29
ENSEFALOPATI ABSTRAK Istilah ensefalopati menjelaskan perubahan umum dalam fungsi otak dengan manifestasi sebagai gangguan attentional dengan kontinum antara keadaan hyperalertagitasi dan corna, dan biasanya mengacu pada skenario klinis yang biasanya ditemui dari disfungsi otak difus yang disebabkan oleh sistemik, metabolik, atau toksisitas. Bab ini membahas suatu pendekatan terhadap evaluasi darurat dan manajemen pasien dengan ensefalopati, dengan penekanan pada ensefalopati toxic metabolik yang akan menyebabkan disfungsi neurologis ireversibel jika tidak diketahui dan ditatalaksana secara mendesak, juga ensefalopati lain yang diketahui mungkin mempercepat dari diagnosis dan tatalaksana penyakit penyebab. Ensefalopati yang dibahas dalam bab ini dibagi menjadi empat bagian, meskipun tumpang tindih, yang mungkin akan dihadapi dalam praktek klinis : ensefalopati dari gangguan metabolik atau defisiensi, ensefalopati karena penyakit sistemik berat atau kegagalan organ, ensefalopati akibat toksisitas terkait pengobatan, dan

gabungan

Embed Size (px)

DESCRIPTION

gdag

Citation preview

ENSEFALOPATI

ABSTRAKIstilah ensefalopati menjelaskan perubahan umum dalam fungsi otak dengan manifestasi sebagai gangguan attentional dengan kontinum antara keadaan hyperalertagitasi dan corna, dan biasanya mengacu pada skenario klinis yang biasanya ditemui dari disfungsi otak difus yang disebabkan oleh sistemik, metabolik, atau toksisitas. Bab ini membahas suatu pendekatan terhadap evaluasi darurat dan manajemen pasien dengan ensefalopati, dengan penekanan pada ensefalopati toxic metabolik yang akan menyebabkan disfungsi neurologis ireversibel jika tidak diketahui dan ditatalaksana secara mendesak, juga ensefalopati lain yang diketahui mungkin mempercepat dari diagnosis dan tatalaksana penyakit penyebab.Ensefalopati yang dibahas dalam bab ini dibagi menjadi empat bagian, meskipun tumpang tindih, yang mungkin akan dihadapi dalam praktek klinis : ensefalopati dari gangguan metabolik atau defisiensi, ensefalopati karena penyakit sistemik berat atau kegagalan organ, ensefalopati akibat toksisitas terkait pengobatan, dan ensefalopati didiagnosis terutama penemuan pada pencitraan otak. Dalam banyak kasus penyebab diagnosis penyakit dapat dibuat melalui anamnesis, pemeriksaan fisik, laboratorium dan dalam beberapa kasus pencitraan yang dapat mempercepat intervensi medis spesifik dan resolusi klinis yang lebih cepat, dan dapat mencegah disfungsi neurologis ireversibel.Karena pasien dengan diffus, ensefalopati toxic metabolik secara medis dan penyakit neurologi sekunder, evaluasi dan manajemen pasien dengan ensefalopati diffuse jarang ditemui dan peluang penting bagi ahli saraf untuk dampak kemajuan manajemen medis, baik neurologi dan perkembangan medis dari penyakit pasien.

PENDAHULUANEnsefalopati adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan perubahan secara umum dalam fungsi otak, dengan manifestasi berupa gangguan attentional yang kontinum antara keadaan hyperalertagitasi dan koma. Dalam praktek klinis, diagnosis Ensefalopati biasanya diperuntukkan bagi disfungsi otak yang diffuse karena sistemik, metabolik, atau toksisitas, daripada seperti contohnya proses multifokal struktural; yang mana "metabolisme" atau "racunmetabolik "biasanya tersirat saat diagnosis ensefalopati dibuat. Sindrom ensefalopati toxic-metabolik pada dasarnya identik dengan delirium, istilah disukai oleh kebanyakan non neurologists. Akhir-akhir ini, ensefalopati autoimun telah dikenal meningkat sebagai mekanisme penting dalam disfungsi otak. Sindrom ini dengan karakteristik klinis dan laboratorium dan respon terhadap immune terapi.Ahli saraf sering diminta untuk mengevaluasi pasien dengan perubahan dalam kesadaran dari ensefalopati toxic-metabolik. Konsultasi dokter mungkin meminta konsultasi neurologis karena perhatian kepada struktur, iskemik, epilepsi atau penyebab fokal dari pasien gejala encephalopathi. Diagnosa neurologis dari diffuse, toxic metabolic Ensefalopati dengan menemukan karakteristik dari gejala klinis sesuai konteks klinis biasanya dengan pengecualian proses lainnya melalui pencitraan dan penelitian lain. Diagnosis ensefalopatitoxic-metabolik mungkin membuat rekomendasi umum untuk mengoreksi setiap kelainan metabolik, mengobati yang mendasari penyakit sistemik akut, dan menghentikan atau membatasi penggunaan obat penenang atau obat lain dengan efeksamping sistem saraf pusat. Dalam banyak kasus, meskipun diagnosis yang lebih spesifik telah dibuat,dan pengenalan yang cepat dari penyebab proses sistemik atau obat-obatan dapat mempercepat penyembuhan neurologis, atau dalam beberapa kasus, pencegahan cedera neurologis ireversibel.Tujuan bab ini adalah untuk mendiskusikan pendekatan untuk evaluasi darurat pasien dengan ensefalopati, dengan penekanan pada orang-orang penyebab ensefalopati toxic-metabolik yang akan menyebabkan disfungsi neurologis ireversibel jika tidak diketahui dan diperlakukan mendesak, juga dengan ensefalopati yang dikenal (dari klinis atau temuan pencitraan) mungkin mempercepat diagnosis dan pengobatan dari penyakit penyebab.

EPIDEMIOLOGI DARI ENSEFALOPATI TOXIC METABOLIK

Evaluasi Ensefalopati adalah aspek umum dari praktik neurologis sehari hari. Dan ensefalopati dapat terjadi pada setiap pasien pada setiap usia dengan penyakit sistemik berat atau dengan paparan metabolik atau keracunan yang menyebabkan disfungsi serebral. Epidemiologi ensefalopati toxic metabolic yakni pasien di atas usia 65, di mana kejadian delirium terjadi selama perawatan di rumah sakit pada kelompok usia ini telah dilaporkan kepada setinggi 56% (sampai 87% di ICU) dengan kematian tinggi di rumah sakit, dalam 1 tahun rasio mortalitas sampai 40%. Statistic ini menggaris bawahi bahwa sindrom klinis dan fakta dari Ensefalopati biasanya merefleksikan penyakit sistemik akut atau disfungsi

PATOFISIOLOGI ENSEFALOPATI TOXIC-METABOLIKDiskusi rinci mengenai patofisiologi dari masing-masing penyebab ensefalopati toxic-metabolik sebenarnya berada diluar dari cakupan topic ini. Namun, diantara sekian banyak mekanisme neuronal global dan disfungsi astrocytic yang dapat terjadi karena kekacauan metabolic maupun toxic , ada juga beberapa mekanisme patofisiologi umum yang dapat mendasari klinis dari berbagai sindrom ini termasuk pembentukan deficit energy melalui pengurangan substrat metabolik dasar untuk kelangsungan hidup neuron, stress oksidatif, dan perubahan fungsi dari system neurotransmitter, termasuk perubahan sintesis dan pelepasan neurotransmitter.Dari perspektif managemen kedaruratan, dengan survival otak sebagai tujuanya, beberapa patofisiologi penyebab ensefalopati metabolic tersebut mungkin dapat secara langsung menyebabkan kematian sel yang disebabkan karena kurangnya substrat energy neuronal ( seperti : glukosa, oksigen, dan thiamine) yang sangat penting untuk dideteksi dan diobati sedini mungkin agar mencegah kematian neuron yang irreversible dan untuk meningkatkan kemungkinan penyembuhan kelainan neurologis. Deteksi dini proses sistemik yang dapat menyebabkan kerusakan neuron sekunder seperti terjadinya peningkatan tekanan intra cranial dan potensi herniasi cerebral (seperti ensefalopati hepatis akut pada sirosis hepar) juga harus dicermati. Di sisi lain, semua penyebab ensefalopati toxic-metabolik juga merupakan penyebab penyakit sistemik lainya (biasanya berat dan mengancam nyawa), maka dari itu ketepatan mendiagnosis dan terapi sangatlah penting.Meskipun penyebab dasar patofisologi seluler dari ensefalopati metabolic berbeda, mereka berbagi mekanisme umum, seperti perubahan di kortikal dan fungsi batang otak, adanya perubahan perhatian dan gairah yang lebih menonjol. Beberapa sindrom ensefalopati, sangat dapat mempengaruhi beberapa regio otak tertentu yang rentan terhadap penyebab ensefalopati, seperti thalamus medial dan materi abu-abu periaquaductus pada defisiensi thiamin.GEJALA KLINIS ENSEFALOPATI TOXIC METABOLIKPasien dengan ensefalopati toxic-metabolic biasanya terjadi perubahan global dalam tingkat kesadaran, yang bervariasi pada setiap pasien, dari apatis, agitasi, delirium dan koma. Onset proses terjadinya ensefalopati sangat bervariasi dari yang rapid / akut (contoh : akut hipoglikemi, hypoxia, dan overdosis obat) sampai yang subakut.Dalam pemeriksaan klinis, pasien dengan ensefalopati lebih sering dalam keadaan letargis, kebingungan, agitasi, tanpa kelainan neurologis fokal. Banyak pasien dengan ensefalopati toxic-metabolik menunjukan asterixis, dinilai dengan menyuruh pasien untuk mengulurkan tanganya selama mungkin. Asterixis merupakan manifestasi dari kurangnya sedikit tonus postural pada tanganya. Pergelangan tangan pasien diposisikan dorso fleksi untuk mengevaluasasterixis, ditemukan adanya flapping pada pergelangan tangan bawah pasien. Sekalipun tanda pasti dari ensefalopati toxic-metabolik sangat bias dengan gejala penyakit lain seperti hipoglikemi dan hiperglikemi, kelainan elektrolit, acute hepatic failure, serangan kejang dapat timbul pada beberapa sindrom ensefalopati ini, biasanya jika pada keadaan yang sangat berat atau severe. DIAGNOSIS ENSEFALOPATI TOXIC-METABOLIKKetika sedang menganamnesis pasien mengenai riawayat neurologisnya, pemeriksa juga harus mengeksplorasi gejala klinis dan onset terjadinya gejala (terlebih dari keluarga pasien atau saksi, jika pasien tidak dapat dianamnesis) secara detail mencari tahu tentang riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu dan riwayat pengobatan pasien. Pemeriksaan harus focus tidak hanya pada temuan kelainan neurologis pada ensefalopati seperti asterixis, tetapi juga penilaian terhadap vital sign, tanda rangsang meningeal, observasi afasia, pemeriksaan funduskopi untuk melihat adakah peningkatan tekanan intra cranial, dan pemeriksaan motorik.Meskipun presentasi kelainan neurologis pada ensefalopati toxic-metabolik bersifat difus, evaluasi diagnostic dengan brain imaging (CT atau MRI) sangat diharuskan untuk mencari etiologinya apakah penyebab focal structural ataupun lesi iskemik, terlebih jika ada keraguan dalam mendiagnosis awal. EEG juga dapat membantu evaluasi pasien dengan ensefalopati, terutama pada pertimbangan mendiagnosis status epileptikus subklinis. Kelambatan gelombang yang panjang pada EEG adalah non-spesifik, sangat berhubungan dengan klinis sindrom proses diffuse cerebral. Temuan triphasics waves pada EEG lebih spesifik, tetapi tidak sensitive untuk proses ensefalopati toxic-metabolik, dan juga tidak spesifik untuk penyebab aktualnya, bagaimanapun juga adanya asterixis, dalam praktek klinis menandakan adanya proses dari ensefalopati hepatic dan uremic.Tes laboratorium adalah langkah utama dalam proses investigasi penyebab terjadinya ensefalopati toxic-metabolik. Tes serum glukosa dan pulse oximeter harus segera dilakukan karena ada potensiasi menyebabkan ensefalopati hipoglikemik dan hipoksia ireversibel. Profil metabolic lengkap (seperti : elektrolit, liver and kidney function test) sebagai penyebab kelainan metabolic tersering, darah rutin dengan diff count juga dapat menyingkirkan kemungkinan lain seperti adanya anemia dan adanya proses infeksi.SINDROM ENSEFALOPATIPasien dengan toksik metabolik ensefalopati yang difus secara medis dan neurologis dikatasan sakit. Oleh karena itu, meskipun banyak hal yang mempengaruhi sindroma klinis ini dalam praktek pasien konsulan rawat inap, evaluasi dari pasien dengan ensefalopati yang difus mewakili kesempatan yang unik dan penting untuk seorang neurologis untuk memberikan dampak positif pada manajemen kesehatan, dan perbaikan pada hal neurological dan medical, dari pasien-pasien yang memiliki penyakit sistemik ini.Bagian pokok dalam bahasan kali ini menggarisbawahi 4 hal yang biasa dan berbeda (namun saling tumpang tindih) yang dokter mungkin akan temui di tempat praktek: ensefalopati yang berasal dari kelainan atau kekurangan metabolik, ensefalopati karena penyakit sistemik yang parah atau pada gagal organ, ensefalopati karena keracunan obat terkait tindakan medis, dan ensefalopati yang dapat terdiagnosis awal dengan temuan imaging otak.

ENSEFALOPATI BERDASARKAN KELAINAN MAUPUN KEKURANGAN METABOLIK DASAR OKSIGEN, GLUKOSA, DAN ELEKTROLITSeperti yang telat dibahas di atas, hipoksemia dan dipoglikemia merupakan tanda-tanda kritikal yang perlu dipertimbankan dan perlu secepatnya diekslusi pada penderita dengan ensefalopati, dimana kekurangan dari substrat energi dasar dapat menimbulkan kekeadaan kematian neural yang ireversibel kecuali jika cepat dikenali dan diperbaiki secepatnya; kebanyakan dari kelainan metabolik sedikit yang menyebabkan secara langsung kekematian sel neural dan kerusakan ireversibel. Dan juga pada keadaan hipotensi atau anemia yang parah dapat menyebabkan berkurangnya suplai enegi ke sel-sel neuron dan harus dengan cepat dieksklusi melalui asesmen dari tanda-tanda vital, saturasi oksigen, dan konsentrasi hemoglobin; perhatian dalam penanganan yang tepat ini harus diletakkan pada parameter dasar resusitasi kegawatan pada semua kasus pasien kritis seperti salah satunya seperti pada pasien ensefalopati.Lebih lanjut pada pasien dengan hipoksia dan hipoglikemia, ensefalopati biasanya terjadi dengan adanya hiperglikemia dan kelainan elektrolit, terutama hiponatermia, hipernatremia, dan hiperkalsemia. Walaupun pada hiperkalemia dan hipokalemia dikenal dapat menyebabkan disfungsi neuromuscular (dan disfungsi cardiac yang secara tidak langsung dapat menyebabkan ensefalopati hipoksik iskemik), pada abnormalitas kalium ini tidak terdapat adanya hubungan yang khas terhadap kejadian ensefalopati.

DEFISIENSI THIAMINE (WHERNICKES ENSEFALOPATI)Thiamine, dalam bentuk aktifnya yang berupa derivate phosphorylasi (terutama thiamine diphosphate, sering dikenal dengan thiamine pyrophosphate), merupakan ko-enzim yang penting dalam bebrapa aktivitas enzimatis intraseluler, termasuk diantaranya produksi energy dan berbagai macam jalur biosintetis. Defisiensi thiamine dapat menyebabkan Wernickes encephalophaty, dimana terdapat tanda-tanda klasik dengan trias klinisnya yaitu opthalmoplegia, perubahan status mental, dan ataxia. Hal yang sangat penting penyebab ensefalopati yang disebabkan oleh hal-hal yang memiliki potensial klinis ireversibel, khususnya karena perkembangan dari status amnestik yang ireversibel, jika kekurangan thiamine yan tidak terdeteksi dan diterapi secepatnya. Walaupun demikian, Wernickes encephalophaty yang biasanya dikira sebagai penyakit alkoholik, penyakit ini dapat muncul karena berbagai macam proses yang mengarahkan keketidakmampuan penyerapan thiamine, termasuk keadaan hiperemesis seperti hiperemesis gravidarum, malnutrisi, operasi bariatric, penyakit diare kronis, dan dalam berbagai macam penyakit sistemik lainnya.Meskipun biasanya terdapat triad klinis, tanda dan gejala klinis pada pasien dengan Wernickes encephalophaty sangatlah bervariasi, dan kehadiran dari ketiga triad itupun belum pasti tergantung dari tiap individu pasien. Gejala yang paling sering muncul adalah perubahan status mental, yang dimanifestasikan dalam agitasi dan kebingungan (confusion) atau bahkan apatis yang dapat berlanjut kekeadaan koma. Penemuan pada mata, bila ada, hal yang paling sering muncul adalah nistagmus dan terkadang palsi nervus VI; opthalmoplegia komplit yang merupakan salah satu triad klasik justru jarang terjadi. Gait ataxia terkadang juga muncul. Tanda dan gejala lain yang terkadang tampak pada pasien dengan Wernickes encephalophaty termasuk hipotermi, hipotensi, dan takikardia.Area pada otak yang sering terlibat dalam Wernickes encephalophaty diantaranya badan mamilary, periaqueductal gray matter, dan thalamus medial; perubahan pada region-region ini dapat terlihat pada diffusion-weighted dan T2 weighted MRI pada beberapa pasien dengan Wernickes encephalophaty. Region-region yang rentan pada otak ini menjelaskan karakteristik keparahan, dan potensial ireversibel, status amnestic (Sindrom Korsakoff) yang muncul pada pasien dengan Wernickes encephalophaty bila pengobatan tidak segera dijalankan.Karena adanya aspek kesembuhan pada kondisi ini, dan adanya kondisi yang ireversibel bila tidak diterapi pada jangka waktu tertentu, seorang neurologis perlu untuk mewaspadai diagnosis ini pada setiap pasien dengan ensefalopati, dengan ada tidaknya sindroma lainnya (seperti nistagmus atau gait ataxia). Diagnosis ditegakkan terutama dari temuan klinis, sedang kadar thiamine tidak begitu berguna dalam praktek, terutaman karena adanya jeda waktu untuk memperoleh hasilnya. Walaupun temuan MRI dapat terlihat pada beberapa pasien dengan Wernickes encephalophaty, temuan-temuan ini tidak sensitive untuk diagnosis; lebih pentingnya, salah satu prioritas utama aalah untuk mencoba membuat diagnosis klinis dan memulai terapi sebelum adanya perkembangan dari berbagai macam temuan imaging.Pengobatan dengan thiamine parenteral harus segera diberikan pada pasien manapun dimana diagnosisnya memenuhi, dan harus diberikan sebelum pemberian glucose karena adanya resiko presipitasi glukosa atau memburuknya kondisi Wernickes encephalophaty. Walaupun demikian, pemberian dosis thiamine optimal berdasarkan evidence-based masih belum jelas, rekomendasi ahli akhir-akhir ini menyarankan untuk memberikan initial dose thiamine secara parenteral sebesar >500 mg per hari, diberikan satu hingga 2 kali per hari, selama 3-5 hari.

ENSEFALOPATI KARENA PENYAKIT SISTEMIK YANG BERAT ATAU KEGAGALAN ORGANa. Penyakit sistemik dan septik ensefalopatiSebagaimana yang telah dibahas pada bagian sebelumnya, ensefalopati umumnya terjadi karena ada penyakit sistemik berat yang mendasari. Penyakit sistemik berat akan menimbulkan sindroma ensefalopati toksik-metabolik, selain itu adanya temuan ensefalopati pada penyakit sepsis sistemik dengan atau tanpa kegagalan multiorgan menunjukkan suatu septik ensefalopati.Patofisiologi septik ensefalopati sendiri masih belum jelas meskipun ada teori yang menjelaskan mengenai efek mediator inflamasi, kegagalan fungsi sawar darah otak, dan efek metabolik dari penyakit sistemik yang berat.Meskipun sepsis atau penyakit sistemik yang parah merupakan penyebab umum ensefalopati, kegagalan fungsi organ tunggal juga dapat menyebabkan ensefalopati. Beberapa kegagalan organ tunggal dapat menyebabkan ensefalopati yang akan dibahas seperti ensefalopati hepatik, ensefalopati uremik, ensefalopati pankreatik, dan sindrom fat emboli.

b. Ensefalopati hepatikEnsefalopati hepatik dapat terjadi pada pasien dengan penyakit hati kronik (sirosis hepar) maupun acute liver failure. Ensefalopati akibat penyakit hati kronik biasanya berlangsung perlahan-lahan, dengan gambaran klinis dikelompokkan berdasar stage atau grade yang dapat dideteksi dengan pemeriksaan neuropsikologi.Stage I ditandai dengan psikomotor melambat dan penurunan perhatian, stage II ditandai dengan disorientasi, letargi, dan perilaku yang tidak biasa. Stage III pasien mulai mengantuk dan pingsan, dan pada stage IV pasien ensefalopati hepatik mengalami koma.Asterixis sering dikaitakan dengan ensefalopati hepatik stage II, namun bisa juga ditemuka pada stage lainnya. Beberapa pasien dengan penyakit hati kronik secara perlahan dapat muncul sindrom parkinson (kadang disebut dengan acquired (non Wilsonian) hepatolenticular (atau hepatocerebral) degenerasi) dengan gejala bradikinesia, rigiditas, tremor, disartria, dan ataksia. Kejang jarang terjadi pada ensefalopati hepatik akibat penyakit hati kronik. Diagnosis ensefalopati hepatik karena sirosis dapat dilihat pada gambaran klinis neurologis. Pemeriksaan kadar amonia tetap bermanfaat dalam penegakkan diagnosis ensefalopati hepatik, meskipun pemeriksaan tersebut tidak berkorelasi dengan stage pada ensefalopati hepatik, dan kadar amonia normal tidak menyingkirkan diagnosis ensefalopati. Seperti yang sudah disebutkan pada bagian Diagnosis sebelumnya, gelombang trifasik pada pemeriksaan EEG dapat muncul pada beberapa pasien ensefalopati hepatik meskipun hasil tersebut sensitivitas dan spesifitasnya rendah untuk penegakkan diagnosis ensefalopati hepatik.Pemeriksaan MRI menunjukkan sinyal pada globus pallidus bilateral yang menandakan deposit mangan di otak karena ekskresi mangan melalui empedu menurun. Adanya temuan pada pemeriksaan MRI merupakan hal umum pada penyakit hati kronis, dengan atau tanpa adanya ensefalopati.Pengobatan ensefalopati hepatik bertujuan menurunkan produksi amonia dengan menggunakan antibiotik seperti rifaximin, dan menurunkan absorbsi amonia menggunakan non absorbable disakarida seperti lactulosa.Berbeda dengan ensefalopati akibat penyakit hati kronik, pada ensefalopati hepatik karena acute liver failure biasanya menyebabkan kerusakan neurologis progresif dan edema cerebral yang mengancam jiwa, disertai koma dan kejang. Pengobatan pada ensefalopati hepatik akut meliputi pemantauan ICP, menurunkan peningkatan TIK dan pengelolaan kejang.

c. Ensefalopati uremikEnsfalopati dapat terjadi pada gagal ginjal akut maupun kronik, dan biasanya berkembang lebih cepat pada pasien dengan gagal ginjal akut. Gejala ensefalopati uremik adalah asterixis, mioklonus, tremor kasar, dan kadang terdapat kejang.Gejala klinis dan temuan EEG, yaitu gambaran gelombang trifasik pada ensefalopati uremik, mirip dengan gejala pada ensefalopati karena metabolik. Namun gejala gemetaran dan twitching terlihat pada kebanyakan pasien ensefalopati uremik meskipun tidak spesifik.Penegakkan diagnosis ensefalopati uremik dengan melihat gejala klinis dan pemeriksaan laboratorium yang menunjukkan disfungsi ginjal berat, dengan pengecualian penyebabnya adalah proses sistemik. Proses sistemik yang perlu dipertimbangkan pada pasien ensefalopati uremik yaitu toksisitas obat, gangguan elektrolit, dan defisiensi thiamin. Pengobatan ensefalopati uremik dengan memperbaiki kadar ureum dengan cara dimetabolisme atau dengan ekskresi.PANCREATIC ENSEFALOPATIEnsefalopati pankreatic didefinisikan sebagai ensefalopati yang berat dan difus yang berhubungan dengan pankreatitis akut. Ensefalopati pankreatic dapat timbul dalam 2 minggu sejak onset terjadinya pankreatitis akut, terutama antara hari ke-2 sampai ke-5. Diagnosis ensefalopati pankreatic harus dipertimbangkan pada pasien pankreatitis akut yang juga mengalami ensefalopati yang berat dan difus. Selain temuan laboratorium yang mendukung diagnosis pankreatitis akut, tidak ada pemeriksaan penunjang lain yang menegakkan diagnosis ensefalopati pankreatic. Namun, satu kasus dilaporkan ditemukan adanya gambaran putih abnormal pada hasil MRI pasien yang mengalami gejala ini.Patogenesis terjadinya ensefalopati pankreatik ini berhubungan dengan rusaknya sawar darah otak sebagai akibat dari aktivasi phospolipase A dan proses hemolitik dari lecithin, selain itu emboli lemak juga dilaporkan berperan dalam patogenesis ensefalopati pankreatik. Pasien dengan pankreatitis akut juga berisiko mengalami ensefalopati Wernicke, kelainan ini menjadi salah satu diagnosis banding dan juga faktor komorbid pada kasus ensefalopati pankreatik.Penatalaksanaan pada kasus ini yaitu terapi pankreatitis akut secara umum, tidak ada penatalaksanaan khusus untuk mengatasi kelainan neurologis selain terapi suportif. Benzodiazepin tidak dianjurkan karena akan memperburuk ensefalopati. Perbaikan sistem neurologi tergantung pada perbaikan kelainan sistemik, sayangnya angka kematian akibat ensefalopati pankreatik ini cukup tinggi.

FAT EMBOLISMEmboli lemak harus dipertimbangkan sebagai diagnosis emergensi pada kasus ensefalopati yang berat dan difus. Terdapat trias pada sindrom emboli lemak yaitu ensefalopati, disfungsi pulmonal, dan rash petechie. Emboli lemak sebagian besar berhubungan dengan kasus trauma tulang panjang, pankreatitis akut, diabetes mellitus, luka bakar, rekonstruksi sendi, liposuction, dan cardiopulmonary bypass. Gejala klinis emboli lemak biasanya muncul 24-48 jam dari onset kasus-kasus yang disebutkan sebelumnya.Gejala neurologis yang muncul pada emboli lemak antara lain ensefalopati yang difus, gejala neurologis fokal, dan kadang terjadi kejang. Selain itu dapat juga terjadi gejala gangguan pernapasan mulai dari dispneu ringan, takipneu, sampai gagal napas. Rash petechie hanya muncul pada 50% kasus emboli lemak. MRI pada sebagian kasus menunjukkan multifocal punctate DWl-positive white matter lesions consistent with multifocal embolic lesions.Terdapat 2 teori yang berperan dalam sindrom emboli lemak ini. Menurut teori mekanik, terdapat komponen sumsum tulang yang masuk ke paru-paru melalu sistem vena, yang juga dapat masuk ke sirkulasi sistemik dan masuk ke otak melalui pulmonary arteriovenous shunts atau patent foramen ovale. Menurut teori biokimiawi, gangguan paru-paru terjadi akibat efek toksik dari sirkulasi asam lemak bebas pada sel paru-paru.

MEDICATION-RELATED ENSEFALOPATIObat yang mempengaruhi sistem saraf pusat seperti obat sedatif, analgesik, anti kolinergik, anti kovulsan, anti cemas sudah diketahui berperan dalam kasus ensefalopati. Namun, terdapat obat lain yang masih jarang digunakan tetapi diketahui berperan menimbulkan sindrom ensefalopati yang difus dan berat. Obat yang akan dibahas tersebut adalah ifosfamide dan cefepime.

IFOSFAMIDEIfosfamide merupakan obat kemoterapi yang digunakan pada pengobatan beberapa jenis tumor padat. Ifosfamide diketahui berperan pada terjadinya ensefalopati yang berat. Ensefalopati akibat ifosfamide biasanya muncul 24-48 jam setelah infus ifosfamide dimasukkan. Gejala yang muncul bervariasi dari gejala yang ringan sampai dapat menyebabkan koma dan kematian. Selain itu dapat juga ditemukan gejala distinctive catatonic-like dan abulic state yang berat dengan mutisme. Methylen blue intravena diketahui berguna sebagai antidotum pengobatan ensefalopati akibat ifosfamide yang berat. Kasus yang ringan sebagian besar dapat sembuh dengan menghentikan penggunaan ifosfamide dan tidak memerlukan penggunaan antidotum. Selain methylen blue, thiamine juga diketahui berguna dalam pengobatan ensefalopati akibat ifosfamide ini.

CEPEFIMECepefime adalah generasi ke 4 dari sefalosporin yang sering di pakai untuk menangani beberapa kasus infeksi bakteri yang berat. Agen ini telah dikaitkan dengan penyakit ensefalopati (lebih umum daripada dikaitkan dengan generasi ke tiga sefalosporin, seperti ceftriaxon dan ceftazidine), yang bermanifestasi pada rasa gelisah yang progresif dan rasa cemas yang bisa berkembang sampai koma. Walaupun encefalopati akibat cepefime awalnya dilaporkan dpadapasien yang mengalami gagal ginjal (dikarenakan mengurangi pembuangan pada obat), ensefalopati akibat cepefime juga terjadi pada pasien yang memiliki fungsi ginjal yang normal. Di beberapa pasien dengan ensefalopati akibat cepefime, hasil EEG memperlihatkan nonconvulsive status epileptikus.Manajemen memerlukan penghentian cepefime. yang mengarah ke resolusi bertahap pada Ensefalopati. Pada pasien dengan status epileptikus nonconvulsive karena cepefime (atau cepalosporin lainnya) yang neurotoksik, beberapa laporan telah dijelaskan untuk penggunaan jangka pendek antikonvulsan selain menghentikan pemakaian cephalosporin. Meskipun tidak jelas apakah manfaat antikonvulsan tersebut.

DIAGNOSIS ENSEFALOPATI DENGAN BRAIN IMAGINGTemuan pada neuroimaging memainkan peran penting dalam pemeriksaan yang tepat beberapa kondisi encephalopathic tertentu, termasuk sindrom ensefalopati posterior yang reversibel dan metronidazol ensefalopati, dan juga temuan lesi splenial pada MRI. Meskipun tidak spesifik, baru-baru ini dikaitkan dengan berbagai penyebab ensefalopati .Suatu temuan pencitraan dan sindrom klinis dibahas dalam bagian ini adalah kontras dengan beberapa sindrom encephalopathic dibahas sebelumnya, di mana temuan pencitraan tidak spesifik atau sensitif untuk kehadiran klinis dan ensefalopati (sinyal tinggi pada ganglia basalis pada pasien dengan penyakit hati kronis dengan atau tanpa ensefalopati.) atau mereka mewakili temuan akhir yang berupa diagnosis dan terapi empiris klinis (temuan MRI di ensefalopati Wernicke)

SINDROM ENSEFALOPATI POSTERIOR YANG REVERSIBELIni adalah sindrom klinis yang semakin diakui, walaupun kontroversial karena tidak selalu melibatkan daerah otak posterior dan tidak selalu sepenuhnya reversibel. Sindrom ensefalopati posterior reversibel biasanya muncul secara klinis dengan ensefalopati, gangguan penglihatan (karena disfungsi visual kortikal) dan kejang, biasanya berkaitan dengan tekanan darah sistemik yang meningkat. Temuan pencitraan klasik adalah hiperintensiti pada T2- dan FLAIR -weighted MRI konsisten dengan edema vasogenik, biasanya didominasi pada daerah putih posterior oksipital. Bagaimanapun, dapat lebih menyebar (termasuk batang otak dan anterior belahan) juga dapat dilihat. Predisposisi untuk pengembangan sindrom ini sangat luas, meskipun faktor-faktor yang mendasari sindrom umum termasuk eklampsia, hipertensi dengan penyakit ginjal akut, dan paparan berbagai obat kemoterapi dan imunosupresif. Penyebab sindrom ensefalopati posterior reversibel jelas, tetapi mungkin melibatkan kebocoran kapiler akibat disfungsi endotel. Pengobatan meliputi kontrol tekanan darah, penarikan agen yang berpotensi sebagai penyebab, dan manajemen kejang. Diasumsikan bahwa pengenalan yang cepat dan manajemen sindrom ini harus mengurangi kemungkinan gejala sisa permanen yang biasanya reversibel ini.

ENSEFALOPATI METRONIDAZOLEMetronidazole merupakan antibiotic yang sering diresepkan oleh tenaga medis yang ternyata sering dikaitkan dengan kejadian ensefalopati toksik. Gejalanya antara lain seperti bingung, disartria, dan ataksia. Pada pemeriksaan MRI ditemukan lesi pada nuclus dentatus. Bagian lain yang mungkin terlibat adalah pada korpus kalosum dan substantia alba hemisfer serebri, serta hipertrofi pada oliva inferior. Keadaan anatomis ini biasanya reversible dengan penghentian antibiotic, walaupun terkadang masih ditemukan sedikit lesi.

SPLENIAL HIGH-SIGNAL LESIONSelama 10 tahun, pemeriksaan MRI menemukan bahwa ada lesi pada splenium terkait kejadian sindrom ensefalopati, termasuk yang berkaitan dengan kelainan metabolic, infeksi virus, serta efek obat. Pasien dengan temuan radiologis seperti ini biasanya mempunyai gejala ensefalopati non spesifik seperti drowsiness, confusion, danagitation. Walaupun tidak spesifik, temuan radiologis ini penting untuk dibedakan dengan proses iskemik serebrovaskular yang berdampak pada kospus kalosum.

PENATALAKSANAANEvaluasi dini dan penanganan pasien dengan ensefalopati harus berfokus untuk kejadian ensefalopati yang bisa menyebabkan kerusakan neurologis yang irreversible jika tidak segera diketahui dan ditangani. Walaupun begitu, penanganan segera untuk pasien ensefalopati adalah dengan koreksi secara langsung pada defisiensi sirkulasi dan penggantian defisiensi substrat metabolic (oksigen, tiamin, atauglukosa). Hal ini harus diikuti dengan koreksi penyebab kelainan metabolik lain, penanganan penyakit akut lain yang menyebabkan kegagalan organ, dan penghentian obat-obatan yang memperberat penyakit ini atau obat-obatan toksik.Penanganan ensepalopati toksik metabolic harus berfokus pada diagnosis dan penanganan disfungsi sistemik, pengeluaran agen pemberat, seta penggunaan agen sedative seminimal mungkin yang mungkin berkomplikasi atau memperberat kejadian ensefalopati.

KESIMPULANNeurolog seringkali diminta untuk sering mengevaluasi pasien dengan ensefalopati. Seperti yang dijelaskan pada artikel ini, banyak kasus dengan etiologi yang spesifik dapat didiagnosis melalui anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang (laboratoris dan pencitraan) yang mana bisa memberi jalan untuk intervensi medis secara spesifik, penyelesaian secara lebihcepat, dan mungkin bisa membantu untuk mencegah disfungsi neurologis ireversibel. Praktisi harus berusaha untuk memperhatikan pasien dengan ensefalopati mana kala terjadi penyembuhan neurologis secara tidak komplet jika tidak didiagnosa dan ditangani dengan benar.

JURNAL READING

ENSEFALOPATI

Disusun oleh:Aulia Agung SG99131022Dewantari SaputriG99141047Dwi Tiara SeptianiG99131035Fitroh AnnisahG99141048Henrikus Jeffrey F.LG99131040Puji RahmawatiG99141049Katarina Dinda S.M G99131046Fernando Feliz CG99141050Luqma PrinataG99131050Ilma AnisaG99141051Riza Setya AG99131070

Pembimbing

dr. Suratno, Sp.S (k)

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU PENYAKIT SARAFFAKULTAS KEDOKTERAN UNS / RSUD Dr. MOEWARDISURAKARTA2014