25
G. PAPANDAYAN, JAWA BARAT G. Papandayan (foto oleh: Yana K. Mei 2009) KETERANGAN UMUM Nama Gunungapi : G. Papandayan Nama Lain : - Nama Kawah : Kawah Mas, Kawah Nangklak, Kawah Manuk Nama kawah lain di sekitar G. Papandayan : Tegal ALun- alun dan Tegal Brungbung. Lokasi a. Administrasi b. Posisi Geografi : : Kabupaten Garut, Jawa Barat 7°19’00" LS dan 107°44'00"BT Ketinggian : 2665 dpl Kota Terdekat : Garut Tipe Gunungapi : Strato tipe A Pos Pengamatan : Kampung Pusparendeng, Desa Pakuwon, Kec. Cisurupan, Kab. Garut Dengan posisi geografi : 07 o 16’24,25”LS 107 o 47’28,76”BT

G. PAPANDAYAN, JAWA BARAT - ESDM

  • Upload
    others

  • View
    6

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: G. PAPANDAYAN, JAWA BARAT - ESDM

G. PAPANDAYAN, JAWA BARAT

G. Papandayan (foto oleh: Yana K. Mei 2009)

KETERANGAN UMUM

Nama Gunungapi : G. Papandayan

Nama Lain : -

Nama Kawah : Kawah Mas, Kawah Nangklak, Kawah Manuk

Nama kawah lain di sekitar G. Papandayan : Tegal ALun-

alun dan Tegal Brungbung.

Lokasi

a. Administrasi

b. Posisi Geografi

:

:

Kabupaten Garut, Jawa Barat

7°19’00" LS dan 107°44'00"BT

Ketinggian : 2665 dpl

Kota Terdekat : Garut

Tipe Gunungapi : Strato tipe A

Pos Pengamatan : Kampung Pusparendeng, Desa Pakuwon, Kec. Cisurupan,

Kab. Garut

Dengan posisi geografi :

07o16’24,25”LS 107o47’28,76”BT

Page 2: G. PAPANDAYAN, JAWA BARAT - ESDM

PENDAHULUAN

Cara Mencapai Puncak

Jalan pertama, melalui kota, lalu menuju Kecamatan Cisurupandan dari sini

dilanjutkan hingga Kawah Mas. Jalan kedua, melalui Pangalengan, melewati daerah

perkebunan Garut Selatan (Perk. Sedep dan Malabar) hingga perkebunan Cileuleuy, dari

sini dilanjutkan menuju Kawah Mas.

Demografi

Konsentrasi pemukiman penduduk berada di sektor timurlaut, tenggara dan timur-

tenggara yakni di Kecamatan Bayongbong, Cikajang dan Cisurupan. Sedangkan

pemukiman penduduk di sektor utara, baratlaut, barat, baratdaya dan selatan jumlahnya

relatif sedikit.

Inventarisasi Sumberdaya Gunungapi

a. Batuan Beku

Cadangan batuan beku cukup berlimpah, berupa lava berkomposisi andesit dan

andesit-basaltik, dimanfaatkan menjadi batu belah dan batu lempengan untuk

keperluan bahan bangunan dan batu hias serta pengerasan jalan dan pembuatan

jembatan.

b. Belerang (Sulfur)

Cadangan belerang (sulfur) cukup berlimpah, terutama di Kawah Mas (puncak

G.Papandayan), dipergunakan untuk pembuatan pupuk. Akses jalan menuju Kawah

Mas sudah beraspal dengan kondisi relatif baik, kecuali antara tempat parkir dan

Kawah Mas.

c. Kaolin

Cadangan kaolin relatif sedikit, terutama terdapat di sekitar G. Walirang, Kawah Mas

dan di sebaran endapan guguran puing (debris avalanche deposit). Biasanya

dipergunakan untuk pembuatan porselin dan obat-obatan.

Wisata

Terdapat di sekitar puncak G. Papandayan, yakni di Kawah Mas. Untuk objek

camping yang cukup representatif, adalah di sekitar Tegal Alun-alun dan Tegal

Brungbung. Panorama alam yang cukup memukau, terdapat di sektor barat, baratlaut dan

utara, terutama karena hamparan perkebunan tehnya.

Page 3: G. PAPANDAYAN, JAWA BARAT - ESDM

Bagi penggemar hiking, dapat melakukannya melalui sektor timurlaut, yakni melalu

kampung Panday, melewati Pos Pengamatan G, Papandayan (berposisi di kampung

Pusparendeng), kampung Pangauban (dengan kemiringan lereng relatif kecil, yakni

berkisar antara 5o dan 10o). Dari sini menuju puncak G.Papandayan sektor timurlaut

melewati punggungan berkemiringan lereng antara 30 o dan 45o. Lama perjalanan berkisar

5-6 jam.

SEJARAH LETUSAN

Aktifitas – aktifitas vulkanik gunungapi Papandayan yang pernah tercatat adalah

sebagai berikut :

1772 Pada malam hari tanggal 11 – 12 Agustus terjadi erupsi besar dari kawah sentral dan awan panas yang dilontarkan telah membunuh sekitar 2951 orang dan menghancurkan sekitar 40 perkampungan.

1882 Pada tanggal 28 Mei sore pada waktu hari cerah dan langit terang di Campaka Warna terdengar suara gemuruh di dalam tanah yang diduga berasal dari gunung Papandayan.

1923 Pada tanggal 11 Maret terjadi erupsi yang mengeluarkan lumpur beserta batu – batu yang dilontarkan hingga jarak 150 meter. Terdapat 7 buah erupsidalam kawah Baru dan letusa ini didahului oleh gempa yang terasa di Cisurupan.

1924 Pada tanggal 25 Januari kawah Mas suhunya naik dari 364 0 C menjadi 500

0 C kemudian

terjadi erupsi lumpur di kawah Mas dan kawah Baru. Pada tanggal 16 desember terdengar suara guntur dan ledakan dari kawah Baru, hutan sekitar menjadi gundul karena kejatuhan batu dan lumpur, bahan erupsi terlontar ke arah timur hampir mencapai Cisurupan.

1925 Pada tanggal 21 Februari terjadi erupsi lumpur pada kawah Nangklak yang disusul semburan gas kuat dengan hujan lumpur.

1926 Di kawah Mas terjadi erupsi lumpur kecil bercampur belerang. Di kawah Baru terjadi tiupan kuat yang melontarkan tepung belerang hingga mencapai jarak 300 meter ke arah timur laut danke jurusan barat daya mencapai 100 meter dan diakhiri dengan erupsi lumpur belerang.

1927 Pada tanggal 16 – 18 Februari terjadi kenaikan kegiatan di kawah Mas dan sampai sekarang masih terjadi kepulan asap fumarola dan solfatar serta bualan lumpur air panas.

1942 Pada tanggal 15 – 16 Agustus lahir lubang erupsi baru.

1993 Pada tanggal 17 Juli terjadi ledakan lumpur di kawah Baru.

1998 Bulan Juni terjadi aktifitas vulkanik yang cukup berarti, dengan terjadinya peningkatan jumlah gempa menurut catatan seismik, juga terjadinya semburan lumpur dan gas pada lubang fumarol kawah, yaitu pada kawah Mas, yang mencapai ketinggian kira-kira lima meter.

2002 Dimulai pada tanggal 11 November terjadi peningkatan aktifitas vulkanis di gunungapi Papandayan, erupsi yang besar terjadi di gunungapi Papandayan mulai 13 – 20 November, aktifitas menurun hingga tanggal 21 Desember, akibat dari erupsi ini terjadi longsoran pada dinding kawah Nangklak dan banjir disepanjang aliran sungai Cibeureum gede hingga ke sungai Cimanuk sejauh 7 km, merendam beberapa unit rumah dan menyebabkan erosi besar sepanjang alirannya.

Karakteristik Erupsi

Erupsi G. Papandayan sepanjang sejarah kehidupan manusia sampai saat ini

berupa erupsi freatik sampai freatomagmatik seperti yang terjadi pada tahun 2002

(Gambar di bawah).

Page 4: G. PAPANDAYAN, JAWA BARAT - ESDM

110

41

1 1 1 1 1

14

51

5 4

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

110

120

130

140

150

1772 1882 1923 1924 1925 1926 1927 1928 1942 1993 1998 2002

Tahun Letusan

Ma

sa

Is

tira

ha

t (T

hn

)

Letusan G.Papandayan

Gunung Papandayan termasuk gunungapi tipe A yaitu gunungapi yang pernah

meletus setelah tahun 1600, erupsi yang pernah terjadi di gunungapi Papandayan tercatat

pada tahun 1772 yang menelan korban jiwa sekitar dua ribu jiwa dan melenyapkan

banyak sekali perkampungan di sekitar wilayah gunung Papandayan. Kegiatan yang

Page 5: G. PAPANDAYAN, JAWA BARAT - ESDM

terjadi tahun 1772 ini merupakan kegiatan erupsi yang besar dimana sebagian dari

puncak gunung dilontarkan dan melanda daerah seluas lebih kurang 250 km, kegiatan

tersebut diawali dengan dimuntahkannya api yang sangat besar, dan erupsi ini terjadi di

kawah sentral. Awan panas meluncur ke arah timur laut dan sebagian besar dari bahan

erupsi dialirkan oleh sungai Ciparugpug dan Cibeureum ke arah hilir.

GEOLOGI

Morfologi

Pembagian morfologi G. Papandayan (didasarkan atas perbedaan bentuk,

kemiringan lereng, bentuk dan struktur lembah), dipisahkan menjadi: Morfologi Puncak

(G.Papandayan, +2640 m, G. Masigit, +2671 m, Pasir Malang, 2679 m, dan G. Nangklak,

+2474 m, dicirikan dengan dinding tajam dan lembah sempit, erosi kuat, vegetasi lebat);

Morfologi Tubuh (termasuk di dalamnya adalah kawah Brungbrung, Kawah Manuk, Kawah

Nangklah, Kawah Baru dan Lembah Ruslan, dibentuk oleh aliran lava dan endapan aliran

piroklastik, berpola aliran radier; Morfologi Kaki, dicirikan oleh morfologi berelief halus di

sektor timurlaut dan selatan, dan berelief sedang di sektor selatan, dibentuk oleh aliran

lava dan endapan aliran piroklastik, berpola aliran dendrtitik; dan Morfologi Tapalkuda,

merupakan depresi berarah timurlaut mulai dari Kawah Mas hingga Kampung Cibalong

dan Cibodas sebagai hasil dari peristiwa pembentukkan endapan guguran puing (debris

avalanche deposit).

Stratigrafi

Stratigrafi dipisahkan menjadi Produk Primer, terdiri dari Batuan Tersier terdiri dari

andesit, ditemukan di sebelah selatan G. Papandayan; Produk Gunungapi di sekitar G.

Papandayan (endapan jatuhan piroklastik G. Geulis, intrusi G. Kembar, endapan jatuhan

piroklastik dan aliran lava G.Cikuray, endapan jatuhan piroklastik G. Jaya, dan aliran

piroklastik G.Puntang); Produk G. Papandayan (aliran lava, endapan jatuhan dan aliran

piroklastik); Produk Kawah Tegal Alun-alun (aliran lava dan endapan aliran piroklastik);

Produk G. Nangklak (endapan jatuhan piroklastik); Produk Kawah Manuk (endapan

jatuhan piroklastik); dan Produk Kawah Mas (endapan jatuhan piroklastik) dan Produk

Sekunder (endapan guguran puing Kawah Manuk, endapan guguran puing Kawah Mas,

dan lahar).

Struktur Geologi, dipisahkan menjadi struktur sesar dan struktur kawah. Struktur

sesar umumnya berjenis sesar normal, ditemukan di sekitar G.Nangklak, Kawah Tegal

Alun-alun, Kawah Mas dan G.Walirang, serta di lereng baratlaut dan tenggara

Page 6: G. PAPANDAYAN, JAWA BARAT - ESDM

G.Papandayan, berarah umum NE-SW, NW-SE. dan NNW-SSE dengan indikasi berupa

breksiasi, kelurusan topografi, zona hancuran Struktur kawah, terdapat di Kawah Mas,

Kawah Manuk, Kawah Brungbrung, Kawah Tegal Alun-alun, Kawah Nangklak, dan Kawah

Baru.

Evolusi Gunungapi G. Papandayan dan sekitar, dimulai dengan pembentukkan

Pegunungan Selatan (tersier), diikuti dengan pembentukkan gunungapi di lsekitar

G.Papandayan (G. Geulis, G. Cikuray, G. Jaya, dan G. Puntang), disusul dengan

pembentukkan tubuh G. Papandayan, menghasilkan kawah Papandayan, Kawah Tegal

Alun-alun, Kawah Nangklak, Kawah Manuk, Kawah Mas, dan Kawah Baru. Pembentukkan

endapan sekunder yang dimanifestasikan dengan endapan guguran puing, terjadi

sebelum tahun 1772 (tersebar di sektor utara-timurlaut, bersumber dari Kawah Manuk)

dan terjadi pada tahun 1772 (tersebar di sektor timurlaut, bersumber dari Kawah Mas).6)

Petrografi

Aliran lava produk G. Papandayan, dapat dibagi menjadi dua kelompok utama, yakni:

aliran lava berkomposisi basalt augit hipersten (bertekstur aliran pilotaksit, terdiri dari

andesin An56An44 hingga labradorit An46An54, augit, hipersten, olivin, magnetit dalam

masadasar gelas gunungapi) dan aliran lava andesit hipersten augit. 7), 8)

Lava andesit hipersten augit vitrofirik, terdiri dari lava bertekstur vitrofirik, terdiri dari

hipersten, augit, andesin An66An34, dan magnetit dalam masadasar gelas gunungapi;

sebagian terubah (kloritisasi, limonitasasi dan serisitisasi). Di beberapa tempat terdapat

batuan asing (kuarsit dan batulempung mengandung bijih) yang terkungkung dalam lava

andesit hipersten augit.

Lava andesit hipersten augit kriptokristalin, tersusun oleh hipersten, augit, andesin

An66An34, magnetit, dan pigeonit dalam masadasar gelas gunungapi. Sebagian lava yang

terdapat di sekitar Kawah Walirang sudah tidak bisa dikenali lagi, berwarna merah bata,

abu-abu keputihan – cenderung berubah menjadi lempung dan kaolin. 9)

Di daerah kawah, pengaruh hembusan solfatar terhadap aliran lava menghasilkan

endapan lempung dan kaolin bercampur lumpur belerang, sering disertai dengan firit,

lembar-lembar gipsum, limonit dan jarosit. 10)

10) M.Z. Sjarifudin, loc. cit.

Page 7: G. PAPANDAYAN, JAWA BARAT - ESDM

GEOFISIKA

Seismik

Monitoring aktivitas G. Papandayan dilakukan secara kontinu dari Pos Pengamatan

G.Papandayan (Kampung Pusparendeng, berposisi di sebelah timurlaut G. Papandayan).

Perlalatan monitoring seismik yang dipakai adalah Seismograph Telemetric System

(Kinemetrics PS-2 type) dengan seismometer yang diposisikan di sekitar Kawah Mas-

Kawah Waliran. Seismik, didominasi oleh gempa vulkanik dangkal (tipe-B), sebagian kecil

berupa gempa tektonik dan gempa vulkanik dalam (tipe-A), serta hembusan gas.

Peningkatan Jumlah gempa tektonik terjadi pada bulan Agustus 1997, disebabkan oleh

efek aktivitas sesar Kendang yang melalui daerah geotermal Kamojang-Darajat.

Data Seismik Numerik dengan Sistem peralatan Balise yang dilakukan pada bulan

Juni 1995, telah merekam 14 buah gempa tektonik dan 2 buah gempa vulkanik. Hasil

analisis spektral bernilai frekuensi maksimum antara 0,9 – 1,3 Hz dengan lokalisasi dan

kedalaman pusat gempa berkisar antara 0,9 – 2 km di bawah titik referensi. 21)

Page 8: G. PAPANDAYAN, JAWA BARAT - ESDM

Secara kegempaan aktifitas G. Papandayan selama bulan Desember 2008

mengalami penurunan. Rincian selengkapnya jumlah gempa terlihat pada tabel dan grafik

di bawah ini.

JENIS GEMPA Nopember 2008 Desember 2008

Vulkanik Type-B 30 230

Vulkanik Type-A 5 21

Hembusan - -

Tremor 1 1

Tektonik Lokal 4 20

Tektonik Jauh 52 148

Tektonik Terasa - 2

Vulkanik type T 5 3

Data Kegempaan G. Papandayan Nopember - Desember 2008

G ra fik G e m p a V u lk a n ik G . P a p a n d a y a n

0

20

40

60

80

1 00

1 20

01/0

1/2

008

01/0

2/2

008

01/0

3/2

008

01/0

4/2

008

01/0

5/2

008

01/0

6/2

008

01

/07/2

008

01/0

8/2

008

01/0

9/2

008

01/1

0/2

008

01/1

1/2

00

8

01/1

2/2

008

Ju

mla

h G

em

pa

V A

V B

Page 9: G. PAPANDAYAN, JAWA BARAT - ESDM

G ra fik G e m p a T e k to n ik G . P a p a n d a y a n

0

1 0

2 0

3 0

4 0

5 0

6 07 0

8 0

9 0

01/0

1/2

008

01

/02/2

008

01/0

3/2

008

01/0

4/2

008

01/0

5/2

008

01/0

6/2

008

01/0

7/2

00

8

01/0

8/2

008

01/0

9/2

008

01/1

0/2

008

01/1

1/2

008

01

/12/2

008

Ju

mla

h G

em

pa

T L

T J

Grafik Kegempaan G. Papandayan Januari - Desember 2008

Gaya Berat

Pola anomali gayaberat regional G. Papandayan, memberikan gambaran sebaran

densitas batuan dalam yang besar di bagian selatan dan menurun ke arah utara. Bentuk

kontur yang melingkar elipsoidal di bagian tengah memberikan gambaran adanya zona

densitas batuan yang rendah. Pola anomali Bouguer G. Papandayan, memperlihatkan

harga anomali tinggi, seperti halnya anomali magnetik, mendominasi bagian selatan peta.

Hal ini diperkirakan erat kaitannya dengan batuan dasar G. Papandayan, berupa andesit

Pegunungan Selatan, secara vertikal ditutup oleh batuan vulkanik produk erupsi G.

Papandayan yang penyebarannya dicerminkan dalam pola anomali sisa, menutup hampir

seluruh bagian peta.

Terdapat harga anomali rendah dan tinggi yang kontras di sebelah timur kawah. Di

bagian anomali rendah diasumsikan kemungkinannya merupakan bekas kawah G.

Papandayan, saat ini diisi oleh material baru. Ke arah vertikal, harga terendah di bagian

timur kawah terlihat bergerak mendekati kawah sekarang.

Hal ini, mencerminkan kemungkinan adanya perpindahan kawah G. Papandayan

dari timur ke arah barat. Data sebaran episenter gempa, mendukung asumsi di atas.;

sedangkan data permukaan berupa topografi, merupakan pencerminan morfologi yang

ada sekarang. 16)

Berdasarkan penyebaran anomali gayaberat, baik anomali Bouguer maupun

anomali sisa dapat disimpulkan sebagai berikut. 17)

1. Harga anomali tinggi Bouguer yang dominan menempati daerah selatan peta (yang

didukung oleh anomali magnetik tinggi), merupakan pencerminan basement batuan

andesit tua Pegungan Selatan, secara vertikal ditutup oleh produk vulkanik baru.

2. Diperkirakan telah terjadi perpiindahan kawah G. Papandayan dari timur ke arah barat,

secara vertikal ditunjukkan oleh harga anomali rendah Bouguer dan anomali sisa.

Page 10: G. PAPANDAYAN, JAWA BARAT - ESDM

Menurut Tim Penyelidikan Geofisika Panasbumi (1999)18), hasil data lapangan

untuk Metoda Gayaberat, adalah:

1. Hasil perhitungan Anomali Bouguer ataupun Anomali Sisa memperlihatkan dua

kelompok anomali, yakni kelompok anomali rendah (negatif) < 0 miligal, terdapat di

bagian selatan, utara, barat dan timurlaut dan kelompok anomali tinggi (positif) > 0

miligal, terdapat di bagian tengah, baratdaya, timurlaut dan tenggara daerah

penyelidikan.

2. Dari hasil interpretasi Anomali Bouguer dan Anomali Sisa dapat disimpulkan bahwa

struktur sesar yang terjadi di daerah penyelidikan terdapat enam buah struktur sesar

yang diperkirakan. Dua sesar berarah hampir utara-selatan (baratlaut-tenggara), dua

buah sesar mengarah baratdaya-timurlaut, dan dua buah sesar berarah baratlaut-

tenggara.

3. Potensi panasbumi di daerah ini tidak dapat diestimasikan dengan data yang ada.

Geomagnet

Penyebaran pola anomali magnetik G. Papandayan, di bagian barat dan tenggara

kawah, berelief magnetik yang tinggi (>45.500 nT) dan secara sporadis terlihat anomali

tinggi membentuk lingkaran-lingkaran kecil, terdapat di bagian timurlaut menyebar ke arah

selatan. Di daerah puncak dan kaki G. papandayan, menunjukkan relief magnetik yang

lebih rendah dari 45.500 nT.

Harga anomali tinggi diperkirakan adanya intrusi magma, baik yang muncul

maupun yang tidak mencapai permukaan dan penyebaran leleran lava, kesemuanya

mempunyai harga susceptibilitas yang tinggi terhadap batuan sekitar. Penurunan drastis

harga kemagnetikan di bagian barat kawah disertai kelurusan kontur utara-selatan,

diperkirakan berasosiasi dengan terdapatnya struktur sesar. Sedangkan harga anomali

magnetik tinggi di bagian tenggara (di daerah Cikajang) dan korelasinya dengan harga

anomali Bouguer di daerah ini yang menunjukkan harga densiti tinggi, diperkirakan akibat

adanya pengaruh daerah andesit tua Pegunungan Selatan.

Topografi bagian selatan G. papandayan, memperlihatkan morgologi perbukitan,

ditunjukkan oleh relief anomali magnetik maupun gayaberat. Sebaran sumber gempa yang

memperlihatkan konsentrasinya di sekitar kawah ke arah timur dan timurlaut dengan arah

struktur saling berpotongan, ditunjukkan oleh kelurusan anomali magnetik di bagian barat

dengan arah utara-selatan dan timur-barat di bagian timur kawah, pada zona anomali

rendah di sekitar puncak. 19)

Page 11: G. PAPANDAYAN, JAWA BARAT - ESDM

Berdasarkan analisa metoda magnetik di G. Papandayan, disimpulkan sebagai berikut. 20)

1. Daerah dengan harga anomali magnetik tinggi, kemungkinan berasosiasi dengan

adanya intrusi bawah permukaan maupun adanya leleran lava di permukaan sebagai

produk akhir erupsi gunungapi yang mempunyai susceptibilitas batuan relatif tinggi

dengan produk vulkanik lainnya.

2. Kelurusan dengan arah utara-selatan di bagian barat kawah, diperkirakan karena

pengaruh struktur sesar. Daerah dengan bentuk kontur elipsoidal, diperkirakan karena

pengaruh intrusi batuan dalam.

Geolistrik

Menurut Tim Penyelidikan Geofisika Panasbumi (1999) 23), hasil data lapangan

untuk Metoda Geolistrik, adalah:

1. Nilai tahanan jenis rendah ≤10 Ohm-meter dijumpai di sekitar titik-titik A.9000, C.5000,

C.5500, D.6500, D.7000, dan E.6500 pada bentangan AB/2=1000 meter. Pada

bentangan ini, nilai tahanan jenis rendah berkembang sedikit lebih luas dengan pola

kontur membuka ke arah timurlaut dan selatan. Dari perkembangan nilai tahanan jenis

ini, diperkirakan semakin ke arah timurlaut dan selatan harga tahanan jenisnya semakin

mengecil.

2. Nilai tahanan jenis rendah yang membuka ke arah timurlaut, diperkirakan merupakan

out flow dari G. Darajat, sedangkan di sebelah selatan merupakan pengaruh dari

daerah alterasi akibat aktivitas G. Papandayan. Di bagian lain yang mempunyai nilai

tahanan jenis rendah terdapat di antara Bayongbong dan Cisurupan, diperkirakan

merupakan daerah endapan longsoran puing (debris avalanche deposit) dari G.

Papandayan.

3. Potensi panasbumi di daerah ini tidak dapat diestimasikan dengan data yang ada.

DEFORMASI

Pada tahun 1995, telah dibangun titik ukur (benchmark) baru 12 titik (5 titik untuk

EDM, 5 titik untuk Levelling serta 2 titik untuk EDM dan Levelling. Penempatan titik ukur

lebih difokuskan di sekitar kawah dan memanjang ke arah timur-timurlaut dengan tujuan

dengan tujuan bahwa daerah sekitar kawah akan terdeformasi secara langsung dengan

anggapan bahwa posisi kawah terletak relatif di atas sumber tekanan. Pengukuran EDM di

G.Papandayan dibuat dengan dua sistem jaringan trilaterasi (jaringan trilaterasi puncak

dan kaki, jaringan trilaterasi puncak dan lereng).

Page 12: G. PAPANDAYAN, JAWA BARAT - ESDM

Pembangunan titik ukur levelling dilakukan dengan arah radial dari kawah,

dimaksudkan agar apabila terjadi deformasi baik pembumbungan (inflation) maupun

pengkerutan (deflation), maka hasil pemantauan levelling dapat memberikan gambaran

deformasi secara berangsur menjauhi sumber. Sehingga memudahkan di dalam

melakukan interpretasi mengenai kondisi tekanan internalnya (internal pressure).

Perluasan jaringan trilaterasi ke arah timur-timurlaut dimaksudkan agar pengukuran dapat

dilakukan setiap saat, baik dalam keadaan krisis maupun tenang. 22)

GPS

Peta dan hasil perhitungan posisi masing-masing titik ukur secara detil dengan

menggunakan perangkat lunak Leica Geosystem Office (LGO). Ketelitian hasil

penghitungan posisi titik ukur masing-masing sation dengan perangkat lunak Leica

Geosystem Office ini memberikan hasil yang sifatnya pendahuluan tetapi sudah cukup

memadai untuk menunjang program pemantauan deformasi G. papandayan.

Tabel Posisi titik Ukur GPS di G. Papandayan

No Titik Latitude: Longitude: Ellip. Hgt

Reference: POS 7° 16' 24.34470" S 107° 47' 28.80743" E 0.0000 m

Rove

1 Cileuleuy 7° 18' 16.51971" S 107° 42' 00.25638" E 770,7963 m

2 Pondok Saladah 7° 18' 56.05619" S 107° 43' 21.89753" E 1186,0370 m

3 Cisaroni 7° 21' 31.53127" S 107° 44' 27.30621" E 374,8173 m

4 Ponsal (2) 7° 18' 56.05619" S 107° 43' 21.89753" E 1186,0370 m 5 Wanagiri 7° 22' 19.64480" S 107° 42' 52.98788" E 125,4281 m

6 TEGAL ALUN 7° 19' 29.02082" S 107° 43' 31.20735" E 1383,0166 m

7 BKMN 7° 18' 45.44501" S 107° 44' 26.06529" E 978,6342 m

8 DPN0 7° 18' 36.84340" S 107° 44' 11.92482" E 915,5936 m

9 DPN3 7° 18' 45.58189" S 107° 44' 11.51098" E 950,9650 m 10 KAWAH MAS 7° 18' 45.59560" S 107° 44' 11.53559" E 948,4833 m

11 DPN3 7° 18' 14.51851" S 107° 44' 34.27646" E 797,2313 m

12 DPN5 7° 18' 09.75336" S 107° 45' 02.61985" E 658,6139 m

13 KAWH 7° 18' 43.18255" S 107° 44' 02.35318" E 1051,5956 m

14 KMAS 7° 18' 45.59221" S 107° 44' 11.54083" E 948,9531 m 15 NANGKLAK 7° 19' 03.51757" S 107° 43' 37.69246" E 1205,2214 m

16 PARKIR 7° 18' 27.93272" S 107° 44' 19.51281" E 881,7832 m

GEOKIMIA

Kimia Batuan

Lava-lava G. Papandayan dan kerucut sekitarnya mempunyai kisaran silika antara

55,34 – 57,64%. Tidak ditemukan lava-lava yang kaya akan MgO, karena proses

pembentukkan mineral olivin sangat kurang. Kandungan TiO2 umumnya kurang dari 1%,

khas untuk lava busur kepulauan. Tergabung dalam over saturated rocks, hal ini ditandai

dengan munculnya normatif kuarsa seperti hipersten, diopsid dan kuarsa. Besarnya

normatif kuarsa mempunyai kecenderungan yang sebanding dengan kandungan SiO2. 11)

Page 13: G. PAPANDAYAN, JAWA BARAT - ESDM

Dari variasi SiO2 dengan K2O (Le Maitre, 1989), lava-lava G. Papandayan dan kerucut

sekitar mempunyai kandungan silika 54,57%, diklasifikasikan sebagai andesit medium-K;

kandungan 63-79%, diklasifikasikan sebagai dasit/riolit medium-K. Kandungan silika dan

potasium lava-lava G. Papandayan sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan lava-lava

pada seri Kalk-Alkalin.

Berdasarkan diagram Harker, variasi elemen major antara SiO2 dengan MgO,

menunjukkan korelasi negatif terhadap SiO2, menandakan berkurangnya mineral olivin

dalam batuan seiring dengan bertambahnya kandungan SiO2. Variasi SiO2 dengan alkali

(Na2O + K2O) berbanding terbalik, walaupun makin bertambahnya kandungan alkali dan

silika, makin berkurang olivin pertanda tida terjadi fraksinasi olivin.

Page 14: G. PAPANDAYAN, JAWA BARAT - ESDM

Variasi MgO dengan CaO mempunyai korelasi positif, menandakan terjadinya

fraksinasi piroksen. Pada diagram SiO2 dengan TiO2, memperlihatkan trend acak, tidak

ada pengayaan Fe pada seri batuan, kemungkinan terdapat bimodal TiO2 sehingga

titanomagnetit didapat pada semua seri batuan. 12)

Pada tahun 2004, Eka Kadarsetia melakukan penyelidikan petrologi dan geokimia

G. Papandayan. Dari hasil analisa didapat mineral-mineral pembentuk batuan terdiri dari

plagioklas (40-50%), ortho dan klino piroksen (5-7%), mineral-mineral bijih (<2%). Asosiasi

mineral tersebut mencerminkan batuan berjenis basaltik-andesit sampai andesit dengan

konsentrasi SiO2 berkisar antara 53-63%.

Kimia Air

Hasil analisis kimia air menunjukkan bahwa kadar CO2, SO4 dan pH nya

menunjukkan harga yang tinggi. Derajat keasaman air (pH) menunjukkan harga yang

rendah (2,95; 4,60; 3,23). Harga yang diperkenankan untuk keperluan perikanan dan

pertanian berkisar antara 6,50 dan 8,20.. Adanya penurunan pH, kemungkinan besar

disebabkan oleh akibat larutan sulfat yang berasal dari kawah bercampur dengan

Page 15: G. PAPANDAYAN, JAWA BARAT - ESDM

beberapa mata air di sekitarnya. Kadar sulfat sebesar 11,50, masih dapat ditemukan di

mata air, hal ini mengindikasikan bahwa sistem perairan di sekitar kawah G. Papandayan

relatif telah dipengaruhi oleh aktivitas solfatara.

Page 16: G. PAPANDAYAN, JAWA BARAT - ESDM

Kandungan CO2 dan SO4 dari conto air, mengindikasikan bahwa mata air di Desa

Cisurupan berhubungan dengan aktivitas solfatara G. Papandayan. Mata air tersebut

dapat dipergunakan untuk bahan percobaan monitoring kegiatan kawah tanpa harus

mendaki ke kawah G. Papandayan. 15)

Kimia Gas

Suhu solfatar Kawah Mas berkisar 180° dan 375° C. Acapkali terjadi kenaikan

(hingga 430° C) bahkan terjadi penurunan suhu (hingga 80°-115° C).

Hasil analisis gas vulkanik berbahaya yang diambil dari Kawah Mas I, Kawah Mas

II, Kawah Nagklak dan Kawah Manuk, umumnya melebihi nilai ambas batas/NAB

(permission gas concentration). Kandungan gas CO2, SO2 dan H2S ditampilkan pada tabel

di bawah. 13)

Tabel Kandungan Gas CO2, SO2 dan H2S Kawah Mas I, Kawah Mas II, Kawah Nangklak, dan Kawah Manuk

Dibandingkan dengan NAB (Max. Permission Concentation)

Nama Kawah CO2 (ppm) SO2 (ppm) H2S (ppm)

Kawah Mas I 27.100 7.500 400

Kawah Mas II 25.100 7.600 400

Kawah Nangklak 905.900 79.350 5.000

Kawah Manuk 66.500 10.900 900

Max.permissible concentration 5.000 5 10

Kadar gas yang diditeksi oleh gas ditektor Kitagawa hasilnya dalam tingkat semi

kuantitatif menunjukkan bahwa kadar gas CO, CO2, HCN, AsH3, H2S dan SO2 secara

keseluruhan berada di atas nilai ambang batas (NAB), dengan artian bahwa gas-gas

tersebut sudah pada tingkat membahayakan bagi manusia.

Page 17: G. PAPANDAYAN, JAWA BARAT - ESDM

Untuk melihat perkembangan lebih jauh hubungan dengan aktivitas gunungapi,

maka perlu dilakukan pemeriksaan secara periodik (minimal 3 bulan satu kali). Untuk

keselamatan penduduk maupun pengunjung, agar diusahakan ditempel semacam

pengumuman/penjelasan bahaya gas racun dan bagaimana cara pertolongan pertama

pada keadaan darurat termasuk cara pengamanan/pencegahannya. 14)

MITIGASI BENCANA GUNUNGAPI

Pemantauan kegiatan G. Papandayan, dilakukan dengan sistem pengamatan

visual dan seismik dari Pos Pengamatan Gunungapi Papandayan yang terletak di

kampung Pusparendeng/Pangadegan, Desa Pakuwon, Kecamatan Cisurupan, Kabupaten

Garut.

Pemeriksaan kegiatan gunungapi yang tampak di permukaan berupa hembusan

asap, bualan lumpur, konsentrasi H2S, perubahan kegiatan solfatara dan fumarola serta

suhu kawah aktif dilakukan secara berkala oleh petugas pengamat.

Pengamatan seismik dilakukan untuk memantau kegiatan gempa vulkanik dan

tektonik dengan menggunakan satu seismograf. PS-2. Signal gempa yang diterima di G.

Papandayan dikirim secara telemetri ke Pos Pengamatan G. Papandayan di Kampung

Suhu Kawah Mas G. Papandayan 2007 - 8 Mei 2008

200

210

220

230

240

250

260

270

1-J

un

-07

1-J

ul-

07

1-A

ug

-07

1-S

ep

-07

1-O

ct-

07

1-N

ov

-07

1-D

ec

-07

1-J

an

-08

1-F

eb

-08

1-M

ar-

08

1-A

pr-

08

1-M

ay

-08

Su

hu

C

Page 18: G. PAPANDAYAN, JAWA BARAT - ESDM

Pangadegan, Desa Pakuwon, Cisurupan-Garut, di lereng timur laut 6 Km dari G.

Papandayan. Selama ini, hasilnya didominasi oleh gempa-gempa tektonik yang

bersumber dari daerah pantai selatan P. Jawa. Pada umumnya kegiatan di setiap kawah

tidak menunjukkan kegiatan yang mencolok.

KAWASAN RAWAN BENCANA GUNUNGAPI

G. Papandayan mempunyai kawah aktif yang terbuka ke arah timurlaut, sehingga

kemungkinan bahaya yang akan ditimbulkan apabila terjadi erupsi (terutama erupsi

eksplosif magmatik/preatomagmatik), daerah yang mungkin dilanda terutama yang berada

di arah bukaan (dengan konsentrasi pemukiman relatif besar).

Daerah bahaya G. Papandayan dibagi menjadi Kawasan Rawan Bencana III, II dan I.

a. Kawasan Rawan Bencana III

Merupakan daerah yang terancam oleh awan panas dan aliran lava serta eflata dan lahar.

Daerah ini meliputi daerah timurlaut (daerah bukaan kawah aktif). Pada erupsi 1772,

daerah ini terlanda awan panas dengan korban jiwa dan kerugian harta benda yang besar.

Kampung yang termasuk ke dalam Daerah Bahaya I ini adalah; kampung Pangadegan,

Ciburuy, Cipaniis, Cilimus, Dungus Maung, dan Cipaganti dengan jumlah penduduk

sekitar 6.014 (data 1984).

b. Kawasan Rawan Bencana II

Merupakan daerah yang terancam jatuhan bom gunungapi dan eflata lainnya (jatuhan

piroklastik). Tanpa memperhitungkan arah tiupan angin, meliputi daerah hampir berbentuk

lingkaran di luar daerah bahaya dengan jari-jari 5 sampai 8 km, berpusat di kawah aktif

(Kawah Mas). Daerah bahaya lontaran ini meliputi 44 kampung (menurut data tahun 1984,

jumlah penduduk di sekitar bahaya lontaran ini sekitar 46.494 jiwa), di antaranya;

kampung Simpang (sebagian), Rancadadap, Pusparendeng (sebagian), Pasirjeungjing,

Panday, Cisaroni, Cisero, dan Cidatar.

c. Kawasan Rawan Bencana I

Merupakan daerah yang terancam bahaya lahar pada musim penghujan (bahaya

sekunder), meliputi daerah yang letaknya berdekatan dengan sungai yang berhulu dari

tepi kawah (daerah puncak) dan secara toopografi, letaknya relatif lebih rendah. Kampung

yang terdapat dalan Daerah Bahaya II ini, adalah; kampung Cipagetaran (sebagian),

Jamban, Cibalong (sebagian), Cipelah, Cempaka, Cimuncang, Garduh (sebagian), Ciraab,

Page 19: G. PAPANDAYAN, JAWA BARAT - ESDM

Leles, Cimanuk, Cibuluh, Panagan, Panggilingan, Simpang 1, dan Pasirparung. Jumlah

penduduk yang berada di Daerah Bahaya II ini sekitar 46.494 jiwa (data 1984).

LAIN-LAIN

Ciri Khas G. Papandayan

Adanya pelamparan endapan guguran puing (debris avalanche deposit) bervolume

besar hasil erupsi tahun 1772, tersebar mulai dari daerah puncak sesuai dengan arah

bukaan ke arah timurlaut hingga daerah kampung Cibodas yang berjarak sekitar 18 km

dari puncak G.Papandayan.

Peristiwa pembentukan endapan guguran puing yang terjadi pada tahun 1772 ini,

dimungkinkan karena adanya intensitas proses alterasi hidrotermal cukup besar, dan tidak

tertutup kemungkinan dipicu oleh peristiwa pensesaran yang mengganggu kestabilan dan

kemasifan morfologi di sekitar Kawah Manuk dan Kawah Mas.6)

Peta Situasi

Pengukuran situasi telah dilakukan oleh Tim Topografi Direktorat Vulkanologi (A.R.

Sumailani, Pandi Karnaen, A. Karim, dan E. Sihat) di sekitar sungai Ciparugpug pada

tahun 1989.

Page 20: G. PAPANDAYAN, JAWA BARAT - ESDM

Peta Kawasan Rawan Bencana G. Papandayan

Page 21: G. PAPANDAYAN, JAWA BARAT - ESDM

DAFTAR PUSTAKA

Aidil, 1980, Laporan Pemeriksaan Kawah-Kawah G. Papandayan, G. Guntur dan G.Galunggung Bulan Mei 1980; Bandung: Direkt. Vulkanol., tidak dipublikasikan.

Anonim, 1934, Archives of Papandayan Volcano 1826-1934. Anonim, 1974, Data Dasar: G. Papandayan, G. Galunggung, G. Guntur, G.

Ciremai, Pegunungan Dieng, G. Merapi, G. Kelut, G. Lamongan dan G. Raung.

Asmoro, P., Wahyudin, D., dan Mulyadi, E., 1986, Pemetaan Geologi G.

Papandayan, Kabupaten Garut, Jawa Barat; Bandung: Direkt. Vulkanologi., tidak dipublikasikan.

Asmoro, P., Wahyudin, D., dan Mulyadi, E., 1986, Laporan Kemajuan I

Pemetaan Geologi G. Papandayan Bagian Utara; Bandung: Direkt. Vulkanol., tidak dipublikasikan.

Asmoro, P., Wahyudin, D., dan Mulyadi, E., Erfan, R.D., Bacharudin, R.,

Suparman, Mulyana, A.R., Hadisantono, R.D., Kusdinar, E., Zaennudin, A., Dana, I.N., dan Suganda, O.K., 1986, Laporan Akhir Pemetaan Geologi G.Papandayan Bagian Utara; Bandung: Direkt. Vulkanol., tidak dipublikasikan.

Asmoro, P., Wahyudin, D., dan Mulyadi, E., 1987, Geologi Gunungapi

Papandayan, Kabupaten Garut, Jawa Barat; Proc. PIT XVI IAGI, Bandung, 7-10 Dec. 1987.

Asmoro, P., 1988, The Geology of Papandayan Crater and Future Debris

Avalanche Possibilities, West Java, Indonesia; Victoria University of Wellington, unpublished.

Direktorat Vulkanologi, 1997, Papandayan Volcano (Brosur); Bandung: Direktorat

Vulkanologi, tidak dipublikasikan. Erfan, R.D., Mulyana, A.R., Hadisantono, R.D., Kusdinar, E., Dana, I.N., dan

Suganda, O.K., 1986, Laporan Kemajuan I Pemetaan Geologi G. Papandayan Bagian Timur, Selatan dan Barat; Bandung: Direkt. Vulkanol., tidak dipublikasikan.

Farisy, S, dan Suryadi, B., 1986, Laporan Pengamatan Visual G. Papandayan

Bulan Oktober 1986; Bandung: Direktorat Vulkanologi, tidak dipublikasikan.

Page 22: G. PAPANDAYAN, JAWA BARAT - ESDM

Frank, D., Lubis, H., and Casadevall, T.J., 1987, Influence of Hydrothermal Alteration on Volcanic Hazards at Papandayan Volcano, West Java, Indonesia; Hawaii Symp. On How Volcanoes Work.

Glicken, H., et.al., 1986, The 1772 Debris Avalanche Eruption of Papandayan

Volcano, Indonesia, and Hazard from Future Similar Events; USGS, open file report, unpublished.

Hadisantono, R.D., 1986, Geologi Sementara G. Papandayan; Berita Geologi

v.18, n.20. Ilyas, M.E., 1987, Laporan Pengamatan G.. Papandayan Bulan September 1987;

Bandung: Direkt. Vulkanol., tidak dipublikasikan. Ilyas, M.E., 1988, Laporan Pengamatan Visual dan Seismik G. Papandayan;

Bandung: Direkt. Vulkanol., tidak dipublikasikan. Kadarsetia, E., 2004, Petrologi dan Geokimia Gunungapi Papandayan, Jawa

Barat, Direktorat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi. Kamid, M., 1986, Analisis Petrokimia dan Gas dari G. Papandayan, Kabupaten

Garut, Jawa Barat; Bandung: Direkt. Vulkanol., tidak dipublikasikan. Kasturian, P., Wikartadipura, S., dan Djadja, A., 1984, Pemetaan Daerah Bahaya

G.Papandayan; Direkt. Vulkanol., tidak dipublikasikan. Kusuma, D.S., 1999, Laporan Penyelidikan Gayaberat dan Geolistrik Daerah

Panasbumi Nangklak, G. Papandayan, Kabupaten Garut, Jawa barat; Direkt. Vulkanol., tidak dipublikasikan.

Kusumadinata, K., 1970, Sekoleksi Bahan Keterangan Mengenai G.

Papandayan; Bandung: Direkt. Vulkanol., tidak dipublikasikan. Kusumadinata, K., 1970, Konsep: Gunung Papandayan; Bandung: Direkt.

Vulkanol., tidak dipublikasikan. Kusumadinata, K., Hadian, R., Hamidi, S., dan Reksowirogo, L.D., 1979, Data

Dasar Gunungapi; Bandung: Direkt. Vulkanol., tidak dipublikasikan. Manalu, L., Tasman Sihombing, A.J., 1980, Pendataan Kependudukan Dalam

Daerah Bahaya G.Papandayan, Jawa Barat; Bandung: Direkt. Vulkanol., tidak dipublikasikan.

Mawardi, R. dkk., 1995, Laporan Petrokimia Batuan G. Papandayan, Garut,

Jawa Barat; Bandung: Direkt. Vulkanol., tidak dipublikasikan.

Page 23: G. PAPANDAYAN, JAWA BARAT - ESDM

Miller, C.D., 1982, Reconnaissance Investigation at Guntur and Papandayan Volcanoes and Kamojang Geothermal Areas, West Java, Indonesia; USGS Project Report Indonesian Investigation.

Mulyadi, M., Hendrasto, M., dan Rosadi, U., 1999, Laporan Pengukuran

Deformasi Levelling G.Papandayan, Jawa Barat; Bandung : Direkt. Vulkanol., tidak dipublikasikan.

Palgunadi, S., dan Hidayat, Y., 1999, Laporan Penyelidikan Magnetik G.

Papandayan, Jawa Barat; Bandung : Direkt. Vulkanol., tidak dipublikasikan. Palgunadi, S., dan Hidayat, Y., 1999, Laporan Penyelidikan Gaya Berat G.

Papandayan, Jawa Barat; Bandung : Direkt. Vulkanol., tidak dipublikasikan. Praja, N.K., dkk., 1995, Laporan Penyelidikan Seismik Numerik di G.

Papandayan dan sekitar, Jawa Barat; Direkt. Vulkanol., tidak dipublikasikan.

Samud, 1970, Laporan Peninjauan Kawah G. Papandayan dan Sekitarnya Bulan

Mei 1970; Bandung: Direkt. Vulkanol., tidak dipublikasikan. Samud, 1970, Laporan Lanjutan Peninjauan Kawah G. Papandayan dan

Sekitarnya Bulan Juni 1970; Bandung: Direkt. Vulkanol., tidak dipublikasikan.

Sjarifudin, M.Z., 1985, Analisis Petrologi dan Pemeriksaan Petrografi Lava G.

Papandayan dan sekitarnya, Jawa Barat; Bandung: Direkt. Vulkanol., tidak dipublikasikan.

Sjarifudin, M.Z., 1986, Laporan hasil Penyelidikan Petrokimia Batuan G.

Papandayan, Kabupaten Garut, Jawa Barat; Bandung: Direkt. Vulkanol., tidak dipublikasikan.

Setiawan, T., Yayo, Y., dan Karyana, 1998, Inventarisasi Potensi Wisata G.

Papandayan dan Sekitarnya, Kabupaten Garut, Jawa Barat; Bandung: Direkt. Vulkanol., tidak dipublikasikan.

Smithsonian Institution, 1998, Papandayan: Minor Phreatic Explotion Eject Mud and Gas on 23 June; Bull. Of the Global Volc. Network vol. 23, no.7, July 1998: 3.

Sriwana, T., 1989, Laporan Penyelidikan Geokimia G. Papandayan, Kabupaten Garut, Jawa Barat; Bandung: Direkt. Vulkanol., tidak dipublikasikan.

Stehn, E., 1935, Vulkanische Verschijnselen in Netherlands Indies in 1938

(Papandayan); Samengesteld Volgen het “Bull. of the Netherlands Indies Vulkanol. Surv.

Page 24: G. PAPANDAYAN, JAWA BARAT - ESDM

Stehn, E., 1938, Vulkanische Verschijnselen in Netherlands Indies in 1938 (Papandayan); Samengesteld Volgens het “Bull. of the Netherlands Indies Vulkanol. Surv.

Subagiyo, Sugiri, A, dan Hidayata, U.S., 1984, Laporan Pemeriksaan Kawah dan

Pengukuran Suhu G. Papandayan dan G. Guntur; Bandung: Direkt. Vulkanol., tidak dipublikasikan.

Suganda, O.K. Yohana, T., dan Hidayati, S., 1995, Penyelidikan Deformasi di

G.Papandayan dengan menggunakan Metoda EDM dan Leveling; Bandung: Direkt. Vulkanol., tidak dipublikasikan.

Suherman, E., Suryadi, D., dan Sukadi, D., 1984, Laporan Pemeriksaan Kawah

dan Pengukuran Suhu G. Papandayan, dan G. Guntur, Jawa Barat, 23-28 Mei 1984; Bandung: Direkt. Vulkanol., tidak dipublikasikan.

Sumailani, A.R., Karnaen, P., Karim, A., Sihat, E., 1989, Pengukuran Situasi

sekitar K.Ciparugpug (G. Papandayan), Kabupaten Garut, Jawa Barat; Bandung: Direkt. Vulkanol., tidak dipublikasikan.

Suparman, 1988, A Study of 1772 Debris Avalanche Deposits of Papandayan

Volcano, West Jawa, Indonesia; Victoria University of Wellington, unpublished.

Supramono, 1988, Laporan Kegiatan Pendataan dan Penyuluhan Vulkanologi G.

Guntur dan G.Papandayan, Kabupaten Garut dan Kabupaten Bandung, Jawa Barat; Bandung: Direkt. Vulkanol., tidak dipublikasikan.

Supramono, 1990, Laporan Kegiatan Pendataan dan Penyuluhan Vulkanologi

G.Papandayan, G.Kelut, dan G. lamongan; Bandung: Direkt. Vulkanol., tidak dipublikasikan.

Supramono, 1990, Koleksi Data Aktivitas dan Informasi Gunungapi Papandayan; Bandung: Direkt. Vulkanol., tidak dipublikasikan.

Supartono, H., 1990, Laporan Penyelidikan Aktivitas G. Papandayan; Bandung:

Direkt. Vulkanol., tidak dipublikasikan. Suratman, 1972, Laporan Peninjauan G. Papandayan dan G. Galunggung;

Bandung: Direkt. Vulkanol., tidak dipublikasikan. Surono, Handayani, G., Triastuti, H., 1998, Low Frequency Earthquakes

(Hydraulic Fractuation) of Papandayan Volcano; Proc. Of Sym. On Japan-Indo. IDNDR Proj. Volc. Tect., Flood and Sediment Hazards 1998: 137-146.

Page 25: G. PAPANDAYAN, JAWA BARAT - ESDM

Suantika G, 2004, Jurnal Volcanic Activity, Seismicity Of The 2002 Papandayan Eruption, Direktorat Vulkanologi Dan Mitigasi Bencana Geologi, 2004: 73 – 83.

Sitinjak P, dkk, 2005, Laporan Inventarisasi Sifat Kimia Air/Gas G. Papandayan,

Jawa Barat, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi. Taverne N.J.M., 1925, Noteworthy Eruption of Papandayan; published report;

Geologigische Mijnbouwkundig Genootschap, Verh. Geol. Serie, v.8, 1925: 481-482.

Taverne N.J.M., 1925, Volcano Report, XLII Papandayan Volcano; published

report.; N.T.V. Ned. Indie, pt.85: 2, 1925: 102-205. Taverne N.J.M., 1925, Temperature Observations of Papandayan Volcano:

Extension and Intensity of the Gas Development at Papandayan Volcano; published report.

Taverne N.J.M., 1925, The Eruption in Kawah Baru G. Papandayan in 1925. Taverne N.J.M., 1925, The Activity in Kawah Nangklak, G. Papandayan,

December 1924-March 1925. Tim Seismik, 1998, Laporan Penyelidikan Kegiatan G. Papandayan

Menggunakan Metoda Seismik; Bandung : Direkt. Vulkanol., tidak dipublikasikan.

Tim Penyelidikan Geofisika Panasbumi, 1999, Laporan Penyelidikan Gayaberat dan Geolistrik Daerah Panasbumi Nangklak, G. Papandayan, Kabupaten Daerah TK. II Garut, Jawa Barat; Bandung : Direkt. Vulkanol., tidak dipublikasikan.

Van Padang, N.M., 1929, The Northern Breakthrough in the Papandayan Crater

Wall; De Mijningenieer, 10 e jg., no. 3, March 1929: 1-9. Van Padang, N.M., 1934, Het Temperatuur Verloop in den Krater van den

Papandayan; published report. Van Padang, N.M., 1936, Gesteente van den Papandayan; published report. Van Padang, N.M., 1963, The Temperatures in The Crater Region of Some

Indonesian Volcanoes Before The Eruption; The Phreatic Eruption of Papandayan Volcano in 1923-1925; Bull. Volc. Tome XXVI, 1963: 330-331.

Verbeek R.D.M., 1896, The Eruption of 1772 (Papandayan); Description

Geologique de Java et Madoera, 1896: 713-788.