Upload
hakhanh
View
236
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i
Sudaryatno Sudirham
Darpublic
Studi Mandiri
Fungsi dan Grafik
Diferensial dan Integral
ii
Hak cipta pada penulis, 2010
SUDIRHAM, SUDARYATNO
Fungsi dan Grafik, Diferensial dan Integral
Oleh: Sudaryatmo Sudirham
Darpublic, Bandung
fdg-1110
edisi Juli 2011
http://www.ee-cafe.org
Alamat pos: Kanayakan D-30, Bandung, 40135.
Fax: (62) (22) 2534117
1
Bab 1 Pengertian Tentang Fungsi dan Grafik
1.1. Fungsi
Apabila suatu besaran y memiliki nilai yang tergantung dari nilai besaran
lain x, maka dikatakan bahwa besaran y tersebut merupakan fungsi
besaran x. Contoh: panjang batang logam merupakan fungsi temperatur.
Secara umum suatu fungsi dituliskan sebagai sebuah persamaan
)(xfy = (1.1)
Perhatikan bahwa penulisan )(xfy ==== bukanlah berarti y sama dengan f
kali x, melainkan untuk menyatakan bahwa y merupakan fungsi dari x
yang tidak lain adalah sebuah aturan atau sebuah ketentuan berapakah y
akan memiliki nilai jika kepada x kita berikan suatu nilai.
y dan x adalah peubah (variable) yang dibedakan menjadi peubah-tak-
bebas (y) dan peubah-bebas (x). Peubah-bebas x adalah simbol dari suatu
besaran yang bisa memiliki nilai sembarang dari suatu set bilangan.
Sementara peubah-tak-bebas y memiliki nilai yang tergantung dari nilai
yang dimiliki x.
Dilihat dari nilai yang dimiliki oleh ruas kiri dan ruas kanan, (1.1) adalah
sebuah persamaan. Namun kedua ruas itu memiliki peran yang berbeda.
Kita ambil contoh dalam relasi fisis
)1(0 TLLT λ+=
dengan LT adalah panjang sebatang logam pada temperatur T, L0 adalah
panjang pada temperatur nol, T temperatur dan λ adalah koefisien muai
panjang. Panjang batang tergantung dari temperatur; makin tinggi
temperatur makin panjang batang logam. Namun sebaliknya, makin
panjang batang logam tidak selalu berarti temperaturnya makin tinggi.
Jika logam tersebut mengalami beban tarikan misalnya, ia akan
bertambah panjang namun tidak bertambah temperaturnya.
Walaupun nilai x di ruas kanan (1.1) bisa berubah secara bebas,
sementara ruas kiri tergantung dari ruas kanan, namun nilai x tetap harus
ditenttukan sebatas mana ia boleh bervariasi.
2 Sudaryatno Sudirham, Fungsi dan Grafik, Diferensial dan Integral
1.2. Domain
Domain ialah rentang nilai (interval nilai) di mana peubah-bebas x
bervariasi. Dalam kebanyakan aplikasi, rentang nilai ini bisa berbentuk
sebagai berikut:
a). rentang nilai berupa bilangan-nyata yang terletak antara dua nilai a
dan b. Kita tuliskan rentang nilai ini sebagai
a < x < b
Ini berarti bahwa x bisa memiliki nilai lebih besar dari a namun
lebih kecil dari b. Rentang ini disebut rentang terbuka, yang dapat
kita gambarkan sebagi berikut:
a b
a dan b tidak termasuk dalam rentang tersebut.
b). rentang nilai
a ≤ x < b
yang kita gambarkan sebagai
a b
Di sini a masuk dalam rentang nilai, tetapi b tidak. Ini merupakan
rentang setengah terbuka.
c). rentang nilai
a ≤ x ≤ b
Dalam rentang ini baik a maupun b masuk dalam rentang nilai. Ini
adalah rentang tertutup, dan kita gambarkan
a b
1.3. Kurva, Kekontinyuan, Simetri
Kurva. Fungsi )(xfy ==== dapat divisualisasikan secara grafis. Dalam
visualisasi ini kita memerlukan koordinat. Suatu garis horisontal
memanjang dari −∞ ke arah kiri sampai +∞ ke arah kanan, ditetapkan
sebagai sumbu-x atau absis. Pada garis ini ditetapkan pula titik referensi
0 serta panjang satuan skala, sedemikian rupa sehingga kita dapat
3
menggambarkan nilai-nilai x pada garis ini (lihat Gb.1.1); peubah x
memiliki nilai yang berupa bilangan-nyata.
Gb.1.1. Sistem koordinat x-y atau koordinat sudut-siku.
Catatan: Suatu bilangan-nyata dapat dinyatakan dengan desimal
terbatas maupun desimal tak terbatas. Contoh: 1, 2, 3, ......adalah
bilangan-nyata bulat; 1,586 adalah bilangan-nyata dengan desimal
terbatas; π adalah bilangan-nyata dengan desimal tak terbatas, yang
jika dibatasi sampai sembilan angka di belakang koma nilainya
adalah 3,141592654.
Selain sumbu-x ditetapkan pula sumbu-y yang tegak lurus pada sumbu-x,
memanjang ke −∞ arah ke bawah dan +∞ arah ke atas, yang melewati
titik referensi 0 di sumbu-x dan disebut ordinat. Titik perpotongan
sumbu-y dengan sumbu-x merupakan titik referensi yang disebut titik-
asal dan kita tulis berkoordinat [0,0]. Pada sumbu-y ditetapkan juga
satuan skala seperti halnya pada sumbu-x, yang memungkinkan kita
untuk menggambarkan posisi bilangan-nyata di sumbu-y. Besaran fisik
yang dinyatakan dengan peubah-tak-bebas dalam skala sumbu-y tidak
harus sama dengan besaran fisik dan skala sumbu-x; misalnya sumbu-x
menunjukkan waktu dengan satuan detik/skala, sedangkan sumbu-y
menunjukkan jarak dengan satuan meter/skala.
Bidang datar di mana kita menggambarkan sumbu-x dan sumbu-y,
selanjutnya kita sebut bidang x-y, akan terbagi dalam 4 kuadran, yaitu
kuadran I, II, III dan IV seperti terlihat pada Gb.1.1.
-4
-3
-2
-1
0
1
2
3
-4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4
P[2,1]
Q[-2,2]
R[-3,-3]
S[3,-2]
y
x
IV
I II
III
4 Sudaryatno Sudirham, Fungsi dan Grafik, Diferensial dan Integral
Setiap titik K pada bidang datar ini dapat kita nyatakan posisinya sebagai
K[xk,yk], dengan xk dan yk berturut-turut menunjukkan jumlah skala di
sumbu-x dan di sumbu-y dari titik K yang sedang kita tinjau. Pada
Gb.1.1. misalnya, posisi empat titik yang digambarkan di kuadran I, II,
III, IV, masing-masing kita tuliskan sebagai P[2,1], Q[-2,2], R[-3,-3] dan
S[3,-2].
Dengan demikian setiap pasangan bilangan-nyata akan berkaitan dengan
satu titik di bidang x-y. Dengan cara inilah pasangan nilai yang dimiliki
oleh ruas kiri dan ruas kanan suatu fungsi y = f(x) dapat divisualisasikan
pada bidang x-y. Visualisasi itu akan berbentuk kurva fungsi y di bidang
x-y, dan kurva ini memiliki persamaan y = f(x), sesuai dengan
pernyataan fungsi yang divisualisasikannya.
Contoh: sebuah fungsi
xy 5,0= (1.2)
Setiap nilai x akan menentukan satu nilai y. Jika kita muatkan dalam
suatu tabel, nilai x dan y akan terlihat seperti pada Tabel-1.1.
Tabel-1.1.
x -1 0 1 2 3 4 dst.
y -0,5 0 0,5 1 1,5 2 dst.
Fungsi xy 5,0= yang memiliki pasangan nilai x dan y seperti
tercantum dalam Tabel-1.1. di atas akan memberikan kurva seperti
terlihat pada Gb.1.2. Kurva ini berbentuk garis lurus melalui titik-
asal [0,0] dan memiliki kemiringan tertentu (yang akan kita pelajari
lebih lanjut), dan persamaan garis ini adalah xy 5,0= .
Gb.1.2. Kurva dari fungsi xy 5,0====
∆x
∆y
-0,5
0
0,5
1
1,5
2
2,5
-1
0 1 2 3 4 x
y R
P
Q
5
Dengan contoh ini, relasi (1.2) yang merupakan relasi fungsional,
setelah berbentuk kurva berubah menjadi sebuah persamaan yaitu
persamaan dari kurva yang diperoleh. Ruas kiri dan kanan
persamaan ini menjadi berimbang karena melalui kurva tersebut kita
bisa mendapatkan dengan mudah nilai y jika diketahui nilai x, dan
sebaliknya kita juga dapat memperoleh nilai x jika diketahui nilai y.
Dengan contoh di atas kita mengerti bahwa fungsi xy 5,0= membentuk
kurva dengan persamaan xy 5,0= di bidang x-y. Dalam contoh ini titik-
titik P, Q, dan R terletak pada garis tersebut dengan koordinat P[-1,-0,5],
Q[2,1], R[3,1.5]. Pengertian tentang fungsi dan persamaan kurva ini
perlu kita fahami benar karena kedua istilah ini akan muncul secara
paralel dalam pembahasan bentuk-bentuk geometris.
Kekontinyuan. Suatu fungsi yang kontinyu dalam suatu rentang nilai x
tertentu, akan membentuk kurva yang tidak terputus dalam rentang
tersebut. Syarat untuk terjadinya fungsi yang kontinyu dinyatakan
sebagai berikut:
Suatu fungsi y = f(x) yang terdefinisi di sekitar x = c dikatakan
kontinyu di x = c jika dipenuhi dua syarat:
(1) fungsi tersebut memiliki nilai yang terdefinisi sebesar f(c) di x =
c;
(2) nilai f(x) akan menuju f(c) jika x menuju c; pernyataan ini kita
tuliskan sebagai )()(lim cfxfcx
=→
yang kita baca limit f(x)
untuk x menuju c sama dengan f(c).
Contoh: Kita lihat misalnya fungsi y = 1/x. Pada x = 0 fungsi ini
tidak terdefinisi karena 1/0 tidak dapat kita tentukan berapa nilainya;
)(lim xfcx→
tidak terdefinisi jika x menuju nol. Kedua persyaratan
kekontinyuan tidak dipenuhi; ia merupakan fungsi tak-kontinyu di x
= 0. Hal ini berbeda dengan fungsi yang terdefinisikan di x = 0
(lihat selanjutnya ulasan di Bab-3) sebagai
0untuk 0
0untuk 1 ),(
<=
≥==
xy
xyxuy
6 Sudaryatno Sudirham, Fungsi dan Grafik, Diferensial dan Integral
yang bernilai 0 untuk x < 0 dan bernilai 1 untuk x ≥ 0. Perhatikan
Gb.1.3.
Tak terdefinikan di x = 0.
Terdefinisikan di x = 0
Gb.1.3. Fungsi xy /1= dan y =u(x)
Simetri. Kurva suatu fungsi mungkin simetris terhadap garis atau titik
tertentu
a) jika fungsi tidak berubah apabila x kita ganti dengan −x maka
kurva fungsi tersebut simetris terhadap sumbu-y;
b) jika fungsi tidak berubah apabila x dan y dipertukarkan, kurva
fungsi tersebut simetris terhadap garis-bagi kuadran I dan III.
c) jika fungsi tidak berubah apabila y diganti dengan −y, kurva
fungsi tersebut simetris terhadap sumbu-x.
d) jika fungsi tidak berubah jika x dan y diganti dengan −x dan −y,
kurva fungsi tersebut simetris terhadap titik-asal [0,0].
Contoh: Perhatikan contoh pada Gb.1.4. berikut ini.
Kurva y = 0,3x2 simetris terhadap sumbu-y. Jika kita ganti nilai x =
2 dengan x = - 2, nilai tidak berubah karena x berpangkat genap.
Kurva y = 0,05x3 simetris terhadap titik-asal [0,0]. Di sini x
y = 1/x
y = 1/x
y
x
-1
0
1
-10 -5 0 5 10
y
x
y = u(x) 1
0 0
7
berpangkat ganjil sehingga fungsi tidak akan berubah jika x diganti
– x dan y diganti – y.
Kurva 922 =+ yx simetris terhadap sumbu-x, simetris terhadap
sumbu-y, simetris terhadap garis-bagi kuadran I dan III, dan juga
simetris terhadap garis-bagi kuadran II dan IV.
Gb.1.4. Contoh-contoh kurva fungsi yang memiliki simetri.
1.4. Bentuk Implisit
Suatu fungsi kebanyakan dinyatakan dalam bentuk eksplisit dimana
peubah-tak-bebas y secara eksplisit dinyatakan dalam x, seperti
)(xfy = . Namun sering kali kita jumpai pula bentuk implisit di mana
nilai y tidak diberikan secara eksplisit dalam x. Berikut ini adalah
beberapa contoh bentuk implisisit.
8
1
1
22
2
22
=++
=
=
=+
yxyx
xy
xy
yx
(1.3)
-6
-3
0
3
6
-6 -3 0 3 6
y = 0,3x2
y = 0,05x3
y2 + x
2 = 9
x
y
tidak berubah jika x dan y
diganti dengan −x dan −y
tidak berubah bila x diganti −x
tidak berubah jika
x diganti −x
x dan y diganti dengan −x dan −y
x dan y dipertukarkan
y diganti dengan −y
8 Sudaryatno Sudirham, Fungsi dan Grafik, Diferensial dan Integral
Walaupun tidak dinyatakan secara eksplisit, setiap nilai peubah-bebas x
akan memberikan satu atau lebih nilai peubah-tak-bebas y. Contoh
pertama sampai ke-tiga pada (1.3) dengan mudah kita ubah dalam bentuk
eksplisit sehingga untuk menggambarkan fungsi tersebut kedalam sistem
koordinat x-y dengan menggunakan tabel tidaklah terlalu sulit. Contoh
yang ke-empat agak sulit, namun persamaan tersebut dapat dijadikan
bentuk persamaan kuadrat
822 =++ yxyx ⇒ 0)8( 22 =−++ xxyy
yang akar-akarnya adalah
2
)8(4,
22
21
−−±−=
xxxyy
Nilai y1 dan y2 dapat dihitung untuk setiap x yang masih memberikan
nilai nyata untuk y. Perhatikan bahwa akar-akar persamaan ini dapat kita
tuliskan sebagai
2
)8(4
2
22 −−±
−=
xxxy (1.4)
yang merupakan bentuk pernyataan eksplisit )(xfy = . Kurva fungsi
ini terlihat pada Gb.1.5.
Gb.1.5. Kurva 2
)8(4
2
22 −−±
−=
xxxy
-8
-4
0
4
8
-4 -2 0 2 4 x
y
9
1.5. Fungsi Bernilai Tunggal dan Fungsi Bernilai Banyak
Fungsi Bernilai Tunggal. Fungsi yang hanya memiliki satu nilai
peubah-tak-bebas untuk setiap nilai peubah-bebas, disebut fungsi
bernilai tunggal. Berikut ini contoh fungsi bernilai tunggal.
1). 25,0 xy = .
Pada fungsi ini setiap nilai x hanya memberikan satu nilai y. Kurva
dari fungsi ini diperlihatkan pada Gb.1.6. Kita tahu bahwa kurva
fungsi ini simetris terhadap sumbu-y namun dalam gambar ini
terutama diperlihatkan rentang x ≥ 0.
Gb.1.6. Kurva 25,0 xy =
2). xy += .
Pada fungsi ini, y hanya mengambil nilai positif. Oleh karena itu ia
bernilai tunggal dengan kurva seperti terlihat pada Gb 1.7.
Gb.1.7. Kurva xy +=
0
0,4
0,8
1,2
1,6
0 0,5 1 1,5 2x
y
0
2
4
6
8
-1 0 1 2 3 4x
y
10 Sudaryatno Sudirham, Fungsi dan Grafik, Diferensial dan Integral
3). xy −= .
Peubah tak-bebas y hanya mengambil nilai negatif. Oleh karena itu
ia bernilai tunggal dengan kurva seperti terlihat pada Gb.1.8.
Sesungguhnya kurva fungsi ini adalah pasangan dari kurva
xy += . Hal ini terlihat pada Gb.1.11 di mana y mengambil nilai
baik positif maupun negatif.
Gb.1.8. Kurva xy −=
4). xy 10log= .
Sebelum melihat kurva fungsi ini ada baiknya kita mengingat
kembali tentang logaritma.
log10 adalah logaritma dengan basis 10; log10a berarti
berapakah 10 harus dipangkatkan agar diperoleh a. Jadi
xy 10log= berarti xy =10
01log101 ==y ;
31000log102 ==y ;
30103,02log103 ==y ; ...dst.
Kurva fungsi xy 10log= terlihat pada Gb.1.9.
Gb.1.9. Kurva xy 10log=
-1,6
-1,2
-0,8
-0,4
00 0, 1 1,5 2x
y
-0,8
-0,4
0
0,4
0,8
0 1 2 3 4x
y
11
5). 2xxy == .
Fungsi ini berlaku untuk nilai x negatif maupun positif.
Perhatikanlah bahwa 2
x tidak hanya sama dengan x, melainkan
± x. Kurva fungsi ini terlihat pada Gb.1.10.
Gb.1.10. Kurva y = |x| = √x
2
Fungsi Bernilai Banyak. Jika untuk satu nilai peubah-bebas terdapat
lebih dari satu nilai peubah-tak-bebas, fungsi tersebut disebut bernilai
banyak. Berikut ini adalah contoh fungsi bernilai banyak.
1). Fungsi xy ±= .
Perhatikan bahwa ada dua nilai y untuk setiap nilai x. Sesungguhnya
x bernilai ± x dan bukan hanya x saja. Kurva fungsi ini terlihat
pada Gb.1.11. Jika y hanya mengambil nilai positif atau negatif
saja, fungsi akan menjadi bernilai tunggal, sebagaimana disebutkan
pada contoh 2 dan 3 pada fungsi bernilai tunggal .
Gb.1.11. Kurva xy ±=
-2
-1,5
-1
-0,5
0
0,5
1
1,5
2
0 0,5 1 1,5 2 2,5 3x
y
0
1
2
3
4
-4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4x
y
12 Sudaryatno Sudirham, Fungsi dan Grafik, Diferensial dan Integral
2). Fungsi x
y12 = .
Fungsi ini bernilai banyak; ada dua nilai y untuk setiap nilai x.
Kurva fungsi ini diperlihatkan pada Gb.1.12.
Gb.1.12. Kurva xy /12 = ⇒ xy /1±=
1.6. Fungsi Dengan Banyak Peubah Bebas
Fungsi dengan banyak peubah bebas tidak hanya tergantung dari satu
peubah bebas saja, x, tetapi juga tergantung dari peubah bebas yang lain.
Misalkan suatu fungsi dengan dua peubah bebas x dan t dinyatakan
sebagai
),( txfy = (1.5)
Sesungguhnya dalam peristiwa fisis banyak fungsi yang merupakan
fungsi dengan peubah-bebas banyak, misalnya persamaan gelombang
berjalan. Simpangan gelombang berjalan merupakan fungsi dari posisi
(x) dan waktu (t).
Secara umum kita menuliskan fungsi dengan peubah-bebas banyak
sebagai
),,,,( vuzyxfw = (1.6)
untuk menyatakan secara eksplisit fungsi w dengan peubah bebas x, y,
z,u,dan v.
Fungsi dengan peubah bebas banyak juga mungkin bernilai banyak,
misalnya
-10
-5
0
5
10
0 1 2 3x
y
13
2222 zyx ++=ρ (1.7)
Fungsi ini akan bernilai tunggal jika kita hanya meninjau nilai positif
dari ρ dan kita nyatakan fungsi yang bernilai tunggal ini sebagai
222 zyx +++=ρ (1.8)
1.7. Sistem Koordinat Polar
Selain sistem koordinat sudut-siku di mana posisi titik dinyatakan dalam
skala sumbu-x dan sumbu-y, kita mengenal pula sistem koordinat polar.
Dalam sistem koordinat polar ini posisi titik dinyatakan oleh jarak titik
ke titik asal [0,0] yang diberi simbol r, dan sudut yang terbentuk antara r
dengan sumbu-x yang diberi simbol θ. Kalau dalam koordinat sudut-siku
posisi titik dinyatakan sebagai P(x,y) maka dalam koordinat polar
dinyatakan sebagai P(r,θ).
Hubungan antara koordinat susut siku dan koordinat polar adalah
θ= sinry ;
θ= cosrx ;
22 yxr +=
)/(tan 1 xy−=θ
Hubungan ini terlihat pada Gb.1.13.
Gb.1.13. Hubungan koordinat sudut-siku dan koordinat polar.
x
P
θ
r
y
rsinθ
rcosθ
14 Sudaryatno Sudirham, Fungsi dan Grafik, Diferensial dan Integral
1.8. Fungsi Parametrik
Dalam koordinat sudut-siku fungsi )(xfy = mungkin juga dituliskan
sebagai
)(tyy = )(txx = (1.10)
jika y dan x masing-masing tergantung dari peubah lain t. Fungsi yang
demikian disebut fungsi parametrik dengan t sebagai parameter.
1.9. Pembatasan Bahasan dan Sajian Bahasan
Dalam buku ini kita hanya akan membahas fungsi-fungsi dengan peubah
bebas tunggal sedangkan fungsi dengan banyak peubah bebas dibahas di
buku lain. Kita juga membatasi diri hanya pada bilangan nyata. Bilangan
kompleks belum akan kita bahas sehingga fungsi-fungsi kompleks tidak
dicakup oleh buku ini.
Bahasan dari Bab-2 mengenai fungsi linier sampai dengan Bab-16
mengenai persamaan diferensial dilakukan dalam pengertian koordinat
sudut-siku. Koordinat polar dibahas pada Bab-17.
15
Bab 2
Fungsi Linier
2.1. Fungsi Tetapan
Fungsi tetapan bernilai tetap untuk rentang nilai x dari −∞ sampai +∞.
Kita tuliskan
ky = [2.1]
dengan k bilangan-nyata. Kurva fungsi ini terlihat pada Gb.2.1. berupa
garis lurus mendatar sejajar sumbu-x, dalam rentang nilai x dari −∞
sampai +∞.
-4
0
5
-5 0 5 x
y
y = 4
y = −3,5
Gb.2.1. Fungsi tetapan (konstan):
4=y dan 5,3−=y .
2.2. Fungsi Linier - Persamaan Garis Lurus
Persamaan (2.1) adalah satu contoh persamaan garis lurus yang
merupakan garis mendatar sejajar sumbu-x, dengan kurva seperti
terlihat pada Gb.2.1. Kurva yang juga merupakan garis lurus tetapi tidak
sejajar sumbu-x adalah kurva yang memiliki kemiringan tertentu.
Kemiringan garis ini adalah perbandingan antara perubahan y terhadap
perubahan x, atau kita tuliskan
∆
∆==
" delta"
" delta" :dibaca , kemiringan
x
y
x
ym (2.2)
16 Sudaryatno Sudirham, Fungsi dan Grafik, Diferensial dan Integral
Dalam hal garis lurus, rasio x
y
∆
∆ memberikan hasil yang sama di titik
manapun kita menghitungnya. Artinya suatu garis lurus hanya
mempunyai satu nilai kemiringan, yaitu yang diberikan oleh m pada
fungsi mxy = . Gb.2.2. berikut ini memperlihatkan empat contoh kurva
garis lurus yang semuanya melewati titik-asal [0,0] akan tetapi dengan
kemiringan yang berbeda-beda. Garis xy = lebih miring dari
xy 5,0= , garis xy 2= lebih miring dari xy = dan jauh lebih miring
dari xy 5,0= , dan ketiganya miring ke atas. Makin besar nilai m, garis
akan semakin miring. Garis yang ke-empat memiliki m negatif −1,5 dan
ia miring ke bawah (menurun).
Gb.2.2. Empat contoh kurva garis lurus mxy = .
Secara umum, persamaan garis lurus yang melalui titik-asal [0,0] adalah
mxy = (2.3)
dengan m menunjukkan kemiringan garis; makin besar nilai m garis akan
semakin miring. Jika m bernilai positif, garis miring ke atas (naik). Jika
m bernilai negatif, garis akan miring ke bawah (menurun).
2.3. Pergeseran Kurva dan Persamaan Garis
Bagaimanakah persamaan garis lurus jika ia tidak melalui titik-asal [0,0]
melainkan memotong sumbu-y misalnya di titik [0,2]? Misalkan garis ini
memiliki kemiringan 2. Setiap nilai y pada garis ini untuk suatu nilai x,
sama dengan nilai y pada garis yang melalui [0,0], yaitu y = 2x, ditambah
2. Oleh karena itu kita dapat menuliskan persamaa garis ini sebagai
22 += xy . Perhatikan Gb.2.3.
-6
-4
-2
0
2
4
6
8
-1 0 1 2 3 4x
y
y = 0,5x y = x
y = 2x
y = -1,5 x
17
Gb.2.3. Garis lurus melalui titik [0,2], kemiringan 2.
Secara umum, persamaan garis dengan kemiringan m dan memotong
sumbu-y di [0,b] adalah
mxby =− )( (2.4)
b bisa positif ataupun negatif. Jika b positif, maka garis tergeser ke arah
sumbu-y positif (ke atas) yang berarti garis memotong sumbu-y di atas
titik [0,0]. Jika b negatif, garis tergeser kearah sumbu-y negatif (ke
bawah); ia memotong sumbu-y di bawah titik [0,0]. Secara singkat, b
pada (2.4) menunjukkan pergeseran kurva y sepanjang sumbu-y.
Kita lihat sekarang garis yang memiliki kemiringan 2 dan memotong
sumbu-x di titik [a,0], misalnya di titik [1,0]. Lihat Gb.2.4.
Dibandingkan dengan garis yang melalui titik [0,0] yaitu garis xy 2= ,
setiap nilai y pada garis ini terjadi pada (x−1) pada garis xy 2= ; atau
dengan kata lain nilai y pada garis ini diperoleh dengan menggantikan
nilai x pada garis xy 2= dengan (x−1). Contoh: y = 2,8 pada garis ini
terjadi pada x = x1 dan hal ini terjadi pada )1( 1 −= xx pada kurva
xy 2= .
Gb.2.4. Garis lurus melalui titik [1,0].
x1 x1−1
y = 2x
-4
-2
2
4
6
8
-1 0 1 2 3 4x
y
0
y =2(x–1)
y = 2x
y = 2x + 2
-4
-2
0
2
4
6
8
10
-1 0 1 2 3 4 x
18 Sudaryatno Sudirham, Fungsi dan Grafik, Diferensial dan Integral
Secara umum persamaan garis yang melalui titik [a,0] dengan
kemiringan m kita peroleh dengan menggantikan x pada persamaan
mxy = dengan (x−a). Persamaan garis ini adalah
)( axmy −= (2.5)
Pada persamaan (2.5), jika a positif garis mxy ==== tergeser ke arah
sumbu-x positif (ke kanan); dan jika a negatif garis itu tergeser ke arah
sumbu-x negatif (ke kiri). Secara singkat a pada (2.5) menunjukkan
pergeseran kurva y sejajar sumbu-x.
Pada contoh di atas, dengan tergesernya kurva ke arah kanan dan
memotong sumbu-x di titik [1,0] ia memotong sumbu-y di titik [0,-2].
Suatu garis yang titik perpotongannya dengan kedua sumbu diketahui,
pastilah kemiringannya diketahui. Dalam contoh di atas, kemiringannya
adalah
21
2
1
)2(0========
−−−−−−−−========
x
ym
∆∆
dan persamaan garis adalah
22 −= xy (2.6)
Bandingkanlah persamaan ini dengan persamaan (2.4), dengan
memberikan m = 2 dan b = −2.
Secara umum, persamaan garis yang memotong sumbu-sumbu koordinat
di [a,0] dan [0,b] adalah
a
bmbmxy −=+= dengan (2.7)
Contoh:
-4
-2
2
4
6
8
-1 0 1 2 3 4x
y
0
garis memotong sumbu x di 2,
dan memotong sumbu y di 4
Persamaan garis: 4242
4+−=+−= xxy
19
Bagaimanakah persamaan garis lurus yang tidak terlihat perpotongannya
dengan sumbu-sumbu koordinat? Persamaan garis demikian ini dapat
dicari jika diketahui koordinat dua titik yang ada pada garis tersebut.
Lihat Gb.2.5.
Pada Gb.2.5. kemiringan garis dengan mudah kita peroleh, yaitu
)(
)(
12
12
xx
yy
x
ym
−
−=
∆
∆= (2.8)
Gb.2.5. Garis lurus melalui dua titik.
Persamaan (2.8) ini harus berlaku untuk semua garis yang melalui dua
titik yang diketahui koordinatnya. Jadi secara umum harus berlaku
12
12
xx
yym
−
−= (2.9)
Dengan demikian maka persamaan garis yang memiliki kemiringan ini
adalah
)( 11 xxmyy −=− (2.10)
Persamaan (2.10) inilah persamaan garis lurus dengan kemiringan m
yang diberikan oleh (2.9), bergeser searah sumbu-y sebesar y1 dan
bergeser searah sumbu-x sebesar x1.
Contoh: Carilah persamaan garis yang melalui dua titik P(5,7)
dan Q(1,2).
[x1,y1]
[x2,y2]
-4
-2
0
2
4
6
8
-1 0 1 3x
y
2
20 Sudaryatno Sudirham, Fungsi dan Grafik, Diferensial dan Integral
Kemiringan garis ini adalah 25,115
27=
−
−=
−
−=
Qp
QP
xx
yym
Kemiringan garis ini memberikan persamaan garis yang melalui
titik asal xy 25,1= . Persamaan garis dengan kemiringan ini dan
melalui titik P(5,7) adalah
75,025,1
725,625,1)5(25,17
+=
+−=→−=−
xy
xyxy
Kita bisa melihat secara umum, bahwa kurva suatu fungsi
)(xfy =
akan tergeser sejajar sumbu-x sebesar x1 skala jika x diganti dengan (x −
x1), dan tergeser sejajar sumbu-y sebesar y1 skala jika y diganti dengan (y
− y1)
)(xfy = menjadi )( 1xxfy −= atau )(1 xfyy =− (2.11)
Walaupun (2.11) diperoleh melalui pembahasan fungsi linier, namun ia
berlaku pula untuk fungsi non linier. Fungsi non linier memberikan
kurva garis lengkung yang akan kita pelajari dalam bab-bab selanjutnya.
Contoh:
Contoh:
Kita kembali pada contoh sebelumnya, yaitu persamaan garis
yang melalui titik P(5,7) dan Q(1,2). Persamaan garis dengan
kemiringan 1,25 dan melalui titik asal adalah xy 25,1= . Garis ini
y + 2 = 2x (pergeseran –2
searah sumbu-y) y = 2x
-4
-2
2
4
6
8
-1 0 1 2 3 4x
y
0
kurva semula
atau
y = 2(x – 1) (pergeseran +1
searah sumbu-x)
21
harus kita geser menjadi )(25,1)( axby −=− agar melalui titik P
dan Q. Nilai a dan b dapat kita peroleh jika kita masukkan
koordinat titik yang diketahui, P(5,7) dan Q(1,2). Dengan
memasukkan koordinat titik ini kita dapatkan persamaan
)5(25,17 ab −=− dan )1(25,12 ab −=−
Dari sini kita akan mendapatkan nilai a = −0,6 dan juga b = 0,75
sehingga persamaan garis yang melalui titik P(5,7) dan Q(1,2)
dapat diperoleh, yaitu xy 25,175,0 =− atau )6,0(25,1 += xy .
Garis ini memotong sumbu-y di +0,75 dan memotong sumbu-x di
−0,6.
2.4. Perpotongan Garis
Dua garis lurus
111 bxay += dan 222 bxay +=
berpotongan di titik P sehingga koordinat P memenuhi 21 yy =
2p21P1 bxabxa +=+
sehingga
2P2P1P1P
21
12P
atau
bxaybxay
aa
bbx
+=+=⇒
−
−=⇒
(2.12)
Contoh:
Titik potong dua garis 84dan 32 21 −=+= xyxy
112843221 =→−=+→= xxxyy
5,52
11P ==x ; 1435,5232P =+×=+= xy
atau 1485,54P =−×=y
Jadi titik potong adalah 14] P[(5,5), . Perhatikan Gb.2.6. berikut
ini.
22 Sudaryatno Sudirham, Fungsi dan Grafik, Diferensial dan Integral
Gb.2.6. Perpotongan dua garis.
Jika kedua garis memiliki kemiringan yang sama sudah barang tentu kita
tak akan memperoleh titik potong karena mereka sejajar; dikatakan juga
mereka berpotongan di ∞.
Contoh: Dua garis 84dan 34 21 −=+= xyxy adalah
sejajar.
2.5. Pembagian Skala Pada Sumbu Koordinat
Pada penggambaran kurva-kurva di atas, panjang per skala kedua sumbu
koordinat tidak sama. Apabila panjang per skala dibuat sama kita akan
memiliki kemiringan garis
θ= tanm (2.13)
dengan θ adalah sudut yang dibentuk oleh garis lurus dengan sumbu-x
atau dengan garis mendatar, seperti pada Gb.2.7.
Gb.2.7. Panjang per skala sama di sumbu-x dan y.
-30
-20
-10
0
10
20
30
-10 -5 0 5 10
y
x
P ⇒ Koordinat P memenuhi
persamaan y1 maupun y2.
y2
y1
−5
y
x | |
−
−
5
5 θ= tanm
θ
23
Sesungguhnya formulasi (2.13) berlaku umum, baik untuk pembagian
skala di kedua sumbu koordinat sama besar ataupun tidak. Namun jika
pembagian skala tersebut sama besar, sudut θ yang terlihat dalam grafik
menunjukkan kemiringan garis sebenarnya; jika pembagian tidak sama
besar sudut θ yang terlihat pada grafik bukanlah sudut sebenarnya
sehingga sudut θ sebenarnya harus dihitung dari formula (2.13) dan
bukan dilihat dari grafik.
2.6. Domain, Kekontinyuan, Simetri
Pada fungsi linier baxmy +−= )( , peubah y akan selalu memiliki nilai,
berapapun x. Peubah x bisa bernilai dari −∞ sampai +∞. Fungsi ini juga
kontinyu dalam rentang tersebut.
Kurva fungsi mxy = simetris terhadap titik asal [0,0] karena fungsi ini
tak berubah jika y diganti dengan −y dan x diganti dengan −x.
2.7. Contoh-Contoh Fungsi Linier
Contoh-contoh fungsi linier berikut ini mamberikan gambaran bahwa
fungsi linier dengan kurva yang kita gambarkan berbentuk garis lurus,
merupakan bentuk fungsi yang biasa kita jumpai dalam praktik rekayasa.
1). Suatu benda dengan massa m yang mendapat gaya F akan
memperoleh percepatan.
maF = ; a adalah percepatan
Jika tidak ada gaya lain yang melawan F, maka dengan percepatan a
benda akan memiliki kecepatan sebagai fungsi waktu sebagai
atvtv += 0)(
v kecepatan gerak benda, v0 kecepatan awal, t waktu. Jika kecepatan
awal adalah nol maka kecepatan gerak benda pada waktu t adalah
attv =)(
2) Dalam tabung katoda, jika beda tegangan antara anoda dan katoda
adalah V , dan jarak antara anoda dan katoda adalah l maka antara
anoda dan katoda terdapat medan listrik sebesar
24 Sudaryatno Sudirham, Fungsi dan Grafik, Diferensial dan Integral
l
VE =
Elektron yang
muncul di
permukaan katoda
akan mendapat
percepatan dari
adanya medan
listrik sebesar
eEa =
a adalah percepatan yang dialami elektron, e muatan elektron, E
medan listrik. Jika kecepatan awal elektron adalah nol, dan waktu
tempuh dari anoda ke katoda adalah t, maka kecepatan elektron pada
waktu mencapai katoda adalah
atvk =
3) Suatu pegas, jika ditarik kemudian dilepaskan akan kembali pada
posisi semula jika tarikan yang dilakukan masih dalam batas
elastisitas pegas. Gaya yang diperlukan untuk menarik pegas
sepanjang x merupakan fungsi linier dari x.
kxF =
dengan k adalah konstanta pegas.
4) Dalam sebatang logam sepanjang l, akan mengalir arus listrik sebesar i
jika antara ujung-ujung logam diberi perbedaan tegangan sebesar V.
Arus yang mengalir merupakan fungsi linier dari tegangan dengan
relasi
R
VGVi == , dengan
RG
1=
G adalah tetapan yang disebut konduktansi listrik dan R disebut
resistansi listrik.Persamaan ini juga bisa dituliskan
iRV =
yang dikenal sebagai relasi hukum Ohm dalam kelistrikan.
Jika penampang logam adalah A dan rata sepanjang logam, maka
resistansi dapat dinyatakan dengan
A
lR
ρ=
]]]] anoda katoda
l
25
ρ disebut resistivitas bahan logam.
Kerapatan arus dalam logam adalah A
ij = dan dari persamaan di
atas kita peroleh
El
V
RA
V
A
ij σ=
ρ===
1
dengan lVE /= adalah kuat medan listrik dalam logam, ρ=σ /1
adalah konduktivitas bahan logam.
Secara infinitisimal kuat medan listrik adalah gradien potensial atau
gradien dari V yang kita tuliskan dx
dVE = . Mengenai pengertian
gradien akan kita pelajari di Bab-9.
5). Peristiwa difusi. Secara thermodinamis, faktor pendorong untuk
terjadinya difusi,
yaitu penyebaran
materi menembus
materi lain, adalah
adanya perbedaan
konsentrasi. Situasi
ini analog dengan
peristiwa aliran
muatan listrik di mana
faktor pendorong
untuk terjadinya aliran muatan adalah perbedaan tegangan.
Analog dengan peristiwa listrik, fluksi materi yang berdifusi dapat
kita tuliskan sebagai
dx
dCDJ x −=
D adalah koefisien difusi, dC/dx adalah variasi konsentrasi dalam
keadaan mantap di mana C0 dan Cx bernilai konstan. Relasi ini
disebut Hukum Fick Pertama yang secara formal menyatakan bahwa
fluksi dari materi yang berdifusi sebanding dengan gradien
konsentrasi; dengan kata lain fluksi materi yang berdifusi merupakan
fungsi linier dari gradien konsentrasi.
xa x
Ca
Cx
materi masuk
di xa
materi keluar
di x
∆x
26 Sudaryatno Sudirham, Fungsi dan Grafik, Diferensial dan Integral
Berikut ini tersaji soal-soal untuk latihan. Soal-soal ini hanya berkenaan
dengan kurva garis lurus. Namun dengan contoh-contoh di atas kita
menyadari bahwa fungsi linier bukan hanya sekedar pernyataan suatu
garis lurus melainkan suatu bentuk fungsi yang banyak dijumpai dalam
praktik rekayasa.
Soal-Soal
1. Tentukan persamaan garis-garis yang membentuk sisi segi-lima
yang tergambar di bawah ini.
2. Carilah koordinat titik-titik potong dari garis-garis tersebut pada
soal nomer-1 di atas.
3. Carilah persamaan garis yang
a) melalui titik asal (0,0) dan sejajar garis y2;
b) melalui titik asal (0,0) dan sejajar dengan garis y3.
4. Carilah persamaan garis yang melalui
a) titik potong y1 − y2 dan titik potong y3 – y4 ;
b) titik potong y3 − y4 dan titik potong y1 – y5 ;
c) titik potong y1 − y2 dan titik potong y4 – y5.
5. Carilah persamaan garis yang
a) melalui titik potong y1 – y5 dan sejajar dengan garis y2 ;
b) melalui titik potong y4 – y5 dan sejajar dengan garis y1.
-5
-4
-3
-2
-1
0
1
2
3
4
5
-5 -4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4 5
y1 y2
y3
y4
y5
y
x
27
Bab 3
Gabungan Fungsi Linier
Fungsi-fungsi linier banyak digunakan untuk membuat model dari
perubahan-perubahan besaran fisis. Perubahan besaran fisis mungkin
merupakan fungsi waktu, temperatur, tekanan atau yang lain. Artinya
waktu, temperatur, tekanan dan lainnya itu menjadi peubah bebas, x,
sedangkan besaran fisis yang tergantung padanya merupakan peubah tak
bebas, y.
Pada umumnya perubahan besaran fisis terjadi secara tidak linier. Jika
dalam batas-batas tertentu perubahan tersebut dapat dianggap linier,
besaran fisis tersebut dapat dimodelkan dengan memanfaatkan fungsi-
fungsi linier dan model ini kita sebut model linier dari besaran fisis
tersebut. Fungsi-fungsi berikut ini biasa dijumpai dalam analisis
rangkaian listrik.
3.1. Fungsi Anak Tangga
Fungsi tetapan membentang pada nilai x dari −∞ sampai +∞. Jika kita
menginginkan fungsi bernilai konstan yang muncul pada x = 0 dan
membentang hanya pada arah x positif, kita memerlukan fungsi lain yang
disebut fungsi anak tangga satuan yang didefinisikan bernilai nol untuk
x < 0, dan bernilai satu untuk x ≥ 0 dan dituliskan sebagai )(xu . Jadi
0untuk 0
0untuk 1)(
<=
≥=
x
xxu (3.1)
Jika suatu fungsi tetapan ky ==== dikalikan dengan fungsi anak tangga
satuan, akan kita peroleh suatu fungsi lain yang kita sebut fungsi anak
tangga (disebut juga undak), yaitu
)(xkuy = (3.2)
Fungsi anak tangga (3.2) bernilai nol untuk x < 0, dan bernilai k untuk x
≥ 0. Gb.3.1. memperlihatkan kurva dua fungsi anak tangga. Fungsi
)(5,3 xuy = dan fungsi )(5,2 xuy −= yang bernilai nol untuk x < 0
dan bernilai 3,5 dan −2,5 untuk x ≥ 0.
28 Sudaryatno Sudirham, Fungsi dan Grafik, Diferensial dan Integral
-4
0
5
-5 0 5 x
y
y = 3,5 u(x)
y = −2,5 u(x)
Gb.3.1. Fungsi anak tangga.
Fungsi anak tangga seperti (3.2) dikatakan mulai muncul pada x = 0 dan
k disebut amplitudo. Kita lihat sekarang fungsi anak tangga yang baru
muncul pada x = a. Ini tidak lain adalah fungsi anak tangga tergeser.
Fungsi demikian ini dinyatakan dengan mengganti peubah x dengan
)( ax − . Dengan demikian maka fungsi anak tangga
)( axkuy −= (3.3)
merupakan fungsi yang mulai muncul pada x = a dan disebut fungsi anak
tangga tergeser dengan pergeseran sebesar a. Jika a positif fungsi ini
bergeser ke arah positif sumbu-x dan jika negatif bergeser ke arah negatif
sumbu-x. Gb.3.2. memperlihatkan kurva fungsi seperti ini.
-4
0
5
-5 0 5 x
y
y = 3,5 u(x−1)
1
Gb.3.2. Kurva fungsi anak tangga tergeser.
Perhatikanlah bahwa fungsi anak tangga memiliki nilai yang terdefinisi
di x = 0. Oleh karena itu fungsi ini kontinyu di x = 0, berbeda dengan
fungsi y = 1/x yang tidak terdefinisi di x = 0 (telah disinggung di Bab-1).
29
3.2. Fungsi Ramp
Telah kita lihat bahwa fungsi y = ax berupa garis lurus dengan
kemiringan a, melalui titik [0,0], membentang dari x = -∞ sampai x = +∞.
Fungsi ramp terbentuk jika persamaan garis tersebut bernilai nol untuk x
< 0, yang dapat diperoleh dengan mengalikan ax dengan fungsi anak
tangga satuan u(x) (yang telah didefisisikan lebih dulu bernilai nol untuk
x < 0). Jadi persamaan fungsi ramp adalah
)(xaxuy = (3.4)
Jika kemiringan a = 1, fungsi tersebut menjadi fungsi ramp satuan.
Fungsi ramp tergeser adalah
)()( gxugxay −−= (3.5)
dengan g adalah pergeserannya. Perhatikanlah bahwa pada (3.5)
bagian )(1 gxay −= adalah fungsi linier tergeser sedangkan
)(2 gxuy −= adalah fungsi anak tangga satuan yang tergeser. Gb.3.3.
memperlihatkan kurva fungsi ramp satuan )(1 xxuy = , fungsi ramp
)(22 xxuy = , dan fungsi ramp tergeser )2()2(5,13 −−= xuxy .
Gb.3.3. Ramp satuan y1 = xu(x), ramp y2 = 2xu(x),
ramp tergeser y3 = 1,5(x-2)u(x-2).
3.3. Pulsa
Pulsa merupakan fungsi yang muncul pada suatu nilai x1 tertentu dan
menghilang pada x2>x1. Bentuk pulsa ini dapat dinyatakan dengan
gabungan dua fungsi anak tangga, yang memiliki amplitudo sama tetapi
0
1
2
3
4
5
6
-1 0 1 2 3 4 x
y
y1 = xu(x) y2 = 2xu(x)
y3 = 1,5(x-2)u(x-2)
30 Sudaryatno Sudirham, Fungsi dan Grafik, Diferensial dan Integral
berlawanan amplitudo dan berbeda pergeserannya. Persamaan umumnya
adalah
)()( 21 xxauxxauy −−−= (3.6)
x1 menunjukkan pergeseran fungsi anak tangga yang pertama dan x2
adalah pergeseran fungsi anak tangga yang ke-dua, dengan x2 > x1.
Penjumlahan kedua fungsi anak tangga inilah yang memberikan bentuk
pulsa, yang muncul pada x = x1 dan menghilang pada x = x2. Selisih
)( 12 xx − disebut lebar pulsa
12 xxpulsalebar −= (3.7)
Gb.3.4. memperlihatkan pulsa dengan amplitudo 2, yang muncul pada x
= 1 dan menghilang pada x = 2, yang persamaannya adalah
{ })2()1(2
)2(2)1(2
−−−=
−−−=
xuxu
xuxuy
Gb.3.4. Fungsi pulsa 2u(x-1)-2u(x-2)
Apa yanga berada dalam tanda kurung pada persamaan terakhir ini, yaitu
{ })2()1( −−−=′ xuxuy , adalah pulsa beramplitudo 1 yang muncul pada
x = 1 dan berakhir pada x = 2. Secara umum pulsa beramplitudo A yang
muncul pada x = x1 dan berakhir pada x = x2 adalah
{ })()( 21 xxuxxuAy −−−=′ ; lebar pulsa ini adalah (x2 – x1).
Contoh lain: Pulsa yang muncul pada x = 0, dengan lebar pulsa 3
dan amplitudo 4, memiliki persamaan { })3()(4 −−= xuxuy .
y1=2u(x-1)
y2=-2u(x-2)
y1+y2= 2u(x-1)-2u(x-2)
lebar
pulsa
-2
-1
0
1
2
-1 0 1 2 3 4x
31
Fungsi pulsa memiliki nilai hanya dalam selang tertentu yaitu sebesar
lebar pulsanya, )( 12 xx − , dan di luar selang ini nilanya nol. Oleh karena
itu fungsi apapun yang dikalikan dengan fungsi pulsa, akan memiliki
nilai hanya dalam selang di mana fungsi pulsanya juga memiliki nilai.
Dalam praktek, fungsi pulsa terjadi berulang secara periodik. Gb.3.5.
memperlihatkan deretan pulsa
Gb.3.5. Deretan Pulsa.
Peubah x biasanya adalah waktu. Selang waktu di mana pulsa muncul
biasa diberi simbol ton sedangkan selang waktu di mana ia menghilang
diberi simbol toff. Satu perioda T = ton + toff. Nilai rata-rata deretan pulsa
adalah
makson
rr yT
ty =pulsa (3.8)
dengan ymaks adalah amplitudo pulsa.
3.4. Perkalian Ramp dan Pulsa.
Persamaan umumnya adalah
{ } )()()( 21 xxuxxuAxmxuy −−−×= (3.9)
dengan m dan A berturut-turut adalah kemiringan kurva ramp dan
amplitudo pulsa. Persamaan (3.9) dapat kita tulis
{ })()( 21 xxuxxumAxy −−−=
Perhatikan bahwa 1)( =xu karena ia adalah fungsi anak tangga satuan.
Gb.3.6. memperlihatkan perkalian fungsi ramp )(21 xxuy = dengan
fungsi pulsa { })3()1(5,12 −−−= xuxuy yang hanya memiliki nilai
antara x = 1 dan x = 3. Perhatikan bahwa hasil kalinya hanya memiliki
perioda
x
y
32 Sudaryatno Sudirham, Fungsi dan Grafik, Diferensial dan Integral
nilai antara x = 1 dan x = 3, dengan kemiringan yang merupakan hasil
kali antara amplitudo pulsa dengan kemiringan ramp.
{ }{ })3()1(3
)3()1(5,1)(2213
−−−=
−−−×==
xuxux
xuxuxxuyyy
Gb.3.6. Perkalian fungsi ramp y1 dan pulsa y2.
Perkalian fungsi ramp )(1 xmxuy = dengan pulsa { })()(12 bxuxuy −−=
membentuk fungsi gigi gergaji { })()()1( bxuxuxmy −−×= yang
muncul pada t = 0 dengan kemiringan m dan lebar b. (Gb.3.7).
Gb.3.7. Kurva gigi gergaji
Seperti halnya pada pulsa, fungsi gigi gergaji biasanya terjadi secara
periodik, dengan perioda T, seperti terlihat pada Gb.3.8.
Nilai rata-rata fungsi gigi gergaji adalah
2gergaji-gigi maks
rry
y = (3.10)
y1=2xu(x)
y2=1,5{u(x-1)-u(x-3)}
y3 = y1 y2
0
2
4
6
8
10
-1 0 1 2 3 4 5x
0
2
4
6
8
10
-1 0 1 2 3 4 5 x
y y
x b
y2={u(x)-u(x-b)}
y1=mxu(x)
y3 = y1 y2 =mx{u(x)-u(x-b)}
33
dengan ymaks adalah nilai puncak gigi gergaji.
Gb.3.8. Gigi gergaji terjadi secara periodik.
3.5. Gabungan Fungsi Ramp
Penjumlahan fungsi ramp akan berbentuk
.......)()(
)()()(
22
11
+−−+
−−+=
xxuxxc
xxuxxbxaxuy (3.11)
Kita ambil contoh penjumlahan dua fungsi ramp, )(21 xxuy = dan
)2()2(22 −−−= xuxy seperti terlihat pada Gb.3.9. Gabungan dua
fungsi ramp ini akan memiliki nilai konstan mulai dari x = 2, karena
mulai dari titik itu jumlah kedua fungsi adalah nol sehingga fungsi
gabungan akan bernilai sama dengan nilai fungsi yang pertama pada saat
mencapai x = 2.
Gb.3.9. Gabungan ramp y1 dan ramp tergeser y2.
Gb.3.10. memperlihatkan kurva gabungan dua fungsi ramp, )(21 xxuy =
dan )2()2(4 −−−= xuxy . Di sini, fungsi kedua memiliki kemiringan
0
2
4
6
0 1 2 3 4 5
y
x
-8
-6
-4
-2
0
2
4
6
8
10
12
0 1 2 3 4 5x
y
y1=2xu(x)
y2= −2(x−2)u(x−2)
y3= 2xu(x)−2(x−2)u(x−2)
y
34 Sudaryatno Sudirham, Fungsi dan Grafik, Diferensial dan Integral
negatif dua kali lipat dari kemiringan positif fungsi yang pertama. Oleh
karena itu fungsi gabungan y3 = y1 + y2 akan menurun mulai dari x = 2.
Gb.3.10. Gabungan ramp y1 dan ramp tergeser y2.
Apabila fungsi gabungan ini kita kalikan dengan fungsi pulsa
)3()1( −−−= xuxuy pulsa akan kita peroleh bentuk kurva seperti
terlihat pada Gb.3.11.
Gb.3.11. Kurva {2xu(x)−4xu(x−2)}{u(x-1)-u(x-3)}
Gabungan fungsi ramp dapat digunakan untuk menyatakan bentuk
gelombang segitiga seperti terlihat pada Gb.3.12.
Gb.3.12. Gelombang segitiga.
x
-10
-5
0
5
10
15
0 1 2 3 4 5 x
y
5
y1=2xu(x)
y2= −4(x-2)u(x-2)
y3= {2xu(x)−4(x-2)u(x-2)}{u(x-1)-u(x-3)}
y1=2xu(x)
y2= −4(x−2)u(x−2)
y3= 2xu(x)−4(x−2)u(x−2)
-10
-5
0
5
10
15
0 1 2 3 4 5x
y
35
Bentuk-bentuk kurva gabungan fungsi linier banyak kita jumpai dalam
bentuk gelombang sinyal di rangkaian listrik, terutama elektronika.
Rangkaian elektronika yang membangkitkan gelombang gigi gergaji
misalnya, kita jumpai dalam osciloscope.
3.6. Domain, Kekontinyuan, Simetri
Fungsi anak tangga satuan yang tergeser )( axuy −= hanya mempunyai
nilai untuk x ≥ a. Oleh karena itu semua bentuk fungsi yang dikalikan
dengan fungsi anak tangga ini juga hanya memiliki nilai pada rentang x ≥
a. Dalam rentang ini pula fungsi anak tangga kontinyu.
Fungsi anak tangga tidak memiliki sumbu simetri. Hanya fungsi yang
memiliki sumbu-x sebagai sumbu simetri yang akan tetap simetris
terhadap sumbu-x apabila dikalikan dengan fungsi anak tangga satuan
yang tergeser.
36 Sudaryatno Sudirham, Fungsi dan Grafik, Diferensial dan Integral
Soal-Soal
Bentuk-bentuk kurva gabungan fungsi linier banyak kita jumpai pada
bentuk gelombang sinyal dalam rangkaian listrik.
1. Gambarkan dan tentukan persamaan bentuk kurva fungsi anak
tangga berikut ini :
a) y1: ymaks = 5, muncul pada x = 0.
b) y2: ymaks = 10 , muncul pada x = 1.
c) y3: ymaks = −5 , muncul pada x = 2.
2. Dari fungsi-fungsi di soal nomer 3, gambarkanlah kurva fungsi
berikut ini.
3216315214 c). ; b). ; a). yyyyyyyyyy ++=+=+=
3. Gambarkan dan tentukan persamaan bentuk pulsa berikut ini :
a). Amplitudo 5, lebar pulsa 1, muncul pada x = 0.
b). Amplitudo 10, lebar pulsa 2, muncul pada x=1.
c). Amplitudo −5, lebar pulsa 3, muncul pada x=2.
4. Gambarkan bentuk kurva fungsi periodik yang berupa deretan
pulsa dengan amplitudo 10, lebar pulsa 20, perioda 50.
5. Gambarkan bentuk kurva fungsi periodik gigi gergaji dengan
amplitudo 10 dan perioda 0,5.
6. Tentukan persamaan siklus pertama
dari kurva periodik yang
digambarkan di samping ini.
7. Tentukan persamaan siklus pertama
dari bentuk kurva periodik yang
digambarkan di samping ini.
5
−3
0 x
y
perioda
1 2 3 4 5 6
−5
0 x
y
perioda
5
1 2 3 4 5 6
37
Referensi
1. Catatan-catatan penulis dalam kuliah matematika di Institut
Teknologi Bandung, tahun 1963 – 1964, sebagai bahan utama tulisan
dalam buku ini.
2. George B Thomas, “Calculus And Analytic Geometry”, addison
Wesley, 1956, buku pegangan dalam mengikuti kuliah matematika
di ITB, tahun 1963 - 1964.
3. Sudaryatno Sudirham: ”Analisis Rangkaian Listrik”, Penerbit ITB,
ISBN 979-9299-54-3, 2002.
4. Sudaryatno Sudirham: ”Analisis Rangkaian Elektrik”, e-book, 2010.
5. Sudaryatno Sudirham, “Mengenal Sifat Material 1”, e-book, 2010.