17
Desain Rehabilitasi Daerah Rawa Lebak Burai Laporan Akhir Kabupaten Ogan Ilir BAB 5 RENCANA PENGEMBANGAN 5.1 Konsep Pengembangan Berdasarkan permasalahan spesifik yang terjadi di wilayah pekerjaan, serta alternatif pola penanganan yang dapat dilakukan di wilayah studi, secara umum dapat disusun konsep pengembangan dalam rangka Rehabilitasi Daerah Rawa Lebak Burai Kabupaten Ogan Ilir, sesuai dengan penjelasan berikut. Permasalahan Lim pasan B eban D rainase darisebelah Hulu Permasalahan Lim pasan A irdari S ungai Kelakar Permasalahan P engem bangan D aerah R aw a B urai (500 H a) P engem bangan B udidaya P erikanan (Tahap II) P engem bangan P ertanian P adi S aw ah (Tahap I) P em buatan S aluran P em buang (D iversion C hannel) Rehabilitasi Bangunan P intu Air R ehabilitasi Bangunan Tanggul P older (ditinggikan) P enataan Jaringan ReklamasiInternal (rehab dim ensi lebih dalam ) P em buatan S aluran (Intake) dan P intu A irdari S ungai K elakarke area polder500 H a inlet outlet Hal 5 - 1

GAMBARAN PERUSAHAAN · Web viewBerdasarkan kondisi dan pertimbangan di atas, lebih lanjut disusun konsep perencanaan sistem tata air Daerah Rawa Lebak Burai Kabupaten Ogan Ilir, sesuai

  • Upload
    others

  • View
    7

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

GAMBARAN PERUSAHAAN

Desain Rehabilitasi Daerah Rawa Lebak Burai

Laporan AkhirKabupaten Ogan Ilir

BAB 5

RENCANA PENGEMBANGAN

5.1Konsep Pengembangan

Berdasarkan permasalahan spesifik yang terjadi di wilayah pekerjaan, serta alternatif pola penanganan yang dapat dilakukan di wilayah studi, secara umum dapat disusun konsep pengembangan dalam rangka Rehabilitasi Daerah Rawa Lebak Burai Kabupaten Ogan Ilir, sesuai dengan penjelasan berikut.

Gambar 5.1 - Konsep Pengembangan

5.2Rencana Pengembangan

Rencana pengembangan dirumuskan dalam rangka Pekerjaan Desain Rehabilitasi Daerah Rawa Lebak Burai Kabupaten Ogan Ilir, dengan memasukkan beberapa unsur yang akan diterapkan, untuk ditindaklanjuti dengan penyiapan rancangan rinci, yang dituangkan dalam produk gambar rancangan rinci dan pelaporan.

Sesuai potensi dan daya dukung wilayah, ditetapkan beberapa rencana pengembangan dalam upaya penanganan permasalahan yang ada, dengan lingkup sebagai berikut.

5.2.1Rencana Lay Out Jaringan

Berdasarkan analisis kajian dan diskusi dengan beberapa pihak, baik di lapangan maupun dalam pelaksanaan diskusi pembahasan, diperoleh bahan dan rekomendasi masukan yang sangat penting dalam penyusunan sistem tata air yang akan diusulkan, khususnya mengenai upaya untuk mendukung upaya penanaman padi 2 kali setahun, dengan pola padi-padi, serta budidaya perikanan dengan sistem keramba ikan di saluran.

Aspek penting dalam penyiapan rencana lay out adalah menampung usulan dari instansi terkait, yang diperoleh melalui mekanisme diskusi, konsultasi, dan asistensi dengan instansi terkait, dalam hal ini Balai Besar Wilayah Sungai Sumatera VIII, Dinas PU Kabupaten Ogan Ilir, dan Dinas Perikanan Kabupaten Ogan Ilir.

Beberapa hal penting yang menjadi catatan dalam penyusunan Rencana Lay Out Jaringan, dapat dirangkum sebagai berikut:

1. Saluran eksisting, baik primer maupun sekunder akan difungsikan secara optimal sebagai saluran suplesi dan pembuang (drain) beban drainase untuk tiap blok lahan, antara dua saluran eksisting. Untuk meningkatkan kemampuan drainabilitas, perlu dilakukan normalisasi saluran primer dan agar proses pencucian lahan dapat berjalan secara maksimal.

2. Untuk mengantisipasi terjadinya pematusan secara berlebihan (over drain), sistem polder akan dilengkapi dengan 2 (dua) pintu utama, yaitu pintu Inlet untuk suplesi air dari Sungai Klekar, dan pintu Outlet yang akan digunakan untuk membuang atau pematusan air dalam sistem tata air polder, ke Sungai Klekar.

3. Tata saluran direncanakan untuk mendukung sistem irigasi pertanian, serta sebagai media untuk penempatan keramba budidaya perikanan. Mengingat kondisi yang terjadi saat ini, secara prinsip terdapat permasalahan utama dari sistem tata air, yaitu:

a. Pada saat musim hujan, muka air di Sungai Klekar relatif tinggi, dan diperlukan pengaturan terhadap muka air di dalam sistem polder, sehingga diharapkan dapat mendukung budidaya pertanian secara menyeluruh, terutama untuk kebutuhan air di lahan.

b. Pada saat musim kemarau, muka air di Sungai Klekar menjadi minimum atau surut, sehingga diperlukan upaya perencanaan saluran sedemikian sehingga kondisi saluran primer dan sekunder, akan terisi air dengan kedalaman minimal 1,0 m. Kondisi ini diperlukan untuk mendukung upaya pencapaian pembasahan zona akar secara gravitasi maupun pompa, serta kebutuhan media keramba budidaya perikanan.

Berdasarkan kondisi dan pertimbangan di atas, lebih lanjut disusun konsep perencanaan sistem tata air Daerah Rawa Lebak Burai Kabupaten Ogan Ilir, sesuai yang disajikan pada Tabel 5.1.

Sedangkan gambaran rinci terkait rencana Lay Out Jaringan dalam rangka rehabilitasi Daerah Rawa Lebak Burai Kabupaten Ogan Ilir, disajikan pada Gambar 5.2.

Tabel 5.1 - Konsep Sistem Tata Air DR. Lebak Burai Kabupaten Ogan Ilir

No

Kajian pada Komponen

Uraian Komponen Yang Dikaji

Keterangan

1

Konsep tata air

1. Sistem tata air direncanakan dengan mengoptimalkan jaringan eksisting, sesuai dengan kondisi dan klasifikasi lahan rawa lebak dalam.

2. Daerah Rawa Lebak Burai, direncanakan dengan konsep sistem polder, mempertahankan pola yang sudah ada sebelumnya.

2

Jalur saluran primer

Saluran primer difungsikan sebagai saluran pembawa air menuju saluran sekunder (fungsi suplesi), dan menampung aliran drain dari saluran sekunder (fungsi drain).

3

Jalur saluran sekunder

Saluran sekunder difungsikan sebagai saluran pembawa air dari saluran primer ke ujung saluran sekunder (suplesi), dan mengalirkan air buangan dari ujung saluran sekunder ke saluran primer.

4

Jalan inspeksi dan jalan produksi

Tanggul polder dan tanggul saluran akan difungsikan sebagai jalan inspeksi dan sekaligus jalan produksi (Jalan Usaha Tani), dengan lebar atas tanggul polder 4,00 m dan tanggul saluran 2,00 m.

5

Bangunan pengatur muka air

1. Bangunan pengatur (Pintu Air) Inlet, direncanakan untuk mengatur dan mengalirkan kebutuhan suplesi air dari Sungai Klekar.

2. Bangunan pengaru (Pintu Air) Outlet, dipasang di bagial hilir sistem, yang mengatur keluarnya air buangan dari sistem tata air internal, ke badan air utama, dalam hal ini Sungai Klekar.

3. Bangunan pintu dirancangan dengan menggunakan tipe pintu sorong, dengan dimensi 1,0 - 1,5 m, dengan sistem konstruksi beton.

6

Tanggul banjir

Elevasi tanggul banjir atau tanggul polder, ditetapkan sesuai dengan elevasi kejadian banjir yang pernah terjadi, setelah ditambah dengan tinggi jagaan (freeboard) sesuai standar yang telah ditetapkan.

7

Saluran pembuang (saluran pengelak/ diversion)

Direncanakan saluran pembuang (saluran pengelak) yang akan mengarahkan aliran beban drainase dari perbukitan dan areal sebelah hulu (barat) lokasi studi, menuju ke Sungai Klekar, sehingga tidak akan mengganggu sistem polder.

8

Pembilasan (flushing)

Pembilasan (flushing) dilakukan dengan mengatur pintu/skot balok di tingkat sekunder, serta pengatauran Pintu Outlet, untuk membilas dan mengeluarkan air secara keseluruhan ke Sungai Klekar

9

Jembatan

Jembatan penyeberangan atau layanan, direncanakan dari konstruksi beton, dengan menggunakan standar rancangan yang telah ada.

Desain Rehabilitasi Daerah Rawa Lebak Burai

Laporan AkhirKabupaten Ogan Ilir

Desain Rehabilitasi Daerah Rawa Lebak Burai

Laporan AkhirKabupaten Ogan Ilir

Hal 5 -

Hal 5 -

Gambar 5.2 - Rencana Lay Out Jaringan

Desain Rehabilitasi Daerah Rawa Lebak Burai

Laporan AkhirKabupaten Ogan Ilir

5.2.2Sistem Tata Saluran

Tata saluran dalam sistem polder DR. Lebak Burai, direncanakan dengan fungsi dua arah aliran, baik untuk fungsi suplesi maupun drain (pembuang), dengan penjelasan sebagai berikut:

1. Kondisi Suplesi

Pada kondisi ini difungsikan apabila terjadi suplesi dari Sungai Klekar, dengan cara mengoperasikan Pintu Inlet, atau menampung air hujan yang jatuh di dalam sistem polder.

2. Kondisi Drain

Kondisi drain terjadi pada saat upaya penggantian air, pencucian (leaching), atau pembuangan air dari sawah maupun saluran, yang dilakukan dengan cara membuka Pintu Outlet. Kondisi drain atau pembuang, hanya dapat dilakukan secara gravitasi pada saat muka air di Sungai Klekar lebih rendah dari pada elevasi di lahan/saluran. Apabila terjadi banjir di Sungai Klekar, kegiatan pembuangan (drain), direkomendasikan dengan menggunakan sistem pompanisasi.

Gambaran umum terkait kedua kondisi tersebut, disajikan pada Gambar 5.3 dan 5.4.

Gambar 5.3 Kondisi Suplesi

Gambar 5.4 Kondisi Drain

5.2.3Rencana Elevasi Dasar Saluran

Beberapa ketentuan dasar yang digunakan untuk merencanakan sistem tata air di Daerah Rawa Lebak Burai, meliputi:

1. Pola pengembangan budidaya direncanakan untuk budidaya tanaman pangan pada lahan yang ada, serta budidaya perikanan dengan sistem keramba, yang ditempatkan pada jaringan saluran.

2. Untuk mendukung pola budidaya tersebut, dasar saluran primer dan sekunder dirancang dengan ketentuan:

a. Mendukung pemanfaatan air pada kondisi musim hujan, untuk mengairi lahan budidaya tanaman pangan, dengan sistem gravitasi. Muka air akan dipertahankan sehingga dapat mengairi areal dataran (flat), dengan menggunakan sistem pintu air atau pompa.

b. Mendukung optimalisasi air dalam saluran pada saat kondisi musim kemarau, yang memungkinkan untuk mengalirkan air dari Sungai Klekar pada posisi Muka Air Surut (MAS). Untuk mendukung budidaya perikanan, diupayakan elevasi dasar saluran memungkinkan untuk masuknya air dari Sungai Klekar, dengan tinggi genangan air minimal 1,00 m.

Gambar 5.5 - Rencana elevasi dasar saluran

3. Mengingat kondisi tata air pada saat ini, maka untuk mendukung pencapaian elevasi dasar saluran yang ideal, perlu diupayakan untuk memperdalam saluran yang ada, sehingga mencapai elevasi yang dibutuhkan.

Gambar 5.6 - Upaya memperdalam saluran

5.2.4Penetapan Dimensi Saluran dan Tanggul

Untuk penetapan dimensi saluran dan tanggul polder atau tanggul saluran, ditetapkan dengan menggunakan beberapa prinsip utama pengembangan, yang terdiri dari:

1. Menggunakan kriteria yang telah ditetapkan, termasuk Norma Standar Pedoman Kriteria (NSPK) yang berlaku, terkait perencanaan saluran dan tanggul. Sehubungan dengan hal ini, maka ketentuan untuk membuat dimensi saluran dengan kemiringan sisi (talud) saluran 1:1, serta talud tanggul polder/saluran dengan perbandingan 1:1,5, akan diterapkan pada penyiapan rancangan rinci.

2. Dimensi saluran ditetapkan berdasarkan perbandingan hasil perbandingan beberapa metoda berikut:

a. Rumusan modul drainase, serta luasan yang menjadi beban layanan drainase saluran, maka dapat dihitung dimensi saluran yang dibutuhkan untuk mengalirkan beban drainase yang ada. Dengan rumusan ini diperoleh hasil dimensi saluran dengan besaran : b1, h1, m saluran 1:1, dan m tanggul (polder dan saluran) 1:1,5.

b. Perhitungan kebutuhan tampungan air pada sistem parit tampungan (long storage), yang memanfaatkan saluran sebagai kolem retensi, untuk memenuhi kebutuhan di musim kemarau, terutama untuk menunjang budidaya perikanan.

Dengan analisis ini, diperoleh besaran saluran dengan dimensi: b2, h2, m saluran 1:1, dan m tanggul (polder dan saluran) 1:1,5.

c. Alterntif perhitungan dimensi saluran dilakukan berdasarkan konsep keseimbangan antara galian dan timbunan, terhadap sistem saluran dan tanggul yang disusun. Berdasarkan perhitungan keseimbangan (balancing) volume galian dan timbunan yang dihitung, lebih lanjut diperoleh besaran saluran dengan dimensi : b3, h3, m saluran 1:1, dan m tanggul (polder dan saluran) 1:1,5.

Berdasarkan ketiga pendekatan terhadap analisis dimensi saluran seperti disebutkan di atas, lebih lanjut dipilih yang terbesar, yang memungkinkan terjadinya optimalisasi perencanaan saluran, yang dapat memberi solusi dalam penanganan dan rencana pengembangan.

3. Dimensi tanggul polder ditetapkan berdasarkan elevasi banjir maksimum yang pernah terjadi di wilayah pengembangan, dengan ditambah tinggi jagaan (freeboard) sebesar 0,75 hingga 1,00 m. Kebutuhan elevasi puncak tanggul polder akibat banjir (hbanjir) ini akan di bandingkan dengan elevasi tanggul banjir yang diperoleh berdasarkan keseimbangan galian dan timbunan tanggul (h tanggul), dengan pendekatan :

volume timbunan = 1,2 volume galian.

Dalam proses perancangan selanjutnya, akan dikaji beberapa ketentuan berikut:

a. Bila: hbanjir ≥ htimbunan, maka akan digunakan dimensi tanggul polder yang diperoleh berdasarkan perhitungan banjir.

b. Bila: hbanjir < htimbunan, maka akan digunakan dimensi tanggul polder yang diperoleh berdasarkan perhitungan keseimbangan galian timbunan.

Gambar 5.7 - Hasil perhitungan dimensi tanggul dan saluran

5.2.5Pola dan Jadwal Tanam

Dalam rangka pencapaian pemanfaatan lahan dan produksi usaha tani yang optimal, perlu disusun pola dan jadwal tanam yang tepat, sesuai potensi dan daya dukung wilayah, termasuk kebisaan masyarakat setempat, serta ketersediaan air yang ada. Mengingat tidak adanya budidaya pertanian tanaman pangan di wilayah pengembangan, maka secara prinsip pola dan jadwal tanam akan disusun secara bertahap, dengan memadukan prinsip gabungan antara budidaya pertanian dan perikanan.

Adapun pola dan jadwal tanam yang diusulkan, adalah sesuai dengan ketentuan berikut:

1. Tahap 1

a. Persawahan:padi unggul - palawija, atau padi unggul - padi unggul

b. Perikanan:ikan - ikan

Pada tahap ini, pelaksanaan akan dilakukan dengan memperhatikan potensi dan kemampuan daya dukung sarana dan prasarana, sumber daya manusia, teknologi, serta ketersediaan pendukung, sehingga secara proses masih akan dikejar target pencapaian Indek Pertanaman (IP) antara 1,0 hingga 2,0.

2. Tahap 2

Pelaksanaan tahap 2 dilakukan setelah tahap 1 dapat dilaksanakan dengan baik, dan masih memungkinkan untuk dilakukan peningkatan Indek Pertanaman (IP), dari IP (2,0) menjadi IP antara 2,5 atau 3,0, untuk seluruh areal DR Lebak Burai.

a. Persawahan:padi unggul - padi unggul - palawija, atau

padi unggul - padi unggul - padi unggul

b. Perikanan:ikan - ikan - ikan

Secara umum, usulan pola dan jadwal tanam untuk pengembangan budidaya pertanian tanaman pangan dan perikanan, disajikan dalam bentuk diagram (Gambar 5.6).

Gambar 5.8 - Pola dan Jadwal Tanam

Pintu OutletPintu Inlet

M.A.BM.A.S

Budidaya

Perikanan

Budidaya

Tanaman Pangan

Budidaya

Perikanan

Budidaya

Tanaman Pangan

Sungai

Kelakar

Budidaya

Perikanan

M.A.SM.A.B

Budidaya

Perikanan

Budidaya

Tanaman Pangan

Budidaya

Perikanan

Budidaya

Tanaman Pangan

Sungai

Kelakar

Budidaya

Perikanan

Kondisi Musim HujanKondisi Musim Kemarau

BudidayaPerikananBudidayaTanaman Pangan

M.A.SM.A.B

Saluran eksistingSaluran diperdalam

1,51

4,0 m1,0 melv + 15,3 melv + 14,5 melv + 9,0 m

timbunan

9,0 m

Tanggul Polder

1,01,0

elv + 9,0 m5,0 m

Saluran Primer

1,01,0

elv + 9,0 m2,0 m

Saluran Sekunder

Permasalahan Limpasan Beban Drainase dari sebelah HuluPermasalahan Limpasan Air dari Sungai KelakarPermasalahan Pengembangan Daerah Rawa Burai (500 Ha)Pengembangan Budidaya Perikanan (Tahap II)Pengembangan Pertanian Padi Sawah (Tahap I)Pembuatan Saluran Pembuang (Diversion Channel)Rehabilitasi Bangunan Pintu AirRehabilitasi Bangunan Tanggul Polder (ditinggikan)Penataan Jaringan Reklamasi Internal (rehab dimensi lebih dalam)Pembuatan Saluran (Intake) dan Pintu Air dari Sungai Kelakar ke area polder 500 Ha

inletoutlet