Upload
others
View
10
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i
KATA PENGANTAR
Profil Kesehatan Kabupaten Jombang tahun 2013 adalah
gambaran kinerja pencapaian visi dan misi Dinas Kesehatan
Kabupaten Jombang pada Tahun Anggaran 2013, selain itu sebagai
perwujudan kinerja pembangunan kesehatan yang dapat
digunakan untuk mengukur dan membandingkan hasil
pelaksanaan Pembangunan bidang kesehatan. Pembangunan
Kesehatan bersama dengan pembangunan bidang atau sektor lain telah dirumuskan
perencanaannya melalui Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Kabupaten Jombang tahun 2009‐2013.
Visi Dinas Kesehatan Kabupaten Jombang adalah ”Masyarakat Jombang yang
Mandiri untuk Hidup Sehat.” Selanjutnya untuk melaksanakan visi tersebut maka Dinas
Kesehatan menetapkan 4 (empat) misi : 1) Mendorong terlaksananya pembangunan
daerah yang berwawasan kesehatan; 2) Menggerakkan dan memberdayakan
masyarakat untuk berperilaku hidup bersih dan sehat; 3) Memberikan pelayanan
kesehatan yang berkualitas, adil, terjangkau, dan merata; 4) Meningkatkan peran serta
masyarakat. Sehingga profil kesehatan ini menggambarkan pelaksanaan program untuk
pencapaian misi‐misi tersebut, baik diraih dengan satu program maupun dengan lintas
program.
Penyusunan Profil Kesehatan Kabupaten Jombang tahun 2013 ini mengacu
kepada Buku Petunjuk Teknis Penyusunan Profil Kesehatan Kabupaten/Kota 2013
terbitan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Profil Kesehatan Kabupaten Jombang tahun 2013 memiliki beberapa fungsi
antara lain sebagai alat penilai kinerja secara kuantitatif, sebagai wujud pelaksanaan
tugas dan fungsi Dinas Kesehatan Kabupaten Jombang, sebagai alat pemutakhiran data
kesehatan, dan juga sebagai alat ukur pencapaian Standar Pelayanan Minimal Bidang
Kesehatan, RPJMD, dan MDGs.
Penyusunan Profil Kesehatan tahun 2013 ini dimaksudkan untuk memberikan
gambaran yang jelas atas pencapaian visi dan misi yang diamanatkan kepada Dinas
Kesehatan Kabupaten Jombang.
kami
banya
Profil
berm
Kami sada
menerima s
ak terimaka
l Kesehatan
manfaat bagi
ari buku Pro
semua masu
sih pada sem
n Kabupate
banyak kala
ofil Kesehata
ukan yang b
mua pihak y
en Jombang
angan pengg
n ini masih t
bersifat mem
ang telah be
g Tahun 2
guna.
JKK
dPN
terdapat kek
mbangun. Tid
erkontribusi
013 ini. Se
Jombang, MKEPALA DINAKABUPATEN
dr. HERI WIBPembina Tk.NIP. 196508
kurangan, ol
dak lupa kam
dalam peny
emoga buk
Mei 2014 AS KESEHATN JOMBANG
BOWO, M.Ke. I 821 199103 1
leh karena it
mi sampaika
yusunan buk
ku ini dapa
TAN
es
1 012
ii
tu
an
ku
at
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI iii
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR Vii
DAFTAR SINGKATAN xii
BAB I PENDAHULUAN 1
BAB II GAMBARAN UMUM 5
A. Keadaan Geografi 5
B. Keadaan Demografi 6
C. Kondisi Pendidikan 8
D. Kondisi Ekonomi 9
E. Kondisi Sosial Budaya 11
F. Kondisi Lingkungan 11
BAB III SITUASI DERAJAT KESEHATAN 12
A. Angka Kematian (Mortalitas) 12
A.1 Angka Kematian Bayi (AKB) 12
A.2 Angka Kematian Balita (AKBAL) 14
A.3 Angka Kematian Ibu Maternal (AKI) 16
A.4 Angka Harapan Hidup (AHH) 17
B. Angka Kesakitan (Morbiditas) 18
B.1 Penyakit Menular Langsung 19
B.2 Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) 29
B.3 Penyakit Menular Bersumber Binatang 34
C. Status Gizi Masyarakat 38
C.1 Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) 38
C.2 Status Gizi Balita 39
C.3 Status Gizi Ibu dan Wanita Pekerja 41
BAB IV SITUASI UPAYA KESEHATAN 43
A. Pelayanan Kesehatan Dasar 43
A.1 Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak 43
A.2 Pelayanan Keluarga Berencana (KB) 59
A.3 Pelayanan Kesehatan Pra Usia Lanjut dan Usia Lanjut 60
A.4 Pelayanan Imunisasi 61
iv
A.5 Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut 64
A.6 Penyuluhan Kesehatan 66
A.7 Pelayanan Kunjungan Kesehatan Dasar 67
B. Pelayanan Kesehatan Rujukan dan Penunjang 68
B.1 Kesehatan Rujukan 68
B.2 UPTD Penunjang : Ketersediaan Obat di UPTD Gudang Farmasi
Kabupaten (GFK) 71
C. Pemberantasan Penyakit Menular 72
B.1 Penyakit Menular Langsung 72
B.2 Penyakit Menular Bersumber Binatang 80
B.3 Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) 81
D. Perbaikan Gizi masyarakat 81
D.1 Penanggulangan Gizi Buruk 81
D.2 Pemberian Kapsul Vitamin A 83
D.3 Pemberian Tablet Tambah Darah (TTD) 85
D.4 Pemberian ASI Eksklusif pada Bayi 0‐6 Bulan 87
E. Pelayanan Kefarmasian dan Alat Kesehatan 89
F. Pelayanan Kesehatan dalam Situasi Bencana 90
G. Pelayanan Kesehatan bagi Masyarakat Miskin 91
H. Keadaan Perilaku Masyarakat 93
I. Keadaan Lingkungan 94
I.1 Rumah Sehat 95
I.2 Kepemilikan Jamban Sehat 97
I.3 Tempat Umum dan Pengelolaan Makanan (TUPM) 98
I.4 Sarana Air Bersih 99
BAB V SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN 101
A. Sarana Kesehatan 101
B. Sumber Daya Manusia 112
C. Pembiayaan Kesehatan 114
D. Sarana Informasi Kesehatan 115
BAB IV PENUTUP 116
LAMPIRAN xvii
v
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Estimasi Penduduk Sasaran Program Pembangunan Kesehatan di Kabupaten Jombang 2013
7
Tabel 2 Data 10 Penyakit Terbanyak di Kabupaten Jombang Tahun 2013 19
Tabel 3 Nilai Indikator Pemakaian Tempat Tidur Rumah Sakit di Kabupaten Jombang Tahun 2009‐2013
69
Tabel 4 Sarana Kesehatan di Kabupaten Jombang Tahun 2013 101
Tabel 5 Jumlah dan Proporsi Tenaga Kesehatan Berdasarkan kategori di Kabupaten Jombang Tahun 2013
112
vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Estimasi Piramida Penduduk Kabupaten Jombang menurut Kelompok Umur Lima Tahunan Tahun 2013
7
Gambar 2.2 Angka Melek Huruf menurut Kecamatan di Kabupaten Jombang Tahun 2013
9
Gambar 2.3 Laju Pertumbuhan Ekonomi di Kabupaten Jombang Tahun 2008‐2012 10
Gambar 3.1 Angka kematian Bayi per 1.000 Kelahiran Hidup di Kabupaten Jombang Tahun 2009‐2013
13
Gambar 3.2 Angka Kematian Bayi per 1.000 Kelahiran Hidup menurut Puskesmas di Kabupaten Jombang Tahun 2013
14
Gambar 3.3 Angka Kematian Balita per 1.000 Kelahiran Hidup di Kabupaten Jombang Tahun 2009 – 2013
15
Gambar 3.4 Grafik Angka Kematian ibu di Kabupaten Jombang Tahun 2009‐2013 17
Gambar 3.5 Perbandingan AHH dengan IPM Kabupaten Jombang Tahun 2009‐2013 18
Gambar 3.6 Angka Insiden TB Paru menurut Puskesmas di Kabupaten Jombang Tahun 2013
20
Gambar 3.7 Kasus Baru TB Paru menurut Puskesmas di Kabupaten Jombang Tahun 2013
21
Gambar 3.8 Proporsi Penderita Kusta Anak dan Proporsi Cacat Tingkat II Kusta di Kabupaten Jombang Tahun 2009‐2013
23
Gambar 3.9 Prevalensi Rate Kusta per 10.000 Penduduk Kabupaten Jombang Tahun 2009‐2013
23
Gambar 3.10 Peta Epidemi HIV di Kabupaten Jombang Tahun 2013 25
Gambar 3.11 Peta Epdemi AIDS di kabupaten Jombang Tahun 2013 26
Gambar 3.12 Kasus Pneumonia Balita di Kabupaten Jombang Tahun 2009‐2013 27
Gambar 3.13 Penemuan Penderita Diare di Kabupaten Jombang Tahun 2009‐2013 28
Gambar 3.14 Angka Kesakitan Diare Semua Usia (per 1000 Penduduk) Kabupaten Jombang Tahun 2009‐2013
29
Gambar 3.15 Sebaran Kasus Campak di Kabupaten Jombang menurut Puskesmas Tahun 2013
30
Gambar 3.16 Perkembangan Kasus Campak di Kabupaten Jombang Tahun 2009‐2013 31
Gambar 3.17 Perkembangan Kasus Difteri di Kabupaten Jombang Tahun 2009 – 2013 32
Gambar 3.18 Sebaran AFP non Polio Menurut Puskesmas di Kabupaten Jombang Tahun 2013
33
Gambar 3.19 Jumlah Kasus DBD di Kabupaten Jombang Tahun 2009‐2013 35
Gambar 3.20 Angka Insidens Penyakit DBD (per 100.000 penduduk) dan CFR DBD di Kabupaten Jombang Tahun 2009 – 2013
36
vii
Gambar 3.21 Peta Kasus DBD menurut Puskesmas di Kabupaten Jombang Tahun 2013 36
Gambar 3.22 Kasus Malaria Positif dan Angka Kesakitan (API) di Kabupaten Jombang Tahun 2009 – 2013
37
Gambar 3.23 Persentase BBLR menurut Puskesmas di Kabupaten Jombang Tahun 2013 39
Gambar 3.24 Prevalensi Gizi Balita menurut Indikator BB/Udi Kabupaten Jombang Tahun 2013
40
Gambar 3.25 Kasus Balita Gizi Buruk menurut Perbandingan BB dan TB Balita di Kabupaten Jombang Tahun 2009‐2013
41
Gambar 4.1 Cakupan Pemeriksaan K1 & K4 di Kabupaten Jombang Tahun 2009‐2013 44
Gambar 4.2 Cakupan Pemeriksaan K4 menurut Puskesmas di Kabupaten Jombang Tahun 2013
45
Gambar 4.3 Cakupan Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan menurut Puskesmas di Kabupaten Jombang Tahun 2013
46
Gambar 4.4 Cakupan Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan di Kabupaten Jombang Tahun 2009 – 2013
47
Gambar 4.5 Cakupan Ibu Hamil Komplikasi Ditangani menurut Puskesmas di Kabupaten Jombang Tahun 2013
49
Gambar 4.6 Cakupan Pelayanan Ibu Nifas menurut Puskesmas di Kabupaten Jombang Tahun 2013
51
Gambar 4.7 Cakupan Pelayanan Ibu Nifas di Kabupaten Jombang Tahun 2010‐2013 52
Gambar 4.8 Cakupan Kunjungan Neonatus Lengkap menurut Puskesmas di Kabupaten Jombang Tahun 2013
53
Gambar 4.9 Cakupan Kunjungan Neonatus Lengkap di Kabupaten Jombang Tahun 2009 – 2013
54
Gambar 4.10 Cakupan Kunjungan Bayi menurut Puskesmas di Kabupaten Jombang Tahun 2013
55
Gambar 4.11 Cakupan Kunjungan Bayi di Kabupaten Jombang Tahun 2009‐2013 56
Gambar 4.12 Cakupan Pelayanan Kesehatan Anak Balita menurut Puskesmas di Kabupaten Jombang Tahun 2013
57
Gambar 4.13 Cakupan Pejaringan Siswa SD dan Setingkat menurut Puskesmas di Kabupaten Jombang Tahun 2013
58
Gambar 4.14 Proporsi Jenis Kontrasepsi yang Digunakan oleh Peserta KB Aktif di Kabupaten Jombang Tahun 2013
60
Gambar 4.15 Cakupan Pelayanan Kesehatan Pra Lansia dan Lansia menurut Puskesmas di Kabupaten Jombang Tahun 2013
61
Gambar 4.16 Desa/Kelurahan UCI menurut Puskesmas di Kabupaten Jombang Tahun 2013
63
Gambar 4.17 Desa/Kelurahan UCI di Kabupaten Jombang Tahun 2009‐2013 64
Gambar 4.18 Hasil Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut di Kabupaten Jombang Tahun 65
viii
2009‐2013
Gambar 4.19 Rasio Tumpatan dengan Pencabutan Gigi Permanen di Kabupaten Jombang Tahun 2009‐2013
66
Gambar 4.20 Pelayanan Kunjungan Rawat Jalan dan Rawat Inap di Puskesmas di Kabupaten Jombang Tahun 2009‐2013
68
Gambar 4.21 Pelayanan Kunjungan Rawat Jalan dan Rawat Inap di Rumah Sakit Daerah dan Swasta di Kabupaten Jombang Tahun 2009‐2013
71
Gambar 4.22 Sebaran Kasus Baru TB Paru menurut Puskesmas di Kabupaten Jombang Tahun 2013
73
Gambar 4.23 Persentase Keberhasilan Pengobatan Penderita TB Paru (Success Rate) menurut Puskesmas dan Rumah Sakit Kabupaten Jombang Tahun 2013
74
Gambar 4.24 Persentase Penemuan Kasus Baru (CDR) dan Keberhasilan Pengobatan Penderita TB Paru (SR) di Kabupaten Jombang Tahun 2009‐2013
75
Gambar 4.25 Penemuan Kasus Baru HIV menurut Puskesmas di Kabupaten Jombang Tahun 2013
77
Gambar 4.26 Penemuan Kasus Baru AIDS menurut Puskesmas di Kabupaten Jombang Tahun 2013
78
Gambar 4.27 Cakupan Penemuan Penderita Pneumonia Balita di Kabupaten Jombang Tahun 2009‐2013
79
Gambar 4.28 Cakupan Penemuan dan Penanganan Pneumonia Balita menurut Puskesmas di Kabupaten Jombang Tahun 2013
80
Gambar 4.29 Sebaran Kasus Balita Gizi Buruk menurut Puskesmas di Kabupaten Jombang Tahun 2013
82
Gambar 4.30 Cakupan Bayi, Balita dan Ibu Nifas Mendapat Vitamin A di Kabupaten Jombang Tahun 2009‐2013
84
Gambar 4.31 Cakupan Pemberian Vitamin A 2 Kali Setahun di Kabupaten Jombang Tahun 2009‐2013
84
Gambar 4.32 Cakupan Pemberian Fe 3 Ibu Hamil menurut Puskesmas di Kabupaten Jombang Tahun 2013
86
Gambar 4.33 Cakupan Pemberian Fe 3 Ibu Hamil di Kabupaten Jombang Tahun 2009‐ 2013
87
Gambar 4.34 Cakupan ASI Eksklusif menurut Puskesmas di Kabupaten Jombang Tahun 2013
88
Gambar 4.35 Cakupan ASI Eksklusif di Kabupaten Jombang Tahun 2009‐2013 89
Gambar 4.36 Cakupan Pelayanan Kesehatan Masyarakat Miskin di Puskesmas Kabupaten Jombang Tahun 2013
92
Gambar 4.37 Cakupan Pelayanan Kesehatan Masyarakat Miskin di Rumah Sakit Kabupaten Jombang Tahun 2013
92
Gambar 4.38 Cakupan Rumah Tangga Sehat (PHBS) Kabupaten Jombang Tahun 2009‐2013
94
ix
Gambar 4.39 Cakupan Rumah Sehat menurut Puskesmas di Kabupaten Jombang Tahun 2013
96
Gambar 4.40 Cakupan Rumah Sehat di Kabupaten Jombang Tahun 2009‐2013 97
Gambar 4.41 Cakupan Tempat Umum dan Pengelolaan Makanan Sehat di Kabupaten Jombang Tahun 2010‐2013
98
Gambar 4.42 Proporsi Sumber Air Minum di Kabupaten Jombang Tahun 2013 100
Gambar 5.1 Perkembangan Jumlah Tempat Tidur Rumah Sakit Umum dan Rumah Sakit Khusus di Kabupaten Jombang Tahun 2009‐2013
105
Gambar 5.2 Jumlah Tempat Tidur Rumah Sakit dan Rasionya per 100.000 Penduduk di Kabupaten Jombang Tahun 2009‐2013
105
Gambar 5.3 Jumlah Sarana Produksi Kefarmasian dan Alat Kesehatan di Kabupaten Jombang Tahun 2011‐2013
107
Gambar 5.4 Jumlah Sarana Distribusi Kefarmasian dan Alat Kesehatan di Kabupaten Jombang Tahun 2011‐2013
107
Gambar 5.5 Persentase Posyandu Menurut Strata di Kabupaten Jombang Tahun 2013 108
Gambar 5.6 Perkembangan Strata Posyandu di Kabupaten Jombang Tahun 2011‐2013 109
Gambar 5.7 Perkembangan Desa Siaga di Kabupaten Jombang Tahun 2009‐2013 111
Gambar 5.8 Perbandingan Rasio Tenaga Kesehatan dengan Target per 100.000 Penduduk di Kabupaten Jombang Tahun 2013
114
x
DAFTAR SINGKATAN
ABJ : Angka Bebas Jentik
AFP : Acute Flaccid Paralysis
AHH : Angka Harapan Hidup
AIDS : Acquired Immune Deficiency Syndrome
AKABA : Angka Kematian Anak Balita
AKBAL : Angka Kematian Balita
AKB : Angka Kematian Bayi
AKI : Angka Kematian Ibu
ANC : Antenatal Care
API : Annual Parasite Incidence
APN : Asuhan Persalinan Normal
ASI Eksklusif : Pemberian Air Susu Ibu saja tanpa tambahan makanan dan minuman lain kepada bayi sejak lahir sampai usia 6 bulan.
Askeskin : Asuransi Kesehatan Masyarakat Miskin
BBLR : Berat Badan Lahir Rendah; Bayi dengan Berat Badan saat lahir sangat rendah (<2,5 kg)
BB/TB : Status gizi berdasarkan Berat Badan menurut Tinggi Badan
BB/U : Status gizi berdasarkan Berat Badan menurut Umur
BCG : Bacille Calmette‐Guerin
BGM : Bawah Garis Merah
BOK : Bantuan Operasional Kesehatan
BOR : Bed Occupancy Rate = angka penggunaan tempat tidur
BPBD : Badan Penanggulangan Bencana Daerah
CBS : Community Base Surveylance; surveilens bebasis masyarakat yang pelaksanaanya di tingkat Puskesmas (dalam gedung maupun di luar gedung Puskesmas)
CDR : Case Detection Rate
CFR : Case Fatality Rate
DBD : Demam Berdarah Dengue
DO : Definisi Operasional
DOTS : Directly Observed Treatment Shourtcourse
DPT : Diphteri Pertusis Tetanus
DPT‐HB : Diphteri Pertusis Tetanus‐Hepatitis B
Fe3 : Ferros; atau biasa disebut zat Besi, termasuk zat mikronutrien. Tablet
xi
Fe biasa diberikan pada ibu hamil sebagai zat supplemen makanan. Selama menjalani kehamilannya (trimester 1‐3) ibu hamil setidaknya mengkonsumsi 90 tablet Fe. Pemberian ini biasa disebut Fe3.
Gerakan 3 M : Gerakan Menguras, Menutup dan Menimbun sebagai upaya pemberantasan jentik nyamuk
HBS : Hospital Base Surveylance; survey untuk penemuan kasus di Rumah Sakit
HIV : Human Immunodeficiency Virus
IBI : Ikatan Bidan Indonesia
IKOT : Industri Kecil Obat Tradisional
IKM : Indeks Kepuasan Masyarakat
IPM : Indeks Pembangunan Manusia
ISPA : Infeksi Saluran Pernafasan Akut
Jamkesmas : Jaminan Kesehatan Masyarakat
Jamkesda : Jaminan Kesehatan Daerah
K1 : Kunjungan baru ibu hamil, yaitu kunjungan ibu hamil pertama kali pada masa kehamilan.
K4 : Kontak minimal 4 (empat) kali selama masa kehamilan untuk mendapatkan pelayanan antenatal, yang terdiri atas minimal satu kali kontak pada trimester pertama, satu kali pada trimester kedua dan dua kali pada trimester ketiga.
KB : Keluarga Berencana
Kemenkes : Kementerian Kesehatan
KLB : Kejadian Luar Biasa
KN Lengkap : Kunjungan Neonatus Lengkap; pelayanan kesehatan neonatal dasar meliputi ASI eksklusif, pencegahan infeksi berupa perawatan mata, tali pusat, pemberian vitamin K1 injeksi bila tidak diberikan pada saat lahir, pemberian imunisasi hepatitis B1 bila tidak diberikan saat lahir, dan manajemen terpadu bayi muda. dilakukan sesuai standar sedikitnya 3 kali, pada 6‐24 jam setelah lahir, pada 3‐7 hari dan pada 28 hari setelah lahir yang dilakukan di fasilitas kesehtaan maupun kunjungan rumah.
KPA : Komisi Penanggulangan AIDS
KP ASI : Kelompok Pendukung ASI (Air Susu Ibu)
Kunjungan Bayi : Kunjungan Bayi umur 29 hari‐11 bulan di sarana pelayanan. Setiap bayi memperoleh pelayanan kesehatan minimal 4 kali yaitu satu kali pada umur 29 hari‐3 bulan, 1 kali pada umur 3‐6 bulan, 1 kali pada umur 6‐9 bulan, dan 1 kali pada umur 9‐11 bulan. Pelayanan kesehatan tersebut meliputi pemberian imunisasi dasar (BCG, DPT/HB1‐3, Polio 1‐4, Campak), stimulasi deteksi intervensi dini
xii
tumbuh kembang (SDIDTK) bayi dan penyuluhan perawatan kesehatan bayi.
LOS : Length of Stay; Rata‐rata lama rawatan seorang pasien.
Maskin : Masyarakat Miskin
MB : Multi Basiler
MDGs : Millenium Development Goals
MDT : Multidrug Therapy
MOP : Metode Operatif Pria; cara kontasepsi dengan tindakan pembedahan pada saluran sperma pria.
MP ASI : Makanan Pendamping Air Susu Ibu
MTBM : Manajemen Terpadu Balita Muda; suatu pendekatan keterpaduan dalam tatalaksana bayi umur 1 hari ‐ 2 bulan, baik yang sehat maupun yang sakit, baik yang datang ke fasilitas rawat jalan pelayanan kesehatan dasar maupun yang dikunjungi oleh tenaga kesehatan pada saat kunjungan neonatal.
MTBS : Manajemen Terpadu Balita Sakit ; suatu pendekatan yang terintegrasi/terpadu dalam tata laksana balita sakit dengan focus kepada kesehatan anak usia 0‐59 bulan (balita) secara menyeluruh. MTBS bukan suatu program tetapi pendekatan/cara menatalaksana balita sakit.
NAPZA : Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lain.
NCDR : Newly Case Detection Rate
N+T+O+B = N : Balita yang naik Berat Badannya
T : Balita yang Tidak Naik atau Tetap Berat Badannya
O : Balita yang Bulan Lalu tidak Datang (Ditimbang)
B : Balita yang Baru Pertama Kali Hadir ke Posyandu
ODF : Open Defecation Free
ORI : Outbreak Respons Immunization
PAH : Penampungan Air Hujan
PAK : Penyalur Alat Kesehatan
PAUD : Pendidikan Anak Usia Dini
PB : Pausi Basiler
PD3I : Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi
PHBS : Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
PIN : Pekan Imunisasi Nasional
PITC : Provider Intensif Testing and Conselling
PKK : Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga
xiii
PMCTC : Prevention of Mother to Child Transmition
POD : Prevention of Disability
Polindes : Pondok Bersalin Desa
PONED : Pelayanan Emergensi Obstetrik dan Neonatal Dasar
PONEK : Pelayanan Emergensi Obstetrik dan Neonatal Komprehensif
Poskesdes : Pos Kesehatan Desa
Posyandu : Pos Pelayanan Terpadu
PPIA : Pencegahan Penularan HIV/AIDS Ayah Ibu ke Anak
PSN : Pemberantasan Sarang Nyamuk
PUS : Pasangan Usia Subur
Puskesmas : Pusat Kesehatan Masyarakat
Pustu : Pusat Kesehatan Masyarakat Pembantu
RSK : a. Rumah Sakit Khusus
b. Rumah Sakit Kristen
RSU : Rumah Sakit Umum
SDIDTK : Stimulasi Deteksi Intervensi Dini Tumbuh Kembang
SPAL : Saluran Pembuangan Air Limbah
SPM : Standar Pelayanan Minimal
SR : Success Rate = Angka Keberhasilan Pengobatan
STBM : Sanitasi Total Berbasis Masyarakat
TB : Tuberkulosis
TFC : Terapeutic Feeding Center
TN : Tetanus Neonatorum
TPG : Taman Pemulihan Gizi
TT : Tetanus Toksoid
TTD : Tablet Tambah Darah
TUPM : Tempat Umum dan Pengelola Makanan
TOI : Turn Over Interval = tenggang perputaran; rata‐rata hari dimana tempat tidur tidak ditempati dari telah diisi ke saat terisi berikutnya.
UCI : Universal Child Immunization; tercapainya imunisasi dasar secara lengkap pada bayi (0‐11 bulan), ibu hamil, wanita usia subur, dan anak sekolah tingkat dasar. Imunisasi dasar lengkap pada bayi meliputi : 1 dosis BCG, 3 dosis DPT, 4 dosis polio, 4 dosis hepatitis B, 1 dosis campak. Pada ibu hamil dan wanita usia subur meliputi 2 dosis TT. Untuk anak sekolah tingkat dasar meliputi 1 dosis DT, 1 dosis campak, dan 2 dosis TT.
xiv
UKBM : Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat; bentuk UKBM yang ada adalah Poskesdes, Polindes, Pos UKK, Poskestren, TOGA, Saka Bhakti Husada, dan lain‐lain.
UPK : Unit Pelaksana Kegiatan
Usila : Usia Lanjut
VCT : Volountary Conselling Testing
1
BAB I PENDAHULUAN
Dinas Kesehatan sebagai salah satu Satuan Kerja Pemerintah Daerah (SKPD)
Kabupaten Jombang adalah bagian dari Negara Indonesia khususnya dan bagian dari
Negara‐negara dunia umumnya mempunyai tanggungjawab untuk melaksanakan
kesepakatan bersama yaitu Deklarasi Milenium yang biasa dikenal dengan sebutan MDGs
(Millenium Development Goals). Ada 8 tujuan pembangunan dalam Milenium ini (MDGs),
dan 5 (lima) diantaranya merupakan tujuan dibidang kesehatan. Lima tujuan tersebut
adalah : Memberantas kemiskinan dan kelaparan (Tujuan 1); Menurunkan angka
kematian anak (Tujuan 4); Meningkatkan kesehatan ibu (Tujuan 5); Memerangi HIV/AIDS,
Malaria dan penyakit lainnya (Tujuan 6); Melestarikan lingkungan hidup (Tujuan 7).
Dalam RPJMD Kabupaten Jombang tahun 2009‐2013 disebutkan beberapa
kebijakan dan program yang ditetapkan oleh Pemerintah Kabupaten Jombang untuk
mencapai tujuan‐tujuan pembangunan. Diantara kebijakan dan program tersebut,
terdapat kebijakan dan program di bidang kesehatan, antara lain :
1. Untuk mencapai sasaran meningkatnya usia harapan hidup ditetapkan kebijakan :
Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, dengan program pokok :
a. Program percepatan perbaikan gizi masyarakat;
b. Program penyehatan lingkungan perumahan dan permukiman;
c. Program promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat;
d. Program pengawasan obat dan makanan;
e. Program pencegahan dan pemberantasan penyakit menular.
2. Untuk mencapai sasaran meningkatnya akses pelayanan kesehatan ditetapkan
kebijakan (1) Meningkatkan kualitas layanan kesehatan masyarakat; (2)
Meningkatkan cakupan layanan kesehatan masyarakat, dengan program pokok :
a. Program standarisasi pelayanan Puskesmas;
b. Program peningkatan manajemen pembangunan kesehatan masyarakat;
c. Program pembangunan dan peningkatan infrastruktur menuju pusat‐pusat
layanan kesehatan masyarakat;
d. Program peningkatan kualitas dan kuantitas tenaga medis di pusat kesehatan
masyarakat;
2
e. Program peningkatan sarana dan prasarana pusat layanan kesehatan
masyarakat.
3. Untuk mencapai sasaran meningkatnya cakupan pemeliharaan kesehatan
ditetapkan kebijakan :
Meningkatkan akses masyarakat terhadap jaminan pemeliharaan kesehatan,
dengan program pokok :
a. Program penyempurnaan sistem jaminan pemeliharaan kesehatan
masyarakat;
b. Program peningkatan kualitas layanan system jaminan pemeliharaan
kesehatan masyarakat.
Undang‐Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan,
pasal 168 menyebutkan bahwa untuk menyelenggarakan upaya kesehatan yang efektif
dan efisien diperlukan informasi kesehatan yang dilakukan melalui system informasi dan
melalui kerjasama lintas sektor. Oleh Karena itu disusunlah Profil Kesehatan Kabupaten
Jombang tahun 2013 sebagai luaran dan pelaksanaan dari undang‐undang tersebut.
Maksud :
Dalam Profil Kesehatan Kabupaten Jombang tahun 2013 ini disajikan berbagai data
dan informasi dengan maksud untuk memberi gambaran tentang capaian pembangunan
kesehatan di Kabupaten Jombang meliputi berbagai program dan kegiatan pembangunan
kesehatan sesuai acuan RPJMD, SPM Bidang Kesehatan maupun pelaksanaan MDGs.
Tujuan :
Profil Kesehatan Kabupaten Jombang tahun 2013 ini, disajikan dengan tujuan
untuk menggambarkan kinerja dari Dinas Kesehatan dan jaringannya, serta berbagai
sektor yang terkait dengan kesehatan. Data capaian kinerja dimaksud diperoleh langsung
dari sumber data yang bersangkutan, yaitu :
1. Puskesmas dan jaringannya memberikan catatan kegiatan dalam gedung maupun luar
gedung.
2. Rumah Sakit pemerintah dan swasta yang berada di wilayah Kabupaten Jombang.
3. Program dan Kegiatan yang dilaksanakan langsung oleh Dinas Kesehatan termasuk
Unit Pelaksana Teknis Kesehatan di wilayah Kabupaten Jombang termasuk UPTD GFK.
4. PT Askes, dan Jamsostek.
5. Badan Pusat Statistik Kabupaten, Dinas Pendidikan Kabupaten, UPT PMI Kabupaten
Jombang.
3
Sistematika penyajian Profil Kesehatan Kabupaten Jombang tahun 2013 adalah
sebagai berikut :
Bab I – Pendahuluan.
Bab ini berisi penjelasan tentang maksud dan tujuan Profil Kesehatan dan
sistematika dari penyajian.
Bab II – Gambaran Umum dan Perilaku Penduduk
Bab ini menyajikan tentang gambaran umum Kabupaten Jombang. Selain
uraian tentang letak geografis, administratif dan informasi umum lainnya,
bab ini juga mengulas faktor‐faktor yang berpengaruh terhadap kesehatan
meliputi kependudukan, ekonomi, pendidikan, sosial budaya, perilaku dan
lingkungan.
Bab III – Situasi Derajat Kesehatan.
Bab ini berisi uraian tentang indikator mengenai angka kematian, angka
kesakitan, dan angka status gizi masyarakat.
Bab IV – Situasi Upaya Kesehatan.
• Bab ini menguraikan tentang pelayanan kesehatan dasar, pelayanan
kesehatan rujukan dan penunjang, pemberantasan penyakit menular,
pembinaan kesehatan lingkungan dan sanitasi dasar, perbaikan gizi
masyarakat, pelayanan kefarmasian dan alat kesehatan, pelayanan
kesehatan dalam situasi bencana.
• Upaya pelayanan kesehatan yang diuraikan dalam bab ini juga
mengakomodir indikator kinerja Standar Pelayanan Minimal (SPM)
Bidang Kesehatan, serta upaya pelayanan kesehatan lainnya yang
diselenggarakan oleh Kabupaten Jombang.
Bab V – Situasi Sumber Daya Kesehatan.
Bab ini menguraikan tentang sarana kesehatan, tenaga kesehatan,
pembiayaan kesehatan dan sumber daya kesehatan lainnya.
Bab VI – Kesimpulan
Bab ini berisi tentang hal‐hal penting yang perlu disimak dan ditelaah lebih
lanjut dari Profil Kesehatan Kabupaten Jombang tahun 2013 ini, selain
keberhasilan‐keberhasilan yang perlu dicatat. Bab ini juga mengemukakan
hal‐hal yang dianggap masih kurang dalam rangka penyelenggaraan
pembangunan kesehatan.
4
Lampiran
Pada lampiran ini berisi tabel resume/angka pencapaian kabupaten dan 82
tabel data kesehatan dan yang terkait data kesehatan yang responsif
gender.
5
BAB II
GAMBARAN UMUM
A. KEADAAN GEOGRAFI
Kabupaten Jombang mempunyai letak yang sangat strategis, karena berada
pada bagian tengah Jawa Timur dan dilintasi Jalan Arteri Primer Surabaya–Madiun dan
Jalan Kolektor Primer Malang–Babat. Adapun batas‐batas wilayah Kabupaten Jombang
adalah:
Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Lamongan dan Kabupaten
Bojonegoro
Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Mojokerto
Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Nganjuk
Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Malang dan Kabupaten Kediri
Secara geografis, Kabupaten Jombang terbentang pada 1120 03’ 45” sampai
1120 27’ 21” Bujur Timur dan berada di sebelah selatan garis Khatulistiwa yaitu pada
070 20’ 37 dan 070 45’ 45” Lintang Selatan. Kabupaten Jombang berada di tengah
wilayah Jawa Timur dan pada posisi silang jalur Surabaya‐Madiun dan Malang‐Babat,
dengan luas wilayah 1.159,50 km2 atau sekitar 2,4 % luas wilayah Propinsi Jawa Timur.
Ibukota Kabupaten Jombang terletak pada ketinggian ± 44 m di atas permukaan laut.
Secara administrasi, Kabupaten Jombang terbagi menjadi 21 kecamatan yang
terdiri dari 302 desa dan 4 kelurahan serta meliputi 1.258 dusun. Ditinjau dari
komposisi jumlah desa/kelurahan, Kecamatan Sumobito memiliki jumlah desa
terbanyak yaitu 21 desa. Namun bila ditinjau dari luas wilayah, terdapat 3 Kecamatan
yang memiliki wilayah terluas, yaitu Kecamatan Wonosalam dengan luas 121,63 km2,
Kecamatan Plandaan dengan luas 120,40 Km2 dan Kecamatan Kabuh dengan luas
97,35 km2.
Secara topografis, Kabupaten Jombang dibagi menjadi tiga sub area, yaitu :
1. Kawasan Utara, bagian pegunungan kapur muda Kendeng yang sebagian besar
mempunyai fisiologi mendatar dan sebagian besar berbukit, meliputi Kecamatan
Plandaan, Kabuh, Ploso, Kudu dan Ngusikan.
2. Kawasan Tengah, sebelah selatan sungai Brantas, sebagian besar merupakan
tanah pertanian yang cocok bagi tanaman padi dan palawija karena irigasinya
cukup bagus, meliputi Kecamatan Bandar Kedung Mulyo, Perak, Gudo, Diwek,
6
Mojoagung, Sumobito, Jogoroto, Peterongan, Jombang, Megaluh, Tembelang, dan
Kesamben.
3. Kawasan Selatan, merupakan tanah pegunungan, cocok untuk tanaman
perkebunan, meliputi Kecamatan Ngoro, Bareng, Mojowarno dan Wonosalam.
Faktor penting yang sangat mempengaruhi tingkat kesuburan tanah,
diantaranya adalah aliran sungai yang cukup besar dan material hasil letusan gunung
berapi. Dimungkinkan bahwa hasil letusan Gunung Kelud terbawa arus deras sungai
Brantas, kali Konto dan sungai‐sungai lainnya yang mengalir dari selatan/tenggara ke
utara masuk melintasi wilayah Kabupaten Jombang.
Penggunaan tanah di Kabupaten Jombang didominasi oleh sawah yang
mencapai 42,19% dari luas wilayah kabupaten, kemudian permukiman/perumahan
24,08%, hutan 19,46%, tegal 11,62% dan penggunaan lainnya 2,65%.
B. KEADAAN DEMOGRAFI
Jumlah penduduk Kabupaten Jombang berdasar sensus BPS propinsi Jawa
Timur tahun 2010 untuk proyeksi tahun 2013 sebesar 1.224.467 jiwa, dengan 365.292
rumah tangga atau KK dengan kata lain rata‐rata 3,4 jiwa per rumah tangga. Tingkat
kepadatan penduduk mencapai 1.056/km2 dengan tingkat kepadatan penduduk
tertinggi di Kecamatan Jombang sebesar 3.882 jiwa/km2 sedangkan yang terendah
adalah di Kecamatan Wonosalam sebesar 255 jiwa/km2.
Rasio jenis kelamin di Kabupaten Jombang pada tahun 2013 adalah 98,59
artinya setiap 100 penduduk perempuan terdapat 99 penduduk laki‐laki.
Berdasarkan komposisi penduduk, kelompok umur remaja (15 – 19 tahun)
mendominasi presentase jumlah penduduk (8,7%) dan prosentase kelompok umur
bayi (<1 tahun) merupakan yang terkecil (1,8%).
7
Gambar 2.1 Estimasi Priamida Penduduk Kabupaten Jombang
menurut Kelompok Umur Lima Tahunan Tahun 2013
Sumber : BPS Propinsi Jawa Timur
Penduduk sebagai determinan pembangunan harus mendapat perhatian yang
serius. Program Pembangunan, termasuk pembangunan di bidang kesehatan, harus
didasarkan pada dinamika kependudukan. Upaya pembangunan di bidang kesehatan
tercermin dalam program kesehatan melalui upaya promotif, preventif, kuratif
maupun rehabilitative. Untuk mendukung upaya tersebut diperlukan ketersediaan
data mengenai penduduk sebagai sasaran program pembangunan kesehatan.
Tabel 1
Estimasi Penduduk Sasaran Program Pembangunan Kesehatan Di Kabupaten Jombang 2013
No Sasaran Program Kelompok
Umur/Formula Jenis Kelamin
Jumlah Laki‐Laki Perempuan
1 Bayi < 1 Tahun 10.736 10.131 20.867
2 Batita < 3 Tahun 31.735 29.947 61.681
3 Anak Balita 1‐4 Tahun 42.915 40.849 83.764
4 Balita < 5 Tahun 53.655 50.976 104.631
5 Pra Sekolah 5‐6 Tahun 21.750 20.524 42.275
6 Anak Usia Kelas 1 SD/Setingkat
7 Tahun 11.147 10.316 21.463
7 Anak Usia SD/Setingkat 7‐12 Tahun 64.590 62.203 126.793
8 Penduduk Usia Muda (Belum Produktif)
<15 Tahun 155.554 146.788 302.342
9 Penduduk Usia Produktif 15‐64 Tahun 429.528 405.324 834.852
10 Penduduk Pra Usila 45‐59 Tahun 44.792 42.268 87.060
8
No Sasaran Program Kelompok
Umur/Formula Jenis Kelamin
Jumlah Laki‐Laki Perempuan
11 Penduduk Usia Lanjut ≥ 60 Tahun 136.327 128.644 264.971
12 Penduduk Usia Lanjut Resiko Tinggi
> 70 Tahun 24.891 23.488 48.379
13 Wanita Usia Subur 15‐49 Tahun 657.154 657.154
14 Wanita Usia Subur Imunisasi
15‐39 Tahun 476.225 476.225
15 Bayi Lahir Hidup ‐ 10.319 9.743 20.062
16 Ibu Hamil 1,1 x lahir hidup 23.446 23.446
17 Ibu Bersalin 1,05 x lahir hidup
22.380 22.380
18 Ibu Nifas 1,05 x lahir hidup
22.380 22.380
Sumber : BPS Propinsi Jawa Timur
Penduduk sasaran program pembangunan kesehatan sangatlah beragam,
sesuai dengan karakteristik kelompok umur tertentu atau didasarkan pada kondisi
siklus kehidupan yang terjadi. Sebagai contoh beberapa program di kesehatan
keluarga memiliki sasaran program yang berfokus pada bayi, balita, anak balita, anak
usia sekolah SD, wanita usia subur, dan usia lanjut. Program di surveilans epidemiologi
dan kesehatan khusus berfokus pada bayi dan penduduk belum produktif.
C. PENDIDIKAN
Kondisi pendidikan adalah salah satu indikator yang sering ditelaah dalam
mengukur tingkat pembangunan manusia suatu daerah. Melalui pengetahuan,
pendidikan berkontribusi terhadap perubahan perilaku kesehatan. Pengetahuan yang
dipengaruhi oleh tingkat pendidikan adalah salah satu faktor yang berperan dalam
mempengaruhi keputusan seseorang untuk berperilaku sehat.
Kemampuan membaca dan menulis adalah keterampilan dasar yang
dibutuhkan untuk mencapai kehidupan yang lebih sejahtera. Sebab penduduk yang
tidak dapat membaca dan menulis secara tidak langsung mendekatkan mereka pada
kebodohan sedangkan kebodohan mendekatkan pada kemiskinan. Kemampuan
membaca dan menulis dapat dilihat dari angka melek huruf.
Menurut data yang diperoleh dari Dinas Pendidikan Kabupaten Jombang
diketahui angka melek huruf Kabupaten Jombang tahun 2013 sebesar 99,47%, kondisi
ini lebih baik dibanding tahun 2012 dimana angka melek huruf kabupaten jombang
adalah 93,79%. Angka melek huruf paling tinggi ada pada masyarakat di Kecamatan
9
Jombang 99,55% sedangkan angka melek huruf pada peringkat terbawah Kecamatan
Kabuh yaitu 99,43%.
Berikut ini gambaran angka melek huruf menurut kecamatan di Kabupaten
Jombang tahun 2013.
Gambar 2.2 Angka Melek Huruf menurut Kecamatan Di Kabupaten Jombang Tahun 2013
Sumber : Dinas Pendidikan Kabupaten Jombang
Dengan semakin membaiknya angka melek huruf diharapkan masyarakat
memiliki pengetahuan dan perilaku yang lebih baik dalam hal kesehatan sehingga
mereka memiliki pola dan kebiasaan hidup yang bersih dan sehat, mampu membuat
keputusan yang tepat dalam hal kesehatan.
D. EKONOMI
Kondisi perekonomian merupakan salah satu indikator dalam mengukur
keberhasilan pembangunan di suatu daerah. Perekonomian di Kabupaten Jombang
tahun 2012 tumbuh sebesar 6,97%.
Berikut ini kronologi laju pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Jombang
semakin cepat selama tahun 2008 – 2012.
10
Gambar 2.3 Laju Pertumbuhan Ekonomi
Di Kabupaten Jombang Tahun 2008‐2012
Sumber : Bappeda Kabupaten Jombang
Terlihat bahwa perekonomian Kabupaten Jombang lima tahun terakhir terus
membaik, meskipun baru keluar dari kelesuan akibat krisis eropa.
Untuk menghitung pertumbuhan ekonomi, digunakan PDRB (Produk Domestic
Regional Bruto) atas dasar harga konstan, karena untuk menghitung pertumbuhan
ekonomi factor kenaikan harga barang dan jasa harus dihilangkan.
Pertumbuhan ekonomi berkaitan erat dengan kesempatan kerja. Berdasarkan
data dari Dinas Sosnakertrans Kabupaten Jombang terdapat jumlah pencari kerja
tahun 2012 sebanyak 830 orang sedangkan yang mendapat penempatan kerja adalah
1.877 (pencari kerja tahun 2011 masih bersisa 169 orang yang belum mendapat
penempatan).
Struktur ekonomi Kabupaten Jombang bertumpu pada empat sektor utama,
dimana secara tradisional menyangga ekonomi Kabupaten Jombang sebagai penyerap
tenaga kerja terbesar. Empat sektor utama tersebut adalah : sektor pertanian, sektor
industri pengolahan dan sektor perdagangan, yang keempat adalah sektor jasa.
Peranan empat sektor dominan tersebut pada tahun 2011 adalah sektor
pertanian 28,36%; sektor Industri Pengolahan 11,64%; Sektor Perdagangan 36,91%;
sektor jasa‐jasa 10,55%. Menurunnya andil sektor pertanian bukan berarti sektor ini
tidak tumbuh, melainkan karena kecepatan tumbuhnya kalah cepat dibanding sektor
lain, misal sektor Perdagangan.
11
E. SOSIAL BUDAYA
Di bidang pendidikan, wajib belajar Sembilan tahun yang dicanangkan sejak
tahun 1994 bertujuan untuk mewujudkan pendidikan dasar yang bermutu dan
menjangkau penduduk di daerah terpencil. Sejalan dengan hal ini maka diimbangi
dengan penyediaan sarana fisik sebagai penunjang proses belajar mengajar serta
penyediaan tenaga guru yang memenuhi.
Pada tingkat sekolah dasar (SD) terdapat 558 SD Negeri dan swasta pada tahun
ajaran 2011/2012. Pada tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) jumlah sekolah
yang ada sebanyak 114 SMP Negeri dan swasta. Ditingkat Sekolah Menengah Atas ada
sebanyak 48 SMA Negeri dan Swasta. Dan di tingkat Perguruan Tinggi Swasta ada 12
pada tahun ajaran 2010/2011.
Jika dilihat jumlah murid dibandingkan dengan jumlah guru maka dihasilkan
rasio murid‐guru, ternyata rasio terbesar ada pada SD yaitu sebesar 15. Hal ini
diartikan bahwa seorang guru mengajar 15 murid, sedangkan yang terendah adalah
Madarasah aliyah dimana rasio nya adalah 8 murid untuk setiap guru.
Dalam hal penyumbang darah di PMI, pada tahun 2012 terdapat 15.486
pendonor, sedangkan pada tahun 2011 hanya terdapat 13.333 pendonor. Kondisi
kenaikan pendonor ini (14%) menunjukkan bahwa kepedulian masyarakat terhadap
kegiatan sosial ini semakin meningkat.
F. LINGKUNGAN
Jalan merupakan sarana penunjang transportasi dan sebagai urat nadi
perekonomian secara umum. Secara keseluruhan panjang jalan utama di Kabupaten
Jombang (tidak termasuk jalan Desa dan jalan Lingkungan) adalah 578.183 Km, yang
terdiri dari 44.438 Km jalan Negara; 71.145 Km Jalan Propinsi; dan 462.600 Km Jalan
kabupaten.
Sumber Air minum untuk memenuhi kebutuhan sehari‐hari masyarakat
Jombang sebagian disediakan oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) melalui air
Leding Meteran 1,9%; selain itu sumber air minum adalah dari sumur terlindung
22,98%; dan Air Isi Ulang 0,67%.
Akses masyarakat Jombang terhadap penggunaan jamban mengalami
peningkatan, dimana tahun 2012 keluarga yang memiliki jamban sehat sebesar
77,11%, pada tahun 2013 ini Keluarga yang memiliki jamban sehat sebanyak 83,6%.
12
BAB III
SITUASI DERAJAT KESEHATAN
Situasi derajat kesehatan masyarakat, dinilai dengan menggunakan empat indikator
yaitu angka kematian (mortalitas), angka kesakitan (morbiditas), angka harapan hidup dan
status gizi.
Derajat kesehatan selain dipengaruhi oleh faktor pelayanan kesehatan dan
ketersediaan sumberdaya kesehatan juga ditentukan oleh faktor ekonomi, pendidikan,
lingkungan sosial, serta faktor lain.
A. ANGKA KEMATIAN (MORTALITAS)
Mortalitas adalah angka kematian yang terjadi pada kurun waktu dan tempat
tertentu yang diakibatkan oleh keadaan tertentu dapat berupa penyakit maupun
sebab lainnya. Angka kematian meliputi Angka Kematian Bayi (AKB), Angka Kematian
Balita (AKBAL) dan Angka Kematian Ibu (AKI) serta angka kematian karena penyakit
tertentu.
1. Angka Kematian Bayi (AKB)
Angka kematian bayi (AKB) atau Infant Mortality Rate (IMR) adalah jumlah
penduduk yang meninggal sebelum mencapai usia 1 tahun yang dinyatakan dalam
1.000 kelahiran hidup (KH) pada tahun yang sama. AKB dapat menggambarkan
kondisi sosial ekonomi masyarakat setempat, karena bayi adalah kelompok usia
yang paling rentan terkena dampak dari perubahan lingkungan maupun sosial
ekonomi.
Faktor kematian bayi, secara garis besar dari sisi penyebab kematian bayi
terbanyak di Kabupaten Jombang adalah Berat Badan Bayi Lahir Rendah (BBLR)
sebanyak 110 (39,1%), Asfiksia Neonatal 56 (19,9%), infeksi pada bayi 32 bayi
(11,3%), cacat bawaan 27 (9,6%), trauma lahir 0 (0%) dan penyebab lain 56
(19,9%). Jumlah kematian bayi pada tahun 2013 sebanyak 281 bayi dari 20.062
kelahiran hidup, atau dengan kata lain AKB Kabupaten Jombang tahun 2013
sebesar 14,01 per 1.000 KH.
13
Gambar 3.1
Angka Kematian Bayi per 1000 Kelahiran Hidup di Kabupaten Jombang Tahun 2009– 2013
Sumber : Seksi Kesga Dinkes Kabupaten Jombang LB3 KIA 2009 – 2013
Sebagaimana dalam gambar 3.1, AKB Kabupaten Jombang memiliki tren
naik dari tahun 2009‐2013. Puncaknya terjadi pada tahun 2011 dimana AKB
mencapai 14,4 per 1.000 kelahiran hidup (KH). AKB terendah terjadi pada tahun
2010 sebesar 10,3 per 1.000 KH. AKB tahun 2013 sebesar 14,0 per 1.000 KH.
Dibandingkan dengan target MDG’s untuk penurunan AKB sebesar 23 per
1.000 KH pada tahun 2015, maka AKB Kabupaten Jombang tahun 2013 masih di
bawah MDGs.
Data tentang Kematian bayi, kematian anak balita maupun kematian balita,
dapat dilihat lebih rinci dalam lampiran tabel 7 dengan sajian data terpilah gender.
14
Gambar 3.2
Angka Kematian Bayi per 1.000 Kelahiran Hidup menurut Puskesmas di Kabupaten Jombang Tahun 2013
Sumber : Seksi Kesga Dinkes Kabupaten Jombang LB3 KIA 2013
AKB tertinggi berada di wilayah kerja Puskesmas Megaluh sebesar 33,63
per 1.000 KH sedangkan AKB terendah berada di wilayah kerja Puskesmas Japanan
sebesar 3,40 per 1.000 KH.
2. Angka Kematian Balita (AKBAL)
Angka Kematian Balita adalah jumlah anak yang meninggal sebelum
mencapai usia 5 tahun per 1.000 kelahiran hidup. AKBAL mempresentasikan resiko
terjadinya kematian pada fase antara kelahiran dan sebelum umur 5 tahun.
Angka Kematian Balita di Kabupaten Jombang tahun 2013 sebesar 15 per
1.000 KH. Ada kenaikan dari tahun 2012 sebesar 12,7 per 1.000 KH. Berikut ini
merupakan gambar perkembangan AKBAL selama 5 tahun terakhir.
15
Gambar 3.3 Angka Kematian Balita per 1.000 Kelahiran Hidup
di Kabupaten Jombang Tahun 2009 – 2013
Sumber : Seksi Kesga Dinkes Kabupaten Jombang LB3 KIA 2009 – 2013
Angka Kematian Balita mengalami fluktuasi dari tahun 2009 hingga 2013.
Kondisi paling baik adalah tahun 2010 dimana AKBAL hanya 10,8 per 1.000 KH
sedangkan kondisi paling buruk adalah tahun 2011 dimana AKBAL mencapai 15,2
per 1.000 KH. Hal ini terjadi karena kematian balita tidak hanya disebabkan karena
penyakit, tetapi karena faktor yang tidak dapat dikendalikan misalnya kecelakaan.
Kemudian berbagai upaya dilakukan untuk mengurangi angka kematian balita
diantaranya:
a. Pelaksanaan Audit Maternal Perinatal (AMP) ibu dan anak;
b. Pembinaan Puskesmas PONED (Pelayanan Obstetri Neonatal Esensial Dasar)
oleh Tim PONEK Pelayanan Obstetri Neonatal Esensial Komprehensif);
c. Optimalisasi kelas ibu balita;
d. Pelaksanaan SDIDTK (Stimulasi Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang);
e. Pelaksanaan MTBS/MTBM (Manajemen Terpadu Balita Sakit/Manajemen
Terpadu Bayi Muda);
f. PPIA (Pencegahan Penularan HIV/AIDS Ibu ke Anak);
g. Supervisi Fasilitatif (Sup Fas).
16
3. Angka Kematian Ibu Maternal (AKI)
Angka Kematian Ibu (AKI) menggambarkan jumlah wanita yang meninggal
dari suatu penyebab kematian terkait dengan gangguan kehamilan, persalinan dan
nifas, serta penanganannya dalam hal ini tidak termasuk kecelakaan atau kasus
insidentil selama kehamilan, melahirkan, dan dalam masa nifas dimulai sejak 6 jam
pasca salin sampai dengan 42 hari setelah melahirkan tanpa memperhitungkan
lama kehamilan, per 100.000 kelahiran hidup.
Target MDG’s untuk penurunan AKI adalah sebesar 102 per 100.000 KH
pada tahun 2015. Pada tahun 2013 tercatat 18 kematian ibu melahirkan (yang di‐
laporkan), dengan AKI 89,7 per 100.000 KH. Sedangkan pada tahun 2012 terdapat
21 kematian ibu melahirkan dengan AKI 102,9 per 100.000 KH. Hal ini menunjuk‐
kan bahwa upaya untuk menekan AKI di Kabupaten Jombang sudah menunjukkan
hasil. Diantara program dan kegiatan sebagai upaya menekan AKI di Kabupaten
Jombang adalah :
a. Pelaksanaan Kelas Ibu Hamil;
b. Pelaksanaan ANC (Ante Natal Care) terpadu;
c. Pelaksanaan P4K (Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplika‐
si);
d. Pelaksanaan PPIA,
e. Supervisi Fasilitatif;
f. Pendampingan dari program EMAS (Expanding Maternal and Neonatal Surviv‐
al) dari USAID.
17
Gambar 3.4 Grafik Angka Kematian ibu di Kabupaten Jombang
Tahun 2009‐2013
Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten Jombang tahun 2009‐2013
Informasi mengenai AKI akan bermanfaat untuk pengembangan program
peningkatan kesehatan reproduksi, terutama pelayanan kehamilan dan membuat
kehamilan yang aman bebas risiko tinggi, program peningkatan jumlah kelahiran
yang dibantu oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan, penyiapan sistem
rujukan dalam penanganan komplikasi kehamilan, penyiapan keluarga dan suami
siaga dalam menyongsong kelahiran, yang semuanya bertujuan untuk mengurangi
Angka Kematian Ibu dan meningkatkan derajat kesehatan reproduksi.
AKI juga dapat digunakan dalam pemantaun kematian terkait dengan
kehamilan. Indikator ini dipengaruhi status kesehatan secara umum, pendidikan,
ekonomi dan mutu pelayanan selama kehamilan, persalinan dan nifas. Sensitivitas
AKI terhadap perbaikan mutu pelayanan kesehatan mejadikannya indikator
keberhasilan pembangunan sektor kesehatan.
4. Angka Harapan Hidup (AHH)
Angka Harapan Hidup merupakan alat untuk mengukur kinerja pemerintah
dalam meningkatkan kesejahteraan penduduk pada umumnya dan meningkatkan
derajat kesehatan pada khususnya. Selain itu AHH juga dapat digunakan untuk
18
mengukur Indeks Pembangunan Manusia (IPM). AHH yaitu rata‐rata jumlah tahun
yang akan dijalani seseorang sejak orang tersebut lahir.
Berikut ini data AHH dan IPM Kabupaten Jombang selama 5 (lima) tahun te‐
rakhir.
Gambar 3.5
Perbandingan IPM dengan AHH Kabupaten Jombang Tahun 2009‐2013
Sumber : BPS, BAPPEDA Kabupaten Jombang 2009‐2013
Angka Harapan Hidup di Kabupaten Jombang memiliki tren meningkat pe‐
sat dari tahun 2009 hingga 2012 dan terus meningkat meskipun sedikit dari tahun
2012‐2013. Jika dibandingkan dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) maka
IPM meningkat lebih pesat dari pada AHH karena peningkatan IPM ditunjang oleh
tiga unsur yaitu kesehatan, pendidikan dan daya beli masyarakat.
B. ANGKA KESAKITAN
Morbiditas atau angka kesakitan dapat berupa angka insiden maupun angka
prevalensi dari suatu penyakit. Angka kesakitan menggambarkan kejadian penyakit
dalam suatu populasi pada kurun waktu tertentu. Morbiditas juga berperan dalam
penilaian terhadap derajat kesehatan masyarakat.
19
Berdasarkan laporan dari Puskesmas diketahui bahwa penyakit yang paling
banyak diderita masyarakat di Kabupaten Jombang tahun 2013 meliputi penyakit
sebagai berikut.
Tabel 2 Data 10 Penyakit Terbanyak di Kabupaten Jombang Tahun 2013
No Kode (ICD X)
Jenis Penyakit Jumlah
Persentase terhadap Total
Penderita 1 J00 Nasofaringitis akut (common cold) 51.535 25,3%
2 J06 Infeksi akut pernafasan atas lainnya 51.263 25,2%
3 I10 Hipertensi 21.674 10,7%
4 K31 Penyakit oesophagus, lambung dan usus duabelas jari
21.340 10,5%
5 M25 Penyakit sendi 15.187 7,5%
6 E14 Diabetes Mellitus 9.763 4,8%
7 L30 Dermatitis dan eksem 9.697 4,8%
8 J22 Infeksi akut pernafasan bawah lainnya 8.464 4,2%
9 A09 Diare dan Gastroenteritis lainnya yang diduga karena infeksi
8.429 4,1%
10 J44 Asma dan penyakit kronis pernafasan bawah
6.036 3,0%
Sumber : Seksi Yankes Dinkes Kab. Jombang 2013
Hipertensi dan Diabetes mellitus selalu muncul sebagai penyakit yang terbanyak
di Kabupaten Jombang baik di tahun 2012 maupun 2013. Penyakit tersebut bukan
penyakit menular tetapi lebih terkait pada faktor keturunan dan pola hidup
masyarakat. Hal ini menarik untuk ditindaklanjuti dengan pendekatan program yang
melibatkan beberapa program (lintas program).
1. Penyakit Menular Langsung
a. Penyakit TB Paru
Penyakit Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular yang disebab‐
kan oleh infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini menular me‐
lalui droplet orang yang telah terinfeksi basil tuberculosis. TB paru menjadi sa‐
20
lah satu penyakit yang pengendaliannya menjadi komitmen global dalam
MDGs.
Beban penyakit yang disebkan oleh tuberculosis dapat diukur dengan
insiden, prevalensi dan mortalitas/kematian. Insiden didefinisikan sebagai jum‐
lah kasus baru dan kasus kambuh tuberculosis yang muncul dalam periode
waktu tertentu, biasanya dinyatakan satu tahun. Prevalensi didefinisikan seba‐
gai jumlah kasus tuberculosis pada suatu titik waktu tertentu. Mortalitas dide‐
finisikan sebagai jumlah kematian akibat tuberculosis dalam jangka waktu ter‐
tentu.
Kabupaten Jombang telah menjalankan strategi Directly Observed
Treatment Short Course (DOTS) sejak tahun 1995 sebagai upaya pemberanta‐
san penyakit TB Paru dan upaya menekan penularan kasus TB.
Gambar 3.6
Angka Insiden TB Paru menurut Puskesmas Di kabupaten Jombang Tahun 2013
Sumber : Seksi P2P Dinkes Kab. Jombang 2013
21
Kasus baru Tb Paru paling banyak ditemukan di wilayah Puskesmas Ja‐
tiwates dan Tembelang dengan angka insiden 113,5 dan 113,3 per 100.000
penduduk. Di wilayah tersebut tingkat penularan Tb Paru lebih tinggi dibanding
wilayah lainnya, terbukti dengan banyaknya kasus baru TB Paru. Insiden teren‐
dah berada di wilayah Puskesmas Bareng (4 per 100.000 penduduk).
Gambar 3.7
Kasus Baru TB Paru menurut Puskesmas Di Kabupaten Jombang Tahun 2013
Sumber : Seksi Pengendalian dan Pemberantasan Penyakit Dinkes Kab. Jombang 2013
Jumlah penderita BTA (+) baru yang ditemukan pada tahun 2013 seba‐
nyak 655 orang dengan angka penemuan kasus atau Case Detection Rate (CDR)
sebesar 50,50%. Capaian ini belum mencapai target CDR yang ditetapkan yaitu
70%. Kondisi ini menunjukkan masih rendahnya penemuan kasus TB paru BTA
(+). Jika dibandingkan dengan tahun 2012 CDR sebesar 53,49% maka CDR Tb
Paru tahun 2013 mengalami penurunan.
22
b. Kusta
Penyakit Kusta adalah penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi
bakteri Mycobacterium Leprae yang menyerang syaraf tepi dan jaringan tubuh
lainnya, kecuali susunan syaraf pusat.
Prevalensi merupakan indicator yang bermanfaat dalam menetapkan
besarnya masalah dan transmisi yang sedang berlangsung. Tahun 2013 preva‐
lensi rate di Kabupaten Jombang 0,96 per 10.000 penduduk, angka ini sudah
menurun dibanding tahun 2012 dimana prevalensi rate mencapai 1,03 per
10.000 jumlah penduduk. Target <1 per 10.000 jumlah penduduk. Dari angka
tersebut dapat disimpulkan bahwa kusta sudah dapat dikendalikan di Kabupa‐
ten Jombang.
Pada tahun 2013 ini penderita kusta kasus baru untuk kusta type ker‐
ing (PB) sebanyak 12 orang, dan dari kusta tipe basah (MB) sebanyak 109
orang. Dengan demikian total kasus baru kusta adalah 121 orang, dengan New
Case Detection Rate (NCDR) 9,88 per 100.000 penduduk.
Tingkat penularan kusta di masyarakat dinyatakan dengan indikator
proporsi penderita anak (usia 0‐14 tahun). Dari total 121 kasus baru kusta, 5
(4,13%) kasusnya adalah dari kalangan anak‐anak usia 0‐14 tahun. Dan untuk
mengetahui keterlambatan antara kejadian penyakit dan penegakan diagnose
digunakan indikator proporsi cacat tingkat II. Menurut data laporan kohort
program Pencegahan dan Pemberantasan (P2) kusta, diketahui bahwa tahun
2013 ini cacat tingkat II adalah 16 orang dari total penderita baru 121 orang
(13%).
Berdasarkan kohort 2012 di Kabupaten Jombang terdapat 11 penderita
kusta PB dan semuanya telah selesai berobat atau RFT (Release From Treat‐
ment) 100%. Sedangkan berdasar kohort 2011 penderita kusta MB 104 pende‐
rita, dengan 94 penderita telah RFT (90,38%). Hal ini menunjukkan pada tahun
2011 terdapat 10 penderita kusta MB belum menyelesaikan pengobatannya.
23
Gambar 3.8 Proporsi Penderita Kusta Anak dan Proporsi Cacat Tingkat II Kusta di Kabupa‐
ten Jombang Tahun 2009‐2013
Sumber : Seksi P2P Dinkes Kab. Jombang
Target yang harus dicapai dalam penularan (proporsi anak) maupun keber‐
hasilan deteksi kasus baru (cacat tingkat II) adalah <5%.
Sedangkan jumlah penderita kusta baik penderita baru maupun lama per
10.000 penduduk mulai tahun 2009 sampai 2012 dapat dilihat pada grafik Pre‐
valensi Rate pada gambar 3.6 berikut ini.
Gambar 3.9 Prevalensi Rate Kusta per 10.000 Penduduk Kabupaten Jombang
Tahun 2009‐2013
Sumber : Seksi P2P Dinkes Kab. Jombang
24
Angka prevalensi kusta tahun 2013 adalah 10,96 per 10.000 penduduk; se‐
dangkan target yang harus dicapai < 1 per 10.000 penduduk. dimana prevalen‐
si penderita kusta laki‐laki 1,27 per 10.000 penduduk sedangkan prevalensi
penderita perempuan 0,65 per 10.000 penduduk. Artinya penderita kusta laki‐
laki lebih banyak dari pada dari kalangan perempuan; baik penderita baru
maupun lama.
c. Penyakit HIV & AIDS
Penyakit HIV/AIDS merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh in‐
feksi Human Immunodeficiency Virus yang menyerang system kekebalan tu‐
buh. Infeksi tersebut menyebabkan penderita mengalami penurunan ketaha‐
nan tubuh sehingga sangat mudah untuk terinfeksi berbagai penyakit lain.
Sebelum memasuki AIDS penderita terlebih dahulu dinyatakan HIV positif.
Jumlah penderita HIV dimasyarakat dapat diketahui melalui 3 cara. Pertama
dengan pelayanan VCT (Voluntary, Counseling, and Testing) kedua dengan PITC
(Provider Intensif Testing and Conselling), ketiga dengan PMTCT (Prevention of
Mother to Child Transmition).
Berikut ini gambaran jumlah kasus baru HIV maupun AIDS di Kabupaten
Jombang.
25
Gambar 3.10 Peta Epidemi HIV di Kabupaten Jombang
Tahun 2013
Sumber : Seksi P2P Dinkes Kab. Jombang
Dari gambar di atas menunjukkan bahwa terdapat 7 Puskesmas yang wi‐
layahnya terbebas dari penularan HIV karena ditunjukkan dengan tidak adanya
kasus baru HIV. Puskesmas tersebut adalah Mojoagung, Sumobito, Kesamben,
Jatiwates, Dukuh Klopo, Tembelang, Bawangan.
26
Gambar 3.11 Peta Epidemi AIDS di Kabupaten Jombang
Tahun 2013
Sumber : Seksi P2P Dinkes Kab. Jombang
HIV/AIDS dapat ditularkan melalui beberapa cara penularan, yaitu hubun‐
gan seksual lawan jenis, hubungan sejenis melalui Lelaki Seks dengan Lelaki
(LSL), penggunaan alat suntik secara bergantian, transfusi, dan dari ibu ke
anak. HIV dan AIDS adalah salah satu target MDGs (tujuan 6A) untuk dikendali‐
kan penyebaran dan penurunannya hingga tahun 2015.
Jumlah kasus baru HIV yang ditemukan di Kabupaten Jombang tahun 2013
adalah 101 orang, sedangkan kasus baru HIV tahun 2012 sebanyak 102 orang.
Penderita AIDS di tahun 2013 berjumlah 57 orang, tahun 2012 hanya 45
orang. Jumlah kematian yang diakibatkan AIDS tahun 2013 berjumlah 32
orang. Pendonor darah di UPT PMI Kabupaten Jombang tahun 2013 seba‐
nyak 15.712 pendonor, yang diskreening HIV sebanyak 15.533 sampel darah
(98,86%). Hal ini menunjukkan perhatian besar UPT tersebut dalam menjaring
kasus HIV. Hasil dari screening darah ini ditemukan 36 (0,23%) sampel darah
dinyatakan positif HIV.
27
d. Pneumonia
Pneumonia adalah infeksi akut yang menyerang jaringan paru (alveoli). In‐
feksi dapat disebabkan oleh bakteri, virus maupun jamur. Pneumonia juga da‐
pat terjadi akibat kecelakaan karena menghirup cairan atau bahan kimia. Popu‐
lasi yang rentan terserang pneumonia adalah anak‐anak usia kurang dari 2 ta‐
hun, usia lanjut lebih dari 65 tahun, atau yang malnutrisi.
Pneumonia merupakan penyebab utama kematian pada bayi dan balita.
Kasus ISPA pada umumnya terjadi pada balita dengan gizi kurang dan berada
pada lingkungan yang tidak sehat (asap rokok, polusi).
Jumlah perkiraan balita pneumonia menggunakan formula 10% dari jumlah
balita. Pneumonia balita diperkirakan tahun ini sebanyak 10.463 balita. Jumlah
balita penderita pneumonia yang dilaporkan dan ditangani di Kabupaten Jom‐
bang tahun 2013 adalah 1.058 (14,41%). Jumlah ini sudah mencakup kegiatan
di Puskesmas dan rumah sakit daerah maupun swasta yang ada di Kabupaten
Jombang.
Gambar 3.12
Kasus Pneumonia Balita di Kabupaten Jombang Tahun 2009‐2013
Sumber : Seksi P2P Dinas Kesehatan Kabupaten Jombang
Sejak tahun 2009 hingga 2013 terjadi fluktuasi penyakit Pneumonia pada
balita yang ditemukan dan ditangani. Puncak kasus terjadi pada tahun 2012
dan berhasil diturunkan pada tahun 2013.
28
e. Diare
Penyakit diare adalah penyakit endemis di Kabupaten Jombang. Secara
umum penyakit diare sangat berkaitan dengan hygiene sanitasi dan perilaku
hidup bersih dan sehat, sehingga adanya penurunan kasus diare menunjukkan
adanya peningkatan kualitas kedua faktor tersebut.
Pada tahun 2013 diperkirakan jumlah penderita diare sebanyak 26.204
orang, ternyata jumlah penderita Diare yang ditemukan dan ditangani di Kabu‐
paten Jombang tahun 2013 adalah 26.445 (100,92%). Total kasus diare tahun
2013 meningkat dibanding jumlah kasus pada tahun 2012 mencapai 24.742 ka‐
sus.
Gambar 3.13 Penemuan Penderita Diare di Kabupaten Jombang
Tahun 2009‐2013
Sumber : Seksi P2P Dinkes Kab. Jombang
Sedangkan angka kesakitan (morbiditas) diare pada semua usia pada tahun
2012 adalah 206 per 1.000 penduduk, menurun dibandingkan tahun 2011 di‐
mana morbiditas mencapai 250 per 1.000 penduduk. Morbiditas diare di Ka‐
bupaten Jombang terjadi fluktuasi dari tahun 2009 hingga tahun 2013.
29
Gambar 3.14 Angka Kesakitan Diare Semua Usia (per 1000 Penduduk)
Kabupaten Jombang Tahun 2009‐2013
Sumber : Seksi P2P Dinas Kesehatan Kabupaten Jombang
Angka kesakitan diare untuk semua usia bersifat fluktuatif dari tahun 2009
hingga 2013. Angka kesakitan diare tertinggi terjadi pada tahun 2011 (250 per
1.000 penduduk), tetapi berhasil dikendalikan lagi di tahun 2012 menjadi 206
per 1.000 penduduk. Selama 4 (empat) tahun terakhir angka kesakita diare Ka‐
bupaten Jombang selalu dibawah angka kesakitan diare nasional. Tetapi pada
tahun 2013 angka kesakitan diare Kabupaten Jombang lebih tinggi dari pada
angka nasional. Diantara upaya‐upaya yang dilakukan untuk mengendalikan la‐
ju morbiditas diare antara lain sosialisasi atau penyuluhan tentang diare, pro‐
gram STBM menuju kawasan ODF, serta peningkatan PHBS.
2. Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I)
Beberapa penyakit dapat menular dengan cepat sehingga berpotensi menim‐
bulkan Kejadian Luar Biasa (KLB), namun diantara penyakit‐penyakit tersebut ada
yang dapat dicegah dengan imunisasi atau disingkat PD3I, antara lain :
a. Tetanus Neonatorum
Penyakit Tetanus Neonatorum (TN) disebabkan oleh basil Clostridium
Tetani yang masuk ke dalam tubuh melalui luka. Penyakit ini menginfeksi bayi
baru lahir yang salah satunya disebabkan oleh pemotongan tali pusat dengan
30
alat yang tidak steril. Kasus TN, banyak terjadi di negara berkembang dan
berpotensi untuk menjadi KLB.
Pada tahun 2013 di Kabupaten Jombang tidak ditemukan kasus tetanus
neonatorum, tahun 2012 masih ditemukan 1 (satu) kasus di wilayah kerja
Puskesmas Wonosalam.
b. Campak
Campak juga dikenal sebagai Morbili atau Measles, merupakan
penyakit yang sangat menular (infeksius) yang disebabkan oleh virus RNA dari
genus Morbilivirus dari keluarga Paramyxoviridae.
Berikut ini ditampilkan jumlah kasus campak di Kabupaten Jombang
menurut Puskesmas tahun 2013.
Gambar 3.15
Sebaran Kasus Campak Kabupaten Jombang menurut Puskesmas Tahun 2013
Sumber : Seksi SE dan KK Dinkes Kab. Jombang
Penularan dari orang ke orang melalui percikan ludah dan transmisi melalui
udara terutama melalui batuk, bersin atau sekresi hidung. Masa inkubasi 7‐18
hari, rata‐rata 10 hari. Gejala dan tanda‐tanda penyakit campak adalah panas
31
≥38⁰C, khas (Pathognomonis) ditemukan Koplik’s Spot atau bercak putih
keabuan dengan dasar merah di pipi bagian dalam, bercak kemerahan (rash).
Sebagian besar penderita campak akan sembuh, komplikasi sering terjadi
pada anak usia <5 tahun dan penderita dewasa usia > 20 tahun. Kematian
penderita campak umumnya disebabkan karena komplikasinya.
Kasus campak di Kabupaten Jombang mengalami tren menurun dari tahun
2009 sebanyak 122 kasus menjadi 6 kasus di tahun 2013. Insidence Rate pada
tahun 2012 sebesar 1,8 per 100.000 penduduk.
Perkembangan kasus campak di Kabupaten Jombang tahun 2009‐2013
terlihat pada gambar 11 berikut :
Gambar 3.16 Perkembangan Kasus Campak di Kabupaten Jombang
Tahun 2009‐2013
Sumber : Seksi SE dan KK Dinkes Kabupaten Jombang
Beberapa upaya untuk menurunkan insiden campak antara lain
meningkatkan cakupan imunisasi campak dosis pertama >90% dan
memberikan imunisasi kesempatan kedua pada semua anak, selain itu faktor
gizi dan lingkungan juga turut menjadi faktor penentu.
32
c. Difteri
Penyakit Difteri disebabkan oleh bakteri Corynebacterium Diphteriae
yang menyerang sistem pernafasan bagian atas. Penyakit ini mudah menular,
pada umumnya penyakit difteri ini menyerang anak‐anak usia 1‐10 tahun.
Difteri termasuk penyakit menular yang kasusnya relatif rendah tetapi
cenderung meningkat. Tinggi rendahnya kasus difteri sangat dipengaruhi oleh
keberhasilan program imunisasi. Jumlah kasus difteri tahun 2013 ini sebanyak
17 kasus. Dari jumlah ini tidak ada penderita yang meninggal dunia.
Di Kabupaten Jombang terjadi fluktuasi kasus difteri, dimana tahun 2009
tidak ditemukan kasus, kemudian kasus terus meningkat hingga tahun 2012
memuncak hingga 95 kasus. Tetapi pada tahun 2013 berhasil diturunkan
kembali menjadi 17 kasus. Satu kasus diantaranya Positif Corinebacterium
Difteriae. Penurunan kasus difteri ini disebabkan adanya Sub PIN dan Outbreak
Respons Immunization (ORI) atau Imunisasi Difteri Massal, untuk semua
golongan umur yang dilakukan serentak se‐Kabupaten Jombang.
Gambar 3.17 Perkembangan Kasus Difteri di Kabupaten Jombang
Tahun 2009 – 2013
Sumber : Seksi SE dan KK Dinkes Kabupaten Jombang
Beberapa upaya untuk mengendalikan kasus difteri antara lain sub PIN
difteri untuk anak usia <15 tahun, ORI difteri untuk usia dewasa, sosialisasi
33
tentang penyakit difteri, pencegahan dan penanggulangannya secara lintas
program maupun lintas sektor.
d. AFP
Kasus Acute Flaccid Paralysis (AFP) adalah semua kasus pada anak berusia
kurang dari 15 tahun dengan kelumpuhan yang sifatnya flaccid (layuh), terjadi
secara akut (mendadak), bukan disebabkan oleh ruda paksa. Yang dimaksud
kelumpuhan akut adalah perkembangan kelumpuhan yang berlangsung cepat
(rapid progresive) antara 1‐14 hari sejak terjadinya gejala awal (rasa nyeri,
kesemutan, rasa tebal/kebas) sampai kelumpuhan maksimal. Sedangkan yang
dimaksud kelumpuhan flaccid adalah kelumpuhan yang bersifat lunglai, lemas
atau layuh bukan kaku atau terjadi penurunan tonus otot.
Target indikator AFP Rate telah ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan
≥2/100.000 anak usia <15 tahun. Pada tahun 2013 terdapat 9 kasus AFP (non
Polio) yang dilaporkan di Kabupaten Jombang. Dengan AFP Rate 2,98 per
100.000 penduduk usia <15 tahun. Dengan demikian Kabupaten Jombang telah
mencapai target AFP Rate nasional.
Gambar 3.18 Sebaran AFP non Polio Menurut Puskesmas
di Kabupaten Jombang Tahun 2013
Sumber : Seksi SE dan KK Dinkes Kabupaten Jombang
34
Pada gambar 3.18 diatas nampak bahwa penemuan kasus AFP selama
tahun 2013 terdapat pada 7 wilayah kerja puskesmas. Yaitu Puskesmas Perak,
Mojowarno, Sumobito, Jogoloyo, Tambakrejo, Keboan, dan Bawangan.
Penemuan kasus AFP di tahun 2013 ini meningkat jika dibandingkan dengan
tahun 2012. Hal ini menunjukkan bahwa surveilans aktif sudah meningkat.
Strategi penemuan kasus AFP yang dilakukan melalui :
a. Sistem Surveilans Aktif Rumah Sakit (Hospital Based Surveillance/HBS);
b. Sistem Surveilans AFP di masyarakat (Community Based Surveillance /CBS).
Penemuan kasus AFP selama ini sebagian besar oleh rumah sakit, dan
sebagian kecil ditemukan oleh Puskesmas. Akan tetapi Puskesmas saat ini
sudah mulai aktif untuk menemukan kasus AFP berkat adanya pembinaan
ataupun bimbingan teknik yang terus dilakukan oleh Dinas Kesehatan
Kabupaten Jombang maupun Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur.
3. Penyakit Menular Bersumber Binatang
a. Demam Berdarah Dengue (DBD)
Kabupaten Jombang merupakan daerah endemis DBD. Penyakit ini
sering muncul sebagai KLB dengan angka kesakitan dan angka kematian yang
relatif tinggi. Jumlah kasus DBD tahun 2013 adalah 474 kasus. Jumlah ini
menurun setelah sebelumnya (2012) terdapat 503 kasus. Dari 474 kasus DBD
meninggal 5 orang, dengan Case Fatality Rate (CFR) 1,05%. Angka ini melebihi
ambang teleransi nasional sebesar <1%. Jika dibandingkan tahun 2012 maka
kondisi ini sudah lebih baik dimana CFR DBD sebesar 1,59%. Insidence rate
DBD tahun 2013 sebesar 38,7 per 100.000 penduduk. Sesuai target nasional
sebesar < 52/100.000 penduduk.
35
Gambar 3.19 Jumlah Kasus DBD di Kabupaten Jombang
Tahun 2009‐2013
Sumber : Seksi P2P Dinkes Kab. Jombang
Tren kasus DBD membentuk kurva terbalik, yaitu tahun 2009‐2010 kasus
cukup tinggi, kemudian menjadi turun tahun 2011 lalu meningkat lagi selama
dua tahun terakhir. Hal ini disebabkan oleh musim hujan yang panjang dan
gerakan PSN belum berjalan optimal.
Gambar 3.20
Angka Insidens Penyakit DBD (per 100.000 penduduk) dan CFR DBD di Kabupaten Jombang Tahun 2009 – 2013
Sumber : Seksi P2P Dinkes Kab. Jombang
36
Insiden atau angka kejadian kasus DBD yang tinggi tidak selalu diiringi
dengan kematian yang banyak. Seperti telihat pada grafik di atas pada tahun
2011 dan 2013. Incidence Rate DBD di Kabupaten Jombang tahun 2013 sebesar
38,7 per 100.000 penduduk, telah sesuai target nasional <52/100.000
penduduk. Sedangkan CFR DBD tahun 2013 sebesar 1,05%, angka ini melebihi
target Nasional <1%.
Gambar 3.21 Peta Kasus DBD menurut Puskesmas di Kabupaten Jombang Tahun 2013
Sumber : Seksi P2P Dinkes Kab. Jombang
Sedangkan sebaran kasus DBD menurut wilayah kerja puskesmas dapat
dilihat pada lampiran profil tahun 2012 tabel 23.
Angka Bebas Jentik (ABJ) tahun 2013 sebesar 86,05% sebesar menurun
sedikit dari tahun 2012 (87,69%), capaian ABJ tersebut masih dibawah target
SPM bidang kesehatan Kabupaten Jombang (>95%).
b. Malaria
Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang upaya
pengendaliannya menjadi komitmen global dalam MDGs. Malaria disebabkan
oleh hewan bersel satu (protozoa) Plasmodium yang hidup dan berkembang
37
biak dalam sel darah merah manusia ditularkan melalui gigitan nyamuk
Anopheles betina.
Pada tahun 2013 terdapat 15 penderita malaria positif yang ditemukan di
Kabupaten Jombang, sedangkan di tahun 2012 terdapat 35 penderita malaria
positif. Angka Kesakitan Malaria atau Annual Parasite Incidence (API)
Kabupaten Jombang tahun 2013 sebesar 0,057 per 1.000 penduduk tahun
sebelumnya (2012) API 0,03 per 1.000 penduduk; dengan demikian Kabupaten
Jombang termasuk kategori endemis rendah (API 0 – 1 per 1.000 Penduduk).
Gambar 3.22 Kasus Malaria Positif dan Angka Kesakitan (API) di Kabupaten Jombang Tahun 2009 – 2013
Sumber : Seksi P2P Dinkes Kab. Jombang
Ada kesimpulan menarik dari gambar grafik di atas, yaitu jumlah kasus
yang meningkat tidak berbanding lurus dengan angka kesakitan (API). Karena
angka resiko kesakitan masih dibandingkan dengan berapa jumlah penduduk
Kabupaten Jombang sebagai denominator faktor resiko pada tahun tersebut.
Jika kita perhatikan kasus malaria tahun 2009 dan 2010, jumlah kasus malaria
tidak begitu banyak tetapi angka kesakitan penduduk sangat tinggi. sebaliknya
tahun 2011 dan 2012 jumlah kasus malaria meningkat tetapi angka
kesakitannya sangat rendah.
38
C. STATUS GIZI MASYARAKAT
Keadaan gizi yang baik merupakan prasyarat utama dalam mewujudkan
sumberdaya manusia yang sehat dan berkualitas. Periode dua tahun pertama
kehidupan seorang anak merupakan masa kritis karena mengalami pertumbuhan dan
perkembangan yang sangat pesat. Oleh karena itu terjadinya gangguan gizi di masa
tersebut dapat bersifat permanen dan tidak dapat pulih walaupun kebutuhan gizi
dimasa selanjutnya terpenuhi.
Status gizi masyarakat dapat diukur melalui beberapa indikator, antara lain
bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), status gizi balita dan anak sekolah,
anemia gizi besi pada ibu, remaja, dan ibu hamil KEK (kurang Energi Kalori) serta
pekerja wanita dan Gangguan Akibat Kekuarangan Yodium.
1. Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)
Berdasar laporan Kohort bayi, Jumlah BBLR di Kabupaten Jombang yang
dilaporkan tahun 2013 sebanyak 756 kasus, sedangkan seluruh bayi lahir yang
ditimbang adalah 20.062 bayi, jadi kasus BBLR hanya 3,8%. Kondisi ini sudah
meningkat bila dibandingkan dengan tahun 2012 dimana jumlah BBLR 751 bayi
(3,7%).
Kasus BBLR ini menjadi perhatian khusus karena sering kali menyebabkan
kematian bayi. Diantara penyebab kematian bayi BBLR adalah faktor penyumbang
terbesar (23%), selain karena Asfiksia (21,4%).
Berikut ini kondisi Puskesmas dengan BBLR di wilayah kerjanya tahun 2013.
39
Gambar 3.23 Persentase BBLR menurut Puskesmas di Kabupaten Jombang Tahun 2013
Sumber : Seksi Kesga Dinkes Kab. Jombang
Pada gambar 3.18 di atas terlihat bahwa BBLR terbanyak terjadi di wilayah
kerja Puskesmas Blimbing Gudo 79% dari seluruh bayi baru lahir yang ditimbang,
terendah terdapat di Puskesmas Bandar Kedungmulyo 1,3%.
2. Status Gizi Balita
Status gizi balita merupakan salah satu indikator yang menggambarkan tingkat
status gizi masyarakat. Salah satu cara penilaian status gizi balita adalah dengan
pengukuran antopometri yang menggunakan Indeks Massa Tubuh (IMT) yaitu
pengukuran tubuh dibandingkan umur; Berat Badan/ Umur (BB/U), Berat Badan
per Tinggi Badan (BB/TB), atau Tinggi Badan per Umur (TB/U).
Untuk status gizi yang ditampilkan dalam profil ini ada dua macam yaitu status
gizi menggunakan indikator Berat Badan dibandingkan dengan Umur balita (BB/U)
yaitu lampiran tabel 27 dan indikator Berat Badan dibandingkan Tinggi Badan
(BB/TB) untuk mengetahui gizi buruk mendapat perawatan (tabel 45). Indikator
40
BB/U menggambarkan status gizi yang sifatnya umum, tidak spesifik. Tinggi
rendahnya prevalensi gizi buruk dan kurang, mengindikasikan ada tidaknya
masalah gizi pada balita tetapi tidak mengindikasikan apakah masalah gizi tersebut
bersifat kronis atau akut.
Gambar 3.24 Prevalensi Gizi Balita menurut Indikator BB/U
di Kabupaten Jombang Tahun 2013
Sumber : Seksi Gizi Dinkes Kab. Jombang
Untuk mengetahui status gizi yang sifatnya kronis biasanya menggunakan
indikator TB/U dan untuk mengetahui masalah gizi akut menggunakan indikator
BB/TB.
Jumlah balita di Kabupaten Jombang pada tahun 2013 adalah 104.631, yang
ditimbang (D) hanya 80.729 balita (77,2%). Dalam hal ini balita ditimbang terdiri
atas N+T+O+B, dimana N= balita yang naik berat badannya, T = balita yang tidak
naik atau tetap berat badannya, O= balita yang bulan lalu tidak datang
(ditimbang), B= balita yang baru pertama kali hadir ke Posyandu (ditimbang).
Diketahui hasil penimbangan balita tersebut bahwa balita yang BGM 462 (0,57%).
Sedangkan untuk mengetahui balita yang naik BB nya maka dilakukan dengan
membandingkan antara balita ditimbang (D) (73.081 balita) dengan balita yang
naik berat badannya (N) sebesar 54.098 balita. Diketahui cakupan balita naik BB
nya 75,13%. Kondisi ini menunjukan perkembangan yang bagus dimana jumlah
41
balita naik berat badannya meningkat dan jumlah balita BGM menurun. Karena
data balita di Kabupaten Jombang pada tahun 2012 adalah 106.174 yang
ditimbang (D) hanya 75% (79.965 balita), diketahui hasil penimbangan balita
tersebut bahwa balita yang naik BB nya(N) 52.604 balita (65,8%), dan balita BGM
hanya 466 balita (0,58%).
Gambar 3.25 Kasus Balita Gizi Buruk menurut Perbandingan BB dan TB Balita
di Kabupaten Jombang Tahun 2009‐2013
Sumber : Seksi Gizi Dinkes Kab. Jombang
Sedangkan pelayanan gizi buruk mendapat perawatan menggunakan indikator
BB/TB. pada tahun 2013 ini ditemukan 23 kasus gizi buruk dan telah mendapat
perawatan seluruhnya. Kondisi ini sudah lebih baik dibandingkan dengan tahun
sebelumnya yaitu tahun 2012 ditemukan 34 balita gizi buruk dan seluruhnya telah
mendapat perawatan.
3. Status Gizi Ibu dan Wanita Pekerja
Status gizi ibu hamil, dan wanita pekerja dapat dilihat dari tingkat kecukupan
zat gizi besi (Fe), dengan tujuan menekan prevalensi Anemia zat gizi besi. Untuk
kecukupan zat gizi besi bagi ibu hamil ada kebijakan pemberian tablet tambah
darah 90 tablet selama kehamilannya.
Pada tahun 2013 terdapat 23.446 ibu hamil, cakupan pemberian 30 tablet Fe
(Fe1) pada ibu hamil mencapai 90,66% kondisi ini menurun bila dibandingkan
42
dengan tahun 2012, dimana pemberian 30 tablet Fe pada ibu hamil adalah
91,97%. Selain itu pemberian kapsul Fe pada ihu hamil juga dapat dilihat dari
indikator pemberian 90 tablet Fe (Fe3), dimana tahun 2013 diberikan pada
20.115 ibu hamil (85,79%), kondisi ini belum mencapai target SPM bidang
kesehatan sebesar 90%. Cakupan Fe3 tahun 2013 menurun jika dibandingkan
dengan tahun 2012 dimana capaian pemberian 90 tablet Fe pada ibu hamil adalah
86,85%.
Beberapa upaya dilakukan untuk mencukupi kebutuhan zat besi pada wanita
usia subur. Diantaranya adalah kerjasama dengan Ikatan Bidan Indonesia (IBI),
Rumah Sakit Daerah dan Swasta, dan untuk wanita usia subur, pembentukan
outlet Tablet Tambah Darah (TTD) mandiri bagi remaja di sekolah.
43
BAB IV SITUASI UPAYA KESEHATAN
Secara umum upaya kesehatan terdiri atas dua unsur utama, yaitu Upaya
Kesehatan Masyarakat dan Upaya Kesehatan Perorangan. Upaya Kesehatan Masyarakat
adalah setiap kegiatan yang dilakukan pemerintah dan atau masyarakat serta swasta,
untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah dan menanggulangi
timbulnya masalah kesehatan masyarakat. Upaya Kesehatan Masyarakat meliputi upaya‐
upaya promosi kesehatan, pemeliharaan kesehatan, pemberantasan penyakit menular,
pengendalian penyakit tidak menular, penyehatan lingkungan dan penyediaan sanitasi
dasar, perbaikan gizi masyarakat, kesehatan jiwa, pengamanan sediaan farmasi dan alat
kesehatan, pengamanan zat adiktif dan bahan berbahaya, serta penanggulangan bencana
dan bantuan kemanusiaan.
Upaya Kesehatan Perorangan adalah setiap kegiatan yang dilakukan oleh
pemerintah dan atau masyarakat serta swasta, untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan serta mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan
perorangan. Upaya Kesehatan Perorangan meliputi upaya‐upaya promosi kesehatan,
pencegahan penyakit, pengobatan rawat jalan, pengobatan rawat inap, pembatasan dan
pemulihan kecacatan yang ditujukan pada perorangan.
Situasi upaya kesehatan di Kabupaten Jombang yang telah dilakukan pada tahun
2013 akan diuraikan sebagai berikut :
A. PELAYANAN KESEHATAN DASAR
Salah satu komponen penting dalam pelayanan kesehatan kepada masyarakat
adalah pelayanan kesehatan dasar. Pelayanan kesehatan dasar yang diberikan dengan
cepat dan tepat diharapkan dapat mengatasi berbagai masalah kesehatan masyarakat.
Upaya‐upaya pelayanan kesehatan masyarakat diurakan sebagai berikut :
1. Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak
Upaya kesehatan ibu dan anak diharapkan mampu menurunkan Angka
Kematian. Upaya pemeliharaan kesehatan bayi dan anak harus ditujukan untuk
mempersiapkan generasi akan datang yang sehat, cerdas, berkualitas dan untuk
menurunkan angka kematian bayi dan balita.
a. Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil (K1 dan K4)
Upaya kesehatan ibu hamil diwujudkan dalam pemberian pelayanan
antenatal sekurang‐kurangnya 4 kali selama masa kehamilan. Distribusi waktu
44
pelayanan ini yaitu minimal 1 kali pada trimester pertama (usia kehamilan 0‐
12 minggu), 1 kali pada trimester kedua (usia kehamilan 12‐24 minggu), dan 2
kali pada trimester ketiga (usia kehamilan 24‐36 minggu). Pembagian
pelayanan ini dimaksudkan untuk pemantauan dan screening risiko tinggi ibu
hamil untuk menjamin perlindungan pada ibu hamil dan atau janin, berupa
deteksi dini faktor risiko, pencegahan dan penanganan dini komplikasi
kehamilan.
Hasil pencapaian program pelayanan kesehatan ibu hamil dapat dinilai
dengan menggunakan indikator cakupan K1 dan K4. Cakupan pelayanan K1 di
Kabupaten Jombang pada tahun 2013 adalah 90,66%, yaitu pelayanan pada
21.255 ibu hamil dari seluruh ibu hamil yang berjumlah 23.446 Sedangkan
cakupan K1 tahun 2012 adalah 92,18%.
Cakupan K4 pada tahun 2013 sebesar 85,79%, yaitu pelayanan pada
20.115 ibu hamil dari total ibu hamil. Capaian ini menurun sedikit dibanding
tahun 2012, dimana cakupan K4 sebesar 86,56%. Kesenjangan antara K1 dan
K4 perlu dicari penyebabnya untuk dibuatkan penyelesaianya sehingga
seluruh ibu hamil mendapat pelayanan paripurna.
Gambar 4.1 Cakupan Pemeriksaan K1 & K4
Di Kabupaten Jombang Tahun 2009‐2013
Sumber : Seksi Kesga Dinkes Kab. Jombang
Pada grafik di atas terlihat bahwa terdapat kesenjangan cakupan K1 dan
K4; dimana cakupan K4 lebih rendah daripada K1. Artinya ibu hamil yang pada
trimester pertama dilayani menjadi tidak memanfaatkan pelayanan kesehatan
45
ibu hamil trimester terakhir di Kabupaten Jombang. Hal ini disebabkan adanya
mobilitas penduduk dari migrasi (perpindahan), kelahiran, kematian, dan ibu
hamil yang belum waktunya kontrol (K2, K3). Jika kesenjangan K1‐K4 kecil
menunjukkan hampir semua ibu hamil yang melakukan kunjungan pertama
pelayanan antenatal, meneruskan hingga kunjungan keempat pada triwulan
3, sehingga kehamilan dapat terus dipantau oleh petugas kesehatan dan
diharapkan semua ibu hamil melahirkan di tenaga kesehatan.
Gambar 4.2
Cakupan Pemeriksaan K4 menurut Puskesmas Di Kabupaten Jombang Tahun 2013
Sumber : Seksi Kesga Dinkes Kab. Jombang
Terdapat 6 (enam) puskesmas telah mencapai target SPM untuk
cakupan pelayanan K4 (95%) yaitu Puskesmas Cukir, Pulolor, Perak,
Tembelang, Mojoagung, Pulorejo.
Target SPM 95%
46
b. Pertolongan Persalinan oleh tenaga Kesehatan dengan Kompetensi Kebidanan
Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan dengan kompetensi
kebidanan adalah pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang
profesional (dengan kompetensi kebidanan) dimulai dari lahirnya bayi,
pemotongan tali pusat sampai keluarnya placenta. Komplikasi dan kematian
ibu maternal serta bayi baru lahir sebagian besar terjadi dimasa persalinan
yang tidak dilakukan oleh tenaga kesehatan yang tidak mempunyai
kompetensi kebidanan.
Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan di Kabupaten Jombang
tahun 2013 sebesar 88,19%. Angka ini belum mencapai target SPM Kabupaten
Jombang yaitu 95%. Penyebabnya adalah jumlah sasaran riil jauh lebih kecil
dari pada jumlah sasaran menurut proyeksi penduduk hasil sensus BPS
Provinsi.
Gambar 4.3 Cakupan Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan menurut Puskesmas
di Kabupaten Jombang Tahun 2013
Sumber : Seksi Kesga Dinkes Kesehatan Kab. Jombang
Target SPM 95%
47
Terdapat 9 (sembilan) Puskesmas yang memiliki angka cakupan pertolongan
persalinan sesuai target dan bahkan lebih. Puskesmas dimaksud adalah Puskesmas
Tembelang, Cukir, Pulolor, Plumbon Gambang, Gambiran, Mojoagung, Banda
Kedungmulyo, Pulorejo, dan Mayangan.
Data cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan di Kabupaten Jombang
diperoleh dari semua fasilitas kesehatan yang ada, meliputi Puskesmas, rumah
sakit Pemerintah dan rumah sakit swasta, polindes, bidan praktik mandiri, dan
rumah bersalin.
Berikut ini rekaman cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan tahun 2009‐
2013.
Gambar 4.4
Cakupan Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan di Kabupaten Jombang Tahun 2009 – 2013
Sumber : Seksi Kesga Dinkes Kab. Jombang
Untuk memenuhi kebutuhan tenaga kesehatan yang handal dengan
kompetensi kebidanan, Seksi Kesehatan Keluarga pada tahun 2013 telah
melakukan berbagai pelatihan untuk tenaga bidan diantaranya adalah :
a. pelatihan APN (Asuhan Persalinan Normal);
b. manajemen asfiksia bayi baru lahir;
c. manajemen bayi dengan berat lahir rendah;
d. pelatihan kelas ibu hamil;
e. Pencegahan Penularan HIV/AIDS Ibu ke Anak (PPIA);
48
f. Pembinaan Puskesmas PONED oleh Tim PONEK;
g. Supervisi Fasilitatif;
c. Ibu Hamil Komplikasi yang Ditangani
Ibu hamil komplikasi atau risiko tinggi adalah ibu hamil dengan keadaan
penyimpangan dari normal yang secara langsung menyebabkan kesakitan dan
kematian bagi ibu maupun bayinya.
Melalui pemeriksaan kehamilan secara rutin, dapat diketahui sejak dini
apabila ada ibu hamil yang masuk dalam kategori risiko tinggi atau potensi terjadi
komplikasi dan komplikasi yang memerlukan pelayanan kesehatan rujukan.
Cakupan ibu hamil komplikasi yang ditangani tahun 2013 adalah 95,1% yaitu
pelayanan pada 4.460 ibu hamil risiko tinggi dari jumlah perkiraan ibu hamil yang
risiko tinggi. Capaian ini meningkat dibanding capaian tahun 2012 yaitu 94,21%.
Penanganan ibu hamil dengan komplikasi tersebut perlu diiringi dengan
upaya‐upaya preventif seperti peningkatan kesadaran masyarakat untuk
memeriksakan kehamilan secara teratur di tenaga kesehatan (K1‐K4), perilaku ibu
hamil yang mencerminkan gaya hidup yang bersih dan sehat, pemenuhan gizi
selama kehamilan, serta peningkatan kompetensi petugas.
Berikut ini grafik tentang cakupan pelayanan penanganan komplikasi pada
ibu hamil di setiap Puskesmas se‐Kabupaten Jombang.
49
Gambar 4.5 Cakupan Ibu Hamil Komplikasi Ditangani menurut Puskesmas
di Kabupaten Jombang Tahun 2013
Sumber : Seksi Kesga Dinkes Kab. Jombang
Pada gambar di atas terlihat bahwa hampir seluruh Puskemas telah melayani
komplikasi kebidanan sesuai yang ditargetkan (85%). Hanya 12 Puskesmas yang
belum dapat mencapai target. Capaian terendah ada di Puskesmas Brambang
(10,3%) sedangkan capaian tertinggi ada di Puskesnas Jogoloyo (162,8%).
Penanganan ibu hamil komplikasi ini telah difasilitasi oleh Puskesmas PONED
sebanyak 11 (sebelas) puskesmas yang tersebar di seluruh penjuru kabupaten.
Puskesmas tersebut adalah Puskesmas Bandar Kedungmulyo, Cukir, Bareng,
Mojoagung, Sumobito, Peterongan, Tembelang, Tapen, Blimbing Gudo, Kabuh dan
Mayangan. Adapun kondisi yang tidak dapat dilayani di Puskesmas PONED maka
penanganan dirujuk ke RS mampu PONEK yaitu RSUD Jombang, RSIA Muslimat dan
RSK Mojowarno.
Target SPM 85%
50
d. Pelayanan Ibu Nifas
Pelayanan nifas adalah pelayanan kesehatan pada ibu nifas mulai 6 jam
sampai 42 hari pasca persalinan oleh tenaga kesehatan sesuai standar yang
dilakukan sekurang‐kurangnya 3 (tiga) kali sesuai jadwal yang dianjurkan, yaitu 6
jam sampai dengan 3 hari pasca persalinan, pada hari ke‐4 sampai dengan hari ke‐
28 pasca persalinan, dan pada hari ke‐29 sampai dengan hari ke‐42 pasca
persalinan.
Sedangkan jenis pelayanan nifas yang diberikan antara lain :
a. Pemeriksaan tanda vital (tekanan darah, nadi, nafas, dan suhu);
b. Pemeriksaan tinggi puncak rahim ( fundus uteri);
c. Pemeriksaan lokhia dan cairan per vaginam lain;
d. Pemeriksaan payudara dan pemberian anjuran ASI eksklusif;
e. Pemberian komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) kesehatan ibu nifas dan
bayi baru lahir, termasuk keluarga berencana (KB);
f. Pelayanan keluarga berencana (KB) pasca persalianan.
Pencapaian upaya kesehatan ibu nifas diukur melalui indikator cakupan
pelayanan kesehatan ibu nifas (Cakupan KF3). Dari hasil rekap LB3 KIA di seksi
Kesga Dinas Kesehatan Kabupaten Jombang hasil cakupan pelayanan ibu nifas
tahun 2013 adalah 88,31%. Angka ini belum mencapai target SPM bidang
kesehatan 90%.
51
Gambar 4.6 Cakupan Pelayanan Ibu Nifas menurut Puskesmas
di Kabupaten Jombang Tahun 2013
Sumber : Seksi Kesga Dinkes Kab. Jombang
Dari gambar di atas diketahui bahwa sebagian besar puskesmas telah
memberi pelayanan kesehatan ibu nifas sesuai target, 13 Puskesmas masih belum
dapat mencapai target SPM bidang kesehatan.
Sedangkan tren atau kecenderungan pemberian pelayanan kesehatan ibu
nifas dapat dilihat dalam gambar di bawah ini.
Target SPM 90%
52
Gambar 4.7 Cakupan Pelayanan Ibu Nifas
di Kabupaten Jombang Tahun 2009‐2013
Sumber : Seksi Kesga Dinkes Kab. Jombang Cakupan pelayanan ibu nifas memiliki tren menurun. Hal ini perlu antisipasi
dan perlu usaha serta dukungan penuh dari beberapa pihak untuk pemberian
pelayanan ibu nifas secara paripurna dan menyeluruh.
e. Pelayanan Kesehatan Neonatus
Bayi hingga usia kurang dari satu bulan (0‐28 hari) merupakan golongan umur
yang paling rentan atau memiliki risiko gangguan kesehatan paling tinggi. Upaya
untuk mengurangi risiko tersebut adalah melalui pelayanan kesehatan pada
neonatus minimal 3 (tiga) kali yaitu dua kali pada usia bayi 0‐7 hari, dan satu kali
pada saat bayi usia 8‐28 hari. Pelayanan ini biasa disebut KN lengkap. Pelayanan
kesehatan yang diberikan meliputi ASI eksklusif, pencegahan infeksi berupa
perawatan mata, tali pusat, pemberian vitamin K1 injeksi bila tidak diberikan pada
saat lahir, pemberian imunisasi hepatitis B1 bila tidak diberikan saat lahir, dan
Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM). dilakukan sesuai standar sedikitnya 3
kali, pada 6‐24 jam setelah lahir, pada 3‐7 hari dan pada 28 hari setelah lahir yang
dilakukan di fasilitas kesehatan maupun kunjungan rumah.
Cakupan pelayanan kesehatan neonatus tahun 2013 sebesar 92,8%, sudah
melebihi target SPM bidang kesehatan yaitu 90%. Cakupan ini menurun dibanding
tahun 2012 yang sebesar 95,9%.
53
Gambar 4.8 Cakupan Kunjungan Neonatus Lengkap menurut Puskesmas
di Kabupaten Jombang Tahun 2013
Sumber : Seksi Kesga Dinkes Kab. Jombang Terdapat 12 (dua belas) puskesmas dengan cakupan KN lengkap dibawah
target 90%, selebihnya Puskesmas telah mampu memberikan pelayanan KN
lengkap sesuai target.
Target SPM 90%
54
Gambar 4.9 Cakupan Kunjungan Neonatus Lengkap di Kabupaten Jombang
Tahun 2009 – 2013
Sumber : Seksi Kesga Dinkes Kab. Jombang
Secara garis besar cakupan kunjungan neonatus lengkap selama 5 (lima) tahun
terakhir dapat dilihat pada gambar 4.9. Pelayanan yang diberikan sudah sesuai
prosedur pelayanan dan telah melebihi target SPM.
f. Pelayanan Kesehatan Bayi
Pelayanan kesehatan bayi ditujukan pada bayi usia 29 hari – 11 bulan yang
memperoleh pelayanan kesehatan sesuai dengan standar oleh tenaga kesehatan
yang memiliki kompetensi klinis kesehatan misalnya dokter, bidan, dan perawat,
minimal 4 kali. Pelayanan kesehatan bayi yang diberikan antara lain pemberian
imunisasi dasar (BCG, DPT/HB‐1, Polio 1‐4, dan Campak), stimulasi deteksi
intervensi dini tumbuh kembang (SDIDTK) bayi, pemberian vitamin A pada bayi,
dan penyuluhan perawatan kesehatan bayi serta penyuluhan ASI Eksklusif, MP ASI.
Tujuan pelayanan kesehatan pada bayi ini adalah supaya bayi mendapat
pelayanan kesehatan dasar, diketahui sejak dini adanya kelainan atau penyakit,
dan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit serta peningkatan kualitas
hidup bayi.
Cakupan pelayanan kesehatan bayi pada tahun 2013 adalah 91,6%; dimana
pelayanan diberikan pada 19.115 bayi dari seluruh bayi yang ada (20.867).
55
Cakupan pelayanan kesehatan bayi menurun dibanding tahun 2012 dimana
capaiannya 100,85%.
Gambar 4.10 Cakupan Kunjungan Bayi menurut Puskesmas
di Kabupaten Jombang Tahun 2013
Sumber : Seksi Kesga Dinkes Kab. Jombang
Terdapat 14 (empat belas) Puskesmas yang memiliki cakupan kunjungan
bayi di bawah target SPM. Pencapaian tertinggi adalah Puskesmas Mayangan
(107,8%), Pulolor (102,8%) dan Bandar Kedungmulyo (102,6%). Beberapa kegiatan
yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kunjungan bayi antara lain validasi data
sasaran, pelatihan dan penerapan SDIDTK, pemenuhan kebutuhan sarana dan
tenaga, koordinasi dengan RS dan swasta, serta kegiatan menumbuhkan peran
serta masyarakat dalam memanfaatkan UKBM terutama Posyandu.
Target SPM 90%
56
Gambar 4.11
Cakupan Kunjungan Bayi di Kabupaten Jombang Tahun 2009‐2013
Sumber : Seksi Kesga Dinkes Kab. Jombang
Dalam 4 tahun terakhir, cakupan kunjungan bayi selalu melebihi target
SPM, hanya tahun 2009 yang belum mencapai target.
g. Pelayanan Kesehatan Anak Balita
Pelayanan Kesehatan anak balita adalah pelayanan kesehatan pada anak
umur 12‐59 bulan dalam upaya meningkatkan kualitas hidup anak balita
diantaranya adalah melakukan pemantauan pertumbuhan dan perkembangan
serta stimulasi tumbuh kembang pada anak dengan menggunakan instrumen
SDIDTK, pembinaan posyandu, Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), konseling
keluarga pada kelas ibu balita dengan pemanfaatan buku KIA, perawatan anak
balita dengan pemberian ASI sampai 2 (dua) tahun, makanan gizi seimbang dan
vitamin A. Pemberian pelayanan pada anak balita ini diberikan minimal 8 (delapan)
kali.
Cakupan Pelayanan Kesehatan pada anak balita tahun 2013 adalah 75,96%.
Dimana pelayanan kesehatan anak balita diberikan pada 63.630 dari 83.764 anak
balita yang ada. Cakupan ini meningkat jika dibandingkan tahun 2012 yang
capaiannya sebesar 72,95%. Cakupan ini masih belum mencapai target SPM
bidang kesehatan sebesar 90%. Pada tahun 2013 ini Puskesmas yang telah
mencapai target sebanyak 4 (empat) Puskesmas dari 34 Puskesmas yang ada yaitu
Puskesmas Cukir, Pulorejo, Pulolor dan Mayangan.
57
Gambar 4.12
Cakupan Pelayanan Kesehatan Anak Balita menurut Puskesmas di Kabupaten Jombang Tahun 2013
Sumber : Seksi Kesga Dinkes Kab. Jombang
Pada gambar di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar Puskesmas masih
belum dapat mencapai target SPM pelayanan kesehatan anak balita.
h. Pelayanan Kesehatan Anak usia SD dan sederajat
Berbagai data menunjukkan bahwa masalah kesehatan anak usia sekolah
semakin kompleks. Pada anak usia sekolah dasar biasanya berkaitan dengan
Perilaku Hidup Bersih dan sehat (PHBS). Oleh karena itu sangat perlu adanya
penjaringan kesehatan terhadap siswa SD/MI, SLTP/MTs, SLTA/MA kelas I (siswa
baru).
Penjaringan kesehatan merupakan serangkaian kegiatan pemeriksaan
kesehatan yang dilakukan terhadap siswa kelas 1 SD/MI, SLTP/MTs, SLTA/MA
(siswa baru). Dapat digunakan untuk memilah siswa yang memiliki masalah
kesehatan supaya mendapat penanganan sedini mungkin. Kegiatan penjaringan
Target SPM 90%
58
ini meliputi pemeriksaan kebersihan perorangan (rambut, kulit, kuku),
pemeriksaan status gizi berupa pengukuran antropometri, pemeriksaan ketajaman
indera (penglihatan dan pendengaran), pemeriksaan kesehtaan gigi dan mulut,
pemeriksaan laboratorium untuk anemia dan kecacingan.
Cakupan penjaringan kesehatan siswa SD dan sederajat tahun 2013
sebesar 97,69%. Cakupan ini meningkat dibandingkan dengan cakupan tahun
2012 sebesar 95,86 %. Sedangkan target SPM yang harus dicapai adalah 100%.
Gambar 4.13 Cakupan Pejaringan Siswa SD dan Setingkat menurut Puskesmas
di Kabupaten Jombang Tahun 2013
Sumber : Seksi Kesga Dinkes Kab. Jombang
Terdapat 18 (delapan belas) Puskesmas telah mencapai target SPM dalam
penjaringan kesehatan untuk siswa SD dan setingkat. Cakupan terendah terdapat
di Puskesmas Mojoagung sebesar 89,93%.
Target SPM 100%
59
2. Pelayanan Keluarga Berencana (KB)
Menurut hasil penelitian usia subur seorang wanita adalah antara usia 15‐49
tahun, oleh karena itu perlu untuk mengatur jarak kehamilan, sehingga
wanita/pasangan pada usia ini lebih diprioritaskan untuk menggunakan alat
kontrasepsi atau metode KB.
Tingkat pencapaian pelayanan KB dapat dilihat dari cakupan Pasangan Usia
Subur (PUS) yang menggunakan metode kontrasepsi, cakupan peserta KB yang
baru menggunakan alat kontrasepsi, tempat pelayanan KB, dan jenis kontarsepsi
yang digunakan oleh akseptor KB.
Menurut hasil pengumpulan data pada tahun 2013 Jumlah pasangan usia
subur (PUS) sebesar 208.602, dari jumlah tersebut yang menjadi peserta KB aktif
adalah sebanyak 153.198 sedangkan yang menjadi peserta KB baru sebesar 23.906
orang (Tabel 35 Lampiran Profil Kesehatan Kabupaten Jombang Tahun 2013).
Cakupan peserta KB aktif tahun 2013 adalah 73,44%, meningkat
dibandingkan cakupan tahun 2012 sebesar 70,34%. Jika tahun 2012 cakupan KB
baru adalah 9,92% maka cakupan peserta KB baru tahun 2013 adalah 11,46%. Hal
ini menunjukan adanya peningkatan kesadaran masyarakat maupun kinerja
petugas kesehatan dalam memotivasi atau mendapatkan akseptor baru KB.
Adapun jenis kontrasepsi yang banyak digunakan akseptor baik KB aktif
maupun KB baru adalah suntik dan pilihan terendah adalah MOP, dengan proporsi
persentase masing‐masing alat kontrasepsi tersebut sebagai berikut :
60
Gambar 4.14 Proporsi Jenis Kontrasepsi yang Digunakan oleh Peserta KB Aktif
di Kabupaten Jombang Tahun 2013
Sumber : Seksi Kesga Dinkes Kab. Jombang
Alat atau metode kontrasepsi yang paling sering digunakan oleh pasangan
usia subur (PUS) adalah Suntik, Pil, dan implan.
3. Pelayanan Kesehatan Pra Usia Lanjut (Pra Usila) dan Usia Lanjut (Usila)
Dengan meningkatnya Usia Harapan Hidup, maka kesehatan usia lanjut juga
perlu mendapatkan perhatian agar para lanjut usia dapat menjalani kehidupannya
secara berkualitas baik fisik maupun mentalnya. Dalam rangka peningkatan
pelayanan kesehatan pada lansia, telah dilakukan pelatihan peningkatan
kemampuan petugas dalam pelayanan lansia, pemenuhan sarana berupa
posyandu lansia kit, pembinaan posyandu lansia serta karang werda yang sudah
ada.
Jumlah posyandu lansia terus ditingkatkan dengan tujuan untuk pemerataan
pelayanan kesehatan lansia dan untuk mendekatkan pos pelayanan lansia pada
sasaran. Dari data yang diperoleh diketahui bahwa jumlah posyandu lansia pada
tahun 2009 hanya berjumlah 519 saat ini (2013) sudah bertambah menjadi 715
posyandu lansia.
Cakupan pelayanan kesehatan pra usia lanjut (45‐59 tahun) dan usia lanjut
(>60 tahun) pada tahun 2013 di Kabupaten Jombang sebesar 36,01% dari seluruh
jumlah usila yang ada yaitu 352.031 jiwa. Cakupan ini meningkat dari pada tahun
61
2012 dimana cakupan pelayanan kesehatan usila sebesar 21,13%. Hal ini
disebabkan oleh meningkatnya pelayanan petugas kesehatan terhadap kesehatan
usila dan tertibnya pencatatan dan pelaporan kegiatan pelayanan kesehatan usila.
Gambar 4.15 Cakupan Pelayanan Kesehatan Pra Usila dan Usilaa menurut Puskesmas
di Kabupaten Jombang Tahun 2013
Sumber : Seksi Kesga Dinkes Kab. Jombang
Dari gambar di atas terlihat bahwa ada 2 (dua) puskesmas yang memiliki
cakupan pelayanan kesehatan pra lansia dan lansia sesuai target SPM bidang
kesehatan (70%) yaitu Puskesmas Tapen dan Blimbing Gudo.
4. Pelayanan Imunisasi
Pelayanan imunisasi adalah bagian dari upaya pencegahan dan pemutusan
mata rantai penularan pada penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I).
Indikator untuk menilai keberhasilan program imunisasi adalah angka UCI
(Universal Child Immunization).
Target 70%
62
Pada awalnya UCI diartikan sebagai tercapainya cakupan imunisasi lengkap
minimal 80% untuk tiga jenis antigen yaitu DPT3, Polio dan campak. Tetapi sejak
tahun 2003, indikator perhitungan UCI sudah mencakup semua jenis antigen, yaitu
Hepatitis B0, BCG, hepatitis B, DPT‐HB, Polio dan Campak –harus tercapai 80%‐
pada wilayah tertentu.
Universal Child Imunization (UCI) jika dikaitkan dengan batasan suatu wilayah
tertentu, berarti dalam wilayah tersebut juga tergambarkan besarnya tingkat
kekebalan masyarakat terhadap penularan PD3I.
Cakupan desa/kelurahan UCI di Kabupaten Jombang tahun 2013 sebesar
89,87% dengan menggunakan denominator jumlah bayi berdasarkan Surviving
Infant (SI) bukan berdasar proyeksi penduduk. (lampiran profil tabel 38). Surviving
Infant (bayi bertahan hidup) adalah jumlah bayi yang dapat bertahan hidup sampai
dengan ulang tahunnya yang pertama. Surviving Infant dihitung berdasarkan
jumlah bayi lahir hidup dikurangi dengan jumlah kematian bayi yang didapat dari
AKB dikalikan dengan jumlah bayi lahir hidup. Surviving Infant digunakan untuk
menghitung imunisasi yang diberikan pada bayi usia 2‐11 bulan. Sedangkan untuk
imunisasi yang diberikan kepada bayi usia 0‐2 bulan menggunakan jumlah bayi
lahir hidup sesuai dengan Proyeksi Penduduk tahun berjalan.
Salah satu masalah dalam pencatatan dan pelaporan cakupan imunisasi
adalah pencatatan yang dilakukan tidak berdasarkan domisili tetapi berdasarkan
tempat pemberi layanan imunisasi, sehingga cakupan imunisasi dapat menjadi
lebih dari 100%. Penyebab lain adanya cakupan lebih dari 100% adalah adanya
pencatatan ganda pelayanan imunisasi antara pemberi layanan dan bidan
pemegang wilayah. Selain juga disebabkan oleh adanya beberapa Puskesmas
memiliki jumlah bayi riil yang lebih banyak dari pada jumlah bayi sasaran berdasar
proyeksi penduduk.
Cakupan imunisasi Campak dapat lebih tinggi dibanding cakupan imunisasi
lainnya karena cakupan imunisasi campak bukan hanya pada bayi yang lahir pada
tahun berjalan, tetapi juga pada bayi yang lahir dari tahun sebelumnya yang
belum genap berusia 1 (satu) tahun. Tingginya cakupan imunisasi campak
berdampak pada DO Rate (lampiran tabel 39). Nilai DO Rate didapat dari cakupan
DPT1+HB1 dikurangi cakupan Campak. Jika cakupan campak lebih besar daripada
cakupan DPT1+HB1 maka nilai DO rate bernilai negatif.
63
Dari 306 desa/kelurahan yang ada di Kabupaten Jombang hanya 275
desa/kelurahan yang mencapai UCI. Sedangkan target SPM bidang kesehatan
adalah seluruh desa/kelurahan (100%) di Kabupaten Jombang.
Gambar 4.16 Desa/Kelurahan UCI menurut Puskesmas
di Kabupaten Jombang Tahun 2013
Sumber : Seksi SE dan KK Dinkes Kab. Jombang
Sebagian besar Puskesmas telah mencapai target SPM desa/kelurahan UCI,
hanya 12 (dua belas) Puskesmas yang belum mencapai target SPM 100% dari 34
Puskesmas yang ada. Desa/kelurahan dikatakan telah mencapai UCI, apabila 80%
sasaran bayi di desa tersebut telah mendapat imunisasi dasar lengkap.
Target SPM 100%
64
Gambar 4.17 Desa/Kelurahan UCI di Kabupaten Jombang
Tahun 2009‐2013
Sumber : Seksi SE dan KK Dinkes Kab. Jombang
Terjadi fluktuasi capaian desa/kelurahan UCI dari tahun 2009‐2013, dimana
capaian terendah terjadi pada tahun 2011 (51,3%) dan tertinggi terjadi pada tahun
2012 (94,4%). Angka capaian ini masih dibawah target Nasional yaitu 95%, dan
target SPM Daerah 100%.
Upaya untuk peningkatan UCI desa adalah dengan melaksanakan pendataan
sasaran bayi, Sweeping Imunisasi, dan Krosnotifikasi (pencocokan data) antar desa
maupun Puskesmas.
5. Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut
Upaya pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut seharusnya dilakukan sejak
dini. Usia sekolah dasar merupakan saat tepat untuk dilakukan upaya kesehatan
gigi dan mulut, karena pada usia tersebut merupakan awal tumbuh kembangnya
gigi permanen. Kelompok usia ini juga paling berisiko mengalami kerusakan gigi.
Pelayanan kesehatan gigi dan mulut dilakukan dalam bentuk upaya promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif. Upaya promotif dan preventif dilakukan
petugas kesehatan secara aktif dengan mengunjungi sekolah dengan melakukan
penyuluhan kesehatan gigi dan mulut serta praktik sikat gigi masal. Sedangkan
upaya kuratif dan rehabilitatif dilakukan secara pasif, artinya upaya tersebut
dilakukan oleh petugas kesehatan ketika ada pasien yang datang ke puskesmas.
65
Upaya kuratif dan rehabilitatif antara lain pengobatan dan perawatan gigi,
penambahan gigi serta pencabutan gigi.
Jumlah sekolah SD/MI tahun 2013 adalah 828 sekolah. Dari jumlah tersebut,
396 sekolah melakukan sikat gigi massal (47,83%), hal ini dimaksudkan sebagai
upaya promotif dan preventif masalah gigi dan mulut. Sedangkan jumlah SD/MI
yang mendapat pelayanan gigi adalah 765 (92,39%) sekolah.
Untuk pelaksanaan Upaya Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS) pada tahun 2013,
jumlah seluruh siswa SD/MI sebanyak 117.681 siswa. Sedangkan siswa yang
diperiksa gigi dan mulutnya hanya berjumlah 43.311 (36,80%). Hasil dari
pemeriksaan ini diketahui 15.052 siswa memerlukan perawatan, namun yang
sudah mendapat perawatan hanya sejumlah 7.373 (48,98%) siswa. Capaian ini
menurun dibanding tahun 2012, dimana siswa yang mendapat perawatan sebesar
53,58%.
Gambar 4.18 Hasil Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut di Kabupaten Jombang Tahun 2009‐2013
Sumber : Seksi Yankes Dinkes Kab. Jombang
Dalam 4 (empat) tahun terakhir, jumlah pencabutan gigi tetap lebih banyak
dari pada jumlah tumpatan gigi tetap, hanya tahun 2013 ini saja yang jumlah
pasien pencabutan gigi tetap lebih sedikit dibanding dengan jumlah pasien
tumpatan. Hal ini menunjukkan perubahan yang lebih bagus dimana masyarakat
sudah lebih sadar dalam perawatan gigi. Berikut ini gambaran rasio tumpatan
dengan pencabutan gigi dari tahun 2009‐2013.
66
Gambar 4.19 Rasio Tumpatan dengan Pencabutan Gigi Permanen
di Kabupaten Jombang Tahun 2009‐2013
Sumber : Seksi Yankes Dinkes Kab. Jombang
Dari grafik di atas diketahui bahwa dalam 4 (empat) tahun terakhir terjadi
penurunan rasio tumpatan dan pencabutan, setelah itu tahun 2013 rasionya
meningkat menjadi 1,0. Sudah seimbangnya angka rasio tumpatan dengan
pencabutan menunjukkan kesadaran masyarakat sudah mulai meningkat untuk
berperilaku sehat dalam hal pemeliharaan dan perawatan kesehatan gigi.
6. Penyuluhan Kesehatan
Penyuluhan kesehatan adalah kegiatan pendidikan yang dilakukan dengan
cara menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan sehingga masyarakat tidak saja
sadar, tahu dan mengerti, tetapi juga mau dan bisa melakukan suatu anjuran yang
ada hubungannya dengan kesehatan.
Materi penyuluhan sangat beragam, mulai dari materi tentang kesehatan
ibu dan anak, materi tentang gizi dan tumbuh kembang anak, kesehatan remaja,
kesehatan lansia, kesehatan lingkungan, PHBS, HIV/AIDS dan P3 NAPZA. Sasaran
penyuluhan kesehatan mencakup indiviidu, keluarga, kelompok dan masyarakat.
Penyuluhan kesehatan pada indvidu dapat dilakukan di puskesmas, posyandu,
keluarga dan masyarakat. Penyuluhan kesehatan pada keluarga diutamakan pada
keluarga risiko tinggi, seperti keluarga yang menderita penyakit menular, keluarga
dengan keadaan gizi yang buruk, keluarga dengan sanitasi lingkungan yang buruk,
dan sebagainya. Penyuluhan dengan sasaran kelompok dapat dilakukan pada
67
kelompok ibu hamil, kelompok ibu yang memiliki anak balita, kelompok
masyarakat yang rawan terhadap masalah kesehatan seperti kelompok lansia,
kelompok yang ada di berbagai institusi pelayanan kesehatan seperti anak sekolah,
pekerja dalam perusahaan dan lain‐lain. Penyuluhan kelompok pada umumnya
disampaikan pada sasaran Posyandu, Poskesdes, sekolah, pertemuan PKK dan
lintas sektor lainnya.
Materi penyuluhan dapat disampaikan pada Massa melalui media massa,
talk show, dialog, radio spot, tulisan di majalah atau koran, banner, spanduk,
poster dan sebagainya, serta dilakukan pada kerumunan massa sepperti saat
pameran dan karnaval.
Pada tahun 2013 telah dilakukan 24.616 kali penyuluhan kelompok yang di
lakukan di Puskesmas dan jaringannya. Sedangkan penyuluhan massa pada tahun
2013 ini dilakukan sebanyak 3 (tiga) kali oleh Dinas Kesehatan Kabupaten
Jombang. Penyuluhan massa ini dilakukan pada saat pameran di ajang Gelar
Potensi Jombang, Pawai dalam rangka peringatan Hari Kesehatan Nasional, dan
Pawai dalam rangka HUT Kemerdekaan RI. Data ini dapat dilihat dalam lampiran
tabel 54.
7. Pelayanan Kunjungan Kesehatan Dasar
Sarana pelayanan kesehatan di Puskesmas disediakan untuk memberikan
pelayanan kesehatan dasar bagi para pengunjung Puskesmas baik dengan
pelayanan rawat jalan maupun rawat inap (khusus Puskesmas Perawatan yang
memiliki sarana rawat inap). Sedangkan rumah sakit dengan berbagai kelengkapan
sarana dan prasarana disiapkan sebagai sarana rujukan bagi Puskesmas untuk
kasus‐kasus yang membutuhkan penanganan lebih lanjut. Disamping itu rumah
sakit juga tetap membuka pelayanan rawat jalan.
Pada tahun 2013 jumlah masyarakat yang memanfaatkan pelayanan di 34
Puskesmas sebanyak 931.683 kunjungan rawat jalan dan sebanyak 24.334
kunjungan rawat inap. Kunjungan pelayanan rawat jalan di Puskesmas pada tahun
2013 mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun 2012. Kunjungan rawat
jalan di Puskesmas tahun 2012 sebesar 862.054 kunjugan sedangkan tahun 2013
sebesar 931.683 kunjungan. Tetapi untuk kunjungan rawat inap menurun
dibandingkan dengan tahun 2012, dimana pada tahun tersebut jumlah kunjungan
68
rawat inap sebesar 28.854 kunjungan menjadi 24.334 kunjungan.
Fenomena ini menunjukkan berbagai kaitan antara jumlah pemanfaatan
pelayanan di Puskesmas dengan mutu pelayanan, kepuasan pelanggan,
pembiayaan kesehatan dan Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) Puskesmas.
Penurunan jumlah pasien rawat inap menunjukkan bahwa derajat kesehatan dan
kesadaran masyarakat untuk menjaga kesehatan sudah semakin baik. Selama dua
tahun terakhir, Indeks Kepuasan Masyarakat terhadap pelayanan di Puskesmas
sudah cukup baik, yaitu di atas 75,00. Kondisi ini akan terus ditingkatkan sebagai
salah satu komitmen untuk mewujudkan pelayanan kesehatan yang berkualitas,
adil, terjangkau dan merata.
Gambar 4.20 Kunjungan Pelayanan Rawat Jalan dan Rawat Inap di Puskesmas
di Kabupaten Jombang Tahun 2009‐2013
Sumber : Seksi Yankes Dinkes Kab. Jombang
B. PELAYANAN KESEHATAN RUJUKAN DAN PENUNJANG
1. Kesehatan Rujukan
Pada tahun 2013 tersedia 14 rumah sakit, yaitu 2 (dua) milik pemerintah dan
12 (dua belas) milik swasta. Berdasar jenis rumah sakit terdapat 11 (sebelas)
Rumah Sakit Umum (RSU), dan 3 (tiga) Rumah Sakit Khusus (RSK). Rumah sakit
khusus dimaksud adalah 1 (satu) RS Khusus Ibu dan Anak, 1 (satu) RS Khusus
Bedah dan Kandungan serta 1 (satu) Rumah Sakit Khusus Bersalin. Jumlah
kunjungan rawat jalan di rumah sakit pada tahun 2013 mengalami peningkatan
69
jika dibandingkan dengan tahun 2012, dimana tahun 2013 terdapat 279.749
kunjungan rawat jalan dan tahun 2012 terdapat 220.330 kunjungan rawat jalan.
Sedangkan untuk jumlah kunjungan rawat inap di rumah sakit mengalami
penurunan yang bermakna, dimana pada tahun 2013 terdapat 81.128 kunjungan
rawat inap dan tahun 2012 berjumlah 119.284 kunjungan rawat inap.
Mutu pelayanan rumah sakit diantaranya dapat dilihat dari aspek‐aspek
penyelenggaraan pelayanan gawat darurat, aspek efisiensi dan efektifitas
pelayanan, dan keselamatan pasien. Beberapa indikator untuk mengetahui mutu
efisiensi rumah sakit antara lain : pemanfaatan tempat tidur, pemanfaatan tenaga,
pemanfaatan penunjang medik, dan keuangan. Indikator pemanfaatan tempat
tidur dapat dilihat dari nilai BOR (Bed Occupancy Rate), BTO (Bed Turn Over), ALOS
(Average Lenght of Stay) dan TOI ( Turn Over Interval). Berikut ini data capaian
indikator pemakaian Tempat Tidur dan efektifitas pelayanan rumah sakit di
Kabupaten Jombang tahun 2009‐2013.
Tabel 3 Nilai Indikator Pemakaian Tempat Tidur Rumah Sakit
di Kabupaten Jombang Tahun 2010‐2013 Indikator Tahun
2009 Tahun 2010
Tahun 2011
Tahun 2012
Tahun 2013
Standar KEMENKES
BOR 61,3 56,85 52,5 66,8 65,8 60‐85%
LOS 4 3,51 3,2 3,6 3,5 6‐9 hari
TOI 2,2 2,67 2,9 1,8 1,8 1‐3 hari
GDR 32,3 48,3 52,4 43,2 44,0 45/1.000 penderita keluar
NDR 14,5 27 29,1 31,9 26,3 25/1.000 penderita keluar
Sumber : Seksi Yankes Dinkes Kab. Jombang
Selama kurun waktu tahun 2009‐2013 terjadi kondisi stabil pada indikator
LOS, TOI maupun GDR. Tetapi terjadi fluktuasi nilai pada indikator NDR dan BOR.
Nilai BOR selama dua tahun terakhir sudah sesuai dengan standar
KEMENKES, sedangkan nilai LOS dalam waktu 5 tahun terakhir masih dibawah nilai
standar Kemenkes, hal ini menunjukkan bahwa rata‐rata hari perawatan sampai
pasien keluar rumah sakit memerlukan waktu 3,5 hari. Hal ini lebih rendah dari
70
standar Kemenkes. Lebih singkatnya hari perawatan ini memungkinkan jenis
penyakit yang ditangani di Rumah Sakit tiap‐tiap jenis penyakit yang semestinya
dapat ditangani oleh fasilitas pelayanan kesehatan dasar (Puskesmas/Klinik). Nilai
BOR rumah sakit pada tahun 2009 dan 2012 sudah sesuai dengan standar
Kemenkes (60‐85%) meskipun dua tahun diantara rentang waktu tersebut belum
sesuai standar Kemenkes. Sedangkan rata‐rata lama hari perawatan (ALOS) rumah
sakit Kabupaten Jombang juga berfluktuasi dari tahun 2009‐2013 pada rentang 4‐
3,2 hari. Capaian ini dibawah standar Kemenkes, tetapi menunjukan indikasi baik
sebab pasien rumah sakit hanya membutuhkan hari perawatan yang sedikit untuk
memulihkan kesehatanya dan juga pertanda efektifitas pelayanan yang diberikan
oleh pihak rumah sakit. Sedangkan rata‐rata tempat tidur tidak dipakai antar dua
episode pemakaian (TOI) seluruh rumah sakit di Kabupaten Jombang berada pada
kisaran aman sesuai stadar Kemenkes antara 1‐3 hari, meskipun nilai TOI
fluktuatif. Nilai GDR selama dua tahun terakhir berada dibawah standar
KEMENKES 45/1.000 pasien keluar, artinya mutu pelayanan di Rumah sakit
semakin bagus, karena kondisi pasien saat keluar dari Rumah Sakit dalam keadaan
meninggal lebih rendah dari batas toleransi. Nilai NDR selama tahun 2010‐2013
selalu diatas standar Kemenkes 25 per 1.000 pasien keluar, kecuali tahun 2009
berada dibawah nilai standar Kemenkes (14,5 per 1.000 penderita keluar), hal ini
berarti jumlah kematian pasien yang dirawat lebih dari atau sama dengan 48 jam
lebih tinggi dari batas toleransi Kemenkes. Kemungkinan jenis penyakit ini adalah
penyakit menahun yang memerlukan perawatan dalam jangka waktu yang lebih
lama.
71
Gambar 4.21 Kunjungan Rawat Jalan dan Rawat Inap di Rumah Sakit Daerah dan Swasta
di Kabupaten Jombang Tahun 2009‐2013
Sumber : Seksi Yankes Dinkes Kab. Jombang
Dari gambar di atas terlihat bahwa terjadi perubahan kebutuhan masyarakat
Jombang dalam pelayanan kesehatan di rumah sakit. Dimana tahun 2013 lebih
banyak kunjungan rawat jalan dibandingkan dengan tahun 2012 sebaliknya
kenjungan rawat inap di tahun 2013 lebih sedikit dibandingkan dengan tahun
2012. Hal ini sebagai salah satu tanda bahwa efektifitas pelayanan kesehatan di
rumah sakit sudah lebih baik dan juga derajat kesehatan masyarakat sudah lebih
meningkat.
2. UPTD Penunjang : Ketersediaan Obat di Gudang Farmasi Kabupaten (GFK)
Ketersediaan obat yang dimaksud disini adalah meliputi persediaan obat,
jumlah kebutuhan dan persentase ketersediaan obat generik. Persen ketersediaan
obat dihitung menggunakan indikator obat panduan yang berisikan item obat‐obat
yang sering digunakan, wajib tersedia untuk beberapa penyakit menular dan
sangat dibutuhkan untuk pengobatan sepuluh penyakit dasar terbanyak.
Jumlah obat yang wajib dilaporkan pada tahun 2013 lebih lengkap daripada
tahun 2012. Pada tahun 2012 hanya 34 jebis obat dan vaksin yang wajib
dilaporkan penggunaannya sedangkan pada tahun 2013 berjumlah 114 jenis obat
dan vaksin. Tingkat ketersediaan obat terbanyak selama tahun 2013 adalah
Metampiron injeksi 250 mg sebesar 555,56%. Sedangkan obat yang paling banyak
atau sering digunakan adalah Paracetamol tablet 500 mg yaitu sebanyak 2.330.000
72
tablet. Obat ini termasuk dalam golongan obat dengan kelas terapi sebagai
analgesik antipiretik yang termasuk dalam kelompok obat yang fast moving.
Tingkat ketersediaan terendah adalah Gameksan Lotion 1%, akan tetapi untuk
pelayanan kesehatan dasar tersedia kombinasi Gameksan 10 mg ada Asam Usnat
10 mg/g. Obat lain yang yang memiliki tingkat ketersediaan terendah adalah
Kuinin (Kina) tablet 200mg, dan Kuinin Dihroklorida injeksi 25%‐2ml masing‐
masing 0% disebabkan karena selama kurun waktu tahun 2013 tidak memperoleh
dropping obat tersebut dari APBD Provinsi. Untuk pengobatan penyakit Malaria
menggunakan Artemeter Injeksi 80 mg/ml dan primakuin tablet 15 mg. Data
selengkapanya dapat dilihat dalam lampiran tabel 69.
C. PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR
1. Penyakit Menular Langsung
a. Penyakit TB Paru
Upaya Pemerintah dalam menanggulangi penyakit TB Paru setiap tahun
menunjukkan kemajuan. Dimana dapat dibuktikan dengan meningkatnya
jumlah penderita yang ditemukan dan disembuhkan setiap tahun. Case
Detectian Rate (CDR) atau angka penemuan kasus TB Paru BTA (+)
menggambarkan proporsi antara penemuan Tb Paru TB BTA (+) dengan jumlah
perkiraan kaus TB Paru. Indikator lain untuk mengendalikan penyakit TB Paru
adalah Success Rate (SR) atau angka keberhasilan pengobatan.
Pada Tahun 2013 ini, Jumlah penderita TB BTA (+) baru yang ditemukan
sebanyak 655 orang dengan CDR sebesar 50,50%. Capaian ini belum mencapai
target CDR yang ditetapkan yaitu 70%. Kondisi ini menunjukkan masih
rendahnya penemuan kasus TB Paru. Angka capaian CDR tahun 2013 ini
menurun bila dibandingkan dengan capaian tahun 2012 yaitu sebesar 53,49%.
Upaya untuk meningkatkan angka cakupan penemuan penderita baru BTA
(+) pada tahun 2013 adalah menjalin kemitraan dengan LSM keagamaan
(Aisyiyah Cabang Jombang) dengan membentuk kader TB di 10 (sepuluh)
kecamatan dan memperluas jangkauan ekspansi program DOTS ke UPK lain
(RSUD dan RS Swasta di Kabupaten Jombang).
73
Gambar 4.22 Sebaran Kasus Baru TB Paru menurut Puskesmas
Di Kabupaten Jombang Tahun 2013
Sumber : Seksi P2P Dinkes Kab. Jombang
Dalam mengukur keberhasilan pengobatan TB digunakan Angka
Keberhasilan Pengobatan (Succes Rate = SR) yang mengindikasikan persentase
pasien TB paru BTA positif yang menyelesaikan pengobatan, baik yang sembuh
maupun yang menjalani pengobatan lengkap diantara pasien baru TB paru BTA
positif yang tercatat. Target SR tahun 2013 adalah 85%, dan capaian SR tahun
2013 di Kabupaten Jombang adalah 90,96% meningkat dibanding dengan
tahun 2012 dimana SR mencapai 89,50%. Upaya yang dilakukan untuk
meningkatkan SR antara lain melatih PMO (Pengawas Minum Obat).
74
Gambar 4.23 Persentase Keberhasilan Pengobatan Penderita TB Paru (Success Rate) menurut
Puskesmas dan Rumah Sakit Kabupaten Jombang Tahun 2013
Sumber : Seksi P2P Dinkes Kab. Jombang
Dari gambar di atas terlihat bahwa sebagian besar puskesmas maupun
rumah sakit telah menunjukkan keberhasilan pengobatan untuk penyakit TB
Paru sesuai target capaian.
75
Gambar 4.24 Persentase Penemuan Kasus Baru (CDR) dan Keberhasilan
Pengobatan Penderita TB Paru (SR) di Kabupaten Jombang Tahun 2009‐2013
Sumber : Seksi P2P Dinkes Kab. Jombang
Grafik SR TB Paru memiliki tren naik, tetapi menurun dalam hal CDR atau
penemuan kasus baru penyakit TB Paru.
b. Kusta
Dalam upaya pengendalian penyakit kusta maka digunakan indikator
penemuan kasus baru atau New Case Detection Rate (NCDR), proporsi cacat
tingkat II, dan proporsi kasus anak di antara kasus baru.
NCDR menggambarkan jumlah kasus baru terhadap 100.000 penduduk,
untuk mengetahui tingkat penularan di masyarakat dapat dilihat melalui angka
proporsi cacat tingkat II. Proporsi cacat tingkat II menunjukkan adanya
keterlambatan dalam penemuan penderita, sedangkan proporsi anak
menunjukkan masih adanya sumber penularan di masyarakat.
Pada tahun 2013 ini capaian NCDR sebesar 9,88 per 100.000 penduduk,
penderita anak (0‐14 tahun) sebesar 4,13%, nilai kecacatan tingkat II sebesar
13,22%. Jika dibandingkan dengan capaian tahun 2012 maka nilai NCDR dan
kecacatan tingkat II mengalami penurunan dimana tahun 2012 NCDR 10,35 per
100.000 penduduk dan kecacatan tingkat II tahun 2012 sebesar 23,81%.
Sedangkan penderita kusta pada anak‐anak (0‐14 tahun) mengalami
peningkatan karena capaian tahun 2012 sebesar 5,56%.
76
Untuk pencegahan dan penanggulangan penyakit kusta dilakukan melalui
penemuan penderita secara aktif dan pasif, pengobatan dengan MDT, untuk
mencegah kecacatan dilakukan pemeriksaan POD (Prevention of Disability)
setiap bulan selama masa pengobatan dan rehabilitasi medis bagi penderita
kusta dengan kecacatan.
c. Penyakit HIV AIDS
Upaya pelayanan kesehatan dalam rangka penanggulangan penyakit
HIV/AIDS disamping ditujukan pada penanganan penderita yang ditemukan
juga diarahkan pada upaya pencegahan melalui penemuan penderita secara
dini yang dilanjutkan dengan kegiatan konseling.
Upaya penemuan penderita secara aktif dilakukan dengan pemantauan
pada kelompok berisiko Penderita Menular Seksual (PMS) seperti Wanita
Penjaja Seks dilakukan oleh tenaga Manager Kasus (dari KPA dan Global Fund)
dengan cara turun langsung pemeriksaan pada kelompok berisiko di lapangan
oleh Tim VCT (Volountary Conselling Testing) atau KTS (Konseling Testing
Sukrela). Kegiatan ini disebut dengan VCT mobile. Pemeriksaan dilakukan pada
kelompok berisiko tinggi (Lokalisasi dan Lapas).
Berkut ini penemuan penderita baru HIV menurut Puskesmas.
77
Gambar 4.25 Penemuan Kasus Baru HIV menurut Puskesmas
di Kabupaten Jombang Tahun 2013
Sumber : Seksi P2P Dinkes Kab. Jombang
Tujuh Puskesmas terbebas dari kasus baru HIV sedangkan delapan
Puskesmas lainnya memiliki kasus baru HIV yang cukup tinggi (Kabuh, Bareng,
Bandar KDM, Brambang, Perak, Tambakrejo, Peterongan, dan Mayangan). Hal
ini menandakan tingkat penularan penyakit HIV.
Jika seorang penderita terinveksi virus HIV kemudian ditemukan gejala
penyakit lain yang tidak kunjung sembuh disebabkan melemahnya daya tahan
tubuh penderita HIV maka pasien ini dikategorikan sebagai penderita AIDS.
Penderita AIDS perlu penanganan khusus di Rumah Sakit untuk mencegah
penularan AIDS. Berikut ini gambaran penemuan kasus baru AIDS menurut
Puskesmas.
78
Gambar 4.26 Penemuan Kasus Baru AIDS menurut Puskesmas
di Kabupaten Jombang Tahun 2013
Sumber : Seksi P2P Dinkes Kab. Jombang
Kasus baru AIDS terdapat di ebam wilayah Kerja Puskesmas, selebihnya
tidak ada kasus baru ataupun kalau ada hanya 1‐2 kasus baru AIDS.
Upaya penanganan penyakit HIV/AIDS di Kabupaten Jombang
dikomandani oleh KPAD (Komisi Penanggulangan AIDS Daerah) dengan
beranggotakan Dinas Kesehatan, Dinas Sosial, Dinas Pendidikan, Kementerian
Agama dan Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa.
Dimana tiap‐tiap anggota menangani masalah HIV/AIDS sesuai dengan Tugas
Pokok dan Fungsi (Tupoksi) masing‐masing. Dalam hal pendanaan juga dijalin
kerja sama dengan Global Fund.
Selain itu penemuan penderita HIV/AIDS juga didapatkan melalui skrining
HIV/AIDS terhadap darah donor. Informasi dari UPT PMI Kabupaten Jombang,
dari 15.486 darah pendonor darah yang ada, diskreening HIV sebanyak 15.281
sampel darah (98,68%).
79
d. Pneumonia
Cakupan penemuan penderita pneumonia balita merupakan persentase
jumlah penderita pneumonia balita terhadap target penemuan pneumonia
balita. Target penemuan Pneumonia balita adalah 10% dari jumlah balita yang
ada. Jumlah balita penderita pneumonia yang dilaporkan di Kabupaten
Jombang tahun 2013 adalah 1.508 balita sedangkan perkiraan penderita
pneumonia balita adalah 10.463 balita. Sehingga angka penemuan kasus
pneumonia balita adalah 14,41%. Cakupan ini meningkat dibandingkan tahun
2012 angka penemuan pneumonia balita adalah 14,30%.
Gambar 4.27 Cakupan Penemuan Penderita Pneumonia Balita
di Kabupaten Jombang Tahun 2009‐2013
Sumber : Seksi P2P Dinkes Kab. Jombang
Upaya pemberantasan penyakit ini difokuskan pada upaya penemuan dini
dan tatalaksana kasus yang cepat dan tepat pada penderita.
80
Gambar 4.28 Cakupan Penemuan dan Penanganan Pneumonia Balita menurut Puskesmas di
Kabupaten Jombang Tahun 2013
Sumber : Seksi P2P Dinkes Kab. Jombang
Cakupan penemuan penderita pneumonia balita di tiap puskesmas masih
menunjukkan di bawah target SPM 100%. Hal ini di sebabkan oleh pencatatan
dan pelaporan P2 Pneumonia belum optimal terutama dari RS, BP (Balai
Pengobatan), DPM (Dokter Praktik Mandiri), BPM (Bidan Praktik Mandiri).
2. Penyakit Menular dengan Perantara Binatang
a. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD)
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah salah satu penyakit
menular yang sering menimbulkan Kejadian Luar Biasa KLB. Perjalanan
penyakit ini cepat dan dapat menyebabkan kematian.
Upaya pencegahan dan pemberantasan DBD dititikberatkan pada
penggerakan potensi masyarakat untuk dapat berperan serta dalam
pemberantasan sarang nyamuk (gerakan 3 M), pemantauan Angka Bebas
Target SPM 100%
81
Jentik (ABJ) dengan membentuk Jumantik serta pengenalan gejala DBD dan
penanganannya di rumah tangga.
3. Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi
a. Penyakit Tetanus Neonatorum
Penanganan kasus tetanus neonatorum pada tahun ini menunjukkan
hasilnya dimana tahun 2013 tidak ditemukan kasus tetanus neonatorum. Hal
terpenting adalah upaya pencegahan melalui pertolongan persalinan yang
higienis ditunjang dengan imunisasi TT pada ibu hamil.
Adapun upaya yang telah dilakukan adalah dengan peningkatan
pertolongan persalinan oleh tanaga kesehatan dan pemberian imunisasi TT 5
dosis serta perawatan tali pusat yang higienis (clean and safe delivery).
b. Penyakit Campak
Upaya untuk menekan kasus campak adalah dengan memberikan imunisasi
dasar lengkap pada saat bayi sebelum usia 1 tahun dan anak SD kelas 1 (satu),
serta pemberian makanan dengan menu gizi seimbang (peningkatan gizi).
c. Penyakit Difteri
Upaya menekan kasus Difteri dilakukan melalui imunisasi dasar pada bayi
yaitu dengan vaksin DPT‐HB sebanyak 3 kali sebelum usia 1 (satu) tahun,
pemberian Imunisasi DT pada anak Sekolah Dasar kelas 1 (satu) dan Td pada
anak Sekolah Dasar kelas 2 dan 3, serta rantai dingin penyimpanan vaksin.
Selain itu juga dilaksanakan upaya peningkatan sosialisasi bahaya penyakit
Difteri serta pentingnya Imunisasi.
d. Penyakit AFP
Upaya pencegahan dan pemberantasan Polio dilakukan melalui pemberian
Imunisasi Polio lengkap pada saat bayi sebelum usia 1 (satu) tahun dan
peningkatan surveilans aktif Rumah Sakit (HBS) maupun surveilans aktif di
masyarakat (CBS) terhadap kasus AFP usia <15 tahun.
D. PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT
1. Penanggulangan Gizi Buruk
Untuk mengatasi masalah gizi terutama pada balita, sejak tahun 2009 telah
dilakukan pencanangan Penanggulangan Gizi Buruk dengan tema BERTABUR
82
BINTANG yang merupakan akronim dari Bersama Tanggulangi Balita Gizi Buruk
melalui Bina Keluarga, Timbang Anak, Beri Gizi Seimbang. Dimana pencanangan
tersebut diikuti langkah nyata dengan adanya Pusat Layanan Gizi. Pusat Layanan
Gizi memberikan layanan konsultasi masalah gizi secara gratis, serta telah memiliki
akses dengan rumah sakit dalam rangka penanganan gizi buruk.
Selain itu telah dilakukan pelatihan Penanganan Balita Gizi Buruk pada
Petugas gizi Puskesmas, Bidan serta kader tentang Pelatihan Positife Deviance dan
pembentukan Taman Pemulihan Gizi (TPG) di desa. Pada tahun 2010 terdapat 64
desa yang melaksanakan Taman Pemulihan Gizi. Sedangkan pada tahun 2011
jumlah TPG meningkat menjadi 95 desa dan tahun 2012 menjadi 105 desa dan
pada tahun 2013 sebanyak 120 desa. Upaya lainnya mengacu dari Kemenkes
program 1000 HPK (1000 Hari Pertama Kehidupan) melalui kegiatan pelatihan
Pemberian Makanan pada Bayi dan Anak (PMBA), yang diujicobakan di 1 (satu)
desa di wilayah kerja Puskesmas Jatiwates. Pelatihan ini berjalan sangat baik
(sesuai kebutuhan) karena selama ini pengetahuan masyarakat tentang pemberian
makanan kurang tepat, baik jumlah, frekuensi, tekstur serta variasi.
Gambar 4.29
Sebaran Kasus Balita Gizi Buruk menurut Puskesmas di Kabupaten Jombang Tahun 2013
Sumber : Seksi Gizi Dinkes Kab. Jombang
83
Gambar 4.29 menunjukan bahwa 12 wilayah kerja Puskesmas tidak memiliki
kasus gizi buruk. Selebihnya terdapat kasus gizi buruk dan sudah ditangani 100%.
Upaya menurunkan kasus gizi buruk adalah dengan pembentukan Terapeutic
Feeding Center (TFC) sejak tahun 2011 di dua puskesmas yaitu Puskesmas
Mojoagung dan Puskesmas Tembelang. Melalui TFC, balita gizi buruk
mendapatkan perawatan serta terapi asupan gizi selama waktu tertentu. Jumlah
balita gizi buruk pada tahun 2013 tercatat 23 balita dan semuanya telah mendapat
perawatan (lihat lampiran tabel 45). Dan sejak tahun 2011 telah dilakukan upaya
lainnya berupa adanya reward penemu balita gizi buruk dan menambah jumlah
TFC di dua puskesmas yaitu Puskesmas Sumobito dan Puskesmas Perak. Kemudian
tahun 2012 telah dilakukan upaya penanggulangan gizi buruk yaitu selain sudah
mempunyai 4 (empat) TFC di Kabupaten Jombang upaya lainya adalah dengan
pendampingan balita gizi buruk di desa oleh kader dan bidan di desa setempat,
pada tahun 2013 ini upaya yang dilakukan adalah pembentukan kader motivator
ASI sebanyak 240 orang dan pembentukan 38 Kelompok Pedukung ASI (KP ASI)
dalam rangka pemenuhan kebutuhan gizi sejak bayi.
2. Pemberian Kapsul Vitamin A
Program pemberian Vitamin A adalah salah satu bentuk intervensi yang
murah dan efektif dalam meningkatkan kelangsungan hidup anak. Program
suplementasi Vitamin A yang rutin mencegah kebutaan pada anak dan mengurangi
risiko morbiditas dan kematian jutaan anak‐anak di seluruh dunia. Indonesia
adalah salah satu negara pertama yang mengembangkan program suplementasi
Vitamin A nasional bagi anak usia pra‐sekolah.
84
Gambar 4.30 Cakupan Bayi, Balita dan Ibu Nifas Mendapat Vitamin A
di Kabupaten Jombang Tahun 2009‐2013
Sumber : Seksi Gizi Dinkes Kab. Jombang
Cakupan pemberian kapsul vitamin A pada bayi dan balita terjadi naik turun
dengan cakupan terbaik adalah pada tahun 2011. Cakupan pemberian vitamin A
pada tahun 2012 mengalami penurunan bila dibanding tahun‐tahun sebelumnya.
Cakupan pemberian vitamin A 2 (dua) kali per tahun bagi balita tahun 2013
sebesar 92% sedangkan target SPM Kabupaten Jombang sebesar 93%.
Gambar 4.31
Cakupan Pemberian Vitamin A 2 Kali Setahun di Kabupaten Jombang Tahun 2009‐2013
Sumber : Seksi Gizi Dinkes Kab. Jombang
85
Cakupan pemberian vitamin A 2 (dua) kali pada balita pada lima tahun
terakhir selalu dapat mencapai target. Hanya tahun 2012 dan 2013 yang belum
dapat mencapai target. Penyebab tidak tercapainya cakupan pemberian vitamin A
dua kali pada balita adalah jumlah sasaran program yang lebih besar dari pada
jumlah sasaran riil di lapangan.
Upaya yang telah dilakukan dalam pemberian vitamin A 2 (dua) kali per
tahun pada balita adalah sosialisasi peningkatan pengetahuan tentang vitamin A
dan melakukan sweeping vitamin A.
3. Pemberian Tablet Tambah Darah (TTD)
Anemia gizi adalah rendahnya kadar haemoglobin (Hb) dalam darah yang
disebabkan karena kekurangan zat besi yang diperlukan untuk pembentukan Hb
sehingga disebut anemia kekurangan zat gizi besi. Untuk mengatasi masalah ini
harus dengan pemberian tablet tambah darah TTD biasa diistilahkan tablet Fe.
Cakupan pemberian Tablet Tambah Darah berkaitan erat dengan pelayanan
antenatal care (ANC). Analisis cakupan K4 dengan Fe3 seringkali terdapat
kesenjangan pelayanan. Hal ini disebabkan kurang kuatnya koordinasi lintas
program dalam berupaya pemberian tablet Fe pada ibu hamil. Pada tahun 2013,
cakupan ibu hamil yang mendapatkan tablet besi Fe1 yaitu ibu hamil trimester I
mendapat 30 tablet tambah darah adalah 21.255 (90,66%) bumil dan tablet Fe3
(ibu hamil hingga trimester III mendapat 90 tablet tambah darah) sebanyak 20.115
atau 85.79%. Cakupan pemberian tablet Fe 3 ini mengalami penurunan dibanding
tahun 2012 yang sebesar 86,85%. Pencapaian tersebut masih dibawah target SPM
Kabupaten Jombang yaitu 90%.
Pemberian tablet Fe selama kehamilan merupakan salah satu standar kualitas
pelayanan Antenatal Care (ANC). Sehingga ibu hamil yang tercatat sebagai
cakupan dalam pemeriksaan K4, seharusnya juga tercatat dalam laporan
pemberian Fe. Adanya keterpaduan pencatatan ini akan menghasilkan cakupan K4
dan cakupan pemberian Fe yang tidak berbeda jauh.
Upaya yang dilakukan dalam mencapai target pemberian 90 tablet Fe yaitu
meningkatkan kerjasama antara Dinas Kesehatan dengan rumah sakit dan bidan
praktik swasta (BPS) dalam pemberian Fe serta peningkatan promosi tentang
pentingnya Fe melalui Gabungan Organisasi Wanita (GOW) dan PKK. Selain itu
86
petugas kesehatan tetap harus memberikan motivasi tentang pentingnya
mengkonsumsi tablet besi dan memotivasi agar tablet besi tersebut benar‐benar
diminum oleh ibu hamil untuk mencegah terjadinya anemia ibu hamil yang
berdampak pada kematian ibu maternal.
Gambar 4.32
Cakupan Pemberian Fe 3 Ibu Hamil Menurut Puskesmas di Kabupaten Jombang Tahun 2013
Sumber : Seksi Gizi Dinkes Kab. Jombang
Pada tahun 2013 ini, terdapat 15 (lima belas) puskesmas memiliki cakupan
pemberian Fe 3 sesuai target bahkan melebihi target, sedangkan 17 lainnya masih
belum mencapai target.
Target SPM 90%
87
Gambar 4.33 Cakupan Pemberian Fe 3 Ibu Hamil
di Kabupaten Jombang Tahun 2009‐2013
Sumber : Seksi Gizi Dinkes Kab. Jombang
Dari gambar di atas nampak bahwa selama 5 (lima) tahun terakhir terjadi tren
naik pada pelayanan pemberian tablet tambah darah (Fe) bagi ibu hamil. Dan
puncaknya terjadi pada tahun 2012. Tetapi cakupan ini masih belum mencapai
target.
4. Pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0‐6 bulan
Bayi baru lahir hingga 6 bulan hanya dapat menerima makanan yang tepat,
baik dan benar. Makanan itu adalah air susu ibu (ASI) saja tanpa ditambah
makanan lainnya. Pemberian makanan pada bayi dengan cara ini biasa disebut
dengan ASI Eksklusif. Baru setelah usia 6 bulan itu bayi dapat menerima dan
mencerna makanan tambahan lain sebagai makanan pendamping ASI.
Berdasarkan laporan bulanan dari Puskesmas didapatkan data pemberian
ASI eksklusif tahun 2013 adalah 79,42%. Pada tahun 2012 tercapai 71,87% dan
tahun 2011 tercapai 79,4%.
88
Gambar 4.34 Cakupan ASI Eksklusif menurut Puskesmas
di Kabupaten Jombang Tahun 2013
Sumber : Seksi Gizi Dinkes Kab. Jombang
Cakupan ASI Eksklusif tertinggi di Puskesmas Mayangan 95,5%, kemudian
Puskesmas Blimbing Gudo 95,4% sedangkan cakupan terendah ada di Puskesmas
Kesamben Ngoro (72,0%) dan Puskesmas Sumobito 72,1%.
89
Gambar 4.35 Cakupan ASI Eksklusif
di Kabupaten Jombang Tahun 2009‐2013
Sumber : Seksi Gizi Dinkes Kab. Jombang
Capaian ASI Eksklusif selama lima dekade ini berfluktuatif, nilai tertinggi pada
tahun 2011 dan 2013 (79,4%) dan terendah tahun 2010 (53,5%).
Berbagai upaya telah dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Jombang
untuk meningkatkan cakupan ASI Eksklusif, antara lain :
a. Adanya Peraturan Bupati yang mengatur tentang Pemberian ASI bagi Ibu
Pekerja. Yaitu Perbup No 41 tahun 2011 tentang Peningkatan Pemberian ASI
bagi Ibu Pekerja dan Perbup No. 10 Tahun 2012 tentang peningkatan
Pemberian ASI Eksklusif.
b. Selain itu telah dilakukan Sosialisai ASI di perusahaan‐perusahaan yang
memperkerjakan wanita di Kabupaten Jombang.
c. Didirikannya Pondok ASI sebanyak 12 di Perusahaan, Rumah Sakit, Institusi
Pemerintahan Daerah dan Swasta.
d. Pelatihan konselor ASI pada petugas sebanyak 40 orang.
e. Dibentuknya motivator ASI sebanyak 240 kader motivator ASI.
f. Dibentuknya 38 Kelompok Pendukung ASI (KP‐ASI).
E. PELAYANAN KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN
Dalam rangka meningkatkan pelayanan kesehatan di sarana kesehatan
(Puskesmas dan jajarannya) maka pelayanan kefarmasian dan alat/perbekalan
90
kesehatan di layani oleh UPTD GFK (Gudang Farmasi Kabupaten). Adapun mekanisme
pendistribusian obat, dilakukan dengan periode distribusi 2 (dua) bulanan dengan
jumlah pemberian disesuaikan dengan periode distribusi ditambah dengan buffer
sebanyak 1 bulan untuk mengantisipasi kekurangan obat akibat perubahan tren
penyakit dan penambahan jumlah kunjungan resep. Sedangkan untuk kebutuhan
program imunisasi, pemenuhan kebutuhan vaksin di Puskesmas dipenuhi oleh seksi
Surveilans Epidemiologi dan Kesehatan Khusus Dinas Kesehatan Kabupaten Jombang.
F. PELAYANAN KESEHATAN DALAM SITUASI BENCANA
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh
faktor alam dan/atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga
mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta
benda, dan dampak psikologis. (UU Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan
Bencana). Sedangkan yang dimaksud KLB adalah timbulnya peningkatan kejadian
kesakitan atau kematian yang bermakna secara epidemiologis pada kurun waktu
tertentu.
Dalam mengatasi bencana maupun KLB Dinas Kesehatan Kabupaten Jombang
membentuk Tim Pelaksana Harian Penanggulangan Bencana Kesehatan Kabupaten
Jombang. Tim ini mempunyai tujuan untuk menangani bencana maupun KLB secara
cepat. Untuk menunjang kegiatan tersebut Dinas Kesehatan menyediakan layanan
sms melalui kontak person yang dibagikan dalam bentuk stiker yang ditempelkan di
Balai Desa, Kantor Kecamatan, Pustu, dan Polindes.
Dalam pelaksanaan kegiatan, Tim Pelaksana Harian Penanggulangan Bencana
Dinas Kesehatan Kabupaten Jombang berkoordinasi dengan BPBD (Badan
Penanggulangan Bencana Daerah) dan Puskesmas sebagai upaya dalam menangani
dan melayani kasus bencana maupun KLB/wabah di Kabupaten Jombang.
Berdasarkan laporan yang ada, pada tahun 2013 ini terdapat 50 desa yang
terserang KLB dari 306 desa/kelurahan yang ada. Sedangkan berdasarkan jenis
penyakit KLB, maka terdapat 5 (lima) jenis penyakit KLB yang menyerang
desa/kelurahan di tahun 2013. Jenis KLB dimaksud adalah Difteri, Keracunan Makanan
dan Minuman, AFP, DBD, dan Hepatitis A. Jenis penyakit dengan jumlah penderita
terbanyak adalah keracunan makanan dan minuman dengan 101 penderita, setelah
91
itu DBD dengan 69 penderita sedangkan penyakit dengan jumlah penderita paling
sedikit adalah AFP hanya 9 orang penderita. Tidak ada kasus kematian karena KLB,
kecuali DBD (5 orang meninggal) yang memiliki CFR 7,25%. Informasi KLB lebih lengkap
berada di lampiran profil tabel 50 dan 51.
G. PELAYANAN KESEHATAN BAGI MASYARAKAT MISKIN
Dalam upaya meningkatkan akses masyarakat miskin untuk memperoleh
pelayanan kesehatan, pemerintah telah memiliki program jaminan pemeliharaan
kesehatan bagi warga miskin yang dikenal dengan Jamkesmas. Program Jaminan
Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) diselenggarakan berdasarkan konsep asuransi
sosial. Program ini diselenggarakan secara nasional dengan tujuan mewujudkan
portabilitas pelayanan sehingga pelayanan rujukan yang disediakan Jamkesmas dapat
diakses oleh seluruh peserta dari berbagai wilayah dan agar terjadi subsidi silang
dalam rangka mewujudkan pelayanan kesehatan yang menyeluruh bagi masyarakat
miskin.
Program Jamkesda sebagai pelengkap Jamkesmas untuk mencakup masyarakat
miskin yang belum menjadi peserta Jamkesmas. Sumber pembiayaannya dari APBD
Kabupaten/Kota setempat. Jamkesmas maupun Jamkesda diselenggarakan dalam dua
kelompok berdasarkan tingkat pelayanannya, yaitu pelayanan kesehatan dasar di
Puskesmas dan jaringannya dan untuk pelayanan kesehatan rujukan di Rumah Sakit.
Warga miskin yang tidak tercakup dalam Jamkesmas dan Jamkesda, difasilitasi
oleh Pemerintah Daerah melalui Surat Pernyataan Miskin (SPM).
Jumlah penduduk Kabupaten Jombang sebesar 1.224. 467 jiwa. Dari jumlah ini
yang tergolong masyarakat miskin adalah sebanyak 658.888 jiwa (53,81%), yang mana
semuanya sudah dicakup dengan Jamkesmas/Jamkesda.
92
Gambar 4.36 Cakupan Pelayanan Kesehatan Masyarakat Miskin di Puskesmas
Kabupaten Jombang Tahun 2013
Sumber : Seksi Promkes dan Jamkes Dinkes Kab. Jombang
Cakupan pelayanan kesehatan masyarakat miskin di Puskesmas dan jaringannya
menggunakan Jamkesmas lebih banyak dari pada Jamkesda.
Gambar 4.37
Cakupan Pelayanan Kesehatan Masyarakat Miskin di Rumah Sakit Kabupaten Jombang Tahun 2013
Sumber : Seksi Promkes dan Jamkes Dinkes Kab. Jombang
Pelayanan kesehatan peserta Jamkesmas di fasilitas kesehatan tingkat lanjutan
(RS) lebih banyak daripada pelayanan dengan Jamkesda. Rumah Sakit di Kabupaten
Jombang yang memberikan pelayanan Jamkesmas adalah RSUD Jombang, RSK
93
Mojowarno, RS Bedah dan Kandungan UNIPDU Medika Peterongan dan RS Islam
Jombang. Sedangkan Rumah Sakit yang memberikan pelayanan Jamkesda RSUD
Kabupaten Jombang dan RSUD Ploso.
Dari gambar di atas terlihat bahwa cakupan pelayanan kesehatan Jamkesmas
dan Jamkesda di Puskesmas dan jaringannya untuk rawat jalan 64,33% dan rawat inap
1,5%. Sedangkan target Standar Pelayanan Minimal (SPM) pelayanan pada masyarakat
miskin adalah 100%. Hal ini menunjukkan bahwa perlunya pengkajian ulang tentang
Definisi Operasional (DO) SPM bidang kesehatan terutama dalam hal pelayanan pada
masyarakat miskin. Dalam DO pelayanan kesehatan dasar masyarakat miskin (maskin)
dinyatakan bahwa cakupan pelayanan kesehatan dasar pasien maskin adalah jumlah
kunjungan pasien maskin di sarana kesehatan strata pertama di satu wilayah kerja
tertentu pada kurun waktu tertentu. Dengan formula perhitungan : jumlah kunjungan
masyarakat miskin di sarana kesehatan strata 1 dibagi dengan jumlah seluruh
penduduk miskin di Kabupaten dikalikan 100%. Dengan demikian cakupan pelayanan
kesehatan dasar maskin tidak memungkinkan untuk mencapai target 100%, karena
tidak setiap masyarakat miskin sakit atau membutuhkan pelayanan kesehatan di
sarana kesehatan strata 1. Seharusnya yang menjadi denominator atau penyebut
dalam formula ini adalah jumlah seluruh kunjungan maskin di sarana kesehatan strata
1 dengan nominator atau pembilang adalah jumlah maskin yang mendapat pelayanan
kesehatan di sarana kesehatan strata 1 (Puskesmas).
H. KEADAAN PERILAKU MASYARAKAT
Keadaan perilaku masyarakat berpengaruh terhadap derajat kesehatan
masyarakat. Untuk menggambarkan keadaan perilaku masyarakat digunakan indikator
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) tatanan rumah tangga yang terdiri dari 10
indikator. Sebuah rumah tangga dikatakan telah sehat atau ber PHBS apabila sudah
melaksanakan seluruh indikator perilaku tersebut. Sepuluh indikator PHBS tatanan
rumah tangga dimaksud adalah 1) Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan; 2)
Memberi bayi ASI eksklusif; 3) Menimbang balita setiap bulan; 4) Menggunakan air
bersih; 5) Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun; 6) Menggunakan jamban
sehat; 7) Memberantas jentik di rumah seminggu sekali; 8) Makan buah dan sayur
setiap hari; 9) melakukan aktifitas fisik setiap hari; dan 10) Tidak merokok dalam
rumah. Indikator yang sulit dilakukan oleh anggota rumah tangga adalah makan sayur
94
dan buah setiap hari, memberi bayi ASI eksklusif, dan tidak merokok di dalam rumah.
Jumlah rumah tangga yang ada pada tahun 2013 ini adalah 330.049 rumah
tangga, sedangkan kegiatan survei Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada
tatanan Rumah Tangga Sehat dilakukan terhadap 83.786 rumah tangga. Keluarga ber‐
PHBS sebesar 43.081 ( 51,42%). (lihat lampiran profil tabel 61).
Gambar 4.38 Cakupan Rumah Tangga Sehat (PHBS) Kabupaten Jombang Tahun 2009‐2013
Sumber : Seksi Promkes dan Jamkes Dinkes Kab. Jombang
Cakupan rumah tangga ber‐PHBS belum bisa mencapai target. Hal ini
disebabkan oleh beratnya pelaksanaan atau pencapaian dari indikator‐indikator
PHBS oleh anggota keluarga di Kabupaten Jombang.
Upaya‐upaya yang dilakukan untuk mencapai keluarga yang ber PHBS antara
lain : meningkatkan kerja sama lintas program, lintas sektor, swasta, organisasi‐
organisasi kemasyarakatan dan tokoh masyarakat untuk berperan aktif dalam
membudayakan perilaku hidup bersih dan sehat di kehidupan masyarakat.
I. KEADAAN LINGKUNGAN
Dalam Sistem Kesehatan Nasional disebutkan bahwa derajat kesehatan
merupakan hasil interaksi dari empat faktor, yaitu faktor lingkungan, perilaku,
pelayanan kesehatan dan faktor keturunan. Dari keempat faktor tersebut, faktor
lingkungan merupakan faktor yang paling berpengaruh dibandingkan dengan ketiga
faktor lainnya.
95
Tujuan MDGs poin 7 adalah menjamin kelestarian lingkungan hidup,
sedangkan target pada poin 7C adalah menurunkan hingga setengahnya proporsi
rumah tangga tanpa akses berkelanjutan terhadap air minum layak dan sanitasi dasar
hingga tahun 2015. Indikator yang digunakan adalah proporsi rumah tangga dengan
akses berkelanjutan terhadap air minum layak dan sanitasi dasar, baik di perkotaan
maupun pedesaan.
Upaya meningkatkan kondisi kesehatan lingkungan dan sanitasi dasar di
Kabupaten Jombang telah berjalan dengan kegiatan STBM (Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat) yang terdiri dari 5 pilar, yaitu :
1) Peningkatan akses jamban;
2) Cuci tangan pakai sabun;
3) Pengolahan air minum dan makanan skala rumah tangga;
4) Pengolahan limbah cair skala rumah tangga;
5) Pengolahan sampah skala rumah tangga.
1. Rumah Sehat
Rumah sehat adalah bangunan rumah tinggal yang memenuhi parameter
rumah sehat. Sedangkan parameter rumah sehat ada 3 (tiga) yaitu :
1) Komponen rumah : langit‐langit, dinding, lantai, jendela kamar tidur, jendela
ruang keluarga dan ruang tamu, ventilasi, sarana pembuangan asap dapur dan
pencahayaan.
2) Sarana sanitasi : Sumber Air Bersih (SAB), jamban, Saluran Pembuangan Air
Limbah (SPAL), dan sarana pembuangan sampah.
3) Perilaku penghuni : membuka jendela kamar tidur, membuka jendela ruang
keluarga, membersihkan rumah dan halaman, membuang tinja bayi dan balita
di jamban serta membuang sampah di tempat sampah.
Gambar 4.39
96
Cakupan Rumah Sehat menurut Puskesmas di Kabupaten Jombang Tahun 2013
Sumber : Seksi Kesehatan Lingkungan Dinkes Kabupaten Jombang
Dari gambar di atas dapat diketahui bahwa cakupan rumah sehat terbanyak
adalah di wilayah kerja Puskesmas Blimbing Kesamben (96,19%), Puskesmas
Gambiran (96,06%) dan Puskesmas Jabon (81,18%). Kemudian cakupan rumah
sehat paling rendah adalah di wilayah kerja Puskesmas Plandaan (0,58%),
Peterongan (1,11%) dan Bareng (2,31%).
Pada tahun 2013 ini Jumlah rumah yang ada di Kabupaten Jombang sebanyak
317.419, dari jumlah rumah ini yang diperiksa sebanyak 82.210 (25,90%) rumah.
Hasil pemeriksaan rumah sehat diketahui bahwa rumah yang memenuhi
parameter rumah sehat dibanding jumlah rumah seluruhnya sejumlah 68.106
(21,46%). Berikut ini rekaman cakupan rumah sehat tahun 2009‐2013.
Gambar 4.40
97
Cakupan Rumah Sehat di Kabupaten Jombang Tahun 2009‐2013
Sumber : Seksi Kesehatan Lingkungan Dinkes Kabupaten Jombang
Upaya untuk meningkatkan cakupan rumah sehat antara lain melakukan
penyuluhan tentang rumah sehat pada saat kunjungan rumah dalam rangka
pemeriksaan rumah sehat.
2. Kepemilikan Jamban Sehat
Kepemilikan sarana sanitasi dasar yang dimiliki oleh keluarga meliputi
Persediaan Air Bersih (PAB), jamban, tempat sampah, dan Sarana Pengelolaan Air
Limbah (SPAL). Dari 365.292 KK yang ada, tidak semuanya bisa diperiksa karena
keterbatasan sumber daya yang ada.
Terkait masalah jamban, salah satu terobosan dalam program Kesehatan
Lingkungan adalah adanya program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM).
Ada 5 pilar untuk mewujudkan STBM salah satunya adalah tidak buang air besar
sembarangan atau lebih dikenal dengan istilah ODF (Open Defecation Free). Upaya
pemicuan pada kelompok atau kawasan pemukiman untuk memotivasi
masyarakat agar Buang Air Besar (BAB) di jamban sehat milik keluarga. Jika
keluarga tersebut masih belum mampu membangun jamban keluarga sendiri
maka dimotivasi untuk BAB menumpang di jamban keluarga terdekat (sharing).
Sebagai hasilnya banyak masyarakat yang membangun jamban sehat dengan
mengadakan arisan jamban.
Bagi komunitas yang telah berhasil mewujudkan kawasan ODF maka
98
Pemerintah Kabupaten Jombang, memberi apresiasi dengan beberapa bentuk
reward yaitu piagam dan piala, baik untuk tingkat komunitas maupun desa.
Dari hasil pendataan jamban di masyarakat oleh petugas sanitarian
Puskesmas diperoleh data bahwa jumlah keluarga yang ada 365.292, yang
diperiksa jambannya adalah 111.943 keluarga. Dari hasil pemeriksaan ini diperoleh
data bahwa keluarga yang memiliki jamban sebesar 251.178 keluarga, sedangkan
keluarga yang memiliki jamban sehat sebesar 96.083 keluarga atau 85,83%.
Capaian ini meningkat dibandingkan dengan tahun 2012, dimana jamban sehat
mencapai 77,11%. Hal ini merupakan sebagai hasil program STMB dengan model
Sanitasi Total Pemasaran SToP melalui pemicuan di tiap komunitas masyarakat.
3. Tempat Umum dan Pengelolaan Makanan (TUPM)
Tempat Umum dan Pengelola Makanan (TUPM) yang dibina kesehatan
lingkungannya meliputi Hotel, Restoran‐Makanan, Pasar, dan TUPM lainnya.
Jumlah TUPM yang ada di Kabupaten Jombang tahun 2013 adalah 1.351 buah.
Jumlah ini meningkat dibanding tahun 2012 dimana jumlahnya adalah 920 buah.
Kegiatan pemeriksaan pada TUPM tahun 2013 pada 1.176 TUPM, dari hasil
pemeriksaan diketahui bahwa TUPM yang sehat sebanyak 957 (81,38%), masih
belum mencapai target SPM 85%. Sedangkan tahun 2012, TUPM yang memenuhi
syarat atau yang sehat sebesar 79,09% Sedangkan target SPM tahun 2012 TUPM
sehat 85%.
Gambar 4.41 Cakupan Tempat Umum dan Pengelolaan Makanan Sehat
di Kabupaten Jombang Tahun 2010‐2013
Sumber : Seksi Kesehatan Lingkungan Dinkes Kabupaten Jombang
99
Cakupan TUPM sehat tahun 2013 belum dapat mencapai target, sebab TUPM
sehat tidak dapat dilakukan oleh Dinas Kesehatan saja tetapi perlu peran serta dari
masyarakat dan pemilik TUPM tersebut.
Upaya yang dilakukan untuk mencapai TUPM sehat sesuai target antara lain
pengawasan dan pembinaan ke TUPM, pengambilan sampel air untuk sarana
kolam renang, penyuluhan pada saat pemeriksaan TUPM.
4. Sarana Air Bersih
Sesuai dengan PP nomor 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem
Penyediaan Air Minum, istilah air bersih atau sarana air bersih
disebut/dikonotasikan sebagai Air Minum. Sehingga sarana air bersih seperti
PDAM, sistem jaringan perpipaan, sumur gali, sumur pompa, PMA dan sebagainya
disebut sebagai Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM), sebagaimana disebutkan
pada Bab II Pasal 5.
Berbagai upaya dilakukan agar akses masyarakat terhadap air bersih
meningkat, salah satunya melalui pendekatan partisipatori yang mendorong
masyarakat berperan aktif dalam pembangunan perpipaan air bersih.
Akses air bersih yang digunakan masyarakat di Kabupaten Jombang berasal
dari air ledeng, sumur pompa tangan, sumur gali, penampungan air hujan dan
lainnya. Dari laporan bulanan Puskesmas diketahui, sebagian besar masyarakat
Kabupaten Jombang tahun 2013 menggunakan air bersih yang berasal dari sumur
gali (34,5%).
Jumlah sarana air bersih yang dimiliki oleh keluarga pada tahun 2013 adalah
sebesar 194.518 keluarga (52,84%), jumlah ini sudah lebih baik dibanding tahun
2012 (64,87%).
100
Gambar 3.42 Proporsi Sumber Air Minum Di Kabupaten Jombang
Tahun 2013
Sumber : Seksi Kesehatan Lingkungan Dinkes Kabupaten Jombang
101
BAB V
SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN
Upaya pembangunan kesehatan dapat efektif dan efisien apabila ditunjang oleh
sumber daya kesehatan yang memenuhi. Sumber Daya Kesehatan meliputi :
A. SARANA KESEHATAN
Penyediaan sarana kesehatan melalui Rumah Sakit, Puskesmas, Puskesmas
Pembantu, Posyandu, Polindes, Rumah Bersalin, Balai Pengobatan, Klinik dan Sarana
Kesehatan lainnya diharapkan dapat mendekatkan pelayanan kesehatan kepada
masyarakat hingga wilayah pedesaan atau terpencil. Pendekatan sarana kesehatan
pada masyarakat ini dimaksudkan supaya masyarakat lebih mudah dan cepat untuk
mendapat pelayanan kesehatan, sehingga dapat menekan angka kesakitan dan
kematian. Adapun jumlah masing‐masing sarana kesehatan adalah sebagai berikut :
Tabel. 4 Sarana Kesehatan di Kabupaten Jombang Tahun 2013
No. Sarana Kesehatan Jumlah
1 Rumah Sakit 14
Terdiri dari :
a. Rumah Sakit Umum 11
b. Rumah Sakit Khusus 3
2 Puskesmas 34
Terdiri dari :
a. Puskesmas Perawatan 17
b. Puskesmas non Perawatan 17
3 Puskesmas Pembantu 73
4 Apotek 65
5 Sarana Kesehatan memiliki Laboratorium Kesehatan 47
6 Sarana Kesehatan memiliki 4 Spesialis Dasar 7
7 Posyandu 1.556
8 Poskesdes 164
Desa Siaga 306
Desa Siaga Aktif 292 Sumber : Seksi Yankes, Seksi Promkes dan Jamkes, Seksi Farmakmin Dinkes Kab. Jombang
102
Selain itu juga terdapat 42 tempat praktik pengobatan tradisional milik swasta,
toko obat 3 buah, industri rumah tangga makanan minuman sebanyak 1.171 buah,
industri farmasi 1 buah, Pedagang Besar Farmasi (PBF) 2 buah, industri kecil obat
tradisional 4 buah, dan industri kosmetika 2 buah.
1. Puskesmas
Puskesmas adalah ujung tombak pelayanan kesehatan di masyarakat hingga
di tingkat kecamatan. Jumlah Puskesmas tahun 2013 sebanyak 34 unit. Salah satu
indikator yang digunakan untuk mengetahui keterjangkauan penduduk terhadap
Puskesmas adalah rasio Puskesmas per 100.000 penduduk dimana target nasional
adalah 3. Dengan demikian, tiap Puskesmas diharapkan dapat melayani sasaran
penduduk rata‐rata 30.000 jiwa. Jika jumlah penduduk Kabupaten Jombang tahun
2013 adalah 1.224.467 jiwa dengan 34 Puskesmas, maka rasio jumlah penduduk
dan Puskesmas sebesar 2,78. Angka ini belum mencapai target nasional (3). Hal ini
artinya 1 Puskesmas di Kabupaten Jombang tahun 2013 rata‐rata melayani sekitar
36.014 jiwa.
Dari 34 Puskesmas yang ada sampai dengan akhir tahun 2013, 17
Puskesmas adalah Puskesmas mampu rawat inap, yaitu Puskesmas Mojoagung,
Puskesmas Blimbing Gudo, Puskesmas Bareng, Puskesmas Cukir, Puskesmas
Tembelang, Puskesmas Bandar Kedungmulyo, Puskesmas Tapen, Puskesmas
Sumobito, Puskesmas Wonosalam, Puskesmas Kesamben, Puskesmas Peterongan,
Puskesmas Pulorejo, dan Puskesmas Mayangan. Puskesmas Kabuh, Puskesmas
Keboan, Puskesmas Mojowarno dan Puskesmas Perak.
Ketujuhbelas Puskesmas ini tersebar di 17 Kecamatan dari 21 Kecamatan
yang ada di Kabupaten Jombang. Kebijakan Pemerintah Daerah Kabupaten
Jombang adalah terdapatnya 1 Puskesmas Perawatan di setiap kecamatan untuk
memudahkan pasien dalam mendapatkan pelayanan kesehatan rujukan rawat
inap dan menambah jumlah tempat tidur untuk pasien. Namun khusus untuk
kecamatan Jombang dan Kecamatan Ploso Tidak terdapat Puskesmas Rawat Inap
karena sudah terdapat RSUD.
Jumlah Pustu yang mendukung pelayanan Puskesmas induk adalah 73 buah,
dengan rasio Pustu dan Puskesmas adalah 1 : 2,2 artinya setiap 1 Puskesmas
103
didukung 2 atau 3 Pustu dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada
masyarakat.
Untuk meningkatkan mutu pelayanan Puskesmas dan pendekatan akses
pelayanan kesehatan pada masyarakat, pemerintah Kabupaten Jombang
melakukan terobosan yaitu Puskesmas dengan pelayanan perawatan yang sudah
berstandarisasi ISO 9001: 2008. Hingga tahun 2013, Puskesmas yang telah
berstandarisasi ISO 9001:2008 sebanyak 16 Puskesmas. Jumlah ini sudah
meningkat dibanding tahun 2012 dimana Puskesmas berstandarisasi ISO
9001:2008 sebanyak 9 (sembilan) Puskesmas. Sedangkan 16 Puskesmas dimaksud
adalah :
a. Puskesmas Mojoagung;
b. Puskesmas Bareng;
c. Puskesmas Cukir;
d. Puskesmas Bandar Kedungmulyo;
e. Puskesmas Tapen;
f. Puskesmas Peterongan;
g. Puskesmas Pulorejo;
h. Puskesmas Perak;
i. Puskesmas Tembelang;
j. Puskesmas Keboan;
k. Puskesmas Mojowarno;
l. Puskesmas Wonosalam;
m. Puskesmas Kabuh;
n. Puskesmas Sumobito;
o. Puskesmas Kesamben dan;
p. Puskesmas Mayangan
Disamping itu terdapat Puskesmas dengan Pelayanan Obstetrik dan Neonatal
Emergensi Dasar (PONED). Pelayanan obstetrik dan neonatal emergensi dasar
adalah sebuah upaya dalam rangka mempercepat penurunan Angka Kematian Ibu
(AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) sebagai salah satu target pencapaian MDGs
2015. Puskesmas PONED bertujuan mendekatkan pelayanan kegawatdaruratan
obstetri dan neonatal dasar. Sampai tahun 2013 sudah terdapat 11 unit Puskesmas
PONED yang seluruhnya merupakan Puskesmas Perawatan. Puskesmas PONED di
104
Kabupaten Jombang tahun 2013 adalah Puskesmas Bandar Kedungmulyo,
Puskesmas Bareng, Puskesmas Cukir, Puskesmas Mojoagung, Puskesmas
Peterongan, Puskesmas Sumobito, Puskesmas Tapen, Puskesmas Tembelang,
Puskesmas Blimbing Gudo, dan Puskesmas Kabuh, Puskesmas Mayangan.
2. Rumah Sakit
Rumah Sakit (RS) merupakan sarana pelayanan kesehatan masyarakat yang
lebih fokus dalam kegiatan kuratif dan rehabilitatif. Rumah Sakit juga berfungsi
sebagai sarana pelayanan kesehatan rujukan.
Indikator yang digunakan untuk menilai perkembangan sarana Rumah Sakit
(RS) antara lain dengan melihat perkembangan fasilitas perawatan yang biasanya
diukur dari jumlah RS dan tempat tidurnya serta rasio terhadap jumlah penduduk.
Jumlah seluruh Rumah Sakit di Kabupaten Jombang pada tahun 2013
adalah 14 RS. Berdasar jenis Rumah Sakit dapat dibedakan sebagai berikut : 11 RS
umum yaitu RSUD Jombang, RSUD Ploso, RS Kristen Mojowarno, RS Islam, RS dr.
Moedjito, RS Nur Wachid, RS Muhammadiyah, RS Airlangga, RS Al Aziz, dan RS
Pelengkap Medical Centre, RS NU Jombang, dan 3 buah RS Khusus yaitu RSIA
Muslimat (RS Khusus Ibu dan Anak) RS Unipdu Medika (RS Khusus Bedah dan
Kandungan) dan RS Bersalin PKU Muhammadiyah (Khusus Bersalin).
Jumlah tempat tidur dan rasio jumlah tempat tidur rumah sakit terhadap
jumlah penduduk menggambarkan kemampuan rumah sakit tersebut dalam
memberikan pelayanan kesehatan pada masyarakat, termasuk sebagai sarana
pelayanan kesehatan rujukan.
105
Gambar 5.1 Perkembangan Jumlah Tempat Tidur Rumah Sakit Umum dan Rumah Sakit Khusus di Kabupaten Jombang Tahun 2009‐2013
Sumber : Seksi Yankes Dinkes Kab. Jombang
Rasio jumlah tempat tidur terhadap 100.000 penduduk selama lima tahun
terakhir cenderung meningkat, seperti terlihat pada gambar di bawah ini.
Gambar 5.2 Jumlah Tempat Tidur Rumah Sakit dan Rasionya per 100.000 Penduduk di
Kabupaten Jombang Tahun 2009‐2013
Sumber : Seksi Yankes Dinkes Kab. Jombang
106
Jumlah dan rasio tempat tidur RS terhadap penduduk dapat digunakan
untuk menggambarkan kemampuan rumah sakit tersebut dalam memberikan
pelayanan kesehatan pada masyarakat, khususnya dalam hal daya tampung rawat
inap yang berkaitan dengan pelayanan kesehatan rujukan.
Rumah sakit juga berperan dalam memberikan pelayanan kesehatan
rujukan bagi masyarakat miskin, yaitu peserta Jamkesmas dan Jamkesda. Rumah
Sakit di Kabupaten Jombang yang telah direkomendasikan memberikan pelayanan
dan telah terjalin Perjanjian Kerja Sama dalam hal pelayanan kesehatan rujukan
untuk peserta Jamkesmas dan Jamkesda. Sarana kesehatan pemberi pelayanan
Jamkesmas adalah RSUD Jombang, RSUD Ploso, RSK Mojowarno, RS Bedah dan
Kandungan UNIPDU Medika Peterongan dan RS Islam Jombang. Sedangkan
pemberi pelayanan Jamkesda adalah RSUD Jombang dan RSUD Ploso.
3. Sarana Produksi dan Distribusi Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan
Gudang Farmasi Kabupaten merupakan unit pengelola perbekalan
kefarmasian dan alat kesehatan yang ada di tingkat Kabupaten, sebagai sarana
pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pengendalian,
administrasi dan pelaporan serta evaluasi yang diperlukan bagi kegiatan pelayanan
kefarmasian.
Salah satu kebijakan pelaksanaan dalam program Obat dan Perbekalan
Kesehatan adalah pengendalian obat dan perbekalan kesehatan diarahkan untuk
menjamin keamanan, khasiat dan mutu sediaan farmasi dan alat kesehatan. Hal ini
bertujuan untuk melindungi masyarakat dari penyalahgunaan sediaan farmasi dan
alat kesehatan. Yang termasuk sarana produksi di bidang kefarmasian dan alat
kesehatan antara lain Industri Farmasi, Industri Obat Tradisional (IOT), Industri
Kecil Obat Tradisional (IKOT), Produksi Alat Kesehatan, Perbekalan Kesehatan
Rumah Tangga (PKRT) dan Industri Kosmetika. (Lihat lampiran profil tabel 70).
107
Gambar 5.3 Jumlah Sarana Produksi Kefarmasian dan Alat Kesehatan
di Kabupaten Jombang Tahun 2011‐2013
Sumber : Seksi Farmakmin Dinkes Kab. Jombang
Sedangkan yang termasuk sarana distribusi kefarmasian dan alat kesehatan
antara lain Pedagang Besar Farmasi (PBF), Apotek, Toko Obat, Penyalur Alat
Kesehatan (PAK). (lihat lampiran profil tabel 70).
Gambar 5.4 Jumlah Sarana Distribusi Kefarmasian dan Alat Kesehatan
di Kabupaten Jombang Tahun 2011‐2013
Sumber : Seksi Farmakmin Dinkes Kab. Jombang
108
4. Sarana Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat
Dalam rangka meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan kepada
masyarakat berbagai upaya dilakukan dengan memanfaatkan potensi dan sumber
daya yang ada di masyarakat. Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat
(UKBM) diantaranya adalah Posyandu, Polindes, Poskesdes dan Desa Siaga.
a. Posyandu
Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumberdaya
Masyarakat (UKBM) yang paling dikenal masyarakat untuk mendekatkan
pelayanan kesehatan pada masyarakat melalui wadah keterpaduan lintas
sektor dan masyarakat. Posyandu menyelenggarakan minimal 5 program
prioritas kesehatan yaitu kesehatan ibu–anak, KB, perbaikan gizi, imunisasi dan
penanggulangan diare.
Di Kabupaten Jombang pada tahun 2013 terdapat 1.556 sebelumnya
yaitu tahun 2012 jumlah Posyandu se Kabupaten Jombang adalah 1.555
posyandu. Posyandu dikelompokkan menjadi 4 strata yaitu Pratama, Madya,
Purnama dan Mandiri. Adapun prosentase Posyandu berdasar strata atau
tingkat kemandirian posyandu adalah digambarkan sebagai berikut. (tabel 72
lampiran profil).
Gambar 5.5
Persentase Posyandu Menurut Strata di Kabupaten Jombang Tahun 2013
Sumber : Seksi Promkes dan Jamkes Dinkes Kab. Jombang
109
Jumlah Posyandu yang dikategorikan aktif (Strata Purnama Mandiri)
adalah 1.098 (70,57%) Posyandu. Sudah mencapai target SPM tahun 2013
yaitu Posyandu aktif sebesar 50%. Capaian ini sudah lebih baik dibandingkan
dengan tahun 2012 dimana Posyandu aktif mencapai 62,38%. Berikut ini
perkembangan tingkat kemandirian Posyandu selama 3 tahun terakhir.
Gambar 5.6 Perkembangan Strata Posyandu
di Kabupaten Jombang Tahun 2011‐2013
Sumber : Seksi Promkes dan Jamkes Dinkes Kab. Jombang Dari gambar di atas terlihat adanya pergeseran tren perkembangan strata
Posyandu, yaitu dari strata Pratama dan Madya meningkat ke arah Purnama
dan Mandiri. Peningkatan Posyandu Purnama dan Mandiri (PURI)
mengindikasikan peningkatan peran serta dan kemandirian masyarakat dalam
bidang kesehatan.
b. Poskesdes
Poskesdes merupakan upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat yang
dibentuk di desa dalam rangka mendekatkan penyediaan pelayanan kesehatan
dasar bagi masyarakat desa, dengan kata lain sebagai salah satu wujud upaya
untuk mempermudah akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan.
Kegiatan yang dilakukn di poskesdes yaitu 1) Pelayanan kesehatan untuk ibu
hamil; 2) Pelayanan kesehatan untuk ibu menyusui; 3) Pelayanan kesehatan
untuk bayi dan balita; 4)Penemuan dan penanganan penderita penyakit
110
termasuk surveilens epidemiologi dan kesiapsiagaan terhadap terhadap
bencana.
Adanya Poskesdes merupakan salah satu indikator atau kriteria suatu desa
disebut Desa Siaga Aktif.
Jumlah Poskedes di Kabupaten Jombang adalah 206, sedangkan desa yang
ada 302 dan terdapat 4 kelurahan. Kondisi Pos layanan kesehatan dasar di
tingkat desa/kelurahan belum seluruhnya memenuhi kriteria Poskesdes, hanya
201 unit yang memenuhi kriteria Poskesdes, selebihnya masih berupa
Polindes. Tenaga bidan dan kader Desa Siaga di seluruh desa dan kelurahan di
Kabupaten Jombang telah dilatih Desa Siaga, sehingga skill mengelola
Poskesdes telah dimiliki. Tentang Bangunan Poskesdes bervariasi ada yang
berdiri sendiri ada yang bergabung dengan bangunan lain (Balai Desa).
c. Desa Siaga
Desa siaga diartikan sebagai desa yang penduduknya memiliki kesiapan
sumber daya dan kemampuan untuk mencegah dan mengatasi masalah‐
masalah kesehatan, bencana dan kegawatdaruratan kesehatan secara mandiri.
Desa Siaga Aktif merupakan desa/kelurahan yang penduduknya dapat
mengakses pelayanan kesehatan dasar dan mengembangkan UKBM yang
dapat melaksanakan surveilans berbasis masyarakat (pemantauan penyakit,
kesehatan ibu dan anak, gizi, lingkungan dan perilaku), kedaruratan kesehatan
dan penanggulangan bencana, serta penyehatan lingkungan sehingga
masyarakatnya menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Desa
Siaga dikatakan aktif jika memenuhi 8 kriteria yaitu :
1) Keberadaan dan Keaktifan Forum Masyarakat Desa/Kelurahan;
2) Adanya Kader Pemberdayaan masyarakat (KPM)/Kader Kesehatan/kader
Teknis;
3) Kemudahan Akses Pelayanan Kesehata Dasar;
4) Adanya Posyandu dan UKBM lainnya aktif;
5) Dukungan dana untuk kegiatan kesehatan di desa/kelurahan;
6) Peran serta masyarakat dan organisasi kemasyarakatan;
7) Adanya Peraturan Kepala Desa/Lurah atau Peraturan Bupati; dan
8) Pembinaan PHBS di rumah tangga.
111
Pada tahun 2013 ini desa maupun kelurahan di Kabupaten Jombang yang
merupakan Desa Siaga Aktif sebesar (95,42%). (tabel 73 lampiran profil).
Dalam Desa Siaga terdapat Poskesdes (Pos Kesehatan Desa) atau UKBM
lain yang berfungsi sebagai pemberi pelayanan kesehatan dasar,
penanggulangan bencana dan kegawatdaruratan, surveilans berbasis
masyarakat yang meliputi pemantauan gizi, penyakit, lingkungan dan perilaku
sehingga PHBS diterapkan oleh masyarakat. Poskesdes dikelola oleh 1 orang
bidan dan minimal 2 orang kader yang telah mengikuti pelatihan.
Gambar 5.7 Perkembangan Desa Siaga
di Kabupaten Jombang Tahun 2009‐2013
Sumber : Seksi Promkes dan Jamkes Dinkes Kab. Jombang
Selama kurun waktu 2009 hingga 2012 terjadi peningkatan jumlah maupun
persentase desa siaga secara terus menerus, kecuali tahun 2013 ini terjadi
penurunan. Hal tersebut disebabkan pada tahun 2013 telah dilakukan evaluasi
terhadap pelaksanaan Desa/Kelurahan Siaga yang sudah ada dengan
menggunakan 8 (delapan) kriteria Desa/Kelurahan Siaga Aktif. Sehingga pada
grafik tersebut terlihat bahwa pada tahun 2013 seakan‐akan terjadi penurunan
jumlah maupun persentase Desa/Kelurahan Siaga,akan tetapi jumlah maupun
persentase yang ditampilkan merupakan jumlah maupun persentase
Desa/Kelurahan Siaga Aktif yang sudah memenuhi kriteria.
112
B. Sumber Daya Manusia
Sumberdaya manusia (SDM) merupakan salah satu faktor penggerak utama dalam
mencapai tujuan program pembangunan dan keberhasilan proses pembangunan
kesehatan salah satunya ditentukan oleh keberadaan SDM kesehatan yang
berkualitas.
Tabel 5
Jumlah dan Proporsi Tenaga Kesehatan Berdasarkan Kategori Di Kabupaten Jombang Tahun 2013
No. Kategori Jumlah Persentase
1. Medis 244 10%
2. Perawat 1024 43%
3. Bidan 714 30%
4. Farmasi 124 5%5. Kesmas 41 2%6. Sanitasi 33 1%7. Gizi 47 2%8. Keterapian Fisik 15 1%9. Teknisi Medis 143 6%
TOTAL 2.385 100%Sumber : Seksi Sarnakes Dinkes Kab. Jombang
Jumlah sumberdaya tenaga kesehatan di Kabupaten Jombang adalah 2.385 orang
yang tersebar di Puskesmas 1.132 orang (47,5%), di Rumah Sakit yaitu RSD Jombang
dan RS swasta yang melaporkan datanya ke dinas kesehatan 1.249 orang (52,4%), dan
4 (0,2%) orang di institusi kesehatan lain (PD Seger berupa Apotek milik Pemerintah
Daerah). Dengan demikian tenaga kesehatan lebih banyak bertugas di rumah sakit dari
pada di institusi kesehatan lainnya.
a. Tenaga Medis
Tenaga Medis meliputi dokter spesialis, dokter umum, dan dokter gigi. Jumlah
tenaga medis tahun 2013 di Kabupaten Jombang adalah 244 dengan rincian 42
orang dokter spesialis ( rasio 3,34 per 100.000 penduduk), 148 orang dokter umum
(rasio 12,09 per 100.000 penduduk) dan dokter gigi 54 orang (rasio 4,41 per
100.000 penduduk).
113
b. Perawat
Tenaga perawat meliputi perawat dan sarjana keperawatan. Jumlah tenaga
perawat di Kabupaten Jombang tahun 2013 adalah 1.024 orang perawat. Rasio
tenaga perawat secara keseluruhan adalah 83,63 per 100.000 penduduk.
c. Bidan
Jumlah tenaga kebidanan berdasarkan data yang ada pada tahun 2013 adalah 714
orang dengan rasio 58,31 per 100.000 penduduk. Sebagian besar berada di
puskesmas yaitu sebanyak 504 (70,6%) orang.
d. Tenaga Kefarmasian
Tenaga kefarmasian meliputi tenaga Apoteker dan Asisten Apoteker. Jumlah
tenaga Apoteker yang ada di Kabupaten Jombang adalah 23 orang. Sedangkan
jumlah Asisten Apoteker yang ada adalah 101 orang, tersebar di Puskesmas,
Rumah Sakit, dan sarana kesehatan lain. Sehingga jumlah seluruh tenaga farmasi
adalah 124 orang dengan rasio 10,13 per 100.000 penduduk.
e. Tenaga Kesehatan masyarakat
Yang dimaksud dengan tenaga kesehatan masyarakat adalah tenaga kesehatan
masyarakat dan tenaga sanitasi. Pada tahun 2013 di Kabupaten Jombang terdapat
41 orang tenaga kesehatan masyarakat (rasio 6,74 per 100.000 penduduk) dan 33
orang tenaga sanitasi (rasio 5,43 per 100.000 penduduk).
f. Tenaga Gizi
Jumlah tenaga gizi yang ada di Kabupaten Jombang pada tahun 2013 adalah 47
orang dengan rasio 3,84 per 100.000 penduduk. Sebagian besar tenaga gizi yang
ada berpendidikan Diploma III yakni 41 orang (87,23%).
g. Tenaga Keterapian Fisik
Tenaga keterapian fisik meliputi fisioterapi, terapi okupasi, terapi wicara dan
akupunturis. Jumlah tenaga keterapian fisik di Kabupaten Jombang tahun 2013
sebanyak 15 orang dengan rasio 2,47 per 100.000 penduduk.
h. Tenaga Keteknisian Medis
Jumlah tenaga teknisi medis yang ada di Kabupaten Jombang tahun 2013 adalah
143 orang terdiri dari Analis Laboratorium 110 orang, TEM (Teknisi Elektro
Medis) dan Pranata Rongent sebanyak 27 orang, dan Pranata Anastesi 6 orang.
114
Gambar 5.8 Perbandingan Rasio Tenaga Kesehatan dengan Target per 100.000 Penduduk
Di Kabupaten Jombang Tahun 2013
Sumber : Seksi Sarnakes Dinkes Kab. Jombang
Dari gambar di atas dapat diketahui bahwa rasio tenaga kesehatan per
100.000 penduduk yang paling tinggi adalah tenaga perawat (83,63 per 100.000
penduduk) dan terendah adalah tenaga Keterapian Fisik (2,47 per 100.000
penduduk), akan tetapi rasio tenaga kesehatan ini masih belum ada yang dapat
memenuhi target Kemenkes (sesuai Kepmenkes No. 81/Menkes/SK/I/2004).
adapun target tenaga Farmasi, Kesmas, Keterapian Fisik dan teknisi Medis tertulis
0 dalam garis target gambar di atas karena belum ada target dari Kemenkes.
C. PEMBIAYAAN KESEHATAN
Pembiayaan kesehatan bersumber dari pemerintah dan masyarakat.
Sedangkan anggaran pemerintah berasal dari APBN, PHLN (Pinjaman/Hibah Luar
Negeri), dan APBD. Total anggaran belanja kesehatan di Dinas Kesehatan, BLUD RSUD
Jombang dan RSUD Ploso pada tahun 2013 adalah sebesar Rp. 274.955.287.492,‐.
Dimana 95,95 % berasal dari APBD II Kabupaten Jombang, 0,02% dari APBD
Propinsi/PB dan 4,04% dari APBN. Data selengkapnya ada di lampiran profil tabel 79.
115
D. SARANA INFORMASI KESEHATAN
Dinas Kesehatan dalam upayanya menginformasikan hal‐hal yang berkaitan
dengan tugas dan kegiatannya telah berperan aktif dalam mengisi halaman pada
website www.jombangkab.go.id. Konsultasi kesehatan adalah salah satu menu yang
ditangani oleh Dinas Kesehatan. Informasi tentang puskesmas, yang meliputi data
dasar puskesmas, jenis pelayanan beserta tarif, dan foto bangunan puskesmas, dapat
diakses melalui situs milik Pemkab tersebut melalui sub menu Puskemas pada
halaman Dinas Kesehatan.
116
BAB VI PENUTUP
Secara garis besar kondisi kesehatan masyarakat Jombang telah mengalami
peningkatan. Indikator pertama adalah meningkatnya Angka Harapan Hidup (AHH)
dimana tahun 2012 sebesar 71,71 menjadi 71,92 pada tahun 2013; Angka Kematian Ibu
(AKI) berhasil ditekan dimana tahun 2012 sebesar 102,9 per 100.000 KH turun menjadi
89,7 per 100.000 KH pada tahun 2013. Angka Kejadian (Insiden) dan jumlah kasus DBD
juga berhasil ditekan, dimana Insiden semula 41,3 per 100.000 penduduk (2012) menjadi
38,7 per 100.000 penduduk di tahun 2013. Sedangkan jumlah kasus dari 503 kasus pada
tahun 2012 menjadi 474 kasus di tahun 2013. Status gizi masyarakat juga mengalami
peningkatan dimana semula terdapat 34 gizi buruk yang ditemukan dan mendapatkan
perawatan pada tahun 2012, saat ini tahun 2013 terdapat 23 kasus gizi buruk yang
ditemukan dan ditangani. Cakupan ASI Eksklusif juga meningkat dari tahun sebelumnya
dimana 71,9% pada tahun 2012 meningkat menjadi 79,4% pada tahun 2013.
Selain itu masih ada beberapa hal yang masih memerlukan perbaikan dan
membutuhkan perhatian lebih dalam pembangunan kesehatan. Hal‐hal dimaksud antara
lain : AKB yang masih juga tinggi atau meningkat dari tahun sebelumnya. AKB tahun 2012
sebesar 12,2 per 1.000 KH meningkat menjadi 14,0 per 1.000 KH pada tahun 2013,
suplementasi ibu hamil, dimana cakupan pemberian 90 tablet Fe bagi ibu hamil menurun
dibandingkan tahun sebelumnya yaitu 86,9 pada tahun 2012 menjadi 85,8 pada tahun
2013. Cakupan Desa/Kelurahan UCI juga mengalami penurunan dimana tahun 2012
tercapai 94,4% tahun 2013 menurun menjadi 89,9%.
Kami telah berupaya untuk mensuksekan setiap program dan kegiatan
pembangunan kesehatan di Kabupaten Jombang ini tetapi hasilnya belum seluruhnya
sempurna. Kami sadari sepenuhnya bahwa masih banyak hal yang harus diperbaiki dan
masih banyak potensi yang masih perlu dioptimalkan pemanfaatannya. Untuk itu kami
menerima segala saran dan masukan yang bersifat membangun, agar program
pembangunan kesehatan dapat berjalan dengan baik dan sesuai target nasional maupun
target MDGs.
Program dan kegiatan yang belum berhasil mencapai target menjadi dasar pijakan
kami untuk merencanakan program dan kegiatan pembangunan kesehatan pada tahun
mendatang. Sedangkan program dan kegiatan yang telah berhasil mencapai target harus
dipertahankan bahkan ditingkatkan dengan inovasi dan kreasi.
117
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada semua pihak yang telah berupaya
memberikan capaian kinerja dalam bentuk isi maupun data yang diperlukan dalam rangka
penyusunan Profil Kesehatan Tahun 2013 ini. Selain itu kami sampaikan terima kasih juga
pada instansi dan lembaga lain yang telah berkontribusi dalam tampilan data profil
kesehatan ini. Semoga Tuhan Yang Maha Esa berkenan memberi balasan yang lebih baik.
Jombang, 14 Mei 2014
KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN JOMBANG dr. HERI WIBOWO, M.Kes Pembina Tk. I NIP. 19650821 199103 1 012
TIM PENYUSUN
Pengarah
dr. Heri Wibowo, M.Kes Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Jombang
Pembimbing Dra. Tri Prihatin S, Apt
Sekretaris Dinas Kesehatan Kabupaten Jombang
Ketua I Komang Budhijayana
Kepala Sub Bagian Penyusunan Program dan Pelaporan
Editor Afifah Pitaduri, SKM
Zainal Aziqin
Narator Ida Nikmatul Ulfah, M.Kes; Nur Kamalia, SKM, MSi; I’ah Novi Maslahah, SKM,
Haryo Purwono, ST; Indah Fajaryati, SKM; Elvira Yuniarti, ST, M.Kes.; Ashari, SKM, MKes; Rahma Fitriana, SS;
F. Marchamah, S.Si.Apt
Kontributor Seksi Kesehatan Keluarga; Seksi Gizi; Seksi Pelayanan Kesehatan;
Seksi Pengendalian dan Pemberantasan Penyakit; Seksi Surveilans Edidemiologi dan Kesehatan Khusus;
Seksi Kesehatan Lingkungan; Seksi Promosi Kesehatan dan Jaminan Kesehatan; Seksi Sarana dan Tenaga Kesehatan; Seksi Farmasi Makanan dan Minuman; Gudang Farmasi Kabupaten
Jombang; Dinas Pendidikan Kabupaten Jombang; UPTD Puskesmas se Kabupaten Jombang; UPT PMI Kabupaten Jombang; Badan Pusat Statistik Kabupaten Jombang; PT Askes Cabang Kediri;
PT Jamsostek Cabang Jombang
MOTTO
PELAYANAN ADALAH BAKTI KAMI
DATA ADALAH BUKTI KAMI