204
GAMBARAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI TERHADAP TERJADINYA KELUHAN MSDs PADA PEKERJA MEKANIK UNIT PRODUKSI TCW DI PT GMF AEROASIA TAHUN 2015 SKRIPSI OLEH : Daily Lintang Anggraeni NIM : 1111101000066 PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERANDAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1437 H / 2015 M

GAMBARAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29642/1/Daily... · KELUHAN MSDs PADA PEKERJA MEKANIK UNIT PRODUKSI TCW DI PT ... menggunakan

  • Upload
    lyminh

  • View
    240

  • Download
    1

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: GAMBARAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29642/1/Daily... · KELUHAN MSDs PADA PEKERJA MEKANIK UNIT PRODUKSI TCW DI PT ... menggunakan

GAMBARAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI TERHADAP TERJADINYA

KELUHAN MSDs PADA PEKERJA MEKANIK UNIT PRODUKSI TCW DI PT

GMF AEROASIA TAHUN 2015

SKRIPSI

OLEH :

Daily Lintang Anggraeni

NIM : 1111101000066

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERANDAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1437 H / 2015 M

Page 2: GAMBARAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29642/1/Daily... · KELUHAN MSDs PADA PEKERJA MEKANIK UNIT PRODUKSI TCW DI PT ... menggunakan

i

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu

persyaratan memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat di Fakultas Kedokteran

dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai

dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya saya atau merupakan

jiplakan dari karya orang lain maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 3 Desember 2015

Daily Lintang Anggraeni

Page 3: GAMBARAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29642/1/Daily... · KELUHAN MSDs PADA PEKERJA MEKANIK UNIT PRODUKSI TCW DI PT ... menggunakan

ii

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

Skripsi, Desember 2015

Nama : Daily Lintang Anggraeni, NIM : 1111101000066

Gambaran Tingkat Risiko Ergonomi Terhadap Terjadinya Keluhan MSDs

Pada Pekerja Mekanik di Unit Produksi TCW PT GMF AeroAsia Tahun 2015

xxi + 147 halaman, 30 tabel, 43 gambar, 8 lampiran

ABSTRAK

PT. GMF AeroAsia merupakan perusahaan yang bergerak di bidang

perawatan pesawat terbang. Pada proses kerjanya menggunakan objek kerja yang

berukuran besar, dan memiliki berat yang melebihi kapasitas kemampuan pekerja,

sehinga menyebabkan terjadinya postur janggal, penggunaan beban berlebih, serta

pergerakan repetitive yang dapat memicu terjadinya MSDs. MSDs menjadi sangat

penting karena merupakan penyebab terbesar hilangnya hari kerja akibat cedera

dihampir setiap jenis industry. Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan

dengan observasi ditemukan gerakan repetitif, beban berlebih, postur janggal dalam

proses membuka dan memasang baut pada wheel, memasang cleaning, dan testing

komponen. Pada hasil wawancara dengan 15 pekerja, diketahui bahwa sebesar 93,3%

atau 14 pekerja merasakan adanya keluhan di beberapa anggota tubuh mereka.

Penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif untuk mengetahui besarnya tingkat

risiko ergonomi dan keluhan MSDs pada pekerja. Pengukuran dan penilaian risiko

ergonomi pada penelitian ini menggunakan metode Ovako Working Analysis System

(OWAS) dan Rapid Entire Based Assessment (REBA). Sedangkan untuk mengukur

tingkat keluhan MSDs menggunakan kuesioner Nordic Body Map (NBM). Penelitian

ini dilaksanakan pada bulan februari sampai dengan desember 2015 dilakukan pada

pekerja unit TCW PT. GMF AeroAsia Tahun 2015.

Hasil dari penelitian ini adalah pekerja yang memiliki tingkat risiko ergonomi

rendah maupun sangat tinggi, kebanyakan yang memiliki tingkat keluhan MSDs yang

rendah. Keluhan tertinggi MSDs terdapat pada punggung sebesar 96,4%.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan maka PT GMF AeroAsia

disarankan untuk memodifikasi beberapa landasan kerja, menggunakan alat bantu

untuk menghindarkan pekerja melakukan manual handling, serta memberikan

pelatihan mengenai bahaya ergonomi pada karyawan. Sedangkan pada pekerja dapat

mengurangi gerakan postur janggal, serta menyeimbangi nya dengan istirahat yang

seimbang dan cukup.

Daftar bacaan : 33 (Tahun 1985-2015)

Kata Kunci : Ergonomi, REBA, OWAS

Page 4: GAMBARAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29642/1/Daily... · KELUHAN MSDs PADA PEKERJA MEKANIK UNIT PRODUKSI TCW DI PT ... menggunakan

iii

FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES

PUBLIC HEALTH PROGRAM STUDY

OCCUPATIONAL HEALTH AND SAFETY

Undergraduated Thesis, December 2015

Name: Daily Lintang Anggraeni, NIM : 1111101000066

The Description of The Level of Risk of Occurrence of Complaints Against

Ergonomics MSDs on Workers in The Mechanical Production Unit TCW PT

GMF Aeroasia 2015

xxi + 147 pages, 30 tables, 43 pictures, 8 attachments

ABSTRACT

PT GMF AeroAsia is a company engaged in the field of aircraft maintenance.

In the process it works using a work object that are large, and have a weight

exceeding the capacity of the ability of workers, so led to awkward posture, the use of

excess load, as well as repetitive movements that can trigger the onset of MSDs.

MSDs becomes very important because it is the biggest cause of the loss of working

days due to injury in most every type of industry. Based on the preliminary results of

a study conducted with observation of repetitive movement found, overload,

awkward postures in the process of opening and install the bolts on the wheel, putting

up a cleaning and testing components. On the results of interviews with 15 workers,

aware that amounted to 93.3% or 14 workers feel the complaints in several members

of their body.

Descriptive quantitative research is to know the magnitude of the risk level of

ergonomics and MSDs complaints on workers. Measurement and research on

ergonomics risk assessment uses methods of Ovako Working Analysis System

(OWAS) and Rapid Entire Based Assessment (REBA). As for measuring the level of

complaints MSDs using the Nordic Body Map questionnaire (NBM). This research

was carried out in February until December 2015 conducted on workers unit TCW

PT. GMF AeroAsia 2015.

The results of this research are workers who have a low level of risk of

ergonomics as well as very high, most of which have a low level of complaints of

MSDs. Highest complaint MSDs is found on the back of were 96.4%.

Based on the results of the research that is done then the GMF AeroAsia PT

advised to modify some of the runway, using tools to avoid workers performing

manual handling, employee training on memberikaan serts. While workers can reduce

awkward postures, movements and his menyeimbangi with a balanced and sufficient

rest.

Reading list: 33 (1985-2015)

Keywords: Ergonomics, REBA, OWAS

Page 5: GAMBARAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29642/1/Daily... · KELUHAN MSDs PADA PEKERJA MEKANIK UNIT PRODUKSI TCW DI PT ... menggunakan

iv

PERNYATAAN PERSETUJUAN

LEMBAR PERSETUJUAN

Judul Skripsi

GAMBARAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI TERHADAP TERJADINYA

KELUHAN MSDs PADA PEKERJA UNIT PRODUKSI TCW DI

PT GMF AEROASIA TAHUN 2015

Telah diperiksa, disetujui dan dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Program

Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Jakarta, 3 Desember 2015

Oleh

Daily Lintang Anggraeni

NIM. 1111101000066

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Iting Shofwati, MKKK Riastuti Kusuma Wardani, MKM

NIP : 19760808 200604 2 001 NIP : 19800516 200901 2 005

Page 6: GAMBARAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29642/1/Daily... · KELUHAN MSDs PADA PEKERJA MEKANIK UNIT PRODUKSI TCW DI PT ... menggunakan

v

PANITIA SIDANG SKRIPSI

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

DAILY LINTANG ANGGRAENI

NIM: 1111101000066

LEMBAR PENGESAHA

Jakarta, 3 Desember 2015

Penguji I,

Dewi Utami Iriani, M.Kes,Ph.D

NIP: 19750316 200710 2 001

Penguji II,

Catur Rosidati, MKM

NIP: 19750210 200801 2 018

Penguji III,

Ir. Rulyenzi Rasyid, MKKK

Page 7: GAMBARAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29642/1/Daily... · KELUHAN MSDs PADA PEKERJA MEKANIK UNIT PRODUKSI TCW DI PT ... menggunakan

vi

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

DATA DIRI

Nama : Daily Lintang Anggraeni

Tempat/Tanggal Lahir : Jakarta, 9 Agustus 1993

Agama : Islam

Jenis Kelamin : Perempuan

Status : Belum Menikah

Alamat : Komplek Ciledug Indah 2 Blok DB 17 No. 6 RT

01 RW 007 Pedurenan – Karang Tengah, Tangerang

– 15158

Telp : 021-7324284 / 085692480515

Email :[email protected] / [email protected]

PENDIDIKAN FORMAL

1. 1998-1999 : TK Marita

2. 1999-2005 : SD Negeri Karang Tengah 07

3. 2005-2008 : SMP Negeri 3 Tangerang

4. 2008-2011 : SMA Negeri 13 Tangerang

5. 2011 – Sekarang : Program Sarjana Kesehatan Masyarakat, Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Page 8: GAMBARAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29642/1/Daily... · KELUHAN MSDs PADA PEKERJA MEKANIK UNIT PRODUKSI TCW DI PT ... menggunakan

vii

PENDIDIKAN NON FORMAL

1. Pelatihan dan workshop Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja

(SMK3) berdasarkan OHSAS 18001:2007 & PP NO 50 tahun 2012 (2014)

2. Workshop management fire & explotion (2014)

3. Workshop Risk Management (2014)

4. Workshop Ergonomy (2013)

5. Workshop Accident Investigation (2013)

6. Pelatihan Fire Fighting, Fakultas Kedokteran Ilmu Kesehatan (2013)

Page 9: GAMBARAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29642/1/Daily... · KELUHAN MSDs PADA PEKERJA MEKANIK UNIT PRODUKSI TCW DI PT ... menggunakan

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT karena dengan

rahmat dan hidayat-Nya, penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan

judul “Gambaran Tingkat Risiko Ergonomi Terhadap Terjadinya Keluhan MSDs

Pada Pekerja Mekanik Unit Produksi TCW di PT. GMF AeroAsia Tahun 2015”.

Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis mendapat banyak dukungan dari

berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan

rasa terima kasih yang sedalam dalamnya kepada :

1. Keluarga tercinta yang telah memberikan doa, restu serta dukungan yang tanpa

mengenal batas waktu.

2. Dr. Arif Sumantri, SKM, M.Kes sebagai Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

3. Ibu Fajar Ariyanti, Ph.D selaku Ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

4. Ibu Dr. Iting Shofwati, ST. MKKK selaku dosen pembimbing I yang telah

memberikan waktunya untuk membimbing dan mengarahkan dalam proses

skripsi ini.

5. Ibu Riastuti Kusuma Wardani, MKM selaku dosen pembimbing II yang telah

menyediakan waktu & memberikan arahan dalam penulisan skripsi ini.

6. Ibu Meilani Anwar, M.Epid selaku dosen pembimbing yang telah bersedia

meluangkan waktu untuk membimbing dan memberi arahan dengan kesabaran

yang luar biasa dalam penulisan skripsi ini.

7. PT GMF AeroAsia yang telah bersedia menerima penulis untuk melakukan

penelitian, serta Department K3 yang telah bersedia menerima kehadiran,

memberikan ilmu dan pengalaman kepada penulis selama penelitian ini

berlangsung.

Page 10: GAMBARAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29642/1/Daily... · KELUHAN MSDs PADA PEKERJA MEKANIK UNIT PRODUKSI TCW DI PT ... menggunakan

ix

8. Kawan Sholihah, yang terdiri dari 12 gadis sholihah (dwi, danti, epi, salsa, gia,

meta, amel, ntis, ajeng, ibo, ayu) yang selalu memberikan dukungan, motivasi,

doa, kasih sayang, semangat, dan selalu menjadi tempat bertukar pikiran dikala

penulis sedang terpuruk dalam penulisan skripsi ini.

9. Don’t You Dare, yang terdiri dari 2 putri yang bernama puput dan ipute yang

selalu menjadi tempat berkeluh kesah, bertukar pikiran, selalu memberikan

motivasi, bimbingan ekslusif bertiga, semangat, doa kepada penulis selama

penulisan skripsi ini berlangsung.

10. K3 2011, Kawan seperjuangan, setanah air yang selalu berjuang sampai titik

darah penghabisan.

11. Seluruh pekerja mekanik yang terlibat langsung selama pengambilan data ini

berlangsung.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan ini masih jauh dari sempurna. Kritik dan

saran yang membangun senantiasa penulis harapkan agar dapat dijadikan masukan di waktu

mendatang. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis, rekan mahasiswa,

instansi pendidikan serta perusahaan terkait.

Terimakasi atas perhatiannya.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Jakarta, 3 Desember 2015

Daily Lintang Anggraeni

Page 11: GAMBARAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29642/1/Daily... · KELUHAN MSDs PADA PEKERJA MEKANIK UNIT PRODUKSI TCW DI PT ... menggunakan

x

DAFTAR ISI

ABSTRAK ................................................................................................................... ii

LEMBAR PERSETUJUAN ..................................................................................... iv

LEMBAR PENGESAHAN ....................................................................................... v

DATA RIWAYAT HIDUP ....................................................................................... vi

KATA PENGANTAR .............................................................................................. viii

DAFTAR ISI ............................................................................................................... x

DAFTAR TABEL ................................................................................................... xiv

DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. xvii

DAFTAR ISTILAH ................................................................................................ xxi

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................... 1

A. Latar Belakang ............................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .......................................................................................... 5

C. Pertanyaan Penelitian .................................................................................... 6

D. Tujuan Penelitian ........................................................................................... 7

1. Tujuan Umum ......................................................................................... 7

2. Tujuan Khusus ................................................................................. 7

E. Manfaat Penelitian ........................................................................................ 8

1. Manfaat Bagi PT. GMF AeroAsia ....................................................... 8

2. Manfaat Bagi Peneliti ...................................................................... 8

Page 12: GAMBARAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29642/1/Daily... · KELUHAN MSDs PADA PEKERJA MEKANIK UNIT PRODUKSI TCW DI PT ... menggunakan

xi

3. Manfaat Mahasiswa ......................................................................... 8

F. Ruang Lingkup Penelitian ............................................................................ 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................... 10

A. Keluhan Muskuloskeletal Disorders (MSDs) ........................................... 10

1. Definisi Keluhan MSDs................................................................... 10

2. Gejala Keluhan MSDs ..................................................................... 11

3. Tahapan Keluhan MSDs .................................................................. 12

4. Faktor Penyebab Keluhan MSDs ................................................... 13

5. Dampak Keluhan MSDs .................................................................. 21

6. Pencegahan Keluhan MSDs ............................................................ 22

B. Ergonomi ................................................................................................... 24

1. Definisi Ergonomi ................................................................................... 25

2. Tujuan Ergonomi ................................................................................... 25

3. Prinsip Ergonomi ................................................................................... 26

4. Penilaian Tingkat Risiko Ergonomi ................................................... 26

a. RULA ...................................................................................... 26

b. BRIEF .................................................................................... 27

c. EASY ...................................................................................... 27

d. QEC ........................................................................................ 28

e. REBA ...................................................................................... 29

Page 13: GAMBARAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29642/1/Daily... · KELUHAN MSDs PADA PEKERJA MEKANIK UNIT PRODUKSI TCW DI PT ... menggunakan

xii

f. OWAS .................................................................................... 37

5. Kelebihan dan Kekurangan Masing-Masing Metode ...................... 41

C. Kerangka Teori .......................................................................................... 44

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ................... 45

A. Kerangka Konsep .............................................................................................. 45

B. Definisi Operasional.................................................................................. 47

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN ............................................................... 53

A. Jenis Penelitian .................................................................................................. 53

B. Waktu dan Lokasi Penelitian .................................................................. 53

C. Populasi dan Sampel Penelitian ............................................................... 53

D. Pengumpulan dan Pengolahan Data .......................................................... 54

1. Penentuan Satu Siklus ......................................................................... 54

2. Data Primer ................................................................................................. 67

a) Pengukuran dan Penilaian Postur Janggal REBA ........................... 68

b) Pengukuran dan Penilaian Postur Janggal OWAS .......................... 83

c) Pengukuran dan Penilaian Frekuensi Relatif ................................... 89

d) Keluhan MSDs ..................................................................................... 91

3. Data Sekunder ............................................................................................. 92

a) Berat Beban .......................................................................................... 93

E. Pengolahan Data .............................................................................................. 94

F. Manajemen Data .............................................................................................. 97

G. Analisa Data ..................................................................................................... 99

Page 14: GAMBARAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29642/1/Daily... · KELUHAN MSDs PADA PEKERJA MEKANIK UNIT PRODUKSI TCW DI PT ... menggunakan

xiii

BAB V HASIL ........................................................................................................ 101

A. Profil PT GMF AeroAsia ...................................................................... 101

1 Sejarah PT. GMF AeroAsia ................................................................... 101

2 Gambaran Umum Unit Produksi TCW PT GMF AeroAsia ............ 102

B. Gambaran Tingkat Risiko Ergonomi Terhadap Terjadinya Keluhan MSDs

Pada Pekerja Mekanik Unit TCW PT GMF AeroAsia Tahun 2015 ...... 105

C. Gambaran Tingkat Risiko Ergonomi Dengan Metode OWAS dan REBA

Pada Pekerja Mekanik Unit TCW PT GMF AeroAsia Tahun 2015 ...... 107

D. Gambaran Keluhan MSDs Pada Pekerja Mekanik Unit TCW PT GMF

AeroAsia Tahun 2015 .................................................................................. 109

E. Gambaran Postur Leher Menggunakan Metode REBA Pada Pekerja

Mekanik Unit TCW PT GMF AeroAsia Tahun 2015 ............................. 111

F. Gambaran Postur Punggung Menggunakan Metode OWAS Pada Pekerja

Mekanik Unit TCW PT GMF AeroAsia Tahun 2015 ............................ 113

G. Gambaran Postur Lengan Menggunakan Metode OWAS Pada Pekerja

Mekanik Unit TCW PT GMF AeroAsia Tahun 2015 .............................. 115

H. Gambaran Postur Kaki Menggunakan Metode OWAS Pada Pekerja

Mekanik Unit TCW PT GMF AeroAsia Tahun 2015 .............................. 119

I. Gambaran Berat Beban Menggunakan Metode OWAS Pada Pekerja

Mekanik Unit TCW PT GMF AeroAsia Tahun 2015 .............................. 121

J. Gambaran Tingkat Risiko Ergonomi Berdasarkan Skor Frekuensi Relatif

Pada Pekerja Mekanik Unit TCW PT GMF AeroAsia Tahun 2015 ....... 124

Page 15: GAMBARAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29642/1/Daily... · KELUHAN MSDs PADA PEKERJA MEKANIK UNIT PRODUKSI TCW DI PT ... menggunakan

xiv

BAB VI PEMBAHASAN ........................................................................................ 127

A. Keterbatasan Penelitian ................................................................................ 127

B. Gambaran Tingkat Risiko Ergonomi Terhadap Terjadinya Keluhan MSDs

Pada Pekerja Mekanik Unit TCW PT GMF AeroAsia Tahun 2015 ....... 127

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN ..................................................................... 140

A. Simpulan ................................................................................................ 140

B. Saran ....................................................................................................... 141

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 144

LAMPIRAN ............................................................................................................ 147

Page 16: GAMBARAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29642/1/Daily... · KELUHAN MSDs PADA PEKERJA MEKANIK UNIT PRODUKSI TCW DI PT ... menggunakan

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Tabel Penilaian Skor A ...................................................................... 34

Tabel 2.2 Tabel Penilaian Skor B ....................................................................... 35

Tabel 2.3 Tabel Penilaian Skor C ....................................................................... 36

Tabel 2.4 Tabel Level Risiko & Tindakan Perbaikan REBA ............................ 37

Tabel 2.5 Tabel Kategori Risiko & Tindakan Perbaikan OWAS ...................... 40

Tabel 2.6 Kelebihan dan Kekurangan Metode Penilaian Risiko Ergonomi ....... 41

Tabel 3.1 Definisi Operasional ........................................................................... 47

Tabel 4.1 Tabel Penilaian Skor A ...................................................................... 80

Tabel 4.2 Tabel Penilaian Skor B ....................................................................... 81

Tabel 4.3 Tabel Penilaian Skor C ....................................................................... 82

Tabel 4.4 Tabel Level Risiko dan Tindakan Perbaikan REBA........................... 82

Tabel 4.5 Tabel Frekuensi Relatif OWAS .......................................................... 89

Tabel 4.6 Klasifikasi Tingkat Risiko MSDs Berdasarkan Total Skor Individu .. 91

Tabel 4.7 Tabel Kombinasi Posisi ..................................................................... 93

Tabel 4.8 Tabel Frekuensi Relatif OWAS .......................................................... 95

Tabel 4.9 Tabel Kategori Risiko & Tindakan Perbaikan OWAS ....................... 97

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Tingkat Risiko Ergonomi Dengan Menggunakan

Metode OWAS Terhadap Terjadinya Keluhan MSDs Pada Pekerja

Mekanik Unit Produksi TCW PT GMF Aeroasia Tahun 2015 ....... 106

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Tingkat Risiko Ergonomi Dengan Menggunakan

Metode REBA Terhadap Terjadinya Keluhan MSDs Pada Pekerja

Mekanik Unit Produksi TCW PT GMF Aeroasia Tahun 2015 ....... 106

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Skor Postur Leher Dengan Menggunakan Metode

REBA Berdasarkan Sub Proses Pada Pekerja Mekanik Unit Produksi

TCW PT GMF Aeroasia Tahun 2015 .............................................. 111

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Skor Postur Leher Terhadap Terjadinya Keluhan

di Leher Pada Pekerja Mekanik Unit Produksi TCW PT GMF

AeroAsia Tahun 2015 ...................................................................... 113

Page 17: GAMBARAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29642/1/Daily... · KELUHAN MSDs PADA PEKERJA MEKANIK UNIT PRODUKSI TCW DI PT ... menggunakan

xvi

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Skor Postur Punggung Dengan Menggunakan

Metode OWAS Berdasarkan Sub Proses Pada Pekerja Mekanik Unit

Produksi TCW PT GMF Aeroasia Tahun 2015 ............................... 114

Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Skor Postur Punggung Terhadap Terjadinya

Keluhan di Punggung Pada Pekerja Mekanik Unit Produksi TCW PT

GMF AeroAsia Tahun 2015 ............................................................. 115

Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Skor Postur Lengan Dengan Menggunakan

Metode OWAS Berdasarkan Sub Proses Pada Pekerja Mekanik Unit

Produksi TCW PT GMF Aeroasia Tahun 2015 ............................... 116

Tabel 5.8 Distribusi Frekuensi Skor Postur Lengan Terhadap Terjadinya

Keluhan di Lengan Pada Pekerja Mekanik Unit Produksi TCW PT

GMF AeroAsia Tahun 2015 ............................................................. 118

Tabel 5.9 Distribusi Frekuensi Skor Postur Kaki Dengan Menggunakan Metode

OWAS Berdasarkan Sub Proses Pada Pekerja Mekanik Unit Produksi

TCW PT GMF Aeroasia Tahun 2015 .............................................. 119

Tabel 5.10 Distribusi Frekuensi Skor Postur Kaki Terhadap Terjadinya Keluhan

di Kaki Pada Pekerja Mekanik Unit Produksi TCW PT GMF AeroAsia

Tahun 2015 ...................................................................................... 121

Tabel 5.11 Distribusi Frekuensi Berat Beban Dengan Menggunakan Metode

OWAS Berdasarkan Sub Proses Pada Pekerja Mekanik Unit Produksi

TCW PT GMF Aeroasia Tahun 2015 .............................................. 122

Tabel 5.12 Distribusi Frekuensi Skor Beban Terhadap Terjadinya Keluhan MSDs

Pada Pekerja Mekanik Unit Produksi TCW PT GMF AeroAsia Tahun

2015 .................................................................................................. 124

Page 18: GAMBARAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29642/1/Daily... · KELUHAN MSDs PADA PEKERJA MEKANIK UNIT PRODUKSI TCW DI PT ... menggunakan

xvii

Tabel 5.13 Distribusi Skor Frekuensi Relatif Dengan Menggunakan Metode

OWAS Berdasarkan Sub Proses Pada Pekerja Mekanik Unit Produksi

TCW PT GMF Aeroasia Tahun 2015 ............................................... 125

Tabel 5.14 Distribusi Frekuensi Prioritas Perbaikan Terhadap Terjadinya Keluhan

MSDs Pada Pekerja Mekanik Unit Produksi TCW PT GMF AeroAsia

Tahun 2015 ....................................................................................... 127

Page 19: GAMBARAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29642/1/Daily... · KELUHAN MSDs PADA PEKERJA MEKANIK UNIT PRODUKSI TCW DI PT ... menggunakan

xviii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Postur Badan REBA ........................................................................... 30

Gambar 2.2 Postur Leher REBA ............................................................................ 30

Gambar 2.3 Postur Kaki REBA ............................................................................. 31

Gambar 2.4 Postur Lengan REBA ......................................................................... 32

Gambar 2.5 Postur Lengan Bawah REBA ............................................................. 33

Gambar 2.6 Postur Pergelangan Tangan REBA .................................................... 33

Gambar 2.7 Postur Punggung OWAS ................................................................... 38

Gambar 2.8 Postur Lengan OWAS ......................................................................... 39

Gambar 2.9 Postur Kaki OWAS ............................................................................ 39

Gambar 2.10 Berat Beban OWAS ............................................................................ 40

Gambar 2.11 Kerangka Teori.................................................................................... 44

Gambar 3.1 Kerangka Konsep ................................................................................ 46

Gambar 4.1 Kamera Digital ................................................................................... 68

Gambar 4.2 Postur a.1 ............................................................................................. 69

Gambar 4.3 Kamera Digital ................................................................................... 70

Gambar 4.4 Postur a.2 ............................................................................................. 71

Gambar 4.5 Kamera Digital ................................................................................... 72

Gambar 4.6 Postur a.3 ............................................................................................. 73

Gambar 4.7 Kamera Digital ................................................................................... 74

Gambar 4.8 Postur a.4 ............................................................................................. 75

Gambar 4.9 Kamera Digital ................................................................................... 76

Gambar 4.10 Postur a.5 ............................................................................................. 77

Gambar 4.11 Kamera Digital ................................................................................... 78

Gambar 4.12 Postur a.6 ............................................................................................. 79

Gambar 4.13 Kamera Digital ................................................................................... 83

Gambar 4.14 Postur a.7 ............................................................................................ 84

Gambar 4.15 Kamera Digital ................................................................................... 85

Page 20: GAMBARAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29642/1/Daily... · KELUHAN MSDs PADA PEKERJA MEKANIK UNIT PRODUKSI TCW DI PT ... menggunakan

xix

Gambar 4.16 Postur a.8 ............................................................................................. 85

Gambar 4.17 Kamera Digital ................................................................................... 86

Gambar 4.18 Postur a.9 ............................................................................................. 87

Gambar 4.19 Kamera Digital ................................................................................... 88

Gambar 4.20 Beban a.10 ........................................................................................... 92

Gambar 5.1 Alur Proses Produksi Wheel Unit TCW PT GMF AeroAsia ........... 103

Gambar 5.2 Alur Proses Produksi Brake Unit TCW PT GMF AeroAsia............. 104

Gambar 5.3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tingkat Risiko OWAS Dan REBA

Berdasarkan Sub Proses Pada Pekerja Mekanik Unit Produksi TCW

PT GMF Aeroasia Tahun 2015 ......................................................... 108

Gambar 5.4 Distribusi Frekuensi Keluhan MSDs Berdasarkan Anggota Tubuh

Pada Pekerja Mekanik Unit Produksi TCW PT GMF AeroAsia Tahun

2015 ................................................................................................... 109

Gambar 5.5 Distribusi Frekuensi Keluhan MSDs Berdasarkan Sub Proses Pada

Pekerja Mekanik Unit Produksi TCW PT GMF AeroAsia Tahun 2015

........................................................................................................... 110

Gambar 5.6 Distribusi Frekuensi Skor Postur Leher Dengan Menggunakan Metode

REBA Berdasarkan Sub Proses Pada Pekerja Mekanik Unit Produksi

TCW PT GMF Aeroasia Tahun 2015 ............................................... 112

Gambar 5.7 Distribusi Frekuensi Postur Punggung Dengan Menggunakan Metode

OWAS Berdasarkan Sub Proses Pada Pekerja Mekanik Unit Produksi

TCW PT GMF Aeroasia Tahun 2015 .............................................. 114

Gambar 5.8 Distribusi Frekuensi Postur Lengan Dengan Menggunakan Metode

OWAS Berdasarkan Sub Proses Pada Pekerja Mekanik Unit Produksi

TCW PT GMF Aeroasia Tahun 2015 .............................................. 117

Gambar 5.9 Distribusi Frekuensi Postur Kaki Dengan Menggunakan Metode

OWAS Berdasarkan Sub Proses Pada Pekerja Mekanik Unit Produksi

TCW PT GMF Aeroasia Tahun 2015 ............................................... 120

Page 21: GAMBARAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29642/1/Daily... · KELUHAN MSDs PADA PEKERJA MEKANIK UNIT PRODUKSI TCW DI PT ... menggunakan

xx

Gambar 5.10 Distribusi Frekuensi Berat Beban Dengan Menggunakan Metode

OWAS Berdasarkan Sub Proses Pada Pekerja Mekanik Unit Produksi

TCW PT GMF Aeroasia Tahun 2015 .............................................. 123

Gambar 5.11 Distribusi Skor Frekuensi Relatif Dengan Menggunakan Metode

OWAS Berdasarkan Sub Proses Pada Pekerja Mekanik Unit Produksi

TCW PT GMF Aeroasia Tahun 2015 ............................................... 125

Page 22: GAMBARAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29642/1/Daily... · KELUHAN MSDs PADA PEKERJA MEKANIK UNIT PRODUKSI TCW DI PT ... menggunakan

xxi

DAFTAR LAMPIRAN

A. Surat Izin Penelitian ............................................................................... 147

B. Kuesioner Penelitian ............................................................................... 148

C. Lembar Observasi OWAS ..................................................................... 151

D. Lembar Observasi REBA ....................................................................... 153

E. Output Analisis SPSS ............................................................................. 156

F. Gambar Proses Kerja .............................................................................. 161

G. Grafik Sub Proses ................................................................................... 167

H. Tabel Excel ............................................................................................. 182

Page 23: GAMBARAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29642/1/Daily... · KELUHAN MSDs PADA PEKERJA MEKANIK UNIT PRODUKSI TCW DI PT ... menggunakan

xxii

DAFTAR ISTILAH

Istilah Definisi

PT GMF AeroAsia : PT Garuda Maintenance Facility AeroAsia

Unit Produksi TCW : Unit Wheel & Brake

Wheel : Roda Pesawat

Brake : Pengereman

Disassembly : Pembongkaran satu kesatuan

Assembly : Memasang satu kesatuan

Install : Memasang komponen

Tight : Mengencangkan

Inflation : Pengisian

Bolt : Baut

Nut : Mur

Drilling : Mengebor

Lining : Kampas atau bantala rem

Fill : Isi

Dry nitrogen : Angin nitrogen

Core : Pentil roda pesawat

O/B : Out board / bagian luar

I/B : In board / bagian dalam

Primer : Cat dasar

Measuring : Mengukur

Hub : Velg

Tire : Ban

Airworthy : Laik terbang (layak/baik untuk diterbangkan)

Stripping : Perontokkan cat primer sebelumnya dengan soda api

Page 24: GAMBARAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29642/1/Daily... · KELUHAN MSDs PADA PEKERJA MEKANIK UNIT PRODUKSI TCW DI PT ... menggunakan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Muskuloskeletal Disorders (MSDs) merupakan sekumpulan gejala atau

gangguan yang berkaitan dengan jaringan otot, tendon, ligament, kartilago, sistem

saraf, struktur tulang, dan pembuluh darah. MSDs pada awalnya menyebabkan sakit,

nyeri, mati rasa, kesemutan, bengkak, kekakuan, gemetar, gangguan tidur, dan rasa

terbakar (OSHA, 2002). MSDs menjadi sangat penting karena merupakan penyebab

terbesar hilangnya hari kerja akibat cedera sebagian besar jenis industri, namun

masalah ini belum banyak dipahami oleh perusahaan-perusahaan terutama di

Indonesia (Mariana, 2010).

Berdasarkan data BLS (Bureau of Labour Statistics) Amerika melaporkan

selama tahun 2007 jumlah penyakit akibat kerja berupa MSDs sebesar 29%

dibandingkan penyakit akibat kerja lainnya. Di Argentina, pada tahun 2010

dilaporkan 22.013 kasus dari penyakit akibat kerja, dengan MSDs diantaranya

merupakan kejadian yang paling sering terjadi (ILO, 2013). International Labour

Organization (2013) dalam Program The Prevention Of Occupational Diseases

menyebutkan Musculoskeletal Disorders mewakili 59% dari keseluruhan catatan

penyakit yang ditemukan pada tahun 2005 di Eropa. Hasil riset komisi pengawas

Eropa pada tahun 2005 menunjukkan bahwa sebesar 49,9% ketidakhadiran kerja

lebih dari tiga hari, dan sebesar 60% kasus ketidakmampuan permanen dalam bekerja

Page 25: GAMBARAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29642/1/Daily... · KELUHAN MSDs PADA PEKERJA MEKANIK UNIT PRODUKSI TCW DI PT ... menggunakan

2

disebabkan oleh MSDs. Kasus MSDs di Korea mengalami peningkatan yang sangat

tinggi dari 1.634 kasus pada tahun 2001 menjadi 5.502 kasus pada tahun 2010.

Hasil studi Departemen Kesehatan Republik Indonesi tentang Profil masalah

kesehatan di Indonesia tahun 2005 menunjukkan bahwa sekitar 40,5% penyakit yang

diderita pekerja berhubungan dengan pekerjanya. Menurut studi yang dilakukan

terhadap 9.482 pekerja di 12 Kabupaten/Kota di Indonesia, menunjukkan bahwa

tingkat penyakit terkait musculoskeletal masih tinggi yakni sebesar 16%, lalu

penyakit kardiovaskuler (8%), gangguan syaraf (6%), gangguan pernapasan (3%),

dan gangguan THT (1,5%). Menurut Canadian Centre For Occupational Health and

Safety, faktor risiko ergonomi seperti postur janggal atau sikap kerja tidak alamiah

merupakan penyebab dari 58,5% dari seluruh penyakit akibat kerja dengan laju 35,7

kasus per 10.000 pekerja (Piedrahita, 2006). Aktifitas yang bersifat repetitive, dan

menggunakan beban berat secara manual juga merupakan penyebab utama

Musculoskeletal Disorders (CCOHS, 2015).

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Maijuidah (2010) mengenai

faktor-faktor yang mempengaruhi MSDs pada pekerja assembling pada perusahaan

perakitan mobil PT. X Bogor Tahun 2010 diketahui bahwa faktor risiko pekerjaan

yang diterima berdasarkan metode REBA dan RULA pada 21 tahap atau proses

pekerjaan sebesar 47,1 % pekerjaan berisiko tinggi, dan sebesar 34,3% pekerjaan

berisiko sangat tinggi (Maijunidah, 2010). Adapun penelitian yang dilakukan oleh

Dwigiatri (2009) mengenai analisis tingkat risiko ergonomi berdasarkaan aspek

pekerjaan di bagian Assembling G-Line pada pekerja instrument panel PT. Indomobil

Suzuki International Plant Tambun II diketahui bahwa pada proses pemasangan

Page 26: GAMBARAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29642/1/Daily... · KELUHAN MSDs PADA PEKERJA MEKANIK UNIT PRODUKSI TCW DI PT ... menggunakan

3

instrument panel ke dalam mobil memiliki sembilan langkah. Langkah yang memiliki

risiko ergonomi paling tinggi yaitu pada langkah connecting socket harness dengan

skor REBA yaitu 10 atau berisiko tinggi maka segera dibutuhkan tindakan perbaikan

(Dwigiarti, 2009).

Industri perawatan pesawat merupakan industri dengan tingkat bahaya

ergonomi yang cukup besar. Dalam industri perawatan pesawat, lebih dari 80%

pekerja melakukan tugas-tugas perawatan atau maintenance pesawat secara manual

dari bahan yang berbeda-beda, serta ukuran benda atau objek yang bervariasi mulai

dari komponen-komponen yang sangat kecil hingga potongan besar badan pesawat.

Hal tersebut dapat meningkatkan terjadinya gangguan musculoskeletal yang

berhubungan dengan pekerjaan atau MSDs (Oliveira dkk., 2012). Sejauh ini peneliti

belum menemukan penelitian mengenai gambaran tingkat risiko ergonomi terhadap

keluhan MSDs pada pekerja mekanik di industri perawatan pesawat, sedangkan pada

proses kerja yang berlangsung di industri penerbangan terdapat interaksi antara

pekerja dengan mesin atau peralatan kerja dan lingkungan kerja sehingga dapat

menimbulkan potensi bahaya, salah satunya adalah potensi bahaya ergonomi. Potensi

bahaya ergonomi dapat terjadi akibat sikap kerja yang tidak alamiah atau postur

janggal pekerja, mengangkat dan mengangkut beban objek yang berat yang dilakukan

secara manual dan berulang atau repetitif.

PT Garuda Maintenance Facility AeroAsia atau yang selanjutnya disebut

dengan PT GMF AeroAsia merupakan perusahaan penyedia jasa perawatan atau

maintenance pesawat terbang. Dalam proses produksinya, terdapat beberapa bagian

yakni line maintenance, base maintenance, component maintenance, engine

Page 27: GAMBARAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29642/1/Daily... · KELUHAN MSDs PADA PEKERJA MEKANIK UNIT PRODUKSI TCW DI PT ... menggunakan

4

maintenance, engineering service, asset management dan material services. Dalam

component maintenance terdapat beberapa unit yang menangani berbagai perawatan

disetiap komponen yang ada, salah satu unit yang menangani component

maintenance yaitu unit TCW. Unit TCW adalah unit yang berada di area workshop 1

tersebut menangani bagian wheel and brake pesawat. Pada proses produksi yang

berada di unit TCW dimulai dari disassembly, cleaning, inspeksi, overhaul, assembly,

dan testing component.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti di unit TCW

pekerjaan dilakukan dengan postur kerja beragam. Dalam observasi ditemukan

gerakan repetitive pada proses membuka dan memasang baut pada wheel,

membersihkan tire pesawat, testing komponen. Selain itu ditemukan pekerja yang

bekerja dengan postur janggal, seperti pada proses pekerjaan membuka baut pada tire

atau ban pesawat, proses cleaning dilakukan dengan gerakan repetitive dan postur

punggung yang membungkuk,. Disamping itu, pekerjaan di unit TCW ini

menggunakan beban objek berkisar 5-35kg.

Selain melakukan observasi, peneliti juga melakukan wawancara kepada

pekerja mengenai keluhan yang dirasakan di beberapa anggota tubuh yang dilakukan

pada 15 pekerja. Berdasarkan hasil studi pendahuluan diketahui bahwa 93,3% atau 14

pekerja merasakan adanya keluhan di beberapa anggota tubuh mereka. Keluhan

terbesar dirasakan pada bagian punggung (100%), lengan (78,5%), leher (50%) dan

kaki (42,85%). Hingga saat ini, di PT GMF AeroAsia belum pernah dilakukan

penelitian mengenai gambaran tingkat risiko ergonomi. Berdasarkan hasil studi

pendahuluan yang telah dilakukan maka peneliti bermaksud ingin mengetahui

Page 28: GAMBARAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29642/1/Daily... · KELUHAN MSDs PADA PEKERJA MEKANIK UNIT PRODUKSI TCW DI PT ... menggunakan

5

besarnya tingkat risiko ergonomi terhadap terjadinya MSDs pada pekerja mekanik

unit produksi TCW dengan menggunakan metode OWAS dan REBA di PT GMF

AeroAsia Tahun 2015. Pemilihan Metode OWAS dan REBA didasarkan pada hasil

observasi proses kerja unit TCW yang terdapat postur janggal pada leher, punggung,

lengan, kaki, penggunaan beban berlebih, dan gerakan repetitif. Hasil studi

pendahuluan mengenai keluhan yang dirasakan juga terdapat pada bagian leher,

punggung, lengan, dan kaki. Pengukuran dan penilaian pada postur leher

menggunakan metode REBA, sedangkan pengukuran dan penilaian pada postur

punggung, lengan, kaki, beban, dan frekuensi repetitif menggunakan metode OWAS.

Penilaian pada keluhan MSDs menggunakan kuesioner Nordic Body Map (NBM).

B. Rumusan Masalah

MSDs menjadi sangat penting karena merupakan penyebab terbesar hilangnya

hari kerja akibat cedera dihampir setiap jenis industri. Berdasarkan hasil studi

pendahuluan yang dilakukan dengan observasi ditemukan gerakan repetitif, beban

berlebih, postur janggal dalam proses membuka dan memasang baut pada wheel,

memasang cleaning, dan testing komponen, selain itu ditemukan 93,3% atau 14

pekerja merasakan adanya keluhan di beberapa anggota tubuh mereka. Keluhan

terbesar dirasakan pada bagian punggung (100%), lengan (78,5%), leher (50%) dan

kaki (42,85%). Berdasarkan hal tersebut, peneliti bermaksud ingin meneliti besarnya

tingkat risiko ergonomi terhadap terjadinya keluhan MSDs pada pekerja unit TCW

dengan menggunakan metode OWAS dan REBA di PT. GMF AeroAsia Tahun 2015.

Page 29: GAMBARAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29642/1/Daily... · KELUHAN MSDs PADA PEKERJA MEKANIK UNIT PRODUKSI TCW DI PT ... menggunakan

6

C. Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana Tingkat Risiko Ergonomi Terhadap Terjadinya Keluhan MSDs

Pada Pekerja Mekanik Unit Produksi TCW di PT GMF AeroAsia Tahun

2015?

2. Bagaimana Tingkat Risiko OWAS dan REBA Pada Pekerja Mekanik Unit

Produksi TCW di PT GMF AeroAsia Tahun 2015?

3. Bagaimana Tingkat Keluhan MSDs Yang Terjadi Pada Pekerja Mekanik Unit

Produksi TCW di PT GMF AeroAsia Tahun 2015?

4. Berapa Skor Postur Leher Pada Pekerja Mekanik Unit Produksi TCW di PT

GMF AeroAsia Tahun 2015?

5. Berapa Skor Postur Punggung Pada Pekerja Mekanik Unit Produksi TCW di

PT GMF AeroAsia Tahun 2015?

6. Berapa Skor Postur Lengan Pada Pekerja Mekanik Unit Produksi TCW di PT

GMF AeroAsia Tahun 2015?

7. Berapa Skor Postur Kaki Pada Pekerja Mekanik Unit Produksi TCW di PT

GMF AeroAsia Tahun 2015?

8. Berapa Skor Berat Beban Yang Digunakan Pada Pekerja Mekanik Unit

Produksi TCW di PT GMF AeroAsia Tahun 2015?

9. Berapa Tingkat Risiko Berdasarkan Frekuensi Relatif Pada Pekerja Mekanik

Unit Produksi TCW di PT GMF AeroAsia Tahun 2015?

Page 30: GAMBARAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29642/1/Daily... · KELUHAN MSDs PADA PEKERJA MEKANIK UNIT PRODUKSI TCW DI PT ... menggunakan

7

D. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Diketahuinya Tingkat Risiko Ergonomi Terhadap Terjadinya Keluhan MSDs

Pada Pekerja Mekanik Unit Produksi TCW di PT GMF AeroAsia Tahun 2015

2. Tujuan Khusus

a. Diketahuinya Tingkat Risiko OWAS dan REBA Pada Pekerja Mekanik

Unit Produksi TCW di PT GMF AeroAsia Tahun 2015

b. Diketahuinya Tingkat Keluhan MSDs Yang Terjadi Pada Pekerja

Mekanik Unit Produksi TCW di PT GMF AeroAsia Tahun 2015

c. Diketahuinya Skor Postur Leher Pada Pekerja Mekanik di Unit Produksi

TCW di PT GMF AeroAsia Tahun 2015

d. Diketahuinya Skor Postur Punggung Pada Pekerja Mekanik di Unit

Produksi TCW di PT GMF AeroAsia Tahun 2015

e. Diketahuinya Skor Postur Lengan Pada Pekerja Mekanik Unit Produksi

TCW di PT GMF AeroAsia Tahun 2015

f. Diketahuinya Skor Postur Kaki Pada Pekerja Mekanik Unit Produksi

TCW di PT GMF AeroAsia Tahun 2015

g. Diketahuinya Skor Beban Objek Yang Digunakan Pada Pekerja Mekanik

Unit Produksi TCW di PT GMF AeroAsia Tahun 2015

h. Diketahuinya Tingkat Risiko Berdasarkan Frekuensi Relatif Pada Pekerja

Mekanik Unit Produksi TCW di PT GMF AeroAsia Tahun 2015

Page 31: GAMBARAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29642/1/Daily... · KELUHAN MSDs PADA PEKERJA MEKANIK UNIT PRODUKSI TCW DI PT ... menggunakan

8

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi PT GMF AeroAsia

a. Memperoleh informasi mengenai tingkat risiko terjadinya MSDs

terhadap pekerja di Unit Produksi TCW di PT GMF AeroAsia Tahun

2015.

b. Sebagai referensi tambahan untuk mengevaluasi, dan rekomendasi

mengenai tindakan untuk mengurangi bahkan mencegah terjadinya

MSDs terhadap pekerja di Unit Produksi TCW di PT GMF AeroAsia

Tahun 2015.

2. Bagi Peneliti

a. Dapat mengaplikasikan ilmu dan teori yang telah di dapatkan selama

mengikuti perkuliahan khususnya dalam metode ergonomi dengan

penilaian postur OWAS dan REBA.

b. Penelitian ini dapat memberikan pengalaman, pengetahuan dan

kemampuan menganalisa peneliti dalam dunia K3.

3. Bagi Mahasiswa

a. Sebagai referensi dan memberikan informasi tambahan untuk

pembelajaran khususnya yang berkaitan dengan risiko MSDs pada

pekerjaan yang bersifat manual.

b. Sebagai referensi bacaan dan memberikan informasi tambahan untuk

pembelajaran mengenai metode penilaian tingkat risiko ergonomi

dengan menggunakan metode OWAS dan REBA.

Page 32: GAMBARAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29642/1/Daily... · KELUHAN MSDs PADA PEKERJA MEKANIK UNIT PRODUKSI TCW DI PT ... menggunakan

9

F. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk menggambarkan tingkat risiko ergonomi

terhadap terjadinya keluhan MSDs pada pekerja mekanik unit produksi TCW di

PT GMF AeroAsia Tahun 2015. Dalam penelitian ini untuk melihat tingkat

keluhan MSDs menggunakan kuesioner Nordic Body Map (NBM). Untuk

mengukur tingkat risiko ergonomi yang dilihat dari postur janggal pada leher

menggunakan metode REBA, sedangkan postur janggal pada punggung, lengan,

kaki, berat beban objek, dan frekuensi relative menggunakan metode OWAS.

Penelitian ini dilakukan pada unit produksi TCW PT GMF AeroAsia pada bulan

Februari 2015 sampai Desember 2015 dengan alasan bahwa PT GMF AeroAsia

merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang maintenance pesawat terbang

dimana dalam melakukan maintenance ataupun body repair pesawat masih

menggunakan teknik manual, sehingga banyak terjadi gerakan postur janggal dan

belum pernah dilakukan penelitian mengenai gambaran tingkat risiko ergonomi

terhadap keluhan terjadinya MSDs pada pekerja mekanik di PT. GMF AeroAsia

Tahun 2015.

Page 33: GAMBARAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29642/1/Daily... · KELUHAN MSDs PADA PEKERJA MEKANIK UNIT PRODUKSI TCW DI PT ... menggunakan

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Musculoskeletal Disorders (MSDs)

1. Definisi Keluhan MSDs

Menurut OSHA, MSDs merupakan sekumpulan gejala atau

gangguan yang berkaitan dengan jaringan otot, tendon, ligament, kartilago,

sistem saraf, struktur tulang, dan pembuluh darah. MSDs pada awalnya

menyebabkan sakit, nyeri, mati rasa, kesemutan, bengkak, kekakuan, gemetar,

gangguan tidur, dan rasa terbakar (OSHA, 2002). Musculoskeletal Disorders

(MSDs) adalah kelainan yang disebabkan pemumpukan cidera atau

kerusakan-kerusakan kecil pada sistem musculoskeletal akibat trauma

berulang yang setiap kalinya tidak bisa sembuh secara sempurna, sehingga

membentuk kerusakan cukup besar untuk menimbulkan rasa sakit (Tarwaka,

2013)

Keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs) adalah keluhan pada

bagian-bagian otot skeletal yang dirasakan oleh seseorang mulai dari keluhan

yang ringan sampai yang sangat fatal. Apabila otot menerima beban statis

secara berulang dan dalam waktu yang lama, akan dapat menyebabkan

keluhan berupa kerusakan pada sendi, ligament, dan tendon. Keluhan hingga

kerusakan inilah yang biasanya diistilahkan dengan keluhan Musculoskeletal

Disorders (MSDs) atau cidera pada sistem musculoskeletal.

Page 34: GAMBARAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29642/1/Daily... · KELUHAN MSDs PADA PEKERJA MEKANIK UNIT PRODUKSI TCW DI PT ... menggunakan

11

2. Gejala Keluhan MSDs

Keluhan MSDs ditandai dengan beberapa gejala sebagai berikut

(Macleod, 1999) :

a. Sakit, nyeri dan rasa tidak nyaman

b. Mati rasa

c. Rasa lemas atau kehilangan daya dan koordinasi lengan

d. Rasa panas

e. Rasa sukar bergerak

f. Rasa kaku dan retak pada sendi

g. Kemerahan, bengkak, dan panas

h. Rasa sakit yang membuat terjaga pada malam hari dan rasa untuk memijit

tangan, pergelangan dan lengan

Gejala yang dirasakan oleh tiap individu jika menderita gangguan

otot rangka atau musculoskeletal ini tidak sama, meskipun pekerjaan atau

aktivitas yang dilakukan hampir sama. Gejala tersebut adalah adanya rasa

sakit, nyeri, atau tidak nyaman, pegal-pegal, gerakan menjadi lemah dan kaku,

adanya rasa terbakar, pergerakan menjadi terbatas, kaku pada persendian,

kemerahan, bengkak dan hangat pada daerah tersebut (Macleod, 1999).

Secara garis besar keluhan otot dapat dikelompokkan menjadi dua

yaitu :

a. Keluhan sementara (reversible), yaitu keluhan otot yang terjadi pada saat

otot menerima beban statis, namun demikian keluhan tersebut akan segera

hilang apabila pembebanan dihentikan, dan

Page 35: GAMBARAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29642/1/Daily... · KELUHAN MSDs PADA PEKERJA MEKANIK UNIT PRODUKSI TCW DI PT ... menggunakan

12

b. Keluhan menetap (persistent), yaitu keluhan otot yang bersifat menetap,

walaupun pembebanan kerja telah dihentikan, namun rasa sakit pada otot

masih terus berlanjut.

3. Tahapan Keluhan MSDs

Gejala yang menunjukkan tingkat keparahan MSDs dapat dilihat dari

tingkatan sebagai berikut :

a. Tingkat pertama

Timbulnya rasa nyeri, pegal-pegal dan kelelahan selama jam kerja tetapi

gejala ini biasanya menghilang setelah waktu kerja (dalam satu malam).

Tidak berpengaruh pada kapasitas kerja. efek ini dapat menghilang atau

pulih setelah istirahat.

b. Tingkat kedua

Gejala ini tetap ada setelah melewati waktu beristirahat satu malam

setelah bekerja. Pada tahap ini terkadang dapat menyebabkan

berkurangnya kapasitas kerja.

c. Tingkat ketiga

Rasa nyeri tetap ada walaupun telah istirahat yang cukup, nyeri ketika

melakukan pekerjaan yang berulang, tidur menjadi terganggu, kesulitan

menjalankan pekerjaan yang akhirnya mengakibatkan terjadinya

inkapasitas.

Page 36: GAMBARAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29642/1/Daily... · KELUHAN MSDs PADA PEKERJA MEKANIK UNIT PRODUKSI TCW DI PT ... menggunakan

13

4. Faktor Penyebab Keluhan MSDs

Peter Vi (2000) menjelaskan bahwa, terdapat beberapa faktor

risiko terjadinya keluhan sistem musculoskeletal antara lain sebagai berikut:

a. Peregangan Otot Yang Berlebihan

Peregangan otot yang berlebihan pada umumnya sering dilakukan

oleh pekerja dimana aktivitas kerjanya menuntut pengerahan tenaga yang

besar seperti aktivitas mengangkat, mendorong, menarik dan menahan

beban yang berat. Menurut ILO, beban maksimum yang diperbolehkan

untuk diangkat oleh seseorang adalah 23-35 kg. Peregangan otot yang

berlebihan ini terjadi karena pengerahan tenaga yang diperlukan

melampaui kekuatan optimum otot. Apabila hal serupa sering dilakukan,

maka dapat mempertinggi risiko terjadinya keluhan otot, bahkan dapat

menyebabkan terjadinya cedera otot skeletal (Vi, 2000)

b. Aktivitas Berulang

Aktivitas berulang atau repetitive adalah pekerjaan yang dilakukan

secara terus menerus seperti pekerjaan mencangkul, membelah kayu

besar, angkat-angkat dsb. Keluhan otot terjadi karena otot menerima

tekanan akibat beban kerja secara terus menerus tanpa memperoleh

kesempatan untuk relaksasi.

Pekerjaan repetitive dapat menyebabkan nyeri akibat akumulasi sisa

metabolisme dalam otot. Otot akan melemah dan spasme, yang biasanya

terjadi pada tangan/lengan bawah ketika melakukan kegiatan berulang,

gerakan yang kasar dan kuat termasuk pekerjaan yang berisiko tinggi

Page 37: GAMBARAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29642/1/Daily... · KELUHAN MSDs PADA PEKERJA MEKANIK UNIT PRODUKSI TCW DI PT ... menggunakan

14

(Tarwaka, 2013). Oleh karena itu, perlu diatur waktu-waktu istirahat khusus

agar kemampuan kerja dan kesegaran jasmani tepat dapat dipertahankan

dalam batas-batas toleransi untuk mencegah terjadinya kelelahan,

penurunan, kemampuan fisiko dan memberi kesempatan tubuh untuk

melakukan pemilihan atau penyegaran (Selvianti, 2009).

c. Sikap Kerja Tidak Alamiah

Sikap kerja tidak alamiah atau yang sering disebut dengan postur

janggal adalah sikap kerja yang mampu menyebabkan posisi bagian-bagian

tubuh bergerak menjauhi posisi alamiah, misalnya pergerakan tangan

terangkat, punggung terlalu membungkuk, kepala terangkat, dsb. Semakin

jauh posisi bagian tubuh dari pusat gravitasi tubuh, maka semakin tinggi

pula risiko terjadinya keluhan sistem musculoskeletal (Tarwaka, 2013).

Gangguan, penyakit, dan atau cidera pada sistem musculoskeletal,

hampir tidak pernah terjadi secara langsung, akan tetapi lebih merupakan

suatu akumulasi dari benturan kecil maupun besar secara terus-menerus dan

dalam jangka waktu yang realtif lama (Bridger, 1995). Adapun beberapa

gerakan, posisi, dan postur janggal yang sering dilakukan pada saat bekerja :

1) Postur janggal pada punggung

a) Membungkuk, postur punggung yang merupakan faktor risiko

adalah membungkukkan badan sehingga membentuk sudut fleksi

>20o terhadap vertikal dan berputar.

b) Rotasi badan atau berputar (twisting), adalah adanya rotasi atau torsi

pada tulang punggung (gerakan, postur, posisi badan yang berputar

Page 38: GAMBARAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29642/1/Daily... · KELUHAN MSDs PADA PEKERJA MEKANIK UNIT PRODUKSI TCW DI PT ... menggunakan

15

baik kearah kiri maupun ke kanan) dimana garis vertikal menjadi

sumbu tanpa memperhitungkan beberapa derajat besarnya sudut

yang dibentuk, biasanya dalam arah ke depan atau ke samping.

c) Miring, memiringkan badan (bending) dapat didefinisikan sebagai

fleksi dari tulang punggung, deviasi bidang median badan dari garis

vertikal tanpa memperhitungkan besarnya sudut yang dibentuk,

biasanya dalam arah ke depan atau samping (Alexander, 1997).

2) Postur janggal pada leher

a) Menunduk, menunduk ke arah depan sehingga sudut yang dibentuk

oleh garis vertical dengan sumbu ruas tulang leher fleksi >20o.

b) Tengadah, setiap postur dari leher yang mendongkrak ke atas atau

ekstensi.

c) Miring, setiap gerakan dari leher yang miring, baik ke kanan

maupun ke kiri tanpa melihat besarnya sudut yang dibentuk oleh

garis vertical dengan sumbu dari ruas tulang leher.

d) Rotasi leher : setiap postur leher yang memutar, baik ke kiri maupun

ke kanan tanpa melihat berapa besarnya derajat rotasi yang

dilakukan (Alexander, 1997).

3) Postur janggal pada kaki

Postur kaki yang berisiko adalah berdiri dengan bertumpu pada

satu kaki dan berdiri dengan kedua kaki yang membentuk sudut >60o.

Peningkatan tekanan pada tulang sendi terjadi pada postur fleksi baik

secara repetitive maupun statis pada lutut (Bukhori, 2010).

Page 39: GAMBARAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29642/1/Daily... · KELUHAN MSDs PADA PEKERJA MEKANIK UNIT PRODUKSI TCW DI PT ... menggunakan

16

4) Postur janggal pada lengan atas

Lengan atas mempunyai gerakan bebas dalam 3 bidang, yaitu

sagital, transversal, dan horizontal. Gerakan pada bidang transversal

mencakup gerakan abduksi dan adduksi. Gerakan horizontal mencakup

abduksi dan adduksi horizontal. Selain itu, lengan juga dapat melakukan

gerakan rotasi melalui bidang longitudinal.

a) Abduksi : posisi bahu menjauhi garis tengah atau vertikal tubuh

b) Adduksi : posisi bahu mendekati tengah atau vertikal tubuh

c) Fleksi : posisi bahu diangkat menuju ke arah vertikal tubuh atau

depan dada

d) Ekstensi : posisi bahu menjauhi arah vertikal tubuh atau lengan

berada di belakang badan.

5) Postur janggal pada lengan bawah

a) Fleksi : posisi lengan bawah diangkat menuju ke arah vertikal

tubuh/di depan dada. Fleksi penuh pada siku terkuat pada sudut 90o.

b) Ekstensi : posisi lengan bawah menjauhi arah vertikal tubuh atau

lengan berada di belakang badan. Ekstensi penuh pada siku adalah

besarnya sudut yang dibentuk oleh sumber lengan atas dan sumbu

lengan bawah lebih dari 135o.

6) Postur janggal pada tangan atau pergelangan tangan

a) Deviasi radial : postur tangan yang miring ke arah ibu jari

b) Deviasi ulnar : postur tangan yang miring ke arah kelingking

Page 40: GAMBARAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29642/1/Daily... · KELUHAN MSDs PADA PEKERJA MEKANIK UNIT PRODUKSI TCW DI PT ... menggunakan

17

c) Ekstensi pergelangan tangan : posisi tangan yang menekuk ke arah

punggung tangan diukur dari sudut yang dibentuk oleh lengan bawah

dan sumbu tangan sebesar >45.

d) Fleksi pergelangan tangan : posisi tangan yang menekuk ke arah

telapak, diukur dari sudut yang dibentuk oleh lengan bawah dan

sumbu tangan sebesar >45o

e) Pronasi pergelangan tangan : perubahan posisi telapak tangan yang

semula berada di atas menjadi ke bawah

f) Supinasi pergelangan tangan : perubahan posisi telapak tangan yang

semula berada di bawah menjadi ke atas.

d. Faktor Penyebab Sekunder

1) Tekanan, terjadinya tekanan langsung pada jaringan otot yang

lunak. Sebagai contoh, pada saat tangan harus memegang alat,

maka jaringan otot tangan yang lunak akan menerima tekanan

langsung dari pegangan alat, dan apabila hal ini sering terjadi,

dapat menyebabkan rasa nyeri otot yang menetap (Bridger, 1995).

2) Getaran, getaran dengan frekuensi tinggi akan menyebabkan

kontraksi otot bertambah. Kontraksi statis ini menyebabkan

peredaran darah tidak lancar, penimbunan asam laktat meningkat

dan akhirnya timbul rasa nyeri otot.

3) Mikroklimat, paparan suhu dingin yang berlebihan dapat

menurunkan kelincahan, kepekaan, dan kekuatan pekerja sehingga

gerakan pekerja menjadi lamban, sulit bergerak yang disertai

Page 41: GAMBARAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29642/1/Daily... · KELUHAN MSDs PADA PEKERJA MEKANIK UNIT PRODUKSI TCW DI PT ... menggunakan

18

dengan menurunnya kekuatan otot. Begitupun dengan paparan

udara yang panas. Beda suhu lingkungan dengan suhu tubuh yang

terlampau besar menyebabkan sebagian energi yang ada akan

termanfaatkan oleh tubuh untuk beradaptasi dengan lingkungan

tersebut. Apabila hal ini tidak diimbangi dengan pasokan energi

yang cukup, maka akan terjadi kekurangan suplai oksigen ke otot,

akibatnya peredaran darah kurang lancar, suplai oksigen ke otot

menurun, proses metabolisme terhambat dan akhirnya penimbunan

asam laktat yang menimbulkan rasa nyeri otot (Tarwaka, 2013).

e. Faktor Individu

Disamping kelima faktor penyebab terjadinya keluhan sistem

musculoskeletal tersebut diatas, beberapa ahli menjelaskan bahwa

faktor individu seperti usia, jenis kelamin, kebiasaan merokok, masa

kerja, kesegaran jasmani, kekuatan fisik dan ukuran tubuh juga dapat

menjadi penyebab terjadinya keluhan otot skeletal.

1) Usia

Guo, dkk menyatakan bahwa pada umumnya keluhan

sistem musculoskeletal dirasakan pada umur antara 35 tahun – 65

tahun. Keluhan pertama biasanya dirasakan pada umur 35 tahun

dan tingkat keluhan akan terus meningkat sejalan dengan

bertambahnya umur. Hal ini terjadi karena pada umur setengah

baya, kekuatan dan ketahanan otot mulai menurun sehingga risiko

terjadinya keluhan otot meningkat (Tarwaka, 2013).

Page 42: GAMBARAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29642/1/Daily... · KELUHAN MSDs PADA PEKERJA MEKANIK UNIT PRODUKSI TCW DI PT ... menggunakan

19

2) Jenis Kelamin

Walaupun masih ada perbedaan pendapat dari beberapa

ahli tentang pengaruh jenis kelamin terhadap risiko keluhan sistem

musculoskeletal, namun beberapa hasil penelitian secara signifikan

menunjukkan bahwa jenis kelamin sangat mempengaruhi tingkat

risiko keluhan otot. Hal ini terjadi karena secara fisiologis,

kemampuan otot wanita hanya sekitar dua pertiga dari kekuatan

otot pria, sehingga daya tahan otot pria pun lebih tinggi

dibandingkan dengan wanita (Pheasant, 1991).

3) Kebiasaan Merokok

Sama halnya dengan faktor jenis kelamin, pengaruh

kebiasaan merokok terhadap risiko keluhan otot juga masih

diperdebatkan dengan para ahli, namun demikian, beberapa

penelitian telah membuktikan bahwa meningkatnya keluhan otot

sangat erat hubungannya dengan lama dan tingkat kebiasaan

merokok. Semakin lama dan semakin tinggi frekuensi merokok,

semakin tinggi pula tingkat keluhan otot yang dirasakan (Tarwaka,

2013).

4) Masa Kerja

Masa kerja adalah panjangnya waktu terhitung mulai

pertama kali pekerja masuk kerja hingga saat penelitian ini

berlangsung. Masa kerja memiliki hubungan yang kuat dengan

keluhan otot dan meningkatkan risiko Muskuloskeletal Disorders

Page 43: GAMBARAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29642/1/Daily... · KELUHAN MSDs PADA PEKERJA MEKANIK UNIT PRODUKSI TCW DI PT ... menggunakan

20

(MSDs), terutama untuk pekerjaan yang menggunakan kekuatan

kerja yang tinggi (Tarwaka, 2013).

5) Kesegaran Jasmani

Pada umumnya, keluhan otot lebih jarang ditemukan pada

seseorang yang dalam aktivitas kesehariannya mempunyai cukup

waktu untuk istirahat. Sebaliknya, bagi yang dalam kesehariannya

melakukan pekerjaan yang memerlukan pengerahan tenaga yang

besar, sisi lain tidak mempunyai waktu yang cukup untuk istirahat,

hampir dapat dipastikan akan terjadi keluhan otot. Tingkat keluhan

otot juga sangat dipengaruhi oleh tingkat kesegaran tubuh.

6) Kekuatan Fisik

Sama halnya dengan beberapa faktor lainnya, hubungan

antara kekuatan fisik dengan risiko keluhan sistem musculoskeletal

juga masih diperdebatkan. Beberapa hasil penelitian menunjukkan

adanya hubungan yang signifikan, namun penelitian lainnya

menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara kekuatan fisik

dengan keluhan otot skeletal.

7) Ukuran Tubuh (Antropometri)

Walaupun pengaruhnya relative kecil, berat badan, tinggi

badan dan masa tubuh merupakan faktor yang dapat menyebabkan

terjadinya keluhan sistem musculoskeletal.

Page 44: GAMBARAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29642/1/Daily... · KELUHAN MSDs PADA PEKERJA MEKANIK UNIT PRODUKSI TCW DI PT ... menggunakan

21

5. Dampak Keluhan MSDs

Keluhan-keluhan pada tulang belakang yang dialami pekerja jika

terus menerus dibiarkan berpeluang besar menyebabkan dislokasi bagian

tulang punggung yang menimbulkan rasa sangat nyeri dan bisa irreversible

serta fatal. Rasa sakit yang mengganggu sistem musculoskeletal pada saat

bekerja dapat menyebabkan pecahnya lempeng dan bahan atau bagian dalam

yang menonjol keluar serta mungkin menekan saraf-saraf di sekitarnya, hal

tersebut yang menyebabkan cidera atau bahkan menyebabkan kelumpuhan.

Rasa nyeri pada tubuh juga secara psikologis dapat menyebabkan

menurunnya tingkat kewaspadaan dan kelelahan akibat terhambatnya fungsi-

fungsi kesadaran otak dan perubahan-perubahan pada organ-organ diluar

kesadaran sehingga berpotensi menimbulkan kecelakaan dan penyakit akibat

kerja (Tarwaka, 2013).

Sedangkan pada aspek ekonomi perusahaan, dampak yang

diakibatkan oleh MSDs yaitu (Pheasant, 1991) :

a. Pada aspek produksi yaitu berkurangnya output, kerusakan material,

produk yang hasil akhirnya menyebabkan tidak terpenuhinya deadline

produksi, pelayanan yang tidak memuaskan, dll.

b. Biaya yang timbul akibat absensi pekerja yang akan menyebabkan

penurunan keuntungan, baiya untuk pelatihan karyawan baru yang

menggantikan karyawan yang sakit, biaya untuk menyewa jawa

konsultan atau agensi.

Page 45: GAMBARAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29642/1/Daily... · KELUHAN MSDs PADA PEKERJA MEKANIK UNIT PRODUKSI TCW DI PT ... menggunakan

22

c. Biaya pergantian karyawan (turn over) untuk recruitment dan

pelatihan.

d. Biaya lainnya (opportunity cost).

6. Pencegahan Keluhan MSDs

Berdasarkan rekomendasri dari OSHA tindakan ergonomi untuk

mencegah adanya sumber penyakit adalah melalui dua cara yaitu rekayasa

teknik (desain stasiun dan alat kerja) dan rekayasa manajemen (kriteria dan

organisasi kerja) (Maijunidah, 2010).

a. Rekayasa Teknik

Rekayasa teknik pada umumnya dilakukan melalui pemilihan

beberapa alternative sebagai berikut :

1) Eliminasi, yaitu dengan menghilangkan sumber bahaya yang ada. Hal

ini jarang dilakukan mengingat kondisi dan tuntutan pekerjaan

mengharuskan untuk menggunakan peralatan yang ada.

2) Subtitusi, yaitu menggantu alat atau bahan lama dengan alat atau

bahan baru yang aman, menyempurnakan proses produksi dan

menyempurnakan prosedur penggunaan peralatan.

3) Partisi, yaitu melakukan pemisahan antara sumber bahaya dengan

pekerja, sebagain contoh memisahkan ruang mesin yang bergetar

dengan ruang kerja lainnya, pemasangan alat peredam getaran, dsb.

4) Ventilasi, yaitu menambah ventilasi untuk mengurangi risiko sakit,

misalnya akibat suhu udara yang terlalu panas.

Page 46: GAMBARAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29642/1/Daily... · KELUHAN MSDs PADA PEKERJA MEKANIK UNIT PRODUKSI TCW DI PT ... menggunakan

23

b. Rekayasa Manajemen

Rekayasa manajemen dapat dilakukan melalui tindakan berikut:

1) Pendidikan dan pelatihan, agar pekerja lebih memahami lingkungan

dan alat kerja sehingga diharapkan dapat melakukan penyesuaian dan

inovatif dalam melakukan upaya-upaya pencegahan terhadap risiko

sakit akibat kerja.

2) Pengaturan waktu kerja dan isitrahat yang seimbang, dalam arti

disesuaikan dengan kondisi lingkungan kerja dan karakteristik

pekerjaan, sehingga dapat mencegah paparan yang berlebihan terhadap

sumber bahaya.

3) Pengawasan yang intensif, agar dapat dilakukan pencegahan secara

lebih dini terhadap kemungkinan terjadinya risiko sakit akibat kerja.

Selama pencegahan-pencegahan diatas, tempat kerja yang

ergonomi perlu juga diperhatikan. Ergonomi merupakan ilmu yang

penerapannnya berusaha untuk menyerasikan pekerjaan dan lingkungan

terhadap pekerja atau sebaliknya dengan tujuan tercapainya produktivitas

dan efisiensi yang setinggi-tinginya melalui pemanfaatan faktor manusia

dengan seoptimal mungkin. Ergonomi yang memiliki tujuan untuk

efisiensi dan keserasian kerja memiliki arti penting bagi tenaga kerja, baik

secara subyek maupun obyek. Sasaran ergonomi adalah seluruh tenaga

kerja, baik pada sektor modern maupun sektor tradisional dan informal.

Pada sektor tradisional, pekerjaan pada umumnya dilakukan dengan

Page 47: GAMBARAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29642/1/Daily... · KELUHAN MSDs PADA PEKERJA MEKANIK UNIT PRODUKSI TCW DI PT ... menggunakan

24

tangan dan memakai peralatan serta dalam sikap-sikap badan dan cara-

cara kerja yang secara ergonomis dapat diperbaiki.

B. Ergonomi

1. Definisi Ergonomi

Istilah ergonomi berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari dua kata

yaitu “ergon” berarti kerja dan “nomos” berarti aturan atau hukum. Jadi

secara ringkas ergonomi adalah suatu aturan atau norma dalam sistem kerja.

Di Indonesia memakai istilah ergonomi, tetapi di beberapa Negara seperti di

Skandinavia menggunakan istilah “Bioteknologi” sedangkan di Negara

Amerika menggunakan istilah “Human Engineering” atau “Human Factors

Engineering”. Namun demikian, kesemuanya membahas hal yang sama yaitu

tentang optimalisasi fungsi manusia terhadap aktivitas dilakukan.

Menurut Tarwaka (2013), ergonomi adalah ilmu, seni, dan penerapan

teknologi untuk menyerasikan atau menyeimbangkan antara segala fasilitas

yang digunakan baik dalam beraktivitas maupun istirahat dengan segala

kemampuan, kebolehan, dan keterbatasan manusia baik secara fisik maupun

mental sehingga dicapai suatu kualias hidup secara keseluruhan yang lebih

baik (Tarwaka, 2013).

Page 48: GAMBARAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29642/1/Daily... · KELUHAN MSDs PADA PEKERJA MEKANIK UNIT PRODUKSI TCW DI PT ... menggunakan

25

2. Tujuan Ergonomi

Secara umum tujuan dari penerapan ergonomic adalah :

a. Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental melalui upaya pencegahan

cedera dan penyakit akibat kerja, menurunkan beban kerja fisik dan

mental, mengupayakan promosi dan kepuasan kerja.

b. Meningkatkan kesejahteraan sosial melalui peningkatan kualitas kontak

sosial, mengelola dan mengordinir kerja secara tepat guna dan

meningkatkan jaminan sosial baik selama kurun waktu usia produktif

maupun setelah tidak produktif.

c. Menciptakan keseimbangan rasional antara berbagai aspek yaitu aspek

teknis, ekonomis, antropologis, dan budaya dari setiap sistem kerja yang

dilakukan sehingga tercipta kualitas kerja dan kualitas hidup yang tinggi

(Pollock and Straker, 1993).

3. Prinsip Ergonomi

Memahami prinsip ergonomi mempermudah evaluasi setiap tugas

atau pekerjaan, meskipun ilmu pengetahuan dalam ergonomi terus mengalami

kemajuan dan teknologi yang dipergunakan dalam pekerjaan tersebut terus

berubah. Prinsip ergonomi adalah pedoman dalam menerapkan ergonomi di

tempat kerja, dalam prinsip itu terdapat 12 prinsip yaitu (Macleod, 1999) :

a. Bekerja dalam posisi atau postur normal

b. Mengurangi beban berlebihan

Page 49: GAMBARAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29642/1/Daily... · KELUHAN MSDs PADA PEKERJA MEKANIK UNIT PRODUKSI TCW DI PT ... menggunakan

26

c. Menempatkan peralatan agar selalu berada dalam jangkauan

d. Bekerja sesuai dengan ketinggian dimensi tubuh

e. Mengurangi gerakan berulang dan berlebihan

f. Minimalisasi gerakan statis

g. Meminimalisasikan titik beban

h. Mencakup jarak ruang

i. Menciptakan lingkungan kerja yang nyaman (tidak bising, suhu

lingkungan normal, pencahayaan baik)

j. Melakukan gerakan, olahraga dan peregangan saat bekerja

k. Membuat agar display dan contoh mudah dimengerti

l. Mengurangi stress

4. Penilaian Tingkat Risiko Ergonomi

Terdapat beberapa metode yang telah diperkenalkan para ahli dalam

mengevaluasi ergonomi untuk menilai tingkat risiko MSDs di tempat kerja yaitu

dengan menggunakan metode pengukuran risiko ergonomi (Risk Assesment

Ergonomic). Berikut ini merupakan beberapa jenis dari metode pengukuran

ergonomi :

a. Rapid Uper Limb Assesment (RULA)

RULA adalah suatu cara yang digunakan untuk melihat postur, besarnya

gaya, dan pergerakkan yang menghubungkan dengan jenis pekerjaan. Seperti

bekerja dengan komputer, manufaktur, atau pekerjaan lainnya dimana pekerjaan

bekerja selama posisi duduk atau berdiri tanpa berpindah tempat. RULA

Page 50: GAMBARAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29642/1/Daily... · KELUHAN MSDs PADA PEKERJA MEKANIK UNIT PRODUKSI TCW DI PT ... menggunakan

27

memberikan sebuah kemudahan dalam menghitungkan rating dari beban kerja

otot dalam bekerja dimana orang mempunyai risiko pada bagian leher dan beban

kerja pada anggota tubuh bagian atas (Siagian, 2014).

b. Baseline Risk Identification of Ergonomi Factor (BRIEF)

Adalah suatu alat yang digunakan untuk skrinning awal dengan

menggunakan sistem rating untuk mengidentifikasi bahaya ergonomi yang

diterima oleh pekerja dalam kegiatan sehari-hari. Dalam BRIEF survei terdapat 4

faktor risiko ergonomi yang perlu diketahui yaitu:

1) Postur, sikap anggota tubuh janggal waktu menjalankan pekerjaan.

2) Gaya, beban yang harus ditanggung oleh anggota tubuh saat melakukan

postur janggal dan melampaui batas kemampuan tubuh.

3) Lama, lama waktu yang digunakan untuk melakukan gerakan pekerjaan

dengan postur janggal.

4) Frekuensi, jumlah postur janggal yang berulang dalam satuan waktu.

Semakin banyak skor yang didapat dalm suatu pekerjaan, maka pekerjaan

tersebut semakin berisiko dan memerlukan penanggulangan segera. Skor

maksimal yang bisa didapat dalam survei ini yaitu sebesar 4 skor.

c. Ergonomic Assesment Survey Metode (EASY)

EASY adalah suatu cara yang diguanakan untuk menilai besarnya tingkat

risiko ergonomi terhadap kegiatan kerja. Metode ini terdiri dari 3 jenis survei

yang masing-masing memiliki skor berbeda. Ketiga skor tersebut yaitu, BRIEF (4

skor), Employee Survei (1 skor) dan Medical Survei (2 skor).

Page 51: GAMBARAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29642/1/Daily... · KELUHAN MSDs PADA PEKERJA MEKANIK UNIT PRODUKSI TCW DI PT ... menggunakan

28

Hasil akhir dari EASY Metode berupa rating yang diperoleh dari

penjumlahan skor yang didapatkan dari ketiga survei tersebut maksimal (7 skor).

Rating tersebut akan menunjukkan prioritas pengendalian yang perlu dilakukan.

Semakin besar skornya, maka pengendaliannya pun semakin besar. Berikut

merupakan skor untuk penilaian EASY:

1) Employee Survey

Bertujuan untuk mengetahui keluhan nyeri pada pekerja yang dialami

pada saat melakukan kegiatan. Dalam survei ini dapat diketahui pada tahapan

kegiatan dimana yang paling berat (berisiko) untuk dikerjakan dikaitkan

dengan keluhan yang selama ini muncul pada pekerja. Survei ini dapat

dilakukan dengan menyebarkan kuesioner atau wawancara dengan pekerja.

2) Medical Survey

Medical Survey didapatkan dari hasil Medical Record kartu sakit, dan

data kunjungan pada poliklinik perusahaan atau pelayanan kesehatan lainnya.

Hasil dari medical survey berupa data yang berisi hasil foto rontgen, riwayat

kesehatan tenaga kerja, dan hasil medical record tahunan.

d. Quick Exposure Checklist (QEC)

QEC adalah metode yang secara cepat menilai pajanan risiko dari

Muskuloskeletal Disorders (WMSDs). QEC memiliki tingkat sensitivitas dan

kegunaan yang tinggi serta dapat diterima secara luas realibilitasnya. QEC dapat

diaplikasikan untuk pekerjaan yang lebih luas. Dengan waktu pelatihan yang

singkat, penilaian dapat dilengkapi secara cepat untuk setiap tugas atau pekerjaan

(Aryanto, 2008).

Page 52: GAMBARAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29642/1/Daily... · KELUHAN MSDs PADA PEKERJA MEKANIK UNIT PRODUKSI TCW DI PT ... menggunakan

29

e. Rapid Entire Body Assesment (REBA)

Metode REBA, dipekenalkan oleh Hignett dan McAtammney yang

bertujuan untuk memberikan penilaian atas risiko postur tubuh yang dapat

menimbulkan gangguan terkait musculoskeletal. Metode ini juga dibuat untuk

memberikan penilaian atas pekerjaan yang bertipe tidak dapat diperkirakan seperti

yang di temui pada pelayanan kesehatan dan industry jasa. Data yang dikumpulkan

dalam metode ini adalah data terkait dengan postur tubuh, tekanan atau beban yang

digunakan, jenis pergerakan atau aksi, pengulangan dan posisi tangan saat

bersentuhan dengan objek.

Didalam melakukan penilaian risiko ergonomi mengguanakan REBA,

telah disediakan sebuah lembar kerja yang berisi gambar dan penjelasan mengenai

tahapan penilaian atau pemberian skor terhadap setiap jenis postur tubuh, yaitu :

analisis pada bagian leher, pundak, dan kaki yang dikelompokkan menjadi satu

pada kelompok A, dan analisis pada lengan atas, lengan bawah, dan pergelangan

tangan yang dikelompokkan pada kelompok B.

1. Kelompok A

a) Skoring Pada Badan

Anggota tubuh pertama yang dievaluasi pada kelompok A adalah

badan. Hal ini akan dapat menentukan apakah pekerja melakukan

pekerjaan dengan posisi badan tegak atau tidak, kemudian menentukan

besar kecilnya sudut fleksi atau ekstensi dari badan yang diamati, dan

memberikan skor berdasarkan posisi badan, seperti pada gambar 2.1 :

Page 53: GAMBARAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29642/1/Daily... · KELUHAN MSDs PADA PEKERJA MEKANIK UNIT PRODUKSI TCW DI PT ... menggunakan

30

Gambar 2.1 Postur Badan REBA

Skor 1 : Posisi badan tegak lurus

Skor 2 : Posisi badan fleksi/ekstensi antara 00 dan 20

0

Skor 3 : Posisi badan fleksi 200-60

0 dan ekstensi >20

0

Skor 4 : Posisi badan membungkuk fleksi >600

Skor pada badan ini akan meningkat, jika terdapat posisi badan

membungkuk atau memutir secara lateral. Dengan demikian skor badan

ini harus dimodifikasi sesuai dengan posisi yang terjadi.

Skor +1 : Posisi badan membungkuk dan atau memuntir secara lateral

b) Skoring Pada Leher

Setelah selesai menilai bagian badan, maka langkah kedua adalah

menilai posisi leher. Metode REBA mempertimbangkan kemungkinan dua

posisi leher, seperti pada gambar 2.2 :

Gambar 2.2 Postur Leher REBA

Skor 1 : Posisi leher fleksi 00 - 20

0

Skor 2 : Posisi leher fleksi/ekstensi >200

Page 54: GAMBARAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29642/1/Daily... · KELUHAN MSDs PADA PEKERJA MEKANIK UNIT PRODUKSI TCW DI PT ... menggunakan

31

Skor hasil perhitunagn tersebut kemungkinan dapat ditambah jika

posisi leher pekerja membungkuk atau memuntir secara lateral.

Skor +1 : Posisi leher membungkuk dan atau memuntir secara lateral

c) Skoring Pada Kaki

Untuk melengkapi alokasi skor pada kelompok A, maka selanjutnya

adalah mengevaluasi posisi kaki. Penilaian pada kaki dapat dilihat pada

gambar 2.3 :

Gambar 2.3 Postur Kaki REBA

Skor 1 : Posisi kedua kaki bertopang dengan baik di lantai dalam

keadaan berdiri maupun berjalan

Skor 2 : Salah satu kaki tidak tertopang di lantai dengan baik atau

terangkat

Skor pada kaki akan meningkat jika salah satu atau kedua lutut fleksi

atau ditekuk. Kenaikan tersebut apabila ditekuk 300-60

0 maka +1, jika lutut

menekuk >600 maka +2.

2. Kelompok B

Setelah selesai melakukan penilaian terhadap anggota tubuh pada

kelompok A, maka selanjutnya harus menilai anggota tubuh bagian lainnya

(lengan, lengan bawah, pergelangan tangan) pada kedua sisi kiri dan kanan

dan menilainya secara individu.

Page 55: GAMBARAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29642/1/Daily... · KELUHAN MSDs PADA PEKERJA MEKANIK UNIT PRODUKSI TCW DI PT ... menggunakan

32

a) Skoring Pada Lengan

Untuk menentukan skor yang dilakukan pada lengan atas, maka

harus diukur sudut antara lengan dan badan. Skor yang diperoleh akan

sangat tergantung pada besar kecilnya sudut yang terbentuk antara lengan

dan badan selama pekerja melakukan pekerjaannya. Penilaian lengan dapat

dilihat pada gambar 2.4 :

Gambar 2.4 Postur Lengan REBA

Skor 1 : Posisi lengan fleksi/ekstensi antara 0-200

Skor 2 : Posisi lengan fleksi 210-45

0 atau ekstensi >20

0

Skor 3 : Posisi lengan fleksi antara 460-90

0

Skor 4 : Posisi lengan fleksi >900

Skor untuk lengan harus dimodifikasi, yaitu ditambah atau dikurangi

jika bahu pekerja terangkat, jika lengan diputar, diangkat menjauh dari

badan, atau kurangi 1 jika lengan ditopang selama kerja. masing-masing

kondisi tersebut akan menyebabkan suatu peningkatan atau penurunan skor

postur pada lengan.

Skor +1 : jika bahu diangkat atau lengan diputar atau dirotasi

Skor +1 : jika lengan diangkat menjauh dari badan

Skor -1 : jika berat lengan ditopan untuk menahan gravitasi

Page 56: GAMBARAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29642/1/Daily... · KELUHAN MSDs PADA PEKERJA MEKANIK UNIT PRODUKSI TCW DI PT ... menggunakan

33

b) Skoring Pada Lengan Bawah

Berikutnya yang harus dianalisis adalah posisi lengan bawah. Skor

postur untuk lengan bawah juga tergantung pada kisaran sudut yang

dibentuk oleh lengan bawah selama melakukan pekerjaan. Setelah dilakukan

penilaian terhadap sudut pada lengan bawah, maka skor postur pada lengan

bawah langsung dapat dihitung. Skor postur lengan bawah dapat dilihat

pada gambar 2.5 :

Gambar 2.5 Postur Lengan Bawah REBA

Skor 1 : Posisi lengan bawah fleksi antara 600 - 100

0

Skor 2 : Posisi lengan bawah fleksi <600 atau >100

0

c) Skoring Pada Pergelangan Tangan

Terakhir dari pengukuran pada kelompok B adalah menilai posisi

pergelangan tangan. Setelah mempelajari sudut menekuk pada pergelangan

tangan, maka akan dilanjutkan dengan penentuan berdasarkan besar

kecilnya sudut yang dibentuk oleh pergelangan tangan pada gambar 2.6 :

Gambar 2.6 Postur Pergelangan Tangan REBA

Page 57: GAMBARAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29642/1/Daily... · KELUHAN MSDs PADA PEKERJA MEKANIK UNIT PRODUKSI TCW DI PT ... menggunakan

34

Skor 1 : Posisi pergelangan tangan fleksi atau ekstensi antara 00-15

0

Skor 2 : Posisi pergelangan tangan fleksi atau ekstensi >150

Skor pergelangan tangan ini akan ditambah 1 (+1), jika perelangan

tangan pada saat bekerja mengalami torsi atau deviasi baik ulnar aupun

radial (menekuk keatas maupun ke bawah).

3. Skor A

Pada tahap pertama cocokkan hasil pengukuran skor A yaitu, postur

punggung, postur leher, postur kaki, dan beban. Keempat pengukuran

tersebut dicocokkan dengan tabel penilaian skor A (Tabel 2.1), pada tahap ini

akan menghasilkan satu nilai yang akan dicocokkan kembali pada tahap

setelahnya. Besar kecilnya skor untuk pembebanan dan force akan sangat

tergantung dari berat ringannya beban ynag dikerjakan oleh pekerja.

Penilaian skor A dapat dilihat pada :

Tabel 2.1 Tabel Penilaian Skor A

Punggung Leher

1 2 3

Kaki 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 1 2 3 4 1 2 3 4 3 3 5 6

2 2 3 4 5 3 4 5 6 4 5 6 7

3 2 4 5 6 4 5 6 7 5 6 7 8

4 3 5 6 7 5 6 7 8 6 7 8 9

5 4 6 7 8 6 7 8 9 7 8 9 9

Beban

0 1 2 +1

<5 Kg 5 – 10 Kg >10 Kg Penambahan beban

secara tiba – tiba

Sumber : Hignett dan Mc.Atamney, 2009

Page 58: GAMBARAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29642/1/Daily... · KELUHAN MSDs PADA PEKERJA MEKANIK UNIT PRODUKSI TCW DI PT ... menggunakan

35

4. Skor B

Pada tahap kedua cocokkan hasil pengukuran skor B yaitu, lengan

atas, lengan bawah, pergelangan tangan dan pegangan. Jenis pegangan akan

dapat meningkatkan skor pada grup B. Keempat pengukuran tersebut

dicocokkan dengan tabel penilaian skor B (Tabel 4.2). pada tahap ini akan

menghasilkan satu nilai yang akan dicocokkan kembali pada tahap

setelahnya. Berikut dibawah ini merupakan tabel penilaian skor B :

Tabel 2.2 Tabel penilaian skor B

Lengan bawah

Lengan atas 1 2

Pergelangan 1 2 3 1 2 3

1 1 2 3 1 2 3

2 1 2 3 2 3 4

3 3 4 5 4 5 5

4 4 5 5 5 6 7

5 6 7 8 7 8 8

6 7 8 8 8 9 9

Pegangan

0 – Good 1 – Fair 2 – Poor 3 -

Unacceptable

pegangan pas dan

tepat ditengah,

genggaman kuat

pegangan

tangan bisa

diterima tapi

tidak ideal

pegangan tangan

tidak bias

diterima walau

memungkinkan

dipaksakan

pegangan yang

tidak aman

Sumber : Hignett dan Mc.Atamney, 2009

5. Skor C

Pada tahap ketiga cocokkan hasil penilaian skor A dan hasil penilaian

skor B dengan tabel penilaian skor C (Tabel 4.3), lalu lakukan penilaian

terhadap Activity score, setelah itu lakukan penjumlahan antara hasil

Page 59: GAMBARAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29642/1/Daily... · KELUHAN MSDs PADA PEKERJA MEKANIK UNIT PRODUKSI TCW DI PT ... menggunakan

36

penilaian skor C dengan nilai pada Activity score. Pada tahap ini akan

menghasilkan satu nilai yang akan dicocokkan kembali pada tahap

setelahnya. Berikut dibawah ini merupakan tabel penilaian skor C :

Tabel 2.3 Tabel Penilaian Skor C

Skor A

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Skor B

1 1 1 2 3 4 6 7 8 9 10 11 12

2 1 2 3 4 4 6 7 8 9 10 11 12

3 1 2 3 4 4 6 7 8 9 10 11 12

4 2 3 3 4 5 7 8 9 10 11 11 12

5 3 4 4 5 6 8 9 10 10 11 12 12

6 3 4 5 6 7 8 9 10 10 11 12 12

7 4 5 6 7 8 9 9 10 11 11 12 12

8 5 6 7 8 8 9 10 10 11 12 12 12

9 6 6 7 8 9 10 10 10 11 12 12 12

10 7 7 8 9 9 10 11 11 12 12 12 12

11 7 7 8 9 9 10 11 11 12 12 12 12

12 7 8 8 9 9 10 11 11 12 12 12 12

Activity score

+1 = jika 1 atau lebih

bagian tubuh statis,

ditahan lebih dari 1

menit

+1 = jika ada pengulangan

gerakan dalam rentang waktu

singkat, diulang lebih dari 4 kali

per menit (tidak termasuk

berjalan)

+1 = jika gerakan

menyebabkan perubahan

atau pergeseran postur

yang cepat dari posisi

awal

Sumber : Hignett dan Mc.Atamney, 2009

6. Tabel level risiko dan tindakan

Pada tahap keempat ini cocokkan nilai hasil dari keseluruhan

tahap yang telah dilewati dengan tabel level risiko dan tindakan. Level

risiko dan tindakan korektif yang diperlukan dapat dilihat pada tabel 4.4:

Page 60: GAMBARAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29642/1/Daily... · KELUHAN MSDs PADA PEKERJA MEKANIK UNIT PRODUKSI TCW DI PT ... menggunakan

37

Tabel 2.4 Tabel Level Risiko dan Tindakan Perbaikan REBA

Level action Skor REBA Level Risiko Tindakan Perbaikan

0 1 Bisa diabaikan Tidak perlu

1 2-3 Rendah Mungkin perlu

2 4-7 Sedang Perlu

3 8-10 Tinggi Perlu segera

4 11-15 Sangat Tinggi Perlu saat ini juga

Sumber : Hignett dan Mc.Atamney, 2009

f. Ovako Working Analysis System (OWAS)

Metode OWAS merupakan suatu metode yang digunakan untuk

menilai postur tubuh pada saat bekerja, seperti halnya metode RULA dan

REBA. Metode ini awalnya ditujukan untuk mempelajari suatu pekerjaan di

industry baja di Finlandia, dimana akhirnya para ergonomists dapat menarik

suatu kesimpulan yang valid dan memperkenalkan metode ini secara luas dan

menamainya dengan metode “OWAS”. Metode OWAS ini merupakan sebuah

metode yang sederhana dan dapat digunakan untuk menganalisis suatu

pembebanan pada postur tubuh (Karhu dkk., 1985). Penerapan dari metode ini

dapat memberikan suatu hasil yang baik, yang dapat meningkatkan kenyamanan

kerja, sebagai peningkatan kualitas produksi, setelah dilakukannya perbaikan

sikap kerja. Prosedur Aplikasi Metode OWAS, antara lain :

1. Pembagian pengamatan menjadi beberapa fase atau tahapan.

2. Menentukan total waktu pengamatan.

3. Menentukan panjang interval waktu.

4. Pengamatan pekerja atau fase, posisi yang berbeda yang dilakukan pekerja.

5. Pemberian kode pada posisi dan pembebanan.

Page 61: GAMBARAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29642/1/Daily... · KELUHAN MSDs PADA PEKERJA MEKANIK UNIT PRODUKSI TCW DI PT ... menggunakan

38

6. Menghitung untuk setiap kode posisi.

7. Menghitung persentase repetitive atau frekuensi relative dari masing-masing

posisi punggung.

8. Penentuan hasil identifikasi pekerjaan pada posisi kritis.

9. Penentuan tindakan perbaikan.

10. Melakukan review.

Aplikasi metode OWAS didasarkan pada hasil pengamatan dari

berbagai posisi yang diambil pada pekerja selama melakukan pekerjaannya, dan

digunakan untuk mengidentifikasi sampai dengan 252 posisi ang berbeda,

sebagai hasil dari kemungkinan kombinasi postur tubuh bagian belakang (4

posisi), lengan (3 posisi), kaki (7 posisi), dan pembebanan (3 interval). Berikut

penjelasannya:

A. Bagian Belakang (4 posisi)

Gambar 2.7 Postur Punggung OWAS

Pergerakan :

a. Lurus / tegak (<20º) : posisi 1

b. Bungkuk ke depan (>20º) : posisi 2

c. Miring ke samping (>20º) : posisi 3

d. Bungkuk ke depan & miring ke samping (>20º) : posisi 4

Page 62: GAMBARAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29642/1/Daily... · KELUHAN MSDs PADA PEKERJA MEKANIK UNIT PRODUKSI TCW DI PT ... menggunakan

39

B. Bagian Lengan (3 posisi)

Gambar 2.8 Postur Lengan OWAS

Pergerakan :

a. Kedua tangan dibawah bahu : posisi 1

b. Satu tangan pada atau diatas bahu : posisi 2

c. Kedua tangan pada atau diatas bahu : posisi 3

C. Bagian Kaki (7 posisi)

Gambar 2.9 Postur Kaki OWAS

Pergerakan :

a. Posisi 1 : Duduk

b. Posisi 2 : Berdiri dengan kedua kaki lurus dengan sudut lutut >150o

c. Posisi 3 : Berdiri dengan bertumpu pada satu kaki lurus dan sudut kaki

lainnya >150o

d. Posisi 4 : Berdiri atau jongkok dengan kedua lutut ≤150o

e. Posisi 5 : Berdiri atau jongkok satu lutut ≤150o

f. Posisi 6 : Berlutut pada satu atau dua lutut berada dilantai

g. Posisi 7 : Berjalan atau bergerak

Page 63: GAMBARAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29642/1/Daily... · KELUHAN MSDs PADA PEKERJA MEKANIK UNIT PRODUKSI TCW DI PT ... menggunakan

40

D. Beban (3 Interval)

Gambar 2.10 Berat Beban OWAS

Ukuran Beban :

a. <10 kg (0 kg - 9,99 kg) : skor 1

b. <20 kg (10 kg – 19,99 kg) : skor 2

c. >20 kg (20kg - ~kg ) : skor 3

Hasil dari analisa sikap kerja OWAS terdiri dari 4 level skala sikap

kerja yang berbahaya bagi para pekerja, yakni sebagai berikut :

Tabel 2.5

Kategori Risiko Dan Tindakan Perbaikan OWAS

Kategori Risiko Efek Pada Sistem Muskuloskeletal Tindakan Perbaikan

Skor 1

(Normal

Posture)

Posisi normal tanpa efek yang dapat

mengganggu sistem musculoskeletal

(risiko rendah)

Tidak diperlukan

perbaikan

Skor 2

(Slightly

Harmful)

Posisi yang berpotensi menyebabkan

kerusakan pada sistem

musculoskeletal (risiko sedang)

Tindakan perbaikan

mungkin diperlukan

Skor 3

(Distincly

Harmful)

Posisi dengan efek berbahaya pada

sistem musculoskeletal (risiko tinggi)

Tindakan korektif

diperlukan segera

Skor 4

(Extremely

Harmful)

Posisi dengan efek sangat berbahaya

pada sistem musculoskeletal (risiko

sangat tinggi)

Tindakan korektif

diperlukan sesegera

mungkin

Sumber : Tarwaka, 2013

<10kg 10-20 kg >20kg

1 2 3

Page 64: GAMBARAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29642/1/Daily... · KELUHAN MSDs PADA PEKERJA MEKANIK UNIT PRODUKSI TCW DI PT ... menggunakan

41

5. Kelebihan dan Kekurangan Metode

Berikut merupakan kelebihan dan kekurangan pada masing-masing

metode penilaian tingkat risiko ergonomi :

Tabel 2.6

Kelebihan dan Kekurangan Metode Penilaian Risiko Ergonomi

No Metode Kelebihan Kekurangan

1. EASY

(Human

Tech,

1989)

- Dapat memberikan

perkiraan risiko prioritas

masalah ergonomi

- Dapat digabungkan

dengan tiga jenis survey,

yaitu BRIEF, tinjauan

rekam medis dan tinjauan

keluhan pekerja (Selvianti,

2009)

- Tidak melihat

besarnya berapa

derajat besarnya ritasi

yang dibentuk dari

postur janggal

- Tidak dapat

membedakan

tinggi/rendahnya

tingkat risiko jenis

pekerjaan

- Pemberian skor tidak

terperinci

2. RULA

(Dr. Lynn

Mc.

Attamney

& Dr.

Nigel

Corlett,

1993)

- Spesifik untuk postur

tubuh bagian atas

- Menyediakan skor tunggal

untuk masing-masing

tugas sebagai satu bidikan

(Kurniawati, 2009)

- RULA banyak

digunakan untuk

proses perancangan

dan pengembangan

- Tidak menilai postur

secara menyeluruh

- Perlu ada pelatihan

pendahuluan

- Perlu dipadukan

dengan metode lain,

misal REBA

Page 65: GAMBARAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29642/1/Daily... · KELUHAN MSDs PADA PEKERJA MEKANIK UNIT PRODUKSI TCW DI PT ... menggunakan

42

Tabel 2.6 (Lanjutan)

Kelebihan dan Kekurangan Metode Penilaian Risiko Ergonomi

No Metode Kelebihan Kekurangan

3. BRIEF

(Human

Tech,

1989)

- Dapat mengkaji hampir

semua bagian tubuh

- Dapat menentukan risiko

terhadap terjadinya CTD

- Tidak membutuhkan

seorang ahli ergonomi

untuk melakukan

penilaian ini

- Tidak dapat

mengetahui total skor

secara menyeluruh

dari suatu pekerjaan

- Membutuhkan waktu

pengamatan yang lebih

lama

- Tidak dapat digunakan

untuk manual

handling

4. QEC (Li

dan

Buckle,

1999)

- Mencakup beberapa faktor

terkait MSDs

- Mempertimbangkan

kombinasi dan interaksi

berbagai macam faktor

risiko di tempat kerja

- Mudah dipelajari dan

cepat digunakan

- Metode hanya

berfokus pada faktor

fisik ditempat kerja

- Hipotesis skor pajanan

yang disarankan pada

action level

membutuhkan validasi

- Pelatihan dan praktek

tambahan diperlukan

bagi yang belum

pengalaman

5. REBA

(Hignett

& Mc.

Atammey,

1993)

- Menilai risko hampir

semua bagian tubuh

- Hasil skor REBA dapat

menunjukkan tingkat

risiko dan pentingnya

tindakan yang perlu

dilakukan

- Kerangka waktu untuk

intervensi tidak

diberikatuhakn dengan

jelas

- Belum menilai faktor

risiko ergonomic dari

lingkungan

- Hanya menganalisis

faktor risiko postur, dan

tidak ada analisis

terhadap faktor risiko

ergonomic secara

lengkap

Page 66: GAMBARAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29642/1/Daily... · KELUHAN MSDs PADA PEKERJA MEKANIK UNIT PRODUKSI TCW DI PT ... menggunakan

43

Tabel 2.6 (Lanjutan)

Kelebihan dan Kekurangan Metode Penilaian Risiko Ergonomi

No Metode Kelebihan Kekurangan

6. OWAS

(O. Karhu

1977)

- Menilai risiko pada bagian

punggung, lengan, dan kaki

- Menilai faktor risiko

ergonomic lain seperti

postur janggal, force, dan

frekuensi relatif

- Mudah dipelajari dan

digunakan dengan tingkat

reliabilitas yang relatif tinggi

- Hasilnya dapat

dibandingkan dengan

metode yang berbeda untuk

menetapkan prioritas yang

diintervensi

- Tidak menilai postur

pada bagian siku,

pinggang

- Kategori postur untuk

trunk, bahu kurang

spesifik

- Belum menilai faktor

risiko ergonomic dari

lingkungan

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode OWAS dan REBA

sebagai metode untuk perhitungan tingkat risiko ergonomi. Peneliti memilih

metode OWAS dan REBA berdasarkan hasil observasi ditemukan postur kerja

yang beragam, selain itu terdapat banyak postur janggal pada pekerja, serta

penggunaan beban pada objek kerja, hal lain yang mendukung pemilihan metode

OWAS dan REBA yakni keluhan yang paling banyak dirasakan oleh pekerja

adalah pada punggung sebesar 100%, lengan 78,5%, leher 50% dan kaki

42,85%. Metode OWAS memiliki kelebihan lain yakni dapat memperhitungan

frekuensi relative dari masing-masing posisi punggung, lengan, kaki, serta

pembebanan sedangkan metode REBA dapat memperhitungkat risiko leher

selama pekerja bekerja.

Page 67: GAMBARAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29642/1/Daily... · KELUHAN MSDs PADA PEKERJA MEKANIK UNIT PRODUKSI TCW DI PT ... menggunakan

44

C. Kerangka Teori

Berdasarkan teori yang dinyatakan oleh Peter Vi (2000) mengenai faktor-

risiko yang menyebabkan terjadinya keluhan Muskuloskeletas Disorders (MSDs),

berikut bagannya :

Gambar 2.11

Kerangka Teori

Keterangan :

: Faktor Risiko Yang Akan Diteliti

Faktor PenyebabTerjadinya Keluhan MSDs :

Peter Vi, 2000

1. Peregangan Otot Yang

Berlebihan

2. Aktivitas Berulang

3. Sikap Kerja Tidak

Alamiah

Faktor Sekunder :

1. Tekanan

2. Getaran

3. Mikroklimat

Faktor Individu :

1. Umur

2. Jenis Kelamin

3. Kebiasaan Merokok

4. Masa Kerja

5. Kesegaran Jasmani

6. Kekuatan Fisik

Keluhan MSDs

Page 68: GAMBARAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29642/1/Daily... · KELUHAN MSDs PADA PEKERJA MEKANIK UNIT PRODUKSI TCW DI PT ... menggunakan

45

BAB III

KERANGKA KONSEP & DEFINISI OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep

Penelitian ini bertujuan untuk melakukan penilaian tingkat risiko

ergonomi terhadap keluhan MSDs, terutama pada faktor pekerjaan seperti postur

janggal, penggunaan otot, dan frekuensi relatif yang merupakan faktor utama

terhadap risiko ergonomi. Penilaian risiko ergonomi yang dilakukan

menggunakan metode OWAS dan REBA. Berdasarkan metode ini, hal-hal yang

akan diteliti yaitu postur leher, postur punggung, postur kaki, postur lengan,

beban objek, dan frekuensi relatif yang berkontribusi menimbulkan risiko MSDs.

Penilaian tingkat risiko dilakukan dengan langkah-langkah seperti identifikasi

proses pekerjaan, melakukan penilaian terhadap tingkat risiko dengan metode

OWAS dan REBA sehingga didapatkan tingkat kategori risiko posisi dan tingkat

kategori risiko menurut frekuensi relatif yang dapat menunjukkan tindakan

pengendalian yang dibutuhkan. Berikut kerangka konsep dalam penelitian ini:

Page 69: GAMBARAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29642/1/Daily... · KELUHAN MSDs PADA PEKERJA MEKANIK UNIT PRODUKSI TCW DI PT ... menggunakan

46

Gambar 3.1

Kerangka Konsep

Keterangan : = tidak dilakukan uji hipotesis pada variabel tersebut

Tingkat Risiko Ergonomi :

- Skor Postur Leher

- Skor Postur Punggung

- Skor Postur Lengan

- Skor Postur Kaki

- Skor Beban

- Frekuensi Repetitif

Keluhan Muskuloskeletal

Disorders

Page 70: GAMBARAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29642/1/Daily... · KELUHAN MSDs PADA PEKERJA MEKANIK UNIT PRODUKSI TCW DI PT ... menggunakan

47

B. Definisi Operasional

Tabel 3.1

Definisi Operasional

No. Istilah Definisi Alat Ukur dan

Cara Ukur

Skala Ukur Hasil Ukur

1. Penilaian

Tingkat

Keluhan

MSDs

- Nilai kalkulasi dari tingkat keluhan yang

dirasakan pekerja pada bagian leher

atas,tengkuk, bahu kiri, bahu kanan, lengan atas

kiri, punggung, lengan atas kanan, pinggang,

pinggul, bokong, siku kiri, siku kanan, lengan

bawah kiri, lengan bawah kanan, pergelangan

tangan kiri, pergelangan tangan kanan, tangan

kiri, tangan kanan, paha kiri, paha kanan, lutut

kiri, lutut kanan, betis kiri, betis kanan,

pergelangan kaki kiri, pergelangan kaki kanan,

kaki kiri, kaki kanan.

- Kuesioner

Nordic Body

Map (NBM)

- Wawncara

Ordinal Tingkat Keluhan MSDs :

- Rendah = belum diperlukan adanya

tindakan perbaikan dengan skor 28-49

- Sedang = mungkin diperlukan tindakan

dikemudian hari dengan skor 50-70

- Tinggi = diperlukan tindakan segera

dengan skor 71-91

- Sangat Tinggi = diperlukan tindakan

menyeluruh sesegera mungkin dengan

skor 92-112

(Tarwaka, 2013)

2. Tingkat

Kategori

Risiko REBA

- Nilai kalkulasi dari grup A (badan, leher, kaki +

beban) ditambah dengan grup B (lengan atas,

lengan bawah, pergelangan tangan + coupling).

- Tabel A, Tabel

B, dan Tabel C

- Wawancara

Ordinal Tingkat risiko MSDs yang diterima

pekerja :

- Bisa diabaikan = bisa diabaikan dan

tindakan perbaikan tidak perlu dengan

total nilai 1

- Rendah = risiko rendah dan tindakan

perbaikan mungkin perlu dilakukan

dengan total nilai 2-3

- Sedang = risiko sedang dan tindakan

perbaikan perlu dilakukan dengan total

nilai 4-7

Page 71: GAMBARAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29642/1/Daily... · KELUHAN MSDs PADA PEKERJA MEKANIK UNIT PRODUKSI TCW DI PT ... menggunakan

48

Tabel 3.1

No. Istilah Definisi Alat Ukur dan

Cara Ukur

Skala Ukur Hasil Ukur

2. Tingkat

Kategori

Risiko REBA

- Nilai kalkulasi dari grup A (badan, leher,

kaki + beban) ditambah dengan grup B

(lengan atas, lengan bawah, pergelangan

tangan + coupling).

- Tabel A, Tabel

B, dan Tabel C

- Observasi

Ordinal Tingkat risiko MSDs yang diterima pekerja :

- Tinggi = risiko tinggi, dan tindakan

perbaikan diperlukan segera dengan total

nilai 8-10

- Sangat Tinggi = risiko sangat tinggi, dan

tindakan perlu dilakukan saat itu juga

dengan total nilai 11-15

(Hignett and McAtamney, 2009)

3. Tingkat

Kategori

Risiko OWAS

Nilai kalkulasi posisi punggung, lengan,

kaki, dan beban objek kerja berdasarkan

standar pengelompokan tingkat risiko

MSDs sebagai berikut :

- Skor 1 ( Normal Postur)

- Skor 2 (Slightly Harmful)

- Skor 3 (Distincly Harmful)

- Skor 4 (Extremely Harmful)

- Tabel OWAS

kombinasi posisi

- Observasi

Ordinal Tingkat risiko MSDs yang diterima pekerja:

- Rendah = memiliki skor 1 dengan posisi

normal tanpa efek yang dapat mengganggu

sistem musculoskeletal, tidak diperlukan

tindakan perbaikan

- Sedang = memiliki skor 2 dengan posisi

yang berpotensi menyebabkan kerusakan

pada sistem musculoskeletal, tindakan

perbaikan mungkin diperlukan

- Tinggi = memiliki skor 3 dengan posisi

yang memiliki efek berbahaya pada sistem

musculoskeletal, tindakan korektif segera

diperlukan

- Sangat tinggi = memiliki skor 4 dengan

posisi yang efek sangat berbahaya pada

sistem musculoskeletal, dan tindakan

korektif diperlukan sesegera mungkin.

Page 72: GAMBARAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29642/1/Daily... · KELUHAN MSDs PADA PEKERJA MEKANIK UNIT PRODUKSI TCW DI PT ... menggunakan

49

Tabel 3.1

No. Istilah Definisi Alat Ukur dan

Cara Ukur

Skala Ukur Hasil Ukur

4. Skor Postur

Leher

- Hasil pengukuran dan penilaian pada postur

lengan pada saat pekerja melakukan

pekerjaan disassembly wheel-brake, cleaning

wheel-brake, inspeksi bearing wheel,

overhaul wheel, assembly wheel-brake,

testing wheel-brake dengan penilaian sebagai

berikut : skor 1 = fleksi 0-200, skor 2 =

fleksi/ekstensi >200, skor +1 jika

membungkuk dan atau memuntir secara

lateral.

- Kamera digital,

gambar posisi

leher REBA,

MB Ruler,

Stopwatch

- Observasi

Ordinal Skor Postur Leher :

Skor 1 = fleksi 0-200

Skor 2 = fleksi/ekstensi >200

Skor +1 = jika leher menunduk

dan atau memuntir secara lateral

(Hignett and McAtamney, 2009)

5. Skor Postur

Punggung

- Hasil pengukuran dan penilaian pada postur

punggung pada saat pekerja melakukan

pekerjaan disassembly wheel-brake, cleaning

wheel-brake, inspeksi bearing

wheel,overhaul wheel, assembly wheel-

brake, testing wheel-brake dengan penilaian

sebagai berikut: Skor 1 = posisi punggung

lurus tegak (<20o); Skor 2 = posisi punggung

bungkuk ke depan (>20o); Skor 3 = posisi

punggung miring ke samping (>20o); Skor 4

= posisi punggung bungkuk ke depan

sekaligus miring kesamping (>20o).

- Kamera digital,

Gambar Posisi

Punggung

OWAS, MB

Ruler,

Stopwatch

- Observasi

Ordinal Skor Postur Punggung :

- Skor 1 = posisi punggung

lurus tegak (<20o)

- Skor 2 = posisi punggung

bungkuk ke dapan (>20o)

- Skor 3 = posisi punggung

miring ke samping (>20o)

- Skor 4 = posisi punggung

bungkuk ke depan sekaligus

miring kesamping (>20o)

(Karhu dkk., 1985)

Page 73: GAMBARAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29642/1/Daily... · KELUHAN MSDs PADA PEKERJA MEKANIK UNIT PRODUKSI TCW DI PT ... menggunakan

50

Tabel 3.1

No. Istilah Definisi Alat Ukur dan

Cara Ukur

Skala Ukur Hasil Ukur

6. Skor Postur

Lengan

- Hasil pengukuran dan penilaian pada postur

lengan pada saat pekerja melakukan pekerjaan

disassembly wheel-brake, cleaning wheel-brake,

inspeksi bearing wheel,overhaul wheel, assembly

wheel-brake, testing wheel-brake, dengan

penilaian sebagai berikut: Skor 1 = posisi kedua

lengan berada dibawah bahu; Skor 2 = posisi

pada salah satu lengan berada diatas bahu; Skor 3

= posisi kedua lengan berada diatas bahu

- Kamera digital,

Gambar Posisi

Lengan OWAS,

Stopwatch

- Observasi

Ordinal Skor Postur Lengan :

- Skor 1 = posisi kedua lengan

berada dibawah bahu

- Skor 2 = posisi pada salah satu

lengan berada diatas bahu

- Skor 3 = posisi kedua lengan

(Karhu dkk., 1985)

7. Skor Postur

Kaki

- Hasil pengukuran dan penilaian pada postur kaki

pada saat pekerja melakukan pekerjaan

disassembly wheel-brake, cleaning wheel-brake,

inspeksi bearing wheel, overhaul wheel,

assembly wheel-brake, testing wheel-brake,

dengan penilaian sebagai berikut: Skor 1 = posisi

duduk, skor 2 = posisi berdiri dengan kedua kaki

lurus, Skor 3 = posisi berdiri dengan bertumpu

pada satu kaki lurus dan satu kaki lainnya

berbentuk sudut >150o, Skor 4 = berdiri/jongkok

dengan kedua lutut dengan sudut ≤150o, Skor 5 =

berdiri atau jongkok satu lutut dengan sudut

≤150o, Skor 6 = berlutut satu atau dua lutut yang

berada ditanah/lantai, dan Skor 7 = berjalan atau

bergerak

- Kamera digital,

Gambar Posisi

Kaki OWAS,

MB Ruler,

Stopwatch

- Observasi

Ordinal Skor Postur Kaki :

- Skor 1 = posisi duduk

- Skor 2 = posisi berdiri dengan

kedua kaki lurus

- Skor 3 = posisi berdiri dengan

bertumpu pada satu kaki lurus dan

satu kaki lainnya berbentuk sudut

>150o

- Skor 4 = berdiri/jongkok dengan

kedua lutut dengan sudut ≤150o

- Skor 5 = berdiri atau jongkok satu

lutut dengan sudut ≤150o

- Skor 6 = berlutut satu atau dua

lutut yang berada ditanah/lantai

- Skor 7 = berjalan atau bergerak

(Karhu dkk., 1985)

Page 74: GAMBARAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29642/1/Daily... · KELUHAN MSDs PADA PEKERJA MEKANIK UNIT PRODUKSI TCW DI PT ... menggunakan

51

Tabel 3.1

No. Istilah Definisi Alat Ukur dan Cara Ukur Skala Ukur Hasil Ukur

8. Skor Berat

Beban Objek

Hasil pengukuran dan penilaian pada

berat beban objek yang dibawa atau

diangkat oleh pekerja, dengan

penilaian sebagai berikut: Skor 1 =

apabila berat beban <10 kg (0 kg -

9,9kg), Skor 2 = apabila berat beban

<20kg (10kg -19,9kg), Skor 3 =

apabila berat beban >20 kg

- Data spesifikasi dari objek

kerja

- Telaah Dokumen

Ordinal Skor berat beban objek :

- Skor 1 = apabila berat beban

<10 kg (0 kg - 9,9kg)

- Skor 2 = apabila berat beban

<20kg (10kg -19,9kg)

- Skor 3 = apabila berat beban

>20 kg

9. Tingkat

Kategori

Risiko

menurut

Frekuensi

Relatif

Nilai kalkulasi masing-masing posisi

dengan frekuensi relative dengan

penilaian kategori risiko sebagai

berikut :

- Skor 1 ( Normal Postur)

- Skor 2 (Slightly Harmful)

- Skor 3 (Distincly Harmful)

- Skor 4 (Extremely Harmful)

- Tabel OWAS frekuensi

relative

- Observasi

Ordinal Tingkat risiko MSDs

berdasarkan frekuensi relatif

yang diterima pekerja :

- Rendah = memiliki skor 1

dengan posisi normal tanpa

efek yang dapat

mengganggu sistem

musculoskeletal, tidak

diperlukan tindakan

perbaikan.

- Sedang = memiliki skor 2

dengan posisi yang

berpotensi menyebabkan

kerusakan pada sistem

musculoskeletal, tindakan

perbaikan mungkin

diperlukan.

Page 75: GAMBARAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29642/1/Daily... · KELUHAN MSDs PADA PEKERJA MEKANIK UNIT PRODUKSI TCW DI PT ... menggunakan

52

Tabel 3.1

No. Istilah Definisi Alat Ukur dan Cara Ukur Skala Ukur Hasil Ukur

9. Tingkat

Kategori

Risiko

menurut

Frekuensi

Relatif

Nilai kalkulasi masing-masing

posisi dengan frekuensi relative

dengan penilaian kategori risiko

sebagai berikut :

- Skor 1 ( Normal Postur)

- Skor 2 (Slightly Harmful)

- Skor 3 (Distincly Harmful)

- Skor 4 (Extremely Harmful)

- Tabel OWAS frekuensi

relative

- Observasi

Ordinal Tingkat risiko MSDs

berdasarkan frekuensi relatif

yang diterima pekerja :

- Tinggi = memiliki skor 3

dengan posisi efek berbahaya

pada sistem musculoskeletal,

tindakan korektif segera

diperlukan.

- Sangat Tinggi = memiliki skor

4 dengan posisi yang berefek

sangat berbahaya pada sistem

musculoskeletal, dan tindakan

korektif diperlukan sesegera

mungkin.

Page 76: GAMBARAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29642/1/Daily... · KELUHAN MSDs PADA PEKERJA MEKANIK UNIT PRODUKSI TCW DI PT ... menggunakan

53

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif. Desain

penelitian ini adalah cross sectional yang dilakukan dengan cara observasi

terhadap seluruh proses kerja yang berada di unit TCW dan mewawancara

keluhan MSDs yang diderita untuk menilai tingkat risiko Muskuloskeletal

Disorders (MSDs) dengan menggunakan alat penilaian observasi postur Ovako

Working Analysis System (OWAS), Rapid Entire Based Assessment (REBA) dan

Kuesioner Nordic Body Map (NBM).

B. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada rentang waktu bulan Februari 2015 sampai

dengan Desember 2015 dengan lokasi penelitian bertempat di Unit TCW PT.

GMF AeroAsia – Bandara Internasional Soekarno-Hatta.

C. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pekerja mekanik yang bekerja

di unit TCW yakni sebanyak 49 pekerja. Sampel dalam penelitian ini adalah total

sampel seluruh pekerja mekanik yang bekerja langsung dalam setiap

Page 77: GAMBARAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29642/1/Daily... · KELUHAN MSDs PADA PEKERJA MEKANIK UNIT PRODUKSI TCW DI PT ... menggunakan

54

proses maintenance wheel and brake yang meliputi proses disassembly

wheel-brake, cleaning wheel-brake, inspeksi bearing wheel, overhaul wheel,

assembly wheel-brake, testing wheel-brake yang berada di unit TCW pada tahun

2015 sehingga sampel dalam penelitian ini sebanyak 30 pekerja mekanik yang

berada di unit TCW PT GMF AeroAsia Tahun 2015.

D. Pengumpulan dan Pengolahan Data

Pengumpulan data dan pengolahan data dalam penelitian ini dimulai dengan

penentuan satu siklus dari masing-masing sub proses, pengumpulan data

primer,dan pengumpulan data sekunder. Berikut adalah penjelasan mengenai

pengumpulan dan pengolahan data :

1. Penentuan Satu Siklus

Berikut merupakan total waktu pengamatan yang ditentukan selama satu

siklus dari masing-masing sub proses yang berada di unit TCW PT GMF

AeroAsia :

a) Disassembly Wheel

Proses Disassembly Wheel merupakan suatu proses pembongkaran atau

pemisahan komponen wheel atau roda pesawat yakni hub atau velg

pesawat dengan tire atau ban pesawat. Ketika wheel sampai di incoming

area, pekerja mekanik yang berada di area disassembly wheel segera

memisahkan wheel tersebut setelah dilakukan inspeksi secara visual oleh

inspektor (non-mekanik). Berikut rangkaian proses yang berada di area

disassembly wheel :

Page 78: GAMBARAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29642/1/Daily... · KELUHAN MSDs PADA PEKERJA MEKANIK UNIT PRODUKSI TCW DI PT ... menggunakan

55

(1) Membawa roda ke press-ing

Proses ini dimulai ketika pekerja mengambil roda pesawat yang akan

di press dari incoming area. Roda tersebut harus sudah melalui tahap

inspeksi terlebih dahulu yang dilakukan oleh inspektor. Setelah itu,

pekerja mendorong roda tersebut ke pressing area secara manual.

Total waktu yang dibutuhkan pekerja dalam satu kali membawa roda

dari incoming area ke pressing area adalah 20 detik.

(2) Press-ing Tire

Proses ini dimulai ketika pekerja mengambil roda pesawat yang

hendak di pressing, lalu membawanya membuang tekanan nitrogen

nya dengan cara di kempeskan secara manual, ketika tekanan dirasa

sudah berkurang, pekerja memasukkan roda pesawat ke mesin press,

agar memudahkan melepaskan velg dari roda tersebut. Setelah habis,

lalu membawa roda tersebut ke area pemisahan ban dengan velg

pesawat untuk dilakukan tahap selanjutnya. Total waktu yang

dibutuhkan pekerja dalam satu kali pressing tire untuk main wheel dari

incoming area ke pressing area adalah 96 detik, dan total waktu yang

dibutuhkan pekerja dalam satu kali pressing tire untuk nose wheel

adalah 55 detik.

(3) Membawa ban ke area pembongkaran

Proses ini dimulai ketika pekerja membawa ban yang telah di press di

pressing area menuju ke disassembly area. Total waktu yang

Page 79: GAMBARAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29642/1/Daily... · KELUHAN MSDs PADA PEKERJA MEKANIK UNIT PRODUKSI TCW DI PT ... menggunakan

56

dibutuhkan pekerja dalam satu kali membawa ban dari pressing area

ke area pembongkaran adalah 10 detik.

(4) Membuka semua baut pada velg pesawat

Proses ini dimulai ketika pekerja yang berada di area tersebut

menerima roda yang telah dikempeskan pada tahap sebelumnya.

Pembukaan baut pada velg pesawat ini dilakukan dengan dua pekerja.

Satu pekerja bertugas untuk membuka baut dengan mesin gun hingga

terbuka semua bautnya dan berhasil terlepas semua, sedangkan satu

pekerja lainnya mengumpulkan baut serta komponen kecil lainnya

didalam suatu wadah untuk nantinya di cleaning dengan mesin. Total

waktu yang dibutuhkan pekerja dalam satu kali membuka seluruh baut

pada velg pesawat adalah 40 detik.

(5) Pemisahan ban dengan velg pesawat

Proses ini dimulai ketika pekerja yang berada di area tersebut

menerima roda yang telah dibuka seluruh bautnya yang berada pada

velg. Pemisahan ini dilakukan dengan beberapa tahap, antara lain :

(a) Memukul ban dengan besi

Proses ini dimulai ketika pekerja telah menetima ban yang telah

dibuka bautnya, lalu memukul ban tersebut dengan menggunakan

besi panjang. Total waktu yang dibutuhkan pekerja dalam satu kali

memukul ban dengan besi adalah 10 detik.

Page 80: GAMBARAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29642/1/Daily... · KELUHAN MSDs PADA PEKERJA MEKANIK UNIT PRODUKSI TCW DI PT ... menggunakan

57

(b) Mencungkil velg dengan besi

Setelah memukul ban dengan besi, tahap selanjutnya yaitu

mencungkil ban dengan besi. Proses ini dimulai ketika pekerja

sudah merasa cukup untuk memukul ban dengan besi tersebut, lalu

mencungkil velg yang berada didalamnya. Total waktu yang

dibutuhkan pekerja dalam satu kali mencungkil velg dengan besi

adalah 12 detik.

(c) Mengeluarkan velg dari ban

Setelah mencungkil seluruh permukaan velg, tahap selanjutnya

yaitu mengeluarkan velg tersebut dari ban. Total waktu yang

dibutuhkan pekerja dalam satu kali mengeluarkan velg dari ban

adalah 6 detik.

(d) Mengangkut velg menuju roller conveyer dengan crane

Setelah velg dan ban sudah terpisah, tahap selanjutnya yaitu

mengangkat velg menuju roller conveyer dengan crane. Tahap ini

dimulai ketika pekerja mengarahkan pengait crane pada velg yang

akan diangkat, lalu menurunkan pengait tersebut, dan mengangkut

nya menuju roller conveyer. Total waktu yang dibuthkan pekerja

dalam satu kali mengangkut velg menuju roller conveyer dengan

crane adalah 55 detik.

(6) Membawa velg ke cleaning area

Proses ini dilakukan setelah velg sudah di angkut ke atas conveyer

dengan menggunakan crane. Pekerja yang berada diarea ini

Page 81: GAMBARAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29642/1/Daily... · KELUHAN MSDs PADA PEKERJA MEKANIK UNIT PRODUKSI TCW DI PT ... menggunakan

58

mendorong velg tersebut secara manual hingga sampai pada area

cleaning. Total waktu yang dibutuhkan pekerja dalam satu kali

membawa velg ke cleaning area dengan manual adalah 80 detik.

b) Cleaning Wheel

Cleaning Wheel merupakan proses pencucian velg pesawat dan komponen

kecil lainnya. Untuk komponen kecil seperti baut, mur, dan lainnya dicuci

dengan menggunakan mesin yang bekerja secara otomatis, sedangkan

pada velg pesawat dilakukan pencucian dengan manual. Berikut rangkaian

proses pada pencucian velg pesawat yang dilakukan secara manual:

(1) Mencuci & Menyikat velg

Setelah menerima velg dari disassembly area, proses selanjutnya yaitu

cleaning. Langkah awal dari proses cleaning yaitu membasahi seluruh

permukaan velg dengan menggunakan air, lalu memberikan cairan

sabun khusus yang digunakan untuk mencuci velg. Setelah diberikan

sabun yakni disikat dengan cara manual pada seluruh permukaan velg

hingga bersih dan tidak ada kotoran bekas oli yang menempel pada

velg tersebut, lalu bilas hingga bersih. Total waktu yang dibutuhkan

pekerja dalam satu kali mencuci dan menyikat velg dalah 240 detik.

(2) Stripping

Stripping atau perontokkan adalah tahap yang dilakukan setelah velg

tersebut di cuci. Tahap stripping terdiri beberapa tahap berikut:

Page 82: GAMBARAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29642/1/Daily... · KELUHAN MSDs PADA PEKERJA MEKANIK UNIT PRODUKSI TCW DI PT ... menggunakan

59

1) Pemberian soda api

Setelah dicuci dengan bersih, tahap selanjutnya yaitu stripping atau

perontokan. Velg-velg tersebut dironrokkan dengan cara di berikan soda

api pada seluruh permukaannya. Penggunaan soda api berfungsi untuk

merontokan cat pada velg. Setelah seluruh permukaan velg tersebut

sudah limuri dengan soda api, lalu diamkan beberapa saat. Total waktu

yang dibutuhkan pekerja dalam satu kali pemberian soda api pada satu

velg adalah 360 detik, lalu diamkan velg tersebut selama beberapa saat

hingga cat atau primer pada velg merontok.

2) Memindahkan velg dengan crane

Setelah cat pada velg tersebut merontok, tahap selanjutnya yaitu

memindahkan velg ke area cleaning dengan menggunakan crane. Total

waktu yang dibutuhkan pekerja dalam satu kali memindahkan velg dari

stripping area ke cleaning area adalah 75 detik.

3) Merontokkan sisa cat yang menempel

Setelah velg sudah dipindahkan ke cleaning area, tahap selanjutnya

yaitu merontokkan sisa cat yang menempel pada permukaan velg secara

manual dengan disikat. Total waktu yang dibutuhkan pekerja dalam satu

kali merontokkan sisa cat yang menempel adalah 750 detik.

4) Membilas dengan air bersih

Setelah sisa cat pada permukaan velg telah rontok semua, tahap

selanjutnya yaitu membilas dengan air bersih. Total waktu yang

Page 83: GAMBARAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29642/1/Daily... · KELUHAN MSDs PADA PEKERJA MEKANIK UNIT PRODUKSI TCW DI PT ... menggunakan

60

dibutuhkan pekerja dalam satu kali membilas dengan air bersih adalah

117 detik.

c) Inspeksi Bearing

Pada tahap inspeksi bearing, terdapat 2 proses yang harus dilakukan, antara

lain:

(1) Inspeksi bearing

Inspeksi bearing dilakukan dengan cara mengamati secara visual mengenai

keretakan atau korosi pada komponen bearing. Total waktu yang

dibutuhkan pekerja dalam satu kali inspeksi bearing adalah 95 detik.

(2) Memberikan pelumas pada bearing

Setelah inspeksi telah dilakukan, tahap selanjutnya yaitu memberikan

pelumas pada seluruh permukaan bearing hingga rata dan teroles oleh

pelumas. Total waktu yang dibutuhkan pekerja dalam satu kali memberikan

pelumas pada bearing adalah 45 detik.

d) Overhaul Wheel

Overhaul adalah salah satu maintenance yang bertujuan untuk menjaga agar

hub (velg) tetap dalam kondisi yang layak terbang (airworthy) dengan mengacu

pada regulasi (aturan) yang ada. Untuk proses overhaul ada beberapa tahapan

yaitu:

(1) Measuring bolt hole

Mengukur lubang pada baut merupakan tahap yang dilakukan setelah

stripping pada kegiatan overhaul wheel. Total waktu yang dibutuhkan

Page 84: GAMBARAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29642/1/Daily... · KELUHAN MSDs PADA PEKERJA MEKANIK UNIT PRODUKSI TCW DI PT ... menggunakan

61

pekerja dalam satu kali melakukan pengukuran pada satu baut adalah 6

detik.

(2) Menurunkan hub dari painting area

Setelah melakukan pengukuran lubang pada baut, tahap selanjutnya yaitu

painting atau pengecatan ulang, akan tetapi painting dilakukan di shop lain

sehingga tidak termasuk dalam proses yang berada di unit TCW. Setelah

melakukan painting, langkah selanjutnya yaitu memindahkan hub dari

painting area ke unit TCW yang dilakukan oleh pekerja unit painting. Total

waktu yang dibutuhkan pekerja untuk menurunkan hub adalah 40 detik.

(3) Install accessories

Setelah hub tersebut sudah berada di unit TCW, tahap selanjutnya yaitu

memasang aksesoris berupa baut dan mur. Total waktu yang dibutuhkan

pekerja untuk memasang aksesoris pada 1 lubang baut dan mur adalah 40

detik.

d) Assembly Wheel

Proses Assembly merupakan proses inti atau utama dari sebuah kegiatan

perawatan atau maintenance. Assembly wheel adalah proses maintenance

dimana sebuah wheel yang masuk ke area wheel shop akan dipasang semua

komponen yang telah dibongkar sebelumnya dengan tahapan inspeksi terlebih

dahulu secara menyeluruh pada hub (velg) lalu akan dipasangkan pada sebuah

tire. Berikut merupakan tahapan kerja yang ada pada assembly wheel :

Page 85: GAMBARAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29642/1/Daily... · KELUHAN MSDs PADA PEKERJA MEKANIK UNIT PRODUKSI TCW DI PT ... menggunakan

62

(1) Membersihkan sisa-sisa primer

Tahap awal dari sebuah assembly wheel adalah membersihkan sisa-sisa

primer atau cat. Total waktu yang dibutuhkan pekerja untuk membersihkan

sisa-sisa primer adalah 180 detik.

(2) Membawa tire ke assembly area

Sebelum memasang velg dengan tire tahap yang harus dilakukan adalah

membawa tire atau ban dari disassembly area menuju assembly area.

Kegiatan ini dilakukan secara manual yakni dengan cara didorong oleh

pekerja. Total waktu yang dibutuhkan pekerja untuk membawa satu tire dari

disassembly area menuju assembly area adalah 30 detik.

(3) Install tire

Tahap selanjutnya setelah velg dan tire berada di assembly wheel adalah

install tire atau memasang ban. Total waktu yang dibutuhkan pekerja untuk

memasang satu ban adalah 50 detik.

(4) Install hub to tire

Setelah memasang tire atau ban, tahap selanjutnya yaitu memasang hub atau

velg pada tire atau ban. Total waktu yang dibutuhkan pekerja untuk

memasang satu kali velg pada ban adalah 30 detik.

(5) Install bolt

Setelah velg sudah terpasang pada ban, tahap selanjutnya yaitu memasang

baut pada velg tersebut. Total waktu yang dibutuhkan pekerja untuk

memasang satu baut adalah 30 detik.

Page 86: GAMBARAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29642/1/Daily... · KELUHAN MSDs PADA PEKERJA MEKANIK UNIT PRODUKSI TCW DI PT ... menggunakan

63

(6) Install nut

Setelah memasang baut pada velg, tahap selanjutnya yaitu memasang mur

atau nut. Total waktu yang dibutuhkan oleh pekerja untuk memasang satu

mur pada velg adalah 40 detik.

(7) Menyamakan nilai momentum pada nut

Setelah baut dan mur sudah terpasang, langkah selanjutnya yaitu

menyamakan nilai momentum pada nut dengan menggunakan tools. Total

waktu yang dibutuhkan pekerja untuk menyamakan satu nilai momentum

pada satu nut adalah 4 detik.

(8) Membawa wheel ke inflation room

Setelah menyamakan semua nilai momentum pada nut, tahap selanjutnya

yaitu membawa wheel ke inflation room. Total waktu yang dibutuhkan

pekerja untuk membawa satu kali wheel dari assembly area ke inflation

room adalah 15 detik.

e) Inflation Process

Inflation process merupakan tahap terakhir dari sebuah maintenance wheel.

Inflation process terbagi menjadi dua tahap yaitu :

(1) Install core

Tahap awal dari sebuah inflation process adalah install core atau memasang

pentil pada roda pesawat. Total waktu yang dibutuhkan pekerja untuk

memasang satu pentil pada satu roda pesawat adalah 15 detik.

Page 87: GAMBARAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29642/1/Daily... · KELUHAN MSDs PADA PEKERJA MEKANIK UNIT PRODUKSI TCW DI PT ... menggunakan

64

(2) Fill with dry nitrogen

Setelah memasang pentil pada roda pesawat, tahap selanjutnya yaitu

menambahkan angin nitrogen pada roda tersebut di inflate room. Total

waktu yang dibutuhkan pekerja untuk menambahkan angin nitrogen pada

satu roda adalah 90 detik.

f) Disassembly Brake

Disassembly merupakan tahap awal dari sebuah proses maintenance atau

perawatan. Proses Disassembly Brake merupakan suatu proses pembongkaran

atau pemisahan komponen brake. Berikut rangkaian proses disassembly brake :

(1) Membuka nut brake dengan menggunakan gun

Pada proses membuka nut dengan gun, proses ini dimulai dengan membuka

seluruh nut dengan menggunakan alat bantu gun. Proses ini dilakukan oleh

dua orang pekerja. Total waktu yang dibutuhkan pekerja saat membuka nut

adalah 120 detik.

(2) Menahan baut saat membuka nut

Saat pekerja lainnya membuka nut, satu pekerja lainnya bertugas untuk

menahan baut saat dilakukan pembukaan nut. Total waktu yang dibutuhkan

oleh pekerja untuk menahan baut saat membuka nut adalah 120 detik.

(3) Memindahkan komponen heat sink ke dalam peti kemas

Setelah baut dan mur sudah terbongkar, tahap selanjutnya yaitu

memindahkan komponen heatsink ke dalam peti kemas untuk selanjutnya

dikirim ke sub-kontraktor yang menangani brake jenis karbon. Total waktu

Page 88: GAMBARAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29642/1/Daily... · KELUHAN MSDs PADA PEKERJA MEKANIK UNIT PRODUKSI TCW DI PT ... menggunakan

65

yang dibutuhkan pekerja untuk memindahkan satu komponen heatsink

adalah 15 detik, total heatsink dalam satu brake adalah 6.

(4) Drilling untuk membuka linning pada brake jenis steel

Pada brake jenis steel ini berbeda dengan jenis carbon. Untuk membuka

linning pada brake jenis steel ini dibutuhkan proses drilling. Total waktu

yang dibutuhkan pekerja dalam melakukan drilling pada satu linning adalah

360 detik.

g) Cleaning Brake

Pada proses Cleaning Brake hanya komponen piston housing assy yang

dilakukan pencucian secara manual yaitu dengan diberikan cairan khusus

terlebih dahulu, lalu dibersihkan dengan menggunakan sikat, setelah seluruh

permukaan piston housing assy sudah di sikat dengan bersih lalu di bilas dengan

air bersih. Untuk komponen lainnya dilakukan pencucian secara otomatis dengan

mesin. Total waktu yang dibutuhkan pekerja untuk mencuci satu piston housing

assy adalah 400 detik.

h) Assembly Brake

Setelah seluruh komponen brake sudah tercuci dengan bersih, tahap selanjutnya

yaitu assembly. Assembly brake dilakukan dengan beberapa tahapan, yakni:

(1) Install and tighten piston sleeve

Merupakan tahap awal dari proses assembly brake. Kegiatan ini merupakan

kegiatan memasang piston sleeve assy pada piston housing dengan

Page 89: GAMBARAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29642/1/Daily... · KELUHAN MSDs PADA PEKERJA MEKANIK UNIT PRODUKSI TCW DI PT ... menggunakan

66

menggunakan tools. Total waktu yang dibutuhkan pekerja untuk melakukan

satu kali pemasangan piston sleeve assy adalah 40 detik, total piston sleeve

assy adalah 12 buah untuk satu piston housing.

(2) Install and tighten accessories

Setelah piston sleeve assy sudah terpasang semua, tahap selanjutnya yaitu

memasang aksesoris piston assy pada piston housing. Total waktu yang

dibutuhkan pekerja untuk memasang aksesoris pada satu piston adalah 15

detik, total piston assy pada satu piston housing adalah 12 buah.

(3) Torsi komponen bolt dengan menggunakan torque wrench

Setelah semua aksesoris pada piston housing telah terpasang, maka tahap

selanjutnya adalah mengencangkan baut dengan menggunakan alat torsi

dengan tujuan untuk menyamakan nilai momentum pada baut. Total waktu

yang dibutuhkan untuk mengencangkan satu baut adalah 5 detik, dengan

total 8 baut pada satu komponen brake.

(4) Memindahkan complete piston housing ke heat sink assy

Setelah menyamakan nilai momentum pada baut, tahap selanjutnya yaitu

memindahkan complete piston housing ke heatsink assy dengan

menggunakan crane. Total waktu yang dibutuhkan pekerja untuk melakukan

satu kali pemindahan komponen ini adalah 67 detik.

(5) Install complete brake assy

Setelah piston housing dan heatsink assy sudah dipindahkan tahap

selanjutnya yaitu memasang keseluruhan komponen brake menjadi satu

Page 90: GAMBARAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29642/1/Daily... · KELUHAN MSDs PADA PEKERJA MEKANIK UNIT PRODUKSI TCW DI PT ... menggunakan

67

kesatuan. Total waktu yang dibutuhkan pekerja untuk memasang satu kali

keseluruhan komponen brake adalah 90 detik.

(6) Locking wire of bolt with twister tool

Setelah brake telah menjadi satu kesatuan, tahap selanjutnya yaitu mengunci

baut dengan menggunakan tools yang bernama twister. Pada tahap ini

berfungsi untuk menjaga agar baut dalam kondisi tetap agar tidak berubah.

Total waktu yang dibutuhkan pekerja untuk melakukan satu kali

pengencangan baut adalah 120 detik, dengan total baut yang harus

dikencangkan berjumlah 8 buah.

j) Test Component Brake

Setelah komponen brake sudah melewati tahap assembly, tahap selanjutnya

yaitu test component brake. Setelah memindahkan komponen brake ke dalam

tempat dilakukannya test component, lalu pasangkan selang yang berfungsi

untuk memberi tekanan pada komponen brake. Untuk menambahkan tekanan,

pekerja harus menekan tuas berkali-kali untuk memastikan bahwa tidak ada

kebocoran pada komponen brake tersebut. Total waktu yang dibutuhkan pekerja

untuk melakukan testing component brake ini adalah 450 detik.

2. Data Primer

Data primer adalah data yang didapatkan berdasarkan observasi proses

kerja. Pengumpulan data dalam penelitian ini berdasarkan tahap atau proses kerja

yang berada di unit TCW. Total waktu pengamatan dalam penelitian ini

Page 91: GAMBARAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29642/1/Daily... · KELUHAN MSDs PADA PEKERJA MEKANIK UNIT PRODUKSI TCW DI PT ... menggunakan

68

berdasarkan pada satu siklus per tahap atau proses kerja. Setelah menentukan total

waktu pengamatan (satu siklus) lalu melakukan pengukuran dan penilaian terhadap

postur janggal dari posisi punggung, lengan, kaki, dan frekuensi repetitive. Berikut

merupakan penjelasan mengenai pengumpulan data primer :

a) Pengukuran dan Penilaian Postur Janggal REBA

1) Posisi Leher

(a) Alat ukur

Terdapat beberapa alat ukur yang digunakan untuk menentukan

penilaian posisi atau postur leher pada pekerja, yakni sebagai berikut

(1) Kamera Digital

Gambar 4.1

Kamera Digital

Kamera digital digunakan untuk merekam proses kerja yang

dilakukan pekerja selama satu siklus dari masing-masing tahap

pekerjaan. Kamera digital yang digunakan bermerek SONY DSC

W800 20.1 MP5 x Optical Zoom Lensa 26mm wide-angle Teknologi

Picture Effect Dedicated Movie Button.

Page 92: GAMBARAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29642/1/Daily... · KELUHAN MSDs PADA PEKERJA MEKANIK UNIT PRODUKSI TCW DI PT ... menggunakan

69

(2) Stopwatch

Stopwatch adalah alat yang digunakan untuk mengetahui total

waktu saat pengamatan atau observasi yang dilakukan berdasarkan

satu siklus per tahap atau proses kerja.

(3) MB Ruler

MB Ruler merupakan sebuah perangkat software yang

membantu peneliti dalam menghitung besarnya sudut pada posisi

atau postur leher pekerja saat bekerja.

(4) Gambar Posisi Leher (Gambar postur a.1)

Gambar 4.2 Postur a.1

Gambar postur a.1 digunakan peneliti sebagai alat bantu

peneliti dalam menetapkan kode posisi leher pada pekerja saat

bekerja

(b) Cara Ukur

Penilaian skor posisi leher dilakukan setelah merekam gambar

selama proses kerja berlangsung, setelah dilakukan perekaman tentukan

besarnya sudut yang terbentuk pada posisi leher pekerja saat bekerja

dengan bantuan software MB ruler. Setelah mendapatkan besarnya

sudut yang terbentuk pada posisi leher, lalu tentukan hasil skor atau

kode posisi pada leher.

Page 93: GAMBARAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29642/1/Daily... · KELUHAN MSDs PADA PEKERJA MEKANIK UNIT PRODUKSI TCW DI PT ... menggunakan

70

(c) Hasil Ukur

Hasil pengukuran terhadap posisi leher sebagai berikut:

(1) Skor +1 : Lurus / tegak (<20o)

(2) Skor +2 : Fleksi / Ekstensi (>20o)

(3) Skor +1 : Miring ke samping

(4) Skor +2 : Miring ke samping + menggeleng

2) Posisi Badan

(a) Alat Ukur

Terdapat beberapa alat ukur yang digunakan untuk menentukan

penilaian posisi atau postur badan pada pekerja, yakni sebagai berikut:

(1) Kamera Digital

Gambar 4.3

Kamera Digital

Kamera digital digunakan untuk merekam proses kerja yang

dilakukan pekerja selama satu siklus dari masing-masing tahap

pekerjaan. Kamera digital yang digunakan bermerek SONY DSC

W800 20.1 MP5 x Optical Zoom Lensa 26mm wide-angle Teknologi

Picture Effect Dedicated Movie Button.

Page 94: GAMBARAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29642/1/Daily... · KELUHAN MSDs PADA PEKERJA MEKANIK UNIT PRODUKSI TCW DI PT ... menggunakan

71

(2) Stopwatch

Stopwatch adalah alat yang digunakan untuk mengetahui total

waktu saat pengamatan atau observasi yang dilakukan berdasarkan

satu siklus per tahap atau proses kerja.

(3) MB Ruler

MB Ruler merupakan sebuah perangkat software yang

membantu peneliti dalam menghitung besarnya sudut pada posisi

atau postur badan pekerja saat bekerja.

(4) Gambar Posisi Badan (Gambar postur a.2)

Gambar 4.4 Postur a.2

Gambar postur a.2 digunakan peneliti sebagai alat bantu

peneliti dalam menetapkan kode posisi badan pada pekerja saat

bekerja

(b) Cara Ukur

Penilaian skor posisi badan dilakukan setelah merekam gambar

selama proses kerja berlangsung, setelah dilakukan perekaman tentukan

besarnya sudut yang terbentuk pada posisi badan pekerja saat bekerja

dengan bantuan software MB ruler. Setelah mendapatkan besarnya

sudut yang terbentuk pada posisi badan, lalu tentukan hasil skor atau

kode posisi pada badan.

Page 95: GAMBARAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29642/1/Daily... · KELUHAN MSDs PADA PEKERJA MEKANIK UNIT PRODUKSI TCW DI PT ... menggunakan

72

(c) Hasil Ukur

Hasil pengukuran terhadap posisi badan sebagai berikut:

(1) Skor1 : Lurus / tegak

(2) Skor 2 : Fleksi / Ekstensi 00 dan 20

0

(3) Skor3 : Fleksi 200 – 60

0 dan ekstensi >20

0

(4) Skor 4 : Fleksi >600

(5) Skor +1 : Badan membungkuk dan memuntir

3) Posisi Kaki

(a) Alat Ukur

Terdapat beberapa alat ukur yang digunakan untuk menentukan

penilaian posisi atau postur kaki pada pekerja, yakni sebagai berikut:

(1) Kamera Digital

Gambar 4.5

Kamera Digital

Kamera digital digunakan untuk merekam proses kerja yang

dilakukan pekerja selama satu siklus dari masing-masing tahap

pekerjaan. Kamera digital yang digunakan bermerek SONY DSC

W800 20.1 MP5 x Optical Zoom Lensa 26mm wide-angle Teknologi

Picture Effect Dedicated Movie Button.

Page 96: GAMBARAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29642/1/Daily... · KELUHAN MSDs PADA PEKERJA MEKANIK UNIT PRODUKSI TCW DI PT ... menggunakan

73

(2) Stopwatch

Stopwatch adalah alat yang digunakan untuk mengetahui total

waktu saat pengamatan atau observasi yang dilakukan berdasarkan

satu siklus per tahap atau proses kerja.

(3) MB Ruler

MB Ruler merupakan sebuah perangkat software yang

membantu peneliti dalam menghitung besarnya sudut pada posisi

atau postur kaki pekerja saat bekerja.

(4) Gambar Posisi Kaki (Gambar postur a.3)

Gambar 4.6 Postur a.3

Gambar postur a.3 digunakan peneliti sebagai alat bantu

peneliti dalam menetapkan kode posisi kaki pada pekerja saat

bekerja.

(b) Cara Ukur

Penilaian skor posisi kaki dilakukan setelah merekam gambar

selama proses kerja berlangsung, setelah dilakukan perekaman tentukan

kode posisi pada kaki pekerja saat bekerja.

(c) Hasil Ukur

Hasil pengukuran terhadap posisi kaki sebagai berikut:

Page 97: GAMBARAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29642/1/Daily... · KELUHAN MSDs PADA PEKERJA MEKANIK UNIT PRODUKSI TCW DI PT ... menggunakan

74

(1) Skor 1 : Posisi kedua kaki bertopang dilantai

(2) Skor 2 : Posisi salah satu kaki tidak bertopang

(3) Skor +1 : Jika lutut fleksi 30-600

(4) Skor +2 : Jika lutut fleksi >600

4) Posisi Lengan

(a) Alat Ukur

Terdapat beberapa alat ukur yang digunakan untuk menentukan

penilaian posisi atau postur lengan pada pekerja, yakni sebagai berikut:

(1) Kamera Digital

Gambar 4.7 Kamera Digital

Kamera digital digunakan untuk merekam proses kerja yang

dilakukan pekerja selama satu siklus dari masing-masing tahap

pekerjaan. Kamera digital yang digunakan bermerek SONY DSC

W800 20.1 MP5 x Optical Zoom Lensa 26mm wide-angle Teknologi

Picture Effect Dedicated Movie Button.

(2) Stopwatch

Stopwatch adalah alat yang digunakan untuk mengetahui total

waktu saat pengamatan atau observasi yang dilakukan berdasarkan

satu siklus per tahap atau proses kerja.

Page 98: GAMBARAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29642/1/Daily... · KELUHAN MSDs PADA PEKERJA MEKANIK UNIT PRODUKSI TCW DI PT ... menggunakan

75

(3) MB Ruler

MB Ruler merupakan sebuah perangkat software yang

membantu peneliti dalam menghitung besarnya sudut pada posisi

atau postur lengan pekerja saat bekerja.

(4) Gambar Posisi Lengan (Gambar postur a.4)

Gambar 4.8 Postur a.4

Gambar postur a.4 digunakan peneliti sebagai alat bantu

peneliti dalam menetapkan kode posisi lengan pada pekerja saat

bekerja.

(b) Cara Ukur

Penilaian skor posisi lengan dilakukan setelah merekam gambar

selama proses kerja berlangsung, setelah dilakukan perekaman tentukan

besarnya sudut dan berikan kode posisi pada lengan pekerja saat

bekerja.

(c) Hasil Ukur

Hasil pengukuran terhadap posisi lengan sebagai berikut:

(1) Skor 1 : Posisi lengan fleksi/ekstensi antar 0-200

(2) Skor 2 : Posisi lengan fleksi 21-450 atau ekstensi >20

0

(3) Skor 3 : Posisi lengan fleksi antara 46-900

(4) Skor 4 : Posisi lengan fleksi >900

Page 99: GAMBARAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29642/1/Daily... · KELUHAN MSDs PADA PEKERJA MEKANIK UNIT PRODUKSI TCW DI PT ... menggunakan

76

(5) Skor +1 : Jika bahu diangkat atau lengan diputar

(6) Skor +1 : Jika lengan diangkat menjauh dari badan

(7) Skor -1 : Jika berat lengan ditopang untuk menahan gravitasi

5) Posisi Lengan Bawah

(a) Alat Ukur

Terdapat beberapa alat ukur yang digunakan untuk menentukan

penilaian posisi atau postur lengan bawah pada pekerja, yakni sebagai

berikut :

(1) Kamera Digital

Gambar 4.9 Kamera Digital

Kamera digital digunakan untuk merekam proses kerja yang

dilakukan pekerja selama satu siklus dari masing-masing tahap

pekerjaan. Kamera digital yang digunakan bermerek SONY DSC

W800 20.1 MP5 x Optical Zoom Lensa 26mm wide-angle Teknologi

Picture Effect Dedicated Movie Button.

(2) Stopwatch

Stopwatch adalah alat yang digunakan untuk mengetahui total

waktu saat pengamatan atau observasi yang dilakukan berdasarkan

satu siklus per tahap atau proses kerja.

Page 100: GAMBARAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29642/1/Daily... · KELUHAN MSDs PADA PEKERJA MEKANIK UNIT PRODUKSI TCW DI PT ... menggunakan

77

(3) MB Ruler

MB Ruler merupakan sebuah perangkat software yang membantu

peneliti dalam menghitung besarnya sudut pada posisi atau postur

lengan bawah pekerja saat bekerja.

(4) Gambar Posisi Lengan Bawah (Gambar postur a.5)

Gambar 4.10 Postur a.5

Gambar postur a.5 digunakan peneliti sebagai alat bantu

peneliti dalam menetapkan kode posisi lengan bawah pada pekerja

saat bekerja

(b) Cara Ukur

Penilaian skor posisi lengan bawah dilakukan setelah merekam

gambar selama proses kerja berlangsung, setelah dilakukan perekaman

tentukan besarnya sudut yang terbentuk pada posisi lengan bawah

pekerja saat bekerja dengan bantuan software MB ruler. Setelah

mendapatkan besarnya sudut yang terbentuk pada posisi lengan bawah,

lalu tentukan hasil skor atau kode posisi pada lengan bawah.

(c) Hasil Ukur

Hasil pengukuran terhadap posisi lengan bawah sebagai berikut:

(1) Skor 1 : Lengan bawah fleksi antara 60-100o

(2) Skor 2 : Lengan bawah fleksi <60o atau >100

0

Page 101: GAMBARAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29642/1/Daily... · KELUHAN MSDs PADA PEKERJA MEKANIK UNIT PRODUKSI TCW DI PT ... menggunakan

78

6) Posisi Pergelangan Tangan

(a) Alat Ukur

Terdapat beberapa alat ukur yang digunakan untuk menentukan

penilaian posisi atau postur pergelangan tangan pada pekerja, yakni

sebagai berikut :

(1) Kamera Digital

Gambar 4.11 Kamera Digital

Kamera digital digunakan untuk merekam proses kerja yang

dilakukan pekerja selama satu siklus dari masing-masing tahap

pekerjaan. Kamera digital yang digunakan bermerek SONY DSC

W800 20.1 MP5 x Optical Zoom Lensa 26mm wide-angle Teknologi

Picture Effect Dedicated Movie Button.

(2) Stopwatch

Stopwatch adalah alat yang digunakan untuk mengetahui total

waktu saat pengamatan atau observasi yang dilakukan berdasarkan

satu siklus per tahap atau proses kerja.

(3) MB Ruler

MB Ruler merupakan sebuah perangkat software yang

membantu peneliti dalam menghitung besarnya sudut pada posisi

atau postur pergelangan tangan pekerja saat bekerja.

Page 102: GAMBARAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29642/1/Daily... · KELUHAN MSDs PADA PEKERJA MEKANIK UNIT PRODUKSI TCW DI PT ... menggunakan

79

(4) Gambar Posisi Pergelangan Tangan (Gambar postur a.6)

Gambar 4.12 Postur a.6

Gambar postur a.6 digunakan peneliti sebagai alat bantu

peneliti dalam menetapkan kode posisi pergelangan tangan pada

pekerja saat bekerja

(b) Cara Ukur

Penilaian skor posisi pergelangan tangan dilakukan setelah

merekam gambar selama proses kerja berlangsung, setelah dilakukan

perekaman tentukan besarnya sudut yang terbentuk pada posisi

pergelangan tangan pekerja saat bekerja dengan bantuan software MB

ruler. Setelah mendapatkan besarnya sudut yang terbentuk pada posisi

pergelangan tangan, lalu tentukan hasil skor atau kode posisi pada

pergelangan tangan.

(c) Hasil Ukur

Hasil pengukuran terhadap posisi pergelangan tangan sebagai

berikut:

(1) Skor 1 : Fleksi atau Ekstensi 0-150

(2) Skor 2 : Fleksi atau Ektensi >150

(3) Skor +1 : Mengalami torsi atau deviasi

Page 103: GAMBARAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29642/1/Daily... · KELUHAN MSDs PADA PEKERJA MEKANIK UNIT PRODUKSI TCW DI PT ... menggunakan

80

7) Skor A

Pada tahap selanjutnya cocokkan hasil pengukuran skor A yaitu, postur

badan, postur leher, postur kaki, dan beban. Pada tahap ini akan menghasilkan

satu nilai yang akan dicocokkan kembali pada tahap setelahnya. Besar kecilnya

skor untuk pembebanan atau force akan sangat tergantung dari berat ringannya

beban ynag dikerjakan oleh pekerja. Penilaian skor A dapat dilihat pada :

Tabel 4.1 Tabel Penilaian Skor A

Badan Leher

1 2 3

Kaki 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 1 2 3 4 1 2 3 4 3 3 5 6

2 2 3 4 5 3 4 5 6 4 5 6 7

3 2 4 5 6 4 5 6 7 5 6 7 8

4 3 5 6 7 5 6 7 8 6 7 8 9

5 4 6 7 8 6 7 8 9 7 8 9 9

Beban

0 1 2 +1

<5 Kg 5 – 10 Kg >10 Kg Penambahan beban

secara tiba – tiba

Sumber : Hignett dan Mc.Atamney, 2009

8) Skor B

Pada tahap selanjutnya cocokkan hasil pengukuran skor B yaitu, lengan

atas, lengan bawah, pergelangan tangan dan pegangan. Jenis pegangan akan

dapat meningkatkan skor pada grup B. Keempat pengukuran tersebut

dicocokkan dengan tabel penilaian skor B (Tabel 4.2). pada tahap ini akan

menghasilkan satu nilai yang akan dicocokkan kembali pada tahap setelahnya.

Berikut dibawah ini merupakan tabel penilaian skor B :

Page 104: GAMBARAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29642/1/Daily... · KELUHAN MSDs PADA PEKERJA MEKANIK UNIT PRODUKSI TCW DI PT ... menggunakan

81

Tabel 4.2 Tabel penilaian skor B

Lengan bawah

Lengan atas 1 2

Pergelangan 1 2 3 1 2 3

1 1 2 3 1 2 3

2 1 2 3 2 3 4

3 3 4 5 4 5 5

4 4 5 5 5 6 7

5 6 7 8 7 8 8

6 7 8 8 8 9 9

Pegangan

0 – Good 1 – Fair 2 – Poor 3 - Unacceptable

pegangan pas dan

tepat ditengah,

genggaman kuat

pegangan

tangan bisa

diterima tapi

tidak ideal

pegangan tangan

tidak bias

diterima walau

memungkinkan

dipaksakan

pegangan yang

tidak aman

Sumber : Hignett dan Mc. Atamney, 2009

9) Skor C

Pada tahap selanjutnya cocokkan hasil penilaian skor A dan hasil

penilaian skor B dengan tabel penilaian skor C (Tabel 4.3), lalu lakukan

penilaian terhadap Activity score, setelah itu lakukan penjumlahan antara hasil

penilaian skor C dengan nilai pada Activity score. Pada tahap ini akan

menghasilkan satu nilai yang akan dicocokkan kembali pada tahap setelahnya.

Berikut dibawah ini merupakan tabel penilaian skor C :

Page 105: GAMBARAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29642/1/Daily... · KELUHAN MSDs PADA PEKERJA MEKANIK UNIT PRODUKSI TCW DI PT ... menggunakan

82

Tabel 4.3 Tabel Penilaian Skor C

Skor A

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Skor B

1 1 1 2 3 4 6 7 8 9 10 11 12

2 1 2 3 4 4 6 7 8 9 10 11 12

3 1 2 3 4 4 6 7 8 9 10 11 12

4 2 3 3 4 5 7 8 9 10 11 11 12

5 3 4 4 5 6 8 9 10 10 11 12 12

6 3 4 5 6 7 8 9 10 10 11 12 12

7 4 5 6 7 8 9 9 10 11 11 12 12

8 5 6 7 8 8 9 10 10 11 12 12 12

9 6 6 7 8 9 10 10 10 11 12 12 12

10 7 7 8 9 9 10 11 11 12 12 12 12

11 7 7 8 9 9 10 11 11 12 12 12 12

12 7 8 8 9 9 10 11 11 12 12 12 12

Activity score

+1 = jika 1 atau lebih

bagian tubuh statis,

ditahan lebih dari 1 menit

+1 = jika ada pengulangan

gerakan dalam rentang

waktu singkat, diulang

lebih dari 4 kali per menit

(tidak termasuk berjalan)

+1 = jika gerakan

menyebabkan perubahan

atau pergeseran postur

yang cepat dari posisi awal

Sumber : Hignett dan Mc.Atamney, 2009

10) Tingkat Risiko dan Perbaikan REBA

Pada tahap terakhir ini cocokkan nilai hasil dari keseluruhan tahap yang

telah dilewati dengan tabel level risiko dan tindakan. Level risiko dan tindakan

korektif yang diperlukan dapat dilihat pada tabel 4.4:

Tabel 4.4 Tabel Level Risiko dan Tindakan Perbaikan REBA

Level action Skor REBA Level Risiko Tindakan Perbaikan

0 1 Bisa diabaikan Tidak perlu

1 2-3 Rendah Mungkin perlu

2 4-7 Sedang Perlu

3 8-10 Tinggi Perlu segera

4 11-15 Sangat Tinggi Perlu saat ini juga

Sumber : Hignett dan Mc.Atamney, 2009

Page 106: GAMBARAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29642/1/Daily... · KELUHAN MSDs PADA PEKERJA MEKANIK UNIT PRODUKSI TCW DI PT ... menggunakan

83

b) Pengukuran dan Penilaian Postur Janggal OWAS

1) Posisi Punggung

(a) Alat ukur

Terdapat beberapa alat ukur yang digunakan untuk menentukan penilaian

posisi atau postur punggung pada pekerja, yakni sebagai berikut :

(1) Kamera Digital

Gambar 4.13 Kamera Digital

Kamera digital digunakan untuk merekam proses kerja yang

dilakukan pekerja selama satu siklus dari masing-masing tahap

pekerjaan. Kamera digital yang digunakan bermerek SONY DSC W800

20.1 MP5 x Optical Zoom Lensa 26mm wide-angle Teknologi Picture

Effect Dedicated Movie Button.

(2) Stopwatch

Stopwatch adalah alat yang digunakan untuk mengetahui total

waktu saat pengamatan atau observasi yang dilakukan berdasarkan satu

siklus per tahap atau proses kerja.

(3) MB Ruler

MB Ruler merupakan sebuah perangkat software yang membantu

peneliti dalam menghitung besarnya sudut pada posisi atau postur

punggung pekerja saat bekerja.

Page 107: GAMBARAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29642/1/Daily... · KELUHAN MSDs PADA PEKERJA MEKANIK UNIT PRODUKSI TCW DI PT ... menggunakan

84

(4) Gambar Posisi Punggung (Gambar postur a.7)

Gambar 4.14 Postur a.7

Gambar postur a.7 digunakan peneliti sebagai alat bantu peneliti

dalam menetapkan kode posisi punggung pada pekerja saat bekerja

(b) Cara Ukur

Penilaian skor posisi punggung dilakukan setelah merekam gambar

selama proses kerja berlangsung, setelah dilakukan perekaman tentukan

besarnya sudut yang terbentuk pada posisi punggung pekerja saat bekerja

dengan bantuan software MB ruler. Setelah mendapatkan besarnya sudut

yang terbentuk pada posisi punggung, lalu tentukan hasil skor atau kode

posisi pada punggung.

(c) Hasil Ukur

Hasil pengukuran terhadap posisi punggung sebagai berikut:

(1) Posisi 1 : Lurus / tegak (<20o)

(2) Posisi 2 : Bungkuk ke depan (>20o)

(3) Posisi 3 : Miring ke samping (miring >20o)

(4) Posisi 4 : Bungkuk ke depan & miring ke samping

(miring & bungkuk >20o) (Grzybowska, 2010)

Page 108: GAMBARAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29642/1/Daily... · KELUHAN MSDs PADA PEKERJA MEKANIK UNIT PRODUKSI TCW DI PT ... menggunakan

85

2) Posisi Lengan

(a) Alat ukur

Terdapat beberapa alat ukur yang digunakan untuk menentukan penilaian posisi

atau postur lengan pada pekerja, yakni sebagai berikut:

(1) Kamera Digital

Gambar 4.15 Kamera Digital

Kamera digital digunakan untuk merekam proses kerja yang dilakukan

pekerja selama satu siklus dari masing-masing tahap pekerjaan. Kamera

digital yang digunakan bermerek SONY DSC W800 20.1 MP5 x Optical

Zoom Lensa 26mm wide-angle Teknologi Picture Effect Dedicated Movie

Button.

(2) Stopwatch

Stopwatch adalah alat yang digunakan untuk mengetahui total waktu

saat pengamatan atau observasi yang dilakukan berdasarkan satu siklus per

tahap atau proses kerja.

(3) Gambar Posisi Lengan (Gambar postur a.8)

Gambar 4.16 Postur a.8

Page 109: GAMBARAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29642/1/Daily... · KELUHAN MSDs PADA PEKERJA MEKANIK UNIT PRODUKSI TCW DI PT ... menggunakan

86

Gambar postur a.8 digunakan peneliti sebagai alat bantu peneliti

dalam menetapkan kode posisi lengan pada pekerja saat bekerja.

(b) Cara Ukur

Penilaian skor posisi lengan dilakukan setelah merekam gambar

selama proses kerja berlangsung, setelah dilakukan perekaman tentukan

kode posisi pada lengan pekerja saat bekerja.

(c) Hasil Ukur

Hasil pengukuran terhadap posisi lengan sebagai berikut:

(1) posisi 1 : Kedua tangan dibawah bahu

(2) posisi 2 : Satu tangan pada atau diatas bahu

(3) posisi 3 : Kedua tangan pada atau diatas bahu

3) Posisi Kaki

(a) Alat Ukur

Terdapat beberapa alat ukur yang digunakan untuk menentukan penilaian posisi

atau postur kaki pada pekerja, yakni sebagai berikut :

(1) Kamera Digital

Gambar 4.17 Kamera Digital

Page 110: GAMBARAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29642/1/Daily... · KELUHAN MSDs PADA PEKERJA MEKANIK UNIT PRODUKSI TCW DI PT ... menggunakan

87

Kamera digital digunakan untuk merekam proses kerja yang dilakukan

pekerja selama satu siklus dari masing-masing tahap pekerjaan. Kamera

digital yang digunakan bermerek SONY DSC W800 20.1 MP5.

(2) Stopwatch

Stopwatch adalah alat yang digunakan untuk mengetahui total waktu

saat pengamatan atau observasi yang dilakukan berdasarkan satu siklus per

tahap atau proses kerja.

(3) MB Ruler

MB Ruler merupakan sebuah perangkat software yang membantu

peneliti dalam menghitung besarnya sudut pada posisi atau postur kaki

pekerja saat bekerja.

(4) Gambar Posisi Kaki (Gambar postur a.9)

Gambar 4.18 Postur a.9

Gambar postur a.9 digunakan peneliti sebagai alat bantu peneliti

dalam menetapkan kode posisi kaki pada pekerja saat bekerja.

(b) Cara Ukur

Penilaian skor posisi kaki dilakukan setelah merekam gambar selama

proses kerja berlangsung, setelah dilakukan perekaman tentukan besarnya sudut

yang terbentuk pada posisi kaki pekerja saat bekerja dengan bantuan software

Page 111: GAMBARAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29642/1/Daily... · KELUHAN MSDs PADA PEKERJA MEKANIK UNIT PRODUKSI TCW DI PT ... menggunakan

88

MB ruler. Setelah mendapatkan besarnya sudut yang terbentuk pada posisi kaki,

lalu tentukan hasil skor atau kode posisi pada kaki.

(c) Hasil Ukur

Hasil pengukuran terhadap posisi kaki sebagai berikut:

(a) posisi 1: Duduk

(b) posisi 2: Berdiri dengan kedua kaki lurus dengan sudut lutut

>150o

(c) posisi 3: Berdiri dengan bertumpu pada satu kaki lurus dan sudut

satu kaki lainnya >150o

(d) posisi 4: Berdiri atau jongkok dengan kedua lutut dengan sudut

≤150o

(e) posisi 5: Berdiri atau jongkok satu lutut dengan sudut ≤1500

(f) posisi 6: Berlutut pada satu atau dua lutut yang berada di tanah /

lantai

(g) posisi 7: Berjalan atau bergerak

c) Pengukuran dan Penilaian Frekuensi Relatif

1) Alat Ukur

(a) Kamera Digital

Gambar 4.19 Kamera Digital

Kamera digital digunakan untuk merekam proses kerja yang dilakukan

pekerja selama satu siklus dari masing-masing tahap pekerjaan. Kamera

digital yang digunakan bermerek SONY DSC W800 20.1 MP5.

Page 112: GAMBARAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29642/1/Daily... · KELUHAN MSDs PADA PEKERJA MEKANIK UNIT PRODUKSI TCW DI PT ... menggunakan

89

(b) Tabel OWAS Frekuensi Relatif

Tabel 4.5

Tabel OWAS Frekuensi Relatif

Punggung

Punggung

lurus/tegak

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

Punggung

membungkuk

2 1 1 1 2 2 2 2 2 3 3

Punggung

memuntir

3 1 1 2 2 2 3 3 3 3 3

Punggung

membungkuk &

memuntir

4 1 2 2 3 3 3 3 4 4 4

Lengan

Kedua lengan

dibawah bahu

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

Satu lengan diatas

bahu

2 1 1 1 2 2 2 2 2 3 3

Kedua lengan diatas

bahu

3 1 1 2 2 2 2 2 3 3 3

Kaki

Duduk 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2

Berdiri kedua kaki

lurus

2 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2

Berdiri dengan satu

kaki ditekuk

3 1 1 1 2 2 2 2 2 3 3

Berdiri atau

jongkok dengan

kedua lutut

4 1 2 2 3 3 3 3 4 4 4

Berdiri atau

jongkok satu lutut

5 1 2 2 3 3 3 3 4 4 4

Berlutut pada satu

atau dua lutut

menyentuh lantai

6 1 1 2 2 2 3 3 3 3 3

Berjalan/bergerak 7 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2

FREKUENSI RELATIF

(%)

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

Sumber : Tarwaka, 2013

Page 113: GAMBARAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29642/1/Daily... · KELUHAN MSDs PADA PEKERJA MEKANIK UNIT PRODUKSI TCW DI PT ... menggunakan

90

2) Cara Ukur

Penilaian frekuensi relatif dilakukan setelah merekam gambar selama

proses kerja berlangsung, setelah dilakukan perekaman, lakukan perhitungan

terhadap jumlah repetitive dari setiap posisi yang dominan terjadi pada punggung,

lengan dan kaki dalam kaitannya dengan posisi lainnya selama total waktu

pengamatan. Setelah perhitungan ini maka sebagai langkah terakhir dari metode

ini, adalah menentukan kategori risiko yang mencakup setiap posisi.

3) Hasil Ukur

Berikut merupakan tingkat kategori risiko berdasarkan frekuensi relative

dari masing-masing posisi punggung, lengan, dan kaki :

(a) Skor 1 (Normal Postur) : Posisi normal tanpa efek yang dapat mengganggu

sistem musculoskeletal (risiko rendah) – tidak diperlukan tindakan perbaikan

(b) Skor 2 (Slightly Harmful) : Posisi yang berpotensi menyebabkan kerusakan

pada sistem musculoskeletal (risiko sedang) - Tindakan perbaikan mungkin

diperlukan

(c) Skor 3 (Distincly Harmful) : Posisi dengan efek berbahaya pada sistem

musculoskeletal (risiko tinggi) - Tindakan korektif diperlukan segera

(d) Skor 4 (Extremely Harmful) : Posisi dengan efek sangat berbahaya pada sistem

musculoskeletal (risiko sangat tinggi) - Tindakan korektif diperlukan sesegera

mungkin

Page 114: GAMBARAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29642/1/Daily... · KELUHAN MSDs PADA PEKERJA MEKANIK UNIT PRODUKSI TCW DI PT ... menggunakan

91

d) Keluhan MSDs

1 Alat Ukur

Alat ukur yang digunakan peneliti dalam menentukan besarnya keluhan MSDs

yang dirasakan oleh para pekerja yakni dengan kuesioner NBM (Nordic Body

Map).

2 Hasil Ukur

Hasil ukur yang tingkat keluhan MSDs diperoleh dari kuesioner NBM

adalah:

Tabel 4.6

Klasifikasi Tingkat Risiko MSDs Berdasarkan Total Skor Individu

Tingkat

Risiko

Total Skor

Individu

Tingkat

Risiko

Tindakan Perbaikan

1. 28-49 Rendah Belum diperlukan adanya tindakan

perbaikan

2. 50-70 Sedang Mungkin diperlukan tindakan

dikemudian hari

3. 71-91 Tinggi Diperlukan tindakan segera

4. 92-112 Sangat

Tinggi

Diperlukan tindakan menyeluruh

sesegera mungkin

Sumber : Tarwaka, 2013

3 Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari hasil telaah dokumen milik PT

GMF AeroAsia. Data sekunder yang dibutuhkan ialah data atau manual book

mengenai spesifikasi atau objek dan peralatan kerja untuk memperoleh informasi

Page 115: GAMBARAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29642/1/Daily... · KELUHAN MSDs PADA PEKERJA MEKANIK UNIT PRODUKSI TCW DI PT ... menggunakan

92

mengenai berat beban dari objek dan peralatan kerja yang digunakan di unit TCW PT

GMF AeroAsia.

a) Beban objek

1) Alat Ukur

Alat ukur yang digunakan peneliti dalam menentukan besarnya beban

objek yang diangkat atau angkut oleh pekerja saat bekerja adalah dokumen

mengenai spesifikasi dari objek atau alat kerja yang digunakan pekerja selama

bekerja di unit TCW.

2) Hasil Ukur

Hasil ukur dari telaah dokumen spesifikasi objek atau alat kerja yang

telah digunakan, lalu dikategorikan sebagai berikut :

Gambar 4.20 Beban a.10

(a) Skor 1 = apabila berat beban <10 kg (0 kg - 9,9kg)

(b) Skor 2 = apabila berat beban <20kg (10kg -19,9kg)

(c) Skor 3 = apabila berat beban >20 kg

E. Pengolahan Data

Setelah merekan gambar dengan menggunakan kamera digital, lalu

penentuan skor pada posisi punggung, kaki, lengan, beban objek, serta frekuensi

Page 116: GAMBARAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29642/1/Daily... · KELUHAN MSDs PADA PEKERJA MEKANIK UNIT PRODUKSI TCW DI PT ... menggunakan

93

relative dengan metode OWAS yang didasarkan pada hasil pengamatan dari

berbagai posisi yang diambil pada pekerja selama melakukan pekerjaannya,

langkah selanjutnya yaitu menentukan kategori tingkat risiko dengan

mengkalkulasikan masing-masing posisi punggung, lengan, kaki dan beban, yakni

sebagai berikut :

Tabel 4.7

Tabel OWAS Kombinasi Posisi

Sumber : Tarwaka, 2013

Cara penggunaan tabel OWAS kombinasi posisi yakni, misalnya seorang

pekerja selama bekerja dengan posisi membungkuk, maka kode posisi untuk

Page 117: GAMBARAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29642/1/Daily... · KELUHAN MSDs PADA PEKERJA MEKANIK UNIT PRODUKSI TCW DI PT ... menggunakan

94

punggung adalah 2. Posisi salah satu lengan pekerja selama bekerja dalam keadaan

diatas bahu, maka kode posisi untuk lengan adalah 2. Sementara itu, selama bekerja

berlangsung dilakukan dengan berjalan, maka kode posisi untuk kaki adalah 7, dan

pekerjaan yang dilakukan adalah mengangkat beban lebih dari 20kg, maka kode posisi

beban dan force adalah 3. Dari hasil pengkodean tersebut maka dengan menggunakan

tabel kalkulasi OWAS, didapatkan kategori risiko 4. Berdasarkan kategori risiko

tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa posisi tubuh selama kerja mempunyai efek

sangat berbahaya pada sistem musculoskeletal, dengan demikian tindakan korektif

perlu dilakukan sesegera mungkin.

Metode ini tidak hanya terbatas pada klasifikasi posisi sesuai dengan risiko

yang ditimbulkan pada sistem musculoskeletal, tetapi juga menyediakan analisis

frekuensi relative dari posisi yang berbeda pada bagian punggung, lengan dan kaki

yang telah diamati dan dicatat setiap kode posisi. Oleh karena itu, harus dihitung

jumlah repetitive dari setiap posisi (punggung, lengan, kaki) dalam kaitannya dengan

posisi lainnya selama total waktu pengamatan, yaitu frekuensi relative pekerjaan.

Setelah perhitungan maka sebagai langkah terkahir dari metode OWAS ini adalah

menentukan kategori risiko yang mencakup setiap posisi. Berikut merupakan tabel

OWAS Frekuensi Relatif

Page 118: GAMBARAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29642/1/Daily... · KELUHAN MSDs PADA PEKERJA MEKANIK UNIT PRODUKSI TCW DI PT ... menggunakan

95

Tabel 4.8

Tabel OWAS Frekuensi Relatif

Punggung

Punggung

lurus/tegak

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

Punggung

membungkuk

2 1 1 1 2 2 2 2 2 3 3

Punggung

memuntir

3 1 1 2 2 2 3 3 3 3 3

Punggung

membungkuk &

memuntir

4 1 2 2 3 3 3 3 4 4 4

Lengan

Kedua lengan

dibawah bahu

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

Satu lengan diatas

bahu

2 1 1 1 2 2 2 2 2 3 3

Kedua lengan

diatas bahu

3 1 1 2 2 2 2 2 3 3 3

Kaki

Duduk 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2

Berdiri kedua

kaki lurus

2 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2

Berdiri dengan

satu kaki ditekuk

3 1 1 1 2 2 2 2 2 3 3

Berdiri sedikit

jongkok dengan

kedua lutut

4 1 2 2 3 3 3 3 4 4 4

Berdiri atau

jongkok satu lutut

5 1 2 2 3 3 3 3 4 4 4

Berlutut pada satu

atau dua lutut

menyentuh lantai

6 1 1 2 2 2 3 3 3 3 3

Berjalan/bergerak 7 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2

FREKUENSI

RELATIF

(%)

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

Sumber : Tarwaka, 2013

Page 119: GAMBARAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29642/1/Daily... · KELUHAN MSDs PADA PEKERJA MEKANIK UNIT PRODUKSI TCW DI PT ... menggunakan

96

Cara penggunaan tabel OWAS frekuensi relative adalah, misal seorang

pekerja selama kerja yang dominan dengan posisi punggung membungkuk, maka kode

posisi untuk punggung adalah 2, dimana posisi punggung membungkuk tersebut

dilakukan dengan frekuensi repetitive ≤ 60%, maka kategori risiko untuk punggung

adalah “2”. Kedua lengan pekerja selam beraktivitas dominan dibawah bahu, maka

kode posisi untuk lengan adalah 1, dimana posisi lengan demikian dilakukan dengan

frekuensi repetitive ≤ 90%, maka kategori risiko untuk lengan adalah “1”. Sementara

itu, selama bekerja dilakukan dengan berdiri namun sedikit jongkok dengan kedua

lutut, maka kode posisi untuk kaki adalah 4, posisi tersebut dilakukan dengan

frekuensi relative ≤ 70%, maka kategori risiko untuk kaki adalah “3”. Berdasarkan

hasil perhitungan kategori risiko yang didasarkan pada frekuensi repetitive pada

masing-masing posisi tubuh tersebut, disimpulkan bahwa tidak terdapat masalah pada

posisi lengan, namun pada posisi punggung berpotensi menyebabkan cedera dan posisi

kaki menyebabkan risiko tinggi terjadinya gangguan sistem musculoskeletal. Dengan

demikian, prioritas tindakan perbaikan untuk memperbaiki posisi kaki. Apabila

terdapat anggota tubuh yang memiliki tingkat risiko yang sama dengan anggota tubuh

lainnya, maka yang dipilih ialah anggota tubuh yang memiliki risiko postur lebih besar

dalam proses kerja Berikut merupakan kategori risiko dan tindakan perbaikan :

Page 120: GAMBARAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29642/1/Daily... · KELUHAN MSDs PADA PEKERJA MEKANIK UNIT PRODUKSI TCW DI PT ... menggunakan

97

Tabel 4.9

Kategori Risiko dan Tindakan Perbaikan OWAS

Kategori

Risiko

Efek Pada Sistem Muskuloskeletal Tindakan Perbaikan

Skor 1

(Normal

Posture)

Posisi normal tanpa efek yang dapat

mengganggu sistem musculoskeletal

(risiko rendah)

Tidak diperlukan

perbaikan

Skor 2

(Slightly

Harmful)

Posisi yang berpotensi menyebabkan

kerusakan pada sistem

musculoskeletal (risiko sedang)

Tindakan perbaikan

mungkin diperlukan

Skor 3

(Distincly

Harmful)

Posisi dengan efek berbahaya pada

sistem musculoskeletal (risiko tinggi)

Tindakan perbaikan

diperlukan segera

Skor 4

(Extremely

Harmful)

Posisi dengan efek sangat berbahaya

pada sistem musculoskeletal (risiko

sangat tinggi)

Tindakan perbaikan

diperlukan sesegera

mungkin

Sumber : Tarwaka, 2013

F. Manajemen Data

Data yang telah dikumpulkan oleh peneliti kemudian akan diolah dengan

menggunakan software program komputer meliputi :

1. Menyunting Data (Editing)

Proses ini meliputi pengecekan terhadap foto posisi pekerja yang dilakukan

selama proses pengumpulan data yang bertujuan untuk memastikan bahwa

seluruh sudut yang akan dihitung sudah terdapat dalam foto tersebut. Selain itu

dilakukan pengecekan data terhadap lembaran kuisioner NBM yang dilakukan

selama proses pengumpulan data yang bertujuan untuk memastikan bahwa

seluruh data mengenai identitas pribadi pekerja dan pertanyaan keluhan pada

seluruh anggota tubuh pekerja suda terisi semua. Selama proses editing

dilakukan penyuntingan data oleh peneliti agar data yang salah atau meragukan

Page 121: GAMBARAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29642/1/Daily... · KELUHAN MSDs PADA PEKERJA MEKANIK UNIT PRODUKSI TCW DI PT ... menggunakan

98

dapat langsung di hitung kembali besar sudut dan ditelusuri kembali kepada

pekerja yang bersangkutan.

2. Mengkode Data (Coding)

Proses pendeskripsian data dan pemberian kode pada jawaban responden,

dilakukan pada pembuatan kuesioner untuk mempermudah pengolahan data

selanjutnya. Adapun kode yang diberikan adalah sebagai berikut :

a. Identitas pribadi pekerja diberi kode A

b. Skor postur leher pekerja diberi kode B

c. Skor postur punggung pekerja diberi kode C

d. Skor postur lengan pekerja diberi kode D

e. Skor postur kaki pekerja diberi kode E

f. Skor beban objek diberi kode F

g. Tingkat kategori risiko dengan metode OWAS diberi kode G

h. Tingkat kategori risiko dengan metode REBA diberi kode H

i. Tingkat kategori keluhan MSDs diberi kode I

j. Tingkat kategori risiko frekuensi relative diberi kode J

3. Memasukkan data (Entry)

Data yang sudah diberikan kode kemudian dimasukkan dalam program

software statistic untuk dilakukan analisa data. Data yang di entry adalah usia

pekerja, masa kerja, skor postur leher, skor postur punggung, skor postur

lengan, skor postur kaki, skor berat beban, skor frekuensi relative, dan keluhan

MSDs yang dikeluhkan pekerja.

Page 122: GAMBARAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29642/1/Daily... · KELUHAN MSDs PADA PEKERJA MEKANIK UNIT PRODUKSI TCW DI PT ... menggunakan

99

4. Membersihkan data (Cleaning)

Pembersihan data atau pengecekan kembali dilakukan untuk memastikan tidak

ada kesalahan dalam melakukan pengkodean atau pada saat melakukan entry

data. Variabel yang dilakukan pengecekan adalah usia pekerja, masa kerja, skor

postur leher, skor postur punggung, skor postur lengan, skor postur kaki, skor

berat beban, skor frekuensi relative, dan keluhan MSDs yang dikeluhkan

pekerja.

G. Analisa Data

1. Analisis Per Variabel

Analisis per variabel dilakukan untuk mendeskripsikan frekuensi dari masing-

masing variabel independen dan variabel dependen. Adapun variabel dalam

penelitian ini adalah usia pekerja, masa kerja, skor postur leher, skor postur

punggung, skor postur lengan, skor postur kaki, skor berat beban, skor frekuensi

relative, dan keluhan MSDs. Hasil analisis per variabel disajikan dalam bentuk

grafik dan tabel.

2. Analisis Tabulasi Silang (Cross Tab)

Analisis tabulasi silang dilakukan untuk melihat distribusi frekuensi antara

variabel independen (masa kerja, usia kerja, skor postur leher, skor postur

punggung, skor postur lengan, skor postur kaki, skor berat beban objek, tingkat

kategori risiko OWAS, dan REBA, tingkat kategori risiko frekuensi relative)

dengan variabel dependen (keluhan MSDs). Untuk melihat distribusi frekuensi

Page 123: GAMBARAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29642/1/Daily... · KELUHAN MSDs PADA PEKERJA MEKANIK UNIT PRODUKSI TCW DI PT ... menggunakan

100

antara variabel independen dengan variabel dependen digunakan uji chi-square

menggunakan program software. Hasil dari analisis tabulasi silang atau cross

tab pada penelitian disajikan dalam bentuk tabel.

Page 124: GAMBARAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29642/1/Daily... · KELUHAN MSDs PADA PEKERJA MEKANIK UNIT PRODUKSI TCW DI PT ... menggunakan

101

BAB V

HASIL

A. Profil PT GMF AeroAsia

1. Sejarah PT. GMF AeroAsia

Direktorat teknik Garuda Indonesia yang telah didirikan sejak tahun 1949, PT.

GMF AeroAsia pada tahun 1984 bertransformasi menjadi divisi Maintenance &

Engineering (M&E) yang kemudian dikembangkan menjadi unit bisnis mandiri.

Bisnis utama PT. GMF AeroAsia adalah penyediaan jasa perawatan dan perbaikan

pesawat terbang yang mencakup rangka pesawat, mesin, komponen, dan jasa

pendukung lainnya secara terintegrasi atau dikenal dengan bisnis Maintenance,

Repair, dan Overhaul (MRO).

PT. GMF AeroAsia merupakan salah satu fasilitas perawatan pesawat terbesar

di Indonesia dan telah disertifikasi dibanyak Negara serta mendapatkan banyak

penghargaan. PT. GMF AeroAsia melayani berbagai maskapai penerbangan baik

penerbangan domestik maupun penerbangan internasional. Layanan jasa yang

meliputi pelayanan dasar dan pemeliharaan berat, cargo convensional,

pemeliharaan mesin, pemeliharaan komponen, line maintenance, engineering

service, perdagangan, dan manajemen aset. Pelanggan utama PT. GMF Aero Asia

adalah PT. Garuda Indonesia.

Page 125: GAMBARAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29642/1/Daily... · KELUHAN MSDs PADA PEKERJA MEKANIK UNIT PRODUKSI TCW DI PT ... menggunakan

102

2. Gambaran Umum Unit Produksi TCW PT GMF AeroAsia

Unit Wheel, Brake, dan Landing Gear yang selanjutnya disebut unit TCW

merupakan salah satu unit di PT. GMF AeroAsia yang bertugas untuk menangani

kegiatan perawatan atau maintenance roda pesawat terbang. Unit ini dipimpim oleh

seorang General Manager dan dibantu oleh dua Manager crew A dan B Wheel,

Brake & Landing Gear dan satu Manager Production Engineering Planning &

Control. Crew A dan Crew B ini merupakan pekerja yang berada di unit produksi

yang terdiri dari dua shift. Pembagian shift antara crew A dan B ini terdiri dari

pukul 06.30-14.30 wib dan 14.30-22.30 wib.

Dalam proses produksi yang berlangsung di unit TCW, terdapat 10 alur

proses kerja yang dilakukan pada proses perawatan atau maintenance wheel dan

brake. Proses kerja yang berada di unit TCW menggunakan objek kerja dengan

ukuran yang besar, memiliki berat yang berlebih, serta banyak terjadi gerakan

repetitive atau gerakan berulang yang dilakukan oleh pekerja. Selain itu, ditemukan

postur janggal pada pekerja selama melakukan proses kerja tersebut.

Alur poduksi untuk proses wheel maintenance dapat dilihat pada gambar 5.1

dan alur produksini untuk proses brake maintenance dapat dilihat pada gambar 5.2

dibawah ini :

Page 126: GAMBARAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29642/1/Daily... · KELUHAN MSDs PADA PEKERJA MEKANIK UNIT PRODUKSI TCW DI PT ... menggunakan

103

Gambar 5.1

Alur Proses Produksi Wheel Unit TCW PT GMF AeroAsia

1.Disassembly Wheel:

- mengurangi tekanan nitrogen

(membawa ban ke area press, pressing tire,

membawa ban ke area disassembly)

- membuka bolt

- memisahkan velg dengan ban (memukul

ban, mencungkil velg, mengeluarkan velg,

mengangkat velg)

-membawa velg ke area cleaning

2.Cleaning Wheel

- mencuci & menyikat velg

- pemberian soda api

- memindahkan velg dengan

crane

- merontokkan sisa cat yang

menempel

3. Inspeksi Bearing

Wheel

- inspeksi bearing

- lubrikasi bearing

4. Overhaul Wheel

- measuring bolt hole

- memindahkan hub dari

painting area

5. Assembly Wheel

- membersihkan sisa-sisa primer

- membawa tire ke assembly area

- install tire

- install hub

- install bolt

- install nut

- menyamakan nilai momentum

- membawa wheel ke tempat inflation

6. Inflation Process

- install core

- fill with dry nitrogen

Page 127: GAMBARAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29642/1/Daily... · KELUHAN MSDs PADA PEKERJA MEKANIK UNIT PRODUKSI TCW DI PT ... menggunakan

104

Gambar 5.2

Alur Proses Produksi Brake Unit TCW PT GMF AeroAsia

2. Cleaning Brake

- membersihkan

komponen piston pada

brake

1. Disassembly Brake

- membuka nut pada brake

- memindahkan komponen heatsink

- drilling untuk membuka linning

- membuang cairan skydroll piston housing

3. Assembly Brake

- install and tighten piston sleeve

- install and tighten accessories

- torsi komponen bolt

- memindahkan complete piston housing ke

heatsink assy

- locking wire of bolt

4. Testing Brake

- mempompa tuas tekanan

hidrolik

Page 128: GAMBARAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29642/1/Daily... · KELUHAN MSDs PADA PEKERJA MEKANIK UNIT PRODUKSI TCW DI PT ... menggunakan

105

B. Gambaran Tingkat Risiko Ergonomi Terhadap Terjadinya Keluhan MSDs

Pada Pekerja Mekanik Unit Produksi TCW Di PT GMF AeroAsia Tahun 2015

Pada penelitian ini melakukan penilaian tingkat risiko ergonomi yang

bertujuan unutk melihat terjadinya keluhan MSDs pada pekerja mekanik unit

produksi TCW di PT GMF AeroAsia. Penilaian tingkat risiko ergonomi

menggunakan metode OWAS dan REBA. Kategori tingkat risiko ergonomi dibagi

menjadi 4, yakni; skor 1 untuk tingkat risiko rendah terhadap terjadinya MSDs, skor

2 untuk tingkat risiko sedang terhadap terjadinya MSDs, skor 3 untuk risiko tinggi

terhadap terjadinya MSDs, dan skor 4 untuk risiko sangat tinggi terhadap terjadinya

MSDs. Data yang digunakan adalah data primer yang diperoleh dari hasil observasi

terhadap pekerja.

Kuesioner Nordic Body Map (NBM) digunakan untuk mengukur keluhan

MSDs pada pekerja. Kategori tingkat keluhan MSDs dibagi menjadi 4 yakni : skor 1

untuk tingkat risiko rendah terhadap terjadinya MSDs, skor 2 untuk tingkat risiko

sedang terhadap terjadinya MSDs, skor 3 untuk risiko tinggi terhadap terjadinya

MSDs, dan skor 4 untuk risiko sangat tinggi terhadap terjadinya MSDs. Hasil

distribusi frekuensi tingkat risiko ergonomi terhadap terjadinya keluhan MSDs pada

pekerja mekanik unit produksi TCW PT GMF AeroAsia Tahun 2015 dapat dilihat

pada tabel 5.1 dan tabel 5.2 :

Page 129: GAMBARAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29642/1/Daily... · KELUHAN MSDs PADA PEKERJA MEKANIK UNIT PRODUKSI TCW DI PT ... menggunakan

106

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Tingkat Risiko Ergonomi Dengan

Menggunakan Metode OWAS Terhadap Terjadinya Keluhan MSDs Pada

Pekerja Mekanik Unit Produksi TCW PT GMF Aeroasia Tahun 2015

No. Tingkat OWAS

Tingkat Keluhan MSDs TOTAL

Rendah Sedang

N % N % n %

1. Rendah 5 83.3% 1 16.7% 6 100%

2. Sedang 21 84% 4 16.% 25 100%

3. Tinggi 21 91.3% 2 8.7% 23 100%

4. Sangat Tinggi 1 100% 0 0% 1 100%

TOTAL 48 87.3% 7 12.7% 55 100%

Berdasarkan tabel 5.1 diketahui bahwa pekerja yang memiliki tingkat risiko

ergonomi rendah maupun sangat tinggi, kebanyakan yang memiliki tingkat keluhan

MSDs yang rendah.

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Tingkat Risiko Ergonomi Dengan

Menggunakan Metode REBA Terhadap Terjadinya Keluhan MSDs Pada

Pekerja Mekanik Unit Produksi TCW PT GMF Aeroasia Tahun 2015

No. Tingkat REBA

Tingkat Keluhan MSDs TOTAL

Rendah Sedang

N % N % n %

1. Rendah 4 80.3% 1 20.0% 5 100%

2. Sedang 21 84.0% 4 16.0% 25 100%

3. Tinggi 22 91.7% 2 8.3% 24 100%

4. Sangat Tinggi 1 100.0% 0 0.0% 1 100%

TOTAL 48 87.3% 7 12.7% 55 100%

Berdasarkan tabel 5.2 diketahui bahwa pekerja yang memiliki tingkat risiko

ergonomi rendah maupun sangat tinggi, kebanyakan yang memiliki tingkat keluhan

MSDs yang rendah.

Page 130: GAMBARAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29642/1/Daily... · KELUHAN MSDs PADA PEKERJA MEKANIK UNIT PRODUKSI TCW DI PT ... menggunakan

107

C. Gambaran Tingkat Risiko Ergonomi Dengan Metode OWAS dan REBA Pada

Pekerja Mekanik Unit TCW di PT. GMF AeroAsia Tahun 2015

Pada penelitian ini melakukan penilain pada tingkat risiko ergonomi dengan

menggunakan metode OWAS dan REBA. Skor tingkat risiko berdasarkan metode

OWAS didapatkan dari kombinasi posisi punggung, lengan, kaki dan beban berat

objek kerja yang digunakan oleh pekerja. Kategori tingkat risiko menurut OWAS

dibedakan menjadi empat, yakni; skor 1 untuk tingkat risiko rendah terhadap

terjadinya MSDs, skor 2 untuk tingkat risiko sedang terhadap terjadinya MSDs, skor

3 untuk risiko tinggi terhadap terjadinya MSDs, dan skor 4 untuk risiko sangat tinggi

terhadap terjadinya MSDs. Sedangkan skor tingkat risiko berdasarkan metode

REBA didapatkan dari kombinasi skor A (badan, leher, kaki dan beban) ditambah

dengan skor B (lengan atas, lengan bawah, pergelangan tangan, dan coupling).

Kategori tingkat risiko menurut REBA dibedakan menjadi lima, yakni; skor 0 untuk

tingkat risiko sangat rendah, skor 1 untuk tingkat risiko rendah, skor 2 untuk tingkat

risiko sedang, skor 3 untuk tingkat risiko tinggi, dan skor 4 untuk tingkat risiko

sangat tinggi. Hasil distribusi frekuensi berdasarkan tingkat risiko OWAS dan

REBA berdasarkan sub proses pada pekerja mekanik unit produksi TCW PT GMF

AeroAsia Tahun 2015 pada gambar 5.3 :

Page 131: GAMBARAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29642/1/Daily... · KELUHAN MSDs PADA PEKERJA MEKANIK UNIT PRODUKSI TCW DI PT ... menggunakan

108

Gambar 5.3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tingkat Risiko OWAS Dan

REBA Berdasarkan Sub Proses Pada Pekerja Mekanik Unit Produksi TCW

PT GMF Aeroasia Tahun 2015

Berdasarkan Gambar 5.3, dapat disimpulkan bahwa terdapat 4 sub proses yang

memiliki tingkat risiko yang berbeda, yakni pada sub proses pressing tire-

disassembly wheel, install nut dan membawa wheel ke inflation process – assembly

wheel, serta torsi komponen bolt pada assembly brake.

0.00%0.00%0.00%0.00%0.00%0.00%0.00%0.00%0.00%0.00%0.00%0.00%0.00%0.00%0.00%0.00%0.00%0.00%0.00%0.00%0.00%1.81%

3.63%3.63%

0.00%0.00%0.00%0.00%0.00%1.81%

0.00%0.00%

3.63%3.63%

0.00%0.00%1.81%

0.00%0.00%0.00%

7.09%5.45%

10.90%

10.90%

3.63%3.63%

3.63%3.63%

5.45%

5.45%

0.00%0.00%

5.45%5.45%

0.00%0.00%

14.54%

16.36%

1.81%1.81%

12.72%

12.72%

10.90%

10.90%

0.00%0.00%

10.90%

10.90%5.45%

3.63%

3.63%3.63%

0.00%0.00%

3.63%3.63%

0.00%0.00%

0.00%0.00%

0.00%0.00%

0.00%0.00%

0.00%0.00%

0.00%0.00%

1.81%1.81%

0.00%0.00%

0%

5%

10%

15%

20%

25%

30%Ju

mla

h S

ub

Pro

ses

Sangat Tinggi

Tinggi

Sedang

Rendah

Sangat Rendah

Page 132: GAMBARAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29642/1/Daily... · KELUHAN MSDs PADA PEKERJA MEKANIK UNIT PRODUKSI TCW DI PT ... menggunakan

109

D. Gambaran Keluhan MSDs Pada Pekerja Mekanik Unit Produksi TCW PT

GMF AeroAsia Tahun 2015

Pada penelitian ini melakukan penilain pada keluhan MSDs pada pekerja.

Keluhan tersebut berupa rasa nyeri, rasa pegal, rasa kebas, rasa panas, rasa

kesemutan, dan rasa tidak nyaman pada bagian anggota tubuh pekerja. Hasil

distribusi frekuensi tingkat keluhan MSDs pada pekerja mekanik di unit TCW dapat

dilihat pada tabel sebelumnya, yakni pada tabel 5.1 dan tabel 5.2.

Hasil distribusi frekuensi keluhan MSDs berdasarkan anggota tubuh pada

pekerja mekanik unit produksi TCW PT. GMF AeroAsia Tahun 2015 dapat dilihat

pada gambar 5.4 :

Gambar 5.4 Distribusi Frekuensi Keluhan MSDs Berdasarkan Anggota Tubuh

Pada Pekerja Mekanik Unit Produksi TCW PT GMF AeroAsia Tahun 2015

Berdasarkan gambar 5.4 diketahui bahwa sebesar 96.4% dari sub proses yang di

observasi pekerja mengeluhkan adanya keluhan MSDs pada bagian punggung.

Hasil distribusi frekuensi keluhan MSDs per anggota tubuh berdasarkan proses

pada pekerja mekanik unit produksi TCW PT. GMF AeroAsia Tahun 2015 dapat

dilihat gambar 5.5 :

41.80%

96.40%

44% 40%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

Leher Punggung Lengan Kaki

Per

senta

se S

ub

Pro

ses

Keluhan MSDs

Leher

Punggung

Lengan

Kaki

Page 133: GAMBARAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29642/1/Daily... · KELUHAN MSDs PADA PEKERJA MEKANIK UNIT PRODUKSI TCW DI PT ... menggunakan

110

Gambar 5.5 Distribusi Frekuensi Keluhan MSDs Berdasarkan Sub Proses

Pada Pekerja Mekanik Unit Produksi TCW PT GMF AeroAsia Tahun 2015

Berdasarkan gambar 5.5 diketahui bahwa keluhan tertinggi pada leher terdapat di

proses assembly brake sebesar 10,90%, keluhan tertinggi pada punggung terdapat

dip roses disassembly wheel sebesar 20%, keluhan tertinggi pada lengan terdapat di

proses disassembly wheel sebesar 30%, dan keluhan tertinggi pada kaki terdapat di

proses cleaning wheel, disassembly brake, dan assembly brake sebesar 9.09%.

0%

9.09%

2% 4% 3.63%0%

9.09%

2%

10.90%

1.81%

20.00%

18.18%

3.63%

10.90%7.27%

3.63%

10.90%

3.63%

16.36%

2%

30% 15%

0%

11%

9%

0%

9%

2%

16%

2%

4%

9%

1.81%

4%

4%

0%

9.09%

0%

9.09%

2%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

Per

senta

se S

ub

Pro

ses

Proses Kerja

Kaki

Lengan

Punggung

Leher

Page 134: GAMBARAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29642/1/Daily... · KELUHAN MSDs PADA PEKERJA MEKANIK UNIT PRODUKSI TCW DI PT ... menggunakan

111

E. Gambaran Postur Leher Menggunakan Metode REBA Pada Pekerja Mekanik

Unit Produksi TCW PT GMF AeroAsia Tahun 2015

Pada penelitian ini melakukan penilaian pada postur leher pada pekerja.

Kategori penilaian skor leher menggunakan REBA dibagi menjadi 2, yakni; skor 1

untuk postur leher menunduk kurang dari 200, skor 2 untuk postur leher menunduk

lebih dari 200

dan skor 2 untuk posisi leher ekstensi ke belakang. Apabila posisi

leher memutar maka skor sebelumnya ditambahkan 1, dan apabila leher yang

memutar ditambah dengan miring kesamping ditambah 2. Data diperoleh melalui

observasi dan melakukan penilaian sudut leher dengan menggunakan MB Ruler.

Hasil distribusi frekuensi skor postur leher dengan menggunakan metode REBA

berdasarkan sub proses pada pekerja mekanik unit produksi TCW PT GMF

AeroAsia Tahun 2015 dapat dilihat pada tabel 5.3 :

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Skor Postur Leher Dengan Menggunakan

Metode REBA Berdasarkan Sub Proses Pada Pekerja Mekanik Unit Produksi

TCW PT GMF Aeroasia Tahun 2015

No. Postur Leher Skor Jumlah Sub

Proses (n)

Persentase

(%)

1. Menunduk <200

1 3 5,45

2. Menunduk / Ekstensi >200

2 49 89,1

3. Menunduk <200 + Miring 2 0 0

4. Menunduk >200 + Miring 3 3 5,45

5. Menunduk <20

0 + Miring +

Memutar 3 0 0

6. Menunduk >20

0 + Miring +

Memutar 4 0 0

Total 55 100

Page 135: GAMBARAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29642/1/Daily... · KELUHAN MSDs PADA PEKERJA MEKANIK UNIT PRODUKSI TCW DI PT ... menggunakan

112

Berdasarkan tabel 5.3 diketahui bahwa sebanyak 3 atau sebesar 5.45% sub proses

yang di observasi, pekerja bekerja dengan risiko yang lebih besar yakni dengan

postur leher menunduk lebih dari 200

dan leher dalam keadaan miring.

Hasil distribusi frekuensi skor postur leher dengan menggunakan metode

REBA berdasarkan sub proses pada pekerja mekanik unit produksi TCW PT GMF

AeroAsia Tahun 2015 pada gambar 5.6 :

Gambar 5.6 Distribusi Frekuensi Skor Postur Leher Dengan Menggunakan

Metode REBA Berdasarkan Sub Proses Pada Pekerja Mekanik Unit Produksi

TCW PT GMF Aeroasia Tahun 2015

Berdasarkan gambar 5.6 diketahui bahwa dari seluruh sub proses kerja yang berada

di unit TCW sebanyak 4% sub proses yang memiliki risiko lebih besar, yakni postur

leher menunduk >200 dan miring berada di proses assembly brake.

Hasil distribusi frekuensi skor postur leher terhadap terjadinya keluhan di leher

pada pekerja mekanik unit produksi TCW PT GMF AeroAsia Tahun 2015 dapat

dilihat pada tabel 5.4 :

2% 1.8% 0.0% 0.0% 1.8% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0% 1.8%

18.1% 16.4%

3.6%

10.9% 9.1%

3.6%

9.1%

3.6%

12.7%

0.0%

0%0%

0%

0% 0%

0%

2%

0%

4%

0%

0%

5%

10%

15%

20%

25%

Per

senta

se S

ub

Pro

ses

Proses Kerja

Menunduk >20 + Miring

Menunduk / Ekstensi >20

Menunduk <20

Page 136: GAMBARAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29642/1/Daily... · KELUHAN MSDs PADA PEKERJA MEKANIK UNIT PRODUKSI TCW DI PT ... menggunakan

113

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Skor Postur Leher Terhadap Terjadinya

Keluhan di Leher Pada Pekerja Mekanik Unit Produksi TCW PT GMF

AeroAsia Tahun 2015 :

No. Postur Leher

Keluhan Leher TOTAL

Ya Tidak

n % n % n %

1. Menunduk <200 1 33.3% 2 66.7% 3 100%

2. Menunduk/Ekstensi >200 19 38.8% 30 61.2% 49 100%

3. Menunduk >200 + Miring 3 100% 0 0% 3 100%

TOTAL 23 41.8% 32 58.2% 55 100%

Berdasarkan tabel 5.4, dapat disimpulkan bahwa semua sub proses atau sebesar

100% yang bekerja dengan postur leher menunduk lebih dari 200 dan miring

mengalami adanya keluhan MSDs pada leher.

F. Gambaran Postur Punggung Menggunakan Metode OWAS Pada Pekerja

Mekanik Unit Produksi TCW PT GMF AeroAsia Tahun 2015

Pada penelitian ini melakukan pengukuran dan penilaian postur punggung.

Kategori penilaian skor postur punggung menurut metode OWAS terdapat menjadi

empat kategori, yakni; skor 1 untuk posisi punggung lurus atau tegak <200, skor 2

untuk posisi punggung membungkuk ke depan atau >200, skor 3 untuk posisi

punggung miring ke samping >200, dan skor 4 untuk posisi punggung membungkuk

ke depan dan miring ke samping >200. Data diperoleh melalui observasi dan

melakukan pengukuran dan penilaian besarnya sudut dengan menggunakan MB

ruler. Hasil distribusi frekuensi postur punggung dengan menggunakan metode

OWAS berdasarkan sub proses pada pekerja mekanik unit produksi TCW PT GMF

AeroAsia Tahun 2015 dapat dilihat pada tabel 5.5 :

Page 137: GAMBARAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29642/1/Daily... · KELUHAN MSDs PADA PEKERJA MEKANIK UNIT PRODUKSI TCW DI PT ... menggunakan

114

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Postur Punggung Dengan Menggunakan

Metode OWAS Berdasarkan Sub Proses Pada Pekerja Mekanik Unit Produksi

TCW PT GMF Aeroasia Tahun 2015

No. Postur Punggung Skor Jumlah Sub Proses (n) Persentase (%)

1. Tegak <200 1 12 21,81

2. Membungkuk >200

2 39 70,91

3. Miring >200

3 0 0

4. Membungkuk & Miring >200 4 4 7,28

Total 55 100

Berdasarkan Tabel 5.5, dapat disimpulkan bahwa sebanyak 4 atau sebesar 7.28% sub

proses yang di observasi, pekerja bekerja dengan risiko yang lebih besar yakni

dengan postur punggung membungkuk dan miring lebih dari 200.

Berikut ini adalah hasil distribusi frekuensi postur punggung dengan

menggunakan metode OWAS berdasarkan sub proses pada pekerja mekanik unit

produksi TCW PT GMF AeroAsia Tahun 2015 pada gambar 5.7 :

Gambar 5.7 Distribusi Frekuensi Postur Punggung Dengan Menggunakan

Metode OWAS Berdasarkan Sub Proses Pada Pekerja Mekanik Unit Produksi

TCW PT GMF Aeroasia Tahun 2015

1.81%3.63%

0% 0%

5.45%

0%

7.27%

0%

3.63%1.81%

18.10%16.36%

1.81%

10.90%

5.45%

3.63%

1.81%

3.63%

9.09%

0

0% 0%

1.81%

0% 0%

0%

1.81%

0%

3.63%

0

0%

5%

10%

15%

20%

25%

Per

senta

se S

ub

Pro

ses

Proses Kerja

Membungkuk & Miring

Miring

Membungkuk

Tegak

Page 138: GAMBARAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29642/1/Daily... · KELUHAN MSDs PADA PEKERJA MEKANIK UNIT PRODUKSI TCW DI PT ... menggunakan

115

Berdasarkan gambar 5.7 diketahui bahwa dari seluruh sub proses kerja yang berada

di unit TCW sebanyak 3,83% sub proses yang memiliki risiko lebih besar, yakni

postur punggung membungkuk dan miring lebih dari 200 terdapat pada assembly

brake.

Hasil distribusi frekuensi skor postur punggung terhadap terjadinya keluhan

di punggung pada pekerja mekanik unit produksi TCW PT GMF AeroAsia Tahun

2015 dapat dilihat pada tabel 5.6 :

Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Skor Postur Punggung Terhadap Terjadinya

Keluhan di Punggung Pada Pekerja Mekanik Unit Produksi TCW PT GMF

AeroAsia Tahun 2015 :

No. Postur Punggung

Keluhan Punggung TOTAL

Ya Tidak

n % n % n %

1. Tegak <200 11 91.7% 1 8.3% 12 100%

2. Membungkuk >200 38 97.4% 1 2.6% 39 100%

3. Membungkuk + Miring >200 4 100% 0 0% 4 100%

TOTAL 53 96.4% 2 3.6% 55 100%

Berdasarkan tabel 5.6, dapat disimpulkan bahwa semua sub proses atau sebesar

100% yang bekerja dengan postur punggung membungkuk dan miring lebih dari 200

mengalami keluhan MSDs pada punggung.

G. Gambaran Postur Lengan Menggunakan Metode OWAS Pada Pekerja

Mekanik Unit Produksi TCW PT GMF AeroAsia Tahun 2015

Pada penelitian ini melakukan penilaian terhadap postur lengan. Kategori

penilaian skor postur lengan menurut metode OWAS terdapat menjadi tiga kategori,

Page 139: GAMBARAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29642/1/Daily... · KELUHAN MSDs PADA PEKERJA MEKANIK UNIT PRODUKSI TCW DI PT ... menggunakan

116

yakni; skor 1 untuk posisi kedua lengan berada di bawah bahu, skor 2 untuk posisi

salah satu lengan berada di atas bahu, dan skor 3 untuk posisi kedua lengan berada

diatas bahu. Data diperoleh melalui observasi dan melakukan penilaian posisi lengan

pekerja tersebut. Hasil distribusi frekuensi berdasarkan postur lengan dengan

menggunakan metode OWAS berdasarkan sub proses pada pekerja mekanik unit

produksi TCW PT GMF AeroAsia Tahun 2015 dapat dilihat pada tabel 5.7 :

Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Postur Lengan Dengan Menggunakan Metode

OWAS Berdasarkan Sub Proses Pada Pekerja Mekanik Unit Produksi TCW

PT GMF Aeroasia Tahun 2015

No. Postur Lengan Skor Jumlah Sub

Proses (n)

Persentase

(%)

1. Kedua lengan di bawah bahu 1 45 81,81

2. Satu lengan di atas bahu 2 10 18,19

3. Kedua lengan di atas bahu 3 0 0

Total 55 100

Berdasarkan Tabel 5.7, dapat disimpulkan bahwa sebanyak 10 atau sebesar 18,19%

sub proses yang di observasi, pekerja bekerja dengan risiko yang lebih besar yakni

dengan posisi salah satu lengan berada diatas bahu.

Hasil distribusi frekuensi postur lengan dengan menggunakan metode OWAS

berdasarkan sub proses pada pekerja mekanik unit produksi TCW PT GMF

AeroAsia Tahun 2015 dapat dilihat pada gambar 5.8 :

Page 140: GAMBARAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29642/1/Daily... · KELUHAN MSDs PADA PEKERJA MEKANIK UNIT PRODUKSI TCW DI PT ... menggunakan

117

Gambar 5.8 Distribusi Frekuensi Postur Lengan Dengan Menggunakan Metode

OWAS Berdasarkan Sub Proses Pada Pekerja Mekanik Unit Produksi TCW PT GMF

Aeroasia Tahun 2015

Berdasarkan gambar 5.8 diketahui bahwa dari seluruh proses kerja yang berada di

unit TCW sebanyak 3 sub proses atau 5.45% pada proses disassembly brake dan

assembly brake bekerja dengan postur salah satu lengan berada diatas bahu.

Hasil distribusi frekuensi skor postur lengan terhadap terjadinya keluhan di

lengan pada pekerja mekanik unit produksi TCW PT GMF AeroAsia Tahun 2015

dapat dilihat pada tabel 5.8 :

16.36%14.54%

3.63%

10.90% 10.90%

3.63%

7.27%

3.63%

10.90%

1.81%

3.63%

3.63%

1.80%

0% 0%

0%

5.45%

0%

5.45%

0%

0%

0%

0%

0% 0%

0%

0%

0%

0%

0%

0%

5%

10%

15%

20%

25%

Per

senta

se S

ub

Pro

ses

Proses Kerja

Kedua lengan diatas bahu

Satu lengan diatas bahu

Kedua lengan dibawah bahu

Page 141: GAMBARAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29642/1/Daily... · KELUHAN MSDs PADA PEKERJA MEKANIK UNIT PRODUKSI TCW DI PT ... menggunakan

118

Tabel 5.8 Distribusi Frekuensi Skor Postur Lengan Terhadap Terjadinya

Keluhan di Lengan Pada Pekerja Mekanik Unit Produksi TCW PT GMF

AeroAsia Tahun 2015 :

No. Postur Lengan

Keluhan Lengan TOTAL

Ya Tidak

n % n % n %

1. Kedua lengan dibawah

bahu 33 73.3% 12 26.7% 45 100%

2. Satu lengan diatas bahu 10 100% 0 0% 10 100%

TOTAL 43 78.2% 12 21.8% 55 100%

Berdasarkan tabel 5.8, dapat disimpulkan bahwa semua sub proses atau sebesar

100% yang bekerja dengan postur satu lengan berada di atas bahu mengalami

keluhan MSDs pada lengan.

H. Gambaran Postur Kaki Menggunakan Metode OWAS Pada Pekerja Mekanik

Unit Produksi TCW PT GMF AeroAsia Tahun 2015

Pada penelitian ini melakukan pengukuran dan penilaian postur kaki. Kategori

penilaian skor postur kaki menurut metode OWAS terdapat menjadi tujuh kategori,

yakni; skor 1 dengan posisi kaki duduk, skor 2 dengan posisi kaki berdiri kedua kaki

sudut membentuk >1500, skor 3 dengan posisi kaki berdiri bertumpu pada satu kaki

dan kaki lainnya >1500, skor 4 dengan posisi kaki berdiri atau jongkok dengan

kedua lutut ≤1500, skor 5 dengan posisi kaki berdiri atau jongkok satu lutut ≤150

0,

skor 6 dengan posisi kaki berlutut satu atau kedua kaki, dan skor 7 dengan posisi

kaki berjalan. Dari ketujuh skor postur pada kaki tersebut, postur yang memiliki

risiko tinggi yakni pada skor 4 dengan posisi kaki berdiri atau jongkok dengan kedua

lutut ≤1500, dan skor 5 dengan posisi kaki berdiri atau jongkok satu lutut ≤150

0.

Page 142: GAMBARAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29642/1/Daily... · KELUHAN MSDs PADA PEKERJA MEKANIK UNIT PRODUKSI TCW DI PT ... menggunakan

119

Data diperoleh melalui observasi, melakukan pengukuran dan penilaian

besarnya sudut menggunakan MB ruler. Hasil distribusi frekuensi postur kaki

dengan menggunakan metode OWAS berdasarkan sub proses pada pekerja mekanik

unit produksi TCW PT GMF AeroAsia Tahun 2015 dapat dilihat pada tabel 5.9:

Tabel 5.9 Distribusi Frekuensi Postur Kaki Dengan Menggunakan Metode

OWAS Berdasarkan Sub Proses Pada Pekerja Mekanik Unit Produksi TCW

PT GMF Aeroasia Tahun 2015

No. Postur Kaki Skor Jumlah Sub

Proses (n)

Persentase

(%)

1. Duduk 1 1 1,82

2. Berdiri kedua kaki >1500

2 27 49,10

3. Berdiri bertumpu 1 kaki &

kaki lainnya >1500

3 1 1,82

4. Berdiri/jongkok ≤1500 4 13 23,63

5. Berdiri/jongkok 1 lutut

≤1500

5 2 3,63

6. Berlutut 1 atau 2 lutut 6 2 3,63

7. Berjalan 7 9 16,37

Total 55 100

Berdasarkan Tabel 5.9, dapat disimpulkan bahwa sebanyak 15 atau sebesar 27,27%

sub proses yang telah di observasi, pekerja yang bekerja dengan risiko lebih besar

yakni dengan postur kaki berdiri/jongkok ≤1500 dan berdiri atau jongkok dengan

satu lutut ≤1500.

Hasil distribusi frekuensi postur kaki dengan menggunakan metode OWAS

berdasarkan sub proses pada pekerja mekanik unit produksi TCW PT GMF

AeroAsia Tahun 2015 dapat dilihat pada gambar 5.9 :

Page 143: GAMBARAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29642/1/Daily... · KELUHAN MSDs PADA PEKERJA MEKANIK UNIT PRODUKSI TCW DI PT ... menggunakan

120

Gambar 5.9 Distribusi Frekuensi Skor Postur Kaki Dengan Menggunakan

Metode OWAS Berdasarkan Sub Proses Pada Pekerja Mekanik Unit Produksi

TCW PT GMF Aeroasia Tahun 2015

Berdasarkan gambar 5.9 diketahui bahwa dari seluruh sub proses kerja yang berada di

unit TCW sebesar 9,09% pekerja dengan postur kaki berdiri atau jongkong ≤1500

terdapat pada proses disassembly wheel.

0% 0%1.81%

0% 0% 0% 0%

3.63%

10.90%

0%

7.27%

12.72%

1.81%

1.81% 1.81%0%

3.63%

1.81%

5.45%

1.81%

0%

0%

0%

0% 0%

0%

1.81%0%

0%

0%

9.09%

5.45%

0%1.81%

3.63%

1.81%

0% 0%

0%

0%

0%

0%

0% 0%

1.81%

0%

0% 0%

0%

0%

0%

0%

0%1.81%

1.81%

0%

0% 0%

0%

0%

3.63% 0%

0%

7.27%1.81%

1.81%

0% 0%

0%

0%

0%

5%

10%

15%

20%

25%

Per

senta

se S

ub

Pro

ses

Proses Kerja

Berjalan

Berlutut

Berdiri/jongkok 1 lutut ≤150

Berdiri/jongkok ≤150

Berdiri 1 kaki >150

Berdiri kedua kaki >150

Duduk

Page 144: GAMBARAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29642/1/Daily... · KELUHAN MSDs PADA PEKERJA MEKANIK UNIT PRODUKSI TCW DI PT ... menggunakan

121

Hasil distribusi frekuensi skor postur kaki terhadap terjadinya keluhan di kaki

pada pekerja mekanik unit produksi TCW PT GMF AeroAsia Tahun 2015 dapat

dilihat pada tabel 5.10 :

Tabel 5.10 Distribusi Frekuensi Skor Postur Kaki Terhadap Terjadinya

Keluhan di Kaki Pada Pekerja Mekanik Unit Produksi TCW PT GMF

AeroAsia Tahun 2015 :

No. Postur Kaki

Keluhan Kaki TOTAL

Ya Tidak

n % n % n %

1. Duduk 0 0% 1 100% 1 100%

2. Berdiri kedua kaki >1500 16 59.3% 11 40.7% 27 100%

3. Berdiri 1 kaki & kaki

lainnya >1500

1 100% 0 0% 1 100%

4. Berdiri/jongkok ≤1500 1 7.7% 12 92.3% 13 100%

5. Berdiri/jongkok 1 lutut

≤1500

1 50% 1 50% 2 100%

6. Berlutut 1 atau 2 kaki 2 100% 0 0% 2 100%

7. Berjalan 1 11.1% 8 88.9% 9 100%

TOTAL 22 40% 33 60% 55 100%

Berdasarkan tabel 5.10, dapat disimpulkan bahwa sebesar 50% sub proses yang

bekerja dengan postur berdiri atau jongkok satu lutut ≤1500 mengalami keluhan

MSDs pada kaki.

I. Gambaran Skor Beban Menggunakan Metode OWAS Pada Pekerja Mekanik

Unit Produksi TCW PT GMF AeroAsia Tahun 2015

Pada penelitian ini melakukan penilain pada berat beban objek yang digunakan

pekerja, baik beban yang diangkut,diangkat, di dorong dan alat yang digunakan oleh

Page 145: GAMBARAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29642/1/Daily... · KELUHAN MSDs PADA PEKERJA MEKANIK UNIT PRODUKSI TCW DI PT ... menggunakan

122

pekerja. Kategori penilaian skor beban menurut OWAS dibagi menjadi tiga, yakni;

skor 1 untuk berat beban <10kg, skor 2 untuk berat beban <20kg, dan skor 3 untuk

berat beban >20kg. Data yang digunakan adalah data sekunder yang diperoleh dari

dokumen mengenai spesifikasi dari alat, dan objek yang berada di unit produksi

TCW tersebut. Hasil distribusi frekuensi skor berat beban dengan menggunakan

metode OWAS berdasarkan sub proses pada pekerja mekanik unit produksi TCW

PT GMF AeroAsia Tahun 2015 dapat dilihat pada tabel 5.11 :

Tabel 5.11 Distribusi Frekuensi Berat Beban Dengan Menggunakan Metode

OWAS Berdasarkan Sub Proses Pada Pekerja Mekanik Unit Produksi TCW

PT GMF Aeroasia Tahun 2015

No. Berat Beban Skor Jumlah Sub

Proses (n)

Persentase

(%)

1. Berat <10kg 1 30 54,54

2. Berat <20kg 2 3 5,46

3. Berat >20kg 3 22 40

Total 55 100

Berdasarkan Tabel 5.11, dapat diketahui bahwa sebanyak 22 sub proses atau sebesar

40% menggunakan berat beban lebih dari 20kg.

Hasil distribusi frekuensi berat beban dengan menggunakan metode OWAS

berdasarkan sub proses pada pekerja mekanik unit produksi TCW PT GMF

AeroAsia Tahun 2015 dapat dilihat pada gambar 5.10 :

Page 146: GAMBARAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29642/1/Daily... · KELUHAN MSDs PADA PEKERJA MEKANIK UNIT PRODUKSI TCW DI PT ... menggunakan

123

Gambar 5.10 Distribusi Frekuensi Berat Beban Dengan Menggunakan Metode

OWAS Berdasarkan Sub Proses Pada Pekerja Mekanik Unit Produksi TCW

PT GMF Aeroasia Tahun 2015

Berdasarkan gambar 5.10 diketahui bahwa dari seluruh proses kerja unit TCW

sebanyak 9 sub proses cleaning wheel atau sebesar 16% memiliki risiko lebih besar

karena menggunakan berat beban lebih dari 20kg.

Hasil distribusi frekuensi skor berat beban terhadap terjadinya keluhan MSDs

pada pekerja mekanik unit produksi TCW PT GMF AeroAsia Tahun 2015 dapat

dilihat pada tabel 5.12 :

7%

1.8%3.6%

1.8%

5.5%

1.8%

10.9%

3.6%

16.4%

1.8%

5.5%

0.0%

0.0%

0.0%

0.0%

0.0%

0.0%

0.0%

0.0%

0.0%

7%

16%

0%

9%

5%

5%

0%

0%

0%

0%

0%

5%

10%

15%

20%

25%

Per

senta

se S

ub

Pro

ses

Proses Kerja

Berat >20kg

Berat 10-20kg

Berat <10kg

Page 147: GAMBARAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29642/1/Daily... · KELUHAN MSDs PADA PEKERJA MEKANIK UNIT PRODUKSI TCW DI PT ... menggunakan

124

Tabel 5.12 Distribusi Frekuensi Skor Berat Beban Terhadap Terjadinya

Keluhan MSDs Pada Pekerja Mekanik Unit Produksi TCW PT GMF AeroAsia

Tahun 2015 :

No. Berat Beban

Keluhan MSDs TOTAL

Ya

n % n %

1. Berat <10 Kg 30 100% 1 100%

2. Berat <20 Kg 3 100% 27 100%

3. Berat >20Kg 22 100% 1 100%

TOTAL 55 100% 55 100%

Berdasarkan tabel 5.12, dapat disimpulkan bahwa seluruh pekerja yang bekerja pada

sub proses kerja yang menggunakan berat beban lebih dari 20Kg mengalami adanya

keluhan MSDs.

J. Gambaran Skor Tingkat Risiko Berdasarkan Skor Frekuensi Relatif Pada

Pekerja Mekanik Unit TCW di PT. GMF AeroAsia Tahun 2015

Pada penelitian ini melakukan penialain frekuensi relative pada pekerja.

Penilaian frekuensi relative menurut metode OWAS dibagi menjadi empat, yakni;

skor 1 untuk tingkat risiko rendah terhadap terjadinya MSDs, skor 2 untuk tingkat

risiko sedang terhadap terjadinya MSDs, skor 3 untuk risiko tinggi terhadap

terjadinya MSDs, dan skor 4 untuk risiko sangat tinggi terhadap terjadinya MSDs.

Data yang digunakan adalah data primer yang diperoleh dari hasil observasi proses

kerja terhadap pekerja. Hasil distribusi frekuensi tingkat risiko berdasarkan skor

frekuensi relative pada pekerja mekanik unit produksi TCW PT GMF AeroAsia

Tahun 2015 dapat dilihat pada tabel 5.13 :

Page 148: GAMBARAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29642/1/Daily... · KELUHAN MSDs PADA PEKERJA MEKANIK UNIT PRODUKSI TCW DI PT ... menggunakan

125

Tabel 5.13 Distribusi Frekuensi Skor Frekuensi Relatif Dengan Mengguakan

Metode OWAS Berdasarkan Sub Proses Pada Pekerja Mekanik Unit Produksi

TCW PT GMF Aeroasia Tahun 2015

No. Tingkat Risiko Jumlah Sub Proses (n) Persentase (%)

1. Rendah 2 3,63

2. Sedang 26 47,27

3. Tinggi 14 25,45

4. Sangat Tinggi 13 23,64

Total 55 100

Berdasarkan Tabel 5.13, dapat diketahui bahwa sebanyak 26 sub proses memiliki

skor frekuensi relative sedang terhadap terjadinya keluhan MSDs.

Hasil distribusi skor frekuensi relatif dengan menggunakan metode OWAS

berdasarkan sub proses pada pekerja mekanik unit produksi TCW PT GMF

AeroAsia Tahun 2015 dapat dilihat pada gambar 5.11 :

Gambar 5.11 Distribusi Skor Frekuensi Relatif Dengan Menggunakan Metode

OWAS Berdasarkan Sub Proses Pada Pekerja Mekanik Unit Produksi TCW

PT GMF Aeroasia Tahun 2015

9.1% 9.1%

3.6%7.3%

1.8%0.0%

5.5%

0.0%

10.9%

1.8%

1.8%3.6%

0.0%

0.0%

0.0%0.0%

3.6%

0.0%

3.6%

0.0%

9.1% 5.5%

0.0%

3.6%

9.1%

3.6%

1.8%

3.6%

1.8%

0.0%0%

5%

10%

15%

20%

25%

Per

senta

se S

ub

Pro

ses

Proses Kerja

Kaki

Lengan

Punggung

Page 149: GAMBARAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29642/1/Daily... · KELUHAN MSDs PADA PEKERJA MEKANIK UNIT PRODUKSI TCW DI PT ... menggunakan

126

Berdasarkan gambar 5.11 diketahui bahwa sebesar 10,9% tindakan perbaikan

diprioritaskan pada punggung di proses assembly brake, sebesar 3,6% tindakan

perbaikan diprioritaskan pada lengan diproses cleaning wheel, disassembly brake,

dan assembly brake, serta sebesar 9,1% tindakan perbaikan diprioritaskan pada kaki

diproses disassembly wheel dan assembly wheel.

Hasil distribusi frekuensi prioritas perbaikan terhadap terjadinya keluhan

MSDs pada pekerja mekanik unit produksi TCW PT GMF AeroAsia Tahun 2015

dapat dilihat pada tabel 5.14 :

Tabel 5.14 Distribusi Frekuensi Prioritas Perbaikan Terhadap Terjadinya

Keluhan MSDs Pada Pekerja Mekanik Unit Produksi TCW PT GMF AeroAsia

Tahun 2015 :

No. Prioritas Perbaikan

Keluhan MSDs TOTAL

Ya

N % n %

1. Punggung 27 100% 27 100%

2. Lengan 7 100% 7 100%

3. Kaki 21 100% 21 100%

TOTAL 55 100% 55 100%

Berdasarkan tabel 5.14, dapat disimpulkan bahwa sebesar 27 atau sebesar 49,09%

sub proses kerja dengan skor frekunsi relative tertinggi pada punggung mengalami

adanya keluhan MSDs.

Page 150: GAMBARAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29642/1/Daily... · KELUHAN MSDs PADA PEKERJA MEKANIK UNIT PRODUKSI TCW DI PT ... menggunakan

127

BAB VI

PEMBAHASAN

A. Keterbatasan Penelitian

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui risiko dari

postur kerja di unit produksi TCW PT GMF AeroAsia dan besarnya tingkat risiko

terjadinya keluhan MSDs sebagai pencegahan terjadinya kasus ini dengan alat

penilaian observasi postur OWAS dan REBA. Penelitian ini memiliki keterbatasan-

keterbatasan, yaitu; Pada beberapa proses kerja terdapat beberapa hambatan seperti

tidak adanya pekerjaan yang dilakukan diproses tersebut diakibatkan oleh belum

dilakukannya inspeksi awal terhadap objek yang akan dikerjakan, sehingga

menyulitkan peneliti saat pengambilan rekaman secara berulang.

B. Gambaran Tingkat Risiko Ergonomi Terhadap Terjadinya Keluhan MSDs

Pada Pekerja Mekanik Unit TCW di PT. GMF AeroAsia Tahun 2015.

Unit Wheel and Brake yang selanjutnya disebut unit TCW merupakan

salah satu unit di PT. GMF AeroAsia yang bertugas untuk menangani kegiatan

perawatan atau maintenance roda pesawat terbang. Didalam unit TCW memiliki

beberapa proses kerja, diantaranya adalah disassembly wheel, cleaning wheel,

inspeksi bearing, overhaul wheel, assembly wheel, inflation process, disassembly

brake, cleaning brake, assembly brake, dan testing component brake. Pada

Page 151: GAMBARAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29642/1/Daily... · KELUHAN MSDs PADA PEKERJA MEKANIK UNIT PRODUKSI TCW DI PT ... menggunakan

128

penelitian ini untuk mengukur dan menilai besarnya tingkat risiko ergonomi

menggunakan dua metode yakni, metode OWAS dan metode REBA, sedangkan

pada pengukuran tingkat keluhan MSDs menggunakan kuesioner Nordic Body Map

(NBM).

Berdasarkan hasil pengukuran dan penilaian tingkat risiko ergonomi pada

proses kerja yang ada di unit TCW PT GMF AeroAsia dengan menggunakan

metode REBA dan OWAS, diketahui bahwa terdapat 4 sub proses di unit TCW yang

memiliki tingkat risiko ergonomi yang berbeda. Perbedaan sub proses tersebut

terdapat diproses pressing tire-disassembly wheel, install nut dan membawa wheel

ke inflation process-assembly wheel, serta torsi komponen bolt pada assembly brake.

Terdapat perbedaan tingkat risiko dengan menggunakan dua metode yakni OWAS

dan REBA, dikarenakan pada metode REBA terdapat pengukuran pada postur leher,

lengan, pergelangan tangan, serta jenis pegangan pada objek yang digunakan

pekerja, sedangkan pada metode OWAS tidak memperhatikan hal tersebut. Metode

REBA pada dasarnya memiliki kelebihan dalam menilai postur lengan secara

spesifik, dan hal tersebut tidak terdapat pada metode OWAS. Pada sub proses

pressing tire, install nut, membawa wheel ke inflation process, serta torsi komponen

bolt postur lengan sangat mempengaruhi pekerjaanya. Dengan adanya pengukuran

lengan yang secara spresifik pada metode REBA, sehingga dapat mempengaruhi

hasil akumulasi pada tingkat risiko ergonomi tersebut.

Berdasarkan hasil penilaian tingkat risiko ergonomi dengan menggunakan

metode OWAS dan REBA diketahui bahwa pekerja dengan sub proses yang

memiliki tingkat risiko ergonomi rendah maupun sangat tinggi kebanyakan yang

Page 152: GAMBARAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29642/1/Daily... · KELUHAN MSDs PADA PEKERJA MEKANIK UNIT PRODUKSI TCW DI PT ... menggunakan

129

mengalami tingkat keluhan MSDs yang rendah. Hal ini berbanding terbalik dengan

teori yang mengatakan bahwa semakin besar tingkat risiko ergonomi seseorang

maka semakin besar pula tingkat keluhan MSDs yang diderita pekerja tersebut.

Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya keluhan MSDs pada

pekerja, seperti usia.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di unit TCW, diketahui bahwa

sebanyak 90,09% pekerja memiliki usia muda atau dibawah 30 tahun. Usia atau

umur adalah waktu atau masa hidup seseorang selama masih hidup di dunia yang

dihitung mulai dari seseorang itu dilahirkan. Usia berkaitan dengan kinerja

seseorang tersebut karena pada usia yang meningkat akan diikuti dengan proses

degenerasi dari organ sehingga dalam hal ini kemampuan organ akan menurun.

Dengan adanya penurunan kemampuan organ, maka hal ini akan menyebabkan

tenaga kerja akan semakin mudah mengalami kelelahan, dan akhirnya berpotensi

menyebabkan keluhan MSDs (Pheasant, 1991).

Oleh karena itu, peneliti melakukan pengukuran dan penilaian pada

masing-masing postur anggota tubuh yakni, postur leher, postur punggung, postur

lengan, dan postur kaki. Pengukuran dan penilaian postur leher menggunakan

metode REBA, sedangkan untuk pengukuran dan penilaian postur punggung,

lengan, dan kaki menggunakan metode OWAS.

Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa sebanyak 3 sub proses atau

sebesar 5,45% pekerja bekerja dengan risiko yang lebih besar yakni dengan postur

leher menunduk lebih dari 200 dan leher dalam keadaan miring yang terdapat pada

sub proses drilling untuk membuka linning, install and tighten piston sleeve, serta

Page 153: GAMBARAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29642/1/Daily... · KELUHAN MSDs PADA PEKERJA MEKANIK UNIT PRODUKSI TCW DI PT ... menggunakan

130

install and tighten accessories. Semua atau sebesar 100% pekerja yang bekerja pada

sub proses dengan postur leher menunduk lebih dari 200 dan miring mengalami

adanya keluhan MSDs pada leher.

Keluhan MSDs tertinggi pada leher berada pada sub proses install and

tighten piston sleeve dan install and tighten accessories yang terjadi di assembly

brake. Pada proses install and tighten piston sleeve dan install and tighten

accessories letak ketinggian meja brake berada tidak sejajar dengan ketinggian leher

sehingga membuat pekerja harus menunduk ke bawah dan sedikit miring untuk

melihat dari samping permukaan piston sleeve dan aksesoris yang hendak dipasang

oleh pekerja pada piston assy, sehingga terbentuklah postur janggal pada leher

pekerja. Sikap kerja yang tidak alamiah atau yang disebut dengan postur janggal

adalah sikap kerja yang mampu menyebabkan posisi bagian-bagian tubuh yang

bergerak menjauhi posisi alamiah. Semakin jauh posisi bagian tubuh dari pusat

gravitasi tubuh maka semakin tinggi pula risiko terjadinya keluhan sistem

musculoskeletal (Tarwaka, 2013).

Semua sikap tubuh yang tidak alami atau postur janggal seharusnya

dihindarkan, Untuk tindakan perbaikan yang dapat dilakukan, saran dari peneliti

adalah dengan menyeimbangkan pengaturan waktu kerja dan istirahat yang

seimbang. Karena pada proses assembly brake tidak memungkinkan untuk

dilakukan perubahan desain tempat kerja. Pada proses assembly brake sudah

menggunakan meja sebagai landasan brake, akan tetapi ketinggian meja tersebut

masih membuat pekerja harus menunduk ke bawah. Jika meja kerja tersebut

ditinggikan sejajar dengan tinggi leher, di khawatirkan akan menimbulkan bahaya

Page 154: GAMBARAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29642/1/Daily... · KELUHAN MSDs PADA PEKERJA MEKANIK UNIT PRODUKSI TCW DI PT ... menggunakan

131

baru seperti menimbulkan postur janggal pada lengan karena lengan harus bekerja

sengan ketinggian diatas bahu. Sehingga dalam hal ini peneliti menyarankan untuk

menyeimbangkan pengaturan waktu kerja dan istirahat yang seimbang. Menurut

Grandjean (2000) pengaturan waktu kerja dan istirahat yang seimbang serta

disesuaikan dengan kondisi pekerjaan dan lingkungan akan dapat mencegah paparan

yang berlebihan terhadap sumber bahaya (Grandjean, 2000). Saran lain yang dapat

diberikan dalam masalah ini adalah sosialisasi training dan pelatihan mengenai

bahaya ergonomi di tempat kerja untuk menghindari berbagi faktor yang dapat

mempengaruhi besarnya tingkat risiko ergonomi yang diterima pekerja. Menurut

Cascio (2003) training adalah program terencana yang di desain untuk

meningkatkan kemampuan individu, grup, maupun suatu lingkaran organisasi.

Training dapat memungkinkan perusahaan untuk dapat memberikan pembelajaran

terhadap pekerja (Cascio, 2003).

Selain melakukan pengukuran pada postur leher, pada penelitian ini juga

melakukan pengukuran pada postur punggung. Berdasarkan penelitian yang

dilakukan, diketahui bahwa sebanyak 4 sub proses atau sebesar 7,39% pekerja

bekerja dengan risiko yang lebih besar yakni dengan postur punggung membungkuk

dan miring lebih dari 200

yang terdapat pada sub proses lubrikasi bearing, drilling

untuk membuka linning, install and tighten piston sleeve, serta install and tighten

accessories.

Sebanyak 100% pekerja pada sub proses dengan postur membungkuk dan

miring lebih dari 200 mengalami keluhan MSDs. Keluhan MSDs tertinggi pada

punggung terdapat pada proses disassembly wheel yakni sebesar 20%. Disassembly

Page 155: GAMBARAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29642/1/Daily... · KELUHAN MSDs PADA PEKERJA MEKANIK UNIT PRODUKSI TCW DI PT ... menggunakan

132

wheel merupakan proses awal dari sebuah maintenance roda pesawat. Proses

disassembly wheel terdiri dari membawa wheel menuju pressing tire, pressing tire,

membawa wheel menuju disassembly wheel, membuka baut, memukul ban,

mencungkil dan mengeluarkan velg, lalu memindahkan velg menuju roller conveyer

yang selanjutnya akan masuk ke tahap cleaning. Pada tahap disassembly wheel

semua prosesnya dikerjakan dibawah tanpa menggunakan meja, sehingga pekerja

harus membungkuk karena bekerja diluar zona ketinggian yang aman. karena

menurut NOHSC zona kerja aman dengan ketinggian objek berada pada pada

ketinggian titik tengah paha hingga bahu, atau lebih aman jika berada pada

ketinggian pinggang hingga letak engsel bahu (NIOSH, 2010). Postur janggal

(berlutut, berjongkok dan membungkuk) pada pinggang atau punggung dapat

berisiko menimbulkan kelainan pada punggung dan nyeri pada pinggang (NOHSC,

2005).

Selain bekerja dengan zona aman, penggunaan beban yang berlebih selama

proses kerja berlangsung juga mempengaruhi posisi punggung pekerja. Penggunaan

beban yang berlebihan sehingga membuat pekerja sedikit membungkuk untuk

mendapatkan tenaga lebih selama bekerja dengan beban yang berlebih. Hal ini

sesuai dengan yang dikatakan oleh Adam dan Hutton (2000) membuktikan bahwa

adanya gerakan fleksi yang sedikit pada tulang belakang akan menambah kekuatan,

sehingga keadaan anaerob dalam tubuh dapat dikendalikan (Dwigiarti, 2009).

Menurut Chaffin dalam Rahmawati (2009) bahwa kegiatan mengangkat beban

dengan sering dapat berisiko menimbulkan peradangan di tendon (tendonitis)

(Rahmawati, 2009). Selain itu, frekuensi repetitive aktivitas kerja yang berasal dari

Page 156: GAMBARAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29642/1/Daily... · KELUHAN MSDs PADA PEKERJA MEKANIK UNIT PRODUKSI TCW DI PT ... menggunakan

133

kegiatan membuka komponen baut pada velg roda pesawat tersebut. Kegiatan

repetitif ini berlangsung lebih dari enam kali dalam waktu kurang dari satu menit.

Pekerjaan repetitif dapat menyebabkan nyeri akibat akumulasi sisa metabolisme

dalam otot. Otot akan melemah dan spasme, yang biasanya terjadi pada tangan atau

lengan bawah ketika melakukan kegiatan berulang, gerakan yang kasar dan kuat

termasuk pekerjaan yang berisiko tinggi (Tarwaka, 2013).

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, sebanyak 27 sub proses kerja

yang memiliki tingkat frekuensi relatif yang tertinggi pada postur punggung, dengan

demikian maka postur punggung merupakan prioritas dari tindakan perbaikan.

Aktivitas yang ada pada proses disassembly wheel ini dominan dilakukan dengan

postur janggal membungkuk. Semua sikap tubuh yang tidak alamiah atau postur

janggal seharusnya dihindarkan. Hal ini bisa dilakukan dengan perubahan pada

postur tubuh untuk menghindari sikap tubuh yang tidak alami. Untuk tindakan

perbaikan yang dapat dilakukan, saran dari penelitin adalah dengan

menyeimbangkan pengaturan waktu kerja dan istirahat yang seimbang. Karena pada

proses disassembly wheel tidak memungkinkan untuk dilakukan perubahan desain

tempat kerja. Karena menurut Grandjean (2000) pengaturan waktu kerja dan

istirahat yang seimbang serta disesuaikan dengan kondisi pekerjaan dan lingkungan

akan dapat mencegah paparan yang berlebihan terhadap sumber bahaya (Grandjean,

2000).

Selain mengukur postur leher, punggung, postur selanjutnya adalah postur

lengan. Postur lengan dilakukan pengukuran dan penilaian dengan menggunakan

metode OWAS. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, diketahui bahwa

Page 157: GAMBARAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29642/1/Daily... · KELUHAN MSDs PADA PEKERJA MEKANIK UNIT PRODUKSI TCW DI PT ... menggunakan

134

sebanyak 9 sub proses yang terdiri dari 10 pekerja, bekerja dengan risiko lengan

yang lebih besar yakni dengan posisi salah satu lengan berada di atas bahu.

Sebanyak 100% pekerja pada sub proses dengan postur salah satu lengan berada di

atas bahu mengalami keluhan MSDs pada lengan.

Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa keluhan MSDs tertinggi

pada lengan berada pada proses disassembly wheel yakni sebesar 30%. Disassembly

wheel merupakan proses awal dari sebuah maintenance roda pesawat. Proses

disassembly wheel terdiri dari membawa wheel menuju pressing tire, pressing tire,

membawa wheel menuju disassembly wheel, membuka baut, memukul ban,

mencungkil dan mengeluarkan velg, lalu memindahkan velg menuju roller conveyer

yang selanjutnya akan dilanjutkan ke tahap cleaning.

Pada sub proses memukul ban dengan besi posisi lengan pekerja berada di

atas bahu karena pekerja harus melakukan pukulan pada ban tersebut. Postur lengan

pada proses ini yaitu satu lengan berada diatas bahu saat melakukan pemukulan ban

dengan besi. Menurut beberapa ahli bahwa aktivitas yang terdapat postur fleksi atau

abduksi >600 yang disertai atau tidak disertai rotasi pada bahu dan postur tangan

yang terangkat 30-1200 secara repetitive atau dipertahankan berisiko menimbulkan

rotator cuff tendonitis, shoulder tendinitis, dan bicipital tendonitis pada bahu

(NIOSH, 2010). Sedangkan pada sub proses lainnya yang berada pada disassembly

wheel seperti pada membawa wheel, pekerja harus menekukkan pergelangan

tangannya saat membawa wheel sehingga menimbulkan efek fleksi atau ekstensi

pada lengan, seperti hal nya dengan sub proses membuka baut, memukul ban,

Page 158: GAMBARAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29642/1/Daily... · KELUHAN MSDs PADA PEKERJA MEKANIK UNIT PRODUKSI TCW DI PT ... menggunakan

135

mecungkil dan mengeluarkan velg yang menggunakan banyak gerakan kedua lengan

selama bekerja, sehingga menimbulkan efek fleksi atau ekstensi pada lengan.

Terjadinya keluhan MSDs pada lengan juga disebabkan oleh penggunaan

beban yang ada dalam proses disassembly wheel. Beban yang digunakan berasal dari

wheel atau roda yang didorong oleh pekerja, dimana roda tersebut memiliki berat

lebih dari 10kg, serta penggunaan tools selama proses kerja berlangsung. Tools yang

digunakan memiliki berat kurang dari 5kg.

Menurut Stanton (2005), berat beban yang kurang dari 5kg tidak memiliki

tingkat risiko. Walaupun beban yang diangkat oleh pekerja tidak berat tapi kegiatan

ini dilakukan secara repetitive dalam kurun waktu kurang dari 1 menit dan memiliki

perubahan gerakan yang cepat dari postur punggung dan bahu (Stanton and Neville,

2005). Pekerjaan repetitive dapat menyebabkan nyeri akibat akumulasi sisa

metabolisme dalam otot. Otot akan melemah dan spasme, yang biasanya terjadi pada

tangan atau lengan bawah ketika melakukan kegiatan berulang, gerakan yang kasar

dan kuat termasuk pekerjaan yang berisiko tinggi (Tarwaka, 2013).Hal ini didukung

oleh Humantech, yang mengatakan bahwa risiko MSDs yang berkaitan dengan berat

beban juga dipengaruhi oleh durasi dan frekuensi beban yang akan ditangani.

Semua sikap tubuh yang tidak alamiah atau postur janggal seharusnya

dihindarkan. Hal ini bisa dilakukan dengan perubahan pada postur tubuh untuk

menghindari sikap tubuh yang tidak alami. Untuk tindakan perbaikan yang dapat

dilakukan, saran dari penelitin adalah dengan menyeimbangkan pengaturan waktu

kerja dan istirahat yang seimbang. Karena pada proses disassembly wheel tidak

memungkinkan untuk dilakukan perubahan desain tempat kerja. Karena menurut

Page 159: GAMBARAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29642/1/Daily... · KELUHAN MSDs PADA PEKERJA MEKANIK UNIT PRODUKSI TCW DI PT ... menggunakan

136

Grandjean (2000) pengaturan waktu kerja dan istirahat yang seimbang serta

disesuaikan dengan kondisi pekerjaan dan lingkungan akan dapat mencegah paparan

yang berlebihan terhadap sumber bahaya (Grandjean, 2000).

Postur terkahir yang dilakukan pengukuran dan penilaian adalah postur

kaki. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, diketahui bahwa sebanyak 15

atau sebesar 27,27% sub proses yang telah di observasi, pekerja yang bekerja

dengan risiko kaki lebih besar yakni dengan postur kaki berdiri atau jongkok ≤1500

dan berdiri atau jongkok dengan satu lutut yang membentuk ≤1500. Sebanyak 50%

sub proses yang bekerja dengan postur berdiri atau jongkok dengan satu lutut

membentuk ≤1500 mengalami keluhan MSDs pada kaki.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, diketahui bahwa keluhan

MSDs tertinggi MSDs pada kaki terdapat di proses cleaning wheel, disassembly

brake, dan assembly brake masing-masing sebesar 9,09%. Pada proses cleaning

wheel, disassembly wheel, dan assembly brake postur kaki berdiri dengan kedua kaki

lebih dari 1500. Meskipun postur berdiri dengan kedua kaki lebih dari 150

0

mempunyai risiko yang lebih kecil daripada postur kaki berdiri atau jongkok ≤1500

dan berdiri atau jongkok dengan satu lutut yang membentuk ≤1500.

Keluhan MSDs pada kaki yang terjadi pada proses cleaning wheel,

disassembly wheel, dan assembly wheel karena waktu yang dibutuhkan untuk proses

tersebut lebih lama daripada proses lainnya. Sehingga kemungkinan keluhan MSDs

dapat muncul pada pekerja yang bekerja dengan postur kaki berdiri dengan kedua

kaki membentuk sudut lebih dari 1500 akibat dari kelelahan tersebut yang

ditimbulkan dari kerja otot statis. Kerja otot statis adalah kerja otot yang tidak

Page 160: GAMBARAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29642/1/Daily... · KELUHAN MSDs PADA PEKERJA MEKANIK UNIT PRODUKSI TCW DI PT ... menggunakan

137

bergerak atau dengan kata lain otot hanya diam. Biasanya kerja otot statis akan lebih

cepat mengalami kelelahan dibandingkan dengan kerja otot dinamis. Karakteristik

kelelahan kerja akan meningkat dengan semakin lamanya pekerjaa yang dilakukan

(Tarwaka, 2013). Walaupun demikian kerja otot statis tidak bisa di hilangkan dalam

melakukan suatu aktivitas pekerjaan. Oleh karena itu, peneliti menyarankan untuk

melakukan istirahat yang cukup, karena rasa lelah dapat diturunkan dengan

memberikan istirahat yang cukup. Menurut Grandjean (2000) pengaturan waktu

kerja dan istirahat yang seimbang serta disesuaikan dengan kondisi pekerjaan dan

lingkungan akan dapat mencegah paparan yang berlebihan terhadap sumber bahaya.

Setelah melakukan pengukuran dan penilaian pada postur tubuh pekerja,

faktor lain yang diteliti adalah berat beban pada objek yang digunakan oleh pekerja

selama melakukan pekerjaannya. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan,

diketahui bahwa sebanyak 22 atau sebesar 40% sub proses yang berada di unit TCW

menggunakan berat beban lebih dari 20kg. Sebanyak 100% pekerja yang bekerja

dengan sub proses yang menggunakan berat beban lebih dari 20kg mengeluhkan

adanya keluhan MSDs pada anggota tubuh mereka. Berdasarkan hasil penelitian

yang dilakukan, diketahui bahwa dari seluruh proses kerja unit TCW sebanyak 9 sub

proses atau sebesar pada cleaning wheel memiliki risiko lebih besar karena

menggunakan berat beban lebih dari 20kg.

Penggunaan beban dalam proses kerja yang berada di unit TCW berasal

dari wheel dan brake dari pesawat yang hendak dilakukan maintenance di PT GMF

AeroAsia. Beban tersebut memiliki berat lebih dari 20 kg atau sebesar 35kg untuk

masing-masing outer hub dan inner hub. Menurut International Labour Organization

Page 161: GAMBARAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29642/1/Daily... · KELUHAN MSDs PADA PEKERJA MEKANIK UNIT PRODUKSI TCW DI PT ... menggunakan

138

(ILO), berat beban yang direkomendasikan adalah 23-25kg. Ruas tulang belakang

hanya diperbolehkan untuk menanggung beban kurang dari 20 lb atau 9 kg.

Sedangkan pada tangan, siku, bahu, dan kaki hanya diperbolehkan mengangkat

beban kurang dari 10 lb atau 4,5 kg. Beban yang dijepit pada tangan tidak boleh

melebihi dari 2 lb atau 0,9 kg dengan durasi tidak melebihi 10 detik dan durasi pada

kaki tidak boleh dilakukan lebih dari 30% jam kerja selama satu hari. Frekuensi

pengangkutan beban pada ruas tulang belakang tidak boleh melebihi 2x per menit

dan untuk tangan atau pergelangan tangan tidak melebihi 30x per menit

(Humantech, 1995). Menurut Chaffin dalam Rahmawati (2009) bahwa kegiatan

mengangkat beban dengan sering dapat berisiko menimbulkan peradangan di tendon

(Rahmawati, 2009).

Untuk tindakan perbaikan yang dapat dilakukan yakni dengan

menggunakan alat bantu saat manual handling. Dengan menggunakan alat bantu

dapat mengurangi berat beban yang diterima oleh pekerja. Karena prinsip dalam

ergonomi adalah beban tambahan akibat lingkungan sebaikanya ditekan menjadi

sekecil kecilnya. Selain pengunaan alat bantu saat manual handling, saran lain yang

dapat dilakukan yakni dengan menyeimbangkan pengaturan waktu kerja dan

istirahat yang seimbang. Karena tidak memungkinkan untuk merubah desain kerja

pada aktivitas ini. Karena menurut Grandjean (2000) pengaturan waktu kerja dan

istirahat yang seimbang serta disesuaikan dengan kondisi pekerjaan dan lingkungan

akan dapat mencegah paparan yang berlebihan terhadap sumber bahaya.

Meskipun seorang pekerja yang memiliki tingkat risiko ergonomi rendah

maupun tinggi kebanyakan yang memiliki tingkat keluhan MSDs yang rendah, akan

Page 162: GAMBARAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29642/1/Daily... · KELUHAN MSDs PADA PEKERJA MEKANIK UNIT PRODUKSI TCW DI PT ... menggunakan

139

tetapi saat dilakukan analisis dari masing-masing postur leher, punggung, lengan,

dan kaki serta beban yang digunakan selama pekerja melakukan aktivitas tersebut

ada kecendrungan yang dilihat berdasarkan dengan postur yang memiliki risiko

lebih besar dari postur lainnya yang menyebabkan terjadinya keluhan MSDs pada

pekerja mekanik unit produksi TCW PT GMF AeroAsia.

Page 163: GAMBARAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29642/1/Daily... · KELUHAN MSDs PADA PEKERJA MEKANIK UNIT PRODUKSI TCW DI PT ... menggunakan

140

BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap pekerja mekanik di

unit TCW PT GMF AeroAsia dapat disimpulkan bahwa :

1. Pekerja yang memiliki tingkat risiko ergonomi rendah memiliki tingkat keluhan

MSDs yang rendah.

2. Terdapat empat sub proses yang memiliki tingkat risiko yang berbeda yakni pada

sub proses pressing tire-disassembly wheel dimana pada REBA memiliki tingkat

sedang pada OWAS rendah; install nut-assembly wheel dimana pada REBA

memiliki tingkat tinggi pada OWAS sedang; membawa wheel ke inflation

process-assembly wheel dimana pada REBA memiliki tingkat sedang pada

OWAS rendah; serta torsi komponen bolt pada assembly brake dimana pada

REBA memiliki tingkat rendah pada OWAS sedang.

3. Keluhan tertinggi pada leher terdapat di proses assembly brake, keluhan tertinggi

pada punggung terdapat di proses disassembly wheel, keluhan tertinggi pada

lengan terdapat di proses disassembly wheel, dan keluhan tertinggi pada kaki

terdapat di proses assembly brake.

4. Semua sub poses yang bekerja dengan postur leher menunduk lebih dari 200 dan

miring mengalami adanya keluhan MSDs pada leher.

Page 164: GAMBARAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29642/1/Daily... · KELUHAN MSDs PADA PEKERJA MEKANIK UNIT PRODUKSI TCW DI PT ... menggunakan

141

5. Semua sub proses yang bekerja dengan postur punggung membungkuk dan

miring lebih dari 200 mengalami keluhan MSDs pada punggung.

6. Semua sub proses yang bekerja dengan postur satu lengan berada di atas bahu

mengalami keluhan MSDs pada lengan.

7. Sebagian besar sub proses yang bekerja dengan postur berdiri atau jongkok

dengan satu lutut membentuk sudut ≤1500 mengalami keluhan MSDs pada kaki.

8. Seluruh pekerja yang bekerja pada sub proses yang menggunakan berat beban

lebih dari 20kg mengalami adanya keluhan MSDs.

9. Postur punggung merupakan anggota tubuh yang memiliki prioritas perbaikan di

27 sub proses kerja, dan dari 27 sub proses kerja tersebut mengalami keluhan

MSDs.

B. Saran

1. Perusahaan

Dianjurkan bagi perusahaan adalah dengan menerapkan pengendalian bahaya

ergonomi yang meliputi; Modifikasi pekerjaan dengan meninggikan landasan

kerja atau meja kerja, serta memberikan training kepada pekerja terhadap faktor

risiko ergonomi.

2. Pekerja

Saran bagi pekerja adalah memodifikasi cara kerja dengan cara :

a. Mengurangi gerakan postur janggal pada anggota tubuh pekerja, seperti:

Page 165: GAMBARAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29642/1/Daily... · KELUHAN MSDs PADA PEKERJA MEKANIK UNIT PRODUKSI TCW DI PT ... menggunakan

142

1) Mengurangi gerakan atau postur miring dengan menghilangkan

jangkauan horizontal yang besar seperti yang terdapat pada sub proses

pressing tire, mendorong tire, membuka seluruh bolt, memukul ban

dengan besi, mencungkil velg, mengeluarkan velg, mencuci dan menyikat

velg, merontokkan sisa primer, inpeksi bearing, measuring bolt hole,

membawa hub, membersihkan primer, install tire, install hub to tire,

install bolt, install core, memindahkan komponen heatsink, drilling,

membuang cairan skydroll, membersihkan komponen brake, install and

tighten piston sleeve, install and tighten accessories , memindahkan

complete piston, install complete brake assy.

2) Menaruh dan menyimpan semua objek kerja pada ketinggian posisi kerja

seperti yang terdapat pada sub proses membuka semua bolt, merontokkan

sisa primer, measuring bolt hole, membawa hub, install tire, install bolt,

drilling, membersihkan komponen brake, install and tighten piston

sleeve, install and tighten accessories.

3) Mengurangi postur berputar dengan menaruh semua objek kerja didepan

tubuh pekerja seperti yang terdapat pada sub proses memberikan pelumas

pada bearing, drilling, install and tighten piston sleeve, install and

tighten accessories.

4) Mengurangi postur menjangkau dengan menaruh peralatan atau objek

kerja yang berat sedekat mungkin dengan tubuh pekerja, usahakan

memegang objek kerja dengan tubuh pekerja dan mengusahakan pekerja

dapat mengitari objek kerja sehingga pekerja leluasa mengjangkaunya,

Page 166: GAMBARAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29642/1/Daily... · KELUHAN MSDs PADA PEKERJA MEKANIK UNIT PRODUKSI TCW DI PT ... menggunakan

143

5) Mengurangi penggunaan gaya saat menaikkan atau menurunkan objek

kerja dengan menaikkan ketinggian objek kerja.

b. Melakukan istirahat yang seimbang dan cukup saat bekerja.

Page 167: GAMBARAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29642/1/Daily... · KELUHAN MSDs PADA PEKERJA MEKANIK UNIT PRODUKSI TCW DI PT ... menggunakan

144

DAFTAR PUSTAKA

Alexander, C. 1997. Elements of Ergonomics Programs A Primer Based on Workplace

Evaluations of Musculoskeletal Disorders, America, U.S. Departement of Health

and Human Services.

Aryanto, P. D. 2008. Gambaran Risiko Ergonomi Terhadap WMSDs Pada Pekerja PT.

X Tahun 2008. Universitas Indonesia.

Bridger, R. S. 1995. Introduction to Ergonomics, Singapore, mcGraww Hill, Inc.

Bukhori, E. 2010. Hubungan Faktor Risiko Pekerjaan Dengan Terjadinya Keluhan

Muskuloskeletal Disorders (MSDs) Pada Tukang Angkut Beban Penambang

Emas Di Kecamatan Cilograng Kabupaten Lebak Tahun 2010. UIN Syahid

Jakarta.

Cascio, W. F. 2003. Managing Human Resources, Colorado Mc Graw - Hill.

CCOHS. 2015. Work-Related Musculoskeletal Disorders (WMSDs). Diakses Dari:

http://www.ccohs.ca/oshanswers/diseases/rmirsi.html [Accessed 23 Maret 2015].

Dwigiarti, A. 2009. Analisis Tingkat Risiko Ergonomi Berdasarkan Aspek Pekerjaan Di

Bagian Assembling G-Line Pada Pekerja Instrumen Panel PT Indomobil Suzuki

International Plant Tambun II Bekasi Tahun 2009. UIN Syarif Hidayatullah.

Grandjean, E. 2000. Fitting The Task to The Man. A Textbook of Occupational

Ergonomics, London, Taylor & Francis.

Grzybowska, K. 2010. An OWAS-Based Analysis of Storekepeer Workloads. Logistics

and Transport.

Hignett & Mcatamney 2009. REBA Employee Assessment Worksheet: Based on

Technical Note: Rapid Entire Body Assessment (REBA), Applied Ergonomics

31 201-205.

Humantech 1995. Applied Ergonomics Manual, Chaffind and Wiley & Sons Inc.

ILO. 2013. The Prevention of Occupational Diseases [Online]. Diakses Dari:

www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/wcms_204755.pdf.

Karhu, O., Harkonen, R., Sorvaii, P. & Vepsalainen, P. 1985. Observing Working

Posture In Industry : Examples of OWAS Application. Applied Ergonomics.

Page 168: GAMBARAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29642/1/Daily... · KELUHAN MSDs PADA PEKERJA MEKANIK UNIT PRODUKSI TCW DI PT ... menggunakan

145

Kurniawati, I. 2009. Tinjauan Faktor Risiko Ergonomi Terhadap Keluhan MSDs Pada

Pekerja di PT. X Tahun 2009. Universitas Indonesia.

MacLeod, D. 1999. The Ergonomic Edge : Inproving safety, Quality, and

Produktivity.

Maijunidah, E. 2010. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keluhan Muskuloskeletal

Disorders (MSDs) Pada Pekerja Assembling PT. X Bogor Tahun 2010. UIN

Syahid Jakarta.

Mariana, E. 2010. Analisis Tingkat Risiko Ergonomi Pada Proses Produksi Catering Di

CV. Pundi Berkat Jati Makmur Bekasi Tahun 2010. Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta.

NIOSH. 2010. Musculoskeletal Disorders and Workplace Factors : A Critical Review of

Epidemiologic Evidence for Work-Related Musculoskeletal Disorders of The

Neck, Upper Extremity, and Low Back [Online]. US Department of Health and

Human Service, Public Health Service Centrefor Disease and Prevention.

NOHSC. 2005. National Code of Practice for Manual Handling [Online].

Oliveira, Nogueira, Diniz & Barbieri 2012. Psychososial Indicators Among Aircraft

Maintenance Workers With And Without Neck And Shoulder Musculoskeletal

Symptoms. Pubmed.gov.

OSHA. 2002. Ergonomi : The Study of Work. US Departement of Labor Occupational

Safety and Health Administration OSHA 3125.

Pheasant, S. 1991. Ergonomics, Work, and Health, USA, Aspen Publiser Inc.

Piedrahita, H. 2006. International Journal of Occupational Safety and Ergonomics

(JOSE) 2006 : Costs of Work-Related Musculoskeletal Disorders (MSDs) in

Developing Countries : Colombia Case. Lulea University.

Pollock, C. M. & Straker, L. M. 1993. Ergonomics in a Changing World, Perth,

Australia.

Rahmawati, S. 2009. Analisa Tingkat Risiko Terjadinya Muskuloskeletal Disorders

(MSDs) Pada Aktivitas Pekerjaan di Unit Produksi Donat Pd. Safari Donat

Tahun 2009. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Page 169: GAMBARAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29642/1/Daily... · KELUHAN MSDs PADA PEKERJA MEKANIK UNIT PRODUKSI TCW DI PT ... menggunakan

146

Selvianti, R. 2009. Gambaran Tingkat Risiko Ergonomi Terhadap Keluhan MSDs Di

PT. X Tahun 2009. Universitas Indonesia.

Siagian, M. E. 2014. Analisis Faktor Risiko Work Related Muskuloskeletal Disorders

(WMSDs) Pada Pekerja PT. Arwana Anugerah Keramik Tbk Ogan Ilir Tahun

2014. Universitas Sriwijaya.

Stanton & Neville 2005. Handbook of Human Factors and Ergonomics Methode USA,

CRC Press

Tarwaka 2013. Dasar-Dasar Pengetahuan Ergonomi Dan Aplikasi Di Tempat Kerja,

Surakarta.

Peter Vi. 2000. Musculoskeletal Disorders.

http://www.csao.org/uploadfiles/magazine/vol.11no3/musculo.html

USA Departemen of Labour and Industries - Workplace Health and Safety Buletin :

Lifting and Handling Loads - Part 2 Assessing Ergonomic Hazards : 2005

[Online].

Page 170: GAMBARAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29642/1/Daily... · KELUHAN MSDs PADA PEKERJA MEKANIK UNIT PRODUKSI TCW DI PT ... menggunakan

147

LAMPIRAN

Page 171: GAMBARAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29642/1/Daily... · KELUHAN MSDs PADA PEKERJA MEKANIK UNIT PRODUKSI TCW DI PT ... menggunakan

148

KUESIONER PENELITIAN

Assalamu’alaikum wr. wb

Dengan hormat,

Bersama kuisioner ini, saya selaku dari Mahasiswa Program Studi Kesehatan

Masyarakat Peminatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta ingin melakukan penelitian terkait “Gambaran Tingkat Risiko

Ergonomi Terhadap Terjadinya Keluhan Muskuloskeletal Disorders (MSDs) Pada

Pekerja Mekanik di Unit TCW PT GMF AeroAsia Tahun 2015”. Saya berharap

kepada responden agar meluangkan waktu nya untuk mengisi kuesioner ini dengan

baik dan tepat. Mohon maaf apabila ada kekurangan dalam penyajian kuisioner ini.

Terima kasih.

CP : daily lintang – 085692480515

Tangerang, Juni 2015

Hormat saya,

(Daily Lintang Anggraeni)

Petunjuk pengisian :

Berikan tanda checklist (√ ) pada jawaban yang anda pilih

Isilah dengan benar mengenai data pribadi responden

Data Pribadi Responden

Nama : ………………………………………………..

Tempat & Tanggal Lahir : ………………………………………………..

Usia : ………… Tahun

No. Telepon : ……………………………………………….

Proses Kerja : ……………………………………………….

Page 172: GAMBARAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29642/1/Daily... · KELUHAN MSDs PADA PEKERJA MEKANIK UNIT PRODUKSI TCW DI PT ... menggunakan

149

KUESIONER KELUHAN MSDs

No Pertanyaan Iya Tidak Keterangan

1. Apakah anda merasakan adanya keluhan

berupa nyeri, rasa tidak nyaman pada anggota

tubuh ?

2. Apakah keluhan tersebut dirasakan setelah

bekerja sebagai mekanik?

3. Terletak dimanakah keluhan tersebut? (NBM)

4. Sudah berapa lama anda merasakan keluhan

tersebut?

5. Apakah selama 1 tahun merasakan keluhan di

angota tubuh tersebut?

6. Apakah selama 1 bulan terakhir merasakan

keluhan di anggota tubuh tersebut?

7. Apakah selama 1 minggu terakhir merasakan

keluhan di anggota tubuh tersebut?

8. Nyeri atau sakit yang dirasakan sering timbul

setiap bulan atau seminggu sekali?

9. Apakah anda pernah mengalami kecelakaan?

10. Apakah anda pernah mengalami kecelakaan

akibat kerja?

Jika iya, di anggota tubuh bagian mana?

Berapa minggu/bulan/tahun yang lalu?

11. Apakah anda pernah menjalani operasi?

Jika iya, di bagian anggota tubuh yang mana?

Berapa minggu/bulan/tahun yang lalu?

Page 173: GAMBARAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29642/1/Daily... · KELUHAN MSDs PADA PEKERJA MEKANIK UNIT PRODUKSI TCW DI PT ... menggunakan

150

SKALA I:

1 2 3 4

Sumber : Wong-Baker Pain Intensity scale

Keterangan :

1. Tidak Sakit

2. Ringan

3. Sedang

4. Berat

Page 174: GAMBARAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29642/1/Daily... · KELUHAN MSDs PADA PEKERJA MEKANIK UNIT PRODUKSI TCW DI PT ... menggunakan

151

Lembar Observasi OWAS

Nama Pekerja :

Usia :

Masa Kerja :

Sub Proses :

Postur Gambar Postur Pekerja

Posisi Punggung

Posisi 1 : Lurus / tegak (<20

o)

Posisi 2 : Bungkuk ke depan (>20o)

Posisi 3 : Miring ke samping (miring >20o)

Posisi 4 : Bungkuk ke depan & miring ke samping

Posisi Lengan

Posisi 1 : Kedua tangan dibawah bahu

Posisi 2 : Satu tangan pada atau diatas bahu

Posisi 3 : Kedua tangan pada atau diatas bahu

Posisi Kaki

Posisi 1 : Duduk

Posisi 2 : Berdiri kedua kaki >1500

Posisi 3 : Berdiri satu kaki >1500

Posisi 4 : Berdiri / jongkok kedua lutut ≤150o

Posisi 5 : Berdiri / jongkok satu lutut ≤1500

Posisi 6 : Berlutut satu atau dua lutut

Posisi 7 : Berjalan atau bergerak

Beban

Skor 1 : berat <10kg

Skor 2 : berat 10-20kg

Skor 3 : >20kg

Tingkat Risiko

Frekuensi Relatif

Page 175: GAMBARAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29642/1/Daily... · KELUHAN MSDs PADA PEKERJA MEKANIK UNIT PRODUKSI TCW DI PT ... menggunakan

152

Tabel OWAS

Tabel Frekuensi Relatif

Punggung

Punggung lurus/tegak 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

Punggung membungkuk 2 1 1 1 2 2 2 2 2 3 3

Punggung memuntir 3 1 1 2 2 2 3 3 3 3 3

Punggung membungkuk & memuntir 4 1 2 2 3 3 3 3 4 4 4

Lengan

Kedua lengan dibawah bahu 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

Satu lengan diatas bahu 2 1 1 1 2 2 2 2 2 3 3

Kedua lengan diatas bahu 3 1 1 2 2 2 2 2 3 3 3

Kaki

Duduk 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2

Berdiri kedua kaki lurus 2 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2

Berdiri dengan satu kaki ditekuk 3 1 1 1 2 2 2 2 2 3 3

Berdiri sedikit jongkok dengan kedua lutut 4 1 2 2 3 3 3 3 4 4 4

Berdiri atau jongkok satu lutut 5 1 2 2 3 3 3 3 4 4 4

Berlutut pada satu atau dua lutut menyentuh lantai 6 1 1 2 2 2 3 3 3 3 3

Berjalan/bergerak 7 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2

FREKUENSI RELATIF

(%)

10

%

20

%

30

%

40

%

50

%

60

%

70

%

80

%

90

%

100

%

Page 176: GAMBARAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29642/1/Daily... · KELUHAN MSDs PADA PEKERJA MEKANIK UNIT PRODUKSI TCW DI PT ... menggunakan

153

LEMBAR OBSERVASI REBA

Nama Pekerja :

Usia :

Masa Kerja :

Grup A

Postur Gambar Postur Pekerja

Badan

Skor 1 = lurus

Skor 2 = ekstensi/fleksi <200

Skor 3 = fleksi 20=600

Skor 4 = fleksi >600

Skor +1 jika miring/memutar

Leher

Skor 1 = Fleksi / Ekstensi <200

Skor 2 = Fleksi / Ekstensi >200

Skor +1 = Memutar / Miring

Kaki

Skor 1 = kaki tertopang, bobot tersebar

merata jalan atau duduk

Skor 2 = kaki tidak tertopang/postur tidak

stabil

Skor +1 = jika lutut antara 30o - 60

o flexion

Skor +2 = Jika lutut >60o flexion tidak

ketika duduk

Beban

Skor 0 = <5kg

Skor 1 = 5-10kg

Skor 2 = >10kg

Skor +1 = Ada pembebanan secara

tiba-tiba

Page 177: GAMBARAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29642/1/Daily... · KELUHAN MSDs PADA PEKERJA MEKANIK UNIT PRODUKSI TCW DI PT ... menggunakan

154

Grup B

Postur Gambar Postur Pekerja

Postur Lengan Atas

Skor 1 = 0-20° Fleksi/

Ekstensi

Skor 2 = > 20° ekstensi /

20-45° Fleksi

Skor 3 = 45-90° Fleksi

Skor 4 = >90° Fleksi

Skor +1 = Lengan adducted atau

rotated

Skor +1 = Bahu ditinggikan

Skor +1 = Bersandar bobot lengan

ditopang sesuai gravitasi

Postur Lengan Bawah

Skor 1 = 60°-100° Fleksi Atau

Ekstensi

Skor 2 = <20° Fleksi Atau >100°

Ekstensi

Postur Pergelangan Tangan

Skor 1 = 0°-15° Fleksi atau Ekstensi

Skor 2 = >15° Fleksi Atau Ekstensi

Skor +1 = Jika tangan memutar ke

kanan/kiri

Pegangan

Skor 1 = Pegangan pas

Skor 2 = Pegangan dapat diterima

tidak ideal

Skor 3 = Pegangan tangan tidak bias

diterima walau mungkin

Skor 4 = Dipaksakan pegangan yang

tidak aman

Page 178: GAMBARAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29642/1/Daily... · KELUHAN MSDs PADA PEKERJA MEKANIK UNIT PRODUKSI TCW DI PT ... menggunakan

155

Tabel Skor A

Punggung Leher

1 2 3

Kaki 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 1 2 3 4 1 2 3 4 3 3 5 6

2 2 3 4 5 3 4 5 6 4 5 6 7

3 2 4 5 6 4 5 6 7 5 6 7 8

4 3 5 6 7 5 6 7 8 6 7 8 9

5 4 6 7 8 6 7 8 9 7 8 9 9

Beban

0 1 2 +1

<5 Kg 5 – 10 Kg >10 Kg Penambahan beban secara tiba – tiba

Tabel Skor B Lengan bawah

Lengan atas Pergelangan 1 2

1 2 3 1 2 3

1 1 2 3 1 2 3

2 1 2 3 2 3 4

3 3 4 5 4 5 5

4 4 5 5 5 6 7

5 6 7 8 7 8 8

6 7 8 8 8 9 9

Pegangan

0 – Good 1 – Fair 2 – Poor 3 – Unacceptable

pegangan pas dan tepat

ditengah, genggaman

kuat

pegangan tangan bisa

diterima tapi tidak ideal

pegangan tangan tidak bias

diterima walau

memungkinkan

dipaksakan

pegangan yang

tidak aman

Tabel Skor C

Skor A

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Skor B

1 1 1 2 3 4 6 7 8 9 10 11 12

2 1 2 3 4 4 6 7 8 9 10 11 12

3 1 2 3 4 4 6 7 8 9 10 11 12

4 2 3 3 4 5 7 8 9 10 11 11 12

5 3 4 4 5 6 8 9 10 10 11 12 12

6 3 4 5 6 7 8 9 10 10 11 12 12

7 4 5 6 7 8 9 9 10 11 11 12 12

8 5 6 7 8 8 9 10 10 11 12 12 12

9 6 6 7 8 9 10 10 10 11 12 12 12

10 7 7 8 9 9 10 11 11 12 12 12 12

11 7 7 8 9 9 10 11 11 12 12 12 12

12 7 8 8 9 9 10 11 11 12 12 12 12

Activity score

+1 = jika 1 atau lebih

bagian tubuh statis,

ditahan lebih dari 1 menit

+1 = jika ada pengulangan gerakan dalam

rentang waktu singkat, diulang lebih dari 4

kali per menit (tidak termasuk berjalan)

+1 = jika gerakan menyebabkan

perubahan atau pergeseran postur

yang cepat dari posisi awal

Page 179: GAMBARAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29642/1/Daily... · KELUHAN MSDs PADA PEKERJA MEKANIK UNIT PRODUKSI TCW DI PT ... menggunakan

156

1. Analisis Univariat

KatOWAS * KatMSDsbaru Crosstabulation

KatMSDsbaru

Total 1 2

KatOWAS 1 Count 5 1 6

% within KatOWAS 83.3% 16.7% 100.0%

2 Count 21 4 25

% within KatOWAS 84.0% 16.0% 100.0%

3 Count 21 2 23

% within KatOWAS 91.3% 8.7% 100.0%

4 Count 1 0 1

% within KatOWAS 100.0% .0% 100.0%

Total Count 48 7 55

% within KatOWAS 87.3% 12.7% 100.0%

KatREBAA * KatMSDsbaru Crosstabulation

KatMSDsbaru

Total

1 2

KatREBAA 1 Count 4 1 5

% within KatREBAA 80.0% 20.0% 100.0%

2 Count 21 4 25

% within KatREBAA 84.0% 16.0% 100.0%

3 Count 22 2 24

% within KatREBAA 91.7% 8.3% 100.0%

4 Count 1 0 1

% within KatREBAA 100.0% .0% 100.0%

Total Count 48 7 55

% within KatREBAA 87.3% 12.7% 100.0%

Katumur

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid muda 50 90.9 90.9 90.9

tua 5 9.1 9.1 100.0

Total 55 100.0 100.0

Page 180: GAMBARAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29642/1/Daily... · KELUHAN MSDs PADA PEKERJA MEKANIK UNIT PRODUKSI TCW DI PT ... menggunakan

157

KatREBAA

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 1 5 9.1 9.1 9.1

2 25 45.5 45.5 54.5

3 24 43.6 43.6 98.2

4 1 1.8 1.8 100.0

Total 55 100.0 100.0

KatOWAS

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 1 6 10.9 10.9 10.9

2 25 45.5 45.5 56.4

3 23 41.8 41.8 98.2

4 1 1.8 1.8 100.0

Total 55 100.0 100.0

skorleher * Kelleher Crosstabulation

Kelleher

Total Ya tidak

skorleher 1 Count 1 2 3

% within skorleher 33.3% 66.7% 100.0%

2 Count 19 30 49

% within skorleher 38.8% 61.2% 100.0%

3 Count 3 0 3

% within skorleher 100.0% .0% 100.0%

Total Count 23 32 55

% within skorleher 41.8% 58.2% 100.0%

skorpunggung * Kelpunggung Crosstabulation

Kelpunggung

Total ya tidak

Skorpunggung

1 Count 11 1 12

% within skorpunggung 91.7% 8.3% 100.0%

2 Count 38 1 39

% within skorpunggung 97.4% 2.6% 100.0%

4 Count 4 0 4

% within skorpunggung 100.0% .0% 100.0%

Total Count 53 2 55

% within skorpunggung 96.4% 3.6% 100.0%

Page 181: GAMBARAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29642/1/Daily... · KELUHAN MSDs PADA PEKERJA MEKANIK UNIT PRODUKSI TCW DI PT ... menggunakan

158

skorlengan * Kellengan Crosstabulation

Kellengan

Total Ya Tidak

Skorlengan 1 Count 33 12 45

% within skorlengan 73.3% 26.7% 100.0%

2 Count 10 0 10

% within skorlengan 100.0% .0% 100.0%

Total Count 43 12 55

% within skorlengan 78.2% 21.8% 100.0%

skorkaki * Kelkaki Crosstabulation

Kelkaki

Total ya Tidak

Skorkaki 1 Count 0 1 1

% within skorkaki .0% 100.0% 100.0%

2 Count 16 11 27

% within skorkaki 59.3% 40.7% 100.0%

3 Count 1 0 1

% within skorkaki 100.0% .0% 100.0%

4 Count 1 12 13

% within skorkaki 7.7% 92.3% 100.0%

5 Count 1 1 2

% within skorkaki 50.0% 50.0% 100.0%

6 Count 2 0 2

% within skorkaki 100.0% .0% 100.0%

7 Count 1 8 9

% within skorkaki 11.1% 88.9% 100.0%

Total Count 22 33 55

% within skorkaki 40.0% 60.0% 100.0%

skorbeban * KelUmumMSDs Crosstabulation

KelUmumMSDs

Total Ya

skorbeban 1 Count 30 30

% within skorbeban 100.0% 100.0%

2 Count 3 3

% within skorbeban 100.0% 100.0%

3 Count 22 22

% within skorbeban 100.0% 100.0%

Total Count 55 55

% within skorbeban 100.0% 100.0%

Page 182: GAMBARAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29642/1/Daily... · KELUHAN MSDs PADA PEKERJA MEKANIK UNIT PRODUKSI TCW DI PT ... menggunakan

159

skorbeban * KatMSDsbaru Crosstabulation

KatMSDsbaru

Total 1 2

skorbeban 1 Count 27 3 30

% within skorbeban 90.0% 10.0% 100.0%

2 Count 3 0 3

% within skorbeban 100.0% .0% 100.0%

3 Count 18 4 22

% within skorbeban 81.8% 18.2% 100.0%

Total Count 48 7 55

% within skorbeban 87.3% 12.7% 100.0%

Skorfrekrelatif

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid punggung 27 49.1 49.1 49.1

lengan 7 12.7 12.7 61.8

kaki 21 38.2 38.2 100.0

Total 55 100.0 100.0

Skorfrekrelatif * KelUmumMSDs Crosstabulation

KelUmumMSDs

Total ya

Skorfrekrelatif punggung Count 27 27

% within Skorfrekrelatif 100.0% 100.0%

lengan Count 7 7

% within Skorfrekrelatif 100.0% 100.0%

kaki Count 21 21

% within Skorfrekrelatif 100.0% 100.0%

Total Count 55 55

% within Skorfrekrelatif 100.0% 100.0%

Page 183: GAMBARAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29642/1/Daily... · KELUHAN MSDs PADA PEKERJA MEKANIK UNIT PRODUKSI TCW DI PT ... menggunakan

160

katumur * KatMSDsbaru Crosstabulation

KatMSDsbaru

Total 1 2

Katumur muda Count 44 6 50

% within katumur 88.0% 12.0% 100.0%

tua Count 4 1 5

% within katumur 80.0% 20.0% 100.0%

Total Count 48 7 55

% within katumur 87.3% 12.7% 100.0%

katmasakerja * KatMSDsbaru Crosstabulation

KatMSDsbaru

Total 1 2

katmasakerja baru Count 42 4 46

% within katmasakerja 91.3% 8.7% 100.0%

lama Count 6 3 9

% within katmasakerja 66.7% 33.3% 100.0%

Total Count 48 7 55

% within katmasakerja 87.3% 12.7% 100.0%

Page 184: GAMBARAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29642/1/Daily... · KELUHAN MSDs PADA PEKERJA MEKANIK UNIT PRODUKSI TCW DI PT ... menggunakan

161

Proses Kerja Di Unit TCW PT GMF AeroAsia

A. DisAssembly Wheel

1.Membawa ban ke area press

(20 detik)

2. Pressing tire main wheel

(55 detik)

3. Pressing tire nose wheel

(10 detik)

4. Mendorong ban menuju

disassembly area (10 detik)

5. Membuka semua bolt

(40 detik)

6. Memukul ban dengan besi

(10 detik)

7. Mencungkil velg

(12 detik)

8. Mengeluarkan velg

(6 detik)

9. Mengangkat velg

(55 detik)

10. Memindahkan velg menuju

cleaning area (80 detik)

11. Memindahkan velg menuju

cleaning area (80 detik)

Page 185: GAMBARAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29642/1/Daily... · KELUHAN MSDs PADA PEKERJA MEKANIK UNIT PRODUKSI TCW DI PT ... menggunakan

162

B. Cleaning Wheel

1. Mencuci & menyikat velg

(240 detik)

2. Mencuci & menyikat velg

(240 detik)

3. Mencuci & menyikat velg

(240 detik)

4. Stripping

(360 detik)

5. Stripping

(360 detik)

6. Memindahkan velg

(76 detik)

7. Merontokkan sisa primer

(750 detik)

8. Merontokkan sisa primer

(750 detik)

9. Merontokkan sisa primer

(750 detik)

10. Membilas dengan air bersih

(117 detik)

Page 186: GAMBARAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29642/1/Daily... · KELUHAN MSDs PADA PEKERJA MEKANIK UNIT PRODUKSI TCW DI PT ... menggunakan

163

C. Inspeksi Bearing

1. Inspeksi bearing

(95 detik)

2. Lubrikasi

(45 detik)

3. Lubrikasi

(45 detik)

D. Overhaul Wheel

1. measuring bolt hole

(6 detik)

2. membawa hub

(40 detik)

3. install accessories

(40 detik)

4. membersihkan sisa primer

(180 detik)

5. membawa tire ke assembly area

(30 detik)

Page 187: GAMBARAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29642/1/Daily... · KELUHAN MSDs PADA PEKERJA MEKANIK UNIT PRODUKSI TCW DI PT ... menggunakan

164

E. Assembly Wheel

1. Install tire

(50 detik)

2. Install hub to tire

(30 detik)

3. Install bolt

(30 detik)

4. Install nut

(40 detik)

5. Menyamakan nilai momentum

(4 detik)

6. Membawa wheel ke inflation

(15 detik)

F. Inflation Process

1. Install core

(15 detik)

2. Fill with dry nitrogen

(90 detik)

Page 188: GAMBARAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29642/1/Daily... · KELUHAN MSDs PADA PEKERJA MEKANIK UNIT PRODUKSI TCW DI PT ... menggunakan

165

G. Disassembly Brake

1. Membuka bolt

(120 detik)

2. Menahan bolt

(120 detik)

3. Memindahkan komponen

(15 detik)

4. Drilling

(360 detik)

5. Drilling

(360 detik)

6. Drilling

(360 detik)

7. Membuang cairan skydroll

(120 detik)

H. Cleaning Brake

1. Membersihkan komponen

(400 detik)

2. Membersihkan komponen

(400 detik)

Page 189: GAMBARAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29642/1/Daily... · KELUHAN MSDs PADA PEKERJA MEKANIK UNIT PRODUKSI TCW DI PT ... menggunakan

166

I. Assembly Brake

1. Install & tighten piston sleeve

(40 detik)

2. Install & tighten piston sleeve

(40 detik)

3. Install & tighten piston sleeve

(40 detik)

4. Install & tighten piston sleeve

(40 detik)

5. Install & tighten accessories

(15 detik)

6. Install & tighten accessories

(15 detik)

7. Torsi bolt

(5 detik)

8. Memindahkan complete piston

(67 detik)

9. Install complete brake assy

(90 detik)

10. Install complete brake assy

(90 detik)

11. Locking wire of bolt

(120 detik)

12. Testing komponen

(450 detik)

Page 190: GAMBARAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29642/1/Daily... · KELUHAN MSDs PADA PEKERJA MEKANIK UNIT PRODUKSI TCW DI PT ... menggunakan

167

Distribusi Frekuensi Berdasarkan Leher Dengan Menggunakan Metode OWAS

Pada Pekerja Mekanik Unit Produksi TCW PT GMF Aeroasia Tahun 2015

1. Disasssembly Wheel

2. Cleaning Wheel

2% 1.8% 3.6%0.0% 1.8% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0%

18.1% 16.4%

0.0%10.9% 9.1%

3.6%9.1%

3.6%

12.7%

1.8%

0%0%

0%

0% 0%

0%

0%

0%

0%

0%0%

5%

10%

15%

20%

25%

Per

sen

tase

Su

b P

rose

s

Proses Kerja

Menunduk >20 + Miring +

Memutar

Menunduk <20 + Miring +

Memutar

Menunduk >20 + Miring

0% 0%

2%

0% 0% 0% 0% 0% 0% 0%

1.8% 1.8%

0.0%

1.8% 1.8% 1.8% 1.8% 1.8% 1.8%

3.6%0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0%

0%

0%

1%

2%

3%

4%

5%

Per

sen

tase

Su

b P

rose

s

Proses Kerja

Menunduk >20 + Miring +

MemutarMenunduk <20 + Miring +

MemutarMenunduk >20 + Miring

Menunduk <20 + Miring

Menunduk/Ekstensi >20

0% 0%2%

0% 0%

5.5%3.6% 0.0%

5.5%

1.8%

0%

0%

0%

0%

0%

0%

2%

4%

6%

Mencuci &

Menyikat

Stripping Memindahkan

velg

Merontokkan

sisa cat

Membilas

Per

sen

tase

Su

b P

rose

s

Proses Kerja

Menunduk >20 + Miring +

MemutarMenunduk <20 + Miring +

MemutarMenunduk >20 + Miring

Menunduk <20 + Miring

Page 191: GAMBARAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29642/1/Daily... · KELUHAN MSDs PADA PEKERJA MEKANIK UNIT PRODUKSI TCW DI PT ... menggunakan

168

3. Inspeksi Bearing

4. Overhaul Wheel

5. Assembly Wheel

6. Inflation Proccess

0% 0%1.8% 1.8%0% 0%

-1%

1%

3%

5%

Inspeksi Bearing Memberikan Pelumas

Per

sen

tase

Su

b

Pro

ses

Proses Kerja

Menunduk >20 + Miring +

MemutarMenunduk <20 + Miring +

MemutarMenunduk >20 + Miring

0% 0% 0% 0% 0%

1.8% 1.8% 1.8% 1.8% 1.8%

0% 0% 0% 0% 0%

0%

1%

2%

3%

4%

5%

Measuring bolt

hole

Menurunkan hub Install accessories Membersihkan

sisa cat

Membawa tirePer

senta

se S

ub

Pro

ses

Proses Kerja

Menunduk >20 + Miring +

Memutar

Menunduk <20 + Miring +

Memutar

Menunduk >20 + Miring

Menunduk <20 + Miring

0% 0% 0% 0% 0%

2%1.8% 1.8% 1.8% 1.8% 1.8%

0.0%0% 0% 0% 0% 0% 0%

0%

1%

2%

3%

4%

5%

Install tire Install hub to

tire

Install bolt Install nut Menyamakan

nilai

Membawa

wheel

Per

senta

se S

ub

Pro

ses

Proses Kerja

Menunduk >20 + Miring +

MemutarMenunduk <20 + Miring +

MemutarMenunduk >20 + Miring

Menunduk <20 + Miring

Menunduk/Ekstensi >20

0% 0%

1.8% 1.8%

0% 0%

0%

1%

2%

3%

4%

5%

Install core Fill with dry nitrogen

Per

sen

tase

Su

b P

rose

s

Proses Kerja

Menunduk >20 + Miring +

MemutarMenunduk <20 + Miring +

MemutarMenunduk >20 + Miring

Menunduk <20 + Miring

Page 192: GAMBARAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29642/1/Daily... · KELUHAN MSDs PADA PEKERJA MEKANIK UNIT PRODUKSI TCW DI PT ... menggunakan

169

7. Disassembly Brake

8. Cleaning Brake

9. Assembly Brake

10. Testing Component

2% 2% 2% 2% 2%

0.0% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0%0% 0% 0% 0% 0%0% 0% 0%

2%

0%

0%

1%

2%

3%

4%

5%

Membuka nut Menahan bolt Memindahkan

komponen

Drilling Membuang

skydroll

Per

sen

tase

Su

b P

rose

s

Proses Kerja

Menunduk >20 + Miring +

MemutarMenunduk <20 + Miring +

MemutarMenunduk >20 + Miring

Menunduk <20 + Miring

3.6%

0%

1%

3%

5%

Membersihkan komponen

Per

sen

tase

Su

b

Pro

ses

Proses Kerja

Menunduk >20 + Miring

+ Memutar

Menunduk <20 + Miring

+ Memutar

0% 0% 0% 0% 0% 0%

3.6%

0.0%

1.8% 1.8% 1.8% 1.8%

0%

0%

0% 0% 0% 0%

0%

1%

2%

3%

4%

5%

6%

7%

8%

Install piston Install

accessories

Torsi komponen Memindahkan

complete piston

Install complete

brake

Locking wire of

bolt

Per

sen

tase

Su

b P

rose

s

Proses kerja

Menunduk >20 + Miring +

MemutarMenunduk <20 + Miring +

MemutarMenunduk >20 + Miring

Menunduk <20 + Miring

Menunduk/Ekstensi >20

Menunduk <20

1.8%0%

Memompa tuas tekanan

Per

sen

tase

Su

b P

rose

s

Proses Kerja

Menunduk >20 + Miring +

Memutar

Menunduk <20 + Miring +

Memutar

Menunduk >20 + Miring

Menunduk <20 + Miring

Page 193: GAMBARAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29642/1/Daily... · KELUHAN MSDs PADA PEKERJA MEKANIK UNIT PRODUKSI TCW DI PT ... menggunakan

170

Distribusi Frekuensi Berdasarkan Postur Punggung Dengan Menggunakan Metode OWAS

Pada Pekerja Mekanik Unit Produksi TCW PT GMF Aeroasia Tahun 2015

1. DisassemblyWheel

2. Cleaning Wheel

1.81%3.63%

0% 0%

5.45%

0%

7.27%

0%3.63%

1.81%

18.10%16.36%

1.81%

10.90%

5.45%

3.63%

1.81%

3.63%

9.09%

0

0% 0%

1.81%

0% 0%

0%

1.81%

0%

3.63%

00%

5%

10%

15%

20%

25%

Per

sen

tase

Su

b P

rose

s

Proses Kerja

Membungkuk & Miring

Miring

Membungkuk

Tegak

0%

1.81%

0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0%

1.81%

0%

1.81% 1.81% 1.81% 1.81% 1.81% 1.81% 1.81%

3.63%0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0%

0%

0%

1%

2%

3%

4%

5%

Per

sen

tase

Su

b P

rose

s

Proses Kerja

Membungkuk & Miring

Miring

Membungkuk

Tegak

1.81% 1.81%

5.45%

3.63%

5.45%

0%

1%

2%

3%

4%

5%

6%

7%

Mencuci &

menyikat velg

Pemberian

soda api

(Stripping)

Memindahkan

velg dengan

crane

Merontokkan

sisa cat yang

menempel

Membilas

dengan air

bersih

Per

senta

se S

ub

Pro

ses

Proses Kerja

Membungkuk & Miring

Miring

Membungkuk

Tegak

Page 194: GAMBARAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29642/1/Daily... · KELUHAN MSDs PADA PEKERJA MEKANIK UNIT PRODUKSI TCW DI PT ... menggunakan

171

3. Inspeksi Bearing

4. Overhaul Wheel

5. Assembly Wheel

6. Inflation Process

1.81% 1.81%0%1%2%3%4%5%

Inspeksi Bearing Memberikan pelumas / lubrikasi

pada bearing

Per

sen

tase

Su

b P

rose

s

Proses Kerja

Membungkuk & Miring

Miring

Membungkuk

Tegak

1,81% 1,81%1.81%

3.63%

1.81%

0%

1%

2%

3%

4%

5%

Measuring bolt

hole

Memindahkan

hub dari painting

area

Install accessories Membersihkan

sisa-sisa primer

Membawa tire ke

assembly area

Per

senta

se S

ub

Pro

ses

Proses Kerja

Membungkuk & Miring

Miring

Membungkuk

Tegak

1,81% 1.81% 1.81%1.81% 1.81% 1,81%

0%

1%

2%

3%

4%

5%

Install tire Install hub to

tire (O/B)

Install bolt Install nut Menyamakan

nilai

momentum pada nut

Membawa

wheel ke

inflation process

Per

sen

tase

Su

b P

rose

s

Proses Kerja

Membungkuk & Miring

Miring

Membungkuk

Tegak

1.81% 1,81%0%

1%

2%

3%

4%

5%

Inspeksi Bearing Memberikan pelumas / lubrikasi pada

bearing

Per

sen

tase

Su

b P

rose

s

Proses Kerja

Membungkuk & Miring

Miring

Membungkuk

Tegak

Page 195: GAMBARAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29642/1/Daily... · KELUHAN MSDs PADA PEKERJA MEKANIK UNIT PRODUKSI TCW DI PT ... menggunakan

172

7. Disassembly Brake

8. Cleaning Brake

9. Assembly Brake

10. Testing Brake

1,81% 1,81%1,81% 1,81% 1,81%

0%

1%

2%

3%

4%

5%

Membuka nut pada

brake dengan

menggunakan gun

Menahan baut Memindahkan

komponen heatsink

ke dalam peti kemas secara manual

Drilling untuk

membuka linning

Membuang cairan

skydroll dari piston

housing

Per

senta

se S

ub

Pro

ses

Proses Kerja

Membungkuk & Miring

Miring

Membungkuk

Tegak

3.63%

0%1%2%3%4%5%

Membersihkan komponen piston pada brake dengan sabun khususPer

sen

tase

Su

b

Pro

ses

Proses Kerja

Membungkuk & Miring

Miring

Membungkuk

Tegak

1,81% 3,63% 1.81%

3.63%

1,81%

1.81%

1.81%

0%

1%

2%

3%

4%

5%

6%

7%

Install and

tighten piston

sleeve

Install and

tighten

accessories

Torsi Komponen

Bolt dengan

torque wrench

Memindahkan

complete piston

housing ke heat sink assy

Install complete

brake assy

Locking wire of

bolt

Per

senta

se S

ub

Pro

ses

Proses Kerja

Membungkuk & Miring

Miring

Membungkuk

Tegak

1.81%

0%

1%

2%

3%

4%

5%

Memompa tuas tekanan hidrolik yang berada pada testing komponenPer

senta

se S

ub

Pro

ses

Proses Kerja

Membungkuk & Miring

Miring

Membungkuk

Tegak

Page 196: GAMBARAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29642/1/Daily... · KELUHAN MSDs PADA PEKERJA MEKANIK UNIT PRODUKSI TCW DI PT ... menggunakan

173

Distribusi Frekuensi Berdasarkan Postur Lengan Dengan Menggunakan Metode OWAS Pada

Pekerja Mekanik Unit Produksi TCW PT GMF Aeroasia Tahun 2015

1. Disassembly Wheel

2. Cleaning Wheel

16.36%14.54%

3.63%

10.90% 10.90%

3.63%

7.27%

3.63%

10.90%

1.81%

3.63%

3.63%

1.80%

0% 0%

0%

5.45%

0%

5.45%

0%

0%0%

0%

0% 0%

0%

0%

0%

0%

0%0%

5%

10%

15%

20%

25%

Per

senta

se S

ub

Pro

ses

Proses Kerja

Kedua lengan diatas bahu

Satu lengan diatas bahu

Kedua lengan dibawah bahu

1.81% 1.81% 1.81% 1.81% 1.81%

0.00%

1.81% 1.81%

0.00%

1.81%

0.00% 0.00% 0.00% 0% 0%

2%

0.00% 0%

1.81%

0%0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0%

0%

1%

2%

3%

4%

Per

senta

seS

ub

Pro

ses

Proses Kerja

Kedua lengan diatas bahu

Satu lengan diatas bahu

Kedua lengan dibawah bahu

5.45%3.63%

0.00%

5.45%

0.00%

0.00%

0.00%

1.81%

0.00%

1.81%

0%

0%

0%

0%

0%

0%

2%

4%

6%

Mencuci &

Menyikat

Stripping Memindahkan

velg

Merontokkan

sisa cat

Membilas

Per

senta

seS

ub

Pro

ses

Proses Kerja

Kedua lengan diatas bahuSatu lengan diatas bahu

Page 197: GAMBARAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29642/1/Daily... · KELUHAN MSDs PADA PEKERJA MEKANIK UNIT PRODUKSI TCW DI PT ... menggunakan

174

3. Inspeksi Bearing

4. Overhaul Wheel

5. Assembly Wheel

6. Inflation Process

1.81% 1.81%

0.00% 0.00%0% 0%

0%

2%

4%

Inspeksi Bearing Memberikan Pelumas

Per

sen

tase

Su

b

Pro

ses

Proses Kerja

Kedua lengan diatas bahu

1.81%

3.63%

1.81% 1.81% 1.81%

0.00%

0.00%

0.00% 0.00% 0.00%0%

0%

0% 0% 0%

0%

1%

2%

3%

4%

5%

Measuring bolt

hole

Menurunkan hub Install accessories Membersihkan sisa

primer

Membawa tire

Per

sen

tase

Su

b P

rose

s

Proses Kerja

Kedua lengan diatas bahuSatu lengan diatas bahuKedua lengan dibawah bahu

1.81% 1.81% 1.81% 1.81% 1.81% 1.81%

0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00%0% 0% 0% 0% 0% 0%

0%

1%

2%

3%

4%

Install tire Install hub to

tire

Install bolt Install nut Menyamakan

nilai

momentum

Membawa

wheel

Per

senta

seS

ub

Pro

ses

Proses Kerja

Kedua lengan diatas bahuSatu lengan diatas bahuKedua lengan dibawah bahu

1.81% 1.81%

0.00% 0.00%0% 0%

0%

1%

2%

3%

4%

Install core Fill dry nitrogenPer

sen

tase

Su

b P

rose

s

Proses Kerja

Kedua lengan diatas bahu

Satu lengan diatas bahu

Page 198: GAMBARAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29642/1/Daily... · KELUHAN MSDs PADA PEKERJA MEKANIK UNIT PRODUKSI TCW DI PT ... menggunakan

175

7. Disassembly Brake

8. Cleaning Brake

9. Assembly Brake

10. Testing Brake

1.81%

0.00%

1.81% 1.81% 1.81%

0.00%

1.81%

0.00%

1.81%

0.00%0% 0% 0%

0%

0%

0%

1%

2%

3%

4%

5%

Membuka nut Menahan bolt Memindahkan

komponen

Drilling Membuang

skydroll

Per

senta

seS

ub

Pro

ses

Proses Kerja

Kedua lengan diatas bahu

Satu lengan diatas bahu

3.63%

0.00%0%

0%

5%

Membersihkan komponen piston

Per

senta

se

Sub

Pro

ses

Proses Kerja

Kedua lengan diatas bahu

5.45%

1.81% 1.81%

0.00% 0.00% 0.00%

0.00%

0.00% 0.00%

1.81%

3.63%

1.81%

0%

0% 0% 0%

0%

0%

0%

1%

2%

3%

4%

5%

6%

7%

Install &

tighten piston

Install &

tighten

accessories

Torsi

komponen bolt

Memindahkan

complete

piston

Install

complete brake

assy

locking wire of

bolt

Per

senta

seS

ub

Pro

ses

Proses Kerja

Kedua lengan diatas bahu

Satu lengan diatas bahu

Kedua lengan dibawah bahu

1.81%

0.00%0%

0%

1%

2%

3%

4%

Memompa tuas hidrolik

Per

sen

tase

Su

b P

rose

s

Proses Kerja

Kedua lengan diatas bahu

Satu lengan diatas bahu

Kedua lengan dibawah bahu

Page 199: GAMBARAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29642/1/Daily... · KELUHAN MSDs PADA PEKERJA MEKANIK UNIT PRODUKSI TCW DI PT ... menggunakan

176

Distribusi Frekuensi Berdasarkan Postur Kaki Dengan Menggunakan Metode OWAS Pada

Pekerja Mekanik Unit Produksi TCW PT GMF Aeroasia Tahun 2015

1. Disassembly Wheel

0% 0%1.81%

0% 0% 0% 0%

3.63%

10.90%

0%

7.27%

12.72%

1.81%

1.81% 1.81%0%

3.63%

1.81%

5.45%

1.81%

0%

0%

0%

0% 0%

0%

1.81%0%

0%

0%

9.09%

5.45%

0%1.81%

3.63%

1.81%

0% 0%

0%

0%

0%

0%

0% 0%

1.81%

0%

0% 0%

0%

0%

0%

0%

0%1.81%

1.81%

0%

0% 0%

0%

0%

3.63% 0%

0%

7.27%1.81%

1.81%

0% 0%

0%

0%

0%

5%

10%

15%

20%

25%

Per

sen

tase

Su

b P

rose

s

Proses Kerja

Berjalan

Berlutut

Berdiri/jongkok 1 lutut ≤150

Berdiri/jongkok ≤150

Berdiri 1 kaki >150

Berdiri kedua kaki >150

Duduk

0% 0% 0.00% 0% 0% 0% 0% 0.00% 0.00% 0%0.00%

1.81% 1.81%

0.00% 0.00%

2%

0.00%

1.81%

0.00% 0.00%0%

0% 0%

0% 0%

0%

0.00%

0%

0% 0%0.00%

0.00% 0%

0.00%

1.81%

0.00%

2%

0%

2%

0%0%

0% 0%

0%

0.00% 0% 0% 0% 0%

0%0%

0% 0%

0.00%

0.00% 0% 0% 0% 0%

0%

1.81%

0% 0%

1.81%

0.00% 0.00% 0% 0% 0% 4%

0%

1%

2%

3%

4%

5%

Per

sen

tase

Su

b P

rose

s

Proses Kerja

Berjalan

Berlutut

Berdiri/jongkok 1 lutut ≤150

Berdiri/jongkok ≤150

Berdiri 1 kaki >150

Berdiri kedua kaki >150

Duduk

Page 200: GAMBARAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29642/1/Daily... · KELUHAN MSDs PADA PEKERJA MEKANIK UNIT PRODUKSI TCW DI PT ... menggunakan

177

2. Cleaning Wheel

3. Inspeksi Bearing

4. Overhaul Wheel

5. Assembly Wheel

0% 0% 0.00% 0% 0%

5.45% 5.45%

1.81%0.00%

1.81%

0% 0%

0%

0%

0%

0.00% 0.00%

0%5.45%

0.00%

0% 0%

0%

0%

0.00%

0% 0%

0%

0.00%

0.00%

0.00% 0%

0%

0.00%

0.00%

0%

2%

4%

6%

Mencuci &

Menyikat

Pemberian soda

api

Memindahkan

velg

Merontokkan sisa

cat

Membilas

Per

senta

seS

ub

Pro

ses

Proses Kerja

BerjalanBerlututBerdiri/jongkok 1 lutut ≤150Berdiri/jongkok ≤150Berdiri 1 kaki >150

2%

0%

0.00%

1.81%

0% 0%0.00% 0.00%0% 0%0% 0%0.00% 0%

0%

1%

2%

3%

4%

5%

Inspeksi Bearing Pemberian pelumas

Per

sen

taas

eS

ub

Pro

ses

Proses kerja

Berjalan

Berlutut

Berdiri/jongkok 1 lutut ≤150

Berdiri/jongkok ≤150

Berdiri 1 kaki >150

Berdiri kedua kaki >150

Duduk

0% 0% 0.00% 0% 0%0.00% 0.00%

1.81%

0.00% 0.00%0% 0%

0%

0% 0%

1.81%

0.00%

0%

0.00% 0.00%

0%

0%

0%

0% 0.00%

0%

0%

0%

1.81% 1.81%

0.00% 4% 0% 0.00%

1.81%

0%

1%

2%

3%

4%

5%

Measuring bolt hole Menurunkan hub Install accessories Membersihkan sisa

primer

Membawa tire ke

assembly area

Per

sen

tase

Su

b P

rose

s

Proses Kerja

BerjalanBerlututBerdiri/jongkok 1 lutut ≤150Berdiri/jongkok ≤150Berdiri 1 kaki >150Berdiri kedua kaki >150Duduk

0% 0% 0.00% 0% 0% 0%0.00%

1.81%

0.00% 0.00% 0.00% 0%0%

0%

0% 0% 0% 0%0.00%

0.00%

2% 1.81%

0.00% 0.00%0%

0% 0% 0%

1.81%

0%

2%

0% 0% 0.00% 0.00%

0%

0.00% 0% 0% 0.00% 0.00%

1.81%

0%

1%

2%

3%

4%

Install core Fill with dry

nitrogen

Install bolt Install nut Menyamakan

nilai momentum

Membawa

wheel

Per

senta

seS

ub

Pro

ses

Proses kerja

Berjalan

Berlutut

Berdiri/jongkok 1 lutut ≤150

Berdiri/jongkok ≤150

Berdiri 1 kaki >150

Berdiri kedua kaki >150

Duduk

Page 201: GAMBARAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29642/1/Daily... · KELUHAN MSDs PADA PEKERJA MEKANIK UNIT PRODUKSI TCW DI PT ... menggunakan

178

6. Infaltion Process

7. Disassembly Brake

8. Cleaning Brake

9. Assembly Brake

10. Testing Brake

0% 0%0.00% 0.00%0% 0%1.81%

0.00%

0%

0%

0%

0%

0.00%2%

0%

5%

Install core Fill with dry nitrogen

Per

sen

tase

Su

b

Pro

ses

Proses kerja

BerjalanBerlututBerdiri/jongkok 1 lutut ≤150Berdiri/jongkok ≤150Berdiri 1 kaki >150Berdiri kedua kaki >150

0% 0% 0.00% 0% 0%

1.81% 1.81%

0.00%

1.81% 1.81%

0% 0%2%

0% 0%0.00% 0.00% 0% 0.00% 0.00%0% 0% 0%2%

0.00%0% 0% 0%

0.00%

0.00%0.00% 0% 0%

0.00%

0.00%

0%

1%

2%

3%

4%

5%

Membuka nut Menahan bolt Memindahkan

komponen

Drilling Membuang

skydroll

Per

senta

seS

ub

Pro

ses

Proses Kerja

BerjalanBerlututBerdiri/jongkok 1 lutut ≤150Berdiri/jongkok ≤150Berdiri 1 kaki >150Berdiri kedua kaki >150

0%

3.63%

0%0.00%0%0%0.00%

0%

5%

Membersihkan komponen

Per

sen

tase

Su

b P

rose

s

Proses Kerja

BerjalanBerlututBerdiri/jongkok 1 lutut ≤150Berdiri/jongkok ≤150Berdiri 1 kaki >150Berdiri kedua kaki >150Duduk

0% 0% 0.00% 0% 0% 0%

5.45%

1.81% 1.81% 1.81%3.63%

0%

0%

0% 0% 0%

0%

0%

0.00%

0.00% 0% 0.00%

0.00%

1.81%

0%

0% 0% 0%

0.00%

0%

0%

0% 0% 0.00%

0.00%

0%

0.00%

0% 0% 0.00%

0.00%1.81%

0%

2%

4%

6%

8%

Install &

tighten piston

Install &

tighten

accessories

Torsi

komponen bolt

Memindahkan

complete

piston

Install

complete brake

assy

locking wire

bolt

Per

sen

tase

Su

b P

rose

s

Proses Kerja

BerjalanBerlututBerdiri/jongkok 1 lutut ≤150Berdiri/jongkok ≤150Berdiri 1 kaki >150Berdiri kedua kaki >150

0%1.81%

0%0.00%0%0%0.00%

0%

2%

4%

memompa tuas tekanan

Per

sen

tase

Su

b

Pro

ses

Proses Kerja

BerjalanBerlututBerdiri/jongkok 1 lutut ≤150Berdiri/jongkok ≤150Berdiri 1 kaki >150Berdiri kedua kaki >150Duduk

Page 202: GAMBARAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29642/1/Daily... · KELUHAN MSDs PADA PEKERJA MEKANIK UNIT PRODUKSI TCW DI PT ... menggunakan

179

Distribusi Frekuensi Berdasarkan Berat Beban Dengan Menggunakan Metode OWAS

Pada Pekerja Mekanik Unit Produksi TCW PT GMF Aeroasia Tahun 2015

1. Disassembly Wheel

2. Cleaning Wheel

7%

1.8% 3.6% 1.8%5.5%

1.8%

10.9%

3.6%

16.4%

1.8%

5.5%

0.0%0.0%

0.0%

0.0%

0.0%

0.0%

0.0%

0.0%

0.0%

7%

16%

0%

9%5%

2%

0%

0%

0%

0%0%

5%

10%

15%

20%

25%

Per

sen

tase

Su

b P

rose

s

Proses kerja

Berat >20kg

Berat 10-20kg

Berat <10kg

0% 0.0% 0.0% 0.0%

1.8% 1.8% 1.8%

0.0%

1.8%

0.0%

1.8%

0.0%

1.8% 1.8%

0.0% 0.0% 0.0%

0.0%

0.0% 3.6%0%

2%

0% 0% 0% 0% 0%

2%

0%

0%

0%

1%

2%

3%

4%

5%

Per

senta

seS

ub

Pro

ses

Proses Kerja

Berat >20kg

Berat 10-20kg

Berat <10kg

0% 0.0%1.8%

0.0% 0.0%0.0% 0.0%

0.0%

0.0% 0.0%

5% 5%0%

5% 5%

0%

2%

4%

6%

Mencuci &

Menyikat

Stripping Memindahkan

velg

Merontokkan sisa

cat

Membilas Per

sen

tase

Su

b P

rose

s

Proses kerja

Berat >20kg

Berat 10-20kg

Berat <10kg

Page 203: GAMBARAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29642/1/Daily... · KELUHAN MSDs PADA PEKERJA MEKANIK UNIT PRODUKSI TCW DI PT ... menggunakan

180

3. Inspeksi Bearing

4. Overhaul Wheel

5. Assembly Wheel

6. Inflation Proccess

2% 1.8%0.0% 0.0%0% 0%

0%

2%

4%

Inspeksi Bearing Memberikan Pelumas

Per

sen

tase

Su

b

Pro

ses

Proses kerja

Berat >20kg

Berat 10-20kg

Berat <10kg

0% 0.0%

1.8%

0.0% 0.0%0.0% 0.0%

0.0%

0.0% 0.0%2%

4% 0%2%

5%

0%

1%

2%

3%

4%

5%

6%

7%

Measuring bolt

hole

Menurunkan hub Install

accessories

Membersihkan

sisa primer

Membawa tire

Per

sen

tase

Su

b P

rose

s

Proses kerja

Berat >20kg

Berat 10-20kg

Berat <10kg

0% 0.0%

1.8% 1.8% 1.8% 1.8%

0.0% 0.0%

0.0% 0.0% 0.0% 0.0%

2% 2%

0% 0% 0%

2%

0%

1%

2%

3%

4%

5%

Install tire Install hub to

tire

Install bolt Install nut Menyamakan

nilai

Membawa

wheel

Per

sen

tase

Su

b P

rose

s

Proses kerja

Berat >20kg

Berat 10-20kg

Berat <10kg

2%

0.0%

0.0%

0.0%

0%2%

0%

2%

4%

Install core Fill with dry nitrogen

Per

senta

seS

ub

Pro

ses

Proses Kerja

Berat >20kg

Berat 10-20kg

Berat <10kg

Page 204: GAMBARAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29642/1/Daily... · KELUHAN MSDs PADA PEKERJA MEKANIK UNIT PRODUKSI TCW DI PT ... menggunakan

181

7. Disassembly Brake

8. Cleaning Brake

9. Assembly Brake

10. Testing Brake

2% 1.8% 1.8%

3.6%

1.8%

0.0% 0.0% 0.0%

0.0%

0.0%0% 0% 0%

0%

0%

0%

1%

2%

3%

4%

5%

Membuka

seluruh bolt

Menahan bolt Memindahkan

komponen

Drilling Membuang

skydroll

Per

senta

seS

ub

Pro

ses

Proses Kerja

Berat >20kg

Berat 10-20kg

Berat <10kg

4%

0.0%0%

0%

2%

4%

Membersihkan komponen

Per

sen

tase

Su

b

Pro

ses

Proses kerja

Berat >20kg

Berat 10-20kg

Berat <10kg

5%

1.8% 1.8% 1.8%

3.6%

1.8%

0.0%

0.0% 0.0% 0.0%

0.0%

0.0%

0%

0% 0% 0%

0%2%

0%

1%

2%

3%

4%

5%

6%

7%

Install &

tighten piston

Install &

tighten

accessories

Torsi

komponen

Memindahkan

component

piston

Install

complete

brake assy

Locking wire

of bolt

Per

sen

tase

Su

b P

rose

s

Proses kerja

Berat >20kg

Berat 10-20kg

Berat <10kg

2%

0.0%0%

0%

1%

2%

3%

4%

5%

Memompa tuas tekanan

per

sen

tase

Su

b P

rose

s

Proses kerja

Berat >20kg

Berat 10-20kg

Berat <10kg