22
GAGAL GINJAL KRONIK ( GGK ) A. KONSEP DASAR 1. Definisi Gagal ginjal kronik adalah penurunan fungsi ginjal yang bersfat persisten dan irreversible, gangguan funsi ginjal adalah penurunan laju filterasi glomerolus yang dapat di goongkan ringan, sedang, berat. 2. Anatomi Fisiologi ginjal terletak pada dinding posterior abdomen terutama di daerah lumbal, disebelah kanan dan kiri tulang belakang dibungkus lapisan lemak yang tebal di belakang peritoneum dan diluar rongga peritoneum. Kedudukan ginjal diperkirakan dari belakan mulai dari ketinggian vertebra torakalis sam pai vertebra lumbalis ketiga. Ginjal kanan sedikit lebih rend ah dari kiri karena hati menduduki ruang banyak disebelah kanan. Setiap ginjal panjangnya 6 – 7 ½ cm, dan tebal 1 ½ - 2 ½ cm. Pada orang dewasa beratnya kira – kira 140 gr. Bentuk ginjal seperti biji kacang dan sisi dalamnya menghadap ketulang punggung. Sisi luarnya cembung. Pembuluh – pembuluh ginjal semuanya masuk dan keluar pada hilum. Diatas setiap ginjal menjulang

Gagal Ginjal Kronik

Embed Size (px)

DESCRIPTION

undang -undang keperawatan

Citation preview

Page 1: Gagal Ginjal Kronik

GAGAL GINJAL KRONIK

( GGK )

A. KONSEP DASAR

1. Definisi

Gagal ginjal kronik adalah penurunan fungsi ginjal yang bersfat persisten

dan irreversible, gangguan funsi ginjal adalah penurunan laju filterasi glomerolus

yang dapat di goongkan ringan, sedang, berat.

2. Anatomi Fisiologi

ginjal terletak pada dinding posterior abdomen terutama di daerah lumbal,

disebelah kanan dan kiri tulang belakang dibungkus lapisan lemak yang tebal di

belakang peritoneum dan diluar rongga peritoneum.

Kedudukan ginjal diperkirakan dari belakan mulai dari ketinggian vertebra

torakalis sam pai vertebra lumbalis ketiga. Ginjal kanan sedikit lebih rend ah dari

kiri karena hati menduduki ruang banyak disebelah kanan.

Setiap ginjal panjangnya 6 – 7 ½ cm, dan tebal 1 ½ - 2 ½ cm. Pada orang

dewasa beratnya kira – kira 140 gr.

Bentuk ginjal seperti biji kacang dan sisi dalamnya menghadap ketulang

punggung. Sisi luarnya cembung. Pembuluh – pembuluh ginjal semuanya masuk

dan keluar pada hilum. Diatas setiap ginjal menjulang sebuah kelenjar. Suprarenal

ginjal kanan lebih pendek dan lebih tebal dari yang kiri.

Struktur ginjal dilingkupi kapsul tipis dari jaringan sibrus yang rapat

membungkusnya dan membentuk pembungkus yang halus. Didalamnya terdapat

struktur – struktur ginjal yang warnanya ungu tua dan terdiri atas bagian kortek

disebelah luar dan bagian medulla di sebelah dalam. Bagian medulla ini

tersusun atas 15 – 16 massa yang berbentuk pyramid nyang disebut pyramid

ginjal. Puncak – puncaknya langsung mengarah ke hilum dan berakhir di kalises –

kalises yang menghubungkannya dengan kalises ginjal.

Fungsi ginjal adalah pengaturan keseimbangan air, pengaturan konsentrasi

garam dalam darah, keseimbangan asam basa darah, ekskresi bahan buangan dan

kelebihan garam. (Evelyn Pearce, 1997).

Page 2: Gagal Ginjal Kronik

3. Etiologi

Penyebab gagal ginjal kronik merupakan kelanjutan dari beberapa jenis penyakit

seperti :

1) Penyakit jaringan jaringan ginjal kronis seperti glomerulonefritis

2) Infeksi kronis, misalnya pyelonefritis dan tuberculosis.

3) Kelainan bawaan seperti kista ginjal.

4) Obstruksi ginjal misalnya batu ginjal.

5) Penyakit vaskuler, seperti nefro sclerosis dan penyaki hypertensi.

6) Obat – obatan yang dapt merusak ginjal, misalnya pemberian terapi

aminoglikosida dalam jangka panjang.

7) Penyakit endrokrin misalnya komplikasi diabetes.

4. Patofisiologi

Pre Renal

Renal

Aliran darah keginjal terganggu

Cairan tubuler menurun (melalui tubuler lambat )

Peningkatan tonus meduler

Memperbesar reabsorbsi ditubulus distal

Peningkatan reabsorbsi Na dan air

Terlarut dalam tobuler > lambat dibuat

Volume urine menurun, Na menurun, Creatinin meningkat

Renal

Aliran urine menurun BUN + creat meningkatOsmolaritas dan Bj menurun(serupa konsentrasi plasma) Creatinin menurun

Osmolaritas dan Bj menurun

Page 3: Gagal Ginjal Kronik

Post Renal

5. Manifestasi Klinis

a) Gastrointestinal : anoreksia nouse, muntah, hematomesis melena.

b) SPP/neurologik : lelah malas, insomnia, sakit kepala, kejang, koma,

fasikulasi otot, mioklonus, neuropati perifer,

perubahan –perilaku.

c) Kardiovaskuler : hipertensi, payah jantung kongesty, perikarditis,

myokarditis uremik.

d) Hematologi : anemia, diatesis, hemorargik.

e) Endokrin metablik : Hiper/hipoglikemia, hiperlipedemia tipe IV

hiperparatiroidisme, disfungsi sex menstruasi,

retardaasi pertumbuhan badan.

f) Dermatologi : kult kering, gatal – gatal.

6. Pemerisaan Penunjang

Kreatinin plasma akan meningkat seiring dengan penurunan laju filterasi

glomerolus, dimulai bila laju kurang dari 60 ml/m, pada gagal gijal terminal

Terhambatnya urine keluar

Obstruksi

Aliran cairan tubuler menurun, IFG menurun

Reabsorbsi Na, air, urea meningkat

Kongesti

Tek. Retrograde mll koligentes dan nefron

Na menurin, osmolaritas dan BUN meningkat, creat meningkat

Sistem koligentes dilatasi

Merusak nefron

Page 4: Gagal Ginjal Kronik

konsentrasi kreatinn dibawah 1 m mol/ lt, konsentrasi ureum plama kurang dapa

di percaya karma dapat menurun pada diet rendah protein dan meningkat pada

diet tinggi protein, kekurangan garam dan keadaan katabolic. Biasanya

konsenterasi ureum pada gagal ginjal terminal adalah 20 – 60 mmol/lt.

Terdapat penurunan bikarbonatplasma (15 – 25 mmol/l) penurunan pH

dan peningkatan anion gap. Konsenterasi natrium biasanya normal. Namun dapat

meningkat atau menurun akibat masukan caoiran inadekuat. Atau kelebihan.

Hiperkalemia tanda – tanda gagal ginjal yang berat, kecuali terdapat masukan

yang berlebiha. Asidosis tubular ginjal atau hiperaldosteronisme.

Terdapan peningkatan konsentrasi fosfat plasma dan peningkatan kalsium

plasma, kemudian fosfatase alkali meningkat, dapat ditemukan peningkatan

parathormon pada hiperparatiroidisme. Pada pemeriksaan darah dapat ditemukan

anemia normositik normokrom dan terdapat sel Burn pada uremia berat. Leukosit

dan trombosit masih dalam batas normal. Peeriksaan mikroskopik urine

menunjukkan kelainan penykit yang mendasariya. Kreatinin meningkat melebihi

laju filterasi glomerous dan turun menjadi kurang dari 5ml/m pada gagal ginjal

terminal dapat ditemukan proteinuria 200 – 1000 mg/hr.

Pemeriksaan biokimia lasma untuk mengetahui fungsi gimjal dan

gangguan elektrolit. Mikroskopik urine, test serologi untuk mengetahui penyebab

glomerolus nefritis dan tes – tes penyaringan sebagai persiapan sebalum dialysis

(biasanya hepatitis B dan HIV).

USG ginjal sangat penting untuk mengetahui ukuran ginjal dan penyebab

gagal ginjal, misalnya adanya kista atau obstruksi pelvis ginjal. Dapat juga

dipakai foto polos abdomen jika ginjal lebih kecil disbanding usia dan besar tubuh

pasien lebih cenderung kearah gagal ginjal kronik.

7. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan konserfatif GGK bermanfaat bila faal ginjal masih pada

tahap insufsiensiginjal dan GGK yaitu faal ginjal berkisar antara 10 – 50 % atau

nilai kriatinin serum 2mg – 10mg%. (RP. Sidabutar Suhardjono, EJ Kapojos:

1997).

Page 5: Gagal Ginjal Kronik

Tujuan pengobataa konservatif GGK ialahmenunda dialysis atau

transplantasi dengan memperlama periode asimtomatik. Pada penyakit gagal

ginjal tahap akhir pengobatan pengganti sudah harus dilaksanakan.

Penatalaksanaan konservatif juga dapat bermanfaat untuk menjaringkan frekwansi

dialysis.

Memperbaiki faktor – faktor yang reversible, treatebel dan mencegah

menumpuknya toksik uremik dengan diet dan odbat – obatan, memperbaiki

penyakit dasar, mengatasi keluhan dan gejala dengan obat – oobataan, mencegah

atau menghindari tindakan yang menambah keruakan ginjal. ( Made Sukahatya,

1994).

Penaggulangan GGK harus berprinsip pada penaggulangan masalah

seutuhnya dan sesekli tidak boleh mengobati atau mengoreksi nilai – nilai

kimiawi saja. Penetapan waktu untuk merencanakan dan memulai pengobatan

pengganti (dialysis atau transplantasi) harus atas pertimbangan keseluruhan.

Pentahaapan penurunan faal ginjal seperti disebut sebelumnya tidak mempunyai

batas – batas klinis yang jelas sehingga kewaspadaan orang yang mengobati

sangat penting untuk dapat menilai apakah suatu tindakan diagnostic atau

terapiutik perlu dailaksanakan. (R.P. Sidabutar,1997).

8. Komplikasi

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. Penkajian

a. Pengumpulan data

1) Identitas klien

Meliputi nama lengkap, umur agama jenis kelamin pendidikan , pekerjaan,

penghasilan,ras, alamat.

2) Keluhan utama

Pada klien dengan GGK tanpa keluhan dan gejala hanya kebetulan

pemeriksaan BUN dan kreatinin meningkat, berlangsung berbulan – bulan

sampai beberapa tahun. Kemudian berlanjut toksin uremik makin menumpuk

sehingga timbul GGK dengan keluhan ganggan fungsi berbagai organ antra

Page 6: Gagal Ginjal Kronik

lain : kelaina gastrointestinal, SSP, neurologik, kardiovaskuler, paru,

hematologik, endokrin atau metabolic, dermatologi, (Joyce M. Black,1997)

3) Riwayat kesehatan

a) Riwayat kesehatan sekarang

Pada klien gagal ginjal kronik umumnya gejaa dan tanda – tand sesuai

dengan gangguan system yang timbul. (R.P. Sidabutar, Suharjono, EJ

Kapojos,1997)

b) Riwayat kesehatan lalu

Dalam hal ini 6ang orlu dikaji adalah aakah klien pernah mengalami GGK

atau GGA sebelumnya dan apakah klien menderrita penyakit jaringa ginjal

kronis seperti glomerulo nefritis kronis, infeksi kronis, misalnya pielonefriti

dan tuberculosis, kelainan bawaan seperti kusta, obtrukksi ginjal misalnya

batu ginjal, penyakit vaskuler seperti nefrosklerosis dan penyakit HT, serta

tanyakan apakah sebelumya pernah masuk rumah sakit. (Rasindo,1999)

c) Riwayat kesehatan keluarga

Yang perlu dikaji adalah apakah dalam keluarga ada yang menderita

penyakit seperti yang diderita klien, atau riwayat penyakit menular atau

menurun, (Joyce M. Black,1997)

4) Pola – pola fungsi kesehatan

a) Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat

Dalam hal ini yang perlu di kaji adalah apakah klien mengerti tentang

penyakitnya dan dibawa kemana bila sedang sakit, serta bagaiman klien

merawat tentang dirinya.

b) Pola nutrisi dan metabolisme

Pada klien dengan GGK biasanya peningkatan secara cepat berat badan

karena bengkak atau penurunan berat badan karena kurang gizi, tidak nafsu

makan rasa tidak nyata di muka ( nafas ammonia)

c) Pola aktivitas

Biasanya klien mengalami gangguan dalam meakukan aktivitan karena klien

dengan GGK mengeluh kelelahan yang berlebihan.

Page 7: Gagal Ginjal Kronik

d) Pola eliminasi

Pada klien dengan GGK biasanya frekwensi kencing sedikit. Urin tidak ada

pada ginjal, perut mengembung diare, atau justru sulit buang air besar,

perubahan warna urine, misalnya kuning,merah,cokelat,gelap, urin sedikit

dan biasa negative.

e) Pola istirahat tidur

Biasanya klien dengan GGK mengeluh sulit tidur karena keresahan atau

mengigau.

f) Pola persepsi kognitif

Perubahan sttus kesehatan dan gaya hidup data mempengaruhi pengetahuan

dan kemampuan dalam merawat dii sendiri.

g) Pola persepsi diri

Pada klien dengan GGK mempunyai perasaan tidak berdaya, tidak punya

harapan, tidak punya kekuatan dan dapat memperlihatkan penolakan, cemas,

takut, marah, sensitive perubahan keppribadian.

h) Pola hubungan dan peran

Biasanya pasien sulit untuk menyesuaikan diri misalnya : tidak mampu

bekerja juga macam – macam fungsi yang wajar dalam keluarga.

i) Pola reproduksi dan sexual

Biasanya kien mengalami penurunan gairah sexual, tidak menstruasi,

mandul.

j) Pola penanggulangan stress

Biasanya klien mengalami stress karena cemas, takut dan marah. Cara

penanggulangannya dengan cara mengungkapkannya pada orang terdekat

atau perawat, atau juga dengan cara marah, menangis atau cara lain

tergantung individunya.

k) Pola tata nilai dan kepercayaan

Klien akan selalu berdo’a demi keselamatan dirinya sehingga perlu bantuan

moral dari oaring – orang yang ada disekelilingnya.

Page 8: Gagal Ginjal Kronik

5) Pemeriksaan fisik

a) Keadaan Umum

Keadaan umum pasien diamati mulai saat pertama kali bertemu dengan

pasien dilanjutkan mengukur TTV, kesadaran pasien diamati sadar

sepenuhnya ( komposmentis, apatis, somnolen, delirium semi koma, koma,

keadaan sakit diamati aakah berat, sedang, ringan atau tampak tidak sakit.

b) Kulit, rambut, kuku

Pada klien GGK ditemukan dalam pemeriksaan pada kulit yaitu kulit

kuning,perubahan turgor kulit (lembab),kulit gatal-gatal karena infeksi

sesaat atau berulang,bintik – bintik perdarahan kecil dan lebih besar

dikulit.penyebaran proses pengapuran di kulit,pada kuku tipis dan rapuh

serta pada rambut tipis.

c) Kepala, leher

Pada klien GGK mengeluh sakit kepala,muka pucat memerah,tidak adanya

pembesaran kelenjar tiroid.

d) Mata

Pada klien GGK mata mengalami pandangan kabur

e) Telinga, hidung, mulut tenggorokan

Pada GGK telinga hidung dan tenggorokan tidak mengalami

gangguan.pada mulut ditemukan adanya perdarahan pada gusi dan lidah.

f) Pada thorak dan abdomen

Pada pemeriksaan abdomen dan thorak ditemukan adanya nyeri pada dada

pada abdomen ditemukan disternsi perut (asites atau penumpukan cairan,

pembesaran heper pada setadium akhir).

g) System respirasi

Pada klien GGK biasanya terjadi kesulitan untuk bernafas karena adanya

gagal jantung kongestif, paru mengalami perubahan yang sangat rentang

terhadap infeksi. Terjadi akumulasi cairan. Kesakitan, pneumoni, klien

mengeluh nafas pendek, sesak nafas yang datang hilang dimalam hari, batuk

dengan atau tanpa suara parau, dahak yang kental, pernafasan kusmaul

( nafas lebih dalam).

Page 9: Gagal Ginjal Kronik

h) System kardiovaskuler

GGK berlanjut menjadi tekanan darah tinggi, detak jantung menjadi

irreguler ( termasuk detak jantung yang mengancam kehidupan atau terjadi

fibrilasi), pembengkakan, gagal jantung kongestif.

i) System genitourinaria

Karena ginjal kehilangan kesanggupan mengekskresi natrium, penderita

mengalami retensi natrium dan kelebihan natrium sehingga penderita

mengalami iritasi dan menjadi lemah. Pengeluaran urine mengalami

penurunan serta mempengaruhi komposisi kimianya, berkurangnya

frekwensi kencing, urin sedikit, urin tidak ada pada gagal ginjal, perut

mengembung, diare atau justru sulit BAB, perubahan warna urine misalnya :

Kuning, coklat, merah, gelap, urin sedikit dan beda negatif.

j) System gastrointestinal

Pada saluran pencernaan terjadi peradangan ulserasi pada sebagaian besar

alat pencernaan. Gejala lainnya adalah terasa metal di mulut, nafas bau

amonia, nafsu makan menurun, mual muntah, perut mengembung, diare atau

justru sulit BAB.

k) System musculoskeletal

Pada GGK adanya kelemahan otot atau kekuatan otot hilang.kurangnya

respon otot – oto dan tulang. Ketidakseimbangan mineral dan hormon,tulang

terasa sakit , kehilangan tulang, mudah patah, defisit kalsium dalam

otak,mata, gusi, persendian, jantung, bagian dalam dan pembuluh darah.

Fraktur atau otak tulang, penumpukan CaPO4 pada jaringan lunak , sendi

pembatasan gerak sendi.

l) System endokrin

Pada GGK memberikan pertumbuhan lambat pada anak – anak. Kurang

subur serta nafsu sex menurun pada kedua jenis kelamin. Menstruasi

berkurang bahkan dapat berhenti sama sekali. Impotensi dan produksi

sperma menurun serta peningkatan kadar gula darah seperti pada diabetes.

Page 10: Gagal Ginjal Kronik

m) System persyarafan

Pada klien GGK sindroma tungkai bergerak – gerak salah satu pertanda

kerusakan saraf , rasa sakit seperti terbakar, gatal pada kaki dan tungkai.juga

dijumpai otot menjadi kram dan bergerak – gerak, daya ingat berkurang,

mengantuk, iritabilitas, bingung, koma dan kejang (Merlyn E.

Doenges,1990)

6) Pemeriksaan penunjang

a) Urine

Volume : biasanya berkurang dari 400 ml/jam (oliguria) atau urin

tidak ada

Warna : gelap urin yang tidak normal dapat disebabkan nanah,

bakteri, lemak, partikel koloid, pospat atau asam urat. Kotor sedimen

coklat mengidentifikasikan adanya darah , myoglobin prefirin.

Bj : kurang dari 1.01 s ( tetap pada 1.010 mengindikasikan

adanya gagal ginjal yang parah dan berat.

Osmolitas : kurang dari 350 mosn/kg menunjukkan gangguan tubulus

dan rasio urin. Serum sering 1:1.

Clerens creatinin : mungkin menurun secara berhenti.

Na+ : lebih dari 40mcg/i untuk ginjal tidak mampu menyerap

kembali Na.

b) Darah

BUN/kreatinin : meningkat biasanya secara proporsional kadar

kreatinin 10mg/dl memberi kesan stadiunm akhir ( mungkin serendah 5)

CBC ( hitung darh lengkap ), HCT ( hematokrit) menurun pada anemia.

Hb : biasanya berkurang dari 7 – 8 g/dl.

SDM :

c) Gas darah (AS/BS)

PH : menurut asidosis metabolik (kurang dari 7,2) terjadi

karena kehilangan kemampuan ekskresi ginjal yaitu hidrogen dan

amonia dan produksi akhir dari katabolisme protein Hco3 dan Pco2

menurun.

Page 11: Gagal Ginjal Kronik

Serum Na+ : mungkin rendah jika gagal ginjal hanya membuang Na.

Atau normal menunjukkan status delusi hipernatrium.

K+ : meningkat berhubungan dengan penumpukan sel

( asidosis atau pelepasan kejaringan ( hemolisis SDM)

Mq/p : meningkat

Ca : menurun

d) Protein

Albumin : menurun di serum menunjukkan protein keluar lewat urin,

pertukaran cairan, penurunan pemasukan atau penurun sintesa atau

kekurangan asam amino esensial.

Serum osmolalitas : lebih besar cdari 285n ons/kg sering sama dengan

urine.

KUB/X-Ray : memperlihatkan ukuran ginjal atau ureter atau vesika

urinaria dan menunjukkan pembuntuan ( batu)

Rehograde/yelogran : tampak pelvis ginjal dan ureter yang tidak normal

b. Analisa Data

a) - Data mayor : biasanya klien mengatakan perutnya kembung, sulit kencing.

- Data minor : perut mengembung , kencing sedikit, perubahan warna urine,

urine tidak ada pada gagal ginjal, odema,

- Masalah : kelebihan volume cairan

- Kp : penurunan kemampuan ginjal untuk mengeluarkan air dan

menahan natrium.

b) – Data mayor : biasanya klien mengatakan nafsu makan menurun atauy

berkurang

- Data minor : penurunan berat badan karena kurang gizi atau peningkatan

berat badan secara cepat karena bengkak, anorexia, mual muntah

- Masalah : perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan

- Kp : anorexia, mual muntah kehilangan selera makan.

Page 12: Gagal Ginjal Kronik

c. Diagnosa

1. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan kemampuan

ginjal untuk mengeluarkan urine dan menahan natrium ditandai dengan perit

kembung, sulit kencing, kencing sedikit, perubahan warna urine, urin tidak

ada pada gagal ginjal, edema (+).

2. perubahan nutrisi kurang berhubungan dengan anorexia mual muntah,

kehilangan selera makan kehilangan bau, stomatitis dan diet tak enak.

3. ketidak berdayaan berhubungan dengan kehilangan perasaan terhadap

kontrol dan pembatasan gaya hidup.

4. resiko tinggi terhadap infeksi penatalaksanaan regimen terapiutik

berhubungan dengan insufisiensi pengetahuan tentang kondisi, pembatasan

diet, pencatatan setiap hari, terapo farmakologi tanda / gejal komplikasi,

kunjungan evaluasi dan sumber komunitas ( lynda Juall Carpenitto, 1999).

2. Perencanaan

Diagnosa perttama : kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan

kemampuan ginjal mengeluarkan air dan menahan natrium.

1. Tujuan : cairan seimbang dalam waktu 2x24 jam

2. KH :

3. Rencana tindakan

- masukan dan pengeluaran seimbang

- berat badan stabil

- bunyi nafas jantung normal

- elektrolit dalam bats normal

4. Rencana tindakan

Pantau dan dokumentasikan masukan dan keluaran tiap jam secara akurat

Timbang berat badan mklien tiap hari

Pantau peningkatan tekanan darah

Kaji edema perifer distensi vena leher dan peningkatan sesak nafas

Batasi cairan sesuai program pemberian obat – obatan dengan mmakanan

jika mungkin bagi cairan selama sehari.

Page 13: Gagal Ginjal Kronik

5. Rasional

Klien ryang menunjukkan bukti kelebihan cairan memerlukan pembatasan

berdasarkan pengeluaran urin

Klien dengan gagal ginjal kronis cenderung mengalami fluktuasi berat

badan membutuhkasn evaluasi ulang yang bsering terhadan keseimbangan

cairan optimal. Perubahan berat badan interdialik yang diterima adalah 1

– 2 atau lebih/24jam

Volume sirkulasi harus dipantau pada gagal ginjal kronis untuk mencegah

hipervolemia berat.

Dengan mengkaji edema perifer distensi vena leher dan peningkatan

sessak nafas dapoat mengetahui terjadinya gagal jantung kongestif.

Pembatasan natrium harus disesuaikan berdasarkan pada ekskresi Na urine

dan serangkaian berat badan.

Diagnosa ke dua : perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang

berhubungan dengan anorexia mual muntah, kehilangan selera makan atau nafsu

makan kehilangan bau stomatitis dan diet tidak enak.

1. Tujuan : kebutuhan nutrisi terpenuhi dalam 2x24jam

2. KH :

Klien akan menghubungkan pentingnya masukan nutrisi adekuat dan mentaati

program diet yang di programkan

3. Rencana tindakan

Terapkan tujuan nutrisional dengan klien atau keluarganya dan

rencanakan peratan untuk mencapainya dengan :

- konsul ahli diet untuk bentuaN pengkajian nutrisi mengidentifikasi

tujuan nutrisi, meresepkan modifikasi diet den memberikan instuksi

nutrisi pada klien.

- Pertegas instruksi diet dan berikan materi tertulis untuk instruksi verbal

Siapkan dan berikan dorongan higine oral yang baik sebelum dan

sesudah makan

Berikan lingkungan yang menyenangkan selam waktu makan dan bantu

sesuai kebutuhan

Page 14: Gagal Ginjal Kronik

Periksa baki makan untuk mengetahui isinya dan dorong klien untuk

makan

Dokumentasikan semua masukan cairan dan makanann

Evaluasi status nutrisi klien dan keefektifan diet dengan klien dan ahli diet

Jelaskan perlunya kebutuhan klien untum makan protein maksimum dari

diet yang diizinkan.

4. rasional

- Peresapan diet yang tepat penting dalam penatalaksanaan GGK untuk

mencegah toksisitas, uremik, ketidakseimbangann cairan dan elektrolit

dan katabolisme

- Empati dan penguatan terhadap instruksi diet dapat meningkatkan

kepatuhan terhjadap pembatasan diet

Higiens oral yang tepat mengurangi mikroorganisme dan membantu

stomatitis

Nafsu makan dirangsang pada waktu yang rilek dan menyenangkan

Umpan balik positif untuk ketaatan diet dalam meningkatkan kepatuhan

Dokumentasi akurat penting untuk pengkajian status nutrisi

Evaluasi kontinyu memungkinkan perubahan diet sesuai dengan

kebutuhan spesifik nutrisi klien

Protein adekuat diperlukan untuk mencegah katabolisme protein dan

penggunaan otot.

3. Penatalaksanaan.

Merupakan realisasi dari rencana tindakan keperawatan. Dalam fase

pelaksanaan terdiri dari beberapa kegiatan validasi (penyerahan) rencana

keperawatan, menulis dan mendokumentasikan rencana keperawatan, memberi

asuhan keperawatan dan pengumpulan data (H. Lismidar : 1990)

Page 15: Gagal Ginjal Kronik

4. Evaluasi.

Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam proses keperawatan. Evaluasi

adalah kegiatan yang disengaja dan terus menerus dengan melibatkan klien,

perawat dengan anggota tim kesehatan lainnya. Tujuan evaluasi adalah untuk

menilai apakah tujuan dalam rencana keperawatan tercapai atau tidak untuk

melakukan pengkajian ulang (H. Lismidar, 1990).