Upload
zakio
View
233
Download
2
Embed Size (px)
DESCRIPTION
tata cara menggambar 3 dimensi oleh zakio Unrika
Citation preview
23
BAB 6
PENGGAMBARAN BENDA-BENDA TIGA DIMENSI
Di belakang setiap gambar suatu benda terdapat suatu hubungan ruang
yang melibatkan empat benda imajiner :
1. Mata pengamat (station point)
2. Benda (object)
3. Bidang proyeksi (plane of projection)
4. Proyektor-proyektor, disebut juga sinar-sinar penglihatan (visual
rays) atau garis-garis pandangan (lines of sight).
6.1 GAMBAR PROYEKSI
Dalam bidang teknik pandangan suatu benda dikenal sebagai proyeksi.
Proyeksi adalah suatu pandangan yang diangankan akan digambar atau
diproyeksikan ke suatu bidang yang dikenal sebagai bidang proyeksi.
Pada Gambar 6.1 terdapat tiga buah titik A, B dan C dan diantaranya
terdapat sebuah bidang datar P. Jika titik A dihubungkan dengan titik-titik B dan
C oleh garis-garis lurus, maka bidang P akan dipotong oleh garis AB di D dan AC
di E. Titik-titik D dan E pada bidang P disebut proyeksi dari titik A. Garis lurus
AB dan AC disebut garis proyeksi, bidang P disebut bidang proyeksi dan titik A
disebut titik penglihatan.
Gambar 6.1: Proyeksi
Jika sebuah benda dilihat dari sebuah titik penglihatan, seperti pada
Gambar 6.2 (a), maka proyeksi dari benda ini pada bidang proyeksi P disebut
24
proyeksi perspektif dan gambarnya disebut gambar perspektif. Jika titik
penglihatannya berada di tak terhingga, maka garis-garis proyeksi atau garis-garis
penglihatannya menjadi garis-garis sejajar, seperti pada Gambar 6.2 (b). Dalam
hal ini proyeksi disebut proyeksi sejajar.
Gambar 6.2: Proyeksi dari sebuah benda
Bila cara proyeksi sejajar garis-garis proyeksi berdiri tegak lurus pada
bidang proyeksi P, cara proyeksinya disebut proyeksi orthogonal. Dan bila garis-
garis proyeksi membuat sudut dengan bidang proyeksi P, cara proyeksi ini
disebut proyeksi miring. Dalam gambar mesin proyeksi yang sering digunakan
adalah proyeksi orthogonal.
6.2 GAMBAR PANDANGAN TUNGGAL
Kadang-kadang diperlukan gambar-gambar dalam tiga dimensi dari
sebuah benda, untuk mendapatkan gambaran dari bentuk bendanya. Gambar
demikian yang diperoleh dari satu pandangan disebut gambar satu pandangan.
Sebuah gambar satu pandangan menyajikan sebuah benda seperti dalam foto,
sehingga bentuk bendanya dapat demengerti oleh si penglihat.
Cara proyeksi yang dipergunakan untuk gambar satu pandangan terdiri
dari proyeksi aksonometri, proyeksi miring dan proyeksi perspektif.
A. Proyeksi aksonometri
Gambar aksonometri
Jika sebuah benda disajikan dalam proyeksi orthogonal seperti tampak
pada gamber 6.3 (a), hanya sebuah bidang saja yang akan tergambar pada bidang
proyeksi. Seandainya bindang-bidang atau tepi-tepinya dimiringkan terhadap
bindang proyeksi, maka ketiga muka dari benda itu akan terlihat serentak, dan
gambar demikian memberikan bentuk benda seperti sebenarnya Gambar 6.3 (b).
Cara demikian disebut proyeksi aksonometri dan gambarnya disebut gambar
aksonometri. Tiga bentuk proyeksi aksonometri adalah isometri, dimetri dan
25
trimetri. Cara pendekatan proyeksi aksonometri dengan sudut proyeksi dan skala
perpendekan dapat dilihat pada Tabel 6.1.
Tabel 6.1: Sudut Proyeksi dan Skala Perpendekan
Cara proyeksi
Sudut proyeksi (0) Skala perpendekan
αααα ββββ Sumbu-X Sumbu-Y Sumbu-Z
Proyeksi isometri 30 30 82 82 82
Proyeksi dimetri
15 15 73 73 96 35 35 86 86 71 40 10 54 92 92
Proyeksi trimetri
20 10 64 83 97 30 15 65 86 92 30 20 72 83 89 35 25 77 85 83 45 15 65 92 86
B Proyeksi miring
Proyeksi miring adalah semacam proyeksi sejajar, tetapi dengan garis-
garis proyeksinya miring terhadap bidang proyeksi. Gambar yang dihasilkan oleh
cara proyeksi ini disebut gambar proyeksi miring. Pada proyeksi ini bendanya
dpat diletakkan sesukanya, tetapi biasanya permukaan depan dari benda
deletakkan sejajar dengan bidang proyeksi vertikal. Dengan demikian bentuk
permukaan depan tergambar seperti sebenarnya, yang juga terdapat pada gambar
proyeksi orthogonal. Sudut yang menggambarkan kedalamannya biasanya 300,
450 atau 600 terhadap sumbu horizontal. Sudut-sudut ini disesuaikan dengan segi
tiga yang dipakai mempunyai sudut-sudut 300, 450 atau 600.
Dalamnya dapat ditentukan sebarang, seperti tampak pada Gambar 6.3.
Jika panjang ke dalam sama dengan panjang sebenarnya, gambar demikian
26
disebut gambar Cavalier. Pada proyeksi ini skala yang sama dapat dipergunakan
pada sumbu-sumbu yang lain. Di lain pihak gambar Cavalier menghasilkan
gambar yang berubah, walaupun menggambarnya mudah ((Gambar 6.3 (a)).
Oleh karena itu sering kali dipergunakan skala perpendekan pada sumbu
ke dalam, misalnya 43
, 21
atau 31
. Skala perpendekan 21
memberikan gambar
yang tidak berubah, dan penggambaranya agak mudah. Gambar demikian disebut
gambar CABINET. Gambar Cabinet dengan sudut 450 banyak dipakai di beberapa
negara. Gambar 6.4 memperlihatkan gambar sebuah benda dalam proyeksi
isometri dan proyeksi miring (gambar Cabinet) sebagai perbandingan.
Gambar 6.3: Perbandingan beberapa jenis proyeksi miring
Gambar 6.4: Perbandingan gambar isometri dengan gambar miring
6.3 PROYEKSI ORTHOGONAL (GAMBAR PANDANGAN
MAJEMUK)
Gambar proyeksi orthogonal dipergunakan untuk memberikan informasi
yang lengkap dan tepat dari suatu benda tiga dimensi. Untuk mendapatkan hasil
demikian bendanya diletakkan dengan bidang-bidang sejajar dengan bindang
proyeksi, terutama sekali bindang yang penting diletakkan sejajar dengan bidang
proyeksi vertikal.
Proyeksi orthogonal pada umumnya tidak memberikan gambaran lengkap
dari benda hanya dengan satu proyeksi saja. Oleh karena itu diambil beberapa
bidang proyeksi. Biasanya diambil tiga bidang tegak lurus, dan dapat ditambah
dengan bidang bantu di mana diperlukan. Bendanya diproyeksikan secara
orthogonal pada tiap-tiap bidang proyeksi untuk memperlihatkan benda tersebut
pada bidang-bidang dua dimensi. Dengan menggabungkan gambar-gambar
27
proyeksi tersebut dapatlah diperoleh gambaran jelas dari benda yang dimaksud.
Cara penggambaran tersebut dinamakan proyeksi orthogonal.
Cara menggambarkannya diperlihatkan pada Gambar 6.5. Antara benda
dan titik penglihatan di tak terhingga diletakkan sebuah bidang tembus pandang
sejajar dengan bidang yang akan digambar. Pada Gambar 6.5 bidang tembus
pandang ini merupakan gambar proyeksi dari benda tersebut. Jika benda tersebut
dilihat dari depan, maka gambar pada bidang tembus pandang ini disebut
pandangan depan. Dengan cara demikian benda tadi dapat diproyeksikan pada
bidang proyeksi horizontal, pada bindang proyeksi vertikal sebelah kiri atau
kanan, dan masing-masing gambar disebut pandangan atas, pandangan kiri atau
pandangan kanan (Gambar 6.6)
Tiga atau empat atau lebih gambar demikian digabungkan dalam satu
kertas gambar, dn terdapatlah suatu susunan gambar yang memberikan gambaran
jelas dari benda yang dimaksud.
Gambar 6.5: Proyeksi orthogonal
Gambar 6.6: Proyeksi orthogonal
28
BAB 7
CARA-CARA PROYEKSI DALAM GAMBAR KERJA
Pada gambar teknik mesin, teristimewa pada gambar kerja dipergunakan
cara proyeksi ortogonal.
Bidang-bidang proyeksi yang paling banyak dipergunakan adalah bidang
horizontal dan bidang vertikal, seperti diperlihatkan pada Gambar 7.1.
Bidang-bidang utama ini membagi seluruh ruang dalam empat kwadran.
Bagian ruang di atas bidang horizontal dan di de pan bidang vertikal
disebut kwadran pertama. Bagian ruang di atas bidang horizontal dan di
belakang bidang vertikal disebut kwadran kedua. Sedangkan ruang yang
terletak di bawah bidang horizontal dan di depan bidang vertikal disebut
kwadran ketiga. Untuk kwadran keempat adalah bagian ruang yang
terletak di bawah bidang horizontal dan di belakang bidang vertikal.
Gambar-gambar pandangan pada umumnya digambar menurut cara
proyeksi sudut pertama dan sudut ketiga.
Gambar 7.1: Bidang koordinat utama dan kwadran-kwadran
29
7.1 CARA PROYEKSI SUDUT PERTAMA (PROYEKSI EROPA)
Benda yang tampak pada gambar 7.2 (a) diletakkan di depan bidang-
bidang proyeksi seperti pada gambar 7.2 (b). Ia diproyeksikan pada bidang
belakang menurut garis penglihatan A, dan gambarnya adalah gambar
pandangan depan. Tiap garis atau tepi benda tergambar sebagai titik atau
garis pada bidang proyeksi. Pada G ambar 7.2 (b) tampak juga proyeksi
benda pada bidang bawah menurut arah B, menurut arah C pada bindang
proyeksi sebelah kanan, menurut arah D pada bidang proyeksi sebelah kiri,
menurut arah E pada bidang proyeksi atas, dan menurut arah F pada
bidang depan.
Jika proyeksi-proyeksi seperti pada Gambar 7.2 (b), telah dibuat
semuanya, hasilnya kurang berguna, karena bidang-bidang proyeksinya disusun
dalam tiga dimensi. Oleh karena itu mereka harus disatukan dalam satu helai
kertas gambar dua dimensi.
30
Gambar 7.2: Proyeksi sudut pertama atau proyeksi Eropa
Bidang-bidang proyeksi dimisalkan merupakan sebuah peti seperti gambar
7.2 (b). Sisi-sisi peti kemudian dibuka menurut Gambar 7.2 (c) sehingga semua
sisi terletak pada bidang vertikal.
Susunan gambar proyeksi harus demikian hingga dengan pandangan depan
A sebagai patokan, pandangan B atas terletak di bawah, pandangan kiri C
terletak di kanan, pandangan kanan D terletak di sebelah kiri, pandangan
bawah E terletak di atas, dan pandangan belakang F boleh ditempatkan di
sebelah kiri atau kanan. Hasil lengkapnya dapat dilihat pada Gambar 7.2
(d).
Pada gambar, garis-garis tepi, yaitu garis-garis batas antara bidang-bidang
proyeksi dan garis-garis proyeksi tidak digambar.
7.2 CARA PROYEKSI SUDUT KETIGA (PROYEKSI AMERIKA)
Benda yang akan digambar diletakkan dalam peti dengan sisi-sisi tembus
pandang sebagai bidang-bidang proyeksi, seperti pada Gambar 7.3 (a). Pada tiap-
tiap bidang proyeksi akan tampak gambar pandangan dari benda menurut arah
penglihatan, yang ditentukan oleh anak panah.
Pandangan depan dalam arah A dipilih sebagai pandangan depan. Dengan
pandangan depan A sebagai patokan, pandangan atas B diletakkan di atas,
pandangan kiri C diletakkan di kiri, pandangan kanan D diletakkan di
kanan, pandangan bawah E diletakkan di bawah dan pandangan belakang
dapat diletakkan di kiri atau kanan.
7.3 CARA DENGAN MENGGUNAKAN TANDA PANAH
Cara lain dari kedua cara yang disebutkan diatas adalah dengan
menggunakan anak panah. Tiap gambar, kecuali pandang pokok depan,
diberi tanda oleh huruf besar, yang terdapat juga pada anak panah yang
diperlukan untuk menentukan arah penglihatan. Gambar pandangannya
31
dapat diletakkan tidak menurut cara-cara yang telah dibahas sebelumnya.
Untuk jelasnya dapat dilihat Gambar 7.4.
Huruf-huruf penunjuk pandangan lebih baik ditempatkan di atas gambar
bersangkutan. Huruf-huruf pada anak panah diletakkan dekat anak panah,
dan ditulis tegak lurus.
Gambar 7.3: Proyeksi sudut ketiga atau proyeksi Amerika
Gambar 7.4: Cara penggunaan panah referensi
7.4 PENGENALAN CARA-CARA PROYEKSI DAN LAMBANGNYA
Bila hasil-hasil gambar proyeksi sudut pertama dan proyeksi sudut ketiga
dibandingkan, maka terlihat bahwa gambar yang satu merupakan
kebalikannya yang lain, dilihat dari segi susunannya. Oleh karena itu
pembedaannya sangat penting. Dua proyeksi ini tidak boleh dipakai
bersamaan dalam satu gambar.
32
Gambar 7.5: Lambang cara proyeksi
33
BAB 8
ATURAN-ATURAN DASAR UNTUK PENYAJIAN GAMBAR
8.1 PENENTUAN PANDANGAN
Untuk menggambarkan pandangan-pandangan sebuah benda, pandangan
depan benda dianggap sebagai gambar pokok, dan pandangan-pandangan
lain dapat disusun seperti Gambar 8.1. Tetapi pada gambar kerja, jumlah
pandangan harus dibatasi seperlunya, yang dapat memberikan bentuk
benda secara lengkap. Pandangan depan harus dipilih sedemikian rupa
sehingga dapat memberikan bentuk atau fungsi benda secara umum, dan
jika pandangan depan ini belum dapat memberikan gambaran cukup dari
benda tadi, pandangan-pandangan tambahan seperti misalnya pandangan
atas, pandangan kanan, dsb. dapat ditambahkan.
Jika benda yang terdapat pada Gambar 8.2 ingin diperlihatkan dalam
gambar, pandangan atas, pandangan kanan dan pandangan belakang tidak
diperlukan. Sesuai dengan bentuknya, hanya dua pandangan diperlukan untuk
menggambarkan benda secara jelas, seperti diperlihatkan pada Gambar 8.2. Jika
bendanya berbentuk simetris, seperti misalnya sebuah poros, satu pandangan
cukup memberikan gambaran dari benda tersebut, dengan hanya menambahkan
lambang Ø pada ukuran diameter poros, seperti pada Gambar 8.3.
34
Gambar 8.1: Memilih pandangan
Gambar 8.2: Gambar dengan dua pandangan
Gambar 8.3: Gambar dengan satu pandangan saja
8.2 PEMILIHAN PANDANGAN
Pemilihan pandangan depan dari benda yang akan disajikan dalam gambar
adalah sangat penting. Karena gambar pandangan depan dapat langsung
memberikan keterangan bentuk benda yang sebenarnya. Lagi pula jumlah
gambar pandangan juga ditentukan oleh gambar pandangan depan tadi.
Pandangan depan tidak selalu berarti pandangan depan dalam arti kata
sehari-hari. Pandangan depan adalah bagian benda yang dapat memberikan
cukup keterangan mengenai bentuk khasnya atau fungsinya.
Umpamanya wajah seorang wanita ingin diabadikan dalam gambar seperti
Gambar 8.4 (a). Maka di sini pandangan depan dari wajah tersebut, ialah
muka itu sendiri, karena bagian ini sudah memberikan sifat-sifat khas dari
wajah tadi. Dilain pihak, sebagai pandangan depan dari seekor kuda justru
diambil pandangan sampingnya, karena pandangan ini sudah cukup
memberi keterangan tentang ciri-ciri khas dari “benda” tersebut, seperti
terlihat pada Gambar 8.4 (b). Pada Gambar 8.5 diperlihatkan pula, badan
35
pesawat yang mana diambil sebagai pandangan depan. Begitu pula halnya
dengan sebuah mobil.
Gambar 8.4: Pandangan depan
Gambar 8.5: Gambar garis bentuk sebuah pesawat terbang
8.3 SUSUNAN GAMBAR-GAMBAR PANDANGAN
Jika pandangan depan dari benda telah ditentukan, maka pandangan-
pandangan lain yang dianggap perlu dapat dipilih dan disusun dalam satu
gambar, yang merupakan satu kesatuan.
Dalam gambar kerja, bagian-bagian benda digambar dalam kedudukan
pengerjaannya (Gambar 8.6). Misalnya poros yang dikerjakan pada mesin bubut
harus digambar mendatar pula, seperti contoh-contoh pada Gambar 8.7 (a) dan
(b). Benda-benda yang dikerjakan pada proses manufakturing dengan
menggunakan mesin planer shaper atau fres harus digambar dengan bagian
permukaan yang dikerjakan dalam kedudukan mendatar (gambar 8.8).
Gambar 8.6: Pandangan depan dari beberapa alat
36
Gambar 8.7: Pembuatan dengan mesin bubut
Gambar 8.8: Pembuatan dengan planer, shaper atau fres
8.4 PANDANGAN TAMBAHAN
Benda-benda yang memiliki bagian-bagian dengan permukaan miring,
tidak akan terlihat bentuk sebenarnya dalam gambar pandangan
orthogonal. Jika diperlukan gambar yang menunjukkan bentuk sebenarnya,
maka pandangan tambahan dapat digambarkan. Pandangan tambahan ini
digambar pada bidang bantu, dekat pada bagian yang akan digambar, dan
tegak lurus pada arah penglihatan. Jadi proyeksi orthogonal di sini tetap
dipertahankan. Contoh-contoh pandangan khusus ini dapat dilihat pada
Gambar 8.9.
Gambar 8.9: Pandangan khusus
Selain pandangan tambahan, dalam gambar mesin terdapat pandangan
sebagian yakni suatu benda tidak perlu digambar secara lengkap. Dalam hal
demikian hanya bagian yang ingin diperlihatkan dibuatkan gambarnya. Bagian ini
dibatasi dengan garis tipis kontinu bebas. Artinya garisnya ditarik tanpa bantuan
alat gambar (Gambar 8.10).
37
Gambar 8.10: Pandangan sebagian dan pandangan setempat
38
BAB 9
ATURAN-ATURAN DASAR UNTUK MEMBERI UKURAN
Memberi ukuran besaran-besaran geometrik dari bagian benda harus
menentukan secara jelas tujuannya. Untuk itu semua bagian di dalam gambar
harus dijelaskan sedetail mungkin agar gambar tersebut bila dibaca orang lain
dapat dengan mudah dimengerti maksudnya. Menempatkan ukuran suatu objek
dapat dilaksanakan pada masing-masing bagian disertai penunjukan ukuran antara
garis sumbu dengan garis sumbu.
9.1 GARIS UKUR DAN GARIS BANTU
Untuk menentukan ukuran sebuah dimensi linier, ditarik garis-garis bantu
melalui batas gambar pandangan benda, dan garis ukurnya ditarik tegak lurus; ada
pengecualiannya, pada garis bantu (Gambar 9.1). Sebuah garis ukur, dengan mata
panahnya, menunjukkan besarnya ukuran dari suatu permukaan atau garis sejajar
dengan garis ukur. Garis bantu dan garis ukur ditarik dengan garis tipis.
Garis bantu ditarik sedikit melebihi, kira-kira 2 mm, garis ukur.
Dibeberapa negara seperti Amerika, garis bantu tidak langsung
berhubungan dengan garis gambar, tetapi dengan jarak sedikit, untuk
membedakan garis gambar dengan garis bantu (Gambar 9.2).
39
Gambar 9.1: Garis ukur dan garis bantu
Gambar 9.2: Garis bantu dan antara yang tampak 9.2 TINGGI DAN ARAH ANGKA UKUR
Angka ukur atau huruf-huruf harus digambar dengan jelas pada gambar
aslinya maupun pada salinan gambar yang diperkecil. Oleh karena itu angka-
angka dan huruf-huruf harus digambar sebesar mungkin.
Angka-angka dan huruf-huruf harus diletakkan di tengah-tengah dan
sedikit di atas garis ukur.
Hampir seluruh ukuran dari gambar yang diperlukan merupakan ukuran
horizontal atau vertikal. Ukuran yang pertama harus dapat dibaca dari bawah
gambar, sedangkan ukuran yang kedua harus dapat dibaca dari sebelah kanan
gambar, seperti pada Gambar 9.3. Ini berarti bahwa angka ukur horizontal harus
terletak di atas garis ukur, dan ukuran vertikal harus terletak sebelah kiri garis
ukur. Angka dan garis ukur mempunyai jarak sedikit.
Angka-angka ukur yang tidak horizontal maupun vertikal, harus ditulis
sesuai dengan garis ukurnya, seperti tampak pada Gambar 9.4. Sedapatnya
ukuran-ukuran jangan diletakkan di daerah yang diarsir pada gambar 9.4, yaitu
daerah antara sudut 300
Ukuran sudut ditulis seperti pada Gambar 9.5 (a) atau (b). (hal 92) Disini
garis ukurannya berupa garis lengkung. Azas dasar yang harus dipertahankan di
sini adalah bahwa garis ukur harus merupakan garis tulis. Jadi angka selalu harus
di atas garis ukur, kecuali pada Gambar 9.5 (b).
Gambar 9.3: Ukuran-ukuran normal
40
Gambar 9.4: Memberi ukuran pada garis ukur miring
Gambar 9.5: Ukuran sudut
9.3 UJUNG DAN PANGKAL GARIS UKUR
Ujung dan pangkal dari garis ukur harus menunjukkan di mana garis ukur
mulai dan berhenti. Ada tiga cara untuk menunjukkan ini, yaitu dengan anak
panah tertutup, garis miring dan titik (Gambar 9.6). Cara dengan garis miring
seperti pada Gambar 9.6 (b) banyak dipergunakan dalam bidang sipil dan
arsitektur. Dalam bidang permesinan cara ini tidak dipergunakan, bentuk anak
panah ditentukan oleh perbandingan panjang dan tebal sebagai 2 : 1, dan harus
dihitamkan.
41
Tanda titik dipakai bilamana tidak cukup tempat untuk menempatkan anah
panah. Ini pada umumnya terdapat pada ukuran berantai, atau pangkal ukuran
beruntun (Gambar 9.6 (c)).
Gambar 9.6: Ujung dan pangkal
9.4 UKURAN DAN TOLERANSINYA
Angka ukuran yang menunjukkan ukuran benda pada umumnya tidak
dapat dipenuhi dengan tepat. Batas-batas ketidak tepatan ini harus dinyatakan
dalam gambar juga. Cara-caranya diperlihatkan pada Gambar 9.7.
(a) Ukuran dengan toleransinya, yang ditentukan dalam ISO 2769
“Penyimpanan ukuran yang diizinkan pada pengerjaan dengan mesin tanpa
penentuan toleransinya” (Gambar 9.7 (a)).
(b) Ukuran dengan ketentuan toleransi linier (Gambar 9.7 (a))
42
(c) Ukuran dengan lambang toleransi, yang menentukan toleransi, sesuai
dengan ISO/R296 ‘ Sistim ISO tentang batas dan suaian: Bagian I Umum,
toleransi dan penyimpangan” (Gambar 9.7 (c)).
(d) Ukuran teoritis tepat tanpa toleransi linier, yang ditentukan oleh ISO
1101/I “Toleransi bentuk dan posisi: Bagian I Umum, Penunjukan dalam
gambar” (Gambar 9.7 (d)). Dalam hal ini toleransi posisi harus diterapkan
pada posisi yang sebenarnya, yamg telah ditentukan oleh ukuran ini.
(e) Ukuran yang biasanya tanpa toleransi; dipakai hanya sebagai bahan
informasi (Gambar 9.7 (e)). Ini disebut dimensi referensi dan tidak
menentukan operasi produksi atau pemeriksaan.
Gambar 9.7: Macam-macam jenis ukuran dan toleransinya
43
BAB 10
MENGGAMBAR POTONGAN BENDA KERJA
10.1 POTONGAN
Untuk menggambarkan bagian-bagian benda yang berongga di dalamnya diperlukan garis gores, yang menyatakan bagian-bagian benda yang tersembunyi. Akan tetapi, jika hal ini dilakukan akan dihasilkan gambar yang rumit dan sulit dimengerti.
Pada Gambar 10.1 (a) memperlihatkan sebuah benda dengan bagian yang tidak kelihatan. Bagian ini dapat dinyatakan dengan garis gores. Jika benda ini dipotong, maka bentuk dalamnya akan lebih jelas lagi. Gambar 10.1 (b) memperlihatkan cara memotongnya, dan Gambar 10.1 (c) sisa bagian benda setelah bagian yang menupupi disingkirkan. gambar sisa ini diproyeksikan ke bi dang potong, dan hasilnya disebut potongan (Gambar 10.1 (d)). Gambar diselesaikan dengan garis tebal.
Dari uraian Gambar 10.1 diatas dapat dinyatakan bahwa fungsi gambar potongan adalah untuk menggambar benda yang berongga dalam menggambar teknik.
Gambar 10.1: Penjelasan mengenai potongan
10.2 PENYAJIAN POTONGAN
10.2.1 Penyajian Potongan
Pada umum bidang potong dibuat melalui sumbu dasar (Gambar 10.1), dan potongannya disebut potongan utama. Jika perlu, maka bidang potong dapat dibuat di luar sumbu dasar. Dalam hal ini potongannya harus
44
diberi tanda, dan arah penglihatannya dinyatakan dengan anak panah, seperti yang diperlihatkan pada Gambar 10.2.
Peraturan-peraturan umum yang berlaku untuk gambar-gambar proyeksi, berlaku juga untuk gambar potongan.
Gambar 10.2: Potongan tidak melalui garis sumbu dasar
10.2.2 Letak potongan dan garis potong
Jika letak bidang potong sudah tampak jelas pada gambar, tidak
diperlukan penjelasan lebih lanjut (Gambar 10.3). Jika letak bidang
potong tidak jelas, atau ada beberapa bidang potong, maka bidang
potongnya harus diterangkan dalam gambar. Pada gambar proyeksi bidang
potong dinyatakan oleh sebuah garis potong, yang digambar dengan garis
sumbu dan pada ujung-ujungnya dipertebal, dan pada tempat-tempat di
mana garis potongnya berubah arah. Pada ujung-ujung garis potong diberi
tanda dengan huruf besar, dan diberi anak panah yag menunjukkan arah
penglihatan (Gambar 10.4).
45
Gambar 10.3: Potongan melalui garis sumbu dasar
Gambar 10.4: Potongan dengan garis bidang potong
10.3 CARA-CARA MEMBUAT POTONGAN
Selanjutnya akan diuraikan mengenai cara-cara membuat potongan. Cara-
cara membuat potongan pada benda adalah:
1. Potongan dalam satu bidang
� Jika bidang potong melalui garis sumbu dasar, pada umumnya garis
potongannya dan tanda-tandanya tidak perlu dijelaskan pada gambar.
46
� Jika diperlukan potongan yang tidak melalui sumbu dasar, letak bidang
potongnya harus dijelaskan pada garis potongnya.
2. Potongan oleh lebih dari satu bidang
� Potongan Meloncat. Untuk menyederhanakan gambar dan
penghematan waktu, potongan-potongan dalam beberapa bidang
sejajar dapat disatukan. Pada Gambar 10.5 diperlihatkan sebuah benda
yang dipotong menurut garis potong A-A.
� Potongan oleh dua bidang berpotongan. Bagian-bagian simetris dapat
digambar pada dua bidang potong yang saling berpotongan. Satu bidng
potong merupakan potongan utama, sedangkan bidang yang lain
menyudut dengan bindang pertama. Proyeksi pada bidang terakhir ini,
setelah diselesaikan menurut aturan-aturan yang berlaku, diputar
sehingga berhimpit pada bidang proyeksi pertama. Gambar 10.6
menunjukkan bagaimana caranya membuat gambar potongan
demikian.
� Potongan pada bidang berdampingan. Potongan pada pipa (Gambar
10.7) dapat dibuat dengan bidang-bidang yang berdampingan melalui
garis sumbunya.
� Potongan setempat dan potongan penuh. Gambar potongan setempat
digunakan untuk menggambar benda kerja yang dipergunakan dari
bagian kecil dari benda yang tersembunyi. Untuk mendapatkan gambar
yang tersembunyi dapat juga dilakukan dengan penggambaran penuh,
seperti terlihat pada Gambar 10.8 (a), (b), dan (c). Pada Gambar 10.8
(d) diperlihatkan gambar potongan setempat yang dilakukan pada
bagian-bagian yang tidak boleh dipotong.
47
Gambar 10.5: Potongan meloncat
Gambar 10.6: Potongan dengan dua bidang menyudut
48
Gambar 10.7: Potongan dengan bidang-bidang berdampingan
Gambar 10.8: Potongan setempat dan potongan penuh
3. Potongan separuh Bagian-bagian simetris dapat digambar setengahnya sebagai gambar potongan dan setengahnya lagi sebagai
pandangan (Gambar 10.9). Dalam gambar ini garis-garis yang tersembunyi tidak perlu digambar dengan garis gores
lagi, karena sudah jelas potongannya.
49
Gambar 10.9: Potongan setengah
4. Potongan yang Diputar di tempat atau dipindahkan
Benda-benda tertentu seperti ruji-ruji roda, tuas,pelek, rusu penguat atau
kati dapat digambar dengan pandangan setempat. Hal ini dapat dilihat pada
Gambar 10.10.
Gambar-gambar seperti tersebut diatas, untuk bagian-bagian tertentu dapat
digambar potongan setempat. Atau setelah gambar potongannya diputar, maka
gambar tersebut dapat dipindahkan ke tempat lain. Contoh kasus tersebut dapat
dilihat pada Gambar 10.11.
Perbedaan antara Gambar 10.10 dan 10.11 adalah pada gambar yang
pertama digambar dengan garis tipis, sedangkan untuk gambar yang kedua
digambar dengan garis tebal biasa.
50
Gambar 10.10: Potongan diputar ditempat
Gambar 10.11: Potongan diputar dan dipindahkan
10.4 BAGIAN BENDA ATAU BENDA YANG TIDAK BOLEH
DIPOTONG
Bagian-bagian benda seperti rusuk penguat tidak boleh dipotong dalam
arah memanjang. Begitu pula benda-benda seperti baut, paku keling, pasak, poros
dsb tidak boleh dipotong dalam arah memanjang. Gambar 10.12 memperlihatkan
sebuah benda yang dipotong, tetapi terdapat beberapa bagian benda, yaitu sirip,
poros, pasak, baut dsb. yang tidak boleh dipotong.
51
Gambar 10.12: Bagian-bagian yang tak dapat diperlihatkan dengan
potongan