Upload
fitriana-dwi-fidiawati
View
669
Download
3
Embed Size (px)
DESCRIPTION
akan bertaHap di upLoad penambahan materi melalui tahap perbaikan
Citation preview
GAMBARAN KONDISI PERUMAHAN
DAN PERILAKU PENDERITA TB PARU
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS IRING MULYO
KECAMATAN METRO TIMUR KOTA METRO TAHUN 2010
OLEH:
FITRIANA DWI FIDIAWATI
NIM 08 330 018
PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES TANJUNGKARANG
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
TAHUN 2011
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan,
dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi
pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan
ekonomis. (UU No. 36 th 2009). Menurut HL.Blum (………) derajat
kesehatan derajat kesehatan dipengaruhi beberapa factor diantaranya yakni
factor lingkungan.
Menurut hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1995,
penyakit TBC merupakan penyebab kematian nomor tiga setelah penyakit
jantung dan pembulu darah serta penyakit saluran pernapasan
(Yoannes,2008:8)
Berdasarkan Data Badan Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 2007
menyatakan jumlah penderita Tuberkulosis di Indonesia sekitar 528 ribu atau
berada di posisi tiga di dunia setelah India dan Cina.
Laporan WHO pada tahun 2009, mencatat peringkat Indonesia menurun ke
posisi lima dengan jumlah penderita TBC sebesar 429 ribu orang. Lima
negara dengan jumlah terbesar kasus insiden pada tahun 2009 adalah India,
Cina, Afrika Selatan, Nigeria dan Indonesia (sumber WHO Global
Tuberculosis Control 2010)
Pada Global Report WHO 2010, didapat data TB Indonesia, Total seluruh
kasus TB tahun 2009 sebanyak 294731 kasus, dimana 169213 adalah kasus
TB baru BTA positif, 108616 adalah kasus TB BTA negatif, 11215 adalah
kasus TB Extra Paru, 3709 adalah kasus TB Kambuh, dan 1978 adalah kasus
pengobatan ulang diluar kasus kambuh (retreatment, excl relaps).
Menurut hasil penelitian Pengaruh Prilaku Penderita TB Paru dan Kondisi
Rumah Terhadap Pencegahan Potensi Penularan TB Paru Pada Keluarga Di
Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2008 menunjukkan factor predisposisi
yang dianalisa secara bivariat yakni pendidikan, pengetahuan, dan sikap
yang diteliti di Kabupaten Tapanuli Utara semuanya memiliki hubungan yang
bermakna dengan potensi penularan TB paru. Pendidikan mempunyai
hubungan yang signifikan dengan penularan TB Paru dimana nilai p value
<0,05(0,000) dan nilai OR sebesar 2,7 artinya potensi penularan TB paru 2,7
kali lebih besar pada yang berpendidikan rendah. pengetahuan mempunyai
hubungan yang signifikan dengan penularan TB Paru dimana nilai p value
<0,05(0,000) dan nilai OR sebesar 2,5 artinya potensi penularan TB paru 2,5
kali lebih besar pada yang berpengetahuan kurang. Sikap mempunyai
hubungan yang signifikan dengan penularan TB Paru dimana nilai p value
<0,05(0,000) dan nilai OR sebesar 3,1 artinya potensi penularan TB paru 3,1
kali lebih besar pada yang bersikap kurang
Kemudia factor enabeling yang dianalisa secara bivariat ditemukan tiga
variable yang terbukti berhugungan secara sicnifikan terhadap potensi
penularan TB paru yaitu kepadatan hunian, ventilasi, dan pencahayaan.
Kepadatan hunian mempunyai hubungan yang signifikan dengan penularan
TB Paru dimana nilai p value <0,05(0,000) dan nilai OR sebesar 3,3 artinya
potensi penularan TB paru 3,3 kali lebih besar pada kepadatan hunian yang
kurang. Sedangkan untuk ventilasi mempunyai milai p value <0,05 (0,000)
dan nilai OR sebesar 2,4 artinya potensi penularan TB paru 2,4 kali lebih
besar pada ventilasi yang kurang. Sedangkan pencahayaam matahari
mempunyai hubungan yang signifikan dengan potensi penularan TB paru
dimana nilai p value <0,05 (0,000) dan nilai OR sebesar 5,9 artinya potensi
penularan TB paru 5,9 kali lebih besar pada pencahayaan yang kurang.
(……)
Berdasarkan Jurnal Kesehatan Surya MedikaYogyakarta Hubungan Kondisi
Rumah dengan Penyakit TB Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Karangmojo
II Kabupaten Gunungkidul Tahun 2003-2006, menunjukan hasil analisa
bivariat hubungan kondisi rumah dengan penyakit TBC menunjukkan, bahwa
sebagian besar responden rumahnya tidak sehat yaitu 66 rumah (75%). Pada
kelompok kasus sebanyak 40 rumah (91%) dan pada kelompok pembanding
26 rumah (59%). Dari analisa tabulasi silang diperoleh odds ratio sebesar
6,92 ( 95% CI 2,105-22,771), dengan hasil OR tersebut dapat
diinterpretasikan bahwa risiko untuk menderita TBC Paru 6 -7 kali lebih
tinggi pada penduduk yang tinggal pada rumah yang kondisinya tidak sehat.
B. Rumusan Masalah
Upaya penanggulan TB paru telah menjadi progam nasional dengan
memberikan obat gratis kepada penderita TB paru. Tetapi progam tersebut
belum dapat terlaksana secara optimal dengan adanya insiden baru setiap
tahunnya. Di wilayah kerja Puskemas Iring Mulyo Kecamatan Metro Timur
Kota Metro penderita TB paru selalu muncul setiap tahunnya meskipun
progam pemerintah telah dijalankan secara optimal. Berdasarkan kondisi
tersebut maka muncul suatu permasalahan yaitu bagaimana gambaran
perumahan dan prilaku penderita TB paru di wilayah kerja Puskesmas Iring
Mulyo Kecamatan Metro Timur Kota Metro.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Diperolehnya gambaran kondisi perumahan dan prilaku penderita TB Paru
di wilayah kerja Puskesmas Iring Mulyo Kecamatan Metro Timur kota
Metro tahun 2010.
2. Tujuan Khusus
Berdasarkan rumusan masalah yang diangkat maka penelitian ini bertujuan
untuk:
a. Mengetahui gambaran kondisi perumahan penderita TB Paru di
wilayah kerja Puskesmas Iring Mulyo?
b. Mengetahui gambaran prilaku penderita TB Paru yakni perokok atau
bukan perokok di wilayah kerja Puskesmas Iring Mulyo?
D. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini ialah untuk menambah wawasan penulis dan untuk
sebagai bahan masukan dan evaluasi dalam menetapkan dan menentukan
kebijakan kesehatan dalam upaya pencegahan penularan dan penurunan angka
penyakit TB Paru.
E. Ruang Lingkup
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Etiologi
Tuberkulosis adalah suatu penyakit menular yang sebagian besar disebabkan
oleh kuman Mycobacterium tuberculusis, kuman tersebut biasanya masuk ke
dalam tubuh manusia melalui udara pernafasan ke dalam paru. Kemudian
kuman tersebut dapat menyebar dari paru ke bagian tubuh lain, melalui sistem
peredaran darah, system saluran limfe, melalui saluran nafas (broncus) atau
penyebaran langsung ke bagian-bagian tubuh lainnya (Depkes RI, 1997:10).
Bakteri ini berbentuk batang dan bersifat tahan asam sehingga dikenal juga
sebagai Batang Tahan Asam (BTA). Bakteri ini pertama kali ditemukan oleh
Robert Kock pada tanggal 24 Maret 1887, sehingga untuk mengenang jasanya
bekteri tersebut diberi nama baksil Koch. Bahkan, penyakit TBC pada paru-
paru kadang disebut sebagai Koch Pulmonum (KP).
Penyakit TBC biasanya menular melalui udara yang tercemar dengan bakteri
Tuberkulosis Mikrobakterium tuberkulosa yang dilepaskan pada saat
penderita TBC batuk. Daya penularan dari seorang penderita tuberculosis
ditentukan oleh banyaknya kuman yang terdapat dalam paru penderita,
persebaran dari kuman-kuman tersebut dalam udara serta yang dikeluarkan
bersama dahak berupa droplet dan berada di udara di sekitar penderita
tuberculosis.
Droplet yang mengandung kuman ini dapat terhisap oleh orang lain. Jika
kuman tersebut sudah menetap dalam paru dari orang yang menghirupnya,
mereka mulai membelah diri (berkembang biak) dan terjadilah infeksi; ini
adalah cara bagaimana infeksi tersebut menyebar dari satu orang ke orang
lain. Orang yang serumah dengan penderita tuberculosis pada BTA positif
adalah orang yang besar kemungkinannya terpapar dengan kuman
tuberculosis.
B. Gejala Penyakit TB Paru
Menurut dr. Yoanes tahun 2008 untuk penyakit TB paru, gejala-gejala muncul
dapat dibedakan pada orang dewasa dan anak-anak.
1. Gejala pada orang dewasa
a) Batuk terus-menerus dengan dahak selama tiga minggu atau lebih
b) Kadang-kadang dahak yang keluar bercampur dengan dahak
c) Sesak napas dan rasa nyeri di dada
d) Badan lemah, nafsu makan menurun, berat badan menurun
e) Berkeringat malam walau tanpa aktifitas
f) Demam meriang (demam ringan) labih dari sebulan
2. Gejala pada anak-anak
a) Berat badan turun selama tiga bulan berturut-turut tanpa sebab yang
jelas
b) Berat badan anak tidak bertambah (anak kecil/kurus terus)
c) Tidak ada nafsu makan
d) Demam lama dan berulang
e) Muncul benjolan di daerah leher, ketiak, dan lipat paha
f) Batuk lama lebih dari dua bulan dan nyeri dada
g) Diare berulang yang tidak sembuh dengan pengobatan diare biasa.
Sedangkan menurut Ratna tahun 2010 gejala awal TB paru yakni penderita
merasakan tidak sehat atau batuk. Pada pagi hari, batuk disertai sedikit dahak
berwarna hijau atau kuning. Jumlah dahak biasanya akan bertambah banyak,
sejalan dengan perkembangan penyakit. Pada akhirnya, dahak akan berwarna
kemerahan karena mengandung darah. Sesak nafas merupakan pertanda
adanya udara (pneumotoraks atau cairan (efusi pleura) di dalam rongga pleura.
Sekitar sepertiga infeksi ditemukan dalam bentuk efusi pleura.
Pada infeksi tuberculosis yang baru, bakteri pindah dari luka di paru-paru ke
dalam kelenjar getah bening yang berasal dari paru-paru. Jika system
pertahanan tubuh alami bias mengendalikan infeksi, maka infeksi tidak akan
berlanjut dan bakteri akan menjadi dorman.
Pada anak-anak, kelenjar getah bening menjadi besar dan menekan tabung
bronchial dan menyebabkan batuk atau bahkan mungkin menyebabkan
penciutan paru-paru. Kadang bakteri naik ke saluran getah bening dan
membentuk sekelompok kelenjar getah bening di leher. Infeksi pada kelenjar
getah bening ini bisa menembus kulit dan menghasilkan nanah.
DAFTAR PUSTAKA
Mahdiana,Ratna.2010.Mengenal, Mencegah, dan Mengobati Penularan Penyakit
dari Infeksi.Yogyakarta:Citra Pustaka
Dep. Kes RI.1997.Pedoman Penyakit Tuberkulosis dan Penanggulangannya.
Jakarta
Dr.Laban,Yoannes.2008.Penyakit TBC dan Cara Pencegahannya.
Yogyakarta:Kanisius
Sekretariat Negara.2009.Undang-Undang RI No. 36 tentang kesehatan.