Gadar Psikiatri PK.doc

Embed Size (px)

Citation preview

BAB IPENDAHULUANA. Latar BelakangPerilaku kekerasan merupakan suatu bentuk ekspresi kemarahan yang tidak sesuai dimana seseorang melakukan tindakan-tindakan yang dapat membahayakan/ mencederai diri sendiri, orang lain bahkan dapat merusak lingkungan. Seseorang yang mengalami masalah ini harus diberikan rencana dan tindakan yang sesuai sehingga pola ekspresi kemarahannya dapat diubah menjadi bentuk yang bisa diterima yaitu perilaku yang sesuai, yaitu ekspresi kemarahan langsung kepada sumber kemarahan dengan tetap menghargai orang yang menjadi sumber kemarahan tersebut.Umumnya klien dengan Perilaku Kekerasan dibawa dengan paksa ke Rumah sakit Jiwa. Sering tampak klien diikat secara tidak manusiawi disertai bentakan dan pengawalan oleh sejumlah anggota keluarga bahkan polisi.Perilaku Kekerasan seperti memukul anggota keluarga/orang lain, merusak alat rumah tangga dan marah-marah merupakan alasan utama yang paling banyak dikemukakan oleh keluarga. Penanganan oleh keluarga belum memadai, keluarga seharusnya mendapat pendidikan kesehatan tentang cara merawat klien (manajemen perilaku kekerasan)A. Tujuan1. Tujuan UmumMahasiswa mengetahui dan dapat melaksanakan Asuhan Keperawatan kegawatdaruratan pada pasien Perilaku Kekerasan2. Tujuan Khususa. Agar mahasiswa mengetahui konsep dasar Perilaku Kekerasanb. Agar mahasiswa mengetahui pengkajian kegawatdaruratan pada pasien keperawatan Perilaku Kekerasan c. Agar mahasiswa mengetahui diagnosa keperawatan Perilaku Kekerasand. Agar mahasiswa mengetahui intervensi kegawatdaruratan pada pasien Perilaku KekerasanBAB IITINJAUAN TEORIA. Konsep Dasar1. PengertianPerilaku kekerasan atau agresif merupakan suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai seseorang secara fisik maupun psikologis (Berkowitz, 1993). Berdasarkan defenisi ini maka perilaku kekerasan dapat dibagi dua menjadi perilaku kekerasan scara verbal dan fisik (Keltner et al, 1995). Sedangkan marah tidak harus memiliki tujuan khusus. Marah lebih menunjuk kepada suatu perangkat perasaan-perasaan tertentu yang biasanya disebut dengan perasaan marah (Berkowitz, 1993)Kemarahan adalah perasaan jengkel yang timbul sebagai respons terhadap kecemasan yang dirasakan sebagai ancaman (Keliat, 1996)Ekspresi marah yang segera karena sesuatu penyebab adalah wajar dan hal ini kadang menyulitkan karena secara kultural ekspresi marah tidak diperbolehkan. Oleh karena itu marah sering diekspresikan secara tidak langsung.Sedangkan menurut Depkes RI, Asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan penyakit jiwa, Jilid III Edisi I, hlm 52 tahun 1996 : Marah adalah pengalaman emosi yang kuat dari individu dimana hasil/tujuan yang harus dicapai terhambat.Kemarahan yang ditekan atau pura-pura tidak marah akan mempersulit sendiri dan mengganggu hubungan interpersonal. Pengungkapan kemarahan dengan langsung dan konstruktif pada waktu terjadi akan melegakan individu dan membantu orang lain untuk mengerti perasaan yang sebenarnya. Untuk itu perawat harus pula mengetahui tentang respons kemarahan sesorang dan fungsi positif marah.Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun lingkungan. Hal tersebut dilakukan untuk mengungkapkan perasaan kesal atau marah yang tidak konstruktif. (Stuart dan Sundeen, 1995).2. PenyebabMenurut Stearen kemarahan adalah kombinasi dari segala sesuatu yang tidak enak, cemas, tegang, dendam, sakit hati, dan frustasi. Beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya kemarahan yaitu frustasi, hilangnya harga diri, kebutuhan akan status dan prestise yang tidak terpenuhi.Frustasi, sesorang yang mengalami hambatan dalam mencapai tujuan/keinginan yang diharapkannya menyebabkan ia menjadi frustasi. Ia merasa terancam dan cemas. Jika ia tidak mampu menghadapi rasa frustasi itu dengan cara lain tanpa mengendalikan orang lain dan keadaan sekitarnya misalnya dengan kekerasan.Hilangnya harga diri ; pada dasarnya manusia itu mempunyai kebutuhan yang sama untuk dihargai. Jika kebutuhan ini tidak terpenuhi akibatnya individu tersebut mungkin akan merasa rendah diri, tidak berani bertindak, lekas tersinggung, lekas marah, dan sebagainya.Kebutuhan akan status dan prestise ; Manusia pada umumnya mempunyai keinginan untuk mengaktualisasikan dirinya, ingin dihargai dan diakui statusnya.3. Rentang respons marahRespons kemarahan dapat berfluktuasi dalam rentang adaptif mal adaptif. Rentang respon kemarahan dapat digambarkan sebagai berikut : (Keliat, 1997). Assertif adalah mengungkapkan marah tanpa menyakiti, melukai perasaan orang lain, atau tanpa merendahkan harga diri orang lain. Frustasi adalah respons yang timbul akibat gagal mencapai tujuan atau keinginan. Frustasi dapat dialami sebagai suatu ancaman dan kecemasan. Akibat dari ancaman tersebut dapat menimbulkan kemarahan. Pasif adalah respons dimana individu tidak mampu mengungkapkan perasaan yang dialami. Agresif merupakan perilaku yang menyertai marah namun masih dapat dikontrol oleh individu. Orang agresif biasanya tidak mau mengetahui hak orang lain. Dia berpendapat bahwa setiap orang harus bertarung untuk mendapatkan kepentingan sendiri dan mengharapkan perlakuan yang sama dari orang lain Mengamuk adalah rasa marah dan bermusuhan yang kuat disertai kehilangan kontrol diri. Pada keadaan ini individu dapat merusak dirinya sendiri maupun terhadap orang lain.4. Tanda dan Gejala Muka merah Pandangan tajam Otot tegang Nada suara tinggi Berdebat dan sering pula tampak klien memaksakan kehendak Memukul jika tidak senang5. Akibat dari Perilaku kekerasanKlien dengan perilaku kekerasan dapat menyebabkan resiko tinggi mencederai diri, orang lain dan lingkungan. Resiko mencederai merupakan suatu tindakan yang kemungkinan dapat melukai/ membahayakan diri, orang lain dan lingkungan.6. Proses MarahStress, cemas, marah merupakan bagian kehidupan sehari-hari yang harus dihadapi oleh setiap individu. Stress dapat menyebabkan kecemasan yang menimbulkan perasaan tidak menyenangkan dan terancam. Kecemasan dapat menimbulkan kemarahan. Berikut ini digambarkan proses kemarahan :(Beck, Rawlins, Williams, 1986, dalam Keliat, 1996) Melihat gambar di atas bahwa respon terhadap marah dapat diungkapkan melalui 3 cara yaitu : Mengungkapkan secara verbal, menekan, dan menantang. Dari ketiga cara ini cara yang pertama adalah konstruktif sedang dua cara yang lain adalah destruktif. Dengan melarikan diri atau menantang akan menimbulkan rasa bermusuhan, dan bila cara ini dipakai terus menerus, maka kemarahan dapat diekspresikan pada diri sendiri dan lingkungan dan akan tampak sebagai depresi dan psikomatik atau agresif dan ngamuk.7. Gejala marahKemarahan dinyatakan dalam berbagai bentuk, ada yang menimbulkan pengrusakan, tetapi ada juga yang hanya diam seribu bahasa.Gejala-gejala atau perubahan-perubahan yang timbul pada klien dalam keadaan marah diantaranya adalah ; Perubahan fisiologik : Tekanan darah meningkat, denyut nadi dan pernapasan meningkat, pupil dilatasi, tonus otot meningkat, mual, frekuensi buang air besar meningkat, kadang-kadang konstipasi, refleks tendon tinggi. Perubahan emosional : Mudah tersinggung , tidak sabar, frustasi, ekspresi wajah nampak tegang, bila mengamuk kehilangan kontrol diri. Perubahan perilaku : Agresif pasif, menarik diri, bermusuhan, sinis, curiga, mengamuk, nada suara keras dan kasar.8. PerilakuPerilaku yang berkaitan dengan perilaku kekerasan antara lain : Menyerang atau menghindar (fight of flight)Pada keadaan ini respon fisiologis timbul karena kegiatan sistem saraf otonom beraksi terhadap sekresi epinephrin yang menyebabkan tekanan darah meningkat, takikardi, wajah merah, pupil melebar, sekresi HCl meningkat, peristaltik gaster menurun, pengeluaran urine dan saliva meningkat, konstipasi, kewaspadaan juga meningkat diserta ketegangan otot, seperti rahang terkatup, tangan dikepal, tubuh menjadi kaku dan disertai reflek yang cepat. Menyatakan secara asertif (assertiveness)Perilaku yang sering ditampilkan individu dalam mengekspresikan kemarahannya yaitu dengan perilaku pasif, agresif dan asertif. Perilaku asertif adalah cara yang terbaik untuk mengekspresikan marah karena individu dapat mengekspresikan rasa marahnya tanpa menyakiti orang lain secara fisik maupun psikolgis. Di samping itu perilaku ini dapat juga untuk pengembangan diri klien. Memberontak (acting out)Perilaku yang muncul biasanya disertai akibat konflik perilaku acting out untuk menarik perhatian orang lain. Perilaku kekerasanTindakan kekerasan atau amuk yang ditujukan kepada diri sendiri, orang lain maupun lingkungan9. Mekanisme kopingMekanisme koping adalah tiap upaya yang diarahkan pada penatalaksanaan stress, termasuk upaya penyelesaian masalah langsung dan mekanisme pertahanan yang digunakan untuk melindungi diri. (Stuart dan Sundeen, 1998 hal 33).Kemarahan merupakan ekspresi dari rasa cemas yang timbul karena adanya ancaman. Beberapa mekanisme koping yang dipakai pada klien marah untuk melindungi diri antara lain : (Maramis, 1998, hal 83) Sublimasi : Menerima suatu sasaran pengganti yang mulia artinya di mata masyarakat untuk suatu dorongan yang mengalami hambatan penyalurannya secara normal. Misalnya seseorang yang sedang marah melampiaskan kemarahannya pada obyek lain seperti meremas adonan kue, meninju tembok dan sebagainya, tujuannya adalah untuk mengurangi ketegangan akibat rasa marah. Proyeksi : Menyalahkan orang lain mengenai kesukarannya atau keinginannya yang tidak baik. Misalnya seseorang wanita muda yang menyangkal bahwa ia mempunyai perasaan seksual terhadap rekan sekerjanya, berbalik menuduh bahwa temannya tersebut mencoba merayu, mencumbunya. Represi : Mencegah pikiran yang menyakitkan atau membahayakan masuk ke alam sadar. Misalnya seseorang anak yang sangat benci pada orang tuanya yang tidak disukainya. Akan tetapi menurut ajaran atau didikan yang diterimanya sejak kecil bahwa membenci orang tua merupakan hal yang tidak baik dan dikutuk oleh Tuhan, sehingga perasaan benci itu ditekannya dan akhirnya ia dapat melupakannya. Reaksi formasi : Mencegah keinginan yang berbahaya bila diekspresikan, dengan melebih-lebihkan sikap dan perilaku yang berlawanan dan menggunakannya sebagai rintangan. Misalnya seorang yang tertarik pada teman suaminya, akan memperlakukan orang tersebut dengan kasar. Displacement : Melepaskan perasaan yang tertekan biasanya bermusuhan, pada obyek yang tidak begitu berbahaya seperti yang pada mulanya yang membangkitkan emosi itu. Misalnya Timmy berusia 4 tahun marah karena ia baru saja mendapat hukuman dari ibunya karena menggambar di dinding kamarnya. Dia mulai bermain perang-perangan dengan temannya.B. Konsep dasar asuhan keperawatan1. PengkajianSeorang perawat harus berjaga-jaga terhadap adanya peningkatan agitasi pada klien, hiraraki perilaku agresif dan kekerasan. Disamping itu, perawat harus mengkaji pula afek klien yang berhubungan dengan perilaku agresif.Kelengkapan pengkajian dapat membantu perawat :

Membangun hubungan yang terapeutik dengan klien

Mengkaji perilaku klien yang berpotensial kekerasan

Mengembangkan suatu perencanaan

Mengimplementasikan perencanaan

Mencegah perilaku agresif dan kekerasan dengan terapi milleu

Dan bila klien di anggap hendak melakukan kekerasan, maka perawat harus :a. Melaksanakan prosedur klinik yang sesuai untuk melindungi klien dan tenaga kesehatan

b. Beritahu ketua tim

c. Bila perlu, minta bantuan keamanan

d. Kaji lingkungan dan buat perubahan yang perlu

e. Beritahu dokter dan kaji PRN untuk pemberian obat

Perilaku yang berhubungan dengan agresi :

Agitasi motorik

Bergerak cepat, tidak mampu duduk diam, memukul dengan tinju kuat, mengapit kuat, respirasi meningkat, membentuk aktivitas motorik tiba-tiba (katatonia)

VerbalMengancam pada objek yang tidak nyata, mengacau minta perhatian, bicara keras, menunjukkan adanya delusi atau pikiran paranoid

Afek

Marah, permusuhan, kecemasan yang ekstrim, mudah terangsang, euphoria tidak sesuai, afek labil

Tingkat kesadaran

Bingung, status mental berubah tiba-tiba, disorientasi, kerusakan memori, tidak mampu dialihkan

2. Intervensi dapat melalui rentang intervensi keperawatan :

Kesadaran DiriPerawat harus menyadari bahwa stress yang dihadapinya dapat mempengaruhi komunikasinya dengan klien. Bila perawat tersebut merasa letih, cemas, marah, atau apatis maka akan sulit baginya untuk membuat klien tertarik. Oleh karenanya, bila perawat itu sendiri dipenuhi dengan masalah, maka energy yang dimilikinya bagi klien menjadi berkurang. Untuk mencegah semua itu, maka perawat harus terus menerus meningkatkan kesadaran dirinya dan melakukan supervise dengan memisahkan antara masalah pribadi dan masalah klien.

Pendidikan klienPendidikan yang diberikan mengenai cara berkomunikasi dan cara mengekspresikan marah yang tepat. Banyak klien yang mengalami kesulitan mengekspresikan perasaannya, kebutuhan, hasrat, dan bahkan kesulitan mengkomunikasikan semua ini kepada orang lain. Jadi dengan perawat berkomunikasi diharapkan agar klien mau mengekspresikan perasaannya, lalu perawat menilai apakah respon yang diberikan klien adaptif atau maladaptive.

Latihan asertif

Kemampuan dasar interpersonal yang harus dimiliki perawat :

Berkomunikasi secara langsung dengan setiap orang Mengatakan tidak untuk sesuatu yang tidak beralasan Sanggup melakukan complain Mengekspresikan penghargaan dengan tepat. KomunikasiStrategi berkomunikasi dengan klien perilaku agresif Bersikap tenang Bicara lembut Bicara tidak dengan cara menghakimi Bicara netral dan dengan cara konkrit Tunjukkan respek pada klien Hindari intensitas kontak mata langsung Demontrasikan cara mengontrol situasi tanpa kesan berlebihan Fasilitasi pembicaraan klien Dengarkan klien Jangan terburu-buru mengintrepetasikan Jangan buat janji yang tidak dapat perawat tepati Perubahan lingkunganUnit perawatan sebaiknya menyediakan berbagai aktivitas seperti : membaca, grup program yang dapat mengurangi perilaku klien yang tidak sesuai dan meningkatkan adaptasi sosialnya. Tindakan perilakuPada dasarnya membuat kontrak dengan klien mengenai perilakuyang dapat diterima dan tidak dapat diterima, konsekuensi yang didapat bila kontrak dilanggar, dan apa saja kontribusi perawat selama perawatan PsikofarmakologiAntianxiety dan Sedative-hipnotics. Obat-obatan ini dapat mengendalikan agitasi yang akut. Benzodiazepines seperti Lorazepam dan Clonazepam, sering digunakan dalam kegawatdaruratan psikiatrik untuk menenangkan perlawanan klien. Tapi obat ini tidak direkomendasikan untuk pengguna dalam waktu lama karena dapat menyebabkan kebingunan dan ketergantungan, juga bias memperburuk symptom depresi. Selanjutnya, pada beberapa klien yang mengalami disinhibiting effect dari benzodiazepines, dapat mengakibatkan peningkatan perilaku agresif.

Buspirone obat antianxiety, efektif dalam pengendalian perilaku kekerasan yang berkaitan dengan kecemasan dan depresi. Ini ditunjukkan dengan menurunnya perilaku agresif dan agitasi klien dengan cedera kepala, demensia, dan developmental disability.

Managemen Krisis

Bila pada waktu intervensi awal tidak berhasil, maka diperlukan intervensi yang lebih aktif. Prosedur penanganan kedaruratan psikiatrik

1. Identifikasi pemimpin tim krisis. Sebaiknya dari perawat karena yang bertanggung jawab selama 24 jam.

2. Bentuk tim krisis. Meliputi : dokter, perawat, dan konselor.

3. Beritahu petugas keamanan bila perlu. Ketua tim harus menjelaskan apa saja yang menjadi tugasnya selama penanganan klien.

4. Jauhkan klien lain dari lingkungan

5. Lakukan pengekangan, jika memungkinkan.

6. Pikirkan suatu rencana penanganan krisis dan beritahu tim

7. Tugaskan anggota tim untuk mengamankan anggota tubuh klien

8. Jelaskan perlunya intervensi tersebut kepada klien dan upayakan untuk kerjasama

9. Pengekangan klien jika diminta oleh ketua tim krisis. Ketua tim harus segera mengkaji situasi lingkungan sekitar untuk tetap melindungi keselamatan klien dan timnya.10. Berikan obat jika diintruksikan

11. Pertahankan pendekatan yang tenang dan konsisten terhadap klien

12. Tinjau kembali intervensi penanganan krisis dengan tim krisi.

13. Proses kejadian dengan klien lain dan staf harus tepat

14. Secara bertahap mengintregasikan kembali klien dengan lingkungan.

Seclusion

Pengekangan FisikMerupakan tindakan keperawatan yang terakhir. Ada dua macam, pengekangan fisik secara mekanik (menggunakan manset, sprei pengekang) atau isolasi (menempatkan klien dalam suatu ruangan dimana klien tidak dapat keluar atas kemauannya sendiri)Jenis pengekangan mekanik

Camisoles (jaket pengekang)

Manset untuk pergelangan tangan

Manset untuk pergelangan kaki

Menggunakan spreiIndikasi pengekangan

1. Perilaku amuk yang membahayakan diri sendiri atau orang lain

2. Perilaku agitasi yang tidak dapat dikendalikan dengan pengobatan

3. Ancaman terhadap intregitas fisik yang berhubungan dengan penolakan klien untuk beristirahat, makan, dan minum4. Permintaan klien untuk mengendalikan perilaku eksternal. Pastikan tindakan ini telah dikaji dan berindikasi terapeutik Pengekangan dengan sprei basah atau dinginKlien dapat diimobilisasi dengan membalutnya seperti mummi dalam lapisan sprei dan selimut. Lapisan paling dalam terdiri atas sprei yang telah diremdam dalam air es. Walaupun mula-mula terasa dingin, balutan segera menjadi hangat dan menenangkan. Hal ini dilakukan pada perilaku amuk atau agitasi yang tidak dapat dikendalikan oleh obat.Intervensi keperawatan :

1. Baringkan klien dengan pakaian rumah sakit diatas tempat tidur yang tahan air

2. Balutkan sprei pada tubuh klien dengan rapid an pastikan bahwa permukaan kulit tidak saling bersentuhan

3. Tutupi sprei basah dengan selapis selimut

4. Amati klien dengan konstan

5. Pantau suhu, nadi, dan pernapasan. Jika tampak sesuatu yang bermakna, buka pengekangan

6. Berikan cairan sesering mungkin

7. Pertahankan suasana lingkungan yang tenang

8. Kontak verbal dengan suara yang menenangkan

9. Lepaskan balutan setelah lebih kurang 2 jam

10. Lakukan perawatan kulit sebelum membantu klien berpakaian

RestrainsTujuan tindakan keperawatan adalah memonitor alat restrain mekanik atau restrain manual terhadap pergerakan klien. Dapatkan ijin dokter bila diharuskan karena kebijakan institusi

IsolasiAdalah menempatkan klien dalam suatu ruangan dimana klien tidak dapat keluar atas kemauannya sendiri. Tingkatan pengisolasian dapat berkisar dari penempatan dalam ruangan yang tertutup tapi tidak terkunci sampai pada penempatan dalam ruang terkunci dengan kasur tanpa sprei di lantai, kesempatan komunikasi yang dibatasi, dank lien memakai pakaian RS atau kain terpal yang berat.

Indikasi penggunaan :

Pengendalian perilaku amuk yang potensial membahayakan klien atau orang lain dan tidak dapat dikendalikan oleh orang lain dengan intervensi pengendalian yang longgar, seperti kontak interpersonal atau pengobatan.

Reduksi stimulus lingkungan, terutama jika diminta oleh klien

Kontraindikasi :

Kebutuhan untuk pengamatan masalah medic

Risiko tinggi untuk bunuh diri

Potensial tidak dapat mentoleransi devripasi sensori

Hukuman

3. EvaluasiMengukur tujuan dan criteria sudah tercapai. Perawat dapat mengobservasi perilaku klien. Dibawah ini beberapa perilaku yang dapat mengindikasikan evaluasi yang positif1. Identifikasi situasi yang dpat membangkitkan kemaahan klien

2. Bagaimana keadaan klien saat marah dan benci pada orang tersebut

3. Sudahkah klien menyadari akibat dari marah dan pengaruhnya pada orang lain

4. Buatlah komentar yang kritikal

5. Apakah klien sudah mampu mengekspresikan sesuatu yang berbeda

6. Klien mampu menggunakan aktivitas fisik untuk mengurangi perasaan marahnya

7. Mampu mentoleransi rasa marahnya

8. Konsep diri klien sudah meningkat

9. Kemandirian dalam berfikir dan aktifitas meningkatBAB IIIPENUTUPA. KesimpulanEkspresi marah yang segera karena sesuatu penyebab adalah wajar dan hal ini kadang menyulitkan karena secara kultural ekspresi marah tidak diperbolehkan. Oleh karena itu marah sering diekspresikan secara tidak langsung.Sedangkan menurut Depkes RI, Asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan penyakit jiwa, Jilid III Edisi I, hlm 52 tahun 1996 : Marah adalah pengalaman emosi yang kuat dari individu dimana hasil/tujuan yang harus dicapai terhambat.Kemarahan yang ditekan atau pura-pura tidak marah akan mempersulit sendiri dan mengganggu hubungan interpersonal. Pengungkapan kemarahan dengan langsung dan konstruktif pada waktu terjadi akan melegakan individu dan membantu orang lain untuk mengerti perasaan yang sebenarnya. Untuk itu perawat harus pula mengetahui tentang respons kemarahan sesorang dan fungsi positif marah.Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun lingkungan. Hal tersebut dilakukan untuk mengungkapkan perasaan kesal atau marah yang tidak konstruktif. (Stuart dan Sundeen, 1995).

B. Saran1. Semoga makalah ini dapat menjadi acuan dalam membuat asuhan keperawatan2. Semoga makalah ini dapat menjadi pengetahuan bagi kalangan kesehatan dan umumDAFTAR PUSTAKADadang Hawari, 2001, Pendekatan Holistik Pada Gangguan Jiwa Schizofrenia, FKUI; Jakarta.Depkes RI, 1996, Direktorat Jendral Pelayanan Medik Direktorat Pelayanan Keperawatan, 2000, Keperawatan Jiwa Teori dan Tindakan, Jakarta.Depkes RI, 1996, Proses Keperawatan Jiwa, jilid I.Keliat Budi Anna, dkk, 1998, Pusat Keperawatan Kesehatan Jiwa, penerbit buku kedokteran EGC : Jakarta.Keliat Budi Anna, 1996, Marah Akibat Penyakit yang Diderita, penerbit buku kedokteran EGC ; Jakarta.Rasmun, 2001, Keperawatan Kesehatan Mental Psikiatri Terintegrasi Dengan Keluarga, Edisi 1, CV. Agung Seto; Jakarta.Stuart, GW dan Sundeen, S.J, 1998, Buku Saku Keperawatan Jiwa, edisi 3, Penerbit : Buku Kedokteran EGC ; Jakarta.WF Maramis, 1998, Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa, penerbit : Buku Kedokteran EGC ; Jakarta.Yosep, Iyus. 2009. Keperawatan Jiwa, edisi revisi. Bandung : Refika Aditamahttp://harnawatiaj.wordpress.com/2008/03/27/askep-perilaku-kekerasan/KEPERAWATAN GAWAT DARURAT IASUHAN KEPERAWATAN DALAM BIDANG PSIKIATRI DENGAN KASUS PERILAKU KEKERASAN

Disusun oleh:

Siti Sholihah2012.49.104AKADEMI KEPERAWATAN DHARMA HUSADA KEDIRI

TAHUN 2014/2015Strategi antisipatif

Komunikasi

Perubahan lingkungan

Tindakan perilaku

Psikofarmakologi

Strategi preventif

Kesadaran diri

Pendidikan klien

Latihan asertif

Strategi pengurungan

Managemen krisis

Seclusion

retrains