Upload
r-haruming-putri
View
71
Download
3
Embed Size (px)
Citation preview
RESPONSI FURUNKEL
2014
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
I. Pendahuluan
Furunkel merupakan salah satu bentuk dari pioderma yang sering
dijumpai, dan penyakit ini sangat erat hubungannya dengan keadaan sosial-
ekonomi. Secara umum penyebab furunkel adalah kuman gram positif, yaitu
Stafilokokus dan Streptokokus. Furunkel dapat disebabkan juga oleh kuman gram
negatif, misalnya Pseudomonas aeruginosa, Proteus vulgaris, Proteus mirabilis,
Escherichia coli, dan Klebsiella.1,2
Furunkel adalah radang pada folikel rambur dan jaringan sekitarnya.
Furunkel dapat terjadi di seluruh bagian tubuh, predileksi terbesar penyakit ini
pada wajah, leher, ketiak, pantat atau paha. Setiap orang memiliki potensi terkena
penyakit ini, namun beberapa orang dengan penyakit diabetes, sistem imun yang
lemah, jerawat atau problem kulit lainnya memiliki resiko lebih tinggi. Gambaran
klinis penyakit ini adalah timbulnya nodul kemerahan berisi pus, panas dan nyeri.
Diagnosis furunkel dapat ditegakkan berdasarkan gambaran klinis yang
dikonfirmasi dengan pewarnaan gram dan kultur bakteri.3
Furunkel dapat menimbulkan komplikasi yang cukup serius. Masuknya
Staphylococcus aureus ke dalam aliran darah menimbulkan bakteremia.
Bakteremia Staphylococcus aureus dapat mengakibatkan infeksi pada organ lain
atau yang dikenal infeksi metastasis sep. Pada tahap akhir, mengakibatkan sepsis
yang dapat mrti osteomielitis, akut endokarditis, dan abses otak. Manipulasi pada
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG 1
RESPONSI FURUNKEL
2014
lesi akan mempermudah menyebarnya infeksi melalui aliran darah. Tetapi,
komplikasi tersebut jarang terjadi. 3
Penatalaksanaan furunkel meliputi pengobatan topikal, sistemik, dan
pengobatan penyakit yang mendasari. Umumnya penderita sembuh dengan terapi
adekuat tersebut, namun ada beberapa penderita yang mengalami rekurensi yang
membutuhkan evaluasi dan penanganan lebih lanjut.3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I. Definisi
Furunkel adalah peradangan pada folikel rambut dan jaringan subkutan
sekitarnya. Furunkel dapat terbentuk pada lebih dari satu tempat. Jika lebih dari
satu tempat disebut furunkulosis. Furunkulosis dapat disebabkan oleh berbagai
faktor antara lain akibat iritasi, kebersihan yang kurang, dan daya tahan tubuh
yang kurang. Infeksi dimulai dengan adanya peradangan pada folikel rambut di
kulit (folikulitis), kemudian menyebar ke jaringan sekitarnya.1,3 Karbunkel adalah
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG 2
RESPONSI FURUNKEL
2014
satu kelompok beberapa folikel rambut yang terinfeksi oleh Staphylococcus
aureus, yang disertai oleh keradangan daerah sekitarnya dan juga jaringan
dibawahnya termasuk lemak bawah kulit.4
Gambar 1Furunkel5
Gambar 2Furunkulosis. 6
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG 3
RESPONSI FURUNKEL
2014
Gambar 3Karbunkel 3
II. Sinonim
Furunkel dapat disebut juga sebagai bisul.3
III. Epidemiologi
Penyakit ini memiliki insidensi yang rendah. Belum terdapat data spesifik
yang menunjukkan prevalensi furunkel. Furunkel umumnya terjadi pada anak-
anak, remaja sampai dewasa muda. Anak laki-laki lebih sering terkena penyakit
ini.2,3
V. Etiologi
Permukaan kulit normal atau sehat dapat dirusak oleh karena iritasi,
tekanan, gesekan, hiperhidrosis, dermatitis, dermatofitosis, dan beberapa faktor
yang lain, sehingga kerusakan dari kulit tersebut dipakai sebagai jalan masuknya
Staphylococcus aureus maupun bakteri penyebab lainnya. Penularannya dapat
melalui kontak atau auto inokulasi dari lesi penderita. Furunkulosis dapat menjadi
kelainan sistemik karena faktor predisposisi antara lain, alcohol, malnutrisi,
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG 4
RESPONSI FURUNKEL
2014
diskrasia darah, iatrogenic atau keadaan imunosupresi termasuk AIDS dan
diabetes mellitus.3
VI. Patogenesis
Kulit memiliki flora normal, salah satunya S.aureus yang merupakan flora
residen pada permukaan kulit dan kadang-kadang pada tenggorokan dan saluran
hidung. Predileksi terbesar penyakit ini pada wajah, leher, ketiak, pantat atau
paha. Bakteri tersebut masuk melalui luka, goresan, robekan dan iritasi pada kulit.
Selanjutnya, bakteri tersebut berkolonisasi di jaringan kulit. Respon primer host
terhadap infeksi S.aureus adalah pengerahan sel PMN ke tempat masuk kuman
tersebut untuk melawan infeksi yang terjadi. Sel PMN ini ditarik ke tempat infeksi
oleh komponen bakteri seperti formylated peptides atau peptidoglikan dan sitokin
TNF (tumor necrosis factor) dan interleukin (IL) 1 dan 6 yang dikeluarkan oleh
sel endotel dan makrofag yang teraktivasi. Hal tersebut menimbulkan inflamasi
dan pada akhirnya membentuk pus yang terdiri dari sel darah putih, bakteri dan
sel kulit yang mati. 3
Gambar 4Inflamasi furunkel yang luas pada leher dengan purulensi yang baru
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG 5
RESPONSI FURUNKEL
2014
Gambar 5Tempat Predileksi Furunkel
Didapatkan keluhan utama dan keluhan tambahan pada perjalanan dari
penyakit furunkel. Lesi mula-mula berupa infiltrat kecil, dalam waktu singkat
membesar kemudian membentuk nodula eritematosa berbentuk kerucut.
Kemudian pada tempat rambut keluar tampak bintik-bintik putih sebagai mata
bisul. Nodus tadi akan melunak (supurasi) menjadi abses yang akan memecah
melalui lokus minoris resistensi yaitu di muara folikel, sehingga rambut menjadi
rontok atau terlepas. Jaringan nekrotik keluar sebagai pus dan terbentuk fistel.
Karena adanya mikrolesi baik karena garukan atau gesekan baju, maka kuman
masuk ke dalam kulit. Beberapa faktor eksogen yang mempengaruhi timbulnya
furunkel yaitu, musim panas (karena produksi keringat berlebih), kebersihan dan
hygiene yang kurang, lingkungan yang kurang bersih. Sedangkan faktor endogen
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG 6
RESPONSI FURUNKEL
2014
yang mempengaruhi timbulnya furunkel yaitu, diabetes, obesitas, hiperhidrosis,
anemia, dan stres emosional.2
VII. Gejala Klinis
Mula-mula nodul kecil yang mengalami keradangan pada folikel rambut,
kemudian menjadi pustule dan mengalami nekrosis dan menyembuh setelah pus
keluar dengan meninggalkan sikatriks. Awal juga dapat berupa macula
eritematosa lentikular setempat, kemudian menjadi nodula lentikular setempat,
kemudian menjadi nodula lentikuler-numular berbentuk kerucut.4
Nyeri terjadi terutama pada furunkel yang akut, besar, dan lokasinya di
hidung dan lubang telinga luar. Bisa timbul gejala kostitusional yang sedang,
seperti panas badan, malaise, mual. Furunkel dapat timbul di banyak tempat dan
dapat sering kambuh. Predileksi dari furunkel yaitu pada muka, leher, lengan,
pergelangan tangan, jari-jari tangan, pantat, dan daerah anogenital.7,8
VIII. Diagnosa
Diagnosa dapat ditegakkan dengan anamnesis, pemeriksaan klinis,
pemeriksaan bakteriologi dari sekret.2
a. Anamnesa
Pasien datang dengan keluhan terdapat nodul yang nyeri. Ukuran nodul
tersebut meningkat dalam beberapa hari. Beberapa pasien mengeluh demam dan
malaise.4
b. Pemeriksaan Fisik
Terdapat nodul berwarna merah, hangat dan berisi pus. Supurasi terjadi
setelah kira-kira 5-7 hari dan pus dikeluarkan melalui saluran keluar tunggal
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG 7
RESPONSI FURUNKEL
2014
(single follicular orifices). Furunkel yang pecah dan kering kemudian membentuk
lubang yang kuning keabuan ireguler pada bagian tengah dan sembuh perlahan
dengan granulasi.8
c. Pemeriksaan Penunjang
Furunkel biasanya menunjukkan leukositosis. Pemeriksaan histologis dari
furunkel menunjukkan proses inflamasi dengan PMN yang banyak di dermis dan
lemak subkutan. Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan gambaran klinis yang
dikonfirmasi dengan pewarnaan gram dan kultur bakteri. Pewarnaan gram
S.aureus akan menunjukkan sekelompok kokus berwarna ungu (gram positif)
bergerombol seperti anggur, dan tidak bergerak. Kultur pada medium agar MSA
(Manitot Salt Agar) selektif untuk S.aureus. Bakteri ini dapat memfermentasikan
manitol sehingga terjadi perubahan medium agar dari warna merah menjadi
kuning. Kultur S. aureus pada agar darah menghasilkan koloni bakteri yang lebar
(6-8 mm), permukaan halus, sedikit cembung, dan warna kuning keemasan. Uji
sensitivitas antibiotik diperlukan untuk penggunaan antibiotik secara tepat.3
Gambar 6
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG 8
RESPONSI FURUNKEL
2014
Gambaran Mikroskopik S.aureus dengan Pengecatan Gram.
IX. Diagnosa Banding
a. Hidradenitis Suppurativa
Hidradenitis suppurativa (apokrinitis) sering membuat salah diagnosis
furunkel. Berbeda dengan furunkel, penyakit ini ditandai oleh abses steril dan
sering berulang. Selain itu, daerah predileksinya berbeda dengan furunkel yaitu
pada aksila, lipat paha, pantat atau dibawah payudara. Adanya jaringan parut yang
lama, adanya saluran sinus serta kultur bakteri yang negatif memastikan diagnosis
penyakit ini dan juga membedakannya dengan furunkel. 6
Gambar 7 Hidradenitis Supurativa
(Pustul dan papul inflamasi yang berada di daerah pantat seorang pria)
b. Sporotrikosis
Merupakan kelainan jamur sistemik, timbul benjolan-benjolan yang
berjejer sesuai dengan aliran limfe, pada perabaan terasa kenyal dan terdapat nyeri
tekan.2
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG 9
RESPONSI FURUNKEL
2014
c. Blastomikosis
Didapatkan benjolan multipel dengan beberapa pustula, daerah sekitarnya
melunak. 2
d. Skrofuloderma
Biasanya berbentuk lonjong, livid, dan ditemukan jembatan-jembatan kulit
(skin bridges). 2
X. Penatalaksanaan
Pada furunkel di bibir atas pipi dan karbunkel pada orang tua sebaiknya
dirawat inapkan. Pengobatan topikal, bila lesi masih basah atau kotor dikompres
dengan solusio sodium chloride 0,9%. Bila lesi telah bersih, diberi salep natrium
fusidat atau framycetine sulfat kassa steril. 2,4
Antibiotik sistemik mempercepat resolusi penyembuhan dan wajib
diberikan pada seseorang yang beresiko mengalami bakteremia. Antibiotik
diberikan selama tujuh sampai sepuluh hari. Lebih baiknya, antibiotik diberikan
sesuai dengan hasil kultur bakteri terhadap sensitivitas antibiotik.3
Bila infeksi berasal dari methicillin resistent Streptococcus aureus (MRSA)
dapat diberikan vankomisin sebesar 1 gram tiap 12 jam. Pilihan lain adalah
tetrasiklin, namun obat ini berbahaya untuk anak-anak. Terapi pilihan untuk
golongan penicilinase-resistant penicillin adalah dicloxacilin Pada penderita yang
alergi terhadap penisilin dapat dipilih golongan eritromisin. Pada orang yang
alergi terhadap β-lactam antibiotic dapat diberikan vancomisin. 3
Tindakan insisi dapat dilakukan apabila telah terjadi supurasi. Higiene
kulit harus ditingkatkan. Jika masih berupa infiltrat, pengobatan topikal dapat
diberikan kompres salep iktiol 5% atau salep antibotik. Adanya penyakit yang
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG 10
RESPONSI FURUNKEL
2014
mendasari seperti diabetes mellitus, harus dilakukan pengobatan yang tepat dan
adekuat untuk mencegah terjadinya rekurensi.2,4
Terapi antimikrobial harus dilanjutkan sampai semua bukti inflamasi
berkurang. Lesi yang didrainase harus ditutupi untuk mencegah autoinokulasi.
Pasien dengan furunkel yang berulang memerlukan evaluasi dan penanganan lebih
komplek.2
XI. Prognosis
Prognosis baik sepanjang faktor penyebab dapat dihilangkan, dan
prognosis menjadi kurang baik apabila terjadi rekurensi. Umumnya pasien
mengalami resolusi, setelah mendapatkan terapi yang tepat dan adekuat. Beberapa
pasien mengalami komplikasi bakteremia dan bermetastasis ke organ lain.
Beberapa pasien mengalami rekurensi, terutama pada penderita dengan penurunan
kekebalan tubuh.2
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG 11
RESPONSI FURUNKEL
2014
BAB III
TINJAUAN KASUS
Pembimbing : dr. Firdausi Nurharini K., Sp. KK
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : An. MH
Umur : 6 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pekerjaan : -
Nomer Register : 700669
B. ANAMNESIS
1. Keluhan Utama : benjolan kecil di leher
2. Riwayat Penyakit Sekarang (RPS)
Awalnya pasien mengeluh timbul bintik kecil di hidung sejak 2
minggu yang lalu. Semakin lama membesar dan nyeri serta kadang
disetai gatal. Bintik di hidung diolesi salep Gentamycin kemudian
pecah mengeluarkan darah dan nanah sekitar 1 minggu yang lalu.
Tiga hari sejak keluar bintik di hidung, muncul benjolan serupa di
leher sebelah kanan dan lebih besar dari yang di hidung. Benjolan
semakin membesar dan sangat nyeri. Benjolan juga diolesi dengan
salep Gentamycin. Pagi hari mengeluarkan nanah sedikit kemudian
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG 12
RESPONSI FURUNKEL
2014
keluarga pasien memutuskan untuk berobat. Tidak ada benjolan di
tempat lain. Pasien tampak sedikit lemas, demam (-), nafsu makan
tetap. Pasien jarang makan telur, ikan laut, nugget, bakso, dan mi.
Apabila makan makanan tersebut, pasien tidak mengeluh gatal-gatal.
3. Riwayat Penyakit Dahulu (RPD)
a) Tidak pernah sakit seperti ini sebelumnya
4. Riwayat Penyakit Keluarga (RPK)
a) Ayah alergi seafood : gatal-gatal
b) Ibu riwayat alergi (-)
5. Riwayat Sosial
a) Pasien mandi teratur sehari 2x.
b) Bak kamar mandi dikuras seminggu sekali
c) Pasien senang bermain di luar rumah siang hari selepas pulang
sekolah dan kadang-kadang tidak memakai sandal serta lupa
mencuci tangan dan kaki
d) Baju yang dipakai bermain kadang dipakai lagi hingga tidur
dan digunakan lagi esok hari
6. Riwayat Alergi
Alergi obat, makanan, disangkal
C. HASIL PEMERIKSAAN
a. Status Generalis
- Keadaan umum : Baik
- Kesadaraan : Compos Mentis
- Vital sign : Dalam Batas Normal
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG 13
RESPONSI FURUNKEL
2014
- Kepala : Dalam Batas Normal
- Leher : Lihat status dermatologis
- Thorax : Dalam Batas Normal
- Abdomen : Dalam Batas Normal
- Ekstermitas : Dalam Batas Normal
b. Status Dermatologis
− Pada regio colli dextra tampak gambaran makula eritematosa
dengan nodul eritematosa di atasnya dengan Ø 2cm dan pada
sebagian nodul tampak krusta kekuningan. Pus (-), vesikel (-)
FOTO KASUS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG 14
RESPONSI FURUNKEL
2014
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang
E. RESUME
Anak perempuan 6 tahun datang dengan keluhan ada benjolan kecil di
leher sejak 2 minggu yang lalu. Awalnya muncul bintik kecil di hidung
yang kian hari membesar serta nyeri dan kaang disertai gatal. Orang tua
pasien mengolesi dengan salep
Gentamycin kemudian pecah dan mengeluarkan darah serta nanah 1
minggu yang lalu. Tiga hari sejak timbul bintik di hidung muncul juga
benjolan di leher yang semakin hari semakin besar dan nyeri. Benjolan
juga diolesi dengan salep Gentamycin dan seminggu kemudian
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG 15
RESPONSI FURUNKEL
2014
mengeluarkan sedikit nanah. Pasien jarang makan telur, ikan laut, nugget,
bakso, dan mi. Pasien sering bermain di luar rumah dan kadang lupa
mencuci tangan dan kaki. Baju yang digunakan bermain kadang digunakan
untuk tidur atau untuk dipakai lagi esok hari. Pada regio colli dextra tampak
gambaran makula eritematosa dengan nodul eritematosa di atasnya dengan Ø
2cm dan pada sebagian nodul tampak krusta kekuningan. Pus (-), vesikel (-)
F. DIAGNOSIS
Furunkel
G. DIAGNOSIS BANDING
Tidak ada diagnosis banding
H. PENATALAKSANAAN
a) Non-Medikamentosa
- Hindari menyentuh daerah luka terlalu sering apalagi menggaruk
- Menjaga higienitas kulit seperti mengganti baju yang digunakan
untuk bermain, mencuci tangan dan kaki sehabis bermain.
b) Medikamentosa
- Erythromycin syrup 3x1 cth
- Ibuprofen syrup 3x1 cth
- Salep Garamycin
I. PROGNOSIS
Prognosis baik bila terapi dilakukan secara adekuat dan menghindari
faktor predisposisi.
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG 16
RESPONSI FURUNKEL
2014
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 IDENTITAS PASIEN
Pada kasus ini, pasien An. MH usia 6 tahun tinggal di Surabaya. Hal ini
sesuai dengan literatur yang mengatakan bahwa Furunkel umumnya terjadi pada
anak-anak, remaja sampai dewasa muda. Permukaan kulit normal atau sehat dapat
dirusak oleh karena iritasi, tekanan, gesekan, hiperhidrosis, dermatitis,
dermatofitosis dan beberapa gaktor lain sehingga kerusakan kulit tersebut dapat
menjadi jalan masuknya Staphilococcus aureus. Penularan dapat melalui kontak
atau autoinokulasi dari lesi pasien. 2,3
4.2 ANAMNESIS dan PEMERIKSAAN FISIK
Awalnya pasien mengeluh timbul bintik kecil di hidung sejak 2 minggu
yang lalu. Semakin lama membesar dan nyeri serta kadang disetai gatal. Bintik di
hidung diolesi salep Gentamycin kemudian pecah mengeluarkan darah dan nanah
sekitar 1 minggu yang lalu. Tiga hari sejak keluar bintik di hidung, muncul
benjolan serupa di leher sebelah kanan dan lebih besar dari yang di hidung.
Benjolan semakin membesar dan sangat nyeri. Benjolan juga diolesi dengan salep
Gentamycin. Pagi hari mengeluarkan nanah sedikit kemudian keluarga pasien
memutuskan untuk berobat. Tidak ada benjolan di tempat lain. Pasien tampak
sedikit lemas, demam (-), nafsu makan tetap.
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG 17
RESPONSI FURUNKEL
2014
Status Dermatologis pada regio colli dextra tampak gambaran makula
eritematosa dengan nodul eritematosa di atasnya dengan Ø 2cm dan pada sebagian nodul
tampak krusta kekuningan. Pus (-), vesikel (-)
Hal ini sesuai literatur yang mengatakan bahwa predileksi terbesar
penyakit ini adalah wajah, leher, ketiak, pantat, atau paha. Perjalanan penyakit
juga dimulai dengan munculnya nodul dengan diameter 1-2 cm disertai rasa sakit
dan nyeri yang mula-mula berupa infiltrat kecil dan dalam waktu singkat
membesar kemudian membentuk nodula eritematosa berbentuk kerucut. Nodus
tadi akan melunak (supurasi) menjadi abses. Demikian halnya dengan bintik kecil
yang muncul di hidung oleh karena keradanagn kemudian menjadi pustula dan
mengalami nekrosis serta sembuh setelah pus keluar.2
4.3 DIAGNOSA
Dari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik dapat diambil diagnosis yaitu
furunkel dengan tanpa diagnosis banding.
4.5 PENATALAKSANAAN
Dalam kasus ini, pasien mendapatkan terapi non-medikamentosa berupa
hindari menyentuh daerah luka terlalu sering apalagi menggaruk serta enjaga
higienitas kulit seperti mengganti baju yang digunakan untuk bermain, mencuci
tangan dan kaki sehabis bermain. Hal ini sesuai dengan literatur yang mengatakan
bahwa salah satu faktor predisposisi pioderma atau infeksi bakteri adalah higiene
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG 18
RESPONSI FURUNKEL
2014
yang kurang sehingga pasien harus benar-benar memperhatikan kebersihan
dirinya.
Pasien juga mendapat terapi medikamentosa berupa Erythromycin syrup
3x1, Ibuprofen syrup 3x1, Salep Garamycin. Hal ini sesuai dengan literatur yang
mengatakan bahwa terapi antibiotik sistemik pada furunkel adalah dengan
Erythromycin. Sirup Ibuprofen diberikan untuk meningkatkan imunitas tubuh
oleh karena salah satu faktor predisposisi pioderma adalah menurunnya daya
tahan tubuh.
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG 19
RESPONSI FURUNKEL
2014
DAFTAR PUSTAKA
1. Djuanda A. Pioderma. In: Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi kelima.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2010. hal 60.
2. Abdullah, Benny. Furunkulosis. In: Dermatologi Pengetahuan Dasar dan Kasus
di Rumah Sakit. SMF Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin RSU Haji.Surabaya.
2009. hal 113-115.
3. Timothy G. Bacterial Infection. In: Fitzpatrick’s Dermatology in General
Medicine. 7th Edition. United States of America: The McGraw-Hill Companies.
2008. pp 1689-1702.
4. Suyoso Sunarso, dkk. Furunkel. In: Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu
Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi ke-3. Surabaya: Fakultas Kedokteran Unair.
2005. Hal 29-32.
5. Gawkrodger, DJ. Bacterial Infection - Staphylococcal and Streptococcal. In:
Dermatology - An Illustrated Colour Text. 3rd Ed. Toronto. Churcill Livingstone.
2003. 44-45.
6. http://www.nyayahealth.org/Library/nyaya_protocol_skininfxn.pdf diakses pada
tanggal 5 Juli 2014.
7. Murtiastutik Dwi (editor), dkk. Atlas Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi ke-2
Cetakan kedua. Surabaya: Dep/SMF Kulit dan Kelamin FK UNAIR/RSUD
dr.Soetomo. 2010. Hal 30-32.
8. Cohen P.R et al. Bacterial Infection. In: Harry L.A et al, editor . Andrews
Disease of The Skin: Clinical Dermatology. 10th edition. Philadelphia: W.B.
Saunders Company. 2006. pp 253-254
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG 20
RESPONSI FURUNKEL
2014
9. Ray J. Bacterial Infection. In: ABC of Dermatology. Fourth Edition. London:
BMJ Publishing Group Ltd. 2003. pp 90
10. Hay RJ, Adriaans BM. Bacterial Infections. Burns T, Breathnach S, Cox N,
Griffiths C. Rook’s Textbook of Dermatology. 8th Ed. Singapore. Wiley-Blackwell.
2010. 30.23-30.24.
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG 21