Upload
others
View
4
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i
GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU MASYARAKAT
DUSUN PAYANGAN DESA TERHADAP UPAYA PENCEGAHAN
DEMAM BERDARAH DENGUE
Oleh:
Hilda Citrajaya
Agiel Fahlevie CN
Tharisini Raja
Pembimbing:
dr. Made Dharmadi, MPH
dr. I Gusti Ngurah Gede Putra
DALAM RANGKA MENJALANI KEPANITERAAN KLINIK MADYA
ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS / ILMU KEDOKTERAN PENCEGAHAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2016
ii
GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU MASYARAKAT
DUSUN PAYANGAN DESA TERHADAP UPAYA PENCEGAHAN
DEMAM BERDARAH DENGUE
Laporan PenelitianSebagai Salah Satu Syarat Mengikuti Ujian KKM
Bagian Ilmu Kedokteran Komunitas / Ilmu Kedokteran Pencegahan
Oleh:
Hilda Citrajaya (1202006070)
Agiel Fahlevie CN (1202006114)
Tharisini Raja (1202006230)
Pembimbing:
dr. Made Dharmadi, MPH
dr. I Gusti Ngurah Gede Putra
DALAM RANGKA MENJALANI KEPANITERAAN KLINIK MADYA
ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS / ILMU KEDOKTERAN PENCEGAHAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2016
iii
LEMBAR PERSETUJUAN
LAPORAN HASIL PENELITIAN
GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU MASYARAKAT
DUSUN PAYANGAN DESA TERHADAP UPAYA PENCEGAHAN
DEMAM BERDARAH DENGUE
Telah diujikan di hadapan Panitia Ujian Laporan Penelitian
Pada tanggal 18 Juli 2016
Menyetujui,
Pembimbing
dr. Made Dharmadi, MPH
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa atas karunia-Nya
sehingga penelitian yang berjudul “Gambaran Pengetahuan, Sikap Dan Perilaku
Masyarakat Dusun Payangan Desa Terhadap Upaya Pencegahan Demam
Berdarah Dengue.” ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Dalam penyusunan penelitian ini, penulis banyak memperoleh bimbingan dan
petunjuk-petunjuk, serta bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Melalui
kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
yang terhormat:
1. dr. Made Dharmadi, MPH, selaku dosen pembimbing yang telah memberikan
bimbingan dan saran-saran dalam penyusunan penelitian ini.
2. dr. I Gusti Ngurah Gede Putra, selaku dosen pembimbing di UPT Kesmas
Payangan yang telah memberikan bimbingan dan saran-saran dalam penyusunan
penelitian ini.
3. Semua pihak lainnya yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang turut
memberikan bantuan hingga terselesaikannya laporan penelitian ini.
Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu kritik dan saran yang konstruktif dari pembaca sangat penulis harapkan
demi kemajuan penulis ke depannya. Akhir kata, semoga penelitian ini dapat
bermanfaat.
Denpasar, Juli 2016
Penulis
v
ABSTRAK
Gambaran Pengetahuan, Sikap Dan Perilaku Masyarakat Dusun Payangan
Desa Terhadap Upaya Pencegahan Demam Berdarah Dengue
Agiel Fahlevi, Hilda Citrajaya, Tharisini Raja
Di Bali, kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) mengalami peningkatan,terutama di Kabupaten Denpasar, Gianyar, dan Badung. Menurut hasil riset kesehatandasar 2014 provinsi Bali oleh Kemenkes, Kabupaten Gianyar menempati urutankedua tertinggi jumlah kasus DBD yaitu sebanyak 1785 kasus. Di UPT Payangansendiri pada tahun 2015, terdapat 69 penderita DBD yang dirawat inap di UPTPayangan. Namun pada tahun 2016 dari bulan Januari hingga Mei tercatat 302penderita yang dirawat inap di UPT Payangan. Walaupun program pencegahan olehPuskesmas Payangan telah dilakukan namun angka kejadian DBD tetap tinggi.Memang banyak faktor yang mempengaruhi kejadian DBD, dan salah satunya adalahpengendalian pencegahan, sehingga ingin dicari gambaran pengetahuan, sikap danperilaku masyarakat dalam pencegahan DBD.
Penelitian ini dilakukan dengan rancangan cross sectional. Sampel penelitianberjumlah 74 responden yang merupakan anggota tiap keluarga dari 288 keluarga didusun Payangan Desa yang terpilih sebagai sampel. Teknik pengambilan sampelmenggunakan non-random sampling dan pengukuran variabel pengetahuan, sikapdan perilaku menggunakan kuisioner yang telah disusun secara khusus oleh penelitiyang kemudian dianalisis menggunakan perangkat lunak pengolah data komputer.
Penelitian ini mendapatkan bahwa sebagian besar masyarakat mempunyaipengetahuan yang buruk mengenai upaya pencegahan demam berdarah dengue yaitusebanyak 31 responden (41,9%) dari 74 responden. Selain itu, sebagian besarresponden memiliki perilaku yang cukup baik dalam mencegah terjadinya penyakitdemam berdarah dengue sebanyak 38 responden (51,4%). Didapatkan bahwaresponden dengan sikap pencegahan yang baik sebanyak 38 responden (51,4%).Dimana terdapat tren positif antara pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakatterhadap upaya pencegahan DBD.
Sesuai dengan hasil penelitian maka disarankan agar pengetahuan masyarakatdusun Payangan Desa terkait dengan DBD dapat ditingkatkan, salah satunya dengancara penyuluhan rutin oleh petugas Puskesmas Payangan dan memastikan bahwainformasi penyuluhan tersebut benar-benar telah dipahami masyarakat denganharapan sikap dan perilaku masyarakat turut meningkat sehingga partisipasi upayapencegahan DBD meningkat dan angka kejadian DBD dapat menurun.
Kata kunci: DBD, pengetahuan, perilaku, sikap, pencegahan, cross sectional
vi
ABSTRACT
Influence on Knowledge, Attitude and Behavior in Dengue Hemorrhagic Feverprevention to Dengue Hemorrhagic Fever Cases in Payangan Desa
Agiel Fahlevi, Hilda Citrajaya, Tharisini Raja
In Bali, the incidence of Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) is increasing,especially in the district of Denpasar, Gianyar and Badung. According to the 2014basic health research by the Bali provincial Ministry of Health, Gianyar ranks secondhighest number of dengue cases as many as 1785 cases. PHC Payangan alone in2015, there were 69 dengue fever patients who are hospitalized in PHC Payangan.But in 2016 from January to May was recorded 302 patients were hospitalized inPHC Payangan. Neither in 2015 nor in 2016 until May, Although preventionprograms by PHC Payangan been made, but the incidence of dengue fever remainshigh. Indeed, many factors affect the incidence of dengue, and one of them is apreventive control, so you want to find an overview of knowledge, attitudes andbehavior of society in the prevention of dengue.
The study is conducted with cross-sectional design. Total sample are 74respondents which are the representative of their own families among 288 families inPayangan Desa which are chosen to be a sample. Samples are chosen by non-randomsampling technique while knowledge, attitude and behavior are measured by aquestionnaire made especially for this study by the researcher which are thenanalyzed using a data analyzing software.
This study showed that most people have poor knowledge about theprevention of dengue fever as many as 31 respondents (41.9%) of 74 respondents. Inaddition, most respondents have a fairly good behavior in preventing the occurrenceof dengue fever as many as 38 respondents (51.4%). Respondents with goodpreventive attitude are as many as 38 respondents (51.4%). Where there are positivetrend of knowledge with attitudes and behavior of society in the prevention of denguefever.
According to the study’s findings, it is adviced to increase the knowledge ofPayangan Desa people towards dengue fever prevention by education. PuskesmasPayangan team is adviced to educate dengue fever prevention efforts and make surethat the people really understands with the hope that their attitude and behaviortowards fengue fever prevention efforts raises so that it will be implemented and casenumber may decrease.
Keywords: DHF, knowledge, attitude, behavior, prevention, cross sectional
vii
DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL DEPAN ................................................................................................... i
SAMPUL DALAM .................................................................................................. ii
LEMBAR PERSETUJUAN ..................................................................................... iii
KATA PENGANTAR ............................................................................................. iv
ABSTRAK ............................................................................................................... v
ABSTRACT ............................................................................................................. vi
DAFTAR ISI ............................................................................................................ vii
DAFTAR TABEL .................................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................ xii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................. 3
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................... 3
1.4 Manfaat Penulisan .................................................................................. 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Demam Berdarah Dengue ...................................................................... 5
2.1.1. Definisi .......................................................................................... 5
2.1.2. Epidemiologi ................................................................................. 5
2.1.3. Etiologi .......................................................................................... 6
2.2. Program Pemberantasan Demam Berdarah Dengue oleh KEMENKES 7
2.3. Pengetahuan ........................................................................................... 8
2.4. Sikap ....................................................................................................... 9
2.5. Perilaku ................................................................................................... 10
viii
BAB III KERANGKA KONSEP PENELITIAN
3.1. Kerangka Konsep Penelitian .................................................................. 12
BAB IV METODE PENELITIAN
4.1. Rancangan Penelitian ............................................................................. 14
4.2. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................ 15
4.2.1. Tempat Penelitian .......................................................................... 15
4.2.2. Waktu Penelitian ........................................................................... 15
4.3. Populasi dan Sampel .............................................................................. 15
4.3.1. Populasi Penelitian ........................................................................ 15
4.3.2. Kriteria Subjek .............................................................................. 15
4.3.3. Besar Sampel Penelitian ................................................................ 16
4.3.4. Cara Pengambilan Sampel ............................................................ 17
4.3.5. Responden Penelitian .................................................................... 17
4.4. Variabel dan Definisi Operasional Variabel .......................................... 17
4.4.1. Variabel ......................................................................................... 17
4.4.2. Definisi Operasional Variabel ....................................................... 17
4.5. Cara dan Alat Pengumpulan Data .......................................................... 20
4.5.1. Alat Pengumpulan Data ................................................................ 20
4.5.2. Cara Pengumpulan Data ................................................................ 20
4.6. Pengolahan dan Analisis Data ................................................................ 21
BAB V HASIL PENELITIAN
5.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ...................................................... 22
5.2. Karakteristik Responden Penelitian ........................................................ 23
5.3. Hasil Penelitian ...................................................................................... 24
5.2.1. Angka Pengetahuan Responden .................................................... 24
5.2.2. Distribusi Sikap Responden dalam Pencegahan DBD .................. 25
5.2.3. Distribusi Perilaku Responden dalam Pencegahan DBD............... 25
5.4. Tabulasi Silang ....................................................................................... 26
5.4.1. Tabulasi Silang Pengetahuan dan Sikap Responden..................................... 26
5.4.2. Tabulasi Silang Pengetahuan dan Perilaku Responden ................................. 26
ix
5.4.3. Tabulasi Silang Sikap dan Perilaku Responden............................................. 27
BAB VI PEMBAHASAN
6.1. Gambaran Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Responden Terhadap Pencegahan
DBD ......................................................................................................... 28
6.2. Kelemahan Penelitian ............................................................................. 30
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN
7.1. Simpulan ................................................................................................ 31
7.2. Saran ....................................................................................................... 32
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 33
LAMPIRAN
x
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 5.1 Deskripsi Karakteristik Responden ........................................................ 27
Tabel 5.2 Angka Pengetahuan Responden.............................................................. 28
Tabel 5.3 Distribusi Sikap Responden dalam Pencegahan DBD............................ 29
Tabel 5.4 Distribusi Perilaku Responden dalam Pencegahan DBD ....................... 29
Tabel 5.5 Tabulasi Silang Pengetahuan dan Sikap Responden............................... 30
Tabel 5.6 Tabulasi Silang Pengetahuan dan Perilaku Responden .......................... 30
Tabel 5.7 Tabulasi Silang Sikap dan Perilaku Responden ................................................ 31
xi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Nyamuk Aides Aegypti ...................................................................... 7
Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian .............................................................. 16
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Inform Consent Kuesioner
Lampiran 2 Lembar Kuesioner
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Demam berdarah dengue merupakan penyakit yang sering dijumpai di daerah
tropis yang disebabkan oleh virus dan disebarkan oleh nyamuk Aedes aegypti
secara umum namun juga dapat di transmisikan oleh nyamuk Aedes albopictus
walaupun lebih jarang. Nyamuk Aedes aegypti lebih sering ditemukan pada
daerah tropis dan telur nyamuk tersebut tidak dapat hidup pada musim dingin.
Nyamuk Aedes aegypti yang menggigit manusia adalah nyamuk wanita untuk
mendapatkan darah sebagai nutrisi untuk bertelur, dan pada umumnya beraktivitas
pada pagi hingga siang hari (CDC, 2016).
Secara global, DBD telah menjadi endemik pada lebih dari 100 negara dimana
angka kejadian kasus yang dilaporkan semakin tinggi dari tahun ke tahun dan
bahkan telah meningkat 30 kali lipat dalam 5 dekade terakhir, dengan distribusi
resiko penyakit lebih banyak terlihat pada bumi bagian selatan dengan iklim tropis
(WHO, 2012).
Sebagai negara tropis, demam berdarah dengue (DBD) masih merupakan sebuah
masalah kesehatan di Indonesia mengingat 2 musim yang ada di Indonesia
dibandingkan negara dengan empat musim. Berdasarkan data dari Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia pada tahun 2013, insiden demam berdarah secara
nasional adalah 41,25 (Kemenkes, 2014) dimana Bali menempati urutan pertama
dalam insiden tertinggi demam berdarah dengue (168,48) disusul oleh DKI
Jakarta pada urutan kedua. Pada tahun 2013 insiden DBD di Bali adalah 174.5
(Dinkes Bali, 2014) dan pada tahun 2014 meningkat menjadi 210.2 (Dinkes Bali,
2015).
Menurut hasil riset kesehatan dasar 2014 provinsi Bali oleh Kemenkes, Kabupaten
Gianyar menempati urutan kedua tertinggi jumlah kasus DBD yaitu sebanyak
1.785 kasus (Dinkes Bali, 2015). Di UPT Payangan sendiri pada tahun 2015,
terdapat 69 penderita DBD yang dirawat inap di UPT Payangan. Namun pada
tahun 2016 dari bulan Januari hingga Mei tercatat 302 penderita yang dirawat inap
2
di UPT Payangan. Baik pada tahun 2015 maupun pada tahun 2016 hingga bulan
Mei, kejadian DBD terbanyak tercatat pada Desa Melinggih yaitu 41 kasus pada
tahun 2015 dan meningkat menjadi 123 kasus pada bulan Januari hingga Mei
2016. Menurut pemegang promosi kesehatan, angka kejadian DBD pada Desa
Melinggih terjadi hampir merata pada lima Dusun yang membawahi Desa
Melinggih, salah satunya yaitu Dusun Payangan Desa.
Program Pencegahan Penyakit Menular (P2M) UPT Payangan memiliki beberapa
program dalam penanganan penyakit DBD meliputi fogging yang bekerja sama
dengan kabupaten Gianyar, larvadisasi dan promosi kesehatan dengan penyuluhan
secara komunitas maupun ketika kunjungan puskesmas keliling. Prosedur UPT
Payangan untuk mengetahui kejaidan DBD adalah dengan memeriksakan pasien
yang datang ke puskesmas dengan keluhan panas lalu diwajibkan menjalani
pemeriksaan darah. Jika trombosit penderita berjumlah dibawah 100.000/uL
dengan hasil pemeriksaan IgM dan IgG yang positif, maka pasien akan dirawat
inap dan tercatat sebagai penderita DBD.
Tingginya angka kejadian DBD yang dicatat oleh Puskesmas Payangan
mengindikasikan adanya masalah yang terjadi dalam proses optimalisasi
penerapan upaya pencegahan DBD. Berbagai faktor dapat menjadi titik
permasalahan sehingga penerapan upaya tidak terjadi. Jika mengacu pada
ecological model oleh Kenneth R. McLeroy, maka faktor intrapersonal (karakter,
sikap, perilaku, persepsi, pengetahuan dll.), faktor interpersonal (interaksi sosial,
keluarga, lingkungan kerja, teman sebaya, dll), faktor organisasi (organisasi
keagamaan, aturan dalam perusahaan, organisasi lainnya), faktor komunitas
(norma komunitas, kebiasaan dalam komunitas) dan faktor kebijakan (peraturan
daerah, peraturan Kemenkes RI, dll) yang berlaku dapat berperan dan menjadi
alasan mengapa program upaya pemberantasan DBD tidak berhasil
mengendalikan angka kejadian DBD sehingga tidak mencapai target nasional (Mc
Leroy, 1988).
Program dan target yang disusun oleh pemerintah dan pemegang kebijakan
berasal dari masalah yang bermula dari satu individu, kemudian menjadi masalah
secara komunitas dan bahkan sampai ke tingkat negara sehingga dicetuskan
3
program dengan harapan dapat mengendalikan masalah yang ada. Untuk
mengetahui apakah suatu program adalah efektif, kita dapat melihat apakah
program tersebut dapat mencapai target yang diharapkan. Ketika target tidak
berhasil tercapai, maka faktor interpersonal dapat menjadi titik awal masalah
sebab sekumpulan individu dengan respon yang sama dapat menjadi faktor
intrapersonal dan mempengaruhi ke tingkat faktor komunitas.
Mengacu pada teori oleh Lawrence Greene, perilaku kesehatan
dipengaruhi oleh 3 faktor termasuk salah satunya adalah faktor predisposisi yaitu
pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, dan nilai-nilai dari seseorang, faktor
pendukung yang terwujud dalam lingkungan fisik, dan faktor pendorong yang
terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan dan petugass lainnya
termasuk keluarga dan teman sebaya. Greene menyimpulkan bahwa setiap
perilaku kesehatan dapat dilihat sebagai fungsi dari pengaruh kolektif ketiga
faktor (LW Greene, 1984).
Melihat uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa penderita penyakit demam
berdarah di UPT Payangan mengalami peningkatan walaupun telah dilakukan
berbagai usaha preventif. Hal ini mendorong peneliti untuk mencaritahu gambaran
faktor sikap, perilaku dan pengetahuan masyarakat Dusun Payangan Desa
terhadap upaya pencegahan DBD untuk memberi gambaran letak permasalahan
kesenjangan antara usaha penyuluhan dengan perubahan perilaku.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimanakah perilaku masyarakat dusun Payangan Desa dalam
mencegah DBD?
1.2.2 Bagaimakah tingkat pemahaman masyarakat dusun Payangan Desa
dalam mencegah DBD?
1.2.3 Bagaimanakah sikap masyarakat dusun Payangan Desa terhadap
upaya pencegahan DBD?
1.3 Tujuan Penelitian
4
1.3.1 Untuk mengetahui perilaku masyarakat dusun Payangan Desa dalam
mencegah DBD.
1.3.2 Untuk mengetahui tingkat pemahaman masyarakat masyarakat dusun
Payangan Desa dalam mencegah DBD.
1.3.3 Untuk mengetahui sikap masyarakat dusun Payangan Desa dalam
mencegah DBD.
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai
pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat dusun Payangan Desa terhadap upaya
pencegahan DBD. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat dilanjutkan untuk
bahan penelitian lanjutan yang sejenis atau penelitian lain yang memakai
penelitian ini sebagai bahan acuan.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Demam Berdarah Dengue
2.1.1 Definisi Demam Berdarah Dengue
Mengutip dari buku Modul Pengendalian Demam Berdarah Dengue oleh
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia pada tahun 2011, maka penyakit
demam berdarah dengue (DBD) adalah “penyakit menular yang disebabkan oleh
virus dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti, yang ditandai dengan
demam mendadak 2 sampai dengan 7 hari tanpa penyebab yang jelas, lemah/lesu,
gelisah, nyeri ulu hati, disertai tanda pendarahan di kulit berupa bintik pendarahan
(petechiae, lebam (ecchymosis) atau ruam (purpura). Kadang-kadang mimisan,
berak darah, muntah darah, kesadaran menurun atau renjatan (Shock)” (Kemenkes,
2011).
2.1.2 Epidemiologi
Secara global, DBD telah menjadi endemik pada lebih dari 100 negara dimana
angka kejadian kasus yang dilaporkan semakin tinggi dari tahun ke tahun dan
bahkan telah meningkat 30 kali lipat dalam 5 dekade terakhir dengan distribusi
resiko penyakit lebih banyak terlihat pada bumi bagian selatan dengan iklim tropis
(WHO, 2012).
Sebagai negara tropis, demam berdarah dengue (DBD) masih merupakan sebuah
masalah kesehatan di Indonesia mengingat 2 musim yang ada di Indonesia
dibandingkan negara dengan empat musim. Berdasarkan data dari Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia pada tahun 2013, insiden demam berdarah secara
nasional adalah 41,25 (Kemenkes, 2014) dimana Bali menempati urutan pertama
dalam insiden tertinggi demam berdarah dengue (168,48) disusul oleh DKI
Jakarta pada urutan kedua. Pada tahun 2013 insiden DBD di Bali adalah 174.5
(Dinkes Bali, 2014) dan pada tahun 2014 meningkat menjadi 210.2 (Dinkes Bali,
2015).
6
Menurut hasil riset kesehatan dasar 2014 provinsi Bali oleh Kemenkes, Kabupaten
Gianyar menempati urutan kedua tertinggi jumlah kasus DBD yaitu sebanyak
1.785 kasus (Dinkes Bali, 2015). Di UPT Payangan sendiri pada tahun 2015,
terdapat 69 penderita DBD yang dirawat inap di UPT Payangan. Namun pada
tahun 2016 dari bulan Januari hingga Mei tercatat 302 penderita yang dirawat inap
di UPT Payangan. Baik pada tahun 2015 maupun pada tahun 2016 hingga bulan
Mei, kejadian DBD terbanyak tercatat pada Desa Melinggih yaitu 41 kasus pada
tahun 2015 dan meningkat menjadi 123 kasus pada bulan Januari hingga Mei
2016. Menurut pemegang promosi kesehatan, angka kejadian DBD pada Desa
Melinggih terjadi hampir merata pada lima Dusun yang membawahi Desa
Melinggih, salah satunya yaitu Dusun Payangan Desa.
2.1.3 Etiologi dan Penyebaran
Demam Berdarah Dengue diketahui disebabkan oleh virus dengue. Virus dengue
merupakan RNA virus dengan nukleokapsid ikosahedral dan dibungkus oleh
lapisan kapsul lipid. Virus ini termasuk kedalam kelompok arbovirus B, famili
Flaviviridae, genus Flavivirus. Flavivirus merupakan virus yang berbentuk sferis,
berdiameter 45-60 nm, mempunyai RNA positif sense yang terselubung, bersifat
termolabil, sensitif terhadap inaktivasi oleh dietil eter dan natrium dioksikolat,
stabil pada suhu 70oC (Hadinegoro, 2011). Virus dengue mempunyai 4 serotipe,
yaitu DEN 1, DEN 2, DEN 3, DEN 4 (Hadinegoro, 2009).
Manifestasi klinis dengue selain dipengaruhi oleh virus dengue itu sendiri,
terdapat 2 faktor lain yang berperan yaitu faktor host dan vektor perantara. Virus
dengue dikatakan menyerang manusia dan primata yang lebih rendah. Penelitian
di Afrika menyebutkan bahwa monyet dapat terinfeksi virus ini. Transmisi
vertikal dari ibu ke anak telah dilaporkan kejadiannya di Bangladesh dan Thailand.
Vektor utama dengue di Indonesia adalah Aedes aegypti betina, disamping pula
Aedes albopictus betina. Ciri-ciri nyamuk penyebab penyakit demam
berdarah (nyamuk Aedes aegypti):
Badan kecil, warna hitam dengan bintik-bintik putih
Hidup di dalam dan di sekitar rumah
Menggigit/menghisap darah pada siang hari
7
Senang hinggap pada pakaian yang bergantungan dalam kamar
Bersarang dan bertelur di genangan air jernih di dalam dan di sekitar rumah
bukan di got/comberan
Di dalam rumah: bak mandi, tampayan, vas bunga, tempat minum burung, dan
lain-lain.
Jika seseorang terinfeksi virus dengue digigit oleh nyamuk Aedes aegypti, maka
virus dengue akan masuk bersama darah yang diisap olehnya. Didalam tubuh
nyamuk itu virus dengue akan berkembang biak dengan cara membelah diri dan
menyebar ke seluruh bagian tubuh nyamuk. Sebagian besar virus akan berada
dalam kelenjar air liur nyamuk. Jika nyamuk tersebut menggigit seseorang maka
alat tusuk nyamuk (proboscis) menemukan kapiler darah, sebelum darah orang itu
diisap maka terlebih dahulu dikeluarkan air liurnya agar darah yang diisapnya
tidak membeku (Mansjoer, 2000).
Bersama dengan air liur inilah virus dengue tersebut ditularkan kepada orang lain.
Tidak semua orang yang digigit nyamuk Aedes aegypti tersebut akan terkena
demam berdarah dengue. Orang yang mempunyai kekebalan yang cukup terhadap
virus dengue tidak akan terserang penyakit ini, meskipun dalam darahnya terdapat
virus dengue. Sebaliknya pada orang yang tidak mempunyai kekebalan yang
cukup terhadap virus dengue, dia akan sakit demam ringan atau bahkan sakit
berat, yaitu demam tinggi disertai perdarahan bahkan syok, tergantung dari tingkat
kekebalan tubuh yang dimilikinya (Hadinegoro, 2004).
2.2 Program Pemberantasan Oleh Kemenkes
Mengacu pada Keputusan Menterri Kesehatan Republik Indonesia Nomor :
581/MENKES/SK/VII/1992 pada Tanggal 27 Juli 1992 maka upaya
pemberantasan penyakit demam berdarah dengue dilaksanakan dengan cara tepat
guna oleh pemerintah dengan peran serta masyarakat yang meliputi : (1)
Pencegahan, (2), Penemuan, pertolongan, dan pelaporan, (3) Penyelidikan
epidemiologi dan pengamatan penyakit demam berdarah dengue, (4)
penanggulangan seperlunya, (5) penanggulangan lain dan (6) penyuluhan.
8
Pencegahan dilaksanakan oleh masyarakat di rumah dan tempat umum dengan
melakukan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) yang meliputi:
a. Menguras tempat penampungan air sekurang-kurangnya seminggu
sekali, atau menutupnya rapat-rapat.
b. Mengubur barang bekas yang dapat menampung air
c. Menaburkan racun pembasmi jentik (abatisasi)
d. Memelihara ikan
e. Cara-cara lain membasmi jentik
2.2 Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang
dimilikinya dengan sendirinya pada waktu penginderaan sampai menghasilkan
pengetahuan tersebut. Hal tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas, perhatian, dan
persepsi terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indera
pendengaran dan penglihatan. Pengetahuan seseorang terhadap objek memounyai
intensitas atau tingkat yang berbeda-beda (Notoatmodjo, 2007).
Pengetahuan secara garis besarnya dibagi menjadi 6 tingkat pengetahuan, yaitu :
1. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.
Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall)
terhadap sesuatu yang spedifik dari seluruh bahan yang dpelajari atau rangsangan
yang telah diterima. Oleh sebab itu, “tahu” itu merupakan tingkat pengetahuan
yang paling rendah.
2. Memahami
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang
objek yang dikeahui, dan dapat menginterpretasi materi tersebut secara benar.
Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan,
menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap
objek yang dipelajari.
3. Aplikasi
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada siatuasi atau kondisi riil (kondisi sebenarnya). Aplikasi disini
9
dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hokum-hukum, rumus, metode, prinsip,
dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.
4. Analisis
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek
kedalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi
tersebut, dan masih ada kaitanya satu sama lain. Kemampuan anlisis ini dapat
dilihat dari penggunan kata-kata kerja : dapat menggambarkan (membuat bagan,
membedakan, memisahkan, mengelompokan, dan sebagainya).
5. Sintesis
Sintesis menunjuk pada suatu kemampuan untuk meletakan atau menghubungkan
bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain
sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formula baru dari formulasi-
formulasi yang ada.
6. Evaluasi
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap
suatu materi. Penilaian tersebut berdasarkan suatu kriteria yang telah ditentukan
sendiri ataupun yang sudah ada.
2.3 Sikap
Menurut Notoatmodjo, sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup
dari seseorang terdahap suatu stimulus atau objek. Manifestasi sikap itu tidak
dapat langsung dilihat, tetapi hanya ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang
tertutup. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan
tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek (Notoatmodjo, 2007).
Mengacu pada teori Health Belief Model, dalam menjelaskan dan memprediksi
perilaku kesehatan seseorang, perlu dipertimbangkan sikap dan persepsi seseorang.
Perilaku pencegahan penyakit didefinisikan sebagai aktifitas yang dilakukan oleh
seorang individu yang percaya bahwa dirinya sehat, dalam rangka mencegah
penyakit atau deteksi dini saat berada pada keadaan tanpa gejala. Pengaruh pola
gaya hidup dan kesehatan paling dipengaruhi oleh usia. Perilaku seseorang untuk
berubah dalam rangka mendapatkan hidup yang sehat tentunya dipengaruhi oleh
berbagai faktor, salah satunya yaitu sikap dan persepsi seseorang (Greene, 1984).
10
Maka dapat disimpulkan bahwa seseorang akan mengambil langkah yang
berhubungan dengan kesehatan jika individu tersebut:
“Merasa bahwa kondisi negatif kesehatan dapat dihindari, mempunyai
ekspektasi positif bahwa jika dengan mengambil tindakan yang
direkomendasikan, individu tersebut dapat menghindari kondisi kesehatan
yang negatif, dan percaya bahwa individu tersebut dapat dengan sukses
melakukan aksi kesehatan yang direkomendasikan.”
Dalam prosesnya, ketika seorang individu mendapatkan informasi mengenai
upaya pencegahan suatu penyakit, maka individu tersebut akan melakukan upaya
tersebut dengan terlebih dahulu memiliki persepsi: 1) Sadar bahwa individu
tersebut berpeluang terkena penyakit tersebut (Perceived Susceptibility), 2)
Individu tersebut menimbang keseriusan penyakit tersebut serta konsekuensinya.
(Perceived Severity), 3) Individu tersebut percaya bahwa melakukan upaya
pencegahan dapat membuatnya terhindar dari penyakit tersebut (Perceived
Benefits), 4) Individu menimbang kerugian atau pengorbanan dalam melakukan
upaya pencegahan tersebut serta memikirkan cara agar dapat mengecilkan
kerugian. (Perceived Barriers), 5) Individu menerima pengingat-pengingat dari
pemberi informasi dalam bentuk benda-benda dengan pesan-pesan informasi
(Cues to Action), dan 6) Individu menerapkan upaya pencegahan penyakit dengan
benar (Self-Efficacy) (Rosenstock, 1974).
2.4 Perilaku
Perilaku dari pandangan biologis merupakan suatu kegiatan atau aktivitas
organisme yang bersangkutan. Jadi, perilaku manusia pada hakikatnya adalah
suatu aktivitas dari manusia itu sendiri. Oleh sebab itu, perilaku manusia
mencakup: berjalan, berbicara, bereaksi, berpakaian, dan lain sebagainya
(Notoatmodjo, 2007).
Analisis dari Green yang dikutip Notoatmodjo menyatakan bahwa
kesehatan dipengaruhi oleh dua faktor pokok yaitu, faktor perilaku (behaviour
11
causes) dan faktor non perilaku (non behaviour causes). Sedangkan perilaku itu
sendiri, khusus perilaku kesehatan dipengaruhi atau ditentukan oleh 3 (tiga) faktor
yakni:
Faktor-faktor predisposisi (predisposing factor), yaitu terwujud
dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan
sebagainya dari seseorang.
Faktor-faktor pendukung (enabling factor) yang terwujud dalam
lingkungan fisik.
Faktor-faktor pendorong (reinforcing factor) yang terwujud dalam
sikap dan perilaku petugas kesehatan dan petugas-petugas lainnya
termasuk di dalamnya keluarga dan teman sebaya.
Green kemudian berkesimpulan bahwa setiap perilaku kesehatan dapat dilihat
sebagai fungsi dari pengaruh kolektif ketiga faktor. Gagasan penyebab kolektif itu
penting terutama karena perilaku merupakan suatu fenomena yang majemuk.
Perilaku adalah suatu reaksi psikis seseorang terhadap lingkungannya.
Dari batasan dapat diuraikan bahwa reaksi dapat diuraikan bermacam-macam
bentuk, yang pada hakekatnya digolongkan menjadi 2, yaitu bentuk pasif (tanpa
tindakan nyata atau konkret) dan dalam bentuk aktif dengan tindakan nyata atau
(konkret) Perilaku adalah keteraturan tertentu dalam hal perasaan (afeksi),
pemikiran (kognisi), dan predisposisi tindakan (konasi) seseorang terhadap suatu
aspek di lingkungan sekitarnya. Dalam pengertian umum perilaku adalah segala
perbuatan tindakan yang dilakukan makhluk hidup (Notoatmodjo, 2007).
12
BAB III
KERANGKA KONSEP PENELITAN
3.1 Kerangka Konsep Penelitian
1. Demam berdarah dengue merupakan penyakit dengan angka kejadian yang
sedang meningkat di Desa Melinggih, Kecamatan Payangan.
2. Puskesmas Payangan menerapkan strategi upaya pencegahan DBD meliputi
fogging, pemeriksaan jentik, pembagian abate dan penyuluhan.
3. Selain upaya dari Puskesmas, penyuluhan yang diberikan diharapkan mampu
mengubah perilaku masyarakat sehingga partisipasi pemberantasan sarang nyamuk
ditingkatkan.
4. Perilaku dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti faktor predisposisi (sikap,
pengetahuan, kepercayaan, dsb), faktor pendukung (sarana kemudahan
mendapat abate, cangkul untuk mengubur sampah, ataupun sarana dan
fasilitas lain yang memudahkan menerapkan apa yang diketahui), dan faktor
pendorong (sikap dari petugas kesehatan, perilaku keluarga dan teman
sebaya, dsb) (Greene, 1984).
5. Pada penelitian ini akan diteliti pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat
Dusun Payangan Desa, Desa Melinggih terhadap upaya pencegahan DBD.
13
Gambar. 3.1 Kerangka Konsep Penelitian mengacu pada teori perilaku oleh LWGreene yang disesuaikan untuk perilaku terhadap upaya pencegahan DBD(Greene, 1984).
Predisposisi
- Pengetahuan- Sikap- Kepercayaan
Pendukung
- Sarana- Fasilitas
Pendorong
- Sikap keluarga- Perilaku Petugas
Kesehatan- Sikap teman sebaya
Perilaku
Upaya PencegahanDBD oleh Puskesmas
fogging Pemantauan JentikPembagian AbatePenyuluhan
Peningkatan Partisipasi
Angka Kejadian DBD Menurun
22
BAB V
HASIL PENELITIAN
5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Penelitian dilaksanakan di wilayah kerja UPT Payangan yang berlokasi di Desa
Melinggih, Kecamatan Payangan, Kabupaten Gianyar, Bali. UPT Payangan
memiliki cakupan wilayah seluas 75,88 km2 dengan jumlah penduduk pada tahun
2015 tercatat sebanyak 43.216 jiwa. Batas wilayah kerja UPT Payangan sebelah
utara merupakan Kabupaten Bangli, sebelah selatan berbatasan dengan
Kecamatan Ubud, sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Tegalalang, dan
sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Badung. Wilayah kerja UPT
Payangan terdiri dari 9 desa dan 59 dusun yaitu Desa Melinggih Kelod 6 dusun,
Desa Melinggih 5 dusun, Desa Kelusa 6 dusun, Desa Bukian 11 dusun, Desa
Puhu 7 dusun, Desa Kerta 8 dusun, Desa Buahan 5 dusun, Desa Buahan Kaja 8
dusun, Desa Bersela 3 dusun dan dr. I Gede Gusti Ngurah Putra sebagai Kepala
UPT Payangan.
Jumlah kasus DBD di UPT Payangan berdasarkan data dari pemegang Program
Pencegahan Penyakit Menular UPT Payangan pada tahun 2015 tercatat 62 kasus
DBD yang dirawat inap di UPT Payangan dan pada tahun 2016 dari bulan Januari
sampai Mei tercatat sebanyak 302 kasus DBD yang dirawat inap di UPT
Payangan. Kejadian DBD paling banyak terdapat di Desa Melinggih yang tersebar
secara rata pada keenam dusunnya. Program Pencegahan Penyakit Menular UPT
Payangan memiliki beberapa program dalam penanganan penyakit DBD meliputi
fogging, larvadisasi, dan promosi kesehatan dengan penyuluhan secara komunitas
maupun ketika kunjungan puskesmas keliling.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas usaha preventif terutama
pada program penyuluhan secara individu yang dirangkum secara komunitas
untuk memastikan letak permasalahan kesenjangan antara usaha penyuluhan
dengan tingginya angka penderita penyakit. Penelitian ini dilakukan di Desa
Melinggih melihat tingginya angka kejadian DBD di wilayah ini. Penelitian ini
23
melibatkan total 74 sampel yang berasal dari Dusun Payangandesa, Desa
Melinggih.
5.2 Karakteristik Responden Penelitian
Karakteristik responden dalam penelitian ini dideskripsikan berdasarkan umur,
jenis kelamin, pendidikan, dan pekerjaan. Karakteristik responden disajikan pada
table 5.1 dibawah ini.
Tabel 5.1 Deskripsi Karakteristik Responden
Deskripsi Frekuensi(n = 74)
Percent(%)
Usia
Mean ± SD 35,42 ± 15,06Kanak-kanak hingga remaja 21 28,4%Dewasa 34 45,9%Lansia Awal & Akhir 19 25,7%
Jenis KelaminLaki - Laki 38 51,4%Perempuan 36 48,6%
PekerjaanWiraswasta 27 36,5%pelajar 19 25,7%PNS 7 9,5%Swasta 7 9,5%Ibu Rumah Tangga 6 8,1%Tidak Berkerja 8 10,8%
PendidikanTidak tamat SD 5 6,8%SD 17 23,0%SMP 17 23,0%SMA 29 39,2%S1 6 8,1%
Riwayat Demam BerdarahPribadi 8 10,8%Saudara 7 9,5%Tidak ada 59 79,7%
24
Karakteristik responden penelitian berdasarkan umur didapatkan rata-rata umur
responden adalah 35,42 tahun dengan standar deviasi 15,06. Usia termuda adalah
10 tahun dan usia tertua adalah 65 tahun. Mayoritas usia responden berusia
dewasa yaitu sebanyak 45,9%. Berdasarkan jenis kelamin diperoleh responden
laki-laki sebanyak 38 orang (51,4%) dan perempuan sebanyak 36 orang (48,6%).
Berdasarkan jenis pekerjaan diperoleh responden sebagai wiraswasta sebanyak 27
orang (36,5%), pelajar sebanyak 19 orang (25,7%), PNS sebanyak 7 orang
(9,5%), bekerja di perusahaan swasta sebanyak 7 orang (9,5%), Ibu rumah tangga
sebanyak 6 orang (8,1%), dan tidak pekerja sebanyak 8 orang (10,8%).
Berdasarkan pendidikanya didapatkan responden yang tidak tamat SD sebanyak 5
orang (6,8%), tamat SD sebanyak 17 orang (23,0%), tamat SMP sebanyak 17
orang (23,0%), tamat SMA sebanyak 29 orang (39,2%), dan tamat perguruan
tinggi sebanyak 6 orang (8,1%). Berdasarkan riwayat DBD yang menjalani rawat
inap yang dialami oleh responden sendiri sebanyak 8 orang (10,8%), responden
yang keluarganya pernah mengalami DBD sebanyak 7 orang (9,5%), dan yang
tidak memiliki riwayat DBD sebanyak 59 orang (79,7%).
5.3 Hasil Penelitian
5.3.1 Angka Pengetahuan Responden
Angka pengetahuan responden adalah skor yang diukur berdasarkan pertanyaan
yang diajukan kepada responden terkait DBD. Terdapat 9 pertanyaan untuk
mengukur pengetahuan responden dengan skor jawaban benar bernilai 1 dan skor
jawaban salah bernilai 0. Kategoi pengetahuan baik dengan skor 8-10, sedang
dengan skor 5-7, dan buruk dengan skor 1-4. Angka Pengetahuan Responden
dapat dilihat pada tabel 5.2 berikut.
Tabel 5.2 Angka Pengetahuan Responden
Variabel Jumlah(n = 74)
Percent(%)
PengetahuanBaik 21 28,4Sedang 22 29,7Buruk 31 41,9
25
Berdasarkan tabel diatas didapatkan responden yang memiliki pengetahuan baik
sebesar 21 orang (28,4%), pengetahuan sedang sebesar 22 orang (29,7%),
pengetahuan kurang sebesar 31 orang (41,9%).
5.3.2 Distribusi Sikap Responden dalam Pencegahan DBD
Hasil penelitian mengenai variabel sikap masyarakat dalam mencegah terjadinya
penyakit DBD, di Desa Melinggih wilayah kerja Puskesmas Payangan akan
disajikan dalam tabel 5.4 berikut.
Tabel 5.3 Distribusi Sikap Responden dalam Pencegahan DBD
Variable Jumlah(n = 74)
Persen(%)
Sikap
Baik 38 51.4Buruk 36 48.6
Berdasarkan Tabel 5.4 tersebut, dapat diketahui bahwa sebagian besar responden
mempunyai sikap yang cukup baik dalam mencegah terjadinya penyakit DBD,
dan hanya sebagian responden mempunyai sikap yang masih kurang dalam
mencegah terjadinya penyakit demam berdarah dengue. Didapatkan bahwa kepala
keluarga dengan sikap pencegahan yang baik sebanyak 38 orang (51,4%) dan
yang berperilaku tidak baik dalam pencegahan sebanyak 36 orang (48,6%).
5.3.3 Distribusi Perilaku Responden dalam Pencegahan DBD
Hasil penelitian mengenai variabel perilaku masyarakat dalam mencegah
terjadinya penyakit demam berdarah dengue, di Desa Melinggih wilayah kerja
Puskesmas Payangan akan disajikan dalam tabel 5.3 berikut.
Tabel 5.4 Distribusi Perilaku Responden dalam Pencegahan DBD
Variable Jumlah(n = 74)
Persen(%)
Perilaku
Baik 38 51.4
Buruk 36 48.6
26
Berdasarkan Tabel 5.3 diatas, dapat diketahui bahwa sebagian besar responden
mempunyai perilaku yang cukup baik dalam mencegah terjadinya penyakit
demam berdarah dengue, dan hanya sebagian responden mempunyai perilaku
yang kurang dalam mencegah terjadinya penyakit DBD. Didapatkan bahwa
responden dengan perilaku pencegahan yang baik sebanyak 38 orang (51,4%) dan
yang berperilaku buruk dalam pencegahan sebanyak 36 orang (48,6%).
5.4 Tabulasi Silang
5.4.1 Tabulasi Silang Pengetahuan dan Sikap Responden
Tabel 5.5 Tabulasi Silang Pengetahuan dan Sikap Responden
SikapBaik Buruk Total
Baik 14 (66,7%) 7 (33,3%) 21 (100%)Pengetahuan Sedang 14 (63,6%) 8 (36,4%) 22 (100%)
Buruk 10 (32,3%) 21 (67,7%) 31 (100%)Total 38 (51,4%) 36 (48,%) 74 (100%)
Berdasarkan tabel persilangan pengetahuan dan perilaku, dapat diketahui bahwa
seiring meningkatnya sikap responden ke arah yang lebih baik, terdapat tren
peningkatan sikap ke arah lebih baik. Seiring menurunnya pengetahuan responden
ke arah yang lebih buruk, terdapat tren penurunan sikap ke arah lebih buruk.
5.4.2 Tabulasi Silang Pengetahuan dan Perilaku Responden
Tabel 5.6 Tabulasi Silang Pengetahuan dan Perilaku Responden
SikapBaik Buruk Total
Baik 13 (61,9%) 8 (38,1%) 21 (100%)Pengetahuan Sedang 13 (59,1%) 9 (40,9%) 22 (100%)
Buruk 12 (38,7%) 19 (61,3%) 31 (100%)Total 38 (51,4%) 36 (48,6%) 74 (100%)
Berdasarkan tabel persilangan pengetahuan dan perilaku, dapat diketahui bahwa
seiring meningkatnya perilaku responden ke arah yang lebih baik, terdapat tren
27
peningkatan perilaku ke arah lebih baik. Seiring menurunnya perilaku responden
ke arah yang lebih buruk, terdapat tren penurunan perilaku ke arah lebih buruk.
5.4.3 Tabulasi Silang Sikap dan Perilaku Responden
Tabel 5.7 Tabulasi Silang Sikap dan Perilaku Responden
Berdasarkan tabel persilangan sikap dan perilaku, dapat diketahui bahwa seiring
meningkatnya sikap responden ke arah yang lebih baik, terdapat tren peningkatan
perilaku ke arah lebih baik. Seiring menurunnya sikap responden ke arah yang
lebih buruk, terdapat tren penurunan perilaku ke arah lebih buruk.
Perilaku
Baik Buruk TotalBaik 29 (76,3%) 9 (23,7%) 38 (100%)
Sikap Buruk 9 (25,0%) 27 (75%) 36 (100%)Total 38 (51,4%) 36 (48,6%) 74 (100%)
28
BAB VI
PEMBAHASAN
6.1 Gambaran Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Responden Terhadap
Pencegahan DBD
Penelitian ini memperlihatkan mayoritas usia responden merupakan usia dewasa
sebesar 45,9%. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Nyoman (2014)
di Banjar Badung, Desa Melinggih dengan mayoritas responden merupakan usia
dewasa sebesar 80%. Melihat dari hal tersebut, responden dinilai mampu
memberikan gambaran pengetahuan, sikap, dan perilaku melalui kemampuan
berpikir yang lebih matang karena usia yang semakin matang. Dengan semakin
matangnya usia membuat mereka dapat memiliki perilaku yang terbaik untuk
mencapai tujuan yang baik.
Tingkat pengetahuan responden terhadap DBD dalam penelitian ini terlihat masih
kurang. Rata-rata angka pengetahuan responden sebesar 6,61 dari nilai maksimal
9. Data ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan Nyoman di Desa
Melinggih tepatnya di Banjar Badung dengan 84,1% responden memiliki
pengetahuan yang baik terhadap DBD. Pengetahuan responden yang terlihat
masih kurang dipengaruhi oleh intensitas, perhatian, dan persepsi responden
terhadap pencegahan DBD. Hal ini sesuai menurut teori bloom dimana
pengetahuan merupakan hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang
dimilikinya yang dipengaruhi oleh intensitas, perhatian, dan persepsi terhadap
objek.
Dalam penelitian ini memperlihatkan 51,4% responden memilik sikap yang baik
terhadap pencegahan DBD. Rata-rata nilai sikap responden sebesar 43,73 dengan
nilai maksimal 50. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Nyoman
(2014) di Banjar Badung Desa Melinggih bahwa lebih dari 50% responden
memiliki sikap yang baik terhadap pencegahan DBD. Sikap menurut
Notoatmodjo merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan
tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek. Berdasarkan teori ini dapat
dikatakan meskipun responden memiliki pengetahuan yang kurang terhadap
pencegahan DBD, akan tetapi responden memiliki sikap yang baik karena
29
memiliki persepsi bahwa mereka berpeluang terkena penyakit DBD melihat angka
kejadian DBD yang tinggi di daerah tersebut dan apabila mereka melakukan
upaya pencegahan dapat menghindarkan mereka dari penyakit DBD.
Perilaku merupakan suatu kegiatan dari manusia itu sendiri. Dalam penelitian ini
menunjukan sebesar 51,4% responden memiliki perilaku yang baik dalam upaya
pencegahan DBD. Rata-rata nilai perilaku responden dalam pencegahan DBD
sebesar 43,14 dengan nilai maksimal sebesar 50. Hal ini sesuai dengan penelitian
yang dilakukan Nyoman (2014) di Banjar Badung Desa Melinggih bahwa hampir
semua responden yang memiliki sikap yang baik terhadap pencegahan DBD akan
memberikan suatu perilaku yang baik pula terhadap pencegahan DBD.
Pada penelitian ini, diteliti tiga variabel yaitu pengetahuan, sikap dan perilaku
yang berhubungan dengan penerapan upaya kesehatan. Penelitian ini
mendapatkan bahwa terdapat tren positif antara pengetahuan terhadap sikap, sikap
terhadap perilaku, dan begitupula dengan pengetahuan terhadap perilaku. Semakin
tinggi pengetahuan seseorang, sikap dan perilakunya juga membaik. Hasil yang
didapat pada penelitian ini memberikan asumsi bahwa variabel tersebut saling
berhubungan dan pengetahuan serta sikap merupakan predisposisi seseorang
untuk berperilaku positif.
Pada penelitian tahun 1993 oleh Freeman R mengenai hubungan pengetahuan,
sikap dan perilaku terhadap kesehatan gigi pada remaja, didapatkan hasil yang
serupa dimana remaja dengan pengetahuan yang tinggi memiliki perilaku
kesehatan dan sikap yang baik dibandingkan remaja dengan pengetahuan yang
rendah. Hal ini disebabkan oleh karena remaja yang memiliki pengetahuan yang
benar kemudian dapat mengetahui langkah selanjutnya untuk melaksanakan upaya
menjaga kesehatan gigi yang benar.
Penelitian pada tahun 2014 oleh Nyoman di Desa Melinggih mendapatkan hasil
yang serupa dengan penelitian ini dimana sikap yang semakin mendukung dan
pengetahuan yang semakin baik memiliki tren peningkatan perilaku
pemberantasan sarang nyamuk dengan benar.
30
6.2 Kelemahan Penelitian
Penelitian tentang “Gambaran Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Masyarakat
Dusun Payangan Desa dalam upaya pencegahan Demam Berdarah Dengue” ini
tidak lepas dari beberapa hambatan dan kelemahan, yaitu:
1. Penelitian ini dilakukan dengan wawancara langsung dengan responden dengan
menggunakan kuesioner tanpa melakukan observasi langsung secara detail di
rumah-rumah responden. Sehingga jawaban yang diberikan responden terkadang
tidak sesuai dengan keadaan yang ada.
2. Penelitian ini dilakukan dalam waktu yang cukup singkat sehingga tidak
memberikan gambaran yang utuh tentang dampak dari proses intervensi yang
diberikan oleh peneliti terhadap perubahan perilaku dan sikap masyarakat
khususnya dalam upaya pencegahan penyakit DBD.
3. Terdapat beberapa orang diminta untuk menjadi responden penilitian tetapi ada
yang menolak untuk menjadi salah satu responden penelitian.
31
BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN
7.1 SIMPULAN
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Sebaran karakteristik responden menurut umur adalah dari umur 10 hingga
65 tahun.
2. Sebaran karakteristik responden menurut jenis kelamin yang terbanyak
adalah laki- laki yiatu sebanyak 38 responden dari 74 responden.
3. Pendidikan responden sebagian besar berasal dari tingkat pendidikan
SMA.
4. Kebanyakan responden bekerja sebagai wiraswasta dengan jumlah 27
responden (36,5%) dan pelajar dengan jumlah 19 responden (25,7%)
5. Sebagian besar responden di Desa Melinggih tidak mempunyai riwayat
penyakit demam berdarah dengue secara pribadi maupun dalam keluarga.
6. Sebagian responden mempunyai pengetahuan yang buruk mengenai
pencegahan penyakit demam berdarah dengue.
7. Kebanyakan responden mempunyai sikap yang baik terhadap pencegahan
penyakit demam berdarah dengue dengan jumlah 38 responden.
8. Perilaku responden sebagian besar menunjukkan perilaku yang baik dalam
pencegahan demam berdarah dengue.
9. Responden dengan sikap yang baik mempunyai perilaku yang baik
daripada responden dengan sikap buruk dan perilaku buruk.
10. Responden dengan pengetahuan buruk memiliki kecenderungan
mendapatkan hasil perilaku yang buruk daripada responden dengan
pengetahuan baik dan sedang.
11. Responden yang mempunyai pengetahuan buruk mengenai pencegahan
penyakit demam berdarah dengue dengan sikap yang buruk lebih tinggi
dibandingkan responden dengan pengetahuan baik dan sedang serta sikap
yang baik.
32
7.2 SARAN
Adapun saran yang peneliti rekomendasikan antara lain:
1. Sebaiknya informasi tentang pencegahan penyakit demam berdarah
dengue yang disampaikan oleh petugas kesehatan, dipastikan benar-benar
dipahami oleh masyarakat.
2. Diharapkan masyarakat agar berperan aktif dalam pemberantasan penyakit
DBD melalui upaya pemberantasan sarang nyamuk Aedes aegypti dengan
melakukan 3M khususnya dalam menguras tempat penampungan air serta
menaburkan bubuk abate ke dalam kontainer yang tidak dapat dikuras atau
ditutup.
3. Diharapkan adanya upaya masyarakat untuk membersihkan lingkungan
tidak hanya di rumah tetapi di daerah sekitar dan di tempat kerja sebab
sarang nyamuk tidak hanya berada di lingkungan rumah.
37
DAFTAR PUSTAKA
1. Center for Disease Control and Prevention.Dengue and The Aedes Aegypti
Mosquito.(di akses di
http://www.cdc.gov/dengue/resources/30jan2012/aegyptifactsheet.pdf pada
tanggal 20 Juni 2016)
2. World Health Organization.Global Strategy For Dengue Prevention and
Control 2012-2020.France:World Health Organization, 2012.
3. Pusat data dan Informasi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.Situasi
Demam Berdarah Dengue di Indonesia.Jakarta.Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia.2014
4. Dinas Kesehatan Provinsi Bali.Profil Kesehatan Provinsi Bali Tahun
2013.Bali.Dinas Kesehatan Provinsi Bali.2014
5. Dinas Kesehatan Provinsi Bali.Profil Kesehatan Provinsi Bali Tahun
2014.Bali.Dinas Kesehatan Provinsi Bali.2015
6. KR McLeroy, D Bibeau, A Steckler, K Glanz.An Ecological Perspective on
health Promotion Programs.Health Education Quarterly. Vol. 15(4):351-377
(Winter 1988)
7. Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
Lingkungan.Pencegahan dan Pemberantasan Demam Berdarah Dengue di
Indonesia.Jakarta.Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.2011
8. Hadinegoro, S.Sri Rezeki (2011). Tata Laksana Demam Berdarah Dengue di
Indonesia. Terbitan Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Edisi Ketiga.
Jakarta.
9. Hadinegoro, S.Sri Rezeki, Pitfalls and Pearls.(2004). Diagnosis dan Tata Laksana
Demam Berdarah Dengue, dalam: Current Management of Pediatrics Problem.
Balai Penerbit FKUI. Jakarta. Hal 63-72
10. Mansjoer, Arif & Suprohaita. (2000). Kapita Slekta Kedokteran Jilid II. Fakultas
Kedokteran UI : Media Aescullapius. Jakarta.
11. Soeparman. (1987). Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi kedua. Penerbit FKUI. Jakarta.
12. KEPMENKES RI Nomor:581/MENKES/SK/VII/1992 Tentang
Pemberantasan Penyakit Demam Berdarah Dengue (hal Lamp.)
38
13. Notoatmodjo S, 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Rineka
Cipta.Jakarta.
14. LW Green.Modifying and Developing Health Behaviour.Ann Rev Public
Health 1984.5:215-36
15. Rosenstock, I. (1974). Historical Origins of the Health Belief Model. Health
Education Monographs. Vol. 2 No. 4
LAMPIRAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA
INFORM CONSENTPERSETUJUAN UNTUK MENJADI RESPONDEN
Perkenalkan, kami koas dari Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Kami sedang
melakukan studi tentang gambaran sikap, perilaku, dan pengetahuan masyarakat dusun Payangan
Desa terhadap upaya pencegahan demam berdarah dengue (DBD)
Tujuan dari studi ini adalah untuk mengetahui gambaran sikap, perilaku, dan
pengetahuan masyarakat dusun Payangan Desa terhadap upaya pencegahan demam berdarah
dengue (DBD) .
Kami meminta kesediaan Bapak/Ibu/Saudara/i secara sukarela menjadi responden dalam
studi ini. Diharapkan Bapak/Ibu/Saudara/i dapat berpartisipasi dengan mengemukakan pendapat,
pikiran dan perasaan dengan sejujurnya dan apa adanya. Hasil studi ini sangat tergantung pada
informasi yang didapat dari Bapak/Ibu/Saudara/i. Namun, Bapak/Ibu/Saudara/i berhak untuk
menolak menjawab pertanyaan atau tidak bersedia menjadi responden apabila tidak
menginginkannya. Wawancara akan berlangsung kurang lebih selama 30 menit. Informasi
Bapak/Ibu/Saudara/i hanya akan digunakan dalam penelitian ini saja. Bapak/Ibu/Saudara/i tidak
akan mendapatkan keuntungan langsung dari penelitian ini, namun informasi
Bapak/Ibu/Saudara/i akan berguna untuk perbaikan program kesehatan terkait dengan
pencegahan dan penanganan demam berdarah dengue (DBD).
Mohon Bapak/Ibu/Saudara/i menandatangani form di bagian bawah ini bila bersedia
menjadi responden atau sumber informasi.
Gianyar,………………2016
Responden
(____________________)
LAMPIRAN
GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU MASYARAKAT DUSUNPAYANGAN DESA TERHADAP UPAYA PENCEGAHAN DEMAM BERDARAH
DENGUE
Nomor Kuesioner : .....................................................................
Tempat dan tanggal pengisian : ....................................................................
Pewawancara : ....................................................................
DATA UMUM
Nama Responden : .........................................................................................................................
Tanggal Lahir : .........................................................................................................................
Alamat : .........................................................................................................................
Jenis Kelamin : .........................................................................................................................
Pekerjaan : .........................................................................................................................
Pendidikan : .........................................................................................................................
Riwayat DBD : .........................................................................................................................
LAMPIRAN
PENGETAHUAN
1. Apakah tanda atau warna nyamuk penular penyakit demam berdarah?a. Hitam mulusb. Bintik-bintik hitam putih
c. Putih mulusd. Tidak tahu
2. Dimana nyamuk penular demam berdarah tersebut biasanya bertelur?a. Di tempat yang berisi air jernihb. Di got atau saluran air
c. Di tempat yang berisi air keruhd. Tidak tahu
3. Apa saja tanda-tanda penyakit demam berdarah?a. Panas tinggi (2-7 hari) tanpa sebab, perdarahan bintik di kulitb. Panas tinggi beberapa hari, batuk, badan gemetarc. Tidak menampakkan gejala yang khasd. Tidak tahu
4. Kapan nyamuk penular demam berdarah biasa menggigit?a. Siang harib. Malam hari
c. Siang dan malamd. Tidak tahu
7. Penanganan pakaian yang baik setelah dipakai untuk mencegah demam berdarah adalah?a. Dibiarkan tergeletak diatas lantaib. Disetrika saja
c. Segera dicucid. Digantung di lemari
8. Apakah penyakit demam berdarah dapat menyebabkan kematian?a. Yab. Tidak
9. Dimana sajakah abate harus ditaburkan?a. Di tempat sampahb. Di atas ranjangc. Di halaman depan rumahd. Di tempat penampungan air
10. Upaya tambahan yang dapat membantu mencegah penyakit demam berdarah adalah:a. Pemakaian obat nyamuk (semprot/oles/bakar/listrik)b. Memakan jeroan binatangc. Memakai pakaian tanpa lengand. Tidak tahu
LAMPIRAN
PERILAKU
No. Pernyataan SangatSetuju
Setuju Ragu-ragu
TidakSetuju
SangatTidakSetuju
1. Penting untuk membersihkan dan menggantiair dalam tempat penampungan air secararutin.
2. Tempat penampungan air harus selalutertutup rapat
3. Penting untuk menaburkan abate padatempat penampungan air
4. Penting untuk mengganti air dalamkolam/akuarium.vas bunga.barang lain yangterdapat genangan air
5. Penting untuk menaburkan abate padatempat dengan genangan air
6. Pakaian jangan dibiarkandigantung/ditumpuk sembarangan dalamkamar setelah dipakai
7. Perlu memasang kawat kassa pada ventilasidan atau jendela rumah anda
8. Perlu menggunakan obat anti nyamuk(oles/semprot/bakar/elektrik)
9. Menggunakan obat nyamuk secara rutin(setiap hari) sangat baikuntuk mencegah DB
10. Kaleng/botol/plastic/barang bekas lain yangdapat menampung air hujan seharusnyadikubur dalam tanah atau diberikan kepadapemulung atau dibuang ke tempat sampah.
LAMPIRAN
SIKAP
No. Pertanyaan SangatSetuju
Setuju Ragu-ragu
TidakSetuju
SangatTidakSetuju
1. upaya pencegahan demam berdarah merupakankebutuhan masyarakat yang harus dilakukan
2. masyarakat turut bertanggung jawab terhadapupaya pencegahan demam berdarah dilingkungan anda
3. fogging bukan merupakan satu-satunya carayang paling efektif dalam mencegah demamberdarah
4. Pengawasan adanya jentik nyamuk padapenampungan air penting untuk dilakukan
5. Bila diadakan upaya pencegahan demamberdarah di lingkungan anda, anda bersediauntuk ikut melaksanakan secara aktif(melakukan pemberantasan sarang nyamuk,mengubur menguras menutup, kerja baktimembersihkan lingkungan dll.)
6. Jika tetangga anda terkena demam berdarah,anda semestinya perlu meningkatkankewaspadaan gejala demam berdarah terhadapanggota keluarga anda
7. Penting untuk diadakan penyuluhan secararutin terhadap warga desa terhadap bahayademam berdarah dan penanggulangannya
8. Penyebaran bubuk abate pada tempatpenampungan air mampu atau bisa mencegahpenyakit demam berdarah
9. Penyakit demam berdarah merupakan penyakitberbahaya?
10. Sampah yang dapat menampung air (botol, banbekas, kaleng bekas) perlu untukdikubur/dibuang