93
GADAR KASUS 6 CREATED BY : GROUP 1

Gadar Kasus 6 Revisi

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Gadar Kasus 6 Revisi

GADAR KASUS 6

CREATED BY : GROUP 1

Page 2: Gadar Kasus 6 Revisi

FRAKTUR TIBIA FIBULA

Page 3: Gadar Kasus 6 Revisi

Anatomi dan Fisologi

Tibia atau tulang kering merupakan kerangka yang utama dari tungkai bawah dan terletak medial dari fibula atau tulang betis

tibia adalah tulang pipa dengan sebuah batang dan dua ujung yaitu : Ujung atas yang merupakan permukaan dua dataran permukaan persendian femur dan sendi lutut. Ujung bawah yang membuat sendi dengan tiga tulang, yaitu femur fibula dan talus.

Page 4: Gadar Kasus 6 Revisi

Continued…. Fibula atau tulang betis adalah tulang sebelah

lateral tungkai bawah, tulang ini adalah tulang pipa dengan sebuah batang dan dua ujung

Fraktur adalah terputusnya hubungan atau kontinuitas tulang karena stress pada tulang yang berlebihan (Luckmann and Sorensens, 1993 : 1915)

Fraktur Tibia Fibula adalah terputusnya tulang tibia dan fibula.

Page 6: Gadar Kasus 6 Revisi

Etiologi

Penyebab fraktur diantaranya :a. Trauma 1) Trauma langsung : Benturan pada tulang

mengakibatkan ditempat tersebut. 2) Trauma tidak langsung : Titik tumpu

benturan dengan terjadinya fraktur berjauhan

Page 7: Gadar Kasus 6 Revisi

Continued………..

b. Fraktur PatologisFraktur disebabkan karena proses penyakit seperti osteoporosis, kanker tulang dan lain-lain.

c. DegenerasiTerjadi kemunduran patologis dari jaringan itu sendiri : usia lanjut

d. SpontanTerjadi tarikan otot yang sangat kuat seperti olah raga.

(Corwin, 2001 : 298)

Page 8: Gadar Kasus 6 Revisi

Manifestasi Klinis

a. Nyeri lokalb. Pembengkakanc. Eritemad. Peningkatan suhue. Pergerakan abnormal

Page 9: Gadar Kasus 6 Revisi

Klasifikasi / Jenis

a) Fraktur komplet : Fraktur / patah pada seluruh garis tengah tulang dan biasanya mengalami pergeseran dari posisi normal.

b) Fraktur tidak komplet : Fraktur / patah yang hanya terjadi pada sebagian dari garis tengah tulang.

c) Fraktur tertutup : Fraktur yang tidak menyebabkan robeknya kulit, jadi fragmen frakturnya tidak menembus jaringan kulit.

Page 10: Gadar Kasus 6 Revisi

d) Fraktur terbuka : Fraktur yang disertai kerusakan kulit pada tempat fraktur (Fragmen frakturnya menembus kulit), dimana bakteri dari luar bisa menimbulkan infeksi pada tempat fraktur (terkontaminasi oleh benda asing)

Page 11: Gadar Kasus 6 Revisi

Jenis khusus fraktur

1) Greenstick : Fraktur dimana salah satu sisi tulang patah, sedang sisi lainnya membengkok.

2) Tranversal : Fraktur sepanjang garis tengah tulang.

3) Oblik : Fraktur membentuk sudut dengan garis tengah tulang.

4) Spiral : Fraktur memuntir seputar batang tulang 5) Kominutif : Fraktur dengan tulang pecah

menjadi beberapa fragmen 6) Depresi : Fraktur dengan fragmen patahan

terdorong kedalam (sering terjadi pada tulang tengkorak dan tulang wajah)

Page 12: Gadar Kasus 6 Revisi

Continued……..7) Kompresi : Fraktur dimana tulang mengalami

kompresi (terjadi pada tulang belakang)8) Patologik : Fraktur yang terjadi pada daerah

tulang berpenyakit (kista tulang, penyakit pegel, tumor)

9) Avulsi : Tertariknya fragmen tulang oleh ligament atau tendon pada perlekatannya

10) Epifiseal : Fraktur melalui epifisis11) Impaksi : Fraktur dimana fragmen tulang

terdorong ke fragmen tulang lainnya.

Page 13: Gadar Kasus 6 Revisi

Penanggulangan Fraktur tertutup Pengobatan standar dengan cara konservatif

berupa reposisi tertutup dan dilakukan imobilisasi dengan gips. Prinsip reposisi adalah fraktur tertutup, ada kontak 70% atau lebih, tidak ada angulasi dan tidak ada rotasi.

Cara imobilisasi dengan gips: Penderita tidur terlentang di atas meja periksa. Kedua lutut dalam posisi fleksi 90°, sedang kedua tungkai bawah menggantung di tepi meja. Tungkai bawah yang patah ditarik ke arah bawah. Rotasi diperbaiki. Setelah tereposisi baru dipasang gips sirkuler. Ada beberapa cara pemasangan gips, yaitu:

Page 14: Gadar Kasus 6 Revisi

1.   Cara long leg plaster:Imobilisasi cara ini dilakukan dengan pemasangan gips mulai pangkal jari kaki sampai proksimal femur dengan sendi talocrural dalam posisi netral sedang posisi lutut dalam fleksi 20°.

2.   Cara Sarmiento:Pemasangan gips dimulai dari jari kaki sampai di atas sendi talocrural dengan molding sekitar maleolus. Kemudian setelah kering segera dilanjutkan ke atas sampai 1 inci di bawah tuberositas tibia dengan molding pada permukaan anterior tibia, gips dilanjutkan sampai ujung proksimal patella. Keuntungan cara Sarmiento ialah kaki dapat diinjakkan lebih cepat.Jika setelah dilakukan reposisi tertutup ternyata hasilnya kurang baik: masih terjadi angulasi, perpendekan lebih dari 2 cm, tidak ada kontak antara kedua ujung fragmen tulang, maka dapat dianjurkan untuk dilakukan open reduksi dengan operasi dan pemasangan internal fiksasi setelah 3 minggu (union secara fibrosa).

Page 15: Gadar Kasus 6 Revisi

Metode pengobatan operatif:

Pemasangan plate dan screw Nail intrameduler Pemasangan screw semata-mata Pada fraktur oblik atau spiral, imobilisasi

dengan gips biasanya sulit dipertahankan, sehingga mungkin diperlukan tindakan operasi.

Page 16: Gadar Kasus 6 Revisi

Fraktur terbuka

Dilakukan debridement lukanya, kemudian tulang yang

patah dilakukan reposisi secara terbuka. Setelah itudilakukan imobilisasi.Bermacam-macam cara imobilisasi untuk fraktur

terbuka:1.   Cara Trueta: Luka setelah dilakukan debridement tetap dibiarkan

terbuka tidak perlu dijahit. Setelah tulangnya direposisi gips dipasang langsung tanpa pelindung kulit kecuali pada SIAS, calcaneus dan tendo Achilles. Gips dibuka setelah berbau dan basah.

Cara ini sudah ditinggalkan. Dahulu banyak dikerjakan pada zaman perang.

Page 17: Gadar Kasus 6 Revisi

2.   Cara long leg plaster:Cara seperti telah diuraikan di atas. Hanya untuk fraktur terbuka dibuat jendela setelah beberapa hari di atas luka. Dari lobang jendela ini luka dirawat sampai sembuh.

3.   Cara dengan memakai pen di luar tulang (Fiksasi eksterna):Cara ini sangat baik untuk fraktur terbuka kruris grade III. Dengan cara ini perawatan luka yang luas di kruris sangat mudah.Macam-macam bentuk fiksasi eksterna, diantaranya:

Judet fiksasi eksterna Roger Anderson Hoffman Screw + Methyl methacrylate (INOE teknik)

Page 18: Gadar Kasus 6 Revisi

Pemeriksaan Penunjanga. Pemeriksaan rontgen : menentukan lokasi /

luasnya fraktur traumab. Scan tulang, tomogram, scan CT / MRI :

memperlihatkan fraktur, juga dapat digunakan untuk mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak.

c. Arteriogram : dilakukan bila kerusakan vaskuler dicurigai.

d. Hitung daerah lengkap : HT mungkin meningkat (hemokonsentrasi) atau menurun (pendarahan sel darah putih adalah respon stress normal setelah trauma).

e. Kreatinin : Trauma otot meningkatkan beban kreatinin untuk klien ginjal.

Page 20: Gadar Kasus 6 Revisi

PengertianPerdarahan adalah keluarnya darah dari pembuluh darah akibat kerusakan (robekan) pembuluh darah. Kehilangan darah bisa disebabkan perdarahan internal dan eksternal. Perdarahan internal lebih sulit diidentifikasi. Jika pembuluh darah terluka maka akan segera terjadi kontriksi dinding pembuluh darah sehingga hilangnya darah dapat berkurang. Platelet mulai menempel pada tepi yang kasar sampai terbentuk sumbatan

Page 21: Gadar Kasus 6 Revisi

Jenis perdarahanBerdasarkan letak keluarnya darah:

a. Perdarahan Luar Ada 3 macam perdarahan :1. Perdarahan dari pembuluh rambut (kapiler)Tanda ± tandanya :• Perdarahan tidak hebat• Keluar perlahan ± lahan berupa

rembesan • Biasanya perdarahan berhenti sendiri

walaupun tidak diobati• Mudah untuk menghentikan dengan

perawatan luka biasa

Page 22: Gadar Kasus 6 Revisi

2. Perdarahan dari pembuluh darah balik (vena)Tanda ± tandanya : • Warna darah merah tua• Pancaran darah tidak begitu hebat

dibanding perdarahan arteri• Perdarahan mudah untuk dihentikan

dengan cara menekan danmeninggikananggota badan yang luka lebih tinggi dari jantung

Page 23: Gadar Kasus 6 Revisi

3. Perdarahan dari pembuluh nadi (arteri)Tanda ± tandanya :• Warna darah merah muda• Keluar secara memancar sesuai irama

jantung• Biasanya perdarahan sukar untuk

dihentikan

Page 24: Gadar Kasus 6 Revisi

How to Stop External Bleeding??

Page 25: Gadar Kasus 6 Revisi

Perdarahan adalah keluarnya darah dari pembuluh darah akibatkerusakan (robekan) pembuluh darah. Kehilangan darah bisa disebabkan perdarahan internal dan eksternal. Perdarahan internal lebih sulit diidentifikasi.Jika pembuluh darah terluka maka akan segera terjadi kontriksi dinding pembuluh darah sehingga hilangnya darah dapat berkurang. Platelet mulai menempel pada tepi yang kasar sampai terbentuk sumbatan

Page 26: Gadar Kasus 6 Revisi

Jenis perdarahan Berdasarkan letak keluarnya darah

1. Perdarahan dari pembuluh rambut (kapiler)Tanda ± tandanya :

Perdarahan tidak hebat Keluar perlahan ± lahan

berupa rembesan Biasanya perdarahan

berhenti sendiri walaupun tidak diobat

Mudah untuk menghentikan dengan perawatan luka biasa

2. Perdarahan dari pembuluh darah balik (vena)Tanda ± tandanya:

Warna darah merah tua Pancaran darah tidak

begitu hebat dibanding perdarahan arteri

Perdarahan mudah untuk dihentikan dengan cara menekan dan meninggikananggota badan yang luka lebih tinggi dari jantun

Page 27: Gadar Kasus 6 Revisi

3. Perdarahan dari pembuluh nadi (arteri)Tanda ± tandanya :

Warna darah merah muda

Keluar secara memancar sesuai irama jantung

Biasanya perdarahan sukar untuk dihentikan

Page 28: Gadar Kasus 6 Revisi

Teknik menghentikan perdarahan eksternal1. Penekanan langsung pada luka ( dengan

tangan atau dengan pembalut tekan) Dengan tangan Sebaiknya menggunakan kasa steril atau sapu

tangan bersih Balut tekan dengan penekanan pada daerah

luka

Page 29: Gadar Kasus 6 Revisi

2. Penekanan pada pembuluh darah yang menjadi sumber perdarahanLetak pembuluh darah di atas tulang, di bawah kulit. Pada separuh badanterdapat 6 titik dimana pembuluh darah dapat ditekan.

Arteri Temporalis Superficial Untuk perdarahan pada kulit kepala dan kepala atas. Tempat penekanan : pada pelipis 1 cm depan lubang telinga luar 

Arteri FacialisUntuk perdarahan daerah muka. Tempat penekanan : pada rahang bawah 1 cm depan sendi rahang

Arteri Carotis Communis Untuk perdarahan daerah leher, kepala, muka. Tempat penekanan : pada sisi leher 

Arteri Sub ClaviaUntuk perdarahan seluruh lengan. Tempat penekanan : pada bagian bawah pertengahan tulang selangka

Arteri BrachialisUntuk perdarahan seluruh lengan. Tempat penekanan : pada bagiandalam lengan atas 5 jari dari ketiak 

Arteri FemoralisUntuk perdarahan seluruh tungkai bawah. Tempat penekanan : pada pertengahan lipat paha

Page 30: Gadar Kasus 6 Revisi

3. Penekanan dengan torniketPenekanan menggunakan torniket dilakukan pada:

Perdarahan hebat Tangan/ kaki putus

Tempat yang baik melakukan pemasangan torniket yaitu pada lengan 5 jari dari ketiak dan pada tungkai 5 jari dari lipat paha

Beberapa hal penting pada pemasangan torniket

Bagian yang dipasang torniket tidak boleh ditutup Bagian distal ikatan harus terbuka dan harus diawasi Penderita dengan torniket harus segera dibawa ke RS Bila terjadi amputasi anggota badan, tutup ujungnya

dengan kasasteril, bawa bagian yang putus dalam kantong plastik dengan es menuju RS

Page 31: Gadar Kasus 6 Revisi

4. Tehnik elevasiDilakukan dengan mengangkat bagian yang luka (setelah dibalut)sehingga lebih tinggi dari jantung. Tehnik ini hanya untuk perdarahandidaerah alat gerak saja dan dilakukan bersamaan dengan tekananlangsung. Tehnik ini tidak dapat digunakan untuk korban dengan kondisicedera otot rangka dan benda tertancap

Page 32: Gadar Kasus 6 Revisi

5. Tehnik pengklemanDilakukan pada pembuluh darah yang agak besar.Sebelum diklem,pastika terlebih dahulu mana pembuluh darah yang menjadi sumber  perdarahan. Dapat dilakukan dengan cara meletakkan kassa di tempatluka sehingga darah terserap kemudian diangkat dan diperhatikan darimana asal perdarahan. Kemudian daerah tersebut dijepit dan diusahakan posisi klem tegak lurus. Ini berguna jika dilakukan ligasi maka ikatantidak longgar setelah klem dibuka.

Page 33: Gadar Kasus 6 Revisi

6. Tehnik ligasiDilakukan bila penjepitan dengan klem masih terjadi perdarahanterutama perdarahan yang besar. Caranya sama dengan klem, namunsetelah diklem dilakukan ligasi pada pembuluh darah kemudian klem di buka. Ligasi dapat dilakukan dengan menggunakan chromic cat gut atau plain cat gut dengan ukuran 3,0. Hal yang perlu diperhatikan ligasidengan cat gut, disimpulkan sekurang-kurangnya 3 kali. Karena semakinlama maka cat gut akan mengembang dan ikatan menjadi longgar apabilahanya sekali atau dua kali.

Page 34: Gadar Kasus 6 Revisi

7. ImmobilisasiBertujuan meminimalkan gerakan anggota tubuh yang luka. Dengansedikitnya gerakan diharapkan aliran darah kebagian yang luka menurun.

Page 35: Gadar Kasus 6 Revisi

Syarat sebelum transportasi

Page 36: Gadar Kasus 6 Revisi

Pengertian Evakuasi adalah kegiatan memindahkan

korban dari lokasi kecelakaan ke tempat lain yang lebih aman dengan cara-cara yang sederhana di lakukan di daerah-daerah yang sulit dijangkau dimulai setelah keadaan darurat.

Page 37: Gadar Kasus 6 Revisi

SYARAT TRANSPORTASI PENDERITASeorang penderita gawat darurat dapat

ditransportasikan bila penderita tersebut siap (memenuhi syarat) untuk ditransportasikan, yaitu:

1. Gangguan pernafasan dan kardiovaskuler telah ditanggulangi – resusitasi : bila diperlukan· Perdarahan dihentikan· Luka ditutup· Patah tulang di fiksasi

Page 38: Gadar Kasus 6 Revisi

Dan selama transportasi (perjalanan) harus di monitor :· Kesadaran· Pernafasan· Tekanan darah dan denyut nadi· Daerah perlukaan

Page 39: Gadar Kasus 6 Revisi

Prinsip Transportasi Pra RS

1. Panduan Mengangkat Penderita- Kenali kemampuan diri dan kemampuan team work- Nilai beban yang diangkat,jika tidak mampu jangan dipaksa- Selalu komunikasi, depan komando- Ke-dua kaki berjarak sebahu, satu kaki sedikit kedepan- Berjongkok, jangan membungkuk saat mengangkat- Tangan yang memegang menghadap ke depan (jarak +30 cm)- Tubuh sedekat mungkin ke beban (+ 50 cm)- Jangan memutar tubuh saat mengangkat- Panduan tersebut juga berlaku saat menarik/mendorong

Page 40: Gadar Kasus 6 Revisi

2. Pemindahan Emergency :- tarikan baju- tarikan selimut- tarikan lengan- ekstrikasi cepat(perhatikan kemungkinan terdapat fraktur servical) Panduan memindahkan penderita (Secara Emergency, Non Emergency)

Page 41: Gadar Kasus 6 Revisi

Mengangkat Dan Mengangkut Korban Dengan Satu atau Dua Penolong :

Penderita Sadar dengan cara :“ Human Crutch ” – satu / dua penolong, Yaitu dengan cara dipapah dengan dirangkul dari samping

- Penderita sadar tidak mampu berjalan a. Untuk satu penolong dengan cara : “ Piggy Back “ Yaitu di gendong, dan “ Cradel “ Yaitu di bopong, serta “ Drag “ Yaitu diseret b. Untuk dua penolong dengan cara : “ Two hended seat “ Yaitu ditandu dengan kedua lengan penolong, atau “ Fore and aft carry “ Yaitu berjongkok di belakang penderita.

Page 42: Gadar Kasus 6 Revisi

Penderita tidak sadara. Untuk satu penolong dengan cara :“ Cradel “ atau “ Drag “b. Untuk dua penolong dengan cara :“ Fore and aft carry “

Page 43: Gadar Kasus 6 Revisi

Cara pengangkutan korban:

1. Pengangkutan tanpa menggunakan alat atau manual

Pada umumnya digunakan untuk memindahkan jarak pendek dan korban cedera ringan, dianjurkan pengangkatan korban maksimal 4 orang

2. Pengangkutan dengan alat (tandu)

Page 44: Gadar Kasus 6 Revisi

Rangkaian pemindahan korban:

1. persiapan,2. pengangkatan korban ke atas tandu,3. pemberian selimut pada korban4. Tata letak korban pada tandu disesuaikan

dengan luka atau cedera.

Page 45: Gadar Kasus 6 Revisi

Tata cara pemindahan korban:

a. Dasar melakukan pemindahan korban; aman, stabil, cepat, pengawasan korban, pelihara udara agar tetap segar.

b. Syarat pemindahan korban:1. korban tentang keadaan umumnya cukup baik2. tidak ada gangguan pernapasan3. pendarahan sudah di atasi4. luka sudah dibalut5. patah tulang sudah dibidai

Page 46: Gadar Kasus 6 Revisi

Prinsip pengangkatan korban dengan tandu:1. pengangkatan korban,

Harus secara efektif dan efisien dengan dua langkah pokok; gunakan alat tubuh (paha, bahu, panggul), dan beban serapat mungkin dengan tubuh korban.

2. Sikap mengangkat.Usahakan dalam posisi rapi dan seimbang untuk

menghindari cedera.3. Posisi siap angkat dan jalan.

Biasanya posisi kaki korban berada di depan dan kepala lebih tingi dari kaki, kecuali;

-menaik, bila tungkai tidak cedera, -menurun, bila tungkai luka atau hipotermia, -mengangkut ke samping, -memasukan ke ambulan kecuali dalam keadaan tertentu -kaki lebih tinggi dalam keadaan shock.

Page 47: Gadar Kasus 6 Revisi

SYARAT ALAT TRANSPORTASI1. Kendaraannya

· Transportasi dalam hal ini dapat berupa kendaraan:- Laut- Udara : pesawat terbang, helikopter- Darat : ambulance, pick up, truck, gerobak, dan lain-lain.

Page 48: Gadar Kasus 6 Revisi

Yang terpenting disini adalah :- penderita dapat terlentang

- cukup luas untuk paling sedikit 2 penderita dan petugas dapat bergerak leluasa- cukup tinggi sehingga petugas dapat berdiri dan infus dapat jalan- dapat melakukan komunikasi ke sentral komunikasi dan rumah sakit- identitas yang jelas sehingga mudah dibedakan dari ambulan lain

Page 49: Gadar Kasus 6 Revisi

2. Alat-alat medis Alat – alat medis yang diperlukan adalah :

· Resusitasi : - manual- otomatik- laringgoskop- pipa endo / nasotracheal· O2· Alat hisap· Obat-obat, infus, untuk resusitasi-stabilisasi· Balut, bidai· Tandu (vakum matras)· “ ECG transmitter ”· incubator, untuk bayi· alat-alat untuk persalinan

Page 50: Gadar Kasus 6 Revisi

3. Personal Personal dalam ambulan 118 cukup 2 orang

perawat yang dapat mengemudi dan telah mendapat pendidikan tambahan dalam “ critical care nursing “ (CCN)

Page 51: Gadar Kasus 6 Revisi

Balut bidai

Page 52: Gadar Kasus 6 Revisi

Pembidaian adalah tindakan memfixasi/mengimobilisasi bagian tubuh yang mengalami cedera, dengan menggunakan benda yang bersifat kaku maupun fleksibel sebagai fixator/imobilisator.

Page 53: Gadar Kasus 6 Revisi

a. Pembidaian sebagai tindakan pertolongan sementara• Dilakukan di tempat cedera sebelum

penderita dibawa ke rumah sakit• Bahan untuk bidai bersifat sederhana dan apa

adanya• Bertujuan untuk mengurangi rasa nyeri dan

menghindarkan kerusakan yang lebih bera• Bisa dilakukan oleh siapapun yang sudah

mengetahui prinsip dan teknik dasar pembidaian

Page 54: Gadar Kasus 6 Revisi

b. Pembidaian sebagai tindakan pertolongan definitif Dilakukan di fasilitas layanan kesehatan (klinik

atau rumah sakit) Pembidaian dilakukan untuk proses

penyembuhan fraktur/dislokasi Menggunakan alat dan bahan khusus sesuai

standar pelayanan (gips, dll) Harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang

sudah terlatih

Page 55: Gadar Kasus 6 Revisi

Beberapa macam jenis bidai :a. Bidai keras

• Umumnya terbuat dari kayu, alumunium, karton, plastik atau bahan lain yang kuat dan ringan. Pada dasarnya merupakan bidai yang paling baik dan sempurna dalam keadaan darurat. Kesulitannya adalah mendapatkan bahan yang memenuhi syarat di lapangan.

• Contoh : bidai kayu, bidai udara, bidai vakum.

Page 56: Gadar Kasus 6 Revisi

b. Bidai traksi. Bidai bentuk jadi dan bervariasi tergantung

dari pembuatannya, hanya dipergunakan oleh tenaga yang terlatih khusus, umumnya dipakai pada patah tulang paha.

  Contoh : bidai traksi tulang paha

Page 57: Gadar Kasus 6 Revisi

c. Bidai improvisasi.  Bidai yang dibuat dengan bahan yang cukup

kuat dan ringan untuk penopang. Pembuatannya sangat tergantung dari bahan yang tersedia dan kemampuan improvisasi si penolong.

Contoh : majalah, koran, karton dan lain-lain.

Page 58: Gadar Kasus 6 Revisi

d. Gendongan/Belat dan bebat. Pembidaian dengan menggunakan pembalut,

umumnya dipakai mitela (kain segitiga) dan memanfaatkan tubuh penderita sebagai sarana untuk menghentikan pergerakan daerah cedera.

  Contoh : gendongan lengan.

Page 59: Gadar Kasus 6 Revisi

Tujuan Pembidaian a) Mencegah gerakan bagian yang sakit

sehingga mengurangi nyeri dan mencegah kerusakan lebih lanjut

b) Mempertahankan posisi yang nyaman c) Mempermudah transportasi korban d) Mengistirahatkan bagian tubuh yang

cedera e) Mempercepat penyembuhan

Page 60: Gadar Kasus 6 Revisi

Indikasi Pembidaian

- Adanya fraktur, baik terbuka maupun tertutup

- Adanya kecurigaan terjadinya fraktur  - Dislokasi persendian

Page 61: Gadar Kasus 6 Revisi

Kontra Indikasi Pembidaian

Pembidaian baru boleh dilaksanakan jika kondisi saluran napas, pernapasan dan sirkulasi penderita sudah distabilisasi. Jika terdapat gangguan sirkulasi dan atau gangguan persyarafan yang berat pada distal daerah fraktur, jika ada resiko memperlambat sampainya penderita ke rumah sakit, sebaiknya pembidaian tidak perlu dilakukan

Page 62: Gadar Kasus 6 Revisi

Komplikasi Pembidaian

• Jika dilakukan tidak sesuai dengan standar tindakan, beberapa hal berikut bisa ditimbulkan oleh tindakan pembidaian :a. Cedera pembuluh darah, saraf atau jaringan lain di sekitar fraktur oleh ujung fragmen fraktur, jika dilakukan upaya meluruskan atau manipulasi lainnya pada bagian tubuh yang mengalami fraktur saat memasang bidai.b. Gangguan sirkulasi atau saraf akibat pembidaian yang terlalu ketatc. Keterlambatan transport penderita ke rumah sakit, jika penderita menunggu terlalu lama selama proses pembidaian.

Page 63: Gadar Kasus 6 Revisi

Teknik evakuasi korban

Page 64: Gadar Kasus 6 Revisi

a. definisi Evakuasi adalah upaya pemindahan korban

dari lokasi kejadian yang berbahaya ke tempat yang memadai untuk diberi pertolongan atau untuk ditindaklanjuti dengan kondisinya guna kelangsungan hidupnya.

Dalam melakukan evakuasi, ada beberapahal yang harus diperhatikan, yaitu

1. situasi dan kondisi dalam evakuasi,2. Kondisi korban3. kondisi penolong sendiri.

Page 65: Gadar Kasus 6 Revisi

b.hal-hal yang harus diperhatikan Hal utama yang perlu diperhatikan sebelum

melakukan evakuasi yaitu kontrol keadaan korban secara medis, tapi tetapdisesuaikan dengan kondisi trauma korban. Ketiga keadaan tersebut pada akhirnya mengharuskan kita untuk memilih maneuver evakuasi yang khas, seperlunya, dengan tidak membuang waktu.

Page 66: Gadar Kasus 6 Revisi

1. Aturan

Perhatikan kondisi korban, apakah mengalami cedera atau trauma yang membutuhkan kehati-hatian dalam pengevakuasian.

Bila mungkin, terangkan kepada korban apa yang akan dilakukan, agar dapat bekerjasama.

Jangan pindahkan korban sendiri kalau bantuan belum tersedia.

Jika beberapa orang melakukan evakuasi, 1 orang memberikan komando

Angkat dan bawa korban dengan benar agar tidak mengalami cedera otot/sendi.

Jangan abaikan keselamatan penolong sendiri.

Page 67: Gadar Kasus 6 Revisi

2. Aturan dalam mengangkat dan menurunkan korban

Tempatkan posisi kaki senyaman mungkin, salah satu kaki ke depan guna menjaga keseimbangan

Tegakkan badan dan tekukkan lutut Pegang korban / balut dengan seluruh jari tangan Usahakan berat korban yang diangkat dekat

dengan penolong Jika kehilangan keseimbangan / pegangan,

letakkan korban, atur posisi kembali, lalu mulaikembali mengangkat.

Page 68: Gadar Kasus 6 Revisi

3. Hal-hal yang harus diperhatikan bila membawa korban dengan tandu

Tandudiperiksa dari kerusakan, dicoba apa mampu menahan berat korban

Korban tidak sadar yang dibawa ke tempat jauh, sebaiknya selalu diikat

Penolong yang paling berpengalaman, memberi komando untuk tiap gerakan

Kaki korban selalu di depan, kecuali pada keadaan :

1. Korbancedera tungkai berat menuruni tangga / turun di tempat yang miring

2. Korban hipotermia,menuruni tangga/turun di tempat yang miring

3. Korban dengan stroke/kompresi otak tidak bolehdi angkat dengan kepala lebih rendah dari kaki

Page 69: Gadar Kasus 6 Revisi

4. Cara mengusung korban : Satu orang penolong :

Mengusung untuk jarakdekat

Cara menarikpenderita untuk jarak pendek Cara ini hanya dilakukan apabila sudah pasti tidak ada tanda-tanda patah tulang leher, tulangBelakang, tulang tengkorak, dan gegar otak.

Tongkat manusia

1. Anda berdiri di samping korban pada sisi yang cedera atau lemah. Lengannya dilingkarkan di bahu anda dan peganglah tangan atau pergelangan tangannya.

2. Lengan anda yang satu lagi melingkar di pinggang korban, dan pegang baju atau pinggangnya.

3. Langkahkan kaki yang sebelah dalam dan berjalan disesuaikan dengan kecepatan korban. Tongkat atau dahan kayu dapat menjadi penompang tambahan. Korban harus ditenangkan.

Mengusung korban yang sadar tetapi tidak dapatberjalan sendiri

Cara mengusung korban yang tidak mampuberjalan sendiri dan lemas. Meskipun sadar, korban hanya mampu menggantungkantangannya secara pasif ke leher penolong.

Page 70: Gadar Kasus 6 Revisi

Cara mengendong

1. Anda jongkok di samping korban, selipkan lengan di sekitar tubuhnya, di atas pergelangan tangan.

2. Selipkan lengan yang satunya di bawah paha korban. Badannya dipeluk kearah anda dan angkat.

Cara ditarik

1. Letakkan tangan korban menyilang pada dadanya. Anda jongkok di belakang korban, pegang melalui ketiak, dan angkat.

2. Jika korban bisa duduk, silangkan lengannya pada dada. Pegangpergelangan tangan melalui ketiak dan angkat.

3. Jika korban memaai jaket , lepaskan kancingnya, dan tarik jaket ke bawah kepalanya. Pegang jaket melalui bahunya dan angkat.

Page 71: Gadar Kasus 6 Revisi

Mengusung melalui lorongsempitMengusung korban yang pingsan melalui lintsan yang sempit ( misalnya terowongan atau di lorong kapal). Tangan korban diikat dan digantungkan pada leher penolong.

Ø Mengangkat penderita yang tidak sadar dengancara katak

Korban ditidurkan diatas punggung penolong, kemudian penolong berjalan merangkak

Ø Mengusung dengan selimut pada korban pingsan

Mengusungkorban yang pingsan dengan selimut yaitu korban yang seharusnya diusung denganusungan.

Page 72: Gadar Kasus 6 Revisi

Dua orang penolong Mengusung korban dengan menggunakan tangan sebagai tandu, dikerjakan

oleh dua orang

Ø Kursi dua tangan

1. Jingkokkan kedua sisi korban, silangkan lengan dipunggung korban dan pegang ikat pinggangnya.

2. Kedua lengan yang lain diselipkan bawah lutut korban, dan penolong saling memegang pergelangan tangan. Lengan yang saling memegang dibawa ke pertengahan paha korban.

3. Bergeraklah mendekati korban, punggung tetap lurus, bangkit pelan-pelan dan jalan bersama-sama.

Ø Mengangkat depan belakang

1. Korban didudukan dan tangannya disilangkan pada dada 2. Jongkok di belakang korban, selipkan lengan melalui ketiak korban dan pegang pergelangan tangannya kuat-kuat

Page 73: Gadar Kasus 6 Revisi

Ø Kursi pengangkut

Mengusung korban dengan menggunakan kursi sebagai tandu.Ø Kursisebagaitandu pada lorong yang sempit.

Tiga orang penolong : Ø Cara meletakan tangan untuk mengusung korban yang seharusnya diusung dengan usungan

Page 74: Gadar Kasus 6 Revisi

5. Cara mengangkat tandu :

Langkah-langkah dalam mengangkat tandu : Seorang pengangkat berdiri di keempat ujung tandu. Jika

ada tiga orang, dua berdiri dekat kepala dan satu pada kaki Seorang pengangkat berdiri di keempat ujung tandu. Jika

ada tiga orang, dua berdiri dekat kepala dan satu pada kaki. Semua pengangkat jongkok dan memegang mengikuti aba-aba, bangkit serentak dan berdiri memegang tandu secara rata

Aba-aba berikutnya semua pengangkat melangkahkan kaki sebelah dalam dengan langkah pendek

Untuk menurunkan korban, para pengangkat berhenti kalauada aba-aba. Pada aba-aba berikutnya semua jongkok dan meletakkan tandu hati-hati.

Page 75: Gadar Kasus 6 Revisi

Caramengangkat tandu yang baik :

Mengangkat dan menurunkan tidak boleh salah, baik korban maupun anda sendiri. Anda harus selalu menggunakan otot seperti paha, pinggul dan bahu dengan mengikuti peraturan berikut :

Tempatkan posisi kaki anda senyamanmungkin

Salah satu kaki agak ke depan

Page 76: Gadar Kasus 6 Revisi

# Posisiseperti ini berguna untuk menjagakeseimbangan.

# Tegakkan badan dan lekukkanlutut anda

# Usahakan beratkorban yang anda angkat dekat dengan anda.

# Bila anda mulai kehilangan keseimbangan,rendahkan korban aturlah posisi atau pegangannya kembali jika perlu, lalu mulailah mengangkatnya.

Page 77: Gadar Kasus 6 Revisi

Tandu Buatan Sendiri

Meskipun dalam keadaan darurat kita bisa membuat tandu, tetapi sebaiknya ditunggu sampai bantuan dan peralatan khusus datang. Jika anda harus memindahkan korban ke tempat terlindung, tandu dapat dibuat dari permukaan yang keras seperti pintu, tongkat, atau papan iklan. Dapat juga dengan menyisipkan tiang melalui lengan jaket atau anorak. Kekuatan tandu harus selalu dicoba dulu sebelum digunakan.

Page 78: Gadar Kasus 6 Revisi

Selimut PengangkatSelimut digulung menurut panjangnya sampai setengah dari lebarnya dan letakkan di samping korban. Korban digulingkan pada sisinya dan selimut digulung di bawah punggungnya.

Korban digulungkan kea rah selimut dan samping. Gulungan selimut dibuka hingga korban tepat berbaring diatasnya. Selimut yang telah terbuka digulung kearah korban dengan erat dan gulungan ini sebagai pegangan bagi pengangkat.

Page 79: Gadar Kasus 6 Revisi

Dua pengangkatjongkok di kedua sisi korban pada tubuh dan kakinya. Gulungan dipegang dengan kuat. Keempatpengangkat mengangkat korban serentak dengan cara mencondongkan badan ke belakang lalu meluruskan lutut. Menggunakan Satu Selimut:

Selimut terbuka diletakan diagonal diatas tandu,sehingga ujung-ujungnya mengantung di pinggir, atas, dan bawah tandu. Korbandiletakkan ditengah tandu. Terangkan apa yang akan anda lakukan. Ujung yang menggulung ditutup pada kakinya dan diselipkan dibawah pergelangan kaki.

Ujung yang di samping di pasang menyelimuti korban kemudian diselipkan dibawah badannya Lipat sisi lainnya dan selipkan ke dalam.

Tenangkan korban dan terangkan apa yang akan anda lakukan. Selipkan bagian atas selimut ke kepala dan leher korban, hingga tertutup. Sementara wajah dibiarkan terbuka.

Page 80: Gadar Kasus 6 Revisi

Korban Trauma/cederakorban trauma adalah korban yang

mengalami gangguan fisik, yaitu berupa benturan dengan benda keras. Penyebab terjadinya benturan bisa bermacam-macam, seperti jatuh, kejatuhan benda, atau kecelakaan lalu lintas

Page 81: Gadar Kasus 6 Revisi

Berdasarkan tingkat cideranya, korban trauma dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu trauma ringan (non significant) dan berat (significant).

Korban dikatakan trauma ringan bila mengalami cidera yang kemungkinan kematian dan cacatnya kecil, seperti terkilir, luka bakar ringan, terpeleset, dan lain-lain.

Korban dikatakan trauma berat jika kemungkinan kematian atau cacat permanennya besar. Cidera yang dikelompokkan dalam trauma berat antara lain:- terlempar dari kendaraan bermotor yang melaju kencang- kecelakaan mobil hingga terbalik- jatuh dari ketinggian lebih dari 2 m- kecelakaan dengan patah tulang besar (seperti tulang paha)- kecelakaan banyak penumpang, seorang penumpang

meninggal, maka orang di sebelah orang tersebut dikategorikan trauma berat

- korban yang tidak sadar dan tidak diketahui mekanisme kejadiannya dianggap trauma berat

Page 82: Gadar Kasus 6 Revisi

Langkah-langkah penanganan korban trauma Penilaian Keadaan

Penilaian keadaan merupakan tindakan pertama yang harus dilakukan jika menemui korban yang memerlukan bantuan. Hal yang harus dinilai pertama kali adalah masalah lingkungan, apakah lingkungan aman untuk memberikan pertolongan atau tidak. Jika tidak, korban bisa dipindahkan ke tempat yang aman, tentu saja dengan syarat pemindahan tersebut memungkinkan dan tidak membahayakan korban. Jika korban terindikasi mengalami cidera spinal, sebaiknya pemindahan dilakukan oleh orang yang sudah berpengalaman dan dengan peralatan yang sesuai karena cidera spinal membutuhkan penanganan yang sangat hati-hati.Setelah lingkungan dirasa aman, langkah selanjutnya adalah mengumpulkan informasi mengenai kejadian yang dialami korban. Informasi ini dapat diperoleh dari korban atau saksi mata. Langkah terakhir pada penilaian keadaan ini adalah meminta bantuan, terutama bantuan untuk merujuk korban ke instalasi kesehatan terdekat

Page 83: Gadar Kasus 6 Revisi

penilaian dini

Penilaian dini adalah pemeriksaan awal terhadap korban. Pemeriksaan ini merupakan pemeriksaan yang bersifat mendasar, berhubungan dengan kelangsungan hidup korban, sehingga harus segera dilaksanakan. Penilaian dini meliputi:

pemeriksaan kesadaran korban

Tingkat kesadaran korban dapat dibagi menjadi 4 kelompok, yaitu awas/kesadaran penuh, respon terhadap suara, respon terhadap nyeri, dan tidak sadar sama sekali. Dalam pemeriksaan ini buatlah tes terhadap penglihatan, misal dengan menggerakkan jari di depan korban. Jika korban memberi tanggapan, berarti korban dalam keadaan sadar. Jika tidak, pemeriksaan dilanjutkan dengan tes suara, misal dengan dipanggil. Jika ada tanggapan, maka korban respon terhadap suara. Jika tidak, korban bisa distimulasi dengan rasa sakit dengan cara mencubit lengan atas bagian dalam, dekat ketiak, atau dengan menekan dada. Jika ada tanggapan, dilihat dari perubahan raut muka atau tanda-tanda sakit yang lain, maka korban respon terhadap nyeri. Jika tidak ada tanggapan, maka korban benar-benar tidak sadar.

Page 84: Gadar Kasus 6 Revisi

pemeriksaan saluran nafas (airway)Pemeriksaan saluran nafas bertujuan untuk membebaskan dan membuka jalan nafas. Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara membuka mulut dan mengamati apakah ada benda yang berpotensi menyumbat saluran pernafasan. Jika ada, benda tersebut harus dikeluarkan. Jika tidak, langkah selanjutnya adalah menekan dahi dan mengangkat dagu korban sehingga kepala korban berada pada posisi tengadah. Posisi ini akan mempertahankan terbukanya saluran pernafasan.Pembukaan saluran pernafasan dengan menekan dahi dan mengangkat dagu tidak bisa dilakukan pada korban yang mengalami patah tulang leher. Untuk korban seperti ini, pembukaan saluran pernafasan dilakukan dengan metode jaw thrus, yaitu dengan mendorong rahang korban ke depan (posisi rahang seperti cakil).

Page 85: Gadar Kasus 6 Revisi

pemeriksaan nafas (breathing)Pemeriksaan nafas bertujuan untuk mengetahui apakah korban bernafas dengan normal atau tidak. Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara mendekatkan telinga dan pipi penolong ke hidung korban dan mata penolong tertuju pada dada atau perut korban. Lihat pergerakan dada atau perut saat korban bernafas, dengar suara nafas korban, rasakan hembusan udara yang keluar dari hidung, dan hitung jumlah hembusan nafas korban selama 5 detik. Apabila pada pemeriksaan nafas ini diketahui korban tidak bernafas, berikan nafas buatan dengan cara meniup mulut korban dan menutup hidungnya setiap 5 detik.

Page 86: Gadar Kasus 6 Revisi

pemeriksaan sistem sirkulasi darah (circulation)

Pemeriksaan ini bertujuan untuk meyakinkan bahwa jantung korban berfungsi dengan baik. Pemeriksaan dilakukan dengan cara menyentuh nadi karotis di leher selama 3 – 5 detik. Jika tidak ada denyut nadi, lakukan resusitasi jantung paru.

pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik bertujuan untuk mengetahui cidera yang dialami korban. pemeriksaan ini berprinsip pada 2 hal, yaitu menyeluruh pada semua bagian tubuh dan dilakukan secara sistematis dan berurutan. Pemeriksaan dilakukan dengan penglihatan (inspeksi), perabaan (palpasi), dan pendengaran (auskultasi). Keberadaan cidera pada korban dapat diketahui melalui adanya perubahan bentuk (berhubungan dengan cidera otot dan tulang), luka, nyeri, atau bengkak.

Page 87: Gadar Kasus 6 Revisi

Pemeriksaan fisik melalui urutan sebagai berikut:- pemeriksaan kepala- pemeriksaan mataPeriksa kondisi dan reaksi pupil terhadap rangsang cahaya. Jika pupil mata kanan dan kiri tidak sama besar atau ukurannya lebar sekali, ada indikasi korban mengalami gangguan syaraf/syok.- pemeriksaan hidungPeriksa apakah ada darah, cairan bening, atau keduanya di hidung korban. jika ada, kemungkinan korban mengalami benturan kepala/gegar otak.- pemeriksaan telinga- pemeriksaan mulut- pemeriksaan leher

Page 88: Gadar Kasus 6 Revisi

Periksa apakah ada pelebaran vena atau memar di leher. Jika ada, kemungkinan korban mengalami cidera spinal bagian tulang leher.- pemeriksaan dada- pemeriksaan perut- pemeriksaan panggul- pemeriksaan tungkai dan kakiPemeriksaan ini melibatkan gerakan, sensasi, dan sirkulasi. Pemeriksaan gerakan dilakukan dengan meminta korban menggerakkan kaki (khusus untuk korban sadar). Jika tidak bisa, kemungkinan ada cidera di otot tungkai dan kaki. Pemeriksaan sensasi dilakukan dengan menekan jari kaki tertentu dan menanyakan jari apa yang sedang ditekan (khusus untuk korban sadar). Jika korban salah menjawab atau tidak merasakan apa-apa, kemungkinan ada kerusakan di syaraf. Pemeriksaan sirkulasi dilakukan dengan cara menyentuh nadi di mata kaki dan di punggung kaki (dilakukan pada korban sadar maupun tidak sadar). Jika tidak ada denyut nadi, kemungkinan korban mengalami pendarahan.

Page 89: Gadar Kasus 6 Revisi

- pemeriksaan lengan dan tanganPemeriksaan di lengan dan tangan sama dengan pemeriksaan di tungkai dan kaki, yaitu pemeriksaan yang melibatkan gerakan, sensasi, dan sirkulasi. Nadi yang diperiksa pada pemeriksaan ini adalah nadi di pergelangan tangan.- pemeriksaan punggungPemeriksaan punggung biasanya dilakukan teakhir, yaitu saat korban dipindahkan ke atas tandu atau papan spinal.- pemeriksaan tanda vitalPemeriksaan tanda vital ini meliputi:- pemeriksaan pernafasanNormalnya, manusia dewasa bernafas sebanyak 12 – 20 kali per menit. Jika lebih dari 30 kali per menit, kemungkinan korban mengalami syok.- pemeriksaan nadiPemeriksaan nadi bisa dilakukan di nadi pergelangan tangan, untuk korban sadar, atau di nadi leher, bagi korban tidak sadar. Normalnya, denyut nadi manusia adalah 60 – 90 kali per menit. Jika lebih dari 150 kali per menit, kemungkinan korban mengalami syok.- pemeriksaan tekanan darahPemeriksaan tekanan darah dilakukan jika tersedia peralatannya. Normalnya tekanan darah manusia 100 – 140 mmHg untuk sistol dan 60 – 90 mmHg untuk diastol. Jika tekanan darah korban 50/35 mmHg (sistol/diastol), kemungkinan korban akan meninggal dunia.

Page 90: Gadar Kasus 6 Revisi

- pemeriksaan suhu tubuhNormalnya suhu tubuh manusia 36 – 37 oC. Jika tidak ada termometer, pemeriksaan ini bisa dilakukan dengan membandingkan suhu tubuh korban dengan penolong. Caranya adalah dengan merasakan/menyentuh dahi korban dan penolong secara bersamaan.- pemeriksaan warna kulit- penatalaksanaanYang dimaksud dengan penatalaksanaan adalah pertolongan yang diberikan pada korban. Pertolongan diberikan berdasarkan prioritas luka yang dialami korban. Prioritas tersebut meliputi (urutan menunjukkan urutan penanganan):henti jantung dan nafas, ditolong dengan resusitasi jantung parupendarahan, ditolong dengan pengendalian pendarahanluka bakar, ditolong dengan perawatan khusus luka bakarpatah tulang, dislokasi sendi dan tulang, ditolong dengan immobilisasi dan fiksasitidak sadar, ditolong dengan pemberian rangsangan hingga sadar

Page 91: Gadar Kasus 6 Revisi

- pemeriksaan berkalaPemeriksaan berkala dilakukan setelah penatalaksanaan hingga korban dirujuk ke instalasi kesehatan. Pemeriksaan ini meliputi pemeriksaan respon, jalan nafas, pernafasan, nadi, keadaan kulit, suhu, penatalaksanaan, dan menjaga komunikasi (untuk korban sadar). Jika tanda vital normal, pemeriksaan dilakukan setiap 15 menit. Tapi jika tanda vital tidak normal, pemeriksaan dilakukan setiap 5 menit.- PelaporanPertolongan yang telah diberikan harus dilaporkan ke instalasi kesehatan yang menerima korban

Page 92: Gadar Kasus 6 Revisi

Format pelaporan

Page 93: Gadar Kasus 6 Revisi

TERIMA KASIH ATAS PERHATIANNYA…