31
GAMBARAN UMUM KONDISI KABUPATEN ENDE A. Kondisi Geografis dan Demografi 1) Karakteristik lokasi dan wilayah Kabupaten Ende a. Batas Administrasi Daerah dan Luas Wilayah Wilayah Kabupaten Ende seluas 2.046,60 km², memiliki ketinggian kurang dari 500 meter di atas permukaan laut dengan kemiringan 0 0 - 4 0 dengan batas-batas sebagai berikut: Sebelah utara berbatasan dengan Laut Flores pada 122 0 50’ 41” BT dan 8 0 54’ 17” LS di Nangamboa atau 122 0 BT dan 8 0 54’ 27” LS di Ngalu Ijukate (Natural Border); Sebelah selatan berbatasan dengan Laut Sawu pada 121 0 24’ 27” BT dan 8 0 54’ 17” LS di Nangamboa atau 122 0 BT dan 8 0 54’ 27” LS di Ngalu Ijukate (Natural Border); Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Sikka dari pantai utara 121 0 02’ BT dan 8 0 26’ 04” LS di Nangambawe ke arah tengah pada 121 0 55’ 44” BT dan 8 0 43’ 44” LS di Nangamanuria ke arah pantai selatan pada 122 0 BT dan 8 0 54’ 27” LS di Ngalu Ijukate (Artificial Border); Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Nagekeo dari pantai utara 121 0 50’ 41” dan 8 0 26’ 04” LS di Nanganiohiba ke arah utara pada 121 0 26’ 04” BT dan 8 0 4’ 17” LS di Sanggawangarowa ke arah pantai selatan pada 122 0 24’ 27” BT dan 8 0 54’ 27” LS di Nangamboa (Artificial Border). Pembagian wilayah Administrasi Kabupaten Ende merupakan data wilayah administratif diluar penetapan desa defenitif dan desa persiapan oleh pemerintah Kabupaten Ende tahun 2011, sebagaimana terlihat pada tabel 2.1 di bawah ini. Tabel 2.1. Luas Wilayah Kabupaten Ende dirinci Per Kecamatan No. Kecamatan Luas wilayah J u m l a h (km 2 ) Desa/Kelurahan Dusun/Lingkungan 1. Ende Selatan 12,65 5 24 2. Ende Utara 48,55 7 39 3. Ende Timur 38,76 6 24 4. Ende Tengah 7,43 4 12 5. Ndona 106,47 14 45 6. Ndona Timur 40,24 6 16 7. Detusoko 194,07 21 76 8. Wolowaru 66,84 15 50 9. Lepembusu Kelisoke 136,2 10 32 10. Kelimutu 58,94 6 30 11. Wolojita 32,90 6 26 12. Wewaria 157,95 17 64

Gambaran Umum Kondisi Kabupaten Ende-1

  • Upload
    herman

  • View
    1.499

  • Download
    3

Embed Size (px)

Citation preview

GAMBARAN UMUM KONDISI KABUPATEN ENDE

A. Kondisi Geografis dan Demografi

1) Karakteristik lokasi dan wilayah Kabupaten Ende

a. Batas Administrasi Daerah dan Luas Wilayah

Wilayah Kabupaten Ende seluas 2.046,60 km², memiliki ketinggian kurang dari

500 meter di atas permukaan laut dengan kemiringan 00 - 40 dengan batas-batas

sebagai berikut:

Sebelah utara berbatasan dengan Laut Flores pada 1220 50’ 41” BT dan 80 54’ 17”

LS di Nangamboa atau 1220 BT dan 80 54’ 27” LS di Ngalu Ijukate (Natural Border);

Sebelah selatan berbatasan dengan Laut Sawu pada 1210 24’ 27” BT dan 80 54’ 17”

LS di Nangamboa atau 1220 BT dan 80 54’ 27” LS di Ngalu Ijukate (Natural Border);

Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Sikka dari pantai utara 1210 02’ BT

dan 80 26’ 04” LS di Nangambawe ke arah tengah pada 1210 55’ 44” BT dan 80 43’ 44”

LS di

Nangamanuria ke arah pantai selatan pada 1220 BT dan 80 54’ 27” LS di Ngalu Ijukate

(Artificial Border);

Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Nagekeo dari pantai utara 1210 50’ 41”

dan 80 26’ 04” LS di Nanganiohiba ke arah utara pada 1210 26’ 04” BT dan 80 4’ 17”

LS di Sanggawangarowa ke arah pantai selatan pada 1220 24’ 27” BT dan 80 54’ 27”

LS di Nangamboa (Artificial Border).

Pembagian wilayah Administrasi Kabupaten Ende merupakan data wilayah

administratif diluar penetapan desa defenitif dan desa persiapan oleh

pemerintah Kabupaten Ende tahun 2011, sebagaimana terlihat pada tabel 2.1 di

bawah ini.

Tabel 2.1.

Luas Wilayah Kabupaten Ende dirinci Per Kecamatan

No. Kecamatan

Luas

wilayah

J u m l a h

(km2) Desa/Kelurahan Dusun/Lingkungan

1. Ende Selatan 12,65 5 24

2. Ende Utara 48,55 7 39

3. Ende Timur 38,76 6 24

4. Ende Tengah 7,43 4 12

5. Ndona 106,47 14 45

6. Ndona Timur 40,24 6 16

7. Detusoko 194,07 21 76

8. Wolowaru 66,84 15 50

9. Lepembusu Kelisoke 136,2 10 32

10. Kelimutu 58,94 6 30

11. Wolojita 32,90 6 26

12. Wewaria 157,95 17 64

No. Kecamatan

Luas

wilayah

J u m l a h

(km2) Desa/Kelurahan Dusun/Lingkungan

13. Maurole 155,94 9 35

14. Maukaro 102,60 10 33

15. Detukeli 198,81 12 36

16. Kotabaru 179,81 10 39

17. Ende 179,50 18 66

18. Nangapanda 213,17 18 60

19. Pulau Ende 63,03 7 21

20. Lio Timur 46,79 8 33

21. Ndori 5,94 5 18

Sumber data : BPMD Kab. Ende, 2011

b. Topografi

Pembagian wilayah menurut ketinggian dari permukaan laut terdiri atas 79,4 %

luas wilayah berada pada ketinggian kurang dari 500 meter diatas permukaan

laut, dan 20,6% luas wilayah berada pada ketinggian lebih dari 500 meter

diatas permukaan laut. Sementara itu, pembagian wilayah menurut kemiringan

tanah adalah:

3,02 % dari luas wilayah dengan kemiringan 0 - 3 %;

5,85 % dari luas wilayah dengan kemiringan 3 - 12 %;

19,59 % dari luas wilayah dengan kemiringan 12 - 40 %;

71,54 % dari luas wilayah dengan kemiringan 40 %.

c. Geologi

Pembagian wilayah menurut kedalaman tanah efektif, terbagi atas :

52,96 % kedalaman tanah efektif 0 – 30 cm;

11,32 % kedalaman tanah efektif 30 – 60 cm;

30,22 % kedalaman tanah efektif 60 – 90 cm;

5,50 % kedalaman tanah efektif 90

Sedangkan pembagian wilayah menurut tekstur tanah, terdiri atas :

Tekstur tanah sedang = 22,99 % ;

Tekstur tanah kasar = 57,11 % ;

Tekstur tanah halus = 3,70 % ;

Tidak dikategorikan = 16,90 %.

d. Hidrologi

Secara umum kondisi hidrologi di Kabupaten Ende terdiri dari air bawah tanah,

air permukaan dan sungai, dengan kondisi masing – masing sumber air sangat

bergantung pada intensitas curah hujan dan tingkat kerusakan hutan. Daerah

Aliran Sungai (DAS) yang terdapat di Kabupaten Ende yaitu Sungai Wolowona,

Sungai Loworea, Sungai Nangapanda dan Sungai Ndondo.

Adapun data mata air yang terdapat di Kabupaten Ende disajikan dalam tabel 2.2

berikut :

Tabel 2.2. Kondisi Debit Mata Air dan Kali Wolowana Kabupaten Ende Tahun 2009

No Uraian Musim Panas Musim Sedang Musim Hujan

Liter/detik Liter/detik Liter/detik

1 Mata air Woloare 4 7 12

2 Mata air Aepana 7 15 18

3 Mata air Aekipa 6 9 14

4 Kali Wolowana 37.5 37.5 37.5

Total BNA 54.5 68.5 81.5

e. Klimatologi

Curah Hujan :

Dari data diperoleh bahwa jumlah curah hujan dan banyaknya curah hujan

tahun 2010 relatif kecil dan bervariasi antara bulan yang satu dengan bulan

yang lainnya. Jumlah curah hujan dan banyaknya hujan lebih besar pada

bulan‐bulan Oktober – April (keadaan tahun 2010). Wilayah-wilayah yang

mendapat hari hujan dan banyaknya hujan lebih tinggi adalah wilayah timur

seperti Kecamatan Wolowaru dan Lio Timur dengan jumlah curah hujan per

tahun 2.169 milimeter dan jumlah hari hujan terbanyak di Kecamatan Ende

Selatan yaitu 104 hari pada tahun 2010.

Cuaca :

Perubahan suhu harian tidak terlalu menonjol antara musim panas dan

musim dingin. Rata-rata amplitudo suhu harian 60 0C dengan rata-rata suhu

siang hari 33,5 0C dan malam hari 23 0C.

2) Potensi Pengembangan Wilayah

A. Potensi Pertambangan

Potensi pertambangan yang dapat dikembangkan di Kabupaten Ende antara

lain:

a) Panas Bumi

Mutubusa - Sokoria

Manifestasi panas bumi yang muncul di daerah sokoria berupa mata

air panas, fumarol, dan batuan teralterasi. Manifestasi-manifestasi

tersebut secara umum dapat dikelompokkan menjadi 3 kelompok

lokasi.

Kelompok pertama di daerah Detusoko terdiri dari air panas Eko

Lowo Ndopo, air panas Petu Podo dan air panas Oka Kamba, yang

muncul dari rekahan lava pada ketinggian sekitar 760 meter dpl,

suhu 37 – 56oC, pH Netral, debit air kurang lebih 60 liter/ menit,

tidak berwarna, dan tidak berbau.

Kelompok kedua di daerah Desa Wolofeo yaitu air panas Lowo Mera,

berupa mata air panas dan sinter silika. Air panas muncul dari

rekahan lava dari ketinggian 800 meter dpl dengan suhu 76oC, pH

Netral, debit air kurang lebih 6 liter/ menit, tidak berwarna dan

tidak berbau.

Kelompok ketiga di daerah Desa Sokoria, berupa mata air panas,

solfatara-fumarola dan alterasi. Manifestasi ini muncul pada

ketinggian 1.215 meter dpl dengan suhu air panas 92oC, pH Asam,

debit air sekitar 600 liter/ menit. Air panas muncul pada lapangan

solfatara-fumarola dengan luas areal kurang lebih 25 m2 terhampar

bongkahan lava dan alterasi berwarna putih, coklat dan kuning,

berupa kawah, bau sulfida pekat.

Lesugolo

Morfologi daerah Lesugolo sebagian besar dicirikan oleh relief

pegunungan kaldera tua dan perbukitan bergelombang. Litologinya

tersusun oleh dua kelompok besar batuan, yaitu kelompok batuan

sedimen Vulkanoklastik Tersier di sebelah selatan dan kelompok

batuan Vulkanik Kuarter di sebelah utara.

Di daerah Lesugolo terdapat tiga kelompok mata air panas yaitu:

mata air panas Ae Dhara, mata air panas Lesugolo dan mata air

hangat Lowo Geru dan Ae Petu, disertai adanya sinter travertin di

sekitar bualan dan semburan air panas. Mata air panas Lesugolo

bersuhu tinggi (94,5 – 98,2oC), termasuk tipe air sulfat netral dengan

kandungan klorida dan bikarbonat cukup tinggi dan dalam posisi

partial equilibrium. Dengan menggunakan geotermometer silika dan

Na/K yang diperoleh perkiraan suhu bawah permukaan berkisar

antara 160o C sampai 180o C.

Sistem panas bumi Lesugolo kemungkinan outflow, sumber panas

terletak di bagian utara pada elevasi yang lebih tinggi, mengalir

secara lateral ke bagian timur pada tekanan dan suhu tinggi. Hal ini

didukung oleh adanya zona tahanan jenis semu rendah (<10Ωm)

yang terletak di bagian barat laut muncul disemua bentangan AB/2.

Pola anomali ini mempunyai lidah mengarah ke mata air panas

Lesugolo dan membuka ke arah barat laut yakni ke daerah

bertopografi lebih tinggi. Estimasi cadangan terduga diperoleh

sebesar 45 MWe.

b) Mn (Mangan) – Fe (Ferro/besi)

Indikasi mineralisasi Mn – Fe ditemukan pada 4 (empat) lokasi, masing-

masing 2 (dua) lokasi di Kecamatan Maukaro dan Kecamatan Ende. Dua

lokasi yang ditemukan di Kecamatan Maukaro indikasinya dalam bentuk

batuan apungan, yaitu di S.Tanangelu, Kp. Bolenggo, Desa Moge dan di S.

Lowombakabita, Kp. Kambaleke, Desa. Boafeo. Sedangkan dua lokasi

indikasi di Kecamatan Ende ditemukan berupa batuan apungan dan

singkapan, yaitu ditemukan di S. Kojagara, Kp. Pemo, Desa Mbotutenda.

Kesemua indikasi tersebut ditemukan dalam lingkungan batuan gunung

api (breksi, lava dan tufa bersifat andesitik – basaltik Formasi Kiro.

c) Tembaga (Cu)

Indikasi mineralisasi tembaga yang ditunjukkan adanya mineral-mineral

pirit (FeS2), kalkopirit (CuFeS2), malakit (Cu2Co3(OH)2), azurit

(Cu3(Co3)2(OH)2 dan bornit (Cu5FeS4) ditemukan pada singkapan

batuan breksi andesitik-basaltik terubah Formasi Kiro dan float silicified

breccia dengan pirit tersebar dan terlihat adanya barit, keduanya

ditemukan di S. Moluola (Desa Ronokolo, Kecamatan Maurole),

sedangkan malakit terdapat pada breksi hidrotermal pada lingkungan

batuan gunung api Formasi Tanahau, yang ditemukan di Tanjungalebu

Kecamatan Maurole. Hal tersebut ditunjang oleh hasil pemeriksaan

laboratorium fisika mineral, bahwa di bawah mikroskop cahaya pantul,

mineral logam yang teridentifikasi adalah pirit dan malakit. Namun hasil

analisis kimianya menunjukkan kandungan Cu yang rendah.

d) Indikasi Biji Besi (Fe)

Indikasi biji besi yang ditunjukkan oleh float biji magnetit ditemukan di

S. Lowoboa (Kp. Mulawatu, Desa Fatamari, Kecamatan Lio Timur) yang

ditemukan pada lingkungan lava andesitik-basaltik Formasi Tanahau,

berdasarkan peta geologi yang ada keberadaan formasi tersebut

diterobos oleh diorit – granodiorit. Hasil analisis kimia menunjukkan

kandungan magnetit tinggi (Fe3O4): 88,17%, sedangkan hematit

(Fe2O3): 4,53%, SiO2: 0,25% dan S: 0,16% serta Fe total: 68,79%.

Berdasarkan hasil analisis mineragrafi, mineral logam yang

teridentifikasi adalah magnetit (60%) berbutir halus-masif, sebagian

teroksidasi mengikuti retakan menjadi hydrous iron oxides (5%) dan

pada beberapa bagian terubah ke hematit (5%).

e) Indikasi Mineralisasi Pirit – Kalkopirit dan Urat kuarsa

Hasil pengamatan di tempat lainnya baik dari float maupun singkapan

seperti yang terlihat di daerah sekitar Wolowaru – Moni, yaitu singkapan

batuan terubah (silisifikasi – propilitisisasi – argilitisasi) dari tufa

andesitik umumnya menunjukkan piritisasi kuat, yang teramati di

pinggir jalan antara Detosuko – Wolowaru, sedangkan float batuan

terubah silisifikasi – propilitisisasi – argilitisasi dari tufa andesitik

dengan piritisasi kuat yang ditemukan di Sungai Tewa. Namun hasil

analisis kimianya menunjukkan kandungan logam dasar dan logam mulia

yang rendah. Kandungan Cu: 134 ppm, Pb: 71 ppm, Zn: 194 ppm, Ag: 3

ppm. Urat kuarsa berarah barat – timur mengandung pirit, limonit

ditemukan dalam batuan tufa andesitik Formasi Kiro tersingkap di

pinggir jalan dari Detusoko ke arah Detukeli. Hasil analisis kimia Cu: 490

ppm, Pb: 40 ppm, Zn: 85 ppm, Au: 16 ppm dan Ag: 2 ppm. Singkapan

batuan andesitik dengan diseminasi pirit dan kalkopirit di puncak bukit

Kelindati menunjukkan kandungan Cu: 14.880 ppm (1,49% Cu), sehingga

daerah Kelindati dan sekitarnya merupakan daerah prospek tembaga

yang perlu diperhatikan.

f) Zoelith dan Pasir Besi

Kandungan zeolith terdapat di Kecamatan Nangapanda. Sedangkan

kandungan pasir besi terdapat di pesisir pantai selatan Kabupaten Ende.

B. Potensi Perikanan dan Kelautan

a) Kabupaten Ende memiliki pantai di wilayah Utara dan Selatan.Wilayah

Pantai Utara sepanjang 60 mil atau 111.120 Km dan Pantai Selatan

sepanjang 51 mil atau 94.452 Km.

b) Potensial pantai untuk pengembangan budidaya tanaman pantai di Pantai

Utara ±60% (36 mil atau 66,68 Km) sedangkan untuk Pantai Selatan

adalah juga ± 60% (30,60 mil atau 56,68 Km).

c) Luas Perairan pantai (4 mil)

Luas perairan pantai Utara 823,2 Km2

Luas perairan pantai Selatan 700 Km2

Luas seluruh perairan (4 mil) 1.523,20 Km2

d) Luas areal untuk budidaya air laut 1.350 Ha, baru dikelolah 20 Ha.

e) Luas areal untuk budidaya air payau 2.210 Ha, baru dikelolah 86 Ha.

f) Luas areal untuk budidaya air tawar 2.282 Ha, baru dikelolah 7.500 M2

g) Potensi Mangrove (hutan bakau) dengan luasan total 116,5 ha, dengan

rincian seperti tabel 2.3. berikut.

Tabel 2.3. Potensi Mangrove (hutan bakau) di Kabupaten Ende

No.

Kecamatan

Luas

Areal Mangrove

(Ha)

Jenis Mangrove

Rhizopora

(Ha)

Avecenia

(Ha)

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.

Ende Selatan Ende Nangapanda Maukaro Wewaria Maurole Kotabaru

- - 5

30 27

22,5 32

- - 5 - - - 9

- - -

30 27

22,5 23

Total 116,5 14 102,5

Sumber data : DKP Kab. Ende, 2010

h) Potensi Terumbu Karang dengan luasan total 172,5 ha, dengan rincian

seperti tabel 2.4 berikut:

Tabel 2.4. Potensi Terumbu Karang di Kabupaten Ende

No. Kecamatan Luas Areal

Terumbu Karang (Ha)

Kondisi Fisik Terumbu Karang

Baik (Ha) Rusak (Ha)

1 2 3 4 5 6

Pulau Ende Lio Timur Maukaro Wewaria Maurole Kotabaru

2,5 2

25 106 26 9

2 1

11 27 16 8

0.5 1

14 79 12 1

Total 172,5 65 107,5

Sumber data : DKP Kab. Ende, Tahun 2010.

i) Potensi lestari sumber daya ikan yang boleh ditangkap adalah 19.299,4

ton/ tahun, yang terdiri dari:

Perairan Utara Kab. Ende : 6.9332,4 ton/tahun

Perairan Selatan Kab. Ende : 12.367 ton/tahun

j) Potensi perairan untuk Budidaya Rumput Laut: 987 ha, Budidaya Mutiara:

251 ha, Budidaya Ikan Kerapu dan Beronang: 150 ha, Budidaya Tripang

112 ha, Budidaya Tambak 1.090 ha.

C. Potensi Kehutanan dan Perkebunan

Kehutanan:

Fungsi Hutan berdasarkan Hasil Pemaduserasian Tata Guna Hutan

Kesepakatan dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi: 74.317,54 ha.

a) Kawasan Lindung (31.610,52 ha) terdiri dari :

a. Hutan Lindung : 24.193,72 Ha

b. Cagar Alam : 2.060,30 Ha

c. Suaka Margasatwa : - Ha

d. Taman Buru : - Ha

e. Taman Nasional : 5.356,50 Ha

f. Taman Wisata : - Ha

b) Kawasan Budidaya (42.707,02 ha) terdiri dari :

a. Hutan Produksi : 36.557,02 Ha

b. Hutan Produksi Terbatas : 2.275,00 Ha

c. Hutan Produksi yang Dikonversi (HPK) : 3.875,00 Ha

Kondisi Tegakan Hutan Lebat: 58%, sedangkan sisanya: 42% adalah Lahan

Kritis (Hutan Rawang, Semak Belukar dan Tanah Kosong). Luas lahan kritis

tersebut dapat dilakukan Reboisasi dengan jenis-jenis tanaman kayu-

kayuan serba guna.

Perkebunan:

Kabupaten Ende sama memiliki beberapa jenis komoditas andalan yang

mempunyai keunggulan komperatif dan kompetitif antara lain :

Tanaman Kelapa : 11.821 Ha

Tanaman Kopi : 9.549 Ha

Tanaman Kakao : 5.344 Ha

Tanaman Jambu Mente : 7.161 Ha

Tanaman Cengkeh : 1.198,10 Ha

Tanaman Vanili : 151,40 Ha

Tanaman Marica : 36,50 Ha

Tanaman Pala : 27 Ha

Tanaman Kemiri : 8.068 Ha

Dari potensi wilayah untuk lahan kering seluas 44.884 Ha, yang sudah

dikembangkan seluas 29.204 Ha sedangkan yang belum dikembangkan

seluas 15.680 Ha. Kemungkinan pengembangan adalah :

Tanaman Kopi Arabika (Andung Sari I) : 8.974 Ha

Tanaman Kakao : 1.000 Ha

Tanaman Kelapa : 1.000 Ha

Tanaman Fanili : 500 Ha

Tanaman Pala : 372 Ha

Tanaman Marica : 569 Ha

Pengembangan tanaman perkebunan masih sangat dibutuhkan sesuai

dengan potensi lahan yang tersebut di atas, namun yang perlu

diprioritaskan pelaksanaannya adalah pada pembukaan lahan baru yang

masih kosong seluas 500 Ha. Sesuai rencana akan dikembangkan dengan :

Tanaman Jambu Mete : 100 Ha

Tanaman Kakao : 200 Ha

Tanaman Kopi Andung Sari I : 100 Ha

Tanaman Kelapa Dalam : 100 Ha

Upaya peningkatan terus dilakukan untuk memenuhi pasar lokal, nasional

maupun internasional. Secara teknis peningkatan produksi dapat dilakukan

melalui kegiatan pengembangan untuk meningkatkan produksi per satuan

luas dengan memanfaatkan potensi lahan yang masih tersedia. Untuk

wilayah Kabupaten Ende, sebagian besar berlahan kering dan beriklim

kering. Pengembangan tidak sebatas untuk meningkatkan produksi, tetapi

juga meningkatkan kelestarian lingkungan, sehingga tata air lebih baik

sekaligus mencegah erosi.

D. Potensi Pariwisata

Potensi di bidang kepariwisataan yang dapat dikembangkan di Kabupaten Ende

meliputi obyek wisata alam, wisata budaya, dan wisata bahari. Secara umum

obyek wisata tersebut belum dikembangkan secara baik dan masih bersifat

lokal.

Satu obyek yang sudah dikembangkan adalah Danau Kelimutu yang dikelola

oleh Taman Nasional Kelimutu. Obyek wisata ini merupakan kebanggaan daerah

ini karena merupakan salah satu keajaiban dunia dengan pesona 3 (tiga)

warnanya.

Secara khusus digambarkan trend kunjungan wisman ke danau kelimutu selama

tahun 2011 mencapai 28.168 kunjungan atau mengalami peningkatan sebesar

0.9 % dibandingkan kunjungan wisman tahun 2010 yang sebanyak 24.815

kunjungan.

Adapun gambaran potensi pariwisata di Kabupaten Ende antara lain :

Tabel 2.5. Potensi Pariwisata di Kabupaten Ende

Jenis Wisata Nama Obyek Lokasi Kecamatan

Wisata Bahari 1. Pantai Maukaro Maukaro

2. Pantai Nangaba Ende

3. Pantai Bitta Ende Timur

4. Pantai Mbuu Ndona

Jenis Wisata Nama Obyek Lokasi Kecamatan

5. Pantai Nggela Wolojita 6. Pantai Maubasa Ndori 7. Pantai Wewaria Wewaria 8. Pantai Bolenggo Wewaria 9. Pantai Ropa Maurole 10. Pantau Waruloo Maurole Wisata Alam 1. Danau Kelimutu Kelimutu 2. Danau Tiwusora Kotabaru 3. Air Panas Liasembe Kelimutu 4. Air Panas Detusoko Detusoko 5. Air Panas Kombandaru Ende 6. Panas Bumi Mutubusa Ndona Timur 7. Panas Bumi Lesugolo Detukeli 8. Air Terjun Murundao Wolowaru Wisata Budaya 1. Perkampungan Adat Moni Kelimutu Nggela Wolojita Wolondopo Detusoko Wologai Detusoko Saga Detusoko Wolotopo Ndona Wolokota Ndona Rada Ara Ndona Tana Eja Nangapanda Orakeri Nangapanda 2. Situs Bung Karno Ende Utara

3) Kawasan Rawan Bencana Alam

Karakteristik Kabupaten Ende dilihat dari berbagai aspek seperti geologi, geografis,

morfologi, topografi, iklim dan jenis tanah adalah daerah yang rawan bencana.

Berbagai jenis bencana, baik Bencana Alam (gempa bumi, letusan gunung api,

banjir, longsor, gelombang pasang, angin puting beliung, debris flow dan

kekeringan) maupun Bencana Non Alam (penyakit/ KLB, penyakit/ hama tanaman,

kebakaran) selalu menjadi ancaman di wilayah Kabupaten Ende.

a) Gempa Bumi

Kabupaten Ende di Provinsi NTT juga dikenal sebagai salah satu lokasi rawan

gempa di Indonesia. Daerah ini mempunyai pertumbuhan penduduk yang

cepat, termasuk bangunan yang ada, khususnya di Kota Ende dan sekitarnya.

Sejumlah gempa bumi yang merusak telah menghantam daerah ini (Gempa

Bumi Maumere tahun 1989 dan 1992). Gempa bumi di wilayah ini umumnya

diakibatkan oleh saling bergeseknya tepia zona subduksi atau jalur patahan

(fault) aktif. Intensitas maksimum suatu gempa bumi dianggap merusak yang

dapat dicatat di daerah ini adalah antara skala VIII dan IX menggunakan skala

Modified Mercalli Intensi (MMI) Scale.

Tabel 2.6.

Kecamatan yang termasuk dalam zona bahaya gempa bumi di Kabupaten Ende

b) Tsunami / Gelombang Pasang

Potensi rawan bencana tsunami/gelombang pasang dapat dirinci sebagai

berikut :

Kecamatan Nangapanda : Desa Bheramari, Desa Raporendu, Desa Ondorea, Desa

Ondorea Barat, Kelurahan Ndorurea, Desa Ndorurea 1, Desa Nggorea, dan Desa

Penggajawa.

Kecamatan Pulau Ende : Desa Puutura, Desa Rorurangga, Desa Rendoraterua, Desa

Aejeti, Desa Ndoriwoy, Desa Redodori dan Desa Paderape.

Kecamatan Ende : Desa Rukuramba

Kecamatan Ende Selatan : Kelurahan Rukun Lima, Kelurahan Mbongawani,

Tetandara, Paupanda dan Kelurahan Tanjung.

Kecamatan Ende Utara : Kelurahan Kotaraja, Kotaratu, Desa Borokanda, dan Desa

Gheogoma.

Kecamatan Ende Timur : Kelurahan Mautapaga

Kecamatan Ndona : Desa Nanganesa, Wolotopo, Desa Wolotopo Timur, Desa

Ngalupolo, Desa Reka, Desa Nila, Desa Kekasewa, Desa Ngaluroga.

Kecamatan Wewaria : Desa Aemuri, Desa Mukusaki, Desa Ekoae, dan Desa

Wewaria.

Kecamatan Maukaro : Desa Magekapa, Desa Kobaleba, Desa Kebirangga, dan Desa

Nabe.

Kecamatan Maurole : Desa Aewora, Desa Watukamba, Desa Ranakolo, Desa

Ranakolo Selatan, Desa Maurole, Desa Mausambi, dan Desa Keliwumbu.

Kecamatan Kotabaru : Desa Loboniki dan Desa Kotabaru.

Kecamatan Wolowaru : Desa Mbuliwaralau

Kecamatan Lio Timur : Desa Hobatua

Kecamatan Ndori : Desa Maubasa, Desa Maubasa Timur dan Desa Serandori.

c) Letusan Gunung Berapi

Daerah Rawan Bencana letusan gunung berapi meliputi Kecamatan Ende

Selatan, Kecamatan Ende Tengah, Kecamatan Ende Utara, Kecamatan Ende

Timur, Kecamatan Ndona Timur, Kecamatan Detusoko, Kecamatan Wolowaru,

Kecamatan Kelimutu dan Kecamatan Wolojita

d) Debris Flow

Debris Flow adalah campuran air dan tanah, bongkahan batu dan kerikil yang

turun meluncur melalui celah-celah aliran. Penyebab terjadinya Debris Flow

selalu dipicu oleh turun hujan yang sangat lebat mengikuti alur jurang, anak

sungai dan dasar aliran. Daerah potensi rawan bencana debris flow menyebar

hampir di seluruh kecamatan di Kabupaten Ende, kecuali : Kecamatan Ende Tengah

e) Banjir

Banjir adalah peningkatan debit air di atas kondisi normal yang melebihi

daya tampung badan alirnya (sungai dan anak sungai) karena terjadinya hujan

yang sangat lebat dan akhirnya melanda daerah yang dekat dengan sungai dan

terletak bagian bawah. Daerah potensi : Sungai Wolowona (± 45 km), Kecamatan Detusoko, Kecamatan Ende Timur dan

Kecamatan Ndona

Sungai Nangaba (± 22,4 km), Kecamatan Ende

Sungai Nangapanda (± 39,2 km), Kecamatan Nangapanda

Sungai Nangakeo (± 7 km),Kecamatan Nangapanda

Sungai Lowobajo/ Nanganioniba (± 22,5 km), Kecamatan Maurole

Sungai Aepai (± 9,1 km), Kecamatan Maurole:

Sungai Lowolande (± 26,8 km), Kecamatan Kotabaru

Sungai Ndondo (± 33,6 km), Kecamatan Kotabaru

Sungai Lowolise (± 23,4 km), Kecamatan Lio Timur

Sungai Ae Bara ± 16,5 km (Wolowaru), Kecamatan Kelimutu dan Kecamatan

Wolowaru

Sungai Lowo Rea (± 33,6 km), Kecamatan Maukaro, Kecamatan Wewaria dan

Kecamatan Maurole

Sungai Lowolaka, Kecamatan Wewaria dan Kecamatan Maurole

Sungai Loworongga (± 14 km), Kecamatan Wewaria

Sungai Lowodaga (± 12 km) dan Loworanda (± 11,2 km), Kecamatan Wewaria

Sungai Ratemangu (± 6,3 km), Kecamatan Wewaria

Sungai Nangamboa (± 14 km), Kecamatan Nangapanda

Sungai Wolotopo (± 7 km), Kecamatan Ndona

Sungai Ngalupolo (± 14 km), Kecamatan Ndona

Sungai Ndori (± 7 km), Kecamatan Ndori.

f) Tanah Longsor

Tanah longsor adalah perpindahan material pembentuk lereng berupa

batuan, bahan rombakan, tanah, atau material campuran tersebut, bergerak

ke bawah atau keluar lereng. Daerah Potensi : Kec. Nangapanda, Kec. Ende,

Kec. Ende Tengah, Kec. Ende Utara, Kec. Ende Timur, Kec. Ndona Kec. Ndona

Timur, Kec. Detusoko, Kec. Wewaria, Kec. Maukaro, Kec. Detukeli, Kec.

Kotabaru Kec. Wolowaru, Kec. Kelimutu, Kec. Wolojita, Kec. Lio Timur dan

Kec. Ndori.

g) Kekeringan

Kekeringan sering terjadi di wilayah Kabupaten Ende yang merupakan

daerah semiarid yakni musim hujan lebih pendek dan musim kemarau lebih

panjang. Musim hujan berlangsung selama 3-4 bulan (Desember - Maret) dan

musim kemarau selangsung selama 8-9 bulan (April - Nopember). Kekeringan

yang panjang menimbulkan kegagalan panen. Berdasarkan hasil analisis,

kecamatan dengan ancaman kekeringan tinggi yakni: Kecamatan Pulau Ende.

Kecamatan dengan ancaman kekeringan sedang yakni: Kec. Wewaria, Kec,

Maukaro, Kec. Maurole, Kec. Kotabaru, dan Kec. Ndori. Kecamatan dengan

ancaman kekeringan rendah yakni: Kec. Nangapanda, Kec. Ende, Kec. Ende

Selatan, Kec. Ende Utara, Kec. Ende.

h) Angin Ribut

Angin ribut sering terjadi tiap tahun di wilayah Kabupaten Ende. Berdasarkan

hasil analisis, seluruh kecamatan ( 21 kec) di Kabupaten Ende tergolong

dalam ancaman angin ribut rendah. Daerah – daerah yang pernah mengalami

angin ribut yaitu Kecamatan Detukeli, Wewaria, Wolojita, Pulau Ende,

Kelimutu, Ende, dan Maurole.

4) Demografi

Jumlah penduduk Kabupaten Ende tahun 2010 sebanyak 260.605 jiwa, terdiri dari

laki-laki 123.825 jiwa dan perempuan 136.780 jiwa, sebagian besar penduduk

merupakan usia produktif (15-49 tahun) yaitu sebesar 128.955 jiwa atau 49,48

dari total penduduk Kabupaten Ende, dengan komposisi laki-laki 58.720 orang dan

perempuan sebanyak 70.235 orang.

Tabel 2.7. Jumlah Penduduk Kabupaten Ende Menurut Kelompok Umur Tahun 2010

No. Kelompok Usia Jumlah Penduduk J u m l a h

Laki-laki Perempuan

1. 0 – 4 14.705 13.808 28.513

2. 5 – 9 15.171 14.160 29.331

3. 10 – 14 14.894 14.036 28.930

4. 15 – 19 12.242 12.000 24.242

5. 20 – 24 9.500 10.928 20.428

6. 25 – 29 8.597 10.373 18.970

7. 30 – 34 7.717 9.769 17.486

8. 35 – 39 7.483 9.752 17.235

9. 40 – 44 6.810 9.162 15.972

10. 45 – 49 6.371 8.251 14.622

11. 50 – 54 5.474 7.041 12.515

12. 55 – 59 4.222 4.962 9.184

No. Kelompok Usia Jumlah Penduduk J u m l a h

Laki-laki Perempuan

13. 60 – 64 3.423 4.151 7.574

14. 65 – 69 2.888 3.256 6.144

15. 70 – 74 2.110 2.418 4.528

16. 75 + 2.218 2.713 4.931

J u m l a h 123.825 136.780 260.605

Sumber data: BPS Kab. Ende, Hasil Sensus Penduduk Tahun 2010.

Tabel 28. Jumlah Penduduk Kabupaten Ende yang bekerja (15 Tahun ke atas)

menurut Lapangan kerja

Lapangan Kerja Laki-laki Perempuan Jumlah

Primer 35.533 29.527 65.060

Sekunder 5.481 20.089 25.570

Tersier 19.631 16.449 36.080

Jumlah 60.645 66.065 126.710

Menurut lapangan pekerjaan, kegiatan ekonomi yang paling banyak menyerap

pekerja/tenaga kerja adalah bidang pertanian 51,35 %; kemudian jasa-jasa 28,48

%; dan industri pengolahan 20,18%. Dengan demikian, bidang pertanian atau

sektor primer merupakan sektor terbesar dalam penyerapan tenaga kerja di

Kabupaten Ende.

B. Aspek Kesejahteraan Masyarakat

Analisis kinerja atas fokus kesejahteraan dan pemerataan ekonomi dilakukan terhadap

indikator antara lain: pertumbuhan PDRB, laju inflasi kabupaten Ende, PDRB per kapita,

persentase penduduk di atas garis kemiskinan, angka kriminalitas yang tertangani.

A. Pertumbuhan Ekonomi/ PDRB

Perekonomian Kabupaten Ende yang digambarkan dengan PDRB atas dasar harga

berlaku secara nominal dalam tiga tahun terakhir mengalami peningkatan yang

cukup signifikan, yaitu dari Rp 467 867,05. pada tahun 2008 menjadi Rp 573

734,1 pada tahun 2010 . Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Ende pada tahun 2010

tercatat mencapai 5.30 persen, sedang untuk tahun 2009 berkisar sekitar 5.08

persen dan tahun 2008 berkisar sekitar 4.82%.

Tabel 2.9.

Nilai, Perkembangan dan Pertumbuhan PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Konstan 200 Kabupaten Ende, Tahun 2008-2010

Keterangan: *) Angka sementara **) Angka sangat sementara

Sebagai tulang punggung perekonomian Kabupaten Ende, sektor pertanian

(primer) memiliki peranan sebesar 33,64 % pada tahun 2010 bila dilihat dari

kontribusinya pada PDRB. Pembentuk sektor tersier meliputi perdagangan, hotel

dan restoran sebesar 22,87 %, sektor jasa-jasa yang aktivitasnya baik dari

pemerintah maupun swasta sebesar 22,26 %. Ini menunjukkan struktur

perekonomian Kabupaten Ende masih didominasi sektor pertanian (primer) dan

secara bertahap sudah mengarah kepada struktur jasa (service city). Sisanya

diberikan oleh sektor bangunan dan konstruksi, pengangkutan dan komunikasi

yang cenderung mengalami penurunan berturut-turut sejak tahun 2008-2010.

Tabel 2.10.

Peranan Sektor Ekonomi Terhadap PDRB Ende Atas Dasar Harga Berlaku, Tahun 2008 – 2010

SEKTOR ENDE

2008 2009*) 2010**)

1. Pertanian 34,95 34,46 33,64

2. Pertambangan dan penggalian 1,43 1,39 1,39

3. Industri Pengolahan 1,70 1,65 1,67

4. Listrik dan Air Bersih 0,49 0,48 0,49

5. Bangunan/Kontruksi 7,20 7,02 6,97

6. Perdagangan, Hotel, dan Restoran 21,76 22,26 22,87

7. Pengangkutan dan Komunikasi 6,22 6,02 5,72

8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 4,43 4,43 4,58

9. Jasa-jasa 21,81 22,27 22,26

PDRB 100.00 100.00 100.00 Keterangan : *) Angka Sementara **) Angka Sangat Sementara Sumber : PDRB Kabupaten Ende menurut Kecamatan 2008-2010

Dari sisi pertumbuhan sektoral, secara umum seluruh sektor mengalami

peningkatan laju pertumbuhan, kecuali sektor Industri Pengolahan serta sektor

Pengangkutan dan Komunikasi yang cenderung fluktuatif. Sektor Pengangkutan

dan Komunikasi pada tahun 2008 tumbuh sebesar 7,15 persen dan merupakan

yang tertinggi dibandingkan dengan laju pertumbuhan sektor-sektor lainnya di

tahun tersebut. Pada tahun 2009, sektor Jasa-Jasa mengalami laju pertumbuhan

tertinggi hingga 6,91 persen dibandingkan pertumbuhan sektor-sektor lainnya.

Namun, pada tahun 2010, sektor Listrik dan Air Bersih mengalami pertumbuhan

tertinggi hingga 7,60 persen. Percepatan pertumbuhan sektor listrik dan air

bersih didorong juga oleh perluasan jaringan listrik yang hampir merata di semua

wilayah Kecamatan dan penyediaan sarana air bersih melalui program Pro Air di 2

(dua) Kecamatan yakni Maukaro dan Detukeli serta penyediaan sarana air bersih

yang diintervensi melalui program PNPM MP. Demikian pula dengan

pembangunan pusat-pusat bisnis dan penginapan yang dilaksanakan oleh pihak

swasta.

Laju pertumbuhan ekonomi tahun 2010 pada sektor Jasa-Jasa merupakan yang

kedua tertinggi, yaitu sebesar 7,19 persen. Pertumbuhan sektor ini terus

mengalami peningkatan dari tahun 2008- 2010. Selain kedua sektor tersebut,

sektor lain yang juga mengalami pertumbuhan cukup besar pada tahun 2010

adalah sektor Pengangkutan dan Komunikasi dengan pertumbuhan sebesar 6,83

persen. Pertumbuhan sektor ini meningkat dari pertumbuhan tahun sebelumnya

yang mencapai 6,18%. Peningkatan ini didorong oleh maraknya penggunaan

telepon seluler. Sektor lain yang memiliki pertumbuhan cukup tinggi pada tahun

2010 adalah sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan. Pada tahun 2008

sektor ini mengalami pertumbuhan sebesar 5,03 persen, menguat menjadi 6,03

persen pada tahun 2009 dan terus menguat menjadi 6,42 persen pada tahun 2010.

Peningkatan ini ditandai dengan hadirnya beberapa jasa perbankan dan perluasan

perbankan pada wilayah Kecamatan. Selain itu pemanfaatan masyarakat atas jasa

lembaga keuangan mikro/koperasi juga mempengaruhi laju pertumbuhan sektor

ini.

Tabel 2.11. Laju Pertumbuhan Ekonomi Ende 2008- 2010

SEKTOR ENDE

2008 2009*) 2010**)

1. Pertanian 3,12 3,51 3,67

2. Pertambangan dan penggalian 3,37 3,69 3,75

3. Industri Pengolahan 4,35 5,24 5,20

4. Listrik dan Air Bersih 2,51 6,78 7,60

SEKTOR ENDE

2008 2009*) 2010**)

5. Bangunan/Kontruksi 3,96 4,16 4,46

6. Perdagangan, Hotel, dan Restoran 5,52 5,68 5,71

7. Pengangkutan dan Komunikasi 7,15 6,18 6,83

8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 5,03 6,03 6,42

9. Jasa-jasa 6,71 6,91 7,19

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 4,82 5,08 5,30 Keterangan : *) Angka Sementara **) Angka Sangat Sementara Sumber : Buku PDRB Kabupaten Ende Menurut Kecamatan 2008 – 2010

Dari tabel 2.11. terlihat bahwa sektor yang memiliki pertumbuhan terendah pada

tahun 2010 adalah sektor pertanian, yaitu 3,67 persen dan diikuti oleh sektor

pertambangan dan penggalian yakni sebesar 3,73 persen, sedangkan sektor yang

memiliki pertumbuhan tertinggi adalah sektor Listrik dan Air Bersih, diikuti

sektor Jasa-jasa, dengan tingkat pertumbuhan masing-masing 7.60 persen dan

7,19 persen.

B. PDRB dan Pendapatan Perkapita

Dibandingkan dengan rata-rata tingkat propinsi, PDRB perkapita Kabupaten Ende

lebih baik jika dibandingkan dengan PDRB perkapita propinsi. Hal ini

menunjukkan bahwa secara makro tingkat perekonomian penduduk Ende lebih

baik dari rata-rata propinsi Nusa Tenggara Timur. Pada tahun 2008 PDRB

perkapita Kabupaten Ende sekitar 5,23 juta rupiah, sementara PDRB perkapita

Nusa Tenggara Timur pada tahun yang sama mencapai 4,80 juta rupiah (lihat

Tabel 2.12). Begitu juga untuk tahun-tahun berikutnya. Pada tahun 2009 dan 2010

PDRB perkapita Ende mencapai 5,58 juta rupiah dan 6,54 juta rupiah, sedangkan

PDRB perkapita Nusa Tenggara Timur baru mencapai 5,26 juta rupiah dan 5,92

juta rupiah.

Sama halnya PDRB perkapita, angka Pendapatan Perkapita Kabupaten Ende juga

lebih tinggi dibandingkan dengan Pendapatan Perkapita Nusa Tenggara Timur.

Pada tahun 2008 pendapatan perkapita kabupaten Ende adalah sebesar 4,97 juta

rupiah dan meningkat menjadi sekitar 5,53 juta rupiah pada tahun 2009 dan

mencapai 6,19 juta rupiah pada tahun 2010. Sementara pendapatan perkapita

Nusa Tenggara Timur adalah 4,5 juta rupiah pada tahun 2008 lalu dan berturut-

turut meningkat pada tahun 2009 dan 2010 menjadi 4,91 juta rupiah dan 5,52 juta

rupiah.

Tabel 2.12. Rata-Rata PDRB dan Pendapatan Perkapita Ende dan NTT 2008 – 2010

Tahun Kabupaten Ende Provinsi NTT PDRB Per Kapita

(Rp) Pendapatan

Perkapita (Rp) PDRB Per

Kapita (Rp) Pendapatan

Perkapita (Rp) 2008 5 236 107 4 968 246 4 803 981 4 502 908

2009 5 584 831 5 527 704 5 257 497 4 914 835

2010 6 544 172 6 185 362 5 916 368 5 515 943

Sumber : Buku PDRB Kabupaten Ende Menurut Kecamatan 2008 – 2010

PDRB menurut Penggunaan

Berdasarkan harga berlaku, PDRB Kabupaten Ende menurut penggunaan dari

tahun 2008 hingga tahun 2010 terus mengalami kenaikan, hal ini ternyata

didominasi sumbangan dari konsumsi yang dilakukan oleh rumah tangga,

Lembaga Swasta Nirlaba (LNPRT) dan pemerintah, yang seiring dengan kenaikan

PDRB, nilainya juga terus meningkat. Tidak berbeda dengan konsumsi, nilai

investasi yang digambarkan oleh komponen pembentukan modal tetap bruto dan

perubahan stok/inventori pada kurun tahun 2008-2010 memperlihatkan

kecenderungan meningkat. Jika pada tahun 2008 investasi hanya sebesar

486,4milyar rupiah kemudian pada tahun 2009 meningkat sebesar 14,23 persen

menjadi 555,6 milyar rupiah, dan peningkatan ini terus terjadi dimana pada tahun

2010 meningkat lagi sebesar 17,12 persen menjadisebesar 650,7 milyar rupiah.

Sementara itu neraca perdagangan Kabupaten Ende dari tahun 2008 hingga tahun

2010 mempunyai nilai negatif, hal ini menggambarkan bahwa nilai impor

Kabupaten Ende masih lebih besar dibanding nilai ekspornya, dengan pernyataan

lain barang dan jasa yang berasal dari luar wilayah lebih banyak dibanding yang

dikirim ke luar wilayah Kabupaten Ende. Pada tahun 2008 neraca perdagangan

Kabupaten Ende minus 245,2 milyar rupiah kemudian pada tahun 2009

meningkat sebesar 15,56 persen sehingga menjadi minus 283,4 milyar rupiah, dan

berlanjut pada tahun 2010 meningkat lagi sebesar 10,10 persen sehingga menjadi

minus 312,0 milyar rupiah.

Tabel . 2.13.PDRB Penggunaan Kabupaten Ende Atas Dasar Harga Berlaku,

Tahun 2008-2010 (Milyar Rupiah)

Keterangan: *) angka sementara

**) angka sangat sementara

C. Laju inflasi di Kota Ende (Nilai inflasi rata-rata Tahun 2006 s.d 2010 di Kota

Ende)

Laju inflasi kabupaten Ende dapat dinalisa dari hasil analisis nilai inflasi rata-rata

kabupaten Ende tahun 2006-2010. Laju inflasi kabupaten Ende cukup membaik

pada kurun waktu 2006-2007 karena laju inflasi berangsur-angsur menurun di

bawah dua digit masing-masing sebesar 7,62 persen dan 8,59 persen. Namun pada

tahun 2008 ini laju inflasi meningkat sampai mencapai 13,53 persen atau naik

sebesar 4,94 persen dari tahun sebelumnya dan pada tahun 2009 kembali normal

lagi menjadi 5,43 persen. Pada tahun 2010 laju inflasi tetap normal yakni 5,06

persen. Secara umum tingkat inflasi kota Ende tahun 2010 menurut bulan, terlihat

bahwa tingkat inflasi tertinggi terjadi pada bulan januari sebesar 1,82 persen dan

pada bulan desember sebesar 0,91 persen. Sedangkan pada bulan-bulan lainnya

berkisar antara 0,02 persen sampai dengan 0,63 persen, dan pada tahun 2010

terjadi deflasi yaitu pada bulan mei dan oktober masing-masing 0,08 persen dan

0,06 persen.

Tabel 2.14.

Inflasi Kota Ende Menurut Kelompok Pengeluaran Tahun 2006 – 2010

Sumber : BPS Kab, Ende (dihitung dari perkembangan Harga Bulanan)

Angka inflasi terbesar adalah kelompok bahan makanan yaitu pada bulan januari

dan desember. Sedangkan pada bulan-bulan lainnya angkainflasi berkisar antara

0,04 persen sampai dengan 1,27 persen. Kelompok bahan makanan yang

mengalami deflasi terjadi pada bulan februari, april, mei, oktober dan november.

Sementara pada kelompok makanan jadi, minuman rokok terjadi inflasi tertinggi

pada bulan juni yakni sebesar 1,52 persen. Angka inflasi ini masih merupakan

inflasi pada standar normal. Hal ini terjadi juga pada kelompok lainnya yakni

kelompok perumahan, kelompok sandang, kelompok kesehatan dan kelompok

transortasi dan komunikasi. Sedangkan kelompok pendidikan, rekreasi & olahraga

tidak mengalami inflasi maupun deflasi yakni stabil 0,00 persen.

D. Angka Kemiskinan

Besar kecilnya jumlah penduduk miskin sangat dipengaruhi oleh Garis

Kemiskinan, karena penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata

pengeluaran per kapita per bulan dibawah Garis Kemiskinan. Berdasarkan garis-

garis kemiskinan tersebut di atas maka diperoleh jumlah penduduk miskin di

Kabupaten Ende seperti yang disajikan pada Tabel 2.15. Dari tabel tersebut

tampak bahwa jumlah penduduk miskin di Kabupaten Ende pada periode 2005-

2010 cenderung meningkat, yaitu dari sekitar 47,4 ribu orang atau 20,09 persen

pada tahun 2005 menjadi 56,4 ribu orang atau 21,65 persen terhadap total

penduduk di tahun 2010.

Tabel 2.15. Rata-Rata PDRB dan Pendapatan Perkapita Ende dan NTT 2008 – 2010

Garis Kemiskinan (Rp.000/kap/bulan

Jumlah Penduduk Miskin (000)

Persentase Penduduk Miskin (%)

2005 99,2 47,4 20,09

2006 113,1 53,2 22,43

2007 122,7 46 20,33

2008 156,7 57,5 24,87

2009 182,8 51,7 23,01

2010 206,9 56,4 21,65

Sumber : BPS, Susenas

E. Ratio Beban Ketergantungan

Rasio beban ketergantungan Kabupaten Ende selama kurun waktu tiga tahun

terakhir menunjukkan angka diatas 60, hal ini berarti setiap 100 penduduk usia

produktif (15-49 tahun) selain menanggung dirinya sendiri, harus juga

menanggung 60 orang penduduk usia non produktif. Angka rasio beban

ketergantungan ini hanya merupakan gambaran secara makro saja, karena pada

kenyataanya banyak juga penduduk usia produktif yang tidak “produktif”, hal ini

bisa ditunjukkan dengan angka pengangguran yang cukup tinggi di Kabupaten ini.

F. Angkatan Kerja

Informasi mengenai angkatan kerja, penduduk yang bekerja dan pengangguran

terbuka dapat dilihat pada Tabel 2.16. yang menunjukkan bahwa jumlah angkatan

kerja di Kabupaten Ende pada Agustus 2010 mencapai 130.044 orang, yang

menurut jenis kelamin, angkatan kerja perempuan berjumlah 67.061 orang (51,58

persen) lebih banyak dibandingkan dengan jumlah angkatan kerja laki-laki yaitu

62.973 orang (48,42 persen).

Penduduk Kabupaten Ende yang bekerja pada Agustus 2010 sebanyak 126.710

orang atau sekitar 97,44 persen meningkat dari tahun 2009 sebesar 96,15 persen

angkatan kerja yang bekerja. Dari jumlah penduduk yang bekerja, bila dibedakan

menurut jenis kelamin, jumlah penduduk yang bekerja didominasi oleh penduduk

perempuan. Penduduk perempuan yang bekerja sebanyak 66. 065 orang (52,10

persen), sedangkan penduduk laki-laki yang bekerja sebanyak 60.645 orang

(47,90 persen). Tingginya jumlah penduduk perempuan yang bekerja diakibatkan

semakin terbukanya kesempatan kerja pada kaum perempuan seperti industri

pengolahan dan perdagangan, disamping dorongan ekonomi untuk memperkuat

ketahanan ekonomi keluarga.

Tabel 2.16.

Tabel Angkatan Kerja dan Penduduk Usia kerja di Kabupaten Ende tahun 2009-2010

No Kegiatan selama Seminggu yang lalu

2009 2010 Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan

1 Angkatan Kerja 64.502 66.104 62.973 67.071 Bekerja 62.118 63.457 60.645 66.065 Pengangguran 2.384 2.647 2.328 1.006

2 Bukan Angkatan Kerja 15.609 30.968 15.530 27.768 Sekolah 8.703 8.808 8.960 8.167 Mengurus Rumah tangga 1.419 19.347 2.214 16.335 Lainnya 5.487 2.813 4.356 3.266 TOTAL (1+2) 80.111 97.072 78.503 94.839 % Bekerja terhadap Angkatan

Kerja 96,30 95,99 96,30 98,50

Tingkat Pengangguran 3,70 4,00 3,70 1,50 % Angkatan kerja terhadap

Penduduk Usia Kerja (TPAK) 92,47 77,76 80,22 70,72

Sumber : Indikator Ekonomi Kabupaten Ende tahun 2011 (BPS Ende) Berdasarkan publikasi Keadaan Angkatan kerja di Prov NTT Agustus 2009/2010

Tingkat partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) merupakan persentase penduduk usia

kerja yang terjun ke pasar kerja (sebagai pekerja atau pencari kerja/penganggur)

terhadap total penduduk usia kerja. Berdasarkan informasi ketenagakerjaan yang

dikumpulkan dalam Sakernas terlihat bahwa keterlibatan penduduk usia15 tahun

terakhir dalam angkatan kerja selama periode 2009 - 2010 mengalami penurunan,

yakni dari 74,39 persen pada tahun 2009 menjadi 75,02 persen pada tahun 2010.

Data sakernas juga menginformasikan bahwa penduduk laki-laki lebih tinggi

partisipasinya dalam kegiatan ekonomi dibandingkan penduduk perempuan.

Lebih tingginya TPAK laki-laki tampaknya berkaitan dengan nilai-nilai dalam

masyarakat yang menempatkan laki-laki sebagai pencari nafkah sedangkan

perempuan sebagai pengurus rumah tangga.

Tingkat pengangguran terbuka di Kabupaten Ende sebesar 2,56 persen dari total

angkatan kerja tahun 2010. Angka ini lebih rendah dibanding tahun 2009 (3,85

persen). Tingkat pengangguran terbuka ini mengalami peningkatan pada dua

tahun berturut-turut dari tahun 2008 sampai tahun 2009. Namun pada tahun

2010, tingkat pengangguran menurun.

Tabel 2.17. Tabel Partisipasi Angkatan kerja dan Angka pengangguran terbuka Tahun 2008-2010

Jenis kelamin Partisipasi Angkatan kerja

Angka Pengangguran Terbuka

2008 2009 2010 2008 2009 2010 Laki-laki 79,98 92,47 80,22 2,14 3,70 3,70 Perempuan 72,28 77,76 70,72 4,05 4,00 1,50 Jumlah 75,76 84,39 75,02 3,14 3,85 2,56

C. Aspek Pelayanan Umum

Pelayanan publik atau pelayanan umum merupakan segala bentuk jasa pelayanan, baik

dalam bentuk barang publik maupun jasa publik yang menjadi tanggung jawab

pemerintah daerah provinsi dan kabupaten/kota dalam upaya pemenuhan kebutuhan

masyarakat sesuai dengan ketentuan perundan-undangan. Indikator variabel aspek

pelayanan umum terdiri dari urusan layanan wajib dan fokus urusan layanan pilihan.

Namun tidak semua bidang urusan berhubungan langsung dengan pelayanan umum

terhadap publik, hanya urusan yang memberikan kontribusi terbesar dalam mengukur

Pelayanan terhadap publik.

1. Pendidikan

Kualitas sumber daya manusia (SDM) yang baik merupakan syarat mutlak bagi

keberhasilan pembangunan yang dilakukan dalam suatu wilayah. Apalagi dengan

kondisi globalisasi yang ditandai dengan persaingan yang makin kompetitif di pasar

kerja, baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Kondisi SDM yang berkualitas

rendah sudah barang tentu akan merugikan pembangunan yang dijalankan oleh

suatu wilayah, yang pada akhirnya berdampak pada masyarakatnya sendiri dengan

tidak tercapainya tujuan pembangunan, yaitu meningkatkan kesejahteraan

masyarakat. Pendidikan dapat dianggap sebagai sarana investasi yang mampu

membantu meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan keahlian tenaga kerja

sebagai modal untuk dapat bekerja lebih produktif sehingga dapat meningkatkan

penghasilannya di masa datang (Suryadi 1999 dalam Prihastuti 2007).

Angka Melek Huruf

Angka melek huruf penduduk Kabupaten Ende pada tahun 2011 adalah

sebesar 95,35 persen.

Angka Partisipasi Sekolah

Angka partisipasi sekolah merupakan ukuran daya serap sistem pendidikan

terhadap penduduk usia sekolah. Angka tersebut memperhitungkan adanya

perubahan penduduk terutama usia muda. Ukuran yang banyak digunakan di

sektor pendidikan seperti pertumbuhan jumlah murid lebih menunjukkan

perubahan jumlah murid yang mampu ditampung di setiap jenjang sekolah.

Sehingga, naiknya persentase jumlah murid tidak dapat diartikan sebagai

semakin meningkatnya partisipasi sekolah. Kenaikan tersebut dapat pula

dipengaruhi oleh semakin besarnya jumlah penduduk usia sekolah yang tidak

diimbangi dengan ditambahnya infrastruktur sekolah serta peningkatan akses

masuk sekolah sehingga partisipasi sekolah seharusnya tidak berubah atau

malah semakin rendah.

Angka Partisipasi Kasar

Angka Partisipasi Kasar (APK) biasanya melebihi dari seratus persen karena

masih banyak siswa yang berusia di luar sekolah yang seharusnya, misalnya

usia SD yang telah ditetapkan adalah usia 7-12 tahun. Namun, masih banyak

siswa SD yang berusia di bawah 7 tahun atau usia di atas 12 tahun. APK SLTA

masih rendah dibandingkan APK SLTP dan APK SD.

Tabel 2.18 Angka Partisipasi Kasar (APK) di Kabupaten Ende Menurut Jenjang Pendidikan

2009-2011

Jenjang Pendididkan (Kelompok Umur)

2009 (%)

2010 (%)

2011 (%)

SD (7-12 tahun) 121,23 125,35 126,1

SLTP (13-15 tahun) 86,50 98,72 98,8

SLTA (16-18 tahun) 55,38 90,64 91,53 Sumber : BPS, Susenas 2007-2008 dan PPO, 2011

Angka Partisipasi Murni

Angka Partisipasi Sekolah Murni (APM) juga merupakan indikator daya serap

penduduk usia sekolah di setiap jenjang pendidikan. Tetapi, jika dibandingkan

APK, Angka Partisipasi Murni (APM) merupakan indikator daya serap yang

lebih baik karena APM melihat partisipasi penduduk kelompok usia standar di

jenjang pendidikan yang sesuai standar tersebut. Angka Partispasi Murni

(APM) adalah persentase siswa dengan usia yang berkaitan dengan jenjang

pendidikannya dari jumlah penduduk di usia yang sama. Dalam tahun 2009-

2011 terjadi peningkatan APM pada jenjang pendidikan SLTP dan SLTA.

Sebaliknya pada jenjang sekolah dasar (SD), APM mengalami penurunan tetapi

sudah sangat tinggi, sebagai hasil program wajib belajar 6 tahun.

Tabel 2.19.

Angka Partisipasi Kasar (APK) di Kabupaten Ende Menurut Jenjang Pendidikan 2009-2011

Jenjang Pendididkan (Kelompok Umur)

2009 (%)

2010 (%)

2011 (%)

SD (7-12 tahun) 93,06 124,34 104,32

SLTP (13-15 tahun) 51,66 64,33 68,86

SLTA (16-18 tahun) 43,81 40,87 57,89 Sumber : BPS, Susenas 2007-2008 dan PPO, 2011

Angka Kelulusan

Angka kelulusan SD/ MI tahun 2010 sebesar 92,91%. Angka kelulusan SMP/

MTs tahun 2010 sebesar 88,93%. Kondisi ini menunjukan bahwa jumlah anak

yang lulus SMP/ MTs makin tinggi. Hal itu disebabkan proses belajar mengajar

serta persiapan UN tingkat SMP/ MTs semakin baik. Angka kelulusan SMA/ MA

tahun 2010 sebesar 72,89%. Kondisi ini menunjukan bahwa lulusan belum

mencapai target dimana jumlah anak yang lulus SMA/MA rendah. Hal itu

disebabkan proses belajar mengajar serta persiapan UN tingkat SMA/ MA

belum optimal serta sarana penunjang berupa buku dan alat peraga yang masih

sangat tebatas. Angka kelulusan SMK tahun 2010 sebesar 78,66%. Kondisi ini

menunjukan bahwa jumlah anak yang lulus SMK belum mencapai target. Hal itu

disebabkan proses belajar mengajar yang berbasis kejuruan masih belum

optimal diterapkan dan sarana penunjang praktik yang masih minim serta

persiapan UN tingkat SMK yang belum optimal. Tahun 2011 angka kelulusan

SD 99,87%, SMP 95,71%, SMA 78,53%, SMK 85,2%.

Banyaknya Sekolah, Guru Dan Murid Menurut Tingkat Sekolah di

Kabupaten Ende.

Ketersediaan Sekolah dan guru terhadap penduduk usia sekolah adalah

indikator untuk mengukur kemampuan jumlah sekolah dalam menampung

penduduk usia pendidikan. Rasio Murid-Guru merupakan indikator yang

digunakan untuk menggambarkan beban kerja guru dalam mengajar. Indikator

ini juga dapat digunakan untuk melihat tingkat mutu pengajaran di kelas

karena semakin tinggi nilai rasio ini berarti semakin berkurang tingkat

pengawasan atau perhatian guru sehingga mutu pengajaran cenderung

semakin rendah. Dalam periode tahun ajaran 2009/2010 rasio murid terhadap

guru cukup tingggi pada semua jenjang pendidikan yaitu rata-rata untuk

seorang guru harus menangani 11- 20 murid. Ini menunjukkan jumlah murid

tidak diimbangi dengan pertambahan guru sehingga beban seorang guru

semakin besar dan tingkat perhatian guru kepada individual murid semakin

sedikit.

Hal ini dapat berdampak pada menurunnya kualitas pendidikan. Pada rasio

murid terhadap sekolah terlihat bahwa rata-rata satu sekolah menampung

125-563 murid. Keadaan ini juga memberikan gambaran bahwa semakin

besarnya minat masyarakat untuk menyekolahkan anaknya.

Tabel . 2.20.

Banyaknya Sekolah Menurut Tingkat Sekolah dan Perkembangan Rasio Murid-Guru dan Rasio Murid – Sekolah di Kabupaten Ende Tahun 2010

Sumber : Indikator Kesejahteraan Rakyat Kab. Ende, 2009.

2. Kesehatan

Angka Kematian Bayi

Derajat kesehatan juga ditentukan oleh angka kematian bayi. Pertumbuhan dan

perkembangan manusia yang paling rawan adalah usia bayi (0-11 bulan).

Terjadinya kasus kematian bayi menunjukan bahwa ada fenomena gunung es

permasalahan di tingkat keluarga dan msyarakat. Permasalahan yang ada di

No Tingkat Sekolah

Sekolah Guru Murid Rata-rata Guru per sekolah

Rata-rata Murid per sekolah

1 TKK 96 215 3454 22 35

2 SD 339 3279 42332 10 125

3 SLTP 74 1021 15505 14 210

4 SLTA 22 533 12379 24 563

5 SMK 8 139 1176 17 147

masyarakat bisa berupa masalah kesehatan, sosial budaya, ekonomi maupun

pendidikan. Jumlah kematian bayi di Kabupaten Ende pada tahun 2010 adalah

28 orang dari 5254 Kelahiran Hidup (5,3 KH). Kematian bayi di Kabupaten

Ende pada tahun 2011 berjumlah 29 orang dengan Angka Kematian Bayi (AKB)

5,33 per 1000 Kelahiran Hidup dari 5442 kelahiran hidup, jika dibandingkan

dengan target AKB dalam Renstra Kabupaten Ende di tahun 2011 menetapkan

AKB sebesar 13,39 per 1000 KH, hal ini berarti bahwa kasus kematian neonatal

dapat ditekan kenaikannya, pencapaian AKB Kabupaten Ende di tahun 2011

tidak melebihi angka toleransinya.

Angka Kematian Balita.

Kematian balita adalah kematian yang terjadi pada anak sebelum mencapai

usia lima tahun. Data menunjukan angka kematian balita sebanyak 3 orang dari

total jumlah balita sebanyak 24.268 orang pada tahun 2010. Untuk kematian

Balita di Kabupaten Ende Tahun 2011 sebanyak 5 orang dari 23.446 balita

(Laporan Puskesmas), sehingga diperoleh Angka Kematian Balita (AKABA)

Kabupaten Ende sebesar 0,92 per 1.000 KH Kematian balita terbanyak terjadi

karena penyakit ISPA, malaria dan diare.

Angka Kematian Ibu Melahirkan.

Perbandingan angka kematian ibu melahirkan berdasarkan jumlah kasus untuk

melihat secara spesifik kasus penyebab kematian ibu. Jumlah kematian ibu

melahirkan adalah jumlah kematian yang terjadi pada ibu karena peristiwa

kehamilan, persalinan dan nifas. Khusus dalam Indikator ini kematian ibu yang

terjadi sebagai akibat dari kelainan / resiko kehamilan, persalinan dan nifas di

perhitungkan kasus kematian ibu. Angka Kematian Ibu pada tahun 2010

sebanyak 11 kasus dari 5254 Kelahiran Hidup atau 209,4/100.000 Kelahiran

Hidup . Target Indikator Kinerja Kunci (IKK) sesuai Renstra jumlah kematian

ibu tahun 2010 sebesar 8. Hal ini menunjukan bahwa kasus kematian ibu

melahirkan pada tahun 2010 lebih banyak sebesar 3 kasus kematian. Tahun

2011 angka kematian ibu melahirkan sebanyak 9 kasus. Masih tingginya kasus

kematian ibu melahirkan ini disebabkan antara lain oleh pertolongan

persalinan yang masih ditolong oleh dukun dan sebagian besar penyebab

kematian ibu disebabkan karena pendarahan pada saat melahirkan..

Angka Harapan Hidup

Angka Harapan Hidup adalah suatu perkiraan rata-rata lamanya hidup

penduduk (dalam tahun) sejak lahir yang dicapai oleh penduduk dalam suatu

wilayah dan waktu tertentu yang dihitung berdasarkan angka kematian

menurut kelompok umur. Data menunjukan Angka Harapan Hidup pada tahun

2011 sebesar 64,5 tahun.

Sarana Kesehatan

Puskesmas, Pustu, Poskedes, Polindes merupakan salah satu sarana penunjang

kesehatan dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Semakin

banyak jumlah ketersediannya, maka semakin memudahkan masyarakat dalam

menjangkau pelayanan kesehatan.

Tabel 2.21

Ratio Sarana Kesehatan terhadap Jumlah Penduduk Di Kabupaten Ende Tahun 2011

No. Jenis Sarana Jumlah Ratio Standar Ratio Saat Ini 1. Puskesmas 23 8 : 100.000 9 : 100.000 pddk 2. Pustu 51 5 : 100.000 20 : 100.000 pddk 3. Poskesdes 33 1 : 1 desa 1 : 6 desa 4. Polindes 89 1 : 1 – 3 desa 1 : 2, desa

Sumber: Profil Dinas Kesehatan Kab. Ende, 2010

Dilihat dari standar, maka jumlah Sarana Kesehatan Puskesmas, Pustu, dan

Polindes mencukupi bahkan untuk Pustu telah melebihi empat kali lipat,

dimana pada peride tahun 2009 dari setiap 100.000 penduduk dilayani oleh 8

Puskesmas dan 23 Puskesmas Pembantu, sedangkan 1 Polindes melayani 2

desa.

Jika dibandingkan dengan Indikator Kinerja Kunci sesuai Renstra Dinas

Kesehatan Kabupaten Ende tahun 2010 rasio Puskesmas terhadap penduduk

adalah 11.246 artinya satu puskesmas melayani 11.256 penduduk dari target

IKK tahun 2010 11.162 sudah mencapai target. Akan tetapi permasalahannya

adalah peningkatan sarana kesehatan belum diimbangi dengan penambahan

Tenaga Kesehatan sehingga dilakukan motivasi melalui insentif, melengkapi

sarana (Polindes KIT, dan lain-lain) agar Tenaga Kesehatan terutama Dokter

dan Bidan di desa tetap melaksanakan tugas dengan baik dan tanggung jawab.

D. Aspek Daya Saing Daerah

Daya saing atau keunggulan daerah merupakan kemampuan daerah

menciptakan/mengembangkan dan menawarkan iklim/lingkungan yang paling

produktif bagi bisnis dan inovasi, daya tarik atau menarik “investasi,” talenta

(talented people), dan faktor-faktor mudah bergerak (mobile factors) lainnya, serta

potensi berkinerja unggul yang berkelanjutan. Kondisi dan perkembangan aspek daya

saing daerah tergambar melalui 4 (empat) fokus yaitu kemampuan ekonomi,

ketersediaan infrastruktur, iklim investasi dan kualitas SDM.

1. Kemampuan ekonomi Kabupaten Ende,

Kemampuan ekonomi daerah dapat diIihat pada indikator pengeluaran

konsumsi rumah tangga per kapita dimaksudkan untuk mengetahui tingkat

konsumsi rumah tangga yang menjelaskan seberapa atraktif tingkat

pengeluaran rumah tangga. Semakin besar rasio atau angka konsumsi RT

semakin atraktif bagi peningkatan kemampuan ekonomi daerah. Pengeluaran

konsumsi rumah tangga per kapita dapat diketahui dengan menghitung angka

konsumsi RT per kapita, yaitu rata-rata pengeluaran konsumsi rumah tangga

per kapita. Selain itu kemampuan ekonomi daerah dapat ditinjau dari

pengeluaran konsumsi non pangan per kapita, angka ini dihitung berdasarkan

pengeluaran penduduk untuk makanan dan bukan makanan per jumlah

penduduk, produktivitas total daerah, dan nilai tukar petani.

Tabel 2.22.

Angka Konsumsi RT per Kapita Tahun 2004 -2007, 2009, 2010 Kabupaten Ende

No Uraian 2005 2006 2007 2009 2010

1 Total Pengeluaran RT 8.012.028.260 10.606.595.210 11.190.812.691 17.708.652.950 4.162.224

2 Jumlah RT 53.660 54.107 55.227 57.550 54.763

3 Rasio (1/2) 149.311 196.030 202.633 307.709 76,004

2. Fokus dukungan infrastruktur

Dukungan investasi dari sisi infrastruktur di Kabupaten Ende telah dijamin

dengan ditetapkannya Perda tentang RTRW, yang merupakan dokumen yang

menjamin kesesuaian implementasi tata ruang berdasarkan aspek administratif

dan atau aspek fungsional.

3. Fokus iklim berinvestasi.

Analisis kinerja atas iklim berinvestasi dilakukan terhadap indikator-indikator:

angka kriminalitas, lama proses perijinan, jumlah dan macam pajak dan retribusi

daerah, jumlah perda yang mendukung iklim usaha.

Angka kriminalitas menunjukan bahwa kriminalitas yang terjadi di Kabupaten

Ende secara khusus belum mengancam iklim investasi. Dari data jumlah

narapidana menurut jenis kejahatan seperti tabel 2.23 menunjukan jenis

kejahatan yang terjadi relatif biasa dan dalam jumlah yang relatif kecil.

Tabel 2.23 Banyaknya Tambahan Narapidana Berdasarkan Putusan PN

No. JENIS KEJAHATAN/ PELANGGARAN 2007 2008 2009

A. KEJAHATAN

1 Politik - - -

2 Thd. Kepala Negara - - -

3 Thd. Ketertiban Umum 24 13 34

4 Pembakaran 1 - 1

5 Penyuapan - - -

6 Mata Uang - - -

7 Memalsu Materei/Surat 1 - 1

8 Kesusilaan 9 28 5

9 Perjudian 6 2 14

10 Penculikan - 2 10

11 Pembunuhan 4 50 1

12 Penganiayaan 19 9 29

13 Pencurian 11 13 27

14 Perampokan 1 1 1

15 Memeras/Mengancam - - -

16 Penggelapan - 3 2

17 Penipuan 3 - 2

18 Merusak Barang 1 - 2

19 Dalam Jabatan - - -

20 Penadahan 1 - 4

21 Lain-lain 24 51 54

Jumlah 105 172 187

B. PELANGGARAN

1 Pelanggaran KUHP - - -

2 Pelanggaran Ekonomi - - -

Total A + B 185 331 339

Lamanya Perijinan

Dengan dibentuknya Kantor Pelayanan Perijinan Terpadu Satu Pintu, maka

diharapkan proses perijinan dalam rangka investasi di Kabupaten Ende akan

semakin mudah dan cepat.

Pajak dan retribusi Daerah

Dengan penetapan Perda Nomor 2 Tahun 2011 tentang Pajak Daerah dan

Perda Nomor 3 Tahun 2011 tentang Retribusi Daerah, yang berdampak pada

semakin banyaknya jumlah dan macam pungutan maka diharapkan akan

terjadi kenaikan pendapatan dari pajak dan retribusi secara significant.

4. Fokus sumber daya manusia

Analisis atas sumber daya manusia dilakukan terhadap indikator persentase

pendidikan yang ditamatkan dan rasio ketergantungan.

Persentase Pendidikan yang ditamatkan

Hasil pendidikan merupakan hasil yang diperoleh dari adanya proses belajar

mengajar sebagai bagian dari proses pendidikan, yang dapat ditunjukan dari

jumlah penduduk yang berhasil tamat atau jumlah lulusan menurut jenjang

pendidikan tertentu. Hal ini secara spesifik dapat dilihat dari pendidikan

tertinggi yang ditamatkan penduduk berumur 10 tahun ke atas. Komposisi

penduduk menurut pendidikan tertinggi yang ditamatkan memberikan

gambaran tentang keadaan kualitas sumber daya manusia. Berdasarkan data

Susenas 2009, pada tabel di bawah ini masih rendahnya tingkat pendidikan

penduduk usia 10 tahun ke atas di Kabupaten Ende. Namun pada tahun 2007-

2009, penduduk berpendidikan SLTP ke atas persentasenya naik, namun

sedikit menurun pada tahun 2009. Ini masih menunjukan adanya peningkatan

kualitas SDM di kabupaten Ende.

Tabel 2.24.

Persentase Penduduk 10 Tahun ke Atas Menurut Ijazah Tertinggi yang dimiliki

T

Tingkat Ketergantungan Penduduk

Tingkat ketergantungan penduduk digunakan untuk melihat gambaran

besarnya beban yang harus ditanggung oleh setiap penduduk berusia produktif

terhadap penduduk yang tidak produktif. Penduduk muda berusia di bawah 15

tahun umumnya dianggap sebagai penduduk yang belum produktif karena

secara ekonomis masih tergantung pada orang tua atau orang lain yang

menanggungnya. Selain itu, penduduk berusia di atas 65 tahun juga dianggap

tidak produktif lagi sesudah melewati masa pensiun. Penduduk usia 15-64

tahun, adalah penduduk usia kerja yang dianggap sudah produktif. Atas dasar

konsep ini dapat digambarkan berapa besar jumlah penduduk yang tergantung

pada penduduk usia kerja. Meskipun tidak terlalu akurat, rasio ketergantungan

semacam ini memberikan gambaran ekonomis penduduk dari sisi demografi.

Rasio ketergantungan (dependency ratio) dapat menunjukkan keadaan

ekonomi suatu negara apakah tergolong negara maju atau negara yang sedang

No Ijazh Tertinggi yang Dimiliki 2007 2008 2009 Tidak punya 7,5 38,03 41,78 Sekolah Dasar 21,4 25,96 24,72 SLTP 11,81 14,90 13,07 SMU 11,3 11,54 8,93 SMK 4,08 5,60 5,52 Diploma I/II 0,71 1,12 0,98 Diploma III/Sarjana Muda 0,62 0,95 1,54 Diploma IV/S1/S2/S3 2,57 1,89 4,46 SLTP + 31,09 36,00 33,5

berkembang. Dependency ratio merupakan salah satu indikator demografi yang

penting. Semakin tinggi persentase dependency ratio maka semakin tinggi

beban yang harus ditanggung penduduk yang produktif untuk membiayai

hidup penduduk yang belum produktif dan tidak produktif lagi. Sedangkan

persentase dependency ratio yang semakin rendah menunjukkan semakin

rendahnya beban yang ditanggung penduduk yang produktif untuk membiayai

penduduk yang belum produktif dan tidak produktif lagi. Hasil analisis rasio

ketergantungan dapat disajikan dalam tabel 2.20, sebagai berikut:

Tabel 2.25. Rasio Ketergantungan Tahun 2008 s.d 2010 Kabupaten Ende

No Uraian 2008 2009 2010

1 Jumlah Penduduk Usia <15 tahun 33.830 83.431 86.774

2 Jumlah Penduduk usia > 64 tahun 6.250 13.084 15.603

3 Jumlah Penduduk Usia Tidak Produktif

(1) & (2)

40.080 96.515 102.377

4 Jumlah Penduduk Usia 15-64 tahun 59.930 141.680 158.228

5 Rasio ketergantungan (3) / (4) 0.668 0.68 0.647

Sumber BPS Kab. Ende , 2011