berupa kalimat yang mengandung frasa nomina yang terdiri dari tiga kata dalam bahasa Indonesia. Data tersebut diperoleh dari sumber tertulis dan lisan. Data tertulis diperoleh dari novel Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari dan surat kabar harian Kompas sedangkan data lisan diperoleh dari ujaran-ujaran oleh peneliti dan orang lain sebagai penutur asli bahasa Indonesia. Frasa nomina yang terdiri dari tiga kata yang terdapat dalam data tersebut merupakan objek dalam penelitian ini. Penelitian ini dilakukan melalui tiga tahap, yaitu (i) pengumpulan data, (ii) analisis data, dan (iii) penyajian analisis data. Dalam tahap pengumpulan data penulis menggunakan metode simak sedangkan teknik yang digunakan adalah teknik sadap yang merupakan teknik dasarnya. Selanjutnya teknik lanjutan yang digunakan adalah teknik catat, yaitu mencatat data baik dari sumber tertulis maupan lisan. Setelah pengumpulan data dirasa cukup, langkah berikutnya adalah menganalisis data dengan menggunakan metode agih (distribusional). Penerapan metode ini melalui teknik dasar dan lanjutan. Teknik dasar metode agih adalah teknik bagi unsur langsung sedangkan teknik lanjutan yang digunakan adalah teknik sisip, lesap, baca markah, ganti, dan ubah wujud (parafrasa). Dalam analisis data dibahas empat macam struktur frasa nomina yang terdiri dari tiga kata, yaitu frasa nomina yang berstruktu Frasa (Fr)+N, Kata (K)+Frasa Nomina (FN), Kata Nomina (N)+Frasa (Fr), dan Frasa nomina (FN)+ kata (K). Dari struktur tersebut, dijabarkan penentuan unsur pusat dan atribut melalui diagram pohon, selanjutnya disimpulkan kategori pengisi unsur pusat dan atribut. Dari analisis tersebur akhirnya dapat disimpulkan bahwa unsur pusat dalam frasa nomina yang terdiri dari tiga kata selalu berkategori kata atau frasa nomina sedangkan atribut kata atau frasa nomina dan bukan nomina. Selain itu dari analisis terebut dihasilkan kaidah penyusunan frasa nomina dalam bentuk diagram pohon.
viii
Pertemuan unsur-unsur pembentuk frasa nomina yang terdiri dari tiga kata menyatakan hubungan makna gramatikal. Makna gramatikal yang dihasilkan oleh frasa nomina yang beratribut di sebelah kiri unsur pusat adalah hubungan makna ‘jumlah’, ‘satu’, ‘jamak’, dan ‘tanpa kecuali’ sedangkan frasa nomina yang beratribut di sebelah kiri unsur pusat adalah hubungan makna ‘milik’, ‘penentu’, ‘lokatif’, ‘penjelas’, ‘superlatif’, árah’, ‘penerima’, ‘pembatas’, ‘aditif’, áltenatif’, dan ‘kesamaan’. Dari analisis hubungan makna tersebut dapat disimpulkan bahwa unsur atribut mempunyai peranan penting dalam penentuan makna gramatikal.
ix
ABSTRACT
Maryono, 2010, “Tree-words Nominal Phrases in Bahasa Indonesia”. Indonesian Literature, Department of Indonesian Literature, Faculty of Letters, Sanata Dharma University. This undergraduate thesis discusses about three-words nominal phrases in bahasa Indonesia. There are two problems that are going to be answered in this study, namely: (1) What is the structure of the three-word nominal phrases and (2) what are grammatical meanings revealed by the connection of the forming elements of the three-word nominal phrases in the discussion of the structure, various types of formal structure of the three-word nominal phrases produced by expansion of the noun heads to left and right sides of them are elaborated in addition, the determination of forming elements, namely the central element, attribute, and the categories of the element constructor is discussed. Meanwhile, as for the discussion on meaning, diverse connection of grammatical meaning, produced by the contacts their elements, are explained. The data used in this study are sentences containing three-word nominal phrases in bahasa Indonesia. Those data were collected from written and oral resources. Written data were obtained from the Ahmad Tohari´s novel Ronggeng Dukuh Paruk and Kompas daily newspaper. Meanwhile, the oral ones were gathered from utterances produces by the researcher himself and ather bahasa Indonesia speakers. Three-word nominal phrases existing in those data are the object of this research. This research was done through three phases, namely: (i) data collection, (ii) data analysis, and (iii) data analysis presentation. In the phases of data collection, the researcher used the scrutiny method, while the technique applied was tapping, which is the basic technique. Furthermore, the next technique utilized was note-taking, writing down both the written and oral data. After the data collected were sufficient, the next step was to analyze the data by using distributional method. The application of the method was done through basic and advanced techniques. The basic technique of distributional method is the technique of direct division, while the advanced ones are insertion, deletion, marh reading, substitution, and paraphrasing. In the data analysis, for types of structure of the three-word nominal phrase were discussed. Those four types of structure are Phrase (Phr)+N, Word(W)+Nominal Phrase (NP), Noun (N)+Phrase (Phr), and Nominal Phrase (Phr)+Word (W). from those structure, the determination of the head and attribute(s) was explained via tree-diagram. After that, the categories of the element constructor were concluded. From the analyses, finally it can be concluded that the head in three-word nominal phrases is always in the categories of word or nominal phrases; while as for the attributes, they are word, nominal phrases, or non-nominal phrases. In addition, from the analyses, the rules of nominal phrase arrangement in the form of tree-diagram were produced.
x
The contacts of the element’s constructor of tree-word nominal phrases induce grammatical meaning relationships. Grammatical meaning produced by the nominal phrases having the attribute(s) located in the left-side of the head are those stating ‘quantity’, ‘singularity’, plurality’, and ‘with-no-exception’; while the nominal phrases having the attribute(s) located in the right-side of the head are those stating ‘possessiveness’, ‘determiner’, ‘locative’, ‘relative’, ‘superlative’, ‘direction’, ‘recipient’, ‘restrictor’, ‘additive’, ‘alternative’, and ‘similarity’. From the analyses of meaning relationship, it can be concluded that element attribute has significant roles in term of grammatical meaning determination.
xi
DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG
A. Daftar Singkatan
Adj : adjektiva
Adv : adverbia
Art : artikel
Atr : atribut
D : diterangkan
D-M : diterangkan menerangkan
Dstr : demonstrativa
FAdj : frasa adverbia
FD : frasa depan
FN : frasa nomina
FNum : frasa numeralia
Fr : frasa
K : kata
Ket : keterangan
Knj : konjungsi
M : menerangkan
N : nomina
nN : bukan nomina
Num : numeralia
O : objek
Pel : pelengkap
xii
Pg : penggolong
Pr : pronomina
S : subjek
UP : unsur pusat
V : verba
B. Daftar Lambang
* : Kalimat tidak gramatikal
‘ .. ‘ : Menyatakan makna
xiii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING ............................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI ........................................................ iii
PERSEMBAHAN............................................................................................ iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .......................................................... v
KATA PENGANTAR ..................................................................................... vi
ABSTRAK ....................................................................................................... vii
ABSTRAC ......................................................................................................... ix
DAFTAR SINGKATAN ................................................................................. xi
DAFTAR ISI.................................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................. 5
1.3 Tujuan Penelitian .................................................................. 5
1.4 Manfaat Penelitian. ............................................................... 6
1.5 Tinjauan Pustaka. .................................................................. 8
1.6 Landasan Teori...................................................................... 10
1.6.1 Pengertian Frasa ............................................................ 10
1.6.2 Jenis Frasa ..................................................................... 11
1.6.3 Unsur Frasa Menurut Jumlah Kata ............................... 13
1.6.4 Unsur Frasa Menurut Kategori...................................... 14
1.6.5 Makna Frasa. ................................................................. 14
1.7 Metode Penelitian .................................................................. 15
1.7.1 Metode dan Teknik Pengumpulan Data........................ 15
1.7.2 Metode dan Teknik Analisis Data................................. 16
1.7.3 Metode Penyajian Analisis Data ................................... 20
1.8 Sistematika Penyajian ........................................................... 21
xiv
BAB II STRUKTUR FRASA NOMINA
2.1 Pengantar............................................................................... 22
2.2 Frasa Nomina yang Berstruktur Frasa (Fr) + Kata Nomina (N) ........................................................................... 22
2.3 Frasa Nomina yang Berstruktur Kata (K) + Frasa Nomina (FN) ....................................................................................... 25
2.3.1 Frasa Nomina yang Berstruktur Kata Numeralia (KNum) + Frasa Nomina (N+N).............................. 25
2.3.2 Frasa Nomina yang Berstruktur Kata Penggolong (KPg) + Frasa Nomina (N+N) ................................... 28
2.3.3 Frasa Nomina yang Berstruktur Kata Penggolong (KPg) + Frasa Nomina (N+Adj). ............................. 30
2.3.4 Frasa Nomina yang Berstruktur Artikel (Art) + Frasa nomina (N+Adj). ................................... 32
2.4 Frasa Nomina yang Berstruktur Frasa Nomina (FN) + Kata (K)....................................................................... 34 2.4.1 Frasa Nomina yang Berstruktur Frasa Nomina
(N+N) + Nomina (N). ................................................... 34
2.4.2 Frasa Nomina yang Berstruktur Frasa Nomina (N+N) + Pronomina (Pr) ................................................. 36
2.4.3 Frasa Nomina yang Berstruktur Frasa Nomina (N+N) + Adjektiva (Adj) ................................................ 38
2.4.4 Frasa Nomina yang Berstruktur Frasa Nomina (N+N)+Demonstrativa (Dm)........................................... 40
2.4.5 Frasa Nomina yang Berstruktur Frasa Nomina (N+Adj) + Pronomina (Pr) .............................................. 42
2.4.6 Frasa Nomina yang Berstruktur Frasa Nomina (N+Adj) + Demonstrativa (Dm) ..................................... 44
2.5 Frasa Nomina yang Berstruktur Kata Nomina (N) + Frasa (Fr). .................................................................... 46
2.5.1 Frasa Nomina yang Berstruktur Nomina
(N) + Frasa Numeralia (FNum) ................................ 46
xv
2.5.2 Frasa Nomina yang Berstruktur Nomina (N) + Frasa Depan (FD) ............................................ 47
2.5.3 Frasa Nomina yang Berstruktur Nomina (N) + Frasa Adverbia (FAdv).................................... 50
2.5.4 Frasa Nomina yang Berstruktur Nomina (N) + Frasa Verba (FVer).......................................... 52
2.6 Frasa Nomina yang Berstruktur Nomina (N) + Konjungsi (Knj) + Nomina..................................................................... 54
2.7 Frasa Nomina yang Berstruktur Nomina (N) + Konjungsi (Knj) + Kata Bukan Nomina................................................. 57
2.7.1 Frasa Nomina yang Berstruktur Nomina (N) + yang + Adjektiva ............................................. 57
2.7.2 Frasa Nomina yang Berstruktur Nomina (N) + yang + Adverbia .............................................. 59
2.8 Frasa Nomina yang Berstruktur Kata Yang......................... 61
2.8.1 Frasa Nomina yang Berstruktur Kata Yang + Frasa Verba (FV) ...................................................... 61
2.8.2 Frasa Nomina yang Berstruktur Yang + Frasa Preposisi (FPr) ................................................. 63
BAB III HUBUNGAN MAKNA UNSUR-UNSUR PEMBENTUK FRASA NOMINA
3.1 Pengantar.................................................................................. 66
3.2 Hubungan Makna Unsur-unsur Pembentuk Frasa Nomina yang Beratribut di Sebelah Kiri Unsur Pusat. ....................... 66
3.2.1 Hubungan Makna ´Jumlah´......................................... 67
3.2.2 Hubungan Makna ´Jamak´ .......................................... 68
3.2.3 Hubungan Makna ´Keseluruhan´ ................................ 68
3.3 Hubungan Makna Unsur-unsur Pembentuk Frasa Nomina yang Beratribut di Sebelah Kanan Unsur Pusat. ................... 69
3.3.1 Hubungan Makna ´Milik`(‘Posesif’) ......................... 69
xvi
3.3.2 Hubungan Makna ´Penentu´. ..................................... 70
3.3.3 Hubungan Makna ´Asal Tempat´ .............................. 71
3.3.4 Hubungan Makna ´Asal Bahan´ ................................ 72
3.3.5 Hubungan Makna ´Proses´......................................... 73
3.3.6 Hubungan Makna ´Perbandingan´ ............................. 73
3.3.7 Hubungan Makna ´Merek Dagang´ ........................... 74
3.3.8 Hubungan Makna ´Kelompok´ .................................. 75
3.3.9 Hubungan Makna ´Penjelas´...................................... 75
3.3.10 Hubungan Makna ´Superlatif´ ................................... 76
3.3.11 Hubungan Makna ´Arah Tujuan´ ............................... 77
3.3.12 Hubungan Makna ´Penerima´ .................................... 78
3.3.13 Hubungan Makna ´Pembatas´ .................................... 78
3.4 Hubungan Makna Unsur-unsur Koordinatif Frasa Nomina.................................................................................. 79
3.4.1 Hubungan Makna ´Aditif´............................................ 79
3.4.2 Hubungan Makna ´Alternatif´...................................... 80
3.4.3 Hubungan Makna ´Kesamaan´..................................... 80
3.4.4 Hubungan Makna ´Keterangan Tambahan´ ................. 81
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan .............................................................................. 83
4.1.1 Struktur Frasa Nomina yang Terdiri dari Tiga................ 83
4.1.2 Hubungan Makna Gramatikal Unsur-unsur Pembentuk Frasa Nomina .............................................. 85
4.2 Saran......................................................................................... 86
DAFTAR PUSTAKA
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam skripsi ini dibahas tentang frasa nomina yang terdiri dari tiga kata
dalam bahasa Indonesia. Frasa nomina adalah frasa modifikatif yang terjadi dari
nomina sebagai induk dan unsur perluasan lain yang mempunyai hubungan
subordinatif dengan induk (Kridalaksana, 1988: 85).
Dalam frasa yang terdiri dari tiga kata, nomina yang sebagai induk dapat
berupa kata maupun frasa. Berikut ini contohnnya:
(1) Dua ekor burung melayang meniti angin, berputar-putar tinggi di langit.
(2) Perawan kecil itu sedang merangkai daun nangka dengan sebatang lidi untuk dijadikan sebuah mahkota.
Frase dua ekor burung (1), kata nomina burung merupakan induk dan
frasa dua ekor merupakan unsur perluasan yang mempunyai hubungan subordinatif
dengan induk, yaitu burung yang termasuk kategori nomina, sehingga frasa dua
ekor burung termasuk golongan frasa nomina. Hal ini dapat dibuktikan melalui
teknik lesap.
(1a) Φ Burung melayang meniti angin, berputar-putar tinggi di langit. Frasa Perawan kecil itu (2), frasa perawan kecil merupakan induk
sedangkan kata itu merupakan unsur perluasan yang mempunyai hubungan
subordinatif dengan induk, yaitu perawan kecil yang temasuk kategori nomina,
sehingga frasa perawan kecil itu termasuk golongan frasa nomina. Hal ini dapat
dibuktikan melalui teknik lesap.
2
(2a) Perawan kecil Φ sedang merangkai daun nangka dengan sebatang lidi untuk dijadikan sebuah mahkota.
Dalam menentukan unsur-unsur dan kategori kata pada frasa nomina yang
terdiri dari tiga kata diperlukan adanya hirarki dalam bahasa yang berupa diagram
pohon. Pada diagram di bawah ini dipaparkan proses pembentukan frasa.
Frasa dua ekor burung dalam kalimat (1) terdiri dari tiga kata, yaitu kata
dua, ekor, dan burung . Kata burung berkaitan dua sehingga frasa dua ekor burung
terdiri atas dua unsur, yaitu frasa dua ekor dan kata . Begitu pula frasa perawan
kecil itu (2) terdiri dari tiga kata, yaitu kata perawan, kecil dan itu. Kata itu
berkaitan dengan perawan sehingga frasa perawan kecil itu terdiri atas dua unsur,
yaitu frasa perawan kecil dan kata itu. Berikut ini diagramnya.
(1b)
dua ekor burung
dua ekor
dua ekor burung
3
(2b)
perawan kecil itu
perawan kecil
perawan kecil itu
Kata burung (1b) dan frasa perawan kecil (2b) masing-masing sebagai
induk atau unsur pusat, sedangkan frasa dua ekor (1b) dan kata itu (2b) masing-
masing sebagai unsur perluasan atau atribut berkategori frasa numeralia dan kata
penunjuk (demonstrativa). Selanjutnya, frasa numeralia dua ekor (1b) terdiri atas
numeralia dua dan kata penggolong ekor dan perawan kecil (2b) terdiri atas
nomina perawan dan adjektiva kecil.
Dari uraian kedua contoh tersebut dapat dikatakan bahwa frasa dua ekor
burung merupakan frasa nomina yang berstruktur frasa numeralia (FNum) + kata
nomina (KN) sedangkan perawan kecil itu merupakan frasa nomina yang
berstruktur frasa nomina (FN) + kata demonstrativa (Dstr). Dari kenyataan tersebut
timbul permasalahan, yaitu bagaimana struktur frasa nomina yang terdiri dari tiga
kata dalam bahasa Indonesia.
Dari sudut makna gramatikal, penggabungan unsur kata atau frasa nomina
yang merupakan unsur pusat dengan unsur kata atau frasa nomina atau bukan
nomina yang merupakan atribut membentuk frasa nomina yang terdiri dari tiga
kata akan menyatakan makna tertentu. Dalam frasa dua ekor burung dalam
4
kalimat (1), frasa dua ekor yang merupakan unsur atribut menyatakan hubungan
makna ´jumlah´ bagi kata burung yang merupakan usur pusat. Hal ini dapat
dibuktikan dengan kalmat tanya yang menanyakan jumlah seperti di bawah ini:
(1) Berapa burung yang melayang meniti angin, berputar-putar tinggi di langit?
Dalam frasa perawan kecil itu (2), kata itu yang merupakan unsur atribut
menyatakan hubungan makna ´bukan yang lain´ (´penentu´) bagi frasa perawan
kecil yang merupakan unsur pusatnya karena demonstrativa itu digunakan sebagai
penunjuk kata atau frasa yang merupakan unsur pusatnya.
Dari kedua contoh tersebut dapat dikatakan bahwa penggabungan unsur
pusat dan atribut dalam frasa nomina menghasilkan makna tertentu. Dari kenyataan
inilah muncul permasalahan yaitu makna gramatikal apa saja yang dapat dihasilkan
dari pertemuan kedua unsur tersebut dalam frasa nomina.
Frasa nomina yang terdiri dari tiga kata perlu diteliti mengingat unsur pusat
dapat diperluas ke arah kiri dan kanan. Perluasan ini membuat penulis antusias
untuk menjadi wadah ide kreatif dalam merangkai kata dalam satu frasa. Dari
perluasan tersebut dapat diketahui kategori kata atau frasa apa saja yang dapat
mengisi unsur sebagai atribut.
Selain alasan tersebut, frasa nomina yang terdiri dari tiga kata perlu diteliti
karena belum ada ahli linguistik yang meneliti secara khusus. Chaer (1988: 350 –
365) dalam bukunya yang berjudul Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia
membahas tentang macam-macam frasa nomina, tetapi tidak membahas secara
khusus kategori pengisi atribut dan makna yang dihasilkan dalam frase nominal.
Ramlan (1982: 122 – 123) dalam bukunya yang berjudul Sintaksis menjelaskan
5
secara mendalam membahas penentuan unsur pusat dari frase nominal yang terdiri
tiga kata atau lebih tetapi unsur pengisi atribut tidak dijelaskan secara khusus.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang, masalah dapat dirumuskan
sebagai berikut:
a. Bagaimanakah struktur frasa nomina yang terdiri dari tiga kata?
b. Makna gramatikal apa sajakah yang diungkapkan oleh hubungan
unsur-unsur pembentuk frasa nominal yang terdiri dari tiga kata?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan struktur frasa nomina yang
terdiri dari tiga kata dalam bahasa Indonesia. Tujuan tersebut dapat dirinci sebagai
berikut:
a. Mendeskripsikan struktur frasa nomina yang terdiri dari tiga kata dalam
bahasa Indonesia.
b. Mendeskripsikan makna gramatikal yang diungkapan oleh hubungan
unsur-unsur tersebut dalam frasa nomina yang terdiri dari tiga kata dalam
bahasa Indonesia.
1.4 Manfaat Penelitian
Secara umum hasil penelitian ini berupa kaidah-kaidah struktur, kategori
pengisi atribut, dan makna hubungan unsur-unsur pembentuk frasa nomina yang
6
terdiri dari tiga kata. Kaidah tersebut diharapkan dapat memberi sumbangan bagi
pengembangan tata bahasa Indonesia khususnya struktur frasa bahasa Indonesia.
Manfaat yang lebih khusus lagi yaitu hasil penelitian ini dapat digunakan alat
bantu penerjemahan bahasa asing khususnya bahasa Inggris ke dalam bahasa
Indonesia. Dalam bahasa Indonesia, frasa nomina yang terdiri dari tiga kata dapat
dibentuk dengan memperluas inti frasa ke kiri (pewatas depan) dan ke kanan
(pewatas belakang). Begitu pula dalam bahasa Inggris, namun yang menjadi
masalah adalah urutan penyusunan kategori kata pengisi pewatas depan dan
pewatas belakang berbeda.
Dalam bahasa Indonesia, pewatas yang dapat mendahului nomina sebagai
unsur pusat hanyalah kategori kata numeralia dan kategori kata penggolong,
sedangkan dalam bahasa Inggris kurang lebih ada enam kategori kata yang dapat
mendahului nomina sebagai unsur pusatnya. Kategori kata tersebut tidak harus ada
semua, namun urutan pewatas harus dipatuhi. Berikut contoh perbandingan frasa
nominal yang terdiri dari tiga kata dalam Bahasa Indonesia dan Inggris.
(3) Tiga lembar kertas di atas meja.
(4) Three sheetss of papers on the table.
(5) Gadis cantik itu pacarku.
(6) That prity girl is my girl friend.
Dari contoh frase tiga lembar kertas kalimat (3) dan three sheets of paper
(4) mengalami perluasan ke depan sebagai unsur pusatnya adalah kata kertas dan
kata paper. Jika diperhatikan urutan kategori kata yang mendahului unsur pusat ke-
dua frase tersebut juga sama, yaitu frasa numeralia yang terdiri atas kata numeralia
7
tiga diikuti kata penggolong lembar dan kata numeralia three diikuti preposisi of
dan kata penggolong peaces. Jadi dalam hal ini dapat dikatakan pewatas yang dapat
mendahului nomina dalam bahasa Indonesia dan Inggris dengan kategori kata
numeralia dan penggolong sama urutanya.
Lain halnya frasa gadis cantik itu (5) dan frase that prity girl (6). Kata
penunjuk (demonstrativa) itu yang merupakan unsur atribut terletak di sebelah
kanan dari frasa gadis cantik yang merupakan unsur pusat sedangkan kata that yang
merupakan unsur atribut terletak di sebelah kiri frasa prity girl yang merupakan
unsur pusat. Selanjutnya frasa gadis cantik terdiri atas nomina gadis yang diikuti
adjektiva cantik sedangkan frasa prity girl terdiri atas adjektiva prity yang diikuti
nomina girl.
Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa frasa nomina yang terdiri dari
tiga kata dalam bahasa Indonesia, kata demonstrativa yang merupakan unsur
atribut terletak di sebelah kanan unsur pusat sedangkan dalam bahasa Inggris
terletak di sebelah kiri unsur pusat. Begitu pula urutan kategori kata dalam frasa
nomina yang merupakan uinsur pusat terdiri atas nomina diikuti adjektiva
sedangkan dalam bahasa Inggris sebaliknya, yaitu adjektiva diikuti nomina.
1.5 Tinjauan Pustaka
Pembicaraan tentang frasa nomina dalam bahasa Indonesia oleh para ahli
tata bahasa dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu (1) batasan atau pengertian
frasa nomina, (2) hubungan antarunsur pembentuk frasa nomina, dan (3) kategori
8
pengisi atribut dalam frasa nomina. Para ahli tata bahasa tersebut adalah Verhaar
(1996), Kridalaksana (1988), Ramlan, (1983), dan Chaer (1988).
Verhaar (1996: 293) menjelaskan batasan frasa nomina. Frasa nomina
terdiri dari atas nomina sebagai induk dan atribut. Atribut dapat berupa nomina (N)
maupun bukan nomina (nN).
Kridalaksana (1988) dalam bukunya yang berjudul Beberapa Prinsip
Perpaduan Leksem dalam Bahasa Indononesia menyebutkan bahwa frasa nomina
merupakan frasa modifikasif yang terjadi dari nomina sebagai induk dan unsur
perluasan lain yang mempunyai hubungan subordinatif dengan induk, yaitu
adjektiva, verba, numeralia, demonstrativa, pronominal, frasa preposisi, frasa
dengan yang, konstruksi yang … nya, serta frasa lain. Mengenai hubungan makna
gramatikal yang terjadi antara komponen-komponen (unsur) frasa dijabarkan secara
matematis, seperti ´a penyebab b´ dalam frasa kuman penyakit, sedangkan
penjabaran tentang kategori pengisi unsur frasa tidak dijelaskan secara rinci
khususnya tentang frasa nomina yang terdiri dari tiga kata.
Ramlan (1983) dalam bukunya yang berjudul Sintaksis: Ilmu Bahasa
Indonesia menjelaskan frasa nomina ialah frasa yang memeliki distribusi yang sama
dengan kata nomina. Selain itu pememaparan tentang frasa nomina dikupas sangat
rinci baik dari segi struktur, hubungan makna antar unsur-unsurnya dan pengisi
unsur atribut. Dari segi struktur dipaparkan bagaimana cara menentukan unsur
pusat maupun atribut untuk frasa nomina yang terdiri atas lebih dari dua kata.
namun mengenai frasa nomina yang terdiri dari tiga kata tidak dibahas secara
khusus.
9
Chaer (1988: 350 – 361) dalam bukunya yang berjudul Tata Bahasa Praktis
Bahasa Indonesia mengatakan bahwa unsur-unsur pembentuk frasa nomina dapat
berstruktur diterangkan – menerangkan (D-M) dan menerangkan – diterangkan (M-
D). Unsur D adalah nomina dan M adalah kata yang menerangkan nomina.
Dalam frasa nomina yang terdiri dari tiga kata, kemungkinan unsur D
dapat berupa kata nomina sedangkan unsur M berupa frasa atau unsur D berupa
frasa nomina sedangkan unsur M berupa kata. Perhatikan contoh berikut: frase
sepasang burung bangau. Kata sepasang (M) menerangkan frasa burung bangau
(D). Sedangkan frase perawan kecil itu (2) terdiri dari frasa perawan kecil (D) dan
kata itu (M). Kata itu menerangkan kata perawan kecil pada frase perawan kecil itu.
Selain itu, penelitian frasa nomina pernah dilakukan oleh Ernawati (2003)
yang berjudul Frasa Nominal yang Terdiri dari Dua Unsur dalam Bahasa
Indonesia. Dalam penelitianya dipaparkan tentang kategori dan makna gramatikal
frasa nomina yang terdiri dari dua kata tetapi tidak membahas struktur frasa. Selain
itu, dalam penentuan unsur frasa nomina yang terdiri dari tiga kata berbeda dengan
unsur frasa nomina yang terdiri dari dua kata.
1.6 Landasan Teori
Landasan teori yang digunakan untuk memecahkan masalah penelitian ini
adalah (1) pengertian frasa, (2) jenis frasa, (3) unsur-unsur frasa menurut jumlah
kata, (4) unsur frasa menurut kategori, dan (5) makna frasa.
10
1.6.1 Pengertian Frasa
Sebuah kalimat dapat dibagi menjadi beberapa bagian, dan bagian-bagian
tersebut terdiri atas kata atau gabungan kata yang mengacu pada satu makna.
Gabungan kata tersebut oleh para ahli linguistik disebut frasa, dan diberi pengertian
sebagai berikut:
a. Frasa adalah satuan gramatikal yang terdiri atas dua kata atau lebih yang
tidak melampaui batas fungsi (Ramlan, 1986: 142).
b. Frasa adalah gabungan dua kata atau lebih yang sifatnya tidak predikatif;
gabungan itu dapat rapat dan renggang (Kridalaksana, 1983: 46)
c. Frasa adalah satuan linguistik yang secara potensial merupakan gabungan
dua kata atau lebih yang tidak mempunyai ciri-ciri klausa atau tidak
melampaui batas subjek atau predikat (Tarigan, 1984: 50).
Dari ketiga padangan tersebut dapat disimpulkan bahwa frasa adalah satuan
linguistik (gramatika) yang terdiri atas dua kata atau lebih yang tidak mempunyai
ciri klausa atau tidak batas fungsi. Yang dimaksud tidak melampaui batas fungsi
mengandung arti bahwa satuan gramatik tersebut selalu berada di dalam satu fungsi
unsur klausa yaitu subjek (S), predikat (P), objek (O), pelengkap (Pel), atau
keterangan (Ket).
1.6.2 Jenis Frasa
Ramlan, (1982) dalam bukunya yang berjudul Sintaksis disebutkan bahwa
jenis frasa berdasarkan distribusinya dapat dibedakan menjadi dua, yaitu frasa
indosentrik dan eksosentrik. Frasa endosentrik adalah frasa yang mempunyai
11
distribusi yang dengan unsurnya, baik semua unsurnya maupun salah satu dari
unsurnya sedangkan frasa eksosentrik adalah frasa yang tidak mempunyai distribusi
yang sama dengan semua unsurnya.
Menurut Kridalaksana (1987: 81) dalam bukunya yang berjudul
Beberapa Prinsip Perpaduan Leksem dalam Bahasa Indonesia disebutkan bahwa
frasa endosentrik yang beriduk satu terdiri atas frasa nomina, adjektiva, pronomina,
numeralia, dan verba sedangkan yang beriduk banyak terdiri atas frasa koodinatif
dan apositif. Frasa endosentrik adalah frasa yang mempunyai distribusi yang sama
dengan unsurnya, baik semua unsurnya maupun salah satu dari unsurnya (Ramlan,
1983: 140)
Seperti dikemukakan pada awal bab I, frasa nomina adalah frasa modifikatif
yang terjadi dari nomina sebagai induk dan unsur perluasan lain yang mempunyai
hubungan subordinatif dengan induk (Kridalaksana, 1988: 85).
Dalam frasa nomina yang terdiri dari tiga kata dalam bahasa Indonesia,
nomina yang sebagai induk dapat berupa kata N atau FN. Berikut ini contohnya:
(7) Gumpalan rumput kering menggelinding dan berhenti karena terhalang pematang.
(8) Tiga ujung kulub terarah pada titik yang sama.
Frasa gumpalan rumput kering (7) frasa gumpalan rumput merupakan
induk dan kata kering sebagai unsur perluasan yang mempunyai hubungan
subordinataif dengan induk, yaitu gumpalan rumput yang termasuk kategori FN
nomina yang berinti N gumpalan. Begitu pula frasa tiga ujung kulup (8), kata kulup
merupakan induk dan frasa tiga ujung merupakan unsur perluasan yang mempunyai
12
hubungan subordinatif dengan induk, yaitu kulup yang termasuk kategori N. Hal
ini dapat dibuktikan teknik lesap, seperti tampak pada kalimat berikut:
(7a) Gumpalan rumput Φ menggelinding dan berhenti karena terhalang pematang.
(8a) Φ Kulub terarah pada titik yang sama.
Frasa verba adalah frasa yang mempunyai distribusi yang sama dengan kata
golongan verba (Ramlan, 1983: 154). Berikut ini contohnya:
(9) Dua perjaka tanggung sedang menuruni bukit membawa sepikul kayu bakar.
Frasa sedang menuruni (9) mempunyai distribusi yang sama dengan kata
menuruni. Kata menuruni termasuk golongan verba, karena itu frasa sedang
menuruni termasuk golongan frasa verba. Persamaan distribusi tampak seperti
kalimat di bawah ini.
(9a) Dua perjaka tanggung - menuruni bukit membawa sepikul kayu bakar.
Frasa bilangan (numeralia) adalah frasa yang mempunyai distribusi yang
sama dengan kata bilangan (Ramlan, 1983: 146). Berikut ini contohnya.
(10) dua ekor kambing sedang makan rumput di lapangan.
Frasa dua ekor dalam dua ekor kambing (10) yang mempunyai distribusi
yang sama dengan kata dua. Kata dua termasuk golongan numeralia sehingga frasa
dua ekor dapat dikatakan sebagai frasa numeralia. Persamaan distribusi itu tampak
seperti kalimat berikut.
(10a) dua - kambing sedang makan rumput di lapangan.
Frasa keterangan adalah frasa yang mempunyai distribusi yang sama dengan
kata keterangan (Ramlan 1983: 162) . Berikut ini contohnya.
13
(11) Pesta kemarin malam membuat para tamu bahagia.
Frasa kemarin malam dalam pesta kemarin malam (11) yang mempunyai
distribusi yang sama dengan kata kemarin. Kata kemarin termasuk golongan
adverbia, karena itu, frasa kemarin malam termasuk golongan frasa adverbia.
Persamaan distribusi tampak seperti kalimat di bawah ini.
(11a) Pesta kemarin - membuat para tamu bahagia.
Frasa depan (preposisi) adalah frasa yang diawali oleh kata depan sebagai
penanda, diikuti oleh kata/frasa golongan nomina, verba, bilangan, atau adverbia
sebagai penanda. Berikut ini contohnya.
(12) Urat-urat di tangan mulai menegang.
Frasa di tangan dalam urat-urat di tangan (12) termasuk frasa preposisi
karena frasa di tangan terdiri atas preposisi di sebagai penanda, diikuti nomina
tangan sebagai petanda.
Frasa endosentrik yang koordinatif adalah frasa yang unsur-unsurnya setara
(Ramlan, 1983: 142) sedangkan frasa endosentrik yang apositif adalah frasa yang
unsur unsurnya tidak dapat dihubungkan dengan kata penghubung dan atau atau
(Ramlan, 1983: 143)
1.6.3 Unsur Frasa Menurut Jumlah Kata
Anton Moeliono dkk., ed. (1988) dalam bukunya yang berjudul Tata Bahasa
Baku Bahasa Indonesia menyebutkan bahwa unsur pembangun suatu frasa adalah
unsur inti yang dinamakan unsur pusat dan konstituen bawahan yang merupakan
perluasan dari inti dinamakan pewatas atau atribut. Berarti dalam frasa nomina yang
terdiri dari tiga kata kata unsurnya adalah kata yang menduduki fungsi sebagai inti
14
(unsur pusat) dan frasa yang merupakan konstituen bawahan (atribut) atau frasa
yang menduduki fungsi sebagai unsur pusat dan kata yang menduduki fungsi
sebagai atribut.
1.6.4 Unsur Frasa Menurut Kategori
Kategori adalah golongan satuan bahasa yang anggotanya mempunyai
perilaku sintaksis dan sifat hubunganya sama (KBBI, 2008: 635). Menurut
Moeliono, dkk.,ed. (1988: 30) dalam bahasa Indonesia terdapat empat kategori
utama, yaitu nomina atau kata benda, verba atau kata kerja adjektiva atau kata sifat,
dan adverbia atau kata keterangan. Selain itu, ada satu kelompok lain yang
dinamakan kata tugas yang terdiri atas sub-kelompok yang kecil, misalnya preposisi
atau kata depan, konjungsi atau kata sambung, dan partikel.
Dalam frasa nomina yang terdiri dari tiga kata, kata atau frasa yang
merupakan unsur pusat selalu berkategori nomina sedangkan kata atau frasa yang
merupakan atribut dapat berupa nomina atau bukan nomina.
1.6.5 Makna Frasa
Makna adalah pertautan yang ada antara satuan bahasa (Djajasudarma, 1993:
13). Chaer (1989: 59-62) menyebutkan bahwa berdasarkan jenis semantiknya,
makna dapat dibedakan atas makna gramatikal dan makna leksikal.
Makna gramatikal adalah makna yang hadir sebagai akibat adanya proses
gramatikal seperti afiksasi, reduplikasi, dan komposisi, sedangkan makna leksikal
adalah makna yang sesuai dengan referennya, makna yang sesuai dengan hasil
15
obsevasi alat indera, atau makna yang sungguh-sungguh nyata dalam kehidupan
kita
Pertemuan unsur-unsur dalam suatu frasa menimbulkan hubungan makna
(Ramlan, 1983: 148). Pada penelitian ini dibahas hubungan makna yang terjadi
karena pertemuan unsur-unsur pembentuk frasa nomina yang terdiri dari tiga kata.
Pada frasa gumpalan rumput kering (7) terdiri dari unsur frasa gumpalan rumput
dan kata kering. Pertemuan kata kering yang merupakan unsur atribut menyatakan
makna ´penjelas´ bagi unsur frasa gumpalan rumput dalam frasa gumpalan rumput
kering. kata tiga yang merupakan unsur atribut menyatakan makna `jumlah` bagi
frasa ujung kulup yang merupakan unsur pusat dalam frasa tiga ujung kulub (8).
1.7 Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan melalui tiga tahap, yaitu (1) tahap pengumpulan
data, (2) tahap analisis data, dan (3) tahap penyajian data. Pelaksanaan setiap tahap
menggunakan metode dan teknik tertentu.
1.7.1 Metode dan Teknik Pengumpulan Data
Data penelitian adalah kalimat yang mengandung frasa nomina yang terdiri
dari tiga kata. Data diperoleh dari sumber tertulis dan lisan. Data tertulis diperoleh
dari novel Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari dan surat kabar harian
Kompas sedangkan data lisan diperoleh dari ujaran-ujaran orang lain.
Penyediaan data lisan dilakukan dengan metode simak. Penerapan
selanjutnya digunakan teknik sadap, yaitu menyadap penggunaan bahasa
(Sudaryanto 1993: 132). Teknik lanjutan yang digunakan dalam penyediaan data ini
16
adalah teknik catat, yaitu mencatat data yang diperoleh dari sumber tertulis maupun
lisan. Pengumpulan data yang diperoleh dari sumber tertulis dan lisan tersebut
kemudian diklasifikasikan berdasarkan struktur, unsur dan kategori pembentukan.
1.7.2 Metode dan Teknik Analisis Data
Langkah berikutnya adalah menganalisis data yang sudah terklasifikasi
dengan menggunakan metode agih. Metode agih merupakan metode penelitian
bahasa yang alat penentunya ada di dalam dan merupakan bagian dari bahasa yang
diteliti (Sudaryanto, 1993: 15). Untuk menerapkan metode ini digunakan teknik
dasar metode agih yaitu teknik bagi unsur langsung. Teknik lanjutan yang
kemudian digunakan adalah teknik sisip, teknik lesap, teknik baca markah, dan
teknik ganti.
Menurut Sudaryanto (1993: 31), teknik bagi unsur langsung merupakan
teknik analisis data dengan cara membagi suatu konstruksi menjadi beberapa bagian
dan bagian-bagian itu dipandang sebagai bagian yang langsung membentuk
kontruksi yang dimaksud. Dalam penelitian ini, teknik_ini digunakan untuk
menentukan bagian – bagian konstruksional dari suatu fungsi. Hasil penerapan
teknik bagi unsur langsung menjadi dasar bagi analisis data selanjutnya. Contoh
kerja teknik bagi unsur langsung dalam kalimat (8) Sepasang burung bangau
melayang meniti angin.
Kalimat tersebut dibagi menjadi empat bagian yaitu:
a. sepasang burung bangau,
b. melayang,
c. meniti, dan
d. angin.
17
Teknik sisip adalah teknik analisis data dengan cara menyisipkan satuan
kebahasaan lain di antara konstruksi yang dianalisis (Kesuma, 2003: 60).
Dalam penelitian ini, teknik sisip digunakan untuk menentukan hubungan makna
yang dihasilkan oleh pertemuan unsur-unsur dalam frasa nomina. Berikut ini
contohnya.
(9) Batik tulis Pekalongan diekspor ke berbagai mancanegara.
(10) Pulau Bali mempunyai laut berair jernih.
Frasa batik tulis Pekalongan (9) dan laut berair jernih (10) masing –masing
terdiri atas dua unsur, yaitu frasa batik tulis dan kata pekalongan (9) dan kata laut
dan frasa berair jernih. Kata Pekalongan yang merupakan unsur atribut menyatakan
makna ´asal´ bagi frasa batik tulis yang merupakan unsur pusat dalam frasa batik
tulis Pekalongan (9). Hal ini dapat dibuktikan dengan penyisipan preposisi dari
sebagai penanda asal di antara kedua unsur tersebut. Begitu pula frasa berair jernih
yang merupakan unsur atribut menyatakan makna ´pejelas´ bagi kata laut yang
merupakan unsur pusat dalam frasa laut berair jernih (10) karena hubungan makna
ini ditandai oleh kemungkinan diletakannya konjungsi yang di antara kedua
unsurnya. Kalimat di atas menjadi:
(9b) Batik tulis dari Pekalongan diekspor ke berbagai mancanegara.
(10b) Pulau Bali mempunyai laut yang berair jernih.
Teknik lesap ialah teknik analisis data dengan cara melesapkan satuan
kebahasaan yang dianalisis (Sudaryanto, 1993: 40). Dalam penelitian ini, teknik
lesap digunakan untuk membuktikan kadar keintian satuan kebahasaan dalam suatu
konstruksi. Perhatikan kalimat berikut:
18
(11) Banyak naskah melayu tersebar di pulau ini..
(12) Bau keringat laki-laki membuat setiap anak perempuan menjadi cepat dewasa..
Frasa naskah melayu (11) dan bau keringat (12) masing-masing merupakan
unsur pusat dalam frasa banyak naskah melayu (11) dan bau keringat laki-laki (12)
karena memiliki distribusi yang sama dengan seluruh frasanya sedangkan kata
banyak (11) dan laki-laki (12) masing – masing merupakan unsur atribut. Hal ini
dapat dibuktikan dengan menggunakan teknik lesap, yaitu melesapkan unsur
atributnya kalimat di atas masih tetap gramatikal, seperti tampak pada kalimat
berikut.
(11a) Φ Naskah melayu tersebar di pulau ini.
(12a) Bau keringat Φ membuat setiap anak perempuan menjadi cepat dewasa..
Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa unsur pusat tidak mungkin
dilesapkan. Apabila unsur pusat dilesapkan, bagian kalimat sisanya tidak
gramatikal. Hal ini tampak pada kalimat berikut.
(11b) * Banyak Φ tersebar di pulau ini.
(12b) *. Bau Φ membuat setiap anak perempuan menjadi cepat dewasa.
Teknik baca markah adalah teknik analisis data dengan cara “ membaca
pemarkah atau penanda“ dalam suatu konstruks (Kesuma, 2007: 66). Pemarkah itu
adalah alat seperti imbuhan, kata penghubung, kata depan, dan artikel yang
menyatakan ciri ketatabahasaan (Kridalaksana, 2001: 161).
Dalam penelitian ini, teknik baca markah digunakan untuk menentukan
hubungan makna dari pertemuan unsur-unsur dalam frasa. Berikut ini contohnya.
19
(13) Cerita nenek itu hanya bisa kurekam setelah aku dewasa.
(14) Sampean berdua ini tidak tau diuntung!
Dalam frasa cerita nenek itu (13) dan sampean berdua ini (14), unsur kata itu
dan ini masing-masing yang merupakan atribut menyatakan hubungan makna
´penentu´ bagi frasa cerita nenek dan sampean berdua yang merupakan unsur pusat.
Teknik ganti adalah teknik analisis data dengan cara mengganti satuan
kebahasaan tertentu di dalam suatu konstruksi dengan satuan kebahasaan yang lain
di luar konstruksi yang bersangkutan (Kesuma, 2007: 58).
Dalam penelitian ini, teknik ganti digunakan untuk menentukan satuan
kemaknaan yang terjadi karena pertemuan unsur-unsur pembentuk frasa nomina.
Berikut ini contohnya.
(15) Setiap hari saya makan sebutir telur ayam.
(16) Segelas air putih berada di meja makan.
Dalam frasa sebutir telur ayam (15) kata sebutir yang merupakan unsur
atribut menyatakan hubungan makna ´satu´ bagi frasa telur ayam karena kata
sebutir dapat diganti dengan frasa satu butir. Begitu dalam frasa segelas air putih
(16), kata segelas yang merupakan atribut menyatakan makna ´satu´ bagi frasa air
putih yang merupakan unsur pusat karena kata segelas dapat diganti dengan frasa
satu gelas, seperti tampak pada kalimat berikut.
(15a) Setiap hari saya makan satu butir telur ayam.
(16a) Satu gelas air putih berada di meja makan.
Teknik ubah ujud atau teknik parafrasa adalah teknik analisis data dengan
mengubah wujud atau bentuk satuan kebahasaan yang dianalisis (Kesuma, 2007:
20
63). Dalam penelitian ini, teknik ubah ujud digunakan untuk menentukan satuan
makna yang dihasilkan oleh pertemuan unsur dalam frasa. Berikut ini contohnya.
(17) Sang raja dangdut menikah siri lagi.
Kata sang yang merupakan unsur atribut menyatakan makna ´julukan´ atau
´sebutan´ bagi unsur raja dangdut. Hal ini dapat dibuktikan dengan mengubah
struktur frasa sang raja dangdut menjadi penyanyi lagu dangdut yang terkanal.
Kalimat di atas menjadi sebagai berilut.
(17a) Penyanyi lagu dangdut yang terkenal menikah siri lagi.
1.7.3 Metode Penyajian Hasil Analisis Data
Hasil analisis data yang berupa struktur frasa nomina yang terdiri dari tiga
kata disajikan secara informal dan formal, sedangkan yang berupa hubungan makna
unsur-unsur pembangun frasa nomina disajikan secara informal. Menurut
Sudaryanto (1993: 145), penyajian analisis hasil analisis data secara informal adalah
penyajian analisis data dengan menggunakan kata-kata biasa sedangkan penyajian
hasil analisis data secara formal adalah penyajian hasil analisis data dengan
menggunakan kaidah.
Dalam analisis data tentang struktur frasa nomina yang terdiri dari tiga kata,
penulis menyajikan secara informal dan formal. Secara informal, yaitu dengan
memaparkan kaidah atau rumusan struktur frasa nomina secara runut dengan
menggunakan kata-kata yang mudah dipahami sedangkan secara formal, yaitu hasil
analisis data tersebut diwujudkan juga dalam bentuk diagram pohon supaya mudah
dilihat dan dipahami.
21
1.8 Sistematika Penyajian
Laporan hasil penelitian ini disusun dalam empat bab. Bab I berupa
pendahuluan. Pendahuluan meliputi latar belakang masalah, alasan pemilihan topik,
tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian,
dan sistematika penyajian.
Bab II berisi uraian tentang struktur frasa nomina yang terdiri tiga kata dalam
bahasa Indonesia meliputi bentuk struktur frasa nomina yang dihasilkan dari
perluasan unsur pusat ke arah kiri maupun kanan. Dalam struktur frasa nomina
diuraikan tentang penentuan dan kategori unsur-unsur pembentuk frasa nomina.
Dari uraian tersebut dapat dibuat rumusan atau kaidah penyusunan frasa nomina
yang terdiri dari tiga kata.
Bab III berisi uraian tentang hubungan makna unsur-unsur pembentuk frasa
nominayang terdiri atas makna gramatikal yang dihasilkan oleh frasa nomina yang
beratribut di sebelah kiri dan kanan unsur pusat dan frasa nomina yang koordinatif.
Bab IV berisi kesimpulan dan saran. Kesimpulan dari hasil penelitian
mencakup kesimpulan dari struktur frasa nomina, kategori pengisi unsur-unsur
pembentuk, dan makna gramatikal yang dihasilkan dari pertemuan unsur-unsur
pembentuk frasa nomina yang terdiri tiga kata.
22
BAB II
STRUKTUR FRASA NOMINA YANG TERDIRI DARI TIGA KATA
DALAM BAHASA INDONESIA
2.1 Pengantar
Pada bab ini diuraikan empat bentuk struktur pembangun frasa nomina
yang terdiri dari tiga kata dalam bahasa Indonesia. Pada perluasan inti frasa atau
unsur pusat ke arah kiri ada dua kemungkinan, yaitu berupa frasa (Fr) bila unsur
pusatnya adalah kata nomina (N) dan berupa kata (K) bila unsur pusatnya adalah
frasa nomina (FN). Begitu juga dalam perluasan inti frasa ke arah kanan, terdapat
dua kemungkinan juga. yaitu berupa frasa (Fr) bila unsur pusatnya adalah kata
nomina (N) dan kata (K) bila unsur pusatnya adalah frasa nomina (FN).
2.2. Frase Nomina yang Berstruktur Frasa Numeralia (FNum) + Kata
Nomina (N)
Perluasan unsur pusat ke arah kiri yang berupa frasa hanyalah frasa
numeralia. Frasa nomina ini terdiri dari tiga kata yang dibangun dari frasa
numeralia yang terdiri terdiri atas kata numeralia dan kata penggolong menduduki
fungsi sebagai unsur atribut dan kata nomina menduduki fungsi sebagai unsur
pusat. Kata numeralia adalah kata yang dapat diikuti oleh penggolong, seperti
kata-kata orang, ekor, lembar, kodi, buah, meter, dan sebagainya (Ramlan, 1982:
54). Berikut ini contohnya:
23
(18) Dua lembar kertas berada di atas meja.
(19) Tiga orang petani sedang membajak sawah.
(20) Empat ekor ayam akan dipotong oleh ayah.
(21) Sepuluh butir telur berada di sarangnya.
Frasa dua lembar kertas (18), tiga orang petani (19), empat ekor ayam
(20), dan sepuluh butir telur (21) masing-masing terdiri dari tiga kata, yaitu kata
dua, lembar, dan kertas (18), kata tiga, orang, dan petani (19), kata empat, ekor,
dan ayam (20), dan kata sepuluh, butir, dan telur (21). Kata kertas berkaitan
dengan kata dua (18), kata petani berkaitan dengan kata tiga (19), kata ayam
berkaitan dengan kata empat (20), kata telur berkaitan dengan kata sepuluh (21),
sehingga frasa dua lembar kertas (18), tiga orang petani (19), empat ekor ayam
(20), dan sepuluh butir telur (21) terdiri dari dua unsur, yaitu unsur frasa dua
lembar dan unsur kata kertas (18), unsur frasa tiga orang dan kata petani (19),
unsur frasa empat ekor dan unsur kata ayam (20), dan unsur frasa sepuluh butir
dan unsur kata telur (21). Selanjutnya unsur frasa dua lembar (18) terdiri dari kata
dua dan lembar, unsur tiga orang (19) terdiri dari kata tiga dan orang, unsur
empat ekor (20) terdiri dari kata empat dan ekor, dan unsur sepuluh butir (21)
terdiri dari kata sepuluh dan butir, Berikut ini diagramnya:
(18a) (19a)
dua lembar kertas tiga orang petani
dua lembar tiga orang
dua lembar kertas tiga orang petani
24
(20a) (21a)
empat ekor ayam sepuluh butir telur
empat ekor sepuluh butir
empat ekor ayam sepuluh butir telur
Unsur frasa dua lembar (18a), tiga orang (19a) empat ekor (20a), dan sepuluh
butir (21a) merupakan unsur atribut berkategori frasa numeralia yang terdiri atas
numeralia dua (18a), tiga (19a), empat (20a), sepuluh (21a) dan kata penggolong
lembar (18a), orang (19a), ekor (20a), butir (21a), sedangkan kata nomina kertas
(18a), petani (19a), ayam (20a), dan telur (21a) sebagai unsur pusat karena kata-
kata tersebut memiliki distribusi yang sama dengan seluruh frasanya, yaitu kata
kertas memiliki distribusi yang sama dengan frasa dua lembar kertas (18a), kata
petani memiliki distribusi yang sama dengan frasa tiga orang petani (19a), kata
ayam memiliki distribusi yang sama dengan frasa empat ekor ayam (20a), dan
kata telur memiliki distribusi yang sama dengan frasa sepuluh butir telur (21a).
Persamaan distribusi kalimat di atas tampak seperti pada kalimat berikut:
(18c) Φ Kertas berada di atas meja.
(19c) Φ Petani sedang membajak sawah.
(20c) Φ Ayam dipotong oleh ayah
(21c) Φ Telur berada di sarangnya.
Sebaliknya jika unsur pusat dilesapkan maka kalimat di atas tidak gramatikal lagi.
Kalimat di atas akan tampak seperti:
(18d) *Dua lembar Φ berada di atas meja.
(19d) *Tiga orang Φ sedang membajak sawah.
25
(20d) *Empat ekor Φ akan dipotong oleh ayah.
(21d) *Sepuluh butir Φ berada di sarangnya.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa frasa nomina yang terdiri dari tiga
kata dalam bahasa Indonesia yang atributnya berupa frasa numeralia dapat
dirumuskan sebagai berikut:
FN
F Num
Num Pg N
2.3 Frasa Nomina yang Berstruktur Kata (K) dan Frasa Nomina (FN)
Perluasan nomina ke arah kiri yang unsur pusatnya berwujud frasa dalam
frasa nomina yang terdiri dari tiga kata adalah kata. Ada beberapa jenis kategori
kata yang dapat menduduki kata tersebut, yaitu kata numeralia, penggolong, dan
sandang, sedangkan unsur frasa yang merupakan unsur pusatnya adalah frasa
nomina terdiri atas kata nomina dan nomina atau kata lain.
2.3.1 Frasa Nomina yang Berstruktur Kata Numeralia (KNum) +Frasa
Nomina (N+N)
Frasa ini terdiri tiga kata, yaitu kata numeralia menduduki fungsi sebagai
unsur atribut dan frasa nomina yang terdiri atas kata nomina dan nomina
menduduki fungsi sebagai unsur pusat. Berikut ini contohnya:
26
(22) Dua gembong teroris telah ditangkap polisi.
(23) Beberapa mahasiswa sastra membaca puisi karya Chairil Anwar.
(24) Sepuluh pemuda kampung berkumpul di gardu ronda.
Frasa dua gembong teroris (22), beberapa mahasiswa sastra (23), dan
sepuluh pemuda kampung (24) masing-masing terdiri dari tiga kata, yaitu kata
dua, gembong, dan teroris (22), beberapa, mahasiswa, dan sastra (23), dan
sepuluh, pemuda, dan kampung (24). Kata teroris berkaitan dengan kata gembong
(22), kata sastra berkaitan dengan kata mahasiswa (23), dan kata kampung
berkaitan dengan kata pemuda (24) sehingga frasa dua gembong teroris (22),
beberapa mahasiswa sastra (22), dan sepuluh pemuda kampung (23) terdiri dari
dua unsur, yaitu kata dua dan frasa gembong teroris (22), kata beberapa dan frasa
mahasiswa sastra (23), dan kata sepuluh dan frasa pemuda kampung (24).
Berikut ini diagramnya:
(22a) (23a)
dua gembong teroris beberapa mahasiswa
gembong teroris mahasiswa sastra
dua gembong teroris beberapa mahasiswa sastra
(24a)
sepuluh pemuda kampung
pemuda kampung
sepuluh pemuda kampung
27
Kata dua dalam (22a), beberapa (23a), dan sepuluh (23a) merupakan
unsur atribut berkategori kata numeralia, sedangkan frasa gembong teroris (22a),
mahasiswa sastra (23a), dan pemuda kampung (24a) merupakan unsur pusat
berkategori frasa nomina yang terdiri atas kata nomina dan nomina karena frasa-
frasa tersebut memiliki distribusi yang sama dengan seluruh frasanya. Selanjutnya
frasa nomina gembong teroris (22a) terdiri atas kata nomina gembong dan teroris,
mahasiswa sastra (23a), terdiri atas kata nomina mahasiswa dan sastra dan
pemuda kampung (24a) terdiri atas kata nomina pemuda dan kampung.
Persamaan distribusi kalimat di atas tampak seperti kalimat di bawah ini:
(22b) Φ Gembong teroris telah ditangkap polisi.
(23b) Φ Mahasiswa sastra membaca puisi karya Chairil Anwar.
(24b) Φ Pemuda kampung berkumpul di gardu ronda.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa frasa nomina yang terdiri dari
tiga kata dalam bahasa Indonesia yang beratribut kata numeralia (Num) dapat
dirumuskan seperti bagan sebagai berikut:
(FN)
FN
Num N N
28
2.3.2 Frasa Nomina yang Berstruktur Kata Penggolong + Frasa Nomina
(N+N)
Frasa nomina ini terdiri atas tiga kata, yaitu kata penggolong menduduki
fungsi sebagai unsur atribut dan frasa nomina yang terdiri atas kata nomina dan
nomina menduduki fungsi sebagai unsur pusat. Berikut ini contohnya:
(25) Selembar kertas surat berada di atas meja.
(26) Tubuhnya terbungkus sehelai kain sutra.
(27) Segumpal cahaya kemerahan datang dari langit menuju Dukuh Paruk.
Frasa selembar kertas surat (25), sehelai kain sutra (26) , dan segumpal
cahaya kemerahan (27) masing-masing terdiri dari tiga kata, yaitu kata selembar,
kertas, dan surat (25), kata sehelai, kain, dan sutra (26), dan kata segumpal,
cahaya, dan kemerahan (27). Kata surat berkaitan dengan kertas (22), kata sutra
berkaitan dengan kain (23), dan kata kemerahan berkaitan dengan cahaya (27),
sehingga frasa selembar kertas surat (25), sehelai kain sutra (26), dan segumpal
cahaya kemerahan (27) terdiri atas dua unsur, yaitu kata selembar dan frasa
kertas surat (25), kata sehelai dan frasa kain sutra (26), dan kata segumpal dan
frasa cahaya kemerahan (27). Berikut ini diagramnya.
(25a ) (26a)
selembar kertas surat sehelai kain sutra
kertas surat kain sutra
selembar kertas surat sehelai kain sutra
29
(27a)
segumpal cahaya kemerahan
cahaya kemerahan
segumpal cahaya kemerahan
Kata selembar (25a), sehelai (26a), dan segumpal (27a) merupakan unsur
atribut berkategori kata penggolong sedangkan frasa kertas surat (25a), kain sutra
(26a), dan cahaya kemerahan (27a) merupakan unsur pusat berkategori frasa
nomina karena memiliki distribusi yang sama dengan seluruh frasanya.
Selanjutnya frasa nomina kertas surat (25a) terdiri atas kata nomina kertas dan
surat, kain sutra (26a) terdiri atas kata nomina kain dan sutra, dan cahaya
kemerahan (27a) terdiri atas kata nomina cahaya dan kemerahan.
Persamaan distribusi kalimat di atas tampak seperti di bawah ini.
(25b) Φ Kertas surat berada di atas meja.
(26b) Tubuhnya terbungkus Φ kain sutra.
(27b) Φ Cahaya kemerahan datang dari langit menuju Dukuh Paruk.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa frasa nomina yang terdiri dari
tiga kata dalam bahasa Indonesia yang berstruktur kata penggolong dan frasa
nomina yang terdiri dapat dirumuskan sebagai berikut:
FN
FN
Pg N N
30
2.3.3 Frasa Nomina yang Berstruktur Kata Penggolong (Pg) + Frasa Nomina
(N+Adj)
Adjektiva adalah kata yang menerangkan nomina dan secara umum dapat
bergabung dengan kata lebih dan sangat (KBBI, 2008: 10). Frasa nomina yang
berstruktur ((Pg+(N+Adj)) terdiri atas dua unsur, yaitu kata penggolong
menduduki fungsi sebagai atribut, dan frasa nomina yang terdiri atas kata nomina
dan adjektiva menduduki fungsi sebagai unsur pusat. Berikut ini contohnya:
(28) Sehelai kain biru berada di atas meja.
(29) Sepotong ranting kecil berguguran jatuh di tanah.
(30) Seekor unggas besar mengapung ke udara dengan tikus sawah di cakarnya.
(31) Secercah warna terang tampak di langit.
Frasa sehelai kain biru (28), sepotong ranting kecil (29), seekor unggas
besar (30), dan secercah warna terang (31) masing-masing terdiri dari tiga kata,
yaitu kata sehelai, kain, dan biru (28), sepotong, ranting, dan kecil (29), seekor,
unggas, dan besar (30), secercah, warna,dan terang (31). Kata biru berkaitan
dengan kain (28), kata kecil berkaitan dengan ranting (29), kata besar berkaitan
dengan unggas (30), dan kata terang berkaitan dengan warna (31) sehingga frasa
sehelai kain biru (28), sepotong ranting kecil (29), seekor unggas besar (30), dan
secercah warna terang (31) terdiri dari dua unsur, yaitu unsur kata sehelai dan
unsur frasa kain biru (28), unsur kata seekor dan unsur frasa ranting kecil (29),
unsur kata seekor dan unsur frasa unggas besar (30), dan unsur kata secercah dan
unsur frasa warna terang (31). Berikut ini diagramnya.
31
(28a) (29a)
sehelai kain biru sepotong ranting kecil
kain biru ranting kecil
sehelai kain biru sepotong ranting kecil
(30a) (31a)
seekor unggas besar secercah warna terang
unggas besar warna terang
seekor unggas besar secercah warna terang
Kata sehelai (28a), sepotong (29a), seekor (30a), dan secercah (31a)
merupakan unsur atribut berkategori kata penggolong sedangkan frasa kain biru
(28a), ranting kecil (29a), unggas besar (30a), dan warna terang (31a)
merupakan unsur pusat berkategori frasa nomina karena memiliki distribusi yang
sama dengan seluruh frasanya. Selanjutnya frasa nomina kain biru (28a) terdiri
atas kata nomina kain dan adjektiva biru, ranting kecil (29a) terdiri atas kata
nomina ranting dan adjektiva kecil, unggas besar (30a) terdiri atas kata nomina
unggas dan adjektiva besar, dan warna terang (31a) terdiri atas kata nomina
warna dan adjektiva terang. Persamaan distribusi kalimat di atas tampak seperti
dalam kalimat di bawah ini.
(28b) Φ Kain biru berada di atas meja.
(29b) Φ Ranting kecil berguguran jatuh di tanah.
(30b) Φ Unggas besar mengapung ke udara dengan tikus sawah di cakarnya.
(31b) Φ Warna terang tampak di langit.
32
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa frasa nomina yang terdiri dari
tiga kata dalam bahasa Indonesia yang beratribut kata penggolong dapat
dirumuskan sebagai berikut:
FN
FN
Pg N Adj
2.3.4 Frasa Nomina yang Berstruktur Artikel + Frasa Nomina
Menurut Moeliono (1988) dalam bukunya yang berjudul Tata Bahasa
Baku Bahasa Indonesia menyebutkan bahwa artikel adalah kata tugas yang
membatasi makna jumlah nomina. Dalam bahasa Indonesia ada tiga kelompok
artikel: (1) artikel yang menyatakan jumlah tunggal adalah sang, sri, hang, dan
hang, (2) artikel yang mengacu ke makna kelompok adalah para, dan (3) artikel
yang menyatakan makna netral adalah si.
Struktur frasa ini terdiri atas dua unsur, yaitu artikel menduduki fungsi
sebagai atribut dan frasa nomina yang terdiri atas kata nomina dan nomina atau
kata lain menduduki fungsi sebagai unsur pusat. Berikut ini contohnya:
(32) Sang pangeran tampan lagi jatuh cinta.
(33) Si gadis manis sedang belajar.
Frasa sang pangeran tampan (32) dan si gadis manis (33), masing-masing
terdiri dari tiga kata, yaitu kata sang, pangeran,dan tampan (32) dan si, gadis, dan
manis (33). Kata tampan berkaitan dengan kata pangeran (32) dan kata manis
33
berkaitan kata gadis (33), sehingga frasa sang pangeran tampan (32) dan si gadis
manis (33) terdiri dari dua unsur, yaitu kata sang dan frasa pangeran tampan (32)
dan kata Si dan frasa gadis manis (33). Berikut ini diagramnya.
(32a) (33a)
sang pangeran tampan si gadis manis
pangeran tampan gadis manis
sang pangeran tampan si gadis manis
Kata sang (32a) dan si (33a) merupakan unsur atribut berkategori artikel,
sedangkan frasa pangeran tampan (32a) dan gadis manis (33) merupakan unsur
pusat karena frasa tersebut memiliki distribusi yang sama dengan seluruh
frasenya. Persamaan distribusinya tampak pada kalimat (32b), dan (33b).
Frasa pangeran tampan (32a), dan gadis manis (33a) berkategori frasa
nomina yang terdiri atas nomina dan adjektiva, yaitu frasa pangeran tampan (32)
terdiri dari nomina pangeran dan adjektiva tampan, begitu pula frasa gadis manis
(33) terdiri dari nomina gadis dan adjektiva manis.
(32b) Φ Pangeran tampan lagi jatuh cinta.
(33b) Φ Gadis manis sedang belajar.
Dari uraian di atas frasa nomina yang terdiri dari tiga kata dalam bahasa
Indonesia yang beratribut artikel dapat dirumuskan sebagai berikut:
FN
FN
Sd N Adj
34
2.4 Frasa Nomina yang Berstruktur Frasa Nomina (FN) + Kata (K)
Frasa yang berstruktur FN + K terdiri atas dua unsur, yaitu FN
menduduki fungsi sebagai unsur pusat dan K menduduki fungsi sebagai atribut.
Selanjutnya unsur FN terdiri atas kata nomina dan nomina atau bukan nomina
sedangkan unsur K dapat berupa kata nomina atau bukan nomina.
2.4.1 Frasa Nomina yang Berstruktur Frasa Nomina (N+N) + Kata Nomina
Frasa nomina yang berstruktur frasa nomina (FN) dan kata Nomina (N)
terdiri atas dua unsur, yaitu FN yang terdiri atas nomina dan nomina menduduki
fungsi sebagai unsur pusat dan kata nomina menduduki fungsi sebagai atribut .
Berikut ini contohnya:
(34) Hotel di Mekkah sudah siap menyambut jemaah haji Indonesia.
(35) Kedatangan tentara Amerika di Irak menimbulkan masalah baru bagi warga.
(36) Pesawat pengintai Amerika mendarat di Irak.
(37) Bau keringat laki-laki membuat setiap anak perempuan menjadi cepat dewasa.
Frasa jemaah haji Indonesia (34), kedatangan tentara Amerika (35) ,
pesawat pengintai Amerika (36), dan bau keringat laki-lakit (37) masing-masing
terdiri atas tiga kata yaitu kata jemaah, haji, dan Indonesia (34), kedatangan,
tentara, dan Amerika (35), pesawat, pengintai, dan Amerika (36), dan bau,
keringat, dan laki-laki (37). Kata Indonesia berkaitan dengan kata jemaah (34),
Amerika berkaitan dengan kedatangan (35), kata Amerika berkaitan dengan kata
pesawat (36), dan kata laki-laki berkaitan dengan kata bau (37) sehingga frasa
jemaah haji Indonesia (34), kedatangan tentara Amerika (35), pesawat pengintai
35
Amerika (36), dan bau keringat laki-laki (37) terdiri atas dua unsur, yaitu frase
jemaah haji dan kata Indonesia (34), frase kedatangan tentara dan kata Amerika
(35), frasa pesawat pengintai dan kata Amerika (36), dan frasa bau keringat dan
kata laki-laki (37). Berikut ini diagramnya:
(34a) (35a)
jemaah haji Indonesia kedatangan tentara Amerika
jemaah haji kedatangan tentara
jemaah haji Indonesia kedatangan tentara Amerika
(36a) (37a)
pesawat pengintai Amerika bau keringat laki-laki
pesawat pengintai bau keringat
pesawat pengintai Amerika bau keringat laki-laki
Frasa jemaah haji (34a), kedatangan tentara (35a), pesawat pengintai
(36a), dan bau keringat (37a) merupakan unsur pusat berkategori frasa nomina.
Selanjutnya frasa nomina jemaah haji (34a) terdiri atas kata nomina jemaah dan
haji, kedatangan tentara (35a) terdiri atas kata nomina kedatangan dan tentara,
pesawat pengintai (36a) terdiri atas kata nomina pesawat dan pengintai dan bau
keringat (37a) terdiri atas kata nomina bau dan keringat sedangkan kata Indonesia
(34a), Amerika (35a), (36a) dan laki-laki (37a) merupakan atribut berkategori
kata nomina. Hal ini dapat dibuktikan dengan melesapkan unsur atribut kalimat
tersebut masih tetap gramatikal. Kalimat di atas tampak seperti berikut ini.
36
(34b) Hotel di mekkah sudah siap menyambut jemaah haji Φ .
(35b) Kedatangan tentara Φ di Irak menimbulkan masalah baru bagi warga.
(36b) Pesawat pengintai Φ mendarat di Irak.
(37b) Bau keringat Φ membuat setiap anak perempuan menjadi cepat dewasa.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa frasa nomina yang terdiri dari
tiga kata yang beratribut kata nomina dapat dirumuskan seperti bagan di bawah
ini:
FN
FN
N N N
2.4.2 Frasa Nomina yang Berstruktur Frasa Nomina (N+N) + Pronomina
Pronomina adalah kata yang dipakai untuk mengganti orang atau benda
(KBBI, 2008: 1105). Frasa nomina ini terdiri dari dua unsur, yaitu frasa nomina
yang terdiri atas kata nomina dan nomina menduduki fungsi unsur pusat dan
pronomina menduduki fungsi sebagai atribut. Berikut ini contohnya.
(38) Kebaya batik ibu terbuat dari kain sutra.
(39) Sepeda motor dia berwarna hitam.
(40) Sarjana sastra kita banyak bekerja di Jakarta.
Frasa kebaya batik ibu (38), sepeda motor dia (39), dan sarjana sasatra
kita (40) masing-masing terdiri dari tiga kata, yaitu kata rumah, ayah, dan saya
37
(38), sepeda, motor, dan kita (39), dan sarjana, sastra, dan kita (40). Kata ibu
berkaitan dengan kata kebaya (38), kata dia berkaitan dengan kata sepeda (39),
dan kata kita berkaitan dengan kata sarjana (40) sehingga frasa kebaya batik ibu
(38), sepada motor dia (39), dan sarjana sastra kita (40) terdiri dari dua unsur,
yaitu frasa kebaya batik dan kata ibu (38), frasa sepeda motor dan kata dia (39),
dan frasa sarjana sastra dan kata kita (40). Berikut ini diagramnya.
(38a) (39a)
kebaya batik ibu sepeda motor dia
kebaya batik sepeda motor
kebaya batik ibu sepeda motor dia
(40a)
sarjana sastra kita
sarjana sastra
sarjana sastra kita
Frasa kebaya batik (38a), sepeda motor (39a), dan sarjana sastra (40a)
menduduki fungsi sebagai unsur pusat berkategori frasa nomina karena memiliki
distribusi yang sama dengan seluruh frasanya. Selanjutnya frasa nomina kebaya
batik (38a) terdiri atas nomina kebaya dan batik, sepeda motor (39a) terdiri atas
nomina sepada dan motor, dan sarjana sastra (40a) terdiri atas nomina sarjana
dan sastra sedangkan kata ibu (38a), dia (39a), dan kita (40a) menduduki fungsi
sebagai atribut berkategori pronomina.
38
Persamaan distribusi kalimat di atas tampak seperti kaimat di bawah ini:
(38b) Kebaya batik Φ terbuat dari kain sutra.
(39b) Sepeda motor Φ berwarna hitam.
(40b) Sarjana sastra Φ banyak bekerja di Jakarta.
Dari uraian di atas dapat di simpulkan bahwa frasa nomina yang terdiri
dari tiga kata dalam bahasa Indonesia yang beratribut pronomina dapat
dirumuskan seperti bagan berikut:
FN
FN
N N Pr
2.4.3 Frasa nominal yang Berstruktur Frasa Nomina (N+N) + Adjektiva
Frasa nomina yang berstruktur frasa nomina dan Adjektiva terdiri dari dua
unsur, yaitu frasa nomina yang terdiri atas nomina dan nomina menduduki fungsi
sebagai unsur pusat dan adjektiva menduduki fungsi sebagai atribut. Berikut ini
contohnya:
(41) Pembalap sepeda terbaik mendapat penghargaan dari presiden.
(42) Pemain basket tertinggi memasukan bola dengan mudah.
(43) Pemukiman rumah terindah berada di sekitar Gunung Merapi.
Frase pembalap sepeda terbaik (41), pemain basket tertinggi (42), dan
pemukiman rumah terindah (43) masing-masing terdiri atas tiga kata, yaitu kata
pembalap, sepada, dan terbaik (41), pemain, basket, dan tertinggi (42), dan
39
pemukiman, rumahnilai, dan terindah (43). Kata terbaik berkaitan dengan kata
pembalap (41), kata tertinggi berkaitan dengan kata pemain (42), dan kata
terindah berkaitan dengan kata pemukiman (43) sehingga frase pembalap sepeda
terbaik (41), pemain basket tertinggi (42), dan pemukiman rumah terindah (43)
terdiri dari dua unsur, yaitu frasa pembalap sepeda dan kata terbaik (41), frasa
pemain basket dan kata tertinggi (42), dan frasa pemukiman rumah dan kata
terindah (43). Berikut ini diagramnya:
(41a) (42a)
pembalap sepeda terbaik pemain basket tertinggi
pembalap sepeda pemain basket
pembalap sepeda terbaik pemain basket tertinggi
(43a)
pemukiman rumah terindah
pemukiman rumah
pemukiman rumah terindah
Frasa pembalap sepeda (41a), pemain basket (42a), dan perumahan
terindah (43a) menduduki fungsi sebagai unsur pusat berkategori frasa nomina
karena frasa-frasa tersebut memiliki distribusi yang sama dengan seluruh
frasanya. Selanjutnya frasa nomina pembalab sepeda (41a) terdiri atas kata
nomina pembalap dan sepeda, pemain basket (42a) terdiri atas kata nomina
pemain dan basket, dan pemukiman rumah terdiri atas kata nomina pemukiman
dan rumah (43a) sedangkan kata terbaik (41a), tertinggi (42a), dan terbaik (43a)
merupakan unsur atribut berkategori adjektiva. Hal ini dapat dibuktikan dengan
40
melesapkan unsur atributnya kalimat di atas tetap gramaitikal. Kalimat di atas
tampak seperti kalimat berikut:
(41b) Pembalap sepeda Φ mendapat penghargaan dari presiden.
(42b) Pemain tertinggi Φ memasukan bola dengan mudah.
(43b) Pemukiman rumah Φ berada di sekitar Gunung Merapi.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa frasa nomina yang terdiri
darai tiga kata dalam bahasa Indonesia yang beratribut kata adjektiva dirumuskan
seperti bagan di bawah ini:
FN
FN(N+N)
N N Adj
2.4.4 Frasa Nomina yang Berstruktur Frasa Nomina (N+N) + Demonstrativa
Demonstrativa adalah kata yang berfungsi untuk menunjuk atau menandai
secara khusus orang atau benda, misal ini dan itu (KBBI, 2008: 310). Frasa
nomina yang berstruktur frasa nomina dan demonstrativa terdiri dari dua unsur,
yaitu frasa nomina yang terdiri atas nomina dan nomina menduduki fungsi
sebagai unsur pusat dan kata demonstrativa menduduki fungsi sebagai unsur
atribut. berikut ini contohnya:
(44) Dukun ronggeng itu mulai berdiri goyah.
(45) Pembakaran kue ini memerlukan listrik 200 watt.
(46) Penulisan buku ini memerlukan waktu satu tahun.
41
Frasa dukun ronggeng itu (44), pembakaran kue ini (45), dan penulisan
buku ini (46) masing-masing terdiri dari tiga kata, yaitu kata dukun, ronggeng, dan
itu (44), pembakaran, kue, dan ini (45), dan kata penulisan, buku, dan ini (46).
Kata itu berkaitan dengan kata dukun (44), kata ini berkaitan dengan kata
pembakaran (45), dan kata ini berkaitan dengan kata penulisan (46) sehingga
frasa dukun ronggeng itu (44), pembakaran kue ini (45), dan penulisan buku ini
(46) terdiri dari dua unsur, yaitu unsur frasa dukun ronggeng dan kata itu (44),
frasa pembakaran kue dan kata ini (45), dan frasa penulisan buku dan kata ini
(46). Berikut ini diagramnya:
(44a) (45a)
dukun ronggeng itu pembakaran kue ini
dukun ronggeng pembakaran kue
dukun ronggeng itu pembakaran kue ini
(46a)
penulisan buku ini
penulisan buku
penulisan buku ini
Frasa dukun ronggeng (44a), pembakaran kue (45a), dan penulisan buku
(46a) menduduki fungsi senagai unsur pusat berkategori frasa nomina.
Selanjutnya frasa nomina dukun ronggeng (44a) terdiri atas kata nomina dukun
dan ronggeng, pembakaran kue (45a) terdiri atas kata nomina pembakaran dan
kue, dan penulisan buku (46a) terdiri atas kata nomina penulisan dan buku
sedangkan kata itu (44a) dan ini (45a) dan (46a) menduduki fungsi sebagai atribut
42
berkategori demonstrativa. Hal ini dapat dibuktikan dengan melesapkan unsur
atributnya kalimat di atas tetap gramatikal. Kalimat di atas tampak seperti:
(44b) Dukun ronggeng Φ mulai berdiri goyah.
(45b) Pembakaran kue Φ memerlukan listrik 200 watt.
(46b) Penulisan buku Φ memerlukan waktu satu tahun.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa frasa nomina yang terdiri dari
tiga kata dalam bahasa Indonesia yang beratribut kata demonstrativa dapat di
rumuskan sebagai berikut:
FN
FN
N N Dem
2.4.5 Frasa Nomina yang Berstruktur Frasa Nomina (N+Adj) + Pronomina
Frasa nomina ini terdiri dari dua unsur, yaitu frasa nomina yang terdiri atas
kata nomina dan adjektiva menduduki fungsi sebagai unsur pusat dan pronominal
menduduki fungsi sebagai atribut. Berikut ini contohnya:
(47) Baju merah dia dicuci oleh adik.
(48) Keluarga besar kami berada di desa.
(49) Rumah mewah mereka telah disita oleh bank.
Frasa baju merah dia (47), keluarga besar kami (48), dan rumah mewah
mereka (49) masing-masing terdiri dari tiga kata, yaitu kata baju, merah, dan dia
(47), keluarga, besar, dan kami (48) dan rumah, mewah, dan mereka (49). Kata
43
ibu berkaitan dengan kata baju (47), kata kami berkaitan dengan kata keluarga
(48), dan kata mereka berkaitan dengan kata rumah (49) sehingga frasa baju
merah ibu (47), keluarga besar kami (48), dan rumah mewah mereka (49) terdiri
dari dua unsur, yaitu frasa baju merah dan kata ibu (47), frasa keluarga besar dan
kata kami (48), dan frasa rumah mewah dan kata mereka (49). Berikut ini
diagramnya:
(47a) (48a)
baju merah dia keluarga besar kami
baju merah keluarga besar
baju merah ibu keluarga besar kami
(49a)
rumah mewah mereka
rumah mewah
rumah mewah mereka
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa frasa nomina yang terdiri dari
tiga kata dalam bahasa Indonesia yang beratribut pronomina dapat di rumuskan
sebagai berikut:
FN
FN
N Adj Pr
44
2.4.6 Frasa Nomina yang Berstruktur Frasa Nomina (N+Adj) +
Demontrativa (Dstr)
Struktur frasa nomina ini terdiri dari dua unsur, yaitu frasa nomina yang
terdiri atas nomina dan adjektiva menduduki fungsi sebagai unsur pusat dan
demonstrativa menduduki fungsi sebagai atribut. Berikut ini contohnya:
( 50) Buku baru ini adalah milikku.
(51) Petenis mungil itu mengonsumsi obat penahan sakit.
(52) Burung malam itu menukik tanpa suara hinggap di dahan lagi.
Frasa buku baru ini (50), petenis mungil itu (51), dan burung malam itu
(52) masing-masing terdiri dari tiga kata, yaitu kata buku, baru, dan ini (50),
petenisl, mungil, dan itu (51), dan burung, malam, dan itu (52). Kata ini berkaitan
dengan kata buku (50), kata itu berkaitan dengan kata petenis (51), dan kata itu
berkaitan dengan kata burung (52) sehingga frasa buku baru ini (50), petenis
mungil itu (51), dan burung malam ini (52) terdiri dari dua unsur, yaitu frasa buku
baru dan kata ini (50), petenis mungil dan kata itu (51), dan burung malam dan
kata itu (52). Berikut ini diagramnya:
(50a) (51a)
buku baru ini petenis munggil itu
buku baru peteis mungil
buku baru ini petenis mungil itu
(52a)
burung malam itu
burung malam
burung malam itu
45
Frasa buku baru (50a), petenis mungil (51a), dan burung malam (52a)
merupakan unsur pusat berkategori frasa nomina karena frasa-frasa tersebut
memiliki distribusi yang sama dengan seluruh frasanya. Selanjutnya frasa nomina
buku baru terdiri atas kata nomina buku dan adjektiva baru (50a), petenis mungil
terdiri atas kata nomina petenis dan adjektiva mungil (52a), dan burung malam
terdiri atas kata nomina burung dan adjektiva malam (53a) sedangkan sedangkan
kata ini (50a), itu (51a), itu (52a) merupakan unsur atribut berkategori
demonstrativa. Hal ini dapat dibuktikan dengan melesapkan unsur atributnya,
kalimat di atas masih tetap gramatikal, seperti tampak dalam kalimat berikut:
( 50b) Buku baru Φ adalah milikku.
(52b) Petenis mungil Φ mengonsumsi obat penahan sakit.
(53b) Burung malam Φ menukik tanpa suara hinggap di dahan lagi.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa frasa nomina yang terdiri dari
tiga kata dalam bahasa Indonesia yang beratribut Dstr dirumuskan sebagai
berikut:
FN
FN(N+Adj)
N Adj Dstr
46
2.5 Frasa Nomina yang Berstruktur Kata (N) + Frasa (Fr)
Struktur frasa nomina ini terdiri dari dua unsur yaitu kata nomina
menduduki fungsi sebagai unsur pusat frasa menduduki fungsi sebagai atribut.
Unsur frasa dapat berupa frasa nomina atau bukan nomina.
2.5.1 Frasa Nomina yang Berstruktur Kata Nomina + Frasa Numeralia
Frasa ini terdiri dari dua unsur, kata nomina menduduki fungsi sebagai
unsur pusat dan frasa numeralia yang terdiri atas numeralia dan kata penggolong
menduduki fungsi sebagai atribut. Berikut ini contohnya:
(54) Ibu membeli ayam dua ekor.
(55) Ayah mempunyi sawah sepuluh petak.
(56) Emosi kedua pemain meluap.
Frasa ayam dua ekor (54), sawah sepuluh petak (55), dan emosi kedua
pemain (56) masing-masing terdiri dari tiga kata, yaitu kata, ayam. dua, dan ekor
(54), sawah, sepuluh, dan petak (55), dan emosi, kedua, dan pemaian (56). Kata
ekor berkaitan dengan kata ayam (54), kata petak berkaitan dengan kata sawah
(55), dan kata pemain berkaitan dengan kata emosi (56), sehingga frase ayam dua
ekor (54), sawah sepuluh petak (55), dan emosi kedua pemain (56) terdiri dari dua
unsur, yaitu kata ayam dan frasa dua ekor (54), kata sawah dan frasa sepuluh
petak (55), dan kata emosi dan frasa kedua pemaian (56). Berikut ini diagramnya:
(54a) (55a) (56a)
ayam dua ekor sawah sepuluh petak rokok tiga batang
dua ekor sepuluh petak tiga batang
ayam dua ekor sawah sepuluh petak emosi tiga rokok
47
Kata ayam (54a), sawah (55a), dan rokok (56a) merupakan unsur pusat
berkategori nomina karena kata-kata tersebut memiliki distribusi yang sama
dengan seluruh frasanya sedangkan frasa dua ekor (54a), sepuluh petak (55a), dan
tiga batang (56a) merupakan unsur atribut berkategori frasa numeralia.
Selanjutnya frasa numeralia dua ekor (54a) terdiri atas numeralia dua dan kata
penggolong ekor, sepuluh petah (55a) terdiri atas numeralia sepuluh dan kata
penggolong petak, dan tiga batang (56a) terdiri atas numeral tiga dan kata
penggolong batang.
Persamaan distribusi kalimat di atas tampak seperti kalimat di bawah ini:
(54b) Ibu membeli ayam Φ.
(55b) Ayah mempunyi sawah Φ.
(56b) Adik membeli rokok Φ
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa frasa nomina yang terdiri dari
tiga kata dalam bahasa Indonesia yang beratribut frasa numeralia dirumuskan
sebagai berikut:
FN
Fnum(Num+Pg)
N Num Pg 2.5.2 Frasa Nomina yang Berstruktur Kata Nomina + Frasa Depan (KN+FD)
Strukrur frasa nominal ini terdiri dari dua unsur. Kata nomina sebagai
unsur pusat diikuti oleh frasa depan sebagai atributnya. Berikut contohnya:
48
(57) Perjalanan ke Bali terasa menyenangkan.
(58) Petani di Aceh mengalami gagal panen.
(59). Gudeg dari Yogyakarta terasa sangat enak.
(60) Uang untuk pondokan belum dikirim oleh ayah.
Frasa perjalanan ke Bali (57), petani di Aceh (58), gudeg dari Yogya (59),
dan uang untuk pondokan (60) masing-masing terdiri tiga kata, yaitu kata
perjalanan, ke, dan Bali (57), petani, di dan aceh (58) gudeg, dari, dan
Yogyakarta (59), dan uang, untuk, dan pondokan (60). Kata Bali berkaitan dengan
ke (57), kata Aceh berkaitan dengan kata di (58), kata Yogyakarta berkaitan
dengan kata dari (59), dan kata pondokan berkaitan dengan kata untuk (60)
sehingga frase perjalanan ke Bali (57), petani di Aceh (58), gudeg dari
Yogyakarta (59), dan uang untuk pondokan (60) terdiri dari dua unsur, yaitu kata
perjalanan dan frasa ke Bali (57), kata petani dan frasa di Aceh (58), kata gudeg
dan frasa dari Yogyakarta (59), dan kata uang dan frasa untuk pondokan (60).
Berikut ini diagramnya:
(57a) (58a)
perjalanan ke Bali petani di Aceh
ke Bali di Aceh
perjalanan ke Bali petani di Aceh
(59a) (60a)
gudeg dari Yogyakarta uang untuk pondokan
dari Yogyakarta untuk pondokan
gudeg dari Yogyakarta uang untuk pondokan
49
Kata perjalanan (57a), petani (58a), gudeg (59a), dan uang (60a)
merupakan unsur pusat berkategori nomina karena kata – kata tersebut
mempunyai distribusi yang sama dengan seluruh frasanya, yaitu kata perjalanan
mempunyai distribusi yang sama dengan frasa perjalanan ke Bali (57), kata petani
mempunyai distribusi yang sama dengan frasa petani di Aceh (58), kata gudeg
mempunyai distribusi yang sama dengan frasa gudeg dari Yogyakarta (59), dan
kata uang mempunyai distribusi yang sama dengan frasa uang untuk pondokan
(60). Frasa ke Bali (57a), di Aceh (58a), dari Yogyakarta (59a), dan untuk
pondokan (60) merupakan unsur atribut karena dapat dilesapkan dan kalimat
masih tetap gramatikal. Kalimat di atas menjadi sebagai berikut:
(53b) Perjalanan Φ sangat menyenangkan.
(54b) Petani Φ mengalami gagal panen.
(55b) Gudeg Φ sangat enak.
(56b) Uang Φ belum dikirim.
Darai uraian di atas dapat disimpulkan bahwa frasa nomina yang terdiri
dari tiga kata dalam bahasa Indonesia yang beratribut frasa preposisi dirumuskan
sebagai berikut:
FN
FD
N Pr N
50
2.5.3 Frasa Nomina yang Berstruktur Kata Nomina + Frasa Adverbia
Menurut Ramlan (1982: 146), frasa keterangan (adverbia) adalah frasa
yang mempunyai distribusi sama dengan adverbia, misalnya kemarin, besok, tadi,
nanti, lusa, dan sekarang. Struktur frase nominal ini adalah kata nomina sebagai
unsur pusat diikuti frasa adverbia sebagi atributnya. Berikut ini contohnya:
(61) Koran kemarin pagi dipinjam tetangga.
(62) Kuliah besok siang ditiadakan.
(63) Pertemuan tadi malam terasa sangat menyenangkan
Frase koran kemari pagi (61) dan kuliah besok siang (62), dan pertemuan
tadi malam (63) masing-masing terdiri dari tiga kata, yaitu kata koran, kemarin,
dan pagi (61), kuliah, besok, dan siang (62), dan pertemuan, tadi, dan malam (63).
Kata pagi berkaitan dengan kata kemarin (61), kata siang berkaitan dengan kata
besok (62), dan kata malam berkaitan dengan kata tadi (63), sehingga frasa koran
kemarin pagi (61), kuliah besok siang (62), dan pertemuan tadi malam (63) terdiri
dari dua unsur, yaitu kata koran dan frasa kemarin pagi (61), kata kuliah dan
frasa besok siang (62), dan kata pertemuan dan frasa tadi malam (63). Berikut ini
diagramnya:
(61a) (62a)
koran kemarin pagi kuliah besok siang
kemarin pagi besok siang
koran kemarin pagi kuliah besok siang
51
(63a)
pertemuan tadi malam
tadi malam
pertemuan tadi malam
Kata koran (61a), kuliah (62a), dan pertemuan (63a) merupakan unsur
pusat berkategori kata nomina, karena kata-kata tersebut mempunyai distribusi
yang sama dengan seluruh frasanya. Maksudnya adalah kata koran mempunyai
distribusi yang sama dengan frasa koran kemarin pagi (61a), kata kuliah memiliki
distribusi yang sama dengan frasa kuliah besok siang (62a), kata pertemuan
mimiliki distribusi yang sama dengan frasa pertemuan tadi malam (63a).
Persamaan distribusi ini tampak seperti pada kalimat (61b), (62b), dan (63b).
Sedangkan frasa kemarin pagi (61a), besok siang (62a), dan tadi malam (63a)
merupakan unsur atribut berkategori frasa adverbia karena dapat frasa tersebut
dilesapkan. Selanjutnya frasa adverbia kemarin pagi (61a) terdiri atas kata
adverbia kemarin dan kata nomina pagi, besok siang (62a) terdiri atas kata
adverbia besok dan kata nomina saing, dan tadi malam (63a) terdiri atas kata
adverbia tadi dan kata nomina malam.
(61b) Koran Φ dipinjam tetangga.
(62b) Kuliah Φ ditiadakan.
(63b) Pertemuan Φ terasa sangat menyenangkan.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa frasa nomina yang terdiri
dari tiga kata dalam bahasa Indonesia dengan atribut frasa adverbia dapat
dirumuskan sebagai berikut:
52
FN
FN
N Adv N
2.5.4 FrasaNomina yang Berstruktur Kata Nomina + Frasa Verba (V+Adj)
Struktur frasa nomina ini terdiri dari dua unsur yaitu nomina menduduki
fungsi sebagai unsur pusat diikuti frasa verba yang terdiri atas verba dan
adjektiva. Berikut ini contohnya:
(64) Laki-laki berbadan besar sedang berjalan ke arah kita.
(65) Gadis itu mempunyai mata berwarna biru.
(66) Kepulauan Bangka Belitung mempunyai pantai berpasir putih.
Frasa laki-laki berbadan besar (64), mata berwarna biru (65), dan pantai
berpasir putih (66) masing-masing terdiri dari tiga kata, yaitu kata laki-laki,
berbadan, dan besar (64), mata, berwarna, dan biru (65), dan pantai, berpasir,
dan putih (66). Kata besar berkaitan dengan kata berbadan (64), kata biru
berkaitan dengan kata berwarna (65), dan kata putih berkaitan dengan kata
berpasir (66), sehingga frasa laki-laki berbadan besar (64), mata berwarna biru
(65), dan pantai berpasir putih (66) terdiri dua unsur, yaitu kata laki-laki dan
frasa berbadan besar (64), kata mata dan frasa berwarna biru (65), dan kata
pantai dan frasa berpasir putih (66). Berikut ini diagramnya:
53
(64a) (65a)
laki-laki berbadan besar mata berwarna biru
berbadan besar berwarna biru
Laki-laki berbadan besar mata berwarna biru
(66a)
pantai berpasir putih
berpasir putih
pantai berpasir putih
Kata ulang laki-laki (64a), kata mata (65a), dan pantai (66a) menduduki
fungsi sebagai unsur pusat berkategori nomina, karena nomina tersebut memiliki
distribusi yang sama dengan seluruh frasanya, yaitu kata ulang laki-laki memiliki
distribusi yang sama dengan frasa laki-lai berbadan besar (64a), kata mata
memiliki distribusi yang sama dengan frasa mata berwarna biru (65a), dan kata
pantai memiliki distribusi yang sama dengan frasa pantai berpasir putih (66a).
Persamaan distribusi tampak seperti pada dalam kalimat (64b), (65b), (66b). Frasa
berbadan besar (64a), bermata biru (65a), dan berpasir putih (66a) menduduki
fungsi sebagai atribut berkategori frasa verba yang terdiri atas kata verba dan
adjektiva, karena dapat dilesapkan dan kalimat masih tetap gramatikal.
(64b) Laki-laki Φ sedang berjalan ke arah kita.
(65b) Gadis itu mempunyai mata Φ.
(66b) Kepulauan Bangka Belitung mempunyai pantai Φ.
54
Dari uraian di atas dapat disimpulkan, bahwa frasa nomina yang terdiri
dari tiga kata dalam bahasa Indonesia yang beratribut frasa verba dapat
dirumuskan sebagai berikut:
FN
F(V+Adj)
N V Adj
2.6. Frasa Nomina yang Berstruktur Kata Nomina + Konjungsi + Kata
Nomina
Selain empat bentuk struktur frasa nomina yang terdiri dari tiga kata
seperti dikemukakan di atas, masih ada struktur frasa nomina yang unsur-
unsurnya setara. Frasa ini terdiri atas dua kata yang berkategori sejenis yang
dihubungkan dengan konjungsi. Konjungsi adalah kata atau kata-kata yang
berfungsi menghubungkan satuan gramatik yang satu dengan yang lain untuk
membentuk satuan gramatik yang lebih besar (Ramlan, 1985: 62). Dalam tataran
frasa, satuan gramatik terkecil yang dimaksud adalah kata, sedangkan
konjungsi yang dapat menghubungkan dua kata sejenis dalam frasa nominal ,
yaitu dan dan atau. Berikut ini contohnya:
(67) Ibu dan anak terkulai di tanah.
(68) Dahan dan ranting berjatuhan di tanah.
(69) Kamu atau saya yang akan menjemput ibu?
(70) Dekan atau dosen yang akan hadir dalam rapat nanti?
55
Frasa ibu dan anak (67), dan dahan dan ranting (69), masing-masing
terdiri dari tiga kata, yaitu kata ibu, dan, dan anak (67), dahan, dan, dan ranting
(69). Kata dan tidak berkaitan dengan kata ibu maupun anak (67), begitu juga
dalam frasa dahan dan ranting (68) kata dan tidak berkaitan dengan kata dahan
maupun ranting, sehingga frasa ibu dan anak (67) dan dahan dan ranting (68)
terdiri atas dua unsur, yaitu kata ibu dan anak (67), dan kata dahan, dan ranting
(68), sedangkan kata dan dalam kedua frasa tersebut berfungsi sebagai kata
penghubung.
Begitu juga frasa dekan atau dosen dalam kalimat (69) dan kakak atau
adik (71) terdiri dari tiga kata, yaitu kata dekan, atau, dan dosen (69), dan kakak,
atau, dan adik (70). Kata atau tidak berkaitan dengan kata dekan maupun dosen
(65), dan kata atau juga tidak berkaitan dengan kata kakak maupun adik (71),
sehingga frasa dekan atau (69) dan kakak atau adik (70) terdiri dua unsur, yaitu
kata dekan dan dosen (69), dan kata dahan dan ranting (70). Sedangkan kata atau
merupakan konjungsi yang menghubungkan kedua kata tersebut. Berikut ini
diagramnya:
(67a) (68a)
Ibu dan anak dahan dan ranting
ibu dan adik dahan dan ranting
(69a) (70a)
dekan atau dosen kakak atau adik
dekan atau dosen kakak atau adik
56
Baik kata ibu maupun anak dalam frasa (67a) dan kata dahan maupun
ranting (68a) merupakan unsur pusat berkategori nomina, karena setiap unsurnya
memiliki distribusi yang sama dengan seluruh frasanya. Begitu pula kata dekan
dan dosen (69a) dan kakak dan adik (70a) merupakan unsur pusat sedangkan
kata dan (67a), (68a) dan kata atau (69a), (70a) merupakan konjungsi yang
berfungsi sebagai perangkai kedua unsurnya. Persamaan distribusinya tampak
seperti kalimat berikut:
(67b) Ibu Φ terkulai di tanah.
(67c) Φ anak terkulai di tanah
(68b) Dahan Φ berjatuhan di tanah.
(68c) Φ Ranting berjatuhan di tanah.
(69b) Kamu Φ yang akan menjemput ibu?
(69c) Φ Adik yang menjemput ibu?
(70b) Dekan Φ yang akan hadir dalam rapat nanti?
(70c) Φ Dosen yang akan hadir dalam rapat nanti?
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa frasa nomina yang terdiri dari
tiga kata dalam bahasa Indonesia yang unsur-unsurnya merupakan unsur pusat
semua (koordinatif) dapat dirumuskan sebagai berikut:
FN
N Knj N dan atau
57
2.7 Frasa Nomina yang Berstruktur Kata Nomina + Konjungsi + Kata
Bukan Nomina
Selain Knj dan dan atau yang berfungsi sebagai perangkai unsur dalam
frasa nomina yang koordinatif, ada Knj lain yang berfungsi sebagai perangkai
nomina yang merupakan UP dan bukan nomina yang merupakan Atr dalam frasa
nomina yang terdiri dari tiga kata, yaitu Knj yang. Dalam kasus ini, penulis
hanya membahas struktur FN yang berstruktur N + yang + Adj dan N + yang +
Adv.
2.7.1 Frasa Nomina yang Berstruktur Nomina + yang + Adjektiva
Konjungsi yang dalam frasa ini merupakan perangkai N dengan Adv dasar
maupun turunan ( afiks ter- + Adj). Berikut ini contohnya:
(71) Anak yang baik suka membantu orang tua.
(72) Banyak wanita memiliki rambut yang panjang.
(73) Pantai yang indah dikunjungi banyak wisatawan.
(74) Mardi Lestari terpilih menjadi pelari yang tercepat saat ini.
(75) Selir hati adalah lagu yang terbaik tahun ini.
Frasa anak yang baik (71), rambut yang panjang (72), pantai yang indah
(73), pelari yang tercepat (74), dan lagu yang terbaik (75), masing-masing terdiri
atas tiga kata, yaitu kata anak, yang, dan baik (71), rambut, yang, dan panjang
(72), pantai, yang, indah (73), pelari, yang, dan tercepat (74), dan lagu, yang, dan
terbaik (75). Kata baik berkaitan dengan anak (71), panjang berkaitan dengan
rambut (72), indah berkaitan dengan pantai (73), tercepat berkaitan dengan pelari
(74), dan terbaik berkaitan dengan lagu (75), sehingga frasa anak yang baik (71),
rambut yang panjang (72), dan pantai yang indah (73), pelari yang tercepat (74)
terdiri dari dua unsur, yaitu unsur kata anak dan baik (71), kata rambut dan
58
panjang (72), pantai dan indah (73), kata pelari dan tercepat (74), dan kata lagu
dan terbaik (75) sedangkan kata yang merupakan perangkai kedua unsur dan
penjelas nomina di depannya. Berikut ini diagramnya:
(71a) (72a) (73a)
anak yang baik rambut yang panjang pantai yang indah
anak yang baik rambut yang panjang pantai yang indah
(74a) (75a)
pelari yang tercepat lagu yang terbaik
pelari yang tercepat lagu yang terbaik
Unsur kata anak (71a), rambut (72a), pantai (73a), pelari (74a), dan lagu
(75a) merupakan UP berkategori N karena memiliki distribusi yang sama dengan
seluruh unsurnya sedangkan unsur kata baik (71a), panjang (72a), Indah (73a),
tercepat (74a), dan terbaik (75a) merupakan Atr berkategori Adj. Hal ini dapat
dibuktikan dengan melesapkan Atr kalimat di atas masih tetap gramatikal, seperti
tampak pada kalimat berikut:
(71b) Anak Φ suka membantu orang tua.
(72b) Banyak wanita memiliki rambut Φ.
(73b) Pantai Φ dikunjungi banyak wisatawan.
(74b) Mardi Lestari terpilih menjadi pelari Φ saat ini.
(75b) Selir hati adalah lagu Φ tahun 2010.
59
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa frasa nomina yang terdiri dari
tiga kata dalam bahasa Indonesia yang beratribut Adj dengan konjungsi yang
sebagai perangkai di antara unsur-unsurnya dapat dirumuskan sebagai berikut:
FN
N yang Adj
2.7.2 Frasa Nomina yang Berstruktur Nomina + yang + Adverbia
Dalam frasa nomina yang berstruktur ini, konjungsi yang selain berfungsi
sebagai perangkai N dengan Adv, konjungsi yang yang diikuti Adv berfungsi
sebagai penjelas nomina di depannya. Berikut ini contohnya:
(76) Koran yang kemarin masih dipinjam tetangga.
(77) Koran yang sekarang berada dimana?
(78) Masalah yang lalu sudah dapat diselesaikan dengan baik.
(79) Makanan yang tadi jangan dibuang.
Frasa koran yang kemarin (76), koran yang sekarang (77), masalah yang
lalu (78), dan makanan yang tadi (79), masing-masing terdiri atas tiga kata, yaitu
koran, yang, dan kemarin (76), koran, yang, dan sekarang (77), masalah, yang,
dan lalu (78), makanan, yang, dan tadi (79). Kata kemarin berkaitan dengan koran
(76), sekarang berkaitan dengan koran (77), lalu berkaitan dengan masalah (78),
dan tadi berkaitan dengan makanan (79), sehingga frasa koran yang kemarin (76),
koran yang sekarang (77), masalah yang lalu (78), dan makanan yang tadi (79)
terdiri atas dua unsur, yaitu unsur kata koran dan kemarin (76), koran dan
sekarang (77), masalah dan lalu (78), dan makanan dan tadi (79) sedangkan kata
yang merupakan perangkai kedua unsurnya. Berikut ini diagramnya:
60
(76a) (77a)
koran yang kemarin koran yang sekarang
koran yang kemarin koran yang sekarang
(78a) (79a)
masalah yang lalu makanan yang tadi
masalah yang lalu makanan yang tadi
Kata koran (76a), (77a), masalah (78a), dan makanan (79a) merupakan
UP berkategori N karena memiliki distribusi yang sama dengan seluruh frasanya
sedangkan kata kemarin (a), sekarang (a), lalu (a), dan tadi (a) merupakan Atr
berkategori Adv. Hal ini dapat dibuktikan dengan melesapkan Atr-nya kalimat di
atas masih tetap gramatikal, seperti tampak pada kalimat berikut:
(76b) Koran Φ masih dipinjam tetangga.
(77b) Koran Φ berada dimana?
(78b) Masalah Φ sudah dapat diselesaikan dengan baik.
(79b) Makanan Φ jangan dibuang.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa frasa nomina yang terdiri dari
tiga kata dalam bahasa Indonesia yang beratribut Adv dengan konjungsi yang
sebagai perangkai di antara unsur-unsurnya dapat dirumuskan sebagai berikut:
FN
N yang Adv
61
2.8 Frasa Nomina yang Berstruktur Kata Yang
Selain konjungsi yang berfungsi sebagai perangkai di antara unsur
pembentuk frasa nomina, kehadiran kata yang dapat mengubah suatu kelas kata
yang mengikuti, yaitu menjadi frasa nomina. Dalam kasus ini, penulis hanya
membahas struktur frasa kata yang dengan diikuti frasa verba dan preposisi.
2.8.1 Frasa Nomina yang Berstruktur Kata Yang + Frasa Verba
Dalam struktur frasa ini, kata yang diikuti frasa verba yang berasal dari
verba dasar intransitif maupun verba intransitif yang berafiks. Berikut ini
contohnya:
(80) Yang sedang tidur jangan diganggu.
(81) Yang sedang main tidak boleh mengikuti pelajaran.
(82) Yang sedang bertelur jangan dijual.
(83) Yang telah meniduri harus bertanggungjawab.
Frasa yang dalam frasa yang sedang tidur (80), yang sedang main (81),
yang sedang bertelur (82),dan yang telah meniduri (83), masing-masing terdiri
atas tiga kata, yaitu kata yang, sedang,dan tidur (80), yang, sedang, dan main
(81), yang, sedang, bertelur (82), dan yang, telah, dan meniduri (83). Kata sedang
berkaitan dengan tidur (80), main (81) bertelur (82),dan meniduri (83) sehingga
frasa yang sedang tidur (80), yang sedang main (81), yang sedang bertelur
(82),dan yang telah meniduri (83) terdiri dari dua unsur, yaitu kata yang dan frasa
sedang tidur (80), yang dan sedang main (81), yang dan sedang bertelur (82),
yang dan telah meniduri (83). Berikut ini diagramnya:
62
(80a) (81a)
yang sedang tidur yang sedang main
sedang tidur sedang main
yang sedang tidur yang sedang main
(82a) (83a)
yang sedang bertelur yang sedang meniduri
sedang bertelur sedang meniduri
yang sedang bertelur yang sedang meniduri
Baik unsur kata yang dan unsur sedang tidur (80), sedang main (81),
sedang bertelur (82), dan sedang meniduri (83) masing-masing tidak mempunyai
distribusi yang sama dengan seluruh frasanya ( frasa eksosentrik) karena masing-
masing unsurnya tidak dapat dilesapkan, seperti tampak pada kalimat berikut:
(80b) *Yang Φ jangan diganggu.
(80c) * Φ Sedang tidur jangan diganggu.
(81b) *Yang Φ tidak boleh mengikuti pelajaran.
(81c) * Φ Sedang main Φ tidak boleh mengikuti pelajaran.
(82b) *Yang Φ jangan dijual.
(82c) * Φ Sedang bertelur jangan dijual.
(83b) *Yang Φ harus bertanggungjawab.
(83b) * Φ Telah meniduri harus bertanggungjawab.
63
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kata yang dalam frasa yang
sedang tidur (80), yang sedang main (81), yang sedang bertelur (82), dan yang
telah meniduri (83) yang mengubah frasa verba yang mengikuti, yaitu frasa verba
dasar intransitif dan intransitif yang beriafiks menjadi frasa nomina. Selain itu
dapat disimpulkan pula bahwa frasa nomina yang berstruktur kata yang dengan
diikuti frasa verba dapat dirumuskan sebagai berikut:
FN
FV(Adv+V)
yang Adv V
2.8.2 Frasa Nomina yang Berstruktur Yang + Frasa Preposisi (FPr)
Kata yang dalam struktur frasa ini diikuti oleh FPr yang terdiri atas
preposisi di, untuk, dari, ke. Berikut ini contohnya:
(84) Yang di Yoyakarta menjadi dokter.
(85) Yang untuk ibu sudah dikirim?
(86) Yang dari Jakarta bekerja di Bank.
(87) Yang ke Bali mengadakan penelitian.
Frasa yang di Yogyakarta (84), yang untuk ibu (85), yang dari Jakarta
(86), dan yang ke Bali (87) masing-masing terdiri atas tiga kata, yaitu kata yang,
di, dan Yogyakarata (84), yang, untuk, dan ibu (85), yang, dari, dan Jakarta (86),
dan yang, ke, dan Bali (87) Kata di berkaitan dengan Yogyakarta (84), untuk
berkaitan dengan ibu (85), dari berkaitan dengan Jakarta (86), dan ke berkaitan
dengan Bali (87) sehingga frasa yang di Yogyakarta (84), yang untuk ibu (85),
64
yang dari Jakarta (86), dan yang ke bali (87) terdiri atas dua unsur yaitu kata
yang dan frasa di Yogyakarta (84), kata yang dan frasa untuk ibu (85), kata yang
dan frasa dari Jakarta (86), dan kata yang dan frasa ke Bali (87). Berikut ini
diagramnya:
(84a) (85a)
yang di Yogyakarta yang untuk ibu
di Yogykarta untuk ibu
yang di Yogyakarta yang untuk ibu
(86a) (97a)
yang dari Jakarta yang ke Bali
dari Jakarta ke Bali
yang dari Jakarta yang ke Bali
Baik unsur kata yang (84), (85), (86), (87) dan frasa di Yogyakarta (84),
untuk ibu (85), dari Jakarta (86), dan ke Bali (87) tidak memiliki distribusi yang
sama dengan semua unsurnya sehingga frasa tersebut merupakan frasa
eksosentrik. Hal ini dapat dibuktikan dengan melesapkan setiap unsurnya kalimat
di atas tidak gramatikal, seperti tampak pada kalimat berikut:
(84b) *Yang Φ menjadi dokter.
(84c) * Φ di Yoyakarta menjadi dokter
(85b) *Yang Φ sudah dikirim?
(85c) * Φ Untuk ibu sudah dikirim?
(86b) *Yang Φ bekerja di Bank.
(86c) * Φ Dari Jakarta bekerja di Bank.
65
(87b) *Yang mengadakan penelitian.
(87c) * Φ Ke Bali mengadakan penelitian.
Dari uraian di atas dapat di simpulkan bahwa kata yang dapat mengubah
kategori kata atau frasa yang mengikutinya, yaitu FPr menjadi FN. Selain itu,
dapat disimpulkan pula bahwa FN yang berstruktur kata yang dengan diikuti FPr
dapat dirumuskan sebagai berikut:
FN
FD (Pr+N)
Yang Pr N
66
BAB III
HUBUNGAN MAKNA UNSUR-UNSUR PEMBENTUK FRASA NOMINA
3.1 Pengantar
Dalam bab II telah telah dikemukakan bahwa frasa nomina yang beratribut
di sebelah kiri unsur pusat meliputi frasa nomina yang berstruktur frasa (Fr) +
kata nomina (KN) dan kata (K) + frasa nomina (FN). KN dan FN menduduki
fungsi sebagai unsur pusat dan Fr dan K menduduki fungsi atribut berkategori
bukan nomina, sedangkan yang beratribut di sebelah kanan unsur pusat meliputi
frasa nomina berstrktur FN + K dan KN+ Fr. FN dan KN menduduki fungsi
sebagai unsur pusat, sedangkan K dan Fr menduduki fungsi sebagai atribut
berkategori nomina atau bukan nomina. Selanjuntnya dalam bab III diuraikan
tentang hubungan makna yang terjadi sebagai akibat pertemuan unsur dalam frasa
nomina, baik yang beratribut di sebelah kanan dari unsur pusat maupun di sebelah
kanan unsur pusat.
3.2 Hubungan Makna Unsur-unsur Pembentuk Frasa Nomina yang
Beratribut di Sebelah Kiri Unsur Pusat
Hubungan makna unsur-unsur dalam frasa nomina yang beratribut di
sebelah kiri dari unsur pusat, dihasilkan hubungan-hubungan makna ‘jumlah’, ,
‘jamak’ dan makna ‘keseluruhan’. Berikut ini adalah berbagai hubungan makna
yang dihasilkan oleh unsur atribut di sebelah kiri unsur pusat.
67
3.2.1 Hubungan Makna ‘Jumlah’
Hubungan makna ‘jumlah’ adalah hubungan makna yang dihasilkan oleh
pertemuan unsur pembentuk frasa nomina menyatakan jumlah atau banyaknya apa
yang tersebut bagi unsur kata atau frasa nomina sebagai unsur pusatnya. Berikut
ini contohnya:
(88) Empat helai tikar digelar di tengah tanah kering berpasir itu.
(89) Lima batang rokok berada di meja.
(90) Seorang prajurit perkasa mati di tempat peperangan.
(91) Seekor ular rangon merayap bebas dalam tabung bambu.
Dalam Frasa empat helai tikar (88), lima batang rokok (89), seorang
prajurit perkasa (90), dan seekor ular rangon (91), unsur frasa empat helai (88),
lima batang (89), dan kata seorang (90), seekor (91) masing-masing merupakan
Atr menyatakan hubungan makna ‘jumlah’ bagi unsur kata tikar (88), rokok (89),
frasa prajurit perkasa (90), dan ular rangon (91) karena unsur frasa empat helai
(88), lima batang (89), kata seorang (90), dan seekor (91) merupakan golongan
numeralia yang menyatakan jumlah dari frasa atau kata nomina yang
mengikutinya. Hal ini dapat dibuktikan dengan kalimat tanya yang menanyakan
jumlah, seperti tampak pada kalimat berikut:
(88a) Berapa (jumlah) tikar yang digelar di tengah tanah kering berpasir itu?
(89a) Berapa (jumlah) rokok yang berada dimeja? Lima batang
(90a) Berapa (jumlah) prajurit perkasa yang mati di tempat peperangan?
(91a) Berapa (jumlah) ular rangon yang merayap bebas dalam tabung bambu?
68
3.2.2 Hubungan Makna ‘jamak’
Hubungan makna ‘jamak’ merupakan hubungan makna yang menyatakan
jumlah nomina lebih dari satu. Dalam frasa nimona ini makna tersebut ditandai
adanya numeralia tak tentu seperti para dan beberapa yang merupakan unsur
atribut. Berikut ini contohnya:
(92) Para siswa teladan akan mendapat penghargaan dari pemerintah.
(93) Para ahli biologi berhasil membiakan pohon pisang lewat kultur jaringan.
(94) Beberapa buku sejarah direvisi pemerintah.
Unsur kata para yang merupakan atribut dalam frasa para siswa teladan
(92) dan para ahli biologi (93) menyatakan hubungan makna ‘jamak’ bagi frasa
siswa teladan (92) dan ahli biologi (93) karena numeralia para merupakan
penanda jumlah lebih dari satu. Begitu pula, unsur kata beberapa (94) yang
merupakan atribut dalam frasa beberapa buku sejarah (94) juga menyatakan
hubungan makna ‘jamak’ bagi frasa buku sejarah (94) karena numeralia
beberapa juga merupakan penanda jumlah lebih dari satu.
3.2.3 Hubungan Makna ‘Keseluruhan’
Hubungan makna ini terjadi karena unsur yang merupakan atribut diawali
dengan numerlaia semua sebagai penadanya: Berikut ini contohnya:
(95) Semua siswa baru diwajibkan mengikuti upacara.
(96) Semua warga desa berkumpul di lapangan.
(97) Segenap elemen bangsa sedang berdialog dengan presiden.
69
Unsur kata semua (95), (96), dan segenap (97) masing-masing yang
merupakan Atr dalam frasa semua siswa baru (95), semua warga desa (96) dan
segenap elemen bangsa (97) menyatakan makna ‘keseluruhan’ bagi frasa siswa
baru (95) dan semua siswa (96), dan elemen bangsa (97) karena unsur kata semua
dan segenap yang merupakan numeralia mempunyai makna ‘keseluruhan’.
3.3 Hubungan Makna Unsur-unsur Pembentuk Frasa Nomina yang
Beratribut di Sebelah Kanan Unsur Pusat
Hubungan makna unsur-unsur dalam frasa nomina yang beratribut di
sebelah kanan dari unsur pusat, menghasilkan hubungan makna ‘kepemilikan’,
‘asal tempat’, ‘asal bahan’, ‘proses’, ‘merek dagang’, ‘kelompok’, ‘penjelas’,
‘superlatif’, ‘arah tujuan’, ‘penerima’, ‘pembatas’.
3.3.1 Hubungan Makna ‘Milik’ (‘Posesif’ )
Hubungan makna ‘posesif’ terjadi karena pertemuan unsur atribut yang
berkategori pronomina dan unsur pusat berkategori frasa nomina. Jadi dapat
dikatakan bahwa makna ‘posesif’ merupakan makna yang menyatakan
kepunyaan bagi kata atau frasa yang mendahului pronomina. Berikut ini
contohnya:
(98) Sepatu baru dia berwarna hitam.
(99) Hasil panen kita dapat mencukupi kebutuhan sehari-hari.
(100) Pembangunan rumah kami mengabiskan biaya cukup besar.
Dalam frasa sepatu baru dia (98), hasil panen kita (99), dan pembangunan
rumah kami (100), unsur dia (98), kita (99), dan kami (100) merupakan atribut
70
yang menyatakan hubungan makna ‘posesif’ bagi unsur pusatnya. Maksudnya
adalah unsur dia menyatakan pemilik bagi sepatu baru, unsur kita menyatakan
pemilik bagi unsur frasa hasil panen, dan unsur kami menyatakan pemilik bagi
unsur frasa pembangunan rumah. Hal ini dapat dibuktikan dengan menyisipkan
kata milik di antara unsurnya dan kalimat di atas tetap gramatikal. Kalimat di atas
tampak seperti:
(98a) Sepatu baru milik dia berwarna hitam.
(99a) Hasil panen milik kita dapat mencukupi kebutuhan sehari-hari.
(100a) Pembangunan rumah milik kami mengabiskan biaya cukup besar.
3.3.2 Hubungan Makna ‘Penentu’
Makna ‘penentu’ merupakan makna yang menyatakan bukan yang lain
dari kata atau frasa nomina yang ditunjuk dengan penanda itu atau ini. Berikut ini
contohnya:
(101) Laki-laki tua itu mencoba menghubungkan batinnya dengan roh Ki Secamenggala.
(102) Serangga kotor ini mempunyai cara yang aneh bila membawa tinja
ke liangnya.
Dalam frasa laki-laki tua itu (101), unsur kata itu yang merupakan atribut
menyatakan hubungan makna ‘bukan yang lain’ (‘penentu’ ) bagi frasa laki-laki
tua karena kata itu digunakan untuk menunjuk kata atau frasa nomina yang
merupakan unsur pusatnya. Selain itu, Kata Dstr itu juga merupakan penanda
bahwa suatu frasa sudah tidak dapat diperluas lagi. Begitu pula dalam frasa
serangga kotor ini (102), unsur kata ini yang merupakan atribut menyatakan
71
hubungan makna ‘penentu’ bagi frasa serangga kotor. Dstr ini juga berfungsi
sebagai penada akhir suatu frasa, maksudnya adalah setelah kata ini, frasa tidak
dapat diperluas lagi.
3.3.3 Hubungan Makna ‘Asal Tempat’
Hubungan makna lokatif terjadi jika di antara pertemuan unsur-unsur
dalam suatu frasa dapat disisipi preposisi dari atau di sebagai penandanya. Berikut
ini contohnya:
(103) Gudeg asli Yogya terkenal di mana-mana.
(104) Ledakan bom Bali beberapa tahun lalu menewaskan banyak turis asing.
Unsur Yogya yang merupakan atribut dalam frasa Gudeg asli Yogya (103)
menyatakan makna ‘asal tempat’ (‘lokatif’ ) bagi unsur frasa gudeg asli. Hal ini
dapat dibuktikan dengan menyisipkan preposisi dari di antara unsurnya. Begitu
pula, unsur Bali yang merupakan atribut dalam frasa ledakan bom Bali (104)
menyatakan hubungan makna ‘lokatif’ bagi unsur frasa ledakan bom dengan
preposisi di sebagai penandanya. Penyisipan prepossisi dari dan di tampak seperti
kalimat berikut:
(103a) Gudeg asli dari Yogya dikenal banyak orang.
(104a) Ledakan bom di Bali beberapa tahun lalu menewaskan banyak turis asing.
Selain dengan metode penyisipan, hubungan makna di atas juga dapat di
buktikan dengan kalimat tanya yang menghendaki jawaban suatu tempat lokasi,
seperti tampak kalimat tanya berikut:
(103b) Gudeg asli dari mana yang di kenal banyak orang?
72
(104b) Ledakan bom di mana yang beberapa tahun lalu menewaskan banyak turis asing.
3.3.4 Hubungan Makna ‘Asal Bahan’
Hubungan makna ini terjadi jika di antara unsur pembentuk frasa terdapat
atau dapat disisipi oleh preposisi dari sebagai penandanya. Untuk menyatakan
makna ‘asal bahan’ preposisi dari diikuti oleh nomina. Berikut ini contohnya:
(105) Kue dari singkong digemari para ibu.
(106) Mebel kayu jati banyak diproduksi di Jepara.
( 107) Minyak kelapa sawit tidak mengandung kolesterol.
(108) Ibu sedang membuat sambal goreng hati.
Dalam frasa kue dari singkong (105), mebel kayu jati (106), minyak kelapa
sawit (107), dan sambal goreng hati (108), unsur frasa dari singkong (105), kayu
jati (106), kelapa sawit (107), dan kata hati (108) masing-masing yang merupakan
Atr menyatakan makna ‘asal bahan’ bagi unsur pusatnya, yaitu kata kue (105),
mebel (106), minyak (107), dan frasa sambal goreng (108). Hal ini dapat
dibuktikan dengan memperluas kata atau frasa yang merupakan UP-nya dengan
frasa yang terbuat dari bahan. Kalimat di atas menjadi:
(105) Kue yang terbuat dari bahan singkong digemari para ibu.
(106) Mebel yang terbuat dari bahan kayu jati banyak diproduksi di Jepara.
(107) Minyak yang terbuat dari bahan kelapa sawit tidak mengandung
kolesterol.
(108) Ibu sedang membuat sambal goreng yang terbuat dari bahan hati.
73
3.3.5 Hubungan Makna ‘Proses’
Hubungan makna ‘proses’ terjadi karena unsur frasa yang merupakan UP
diikuti kata verba bentuk dasar yang merupakan Atr. Berikut ini contohnya:
(109) Daging iga bakar merupakan makanan kesukaan ayah.
(110) Ibu sedang membuat pisang raja bakar.
(111) Kain tenun ikat diproduksi dari desa Troso.
Dalam frasa daging iga bakar (109), pisang raja bakar (110), dan kain
tenun ikat (111), unsur kata bakar (109), goreng (110), dan ikat (111) merupakan
Atr yang masing-masing menyatakan makna ‘proses’ bagi frasa daging iga
(109), pisang raja (110), dan kain tenun (111) yang merupakan UP-nya. Hal ini
dapat dibuktikan dengan memperluas UP-nya. Kalimat di atas menjadi:
(109a) Daging iga yang dibuat melalui proses dibakar merupakan makanan kesukaan ayah.
(110q) Ibu sedang membuat pisang raja yang dibuat melalui proses
digoreng.
(111) Kain tenun yang dibuat melalui proses diikat diproduksi dari desa Troso.
3.3.6 Hubungan Makna ‘Perbandingan’
Hubungan makna ini dapat terjadi jika di antara kata nomina dirangkai
dengan Adv yang berasal dari afiks se-+ adj. Berikut ini contohnya:
(112) Dokter telah menemukan bisul sebesar kelereng di tubuh adik.
(113) Istri saya memiliki kulit sehalus sutra.
(114) Pamanku mempunyai rumah seindah istana.
74
Frasa sebesar kelereng (112), sehalus sutra (113), dan seindah istana
(114) yang merupakan Atr dalam frasa bisul sebesar kelereng (112), kulit sehalus
sutra (113), seindah istana (114), masing-masing menyatakan hubungan makna
‘perbandingan’ karena kata sebesar (112), sehalus (113), dan seindah (114)
merupakan penanda pembanding dua nomina. Hal ini dapat dibuktikan dengan
kalimat tanya seperti di bawah ini:
(112b) Sebesar apa bisul yang ditemukan dokter di tubuh Adik?
(113b) Sehalus apa kulit yang dimiliki istri kamu?
(114b) Seindah apa rumah yang dipunyai Pamanmu?
3.3.7 Hubungan Makna ‘Merek Dagang’
Hubungan makna ‘merek dagang’ dapat terjadi jika kata atau frasa yang
merupakan UP diikuti kata atau frasa nomina yang merupakan nama dari suatu
produksi atau perusahaan. Berikut ini contohnya:
(115) Sepeda motor Honda merupakan salah satu kendaraan bermotor dari Jepang.
(116) Mobil balap Ferari adalah mobil balap yang tercepat saat ini.
(117) Ayam goreng Suharti menjadi tujuan utama wisata kuliner.
(118) Bumbu masak Miwon digunakan sebagai penyedap makanan.
(119) Jamu Nyonya Menir berada di Semarang
Dalam frasa sepeda motor Honda (115), mobil balap ferari (116), ayam
goreng Suharti (117), bumbu masak Miwon (118), dan jamu Nyonya Menir (119)
unsur kata Honda (115), Ferari (116), Miwon (117), dan frasa Nyonya Menir
(119) merupakan Atr yang masing-masing menyatakan makna ‘merek dagang’
75
bagi UP-nya, yaitu unsur sepeda motor (115), mobil balap (116), ayam goreng
(117), bumbu masak (118), dan jamu (119) karena kata Honda, Ferari, Miwon,
dan frasa Nyonya Menir yang dijadikan nama dari suatu badan usaha.
3.3.8 Hubungan Makna ‘Kelompok’
Hubungan makna ‘Kelompok’ dapat terjadi unsur kata atau frasa yang
merupakan UP dalam frasa nomina didahului kata kaum dan umat. Berikut ini
contohnya:
(120) Umat hindu Bali sedang merayakan Hari Nyepi.
(121) Kaum komunis Indonesia telah melakukan pemberontakan kepada pemerintah.
Dalam frasa umat hindu Bali (120), dan kaum komunis Indonesia (121),
unsur kata umat (120) dan kaum (121) yang merupakan unsur Atr masing-masing
menyatakan makna ‘kelompok’ bagi unsur hindu Bali (120) dan komunis
Indonesia (121) karena kata umat dan kaum merupakan penada yang digunakan
suatu kelompok aliran atau paham komunitas dan agama tertentu.
3.3.9 Hubungan Makna ‘Penjelas’
Hubungan makna ‘pejelas’ terjadi jika unsur yang merupakan atribut
dalam suatu frasa mempunyai fungsi menjelaskan unsur pusatnya. Berikut ini
contohnya.
(122) Pulau Bali memiliki pantai berpasir putih.
(123) Banyak pria menyukai wanita berambut panjang.
76
Dalam frasa pantai berpasir putih (122) unsur frasa berpasir putih yang
merupakan atribut menyatakan hubungan makna ‘penjelas’ bagi unsur kata
pantai, karena frasa berpasir putih mempunyai fungsi menjelaskan/menerangkan
unsur kata pantai. Selain itu, hubungan makna ini dapat dibuktikan dengan
menyisipkan konjungsi yang di antara unsurnya. Begitu pula dalam frasa wanita
berambut panjang (123), unsur frasa berambut panjang yang merupakan atribut
juga menyatakan hubungan makna ‘penjelas’ bagi unsur kata wanita, karena frasa
berambut panjang sebagai penjelas bagi unsur kata wanita.
Penyisipan konjungsi yang dalam kalimat di atas tampak seperti:
(122a) Pulau Bali memiliki pantai yang berpasir putih.
(123a) Banyak pria menyukai wanita yang berambut panjang.
3.3.10 Hubungan Makna ‘Superlatif’
Jika unsur yang merupakan atribut dalam suatu frase berkatrgori adjetiva
dilekati afiks ter-, maka hubungan unsur pembentuk frasa nomina menghasilkan
hubungan makna superlatif. Berikut ini contohnya:
(124) Nilai siswa terbaik akan dikirim ke Departemen Pendidikan.
(125) Gelombang laut tertinggi akan terjadi pada bulan Desember.
Dalam frasa nilai siswa terbaik (124) unsur kata terbaik yang merupakan
atribut menyatakan hubungan makna’ superlatif’ bagi unsur frasa nilai siswa
karena unsur kata terbaik terbentuk dari afiks ter- dengan bentuk dasar adjektiva
baik berfungsi untuk menyatakan tingkat perbandingan yang teratas (superlatif),
sedangkan tingkat perbandingan sebelumnya dari bentuk dasar baik adalah lebih
baik dan baik. Begitu juga, dalam frasa gelombang laut tertinggi (125) unsur kata
77
tertinggi yang merupakan atribut menyatakan makna hubungan superlatif bagi
unsur frasa gelombang laut, karena afiks ter- yang melekat adjektiva tinggi
berfungsi untuk menyatakan tingkat perbandingan yang teratas.
3.3.11 Hubungan Makna ‘ Arah Tujuan’
Hubungan makna ‘arah’ terjadi jika unsur frasa preposisi yang
merupakan atribut diawali dengan preposisi ke atau dari kemudian diikuti nomina.
Berikut ini contohnya:
(126) Perjalanan ke Jakarta memerlukan waktu satu jam.
(127) Banyak tenaga kerja Indonesia mencari pekerjaan ke Malaysia.
Dalam frasa perjalanan ke Jakarta dalam kalimat (126), unsur frasa ke
Jakarta yang merupakan unsur atribut menyatakan makna ‘arah tujuan’ bagi
unsur kata perjalanan, karena preposisi ke dalam frasa ke Jakarta sebagai
penanda arah tujuan. Begitu pula dalam frasa pekerjaan ke Malaysia dalam
kalimat (127), unsur frasa ke Malaysia yang merupakan atribut menyatakan
makna ‘arah tujuan’ bagi unsur kata pekerjaan, karena preposisi ke dalam frasa ke
Malaysia juga merupakan penanda arah tujuan. Hal ini dapat dibuktikan dengan
menyisipkan kata arah di antara preposisi ke atau dari dengan nomina yang
mengikutinya, seperti tampak dalam kalimat berikut:
(126b) Perjalanan ke arah Jakarta memerlukan waktu satu jam.
(127b) Angin dari arah barat menyebabkan gelombang laut besar.
78
3.3.12 Hubungan Makna ‘Penerima’
Menurut Ramlan (1980: 77), menandai makna ‘penerima’ maksudnya apa
yang dinyatakan pada penandanya menerima sesuatu yang diberikan oleh
pelakunya. Berikut ini contohnya:
(128) Presiden menyampaikan apresiasi kepada pers pada puncak peringatan Hari Pers Nasional (HPN) 2010 di Palembang, Sumatra Selatan.
(129) Hadiah untuk adik sudah diberikan oleh ayah.
Frasa kepada pers yang merupakan unsur atribut dalam frasa apresiasi
kepada pers (128) menyatakan makna ‘penerima’ bagi unsur kata apresiasi.
Begitu juga frasa untuk adik yang merupakan unsur atribut dalam frasa hadiah
untuk adik (129) menyatakan makna yang sama karena kata Adv kepada dan
untuk merupakan penanda makna ‘yang menerima’ (penerima). Maksudnya
adalah pers menerima apresiasi dalam frasa apresiasi kepada pers dan adik
menerima hadiah dalam frasa hadiah untuk adik.
3.3. 13 Hubungan Makna ‘Pembatas’
Hubungan makna ‘pembatas’ merupakan hubungan makna yang
dinyatakan oleh unsur atribut sebagai pembatas bagi unsur pusatnya. Menurut
Ramlan (1982: 135), hubungan makna pembatas ditandai oleh tidak mungkinnya
diletakan kata yang, dan,atau, dan adalah di antara unsur frasa yang terdiri dari N
diikuti N. Berikut ini contihnya:
(130) Pergaulan bebas telah mencoreng citra kota pendidikan
(131) Pintu ruang tunggu terbuka karena tiupan angin yang kencang.
79
Dalam Frasa citra kota pendidikan (130) dan frasa pintu ruang tunggu
(131), unsur frasa kota pendidikan (130) dan ruang tunggu (131) yang merupakan
atribut menyatakan hubungan makna ‘pembatas’ bagi unsur kata citra (130) dan
pintu (131), karena di antara unsurnya, yaitu UP dan atr tidak memungkinkan
disisipi kata yang, dan, atau, dan adalah. Sebagai bukti bahwa dengan adanya
penyisipan kata tersebut kaliamat di atas tidak gramatikal lagi, seperti tampak
dalam kalimat berikut:
(130b) *Pergaulan bebas telah mencoreng citra yang kota pendidikan.
(131b) *Pintu yang ruang tunggu terbuka karena tiupan angin kencang.
3.4 Hubungan Makna Unsur-unsur Koordinatif Frasa Nomina
Hubungan makna terjadi karena pertemuan unsur-unsur dalam frasa
nomina koordinatif. Hubungan makna yang dihasilkan dari frasa nomina yang
unsur-unsurnya memiliki hubungan koodinatif adalah makna ‘aditif’, ‘alternatif’
dan ‘kesamaan’, dan `tambahan keterangan`
3.4.1 Hubungan Makna ‘Aditif’
Hubungan makna ini terjadi karena penggabungan unsur-unsur pembentuk
frasa sejenis (setara) dengan konjungsi dan. Dalam tataran frasa nomina yang
terdiri dari tiga kata, konjungsi dan berfungsi mengubungkan kata atau frasa
nomina dengan kata atau frasa nomina. Berikut ini contohnya:
(132) Harimau dan ular termasuk golongan binatang pemakan daging.
(133) Buah pisang banyak mengandung vitamin dan mineral.
80
Unsur harimau dan ular merupakan unsur pusat semua dalam Frasa
harimau dan ular kalimat (132). Penggabungan dua unsur yang sejenis tersebut
dengan konjungsi dan menyatakan menyatakan hubungan makna ‘penjumlahan’
(‘aditif’ ) bagi unsur kata harimau dan ular. Begitu pula, unsur vitamin dan
mineral yang merupakan unsur pusat semua dalam frasa vitamin dan mineral
(133). Konjungsi dan menyatakan hubungan makna ‘aditif’ bagi unsur vitamin
dan mineral dalam frasa vitamin dan mineral.
3.4.2 Hubungan Makna ‘Alternatif’
Hubungan makna ‘alternatif’ terjadi bila penggabungan dua unsur yang
setara dalam suatu frasa dengan konjungsi atau. Berikut ini contohnya:
(134) Kakak atau adik yang akan menjemput nenek?
(135) Tolong ambilkan pensil atau bolpen!
Frasa kakak atau adik (134) dan pensil atau bolpen (135) terdiri atas dua
unsur yang setara yaitu berupa unsur pusat semua, sedangkan konjungsi atau
berfungsi sebagai penghubung dua unsur yang setara menyatakan makna ‘pilihan’
(‘alternatif’ ), karena Knj atau merupakan penanda yang menyatakan ‘pilihan’.
3.4.3 Hubungan Makna ‘Kesamaan’
Pertemuan unsur pembangun frasa nomina dapat menghasilkan hubungan
makna ‘kesamaan’ jika unsur yang satu dalam frasa tersebut secara semantik
adalah sama dengan unsur yang lain. Berikut ini contoknya:
(136) Yogyakarta , kota pelajar, disebut juga kota budaya.
(137) Bali, Pulau Dewata, dikunjungi banyak turis dari mancanegara.
81
Pertemuan unsur frasa kota pelajar dan unsur kata Yogyakarta dalam
frasa Yogyakarta, kota pelajar (136) dan unsur kata Bali dan unsur frasa Pulau
Dewata dalam Frasa Bali, Pulau Dewata (137) menyatakan makna ‘kesamaan’
karena baik unsur frasa kota pelajar maupun unsur kata Yogyakarta (136) secara
semantik adalah sama. Begitu pula unsur kata Bali dan Frasa Pulau Dewata (137)
secara semantik adalah sama. Hal ini dapat dibuktikan melesapkan setiap unsur
dalam frasa tersebut kalimat di atas tetap mempunyai maksud yang sama, seperti
tampak dalam kalimat berikut:
(136b) Yogyakarta disebut juga kota budaya.
(136c) Kota pelajar disebut juga kota budaya..
(137b) Bali dikunjungi banyak turis dari mancanegara.
(137c) Pulau Dewata dikunjungi banyak turis dari mancanegara.
3.4.4 Hubungan Makna ‘Keterangan Tambahan’
Hubungan makna yang dihasilkan dari frasa nomina yang unsur-unsurnya
memiliki hubungan apositif adalah makna ‘Keterangan Tambahan’. Berikut ini
contohnya:
(138) Amrosi, pengebom Bali, berasal dari jawa timur.
(139) Lia, mahasiswa sastra, sering mendapat peran antagonis.
(140) Kami, para pemuda, harus bekerja keras untuk mengisi kemerdekaan.
Pertemuan unsur kata Amrozi dan frasa pengebom Bali dalam frasa
Amrozi, pengebom Bali (138), unsur kata Lia dan frasa mahasiswa sastra dalam
frasa Lia, mahasiswa sastra (139), dan kata kami dan frasa para pemuda dalam
82
frasa kami, para pemuda (149) menyatakan makna ‘Keterangan Tambahan’
karena unsur frasa pengebom Bali (138), mahasiswa sastra (139), dan para
pemuda (140) masing-masing memberi keterangan tambahan tentang identitas
orang yaitu Amrosi (138), Lia (139), dan kami (140).
83
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dalam bab II telah telah diuraikan struktur frasa nomina yang terdiri dari
tiga kata dalam bahasa Indonesia. Ada tiga hal yang diuraikan dalam struktur frasa
nomina, yaitu (1) struktur frasa nomina yang dihasilkan melalui perluasan
nomina ke arah kiri maupun kanan, (2) penentuan unsur pusat dan kategori kata
pengisi unsur pusat dan atribut, dan (3) kaidah penyusunan frasa nomina yang
diwujudkan dalam bentuk diagram sedangkan dalam bab III diuraikan tentang
makna gramatikal yang dihasilkan oleh pertemuan unsur-unsur pembentuk frasa
nomina.
4.1.1 Struktur Frasa Nomina yang Terdiri dari Tiga Kata
Ada empat struktur frasa nomina yang terdiri dari tiga kata dalam bahasa
indonesia, yaitu dari perluasan nomina ke arah kiri dihasikan frasa nomina
berstruktur Fr + N dan K + FN sedangkan perluasan ke arah kanan dihasilkan
frasa nomina berstruktur FN+ K dan N + Fr.
Frasa nomina yang berstruktur Fr + N terdiri dari dua unsur, yaitu Fr
sebagai atribut berkategori frasa numeralia dan N sebagai unsur pusat
berkategori nomina dan sekaligus sebagai inti dari frasa. Dari penjabaran tersebut
dapat dihasikan rumusan yang berupa diagram pohon seperti di bawah ini.
84
FN
FNum
Num Pg N
Frasa nomina yang berstruktur K+ FN terdiri dari unsur, yaitu K yang
merupakan atribut dan FN yang merupakan unsur pusat. Unsur K berkategori
numeralia atau penggolong atau kata sandang sedangkan unsur FN berkategori
frasa nomina yang terdiri nomina sebagai inti dan kata lain sebagi atributnya. Dari
penjabaran tersebut dapat dihasikan rumusan yang berupa diagram pohon seperti
di bawah ini.
FN
FN
Nr/Pg/Sd N N/nN
Frasa nomina yang berstruktur FN + K terdiri dari dua unsur, yaitu FN
sebagai unsur pusat dan unsur K menduduki fungsi sebagai atribut. Unsur FN
berkategori frasa nomina terdiri atas nomina yang merupakan inti frasa dan
nomina atau bukan nomina sebagi atribut sedangkan unsur K berkategori nomina
atau bukan nomina. Dari penjabaran tersebut dapat dihasikan rumusan yang
berupa diagram pohon seperti di bawah ini.
85
FN
FN
N N/nN N/nN
Frasa nomina yang berstruktur N + Fr terdiri dari dua unsur, yaitu N
sebagai unsur pusat dan Fr sebagai atribut. Unsur N berkategori nomina
sedangkan Fr berkategori frasa numeralia yang terdiri atas numeralia diikuti kata
penggolong. Dari penjabaran tersebut dapat dihasikan rumusan yang berupa
diagram pohon seperti di bawah ini.
FN
FN
N Num Pg
4.1.2 Hubungan Makna Gramatikal Unsur-unsur Pembentuk Frasa
Nomina
Pertemuan unsur-unsur pembentuk frasa nomina menghasilkan makna
gramatikal tertentu. Jika unsur-unsur tersebut merupakan unsur tidak setara maka
unsur yang merupakan atributlah yang menentukan makna gramatikal bagi unsur
pusatnya. Jika usur-unsurnya setara (koordinatif) maka konjungsi yang
menghubungkan unsur tersebut yang berperan dalam menyatakan makna bagi
kedua unsurnya.
86
Unsur-unsur frasa nomina yang tidak setara dihasilkan dari perluasan
unsur pusat ke arah kiri menghasilkan hubungan makna ‘jumlah’, ‘jamak’,
’keseluruhan’, dan ‘sebutan’ sedangkan yang dihasilkan dari perluasan unsur
pusat ke arah kanan menghasilkan hubungan makna ‘kepemilikan’, ‘penentu’,
‘asal tempat’, ‘asal bahan’, ‘proses’, ‘perbandingan’, ‘merek dagang’,
‘kelompok’, ‘penjelas’, ‘superlatif’, ‘arah tujuan’, ‘penerima’, dan ‘pembatas’
Dari perluasan unsur pusat ke arah kanan yang berupa unsur koodinatif
menghasilkan hubungan makna ‘aditif’, ‘alternatif’, ‘kesamaan’, dan ‘keterangan
tambahan’.
4.2 Saran
Struktur bahasa Indonesia berbeda dengan bahasa lain khususnya bahasa
Ingris. Diharapkan hasil penelitian ini berupa kaidah penyusunan frasa nomina
yang terdiri dari tiga kata dalam bahasa Indonesia dapat membantu bagi para
penerjemah.
DAFTAR PUSTAKA
Chaer, Abdul. 1998. Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia. Jakarta: Bhatara Karya Aksara.
Djajasudarma, T. Fatimah. 1993. Semantik II Pemahaman Umu Makna. Bandung: Eresco
Keraf, Goys. 1991. Tata Bahasa Rujukan Bahasa Indonesia. Jakarta: Grasindo.
Kesuma, Tri Mastoyo Jati. 2007. Pengantar Penelitian Bahasa. Yogyakarta: Carasvatibooks.
Kridalaksana, Harimurti et al. 1983. Tata Bahasa Deskriptif Bahasa Indonesia: Sintaksis. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.
_____________1988. Beberapa Prinsip Perpaduan Leksem dalam Bahasa Indonesia. Yogyakarta: Kanisius.
Moeliono, Anton, dkk, eds. 1988. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Depdikbub. 1988. Tata Bahasa Baku Bahasa Inndonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Ramlan, M. 1982. Ilmu Bahasa Indonesia: Sintaksis. Yogyakarta: CV. Karyono.
_____________1987. Tata Bahasa Indonesia: Penggolongan Kata. Yogyakarta: Andi Offset
_____________1980. Frasa Depan atau Preposisi dalam Bahasa Indonesia. Yogyakarta: Karyono.
Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta: Duta Wacana University Press.
Verhaar, J.W.M. 1966. Azas-azas Liguistik Umum. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Simatupang, Maurits D.S. 1999. Pengantar Teori Terjemahan. Jakarta : Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.
Wojowasito, S. 1978. Ilmu Kalimat Strukturil. Bandung: Shinta Dharma.