18
FuNgsi giNjaL daN pRoSeS peMbeNtuKan uRiNe FuNgsi giNjaL daN pRoSeS peMbeNtuKan uRiNe Gangguan Ginjal dan Glukosuria Learning Objective 1. Mengetahui Fungsi Ginjal 2. Mengetahui Mekanisme dan Faktor - Faktor Pembentukan Urine dan Miksturisi 3. Mengetahui Kandungan Urine Normal Pembahasan Fungsi Ginjal : 1. Menyaring dan membersihkan darah dari zat-zat sisa metabolisme tubuh 2. Mengeksresikan zat yang jumlahnya berlebihan 3. Reabsorbsi (penyerapan kembali) elektrolit tertentu yang dilakukan oleh bagian tubulus ginjal 4. Menjaga keseimbanganan asam basa dalam tubuh 5. Menghasilkan zat hormon yang berperan membentuk dan mematangkan sel-sel darah merah (SDM) di sumsum tulang 6.Homeostasis Ginjal, mengatur pH, konsentrasi ion mineral, dan komposisi air dalam darah (Guyton, 1996 ).

FuNgsi GiNjaL DaN pRoSeS PeMbeNtuKan uRiNe

Embed Size (px)

DESCRIPTION

FuNgsi GiNjaL DaN pRoSeS PeMbeNtuKan uRiNe

Citation preview

Page 1: FuNgsi GiNjaL DaN pRoSeS PeMbeNtuKan uRiNe

FuNgsi giNjaL daN pRoSeS peMbeNtuKan uRiNe

FuNgsi giNjaL daN pRoSeS peMbeNtuKan uRiNe

Gangguan Ginjal dan Glukosuria

Learning Objective

1. Mengetahui Fungsi Ginjal

2. Mengetahui Mekanisme dan Faktor - Faktor Pembentukan Urine dan Miksturisi

3. Mengetahui Kandungan Urine Normal

Pembahasan

Fungsi Ginjal :

1. Menyaring dan membersihkan darah dari zat-zat sisa metabolisme tubuh

2. Mengeksresikan zat yang jumlahnya berlebihan

3. Reabsorbsi (penyerapan kembali) elektrolit tertentu yang dilakukan oleh bagian tubulus ginjal

4. Menjaga keseimbanganan asam basa dalam tubuh

5. Menghasilkan zat hormon yang berperan membentuk dan mematangkan sel-sel darah merah

(SDM) di sumsum tulang

6.Homeostasis Ginjal, mengatur pH, konsentrasi ion mineral, dan komposisi air dalam darah

(Guyton, 1996 ).

Homeostasis

Homeostasis adalah ilmu yang mempelajari semua proses yang terjadi dalam organisme hidup

untuk mempertahankan lingkungan interna didalam kondisi agar optimal bagi kehidupan

organisme yang bersangkutan (Guyton, 1996 ).

Faktor Yang Mempengaruhi Homeostasis :

Page 2: FuNgsi GiNjaL DaN pRoSeS PeMbeNtuKan uRiNe

1. pH

Untuk mencapai homeostasis, harus ada keseimbangan antara asupan atau produksi ion hidrogen

dan pembuangan ion hidrogen dari tubuh. Konsentrasi ion hidrogen dinyatakan dengan satuan

pH. Di dalam tubuh, pH normal dapat bervariasi besarnya. Tergantung letak dan fungsinya

(Guyton, 1996 ).

Faktor-faktor yang mempengaruhi pH darah :

* Ginjal yang mengoreksi beban ion H

* Ion H dan K saling terkait dalam homeostasis asam-basa

* Pertahanan pertama terhadap perubahan pH darah diberikan oleh buffer darah, tetapi paru -

paru dan ginjal yang mengoreksi beban ion H

* Produksi asam-asam tertentu mengharuskan ginjal membuang ion H dan menyimpan ion

HCO3-

1. Suhu à 37oC - 39oC

Dalam mengatur suhu tubuh, sistem termoregulasi bekerja untuk menyeimbangkan perolehan

panas dengan pelepasan panas

1. Glukosa à 4,4 - 5,5 mmol/dm3

2. Urea à 3,3 - 6,6 mmol/dm3

Melalui ginjal dengan mengeluarkan urin. Bila lebih banyak ion hydrogen yang disekresikan

daripada ion bikarbonat yang disaring, akan terdapat kehilangan asam dari cairan ekstrasesuler.

Sebaliknya, bila lebih banyak ion bikarbonat yang disaring daripada hydrogen yang disekresikan,

akan terdapat kehilangan basa (Guyton, 1996 ).

Mekanisme Homeostasis

Page 3: FuNgsi GiNjaL DaN pRoSeS PeMbeNtuKan uRiNe

Mekanisme ini diatur oleh otak terutama hipotalamus, yang bila terangsang akan merangsang

koordinasi tubuh. Proses ini akan terjadi terus menerus hingga lingkungan dinamis dalam tubuh

akan berada pada jumlah yang normal (Guyton, 1996 ).

Sekresi Ion

Ginjal juga mengatur pH, konsentrasi ion mineral, dan komposisi air dalam darah. Selain itu,

ginjal mempertahankan pH plasma darah pada kisaran 7,4 melalui pertukaran ion hidronium dan

hidroksil. Akibatnya, urine yang dihasilkan dapat bersifat asam pada pH 5 atau alkalis pada pH

8. Kadar ion natrium dikendalikan melalui sebuah proses homeostasis yang melibatkan

aldosteron untuk meningkatkan penyerapan ion natrium pada tubulus konvulasi.Kenaikan atau

penurunan tekanan osmotik darah karena kelebihan atau kekurangan air akan segera dideteksi

oleh hipotalamus yang akan memberi sinyal pada kelenjar pituitari dengan umpan balik negatif.

Kelenjar pituitari mensekresi hormon antidiuretik vasopresin, untuk menekan sekresi air,

sehingga terjadi perubahan tingkat absorpsi air pada tubulus ginjal. Akibatnya, konsentrasi cairan

jaringan akan kembali menjadi 98 persen (Taslim, 2008).

Fungsi pemindahan ini terdapat dalam tubulus proksimal yaitu mengambil dan memindahkan ion

organic dan disekresikan ke cairan tubulus. Ion organic ini termasuk endogenous produk sisa dan

exogenous drugs dan racun. Ion organic seperti garam, oxalate, urate, creatinine, prostaglandin,

epinephrine dan hipurates merupakan sisa produk endogen yang disekresikan ke cairan tubulus

proksimal (Guyton, 1996).

Urine terbentuk dalam ginjal dan membuangnya dari tubuh lewat saluran. Urine terdiri dari 98%

air dan yang lainnya terdiri dari pembentukan metabolisme nitrogen (urea, uric acis, creatinin

dan juga produk lain dari metabolisme protein (Bykov, 1960). Urine biasanya bersifat kurang

asam dengan pH antara 5 - 7 (Kimber, 1949). Urine yang sehat gaya beratnya berkisar 1.010 -

1.030, tergantung perbandingan larutan dengan air. Banyaknya urine yang dikeluarkan dalam 1

hari dari 1.200 - 1.500 cc (40 - 50 oz). (Ganong, 2001)

Page 4: FuNgsi GiNjaL DaN pRoSeS PeMbeNtuKan uRiNe

Umpan Balik Penyeimbangan Cairan Dalam Tubuh

Diantara kemungkinannya ialah:

1. Apabila banyak garam dalam badan dan kurang air

2. Apabila kurang garam dalam badan dan banyak air

Apabila kadar garam lebih dari julat normal dan kurang air dalam badan, tekanan osmosis darah

akan meningkat, osmoreseptor pada hipotalamus akan terangsang kemudian kelenjar hipofisis

akan dirangsang lebih aktif untuk mensekresikan hormon ADH (antidiuretik) untuk

meningkatkan permeabilitas tubulus ginjal terhadap air, kelenjar (hormon aldosteron) akan

kurang dirangsang, maka lebih banyak air diserap dan kurang ion natrium dan ion kalsium

diserap kembali masuk dalam tubuh, tekanan osmosis darah akan turun, proses ini akan berulang

sehingga tekanan osmosis darah pada jumlah normal ( Wikipedia, 2008 ).

Apabila kadar garam lebih rendah dari jumlah normal dalam tubuh dan lebih banyak air dalam

tubuh, tekanan osmosis darah akan menurun, osmoreseptor pada hipotalamus akan terangsang

kemudian kelenjar pituitari akan kurang dirangsang untuk mensekresikan hormon ADH

(antidiuresis) untuk mengurangi permeabilitas tubulus ginjal terhadap air, kelenjar adrenal

(hormon aldosteron) akan dirangsang dengan lebih aktif, maka lebih sedikit air diserap dan lebih

sedikit juga natrium dan kalsium diserap kembali masuk dalam tubuh, tekanan osmosis darah

akan naik, proses ini akan berulang sehingga tekanan osmosis darah berada pada jumlah normal (

Wikipedia, 2008 ).

Mekanisme Keseimbangan asam - Basa

Untuk mempertahankan keseimbangan asam basa diperlukan :

1. Sistem penyangga ( Buffer ) asam basa kimiawi dalam cairan tubuh

2. Sistem Respirasi

3. Sistem Renal (Guyton, 1996 ).

Page 5: FuNgsi GiNjaL DaN pRoSeS PeMbeNtuKan uRiNe

Tubuh menggunakan 3 mekanisme untuk mengendalikan keseimbangan asam-basa darah:

1. Kelebihan asam akan dibuang oleh ginjal, sebagian besar dalam bentuk amonia. Ginjal

memiliki kemampuan untuk mengatur jumlah asam atau basa yang dibuang, yang biasanya

berlangsung selama beberapa hari.

2. Tubuh menggunakan penyangga pH (buffer) dalam darah sebagai pelindung terhadap

perubahan yang terjadi secara tiba-tiba dalam pH darah. Suatu penyangga ph bekerja secara

kimiawi untuk meminimalkan perubahan pH suatu larutan. Penyangga pH yang paling penting

dalam darah adalah bikarbonat. Bikarbonat (suatu komponen basa) berada dalam kesetimbangan

dengan karbondioksida (suatu komponen asam).

Jika lebih banyak asam yang masuk ke dalam aliran darah, maka akan dihasilkan lebih banyak

bikarbonat dan lebih sedikit karbondioksida. Jika lebih banyak basa yang masuk ke dalam aliran

darah, maka akan dihasilkan lebih banyak karbondioksida dan lebih sedikit bikarbonat.

Pengaturan Keseimbangan Asam Basa di Dalam Tubuh

Keseimbangan asam-basa terkait dengan pengaturan konsentrasi ion H bebas dalam cairan tubuh.

Jika pH darah <7,35 dikatakan asidosis (darah terlalu banyak mengandung asam atau terlalu

sedikit mengandung basa dan sering menyebabkan menurunnya pH darah.) dan jika pH darah

>7,45 dikatakan alkalosis (darah terlalu banyak mengandung basa atau terlalu sedikit

mengandung asam dan kadang menyebabkan meningkatnya pH darah). Ion H terutama diperoleh

dari aktivitas metabolik dalam tubuh. Ion H secara normal dan kontinyu akan ditambahkan ke

cairan tubuh dari 3 sumber, yaitu:

1. Pembentukkan asam karbonat dan sebagian akan berdisosiasi menjadi ion H dan bikarbonat.

2. Katabolisme zat organik

3. Disosiasi asam organik pada metabolisme intermedia, misalnya pada metabolisme lemak

terbentuk asam lemak dan asam laktat, sebagian asam ini akan berdisosiasi melepaskan ion H.

Fluktuasi konsentrasi ion H dalam tubuh akan mempengaruhi fungsi normal sel, antara lain:

1. Perubahan eksitabilitas saraf dan otot, pada asidosis terjadi depresi susunan saraf pusat,

sebaliknya pada alkalosis terjadi hipereksitabilitas.

2. Mempengaruhi enzim-enzim dalam tubuh

Page 6: FuNgsi GiNjaL DaN pRoSeS PeMbeNtuKan uRiNe

3. Mempengaruhi konsentrasi ion K (Guyton, 1996 ).

Mekanisme Pembentukan Urine

1.Penyaringan ( Filtrasi )

Filtrasi darah terjadi di glomerulus, dimana jaringan kapiler dengan struktur spesifik dibuat

untuk menahan komonen selular dan medium-molekular-protein besar kedalam vascular system,

menekan cairan yang identik dengan plasma di elektrolitnya dan komposisi air. Cairan ini

disebut filtrate glomerular. Tumpukan glomerulus tersusun dari jaringan kapiler. Di mamalia,

arteri renal terkirim dari arteriol afferent dan melanjut sebagai arteriol eferen yang meninggalkan

glomrerulus. Tumpukan glomerulus dibungkus didalam lapisan sel epithelium yang disebut

kapsula bowman. Area antara glomerulus dan kapsula bowman disebut bowman space dan

merupakan bagian yang mengumpulkan filtrate glomerular, yang menyalurkan ke segmen

pertama dari tubulus proksimal. Struktur kapiler glomerular terdiri atas 3 lapisan yaitu :

endothelium capiler, membrane dasar, epiutelium visceral. Endothelium kapiler terdiri satu

lapisan sel yang perpanjangan sitoplasmik yang ditembus oleh jendela atau fenestrate

(Guyton.1996).

Dinding kapiler glomerular membuat rintangan untuk pergerakan air dan solute menyebrangi

kapiler glomerular. Tekanan hidrostatik darah didalam kapiler dan tekanan oncotik dari cairan di

dalam bowman space merupakan kekuatn untuk proses filtrasi. Normalnya tekanan oncotik di

bowman space tidak ada karena molekul protein yang medium-besar tidak tersaring. Rintangan

untuk filtrasi ( filtration barrier ) bersifat selektiv permeable. Normalnya komponen seluler dan

protein plasmatetap didalam darah, sedangkan air dan larutan akan bebas tersaring

(Guyton.1996).

Pada umunya molekul dengan raidus 4nm atau lebih tidak tersaring, sebaliknya molekul 2 nm

atau kurang akan tersaring tanpa batasan. Bagaimanapun karakteristik juga mempengaruhi

kemampuan dari komponen darah untuk menyebrangi filtrasi. Selain itu beban listirk (electric

charged ) dari sretiap molekul juga mempengaruhi filtrasi. Kation ( positive ) lebih mudah

tersaring dari pada anionBahan-bahan kecil yang dapat terlarut dalam plasma, seperti glukosa,

asam amino, natrium, kalium, klorida, bikarbonat, garam lain, dan urea melewati saringan dan

Page 7: FuNgsi GiNjaL DaN pRoSeS PeMbeNtuKan uRiNe

menjadi bagian dari endapan.Hasil penyaringan di glomerulus berupa filtrat glomerulus (urin

primer) yang komposisinya serupa dengan darah tetapi tidak mengandung protein

(Guyton.1996).

2. Penyerapan ( Absorsorbsi)

Tubulus proksimal bertanggung jawab terhadap reabsorbsi bagian terbesar dari filtered solute.

Kecepatan dan kemampuan reabsorbsi dan sekresi dari tubulus renal tiak sama. Pada umumnya

pada tubulus proksimal bertanggung jawab untuk mereabsorbsi ultrafiltrate lebih luas dari

tubulus yang lain. Paling tidak 60% kandungan yang tersaring di reabsorbsi sebelum cairan

meninggalkan tubulus proksimal. Tubulus proksimal tersusun dan mempunyai hubungan dengan

kapiler peritubular yang memfasilitasi pergherakan dari komponen cairan tubulus melalui 2

jalur : jalur transeluler dan jalur paraseluler. Jalur transeluler, kandungan ( substance ) dibawa

oleh sel dari cairn tubulus melewati epical membrane plasma dan dilepaskan ke cairan interstisial

dibagian darah dari sel, melewati basolateral membrane plasma (Sherwood, 2001).

Jalur paraseluler, kandungan yang tereabsorbsi melewati jalur paraseluler bergerakdari vcairan

tubulus menuju zonula ocludens yang merupakan struktur permeable yang mendempet sel

tubulus proksimal satu daln lainnya. Paraselluler transport terjadi dari difusi pasif. Di tubulus

proksimal terjadi transport Na melalui Na, K pump. Di kondisi optimal, Na, K, ATPase pump

manekan tiga ion Na kedalam cairan interstisial dan mengeluarkan 2 ion K ke sel, sehingga

konsentrasi Na di sel berkurang dan konsentrasi K di sel bertambah. Selanjutnya disebelah luar

difusi K melalui canal K membuat sel polar. Jadi interior sel bersifat negative . pergerakan Na

melewati sel apical difasilitasi spesifik transporters yang berada di membrane. Pergerakan Na

melewati transporter ini berpasangan dengan larutan lainnya dalam satu pimpinan sebagai Na

( contransport ) atau berlawanan pimpinan ( countertransport ) (Sherwood, 2001).

Substansi diangkut dari tubulus proksimal ke sel melalui mekanisme ini ( secondary active

transport ) termasuk gluukosa, asam amino, fosfat, sulfat, dan organic anion. Pengambilan active

substansi ini menambah konsentrasi intraseluler dan membuat substansi melewati membrane

plasma basolateral dan kedarah melalui pasif atau difusi terfasilitasi. Reabsorbsi dari bikarbonat

oleh tubulus proksimal juga di pengaruhi gradient Na (Sherwood, 2001)

Page 8: FuNgsi GiNjaL DaN pRoSeS PeMbeNtuKan uRiNe

3. Penyerapan Kembali ( Reabsorbsi )

Volume urin manusia hanya 1% dari filtrat glomerulus. Oleh karena itu, 99% filtrat glomerulus

akan direabsorbsi secara aktif pada tubulus kontortus proksimal dan terjadi penambahan zat-zat

sisa serta urea pada tubulus kontortus distal. Substansi yang masih berguna seperti glukosa dan

asam amino dikembalikan ke darah. Sisa sampah kelebihan garam, dan bahan lain pada filtrate

dikeluarkan dalam urin. Tiap hari tabung ginjal mereabsorbsi lebih dari 178 liter air, 1200 g

garam, dan 150 g glukosa. Sebagian besar dari zat-zat ini direabsorbsi beberapa kali

(Sherwood.2001).

Setelah terjadi reabsorbsi maka tubulus akan menghasilkan urin sekunder yang komposisinya

sangat berbeda dengan urin primer. Pada urin sekunder, zat-zat yang masih diperlukan tidak akan

ditemukan lagi. Sebaliknya, konsentrasi zat-zat sisa metabolisme yang bersifat racun bertambah,

misalnya ureum dari 0,03′, dalam urin primer dapat mencapai 2% dalam urin sekunder.

Meresapnya zat pada tubulus ini melalui dua cara. Gula dan asam mino meresap melalui

peristiwa difusi, sedangkan air melalui peristiwa osn osis. Reabsorbsi air terjadi pada tubulus

proksimal dan tubulus distal (Sherwood.2001).

4. Augmentasi

Augmentasi adalah proses penambahan zat sisa dan urea yang mulai terjadi di tubulus kontortus

distal. Komposisi urin yang dikeluarkan lewat ureter adalah 96% air, 1,5% garam, 2,5% urea,

dan sisa substansi lain, misalnya pigmen empedu yang berfungsi memberi warm dan bau pada

urin. Zat sisa metabolisme adalah hasil pembongkaran zat makanan yang bermolekul kompleks.

Zat sisa ini sudah tidak berguna lagi bagi tubuh. Sisa metabolisme antara lain, CO2, H20, NHS,

zat warna empedu, dan asam urat (Cuningham, 2002).

Karbon dioksida dan air merupakan sisa oksidasi atau sisa pembakaran zat makanan yang berasal

dari karbohidrat, lemak dan protein. Kedua senyawa tersebut tidak berbahaya bila kadarnya tidak

berlebihan. Walaupun CO2 berupa zat sisa namun sebagian masih dapat dipakai sebagai dapar

(penjaga kestabilan PH) dalam darah. Demikian juga H2O dapat digunakan untuk berbagai

kebutuhan, misalnya sebagai pelarut (Sherwood.2001).

Amonia (NH3), hasil pembongkaran/pemecahan protein, merupakan zat yang beracun bagi sel.

Oleh karena itu, zat ini harus dikeluarkan dari tubuh. Namun demikian, jika untuk sementara

disimpan dalam tubuh zat tersebut akan dirombak menjadi zat yang kurang beracun, yaitu dalam

bentuk urea. Zat warna empedu adalah sisa hasil perombakan sel darah merah yang dilaksanakan

Page 9: FuNgsi GiNjaL DaN pRoSeS PeMbeNtuKan uRiNe

oleh hati dan disimpan pada kantong empedu. Zat inilah yang akan dioksidasi jadi urobilinogen

yang berguna memberi warna pada tinja dan urin.Asam urat merupakan sisa metabolisme yang

mengandung nitrogen (sama dengan amonia) dan mempunyai daya racun lebih rendah

dibandingkan amonia, karena daya larutnya di dalam air rendah (Sherwood.2001).

Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Urine

Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Urine adalah :

Hormon

ADH

Hormon ini memiliki peran dalam meningkatkan reabsorpsi air sehingga dapat mengendalikan

keseimbangan air dalam tubuh. Hormon ini dibentuk oleh hipotalamus yang ada di hipofisis

posterior yang mensekresi ADH dengan meningkatkan osmolaritas dan menurunkan cairan

ekstrasel ( Frandson,2003 )

Aldosteron

Hormon ini berfungsi pada absorbsi natrium yang disekresi oleh kelenjar adrenal di tubulus

ginjal. Proses pengeluaran aldosteron ini diatur oleh adanya perubahan konsentrasi kalium,

natrium, dan sistem angiotensin rennin ( Frandson, 2003)

Prostaglandin

Prostagladin merupakan asam lemak yang ada pada jaringan yang berlungsi merespons radang,

pengendalian tekanan darah, kontraksi uterus, dan pengaturan pergerakan gastrointestinal. Pada

ginjal, asam lemak ini berperan dalam mengatur sirkulasi ginjal ( Frandson, 2003)

Gukokortikoid

Hormon ini berfungsi mengatur peningkatan reabsorpsi natrium dan air yang menyebabkan

volume darah meningkat sehingga terjadi retensi natrium ( Frandson, 2003)

Renin

Selain itu ginjal menghasilkan Renin; yang dihasilkan oleh sel-sel apparatus jukstaglomerularis

pada :

1. Konstriksi arteria renalis ( iskhemia ginjal )

2. Terdapat perdarahan ( iskhemia ginjal )

3.Uncapsulated ren (ginjal dibungkus dengan karet atau sutra )

Page 10: FuNgsi GiNjaL DaN pRoSeS PeMbeNtuKan uRiNe

4. Innervasi ginjal dihilangkan

5. Transplantasi ginjal ( iskhemia ginjal )

Sel aparatus juxtaglomerularis merupakan regangan yang apabila regangannya turun akan

mengeluarkan renin. Renin mengakibatkan hipertensi ginjal, sebab renin mengakibatkan aktifnya

angiotensinogen menjadi angiotensin I, yg oleh enzim lain diubah menjadi angiotensin II; dan ini

efeknya menaikkan tekanan darah (sherwood, 2001).

Zat - zat diuretik

Banyak terdapat pada kopi, teh, alkohol. Akibatnya jika banyak mengkonsumsi zat diuretik ini

maka akan menghambat proses reabsorpsi, sehingga volume urin bertambah.

Suhu internal atau eksternal

Jika suhu naik di atas normal, maka kecepatan respirasi meningkat dan mengurangi volume urin.

Konsentrasi Darah

Jika kita tidak minum air seharian, maka konsentrasi air dalam darah rendah.Reabsorpsi air di

ginjal mengingkat, volume urin menurun.

Emosi

Emosi tertentu dapat merangsang peningkatan dan penurunan volume urin.

D. Mekanisme Miksturisi

Mekanisme proses Miksi ( Mikturisi ) Miksi ( proses berkemih ) ialah proses di mana kandung

kencing akan mengosongkan dirinya waktu sudah penuh dgn urine. Mikturisi ialah proses

pengeluaran urine sebagai gerak refleks yang dapat dikendalikan (dirangsang/dihambat) oleh

sistim persarafan dimana gerakannya dilakukan oleh kontraksi otot perut yg menambah tekanan

intra abdominalis, dan organ organ lain yang menekan kandung kencing sehigga membantu

mengosongkan urine ( Virgiawan, 2008 ).

Pada dasarnya, proses miksi/mikturisi merupakan suatu refleks spinal yg dikendalikan oleh suatu

pusat di otak dan korteks cerebri. Proses miksturisi dapat digambarkan dalam skema di bwah

ini :

Pertambahan vol urine → tek intra vesicalis ↑ → keregangan dinding vesicalis (m.detrusor) →

sinyal-sinyal miksi ke pusat saraf lebih tinggi (pusat kencing) → untuk diteruskan kembali ke

Page 11: FuNgsi GiNjaL DaN pRoSeS PeMbeNtuKan uRiNe

saraf saraf spinal → timbul refleks spinal → melalui n. Pelvicus → timbul perasaan tegang pada

vesica urinaria shg akibatnya menimbulkan permulaan perasaan ingin berkemih ( Virgiawan,

2008 ).

Kandungan Urin Normal

Urin mengandung sekitar 95% air. Komposisi lain dalam urin normal adalah bagian padaat yang

terkandung didalam air. Ini dapat dibedakan beradasarkan ukuran ataupun kelektrolitanya,

diantaranya adalah :

Molekul Organik : Memiliki sifat non elektrolit dimana memiliki ukaran yang reativ besar,

didalam urin terkandung : Urea CON2H4 atau (NH2)2CO, Kreatin, Asam Urat C5H4N4O3, Dan

subtansi lainya seperti hormon (Guyton, 1996)

Ion : Sodium (Na+), Potassium (K+), Chloride (Cl-), Magnesium (Mg2+, Calcium (Ca2+).

Dalam Jumlah Kecil : Ammonium (NH4+), Sulphates (SO42-), Phosphates (H2PO4-, HPO42-,

PO43-), (Guyton, 1996)

Warna : Normal urine berwarna kekuning-kuningan. Obat-obatan dapat mengubah warna urine

seperti orange gelap. Warna urine merah, kuning, coklat merupakan indikasi adanya penyakit

( Anonim, 2008 ).

Bau : Normal urine berbau aromatik yang memusingkan. Bau yang merupakan indikasi adanya

masalah seperti infeksi atau mencerna obat-obatan tertentu ( Anonim, 2008 ).

Berat jenis : Adalah berat atau derajat konsentrasi bahan (zat) dibandingkan dengan suatu

volume yang sama dari yang lain seperti air yang disuling sebagai standar. Berat jenis air suling

adalah 1, 009 ml. Normal berat jenis : 1010 - 1025 ( Anonim, 2008 ).

Kejernihan : Normal urine terang dan transparan. Urine dapat menjadi keruh karena ada mukus

atau pus ( Anonim, 2008 ).

pH : Normal pH urine sedikit asam (4,5 - 7,5). Urine yang telah melewati temperatur ruangan

untuk beberapa jam dapat menjadi alkali karena aktifitas bakteri. Vegetarian urinennya sedikit

alkali ( Anonim, 2008 ).

DAFTAR PUTAKA

Anonim.2008.Compotition in Urine. Diakses dari :

http://www.ivy-rose.co.uk/Topics/Urinary_System_Composition_Urine.htm. Pada

Page 12: FuNgsi GiNjaL DaN pRoSeS PeMbeNtuKan uRiNe

Tanggal : 01 Juli 2009

Frandson R.D. 2003. Anatomy and Physiology of Farm Animals 6th ed. Lippincott Williams &

Wilkins: Philadelphia

Cunningham.J.G, 2002. Teksbook of Veterinary Physilogy. Philadelpia. WB Saunders

Ganong. W.F., editor Widjajakusumah D.H.M., 2001., Buku Ajar Fisiologi Kedokteran., edisi

Bahasa Indonesia., Jakarta., EGC

Guyton.A.C, 1996.Teksbook of Medical Physiology, philadelpia. Elsevier saunders.

Sherwood, Lauree. 2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Jakarta : Penerbit Buku

Kedokteran EGC.

Taslim,arnaldi,dr. Sp.PD.2009. Kesehatan Ginjal. Diakses dari :

http://www.sekbertal.org/index2.php?option=com_content&do_pdf=1&id=1901. Pada Tanggal :

01 juli 2009

Virgiawa, Daril, S.Sc. Mekanisme Dasar Ginjal. Diakses dari :

http://www.darryltanod.blogspot.com/2008/04/mekanisme-proses-dasar-ginjal-darryl.html. Pada

Tanggal : 01 Juli 2009

Wikipedia.2008.Homeostasis. Diakses dari : http://id.wikipedia.org/wiki/Homeostasis. Pada

Tanggal : 01 Juli 2009