Upload
smk-nurul-huda
View
1.666
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
1
Gambaran UmumUU No. 28-2009 Tentang
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
Disampaikan oleh:drs. Haryanto Kadi, MSc
Direktorat Jenderal PerbendaharaanKementerian Keuangan RI
Tahun 2010
2
LATAR BELAKANG
• OTONOMI DAERAH daerah mampu menggali sumber keuangan dlm rangka pembiayaan pembangunan
• Sumber-sumber pendapatan daerah potensial harus digali
3
DASAR HUKUM
1. UU No. 32/2004 (UU No. 22/1999) : Pemerintahan Daerah
2. UU No. 33/2004 (UU No. 25/1999) : Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah
3. UU No. 28/2009 (UU No.34/2000) : Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
4. (PP No. 65 tahun 2001 : Pajak Daerah)
5. (PP No. 66 tahun 2001 : Retribusi Daerah)
6. (Kepmendagri No. 43 tahun 1999 : Sistem dan Prosedur Adm. Pajak Daerah, Retribusi Daerah dan Penerimaan Pendapatan Lain-Lain)
7. (Kepmendagri No. 27 tahun 2002 : Alokasi Biaya Pemungutan Pajak Daerah)
4
TATA URUTAN TATA URUTAN PERUNDANG-UNDANGANPERUNDANG-UNDANGAN
UUD 1945UUD 1945 Ketetapan MPR RIKetetapan MPR RI Undang-Undang (UU)Undang-Undang (UU) Peraturan Pemerintah Pengganti UU Peraturan Pemerintah Pengganti UU
(Perpu)(Perpu) Peraturan Pemerintah (PP)Peraturan Pemerintah (PP) Peraturan Presiden (Perpres)Peraturan Presiden (Perpres) Peraturan Daerah (Perda)Peraturan Daerah (Perda)
TAP MPR RI NO. III/MPR/2000TAP MPR RI NO. III/MPR/2000TANGGAL 18 AGUSTUS 2000 Ps. 2 :TANGGAL 18 AGUSTUS 2000 Ps. 2 :
5
Surat Menteri Kehakiman dan HAM Nomor M.UM.01.06-27
tanggal 23 Pebruari 2000
Keputusan Menteri (Kepmen) tetap mempunyai kedudukan lebih tinggi dari
Perda sepanjang materi muatan Kepmen (substansi) adalah merupakan
pendelegasian dari UU, PP maupun Keppres.
6
UU No. 32 Tahun 2004 dan UU No. 33 Tahun UU No. 32 Tahun 2004 dan UU No. 33 Tahun 20042004
PENERIMAAN
Pendapatan Daerah
Pembiayaan Daerah
PAD•Pajak Daerah
•Retribusi Daerah
•Hasil Pengelolaan Keayaan Daerah yg
Dipisahkan
•Lain-lain PAD yg Sah
Dana Perimbangan
•DBH
•DAU
•DAK
Lain-lain Pendapatan
•Pendapatan Hibah
•Pendapatan Dana Darurat
•SILPA
•Pinjaman Daerah
•Cadangan Daerah
•Hasil Penjualan Kekayaan Daerah Yg Dipisahkan
•Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yg Tidak Dipisahkan
•Jasa Giro
•Pendapatan Bunga
•Keuntungan Selisih
Kurs
•Komisi,Potongan
dan sejenisnya
Ps 5 - 6
7
Dana Alokasi Umum (DAU) adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN, yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar Daerah untuk mendanai kebutuhan Daerah dalam rangka pelaksanaan Desentralisasi
Jumlah keseluruhan DAU sampai dengan tahun 2007 ditetapkan sekurang-kurangnya 25,5%, dan mulai tahun 2008 ditetapkan sekurang-kurangnya 26% dari Pendapatan Dalam Negeri Neto yang ditetapkan dalam APBN (Pasal 107)
DANA ALOKASI UMUM ( DAU )DANA ALOKASI UMUM ( DAU )
Ps 27 - 37
8
POTENSI PENERIMAAN PAJAK DAERAH TERHADAP PENDAPATAN NASIONAL
AUSTRIA 19% * BELGIUM 28% *CZEH REPUBLIK13% DENMARK 31%FINLANDIA 22% GERMANY 29% *HUNGARY 6% ICELAND 20%JAPAN 24% MEXICO 20% *NEW ZEALAND 5% NORWAY 20%SWEDEN 32% SWITZERLAND 38% *
INDONESIA ± 4%
* Sistem Federal
9
UPAYA PENINGKATAN PAD
• INTENSIFIKASI, adalah suatu tindakan atau usaha-usaha untuk memperbesar penerimaan dengan cara melakukan pemungutan yang lebih giat, ketat, dan teliti.
• EKSTENSIFIKASI, adalah usaha-usaha untuk menggali sumber-sumber PAD yang baru, namun tidak bertentangan dengan kebijakan pokok nasional.
10
Bagaimana Keuangan Daerah yg Berhasil ?
• (dari sisi pendapatan):
Keuangan daerah yang mampu meningkatkan penerimaan daerah secara berkesinambungan seiring dengan perkembangan perekonomian tanpa memperburuk alokasi faktor-faktor produksi dan keadilan serta dgn sejumlah biaya administrasi tertentu
11
Indikator Keberhasilan Keuangan Daerah
1. Daya Pajak (Tax Effort)
2. Efektivitas (Effectivity)
3. Efisiensi (Efficiency)
4. Elastisitas (Elasticity)
12
Tax Effort
• Rasio antara penerimaan pajak dgn kapasitas atau kemampuan bayar pajak di suatu daerah
• Tax Effort = penerimaan pajak x 100 % (Daya Pajak) kemampuan bayar pajak atau (penerimaan pajak)t x 100 % PDRB t
• Jika PDRB suatu daerah meningkat, maka kemampuan daerah dalam membayar pajak juga meningkat
• Jika rasio ini meningkat tentu menunjukkan keadaan semakin baik
13
Effectivity
• Mengukur hubungan hasil pajak dengan potensi pajak
• Efektivitas = Penerimaan pajak x 100 %
potensi pajak
• Jika rasio ini meningkat tentu menunjukkan keadaan yang lebih baik
14
Efficiency
• Mengukur bagian dari hasil pajak yg digunakan utk menutup biaya pemungutan pajak yang bersangkutan
• Efisiensi = biaya pemungutan x 100 %
penerimaan pajak yg dipungut
• Jika rasio menurun tentu menunjukkan keadaan yang makin baik
15
• Tingkat kepekaan perubahan PAD terhadap perubahan PDRB dan atau jumlah penduduk
• Elasticity thd PDRB = % PAD x 100 % % PDRB
• Elasticity thd Pddk = % PAD x 100 % % Pddk
• Jika rasio meningkat tentu menunjukkan keadaan yang semakin baik
Elasticity
16
STANDAR INDIKATOR KEUANGAN
Oleh karena belum ada standar indikator keuangan secara nasional, maka upaya yang dilakukan adalah dengan melakukan benchmarking, yaitu membandingkan indikator keuangan Pemda yang di mapping dengan Pemda lain yang dianggap : - lebih baik indikator keuangannya - memiliki struktur perekonomian yang sama
17
DEFINISI
Menurut UU No. 28 tahun 2009 :
Pajak Daerah adalah kontribusi wajib kepada Daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Retribusi Daerah adalah pungutan Daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau Badan.
JENIS – JENIS PAJAK DAERAHMenurut UU No 28 tahun 2009
NO Pajak Provinsi Pajak Kabupaten/Kota
1 Pajak Kendaraan Bermotor Pajak Hotel
2 BBN Kendaraan Bermotor Pajak Restoran
3 Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor
Pajak Hiburan
4 Pajak Air Permukaan Pajak Reklame
5 Pajak Rokok Pajak Penerangan Jalan
6 - Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan
7 - Pajak Parkir
8 - Pajak Air Tanah
9 - Pajak Sarang Burung Walet
10 - Pajak Bumi Bangunan Perdesaan dan Perkotaan
11 - Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan
18
19
LARANGAN PEMUNGUTAN PAJAK
Daerah dilarang memungut pajak selain jenis Pajak sebagaimana telah diatur dalam UU No. 28-2009.
Apabila potensinya kurang memadai dan/atau disesuaikan dengan kebijakan Daerah yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah.
JENIS PAJAK DAPAT TIDAK DIPUNGUT
20
JENIS – JENIS RETRIBUSI DAERAH
Menurut UU No 28 tahun 2009
1. Retribusi Jasa Umum
2. Retribusi Jasa Usaha
3. Retribusi Perizinan Tertentu
21
I. I. RETRIBUSI JASA UMUMRETRIBUSI JASA UMUM
PENGERTIANPENGERTIAN
Retribusi atas jasa yg disediakan atau diberikan oleh Pemda untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan
OBJEKOBJEK
Pelayanan yg disediakan atau diberikan Pemda untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan
22
SUBJEKSUBJEKOrang pribadi atau badan yg menggunakan/
menikmati pelayanan jasa umum ybs.JENIS RETRIBUSI JASA UMUMJENIS RETRIBUSI JASA UMUM
1. Retribusi Pelayanan Kesehatan
2. Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan
3. Retribusi Penggantian Biaya Cetak KTP dan Akte Catatan Sipil
4. Retribusi Pelayanan Pemakaman & Pengabuan Mayat
5. Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum
6. Retribusi Pelayanan Pasar
7. Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor
8. Retribusi Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran
9. Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta
10. Retribusi Penyediaan dan/atau Penyedotan Kakus
11. Retribusi Pengolahan Limbah Cair
12. Retribusi Pelayanan Tera atau Tera Ulang
13. Retribusi Pelayanan Pendidikan
14. Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi
23
Jenis Retribusi sebagaimana dimaksud dapat tidak dipungut apabila potensi penerimaannya kecil dan/atau atas kebijakan nasional/daerah untuk memberikan pelayanan tersebut secara cuma-cuma.
24
II. RETRIBUSI JASA USAHAII. RETRIBUSI JASA USAHA
PENGERTIAN
Retribusi atas jasa yg disediakan oleh Pemda dengan menganut prinsip komersial karena pada dasarnya dapat pula disediakan oleh sektor swastaOBJEKOBJEK
Pelayanan yg disediakan oleh Pemda dgn menganut prinsip komersial yang meliputi:a.pelayanan dengan menggunakan/memanfaatkan kekayaan Daerah yang belum dimanfaatkan secara optimal; dan/ataub.pelayanan oleh Pemerintah Daerah sepanjang belum disediakan secara memadai oleh pihak swasta.
25
SUBJEKSUBJEK
Orang pribadi atau badan yang menggunakan/
menikmati pelayanan jasa usaha ybs.
JENIS RETRIBUSI JASA USAHA
1. Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah
2. Retribusi Pasar Grosir dan/atau Pertokoan
3. Retribusi Tempat Pelelangan
4. Retribusi Terminal
5. Retribusi Tempat Khusus Parkir
26
6. Retribusi Tempat Penginapan/Pesanggrahan/Villa
7. Retribusi Rumah Potong Hewan
8. Retribusi Pelayanan Kepelabuhan
9. Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga
10.Retribusi Penyeberangan di Air
11.Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah
27
III. RETRIBUSI PERIZINAN TERTENTUIII. RETRIBUSI PERIZINAN TERTENTU
PENGERTIANRetribusi atas kegiatan tertentu Pemda dalam rangka pemberian izin kepada orang pribadi atau badan yg dimaksudkan untuk pembinaan, pengaturan, pengendalian dan pengawasan atas kegiatan Pemanfaatan ruang, penggunaan sumber daya alam, barang, prasarana, sarana, atau fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkunganOBYEKpelayanan perizinan tertentu oleh Pemerintah Daerah kepada orang pribadi atau Badan yang dimaksudkan untuk pengaturan dan pengawasan atas kegiatan pemanfaatan ruang, penggunaan sumber daya alam, barang, prasarana, sarana, atau fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan.
28
JENIS RETRIBUSI PERIZINAN TERTENTUJENIS RETRIBUSI PERIZINAN TERTENTU
1. Retribusi Izin Mendirikan Bangunan (IMB)
2. Retribusi Izin Tempat Penjualan Minuman Beralkohol
3. Retribusi Izin Gangguan
4. Retribusi Izin Trayek
5. Retribusi Izin Usaha Perikanan
29
RETRIBUSI LAIN-LAINRETRIBUSI LAIN-LAIN
Selain jenis retribusi yang ditetapkan dalam UU ini, dengan Peraturan Daerah dapat ditetapkan jenis retribusi lainnya sesuai kriteria:Retribusi Jasa Umum:1.Retribusi Jasa Umum bersifat bukan pajak dan bersifat bukan Retribusi Jasa Usaha atau Retribusi Perizinan Tertentu;2.jasa yang bersangkutan merupakan kewenangan Daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi;3.jasa tersebut memberi manfaat khusus bagi orang pribadi atau Badan yang diharuskan membayar retribusi, disamping untuk melayani kepentingan dan kemanfaatan umum;
4. jasa tersebut hanya diberikan kepada orang pribadi atau Badan yang membayar retribusi dengan memberikan keringanan bagi masyarakat yang tidak mampu;
5. Retribusi tidak bertentangan dengan kebijakan nasional mengenai penyelenggaraannya;
6. Retribusi dapat dipungut secara efektif dan efisien, serta merupakan salah satu sumber pendapatan Daerah yang potensial; dan
7. pemungutan Retribusi memungkinkan penyediaan jasa tersebut dengan tingkat dan/atau kualitas pelayanan yang lebih baik.
30
31
Retribusi Jasa Usaha:1.Retribusi Jasa Usaha bersifat bukan pajak dan bersifat bukan Retribusi Jasa Umum atau Retribusi Perizinan Tertentu; dan2.jasa yang bersangkutan adalah jasa yang bersifat komersial yang seyogyanya disediakan oleh sector swasta tetapi belum memadai atau terdapatnya harta yang dimiliki/dikuasai Daerah yang belum dimanfaatkan secara penuh oleh Pemerintah Daerah.
32
Retribusi Perizinan Tertentu:1.perizinan tersebut termasuk kewenangan pemerintahan yang diserahkan kepada Daerah dalam rangka asas desentralisasi;2.perizinan tersebut benar-benar diperlukan guna melindungi kepentingan umum; dan3.biaya yang menjadi beban Daerah dalam penyelenggaraan izin tersebut dan biaya untuk menanggulangi dampak negatif dari pemberian izin tersebut cukup besar sehingga layak dibiayai dari retribusi perizinan; ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.
33
KRITERIA KEBIJAKAN PAJAK DAN RETRIBUSI MENURUT DEVAS ( 1989 ) – ( 1 )
1. YIELD ( Hasil Pemungutan Pajak dan Retribusi )
Perlunya keseimbangan fungsi pajak sebagai Budgetair ( pengumpul pendapatan ) dan sebagai Regulerend ( pengatur )
2. EQUITY ( Keadilan )
Setiap orang harus mendapat bagian yg layak dalam kegiatan pemerintah yg mereka biaya sendiri
3. ECONOMIC EFICIENCY ( Efisiensi Ekonomi )
Pajak dan Retribusi jangan menjadi penghambat perkembangan dan pertumbuhan perekonomian
34
KRITERIA KEBIJAKAN PAJAK DAN RETRIBUSI MENURUT DEVAS ( 1989 ) – ( 2 )
4. ABILITY TO IMPLEMENT ( Kemampuan Dilaksanakan )
Kelayakan suatu daerah untuk melaksanakan pungutan pajak dan retribusi
5. SUITABILITY AS A LOCAL SOURCE ( Kesesuaian Sebagai Sumber Penerimaan Daerah )
• Dibandingkan dengan daerah sejenis
• Dibandingkan dengan daerah yang lebih tinggi
35
INTENSIFIKASI PAJAK DAN RETRIBUSI
MENURUT MACHFUD SIDIK ( 2002 )
1. Memperluas basis penerimaan
2. Memperkuat proses pemungutan
3. Meningkatkan pengawasan
4. Meningkatkan efisiensi administrasi dan menekan biaya pemungutan
5. Meningkatkan kapasitas penerimaan melalui perencanaan yang lebih baik
36
PRINSIP UMUM KEBIJAKAN PAJAK DAN RETRIBUSI
1. Memberikan pendapatan yang memadai ( penerimaan > ongkos pungut ), bersifat stabil dan elastis ( naik turun mengikuti tingkat pendapatan masyarakat )
2. Adil dan merata secara vertikal dan horisontal
3. Administrasi yang fleksibel ( sederhana, mudah dihitung dan pelayanan memuaskan )
4. Secara politis dapat diterima oleh masyarakat sehingga timbul motivasi dan kesadaran pribadi untuk membayar.
5. Non distorsi terhadap perekonomian
37
KEADILAN PAJAK DAN RETRIBUSI DAERAH
Pendekatan manfaat
Pendekatan Kemampuan Membayar
Keadilan Horizontal
• Beban pajak harus sama benar antara berbagai kelompok yang berbeda ttp dgn kedudukan ekonomi yg sama
Keadilan vertikal
• kelompok yg memiliki sumber daya yg besar membayar lebih banyak daripada yg memiliki sumber daya yg kecil
38
Aspek Non Distorsi
Dapat dilihat dari rumus :
Y = C + S + T
T = Y – ( C + S )
Y = Pendapatan ( Income ) masyarakat
C = Konsumsi ( Consumption )
S = Tabungan ( Saving )
T = Pajak ( Tax )
Kebijakan pajak dan retribusi hendaknya memperhatikan efek kontraksi dan ekspansi ekonomi
survey
39
PENGAWASAN DAN PEMBATALANPERATURAN DAERAH TENTANG PAJAK DAN RETRIBUSIPENGAWASAN DAN PEMBATALANPERATURAN DAERAH TENTANG PAJAK DAN RETRIBUSI
1) Rancangan Peraturan Daerah provinsi tentang Pajak dan Retribusi yang telah disetujui bersama oleh gubernur dan DPRD provinsi sebelum ditetapkan disampaikan kepada Menteri Dalam Negeri dan Menteri Keuangan paling lambat 3 (tiga) hari kerja terhitung sejak tanggal persetujuan dimaksud.
2) Rancangan Peraturan Daerah kabupaten/kota tentang Pajak dan Retribusi yang telah disetujui bersama oleh bupati/walikota dan DPRD kabupaten/kota sebelum ditetapkan disampaikan kepada gubernur dan Menteri Keuangan paling lambat 3 (tiga) hari kerja terhitung sejak tanggal persetujuan dimaksud.
3) Menteri Dalam Negeri melakukan evaluasi terhadap Rancangan Peraturan Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat 1) untuk menguji kesesuaian Rancangan Peraturan Daerah dengan ketentuan Undang-Undang ini, kepentingan umum, dan/atau peraturan perundangundangan lain yang lebih tinggi.
4) Gubernur melakukan evaluasi terhadap Rancangan Peraturan Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat 2) untuk menguji kesesuaian Rancangan Peraturan Daerah dengan ketentuan Undang-Undang ini, kepentingan umum dan/atau peraturan perundang-undangan lain yang lebih tinggi.
5) Menteri Dalam Negeri dan gubernur dalam melakukan evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat 3) dan ayat 4) berkoordinasi dengan Menteri Keuangan.
40
PENGAWASAN DAN PEMBATALANPERATURAN DAERAH TENTANG PAJAK DAN RETRIBUSIPENGAWASAN DAN PEMBATALANPERATURAN DAERAH TENTANG PAJAK DAN RETRIBUSI6) Hasil evaluasi yang telah dikoordinasikan dengan Menteri Keuangan
sebagaimana dimaksud pada ayat 5) dapat berupa persetujuan atau penolakan.
7) Hasil evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat 6) disampaikan oleh Menteri Dalam Negeri kepada gubernur untuk Rancangan Peraturan Daerah provinsi dan oleh gubernur kepada bupati/walikota untuk Rancangan Peraturan Daerah kabupaten/kota dalam jangka waktu paling lambat 15 (lima belas) hari kerja sejak diterimanya Rancangan Peraturan Daerah dimaksud.
8) Hasil evaluasi berupa penolakan sebagaimana dimaksud pada ayat 6) disampaikan dengan disertai alas an penolakan.
9) Dalam hal hasil evaluasi berupa persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat 6), Rancangan Peraturan Daerah dimaksud dapat langsung ditetapkan.
10) Dalam hal hasil evaluasi berupa penolakan sebagaimana dimaksud pada ayat 6), Rancangan Peraturan Daerah dimaksud dapat diperbaiki oleh gubernur, bupati/walikota bersama DPRD yang bersangkutan, untuk kemudian disampaikan kembali kepada Menteri Dalam Negeri dan Menteri Keuangan untuk Rancangan Peraturan Daerah provinsi dan kepada gubernur dan Menteri Keuangan untuk Rancangan Peraturan Daerah kabupaten/kota.
1) Peraturan Daerah yang telah ditetapkan oleh gubernur/bupati/walikota disampaikan kepada Menteri Dalam Negeri dan Menteri Keuangan paling lama 7 (tujuh) hari kerja setelah ditetapkan.
2) Dalam hal Peraturan Daerah bertentangan dengan kepentingan umum dan/atau peraturan perundangundangan yang lebih tinggi, Menteri Keuangan merekomendasikan pembatalan Peraturan Daerah dimaksud kepada Presiden melalui Menteri Dalam Negeri.
3) Penyampaian rekomendasi pembatalan oleh Menteri Keuangan kepada Menteri Dalam Negeri sebagaimana dimaksud pada ayat 2) dilakukan paling lambat 20 (dua puluh) hari kerja sejak tanggal diterimanya Peraturan Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat 1).
41
PENGAWASAN DAN PEMBATALANPERATURAN DAERAH TENTANG PAJAK DAN RETRIBUSI
PENGAWASAN DAN PEMBATALANPERATURAN DAERAH TENTANG PAJAK DAN RETRIBUSI
4. Berdasarkan rekomendasi pembatalan yang disampaikan oleh Menteri Keuangan, Menteri Dalam Negeri mengajukan permohonan pembatalan Peraturan Daerah dimaksud kepada Presiden.
5. Keputusan pembatalan Peraturan Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat 4) ditetapkan dengan Peraturan Presiden paling lama 60 (enam puluh) hari kerja sejak diterimanya Peraturan Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat 1).
6. Paling lama 7 (tujuh) hari kerja setelah keputusan pembatalan sebagaimana dimaksud pada ayat 5), Kepala Daerah harus memberhentikan pelaksanaan Peraturan Daerah dan selanjutnya DPRD bersama Kepala Daerah mencabut Peraturan Daerah dimaksud.
42
PENGAWASAN DAN PEMBATALANPERATURAN DAERAH TENTANG PAJAK DAN RETRIBUSI
PENGAWASAN DAN PEMBATALANPERATURAN DAERAH TENTANG PAJAK DAN RETRIBUSI
PENGAWASAN DAN PEMBATALANPERATURAN DAERAH TENTANG PAJAK DAN RETRIBUSI
7) Jika provinsi/kabupaten/kota tidak dapat menerima keputusan pembatalan Peraturan Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat 5) dengan alasan-alasan yang dapat dibenarkan oleh peraturan perundang-undangan, Kepala Daerah dapat mengajukan keberatan kepada Mahkamah Agung.
8) Jika keberatan sebagaimana dimaksud pada ayat 7) dikabulkan sebagian atau seluruhnya, putusan Mahkamah Agung tersebut menyatakan Peraturan Presiden menjadi batal dan tidak mempunyai kekuatan hukum.
9) Jika Pemerintah tidak mengeluarkan Peraturan Presiden untuk membatalkan Peraturan Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat 5), Peraturan Daerah dimaksud dinyatakan berlaku.
43
Sanksi Apabila penyampaian Rancangan Peraturan Daerah
provinsi tentang Pajak dan Retribusi yang telah disetujui bersama oleh gubernur dan DPRD provinsi kepada Menteri Dalam Negeri dan Menteri Keuangan lebih dari 3 (tiga) hari kerja terhitung sejak tanggal persetujuan,
Apabila penyampaian Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota tentang Pajak dan Retribusi yang telah disetujui bersama oleh bupati/walikota dan DPRD kabupaten/kota kepada Gubernur lebih dari 3 (tiga) hari kerja terhitung sejak tanggal persetujuan,
44
dikenakan sanksi berupa penundaan atau pemotongan Dana Alokasi Umum dan/atau Dana Bagi Hasil atau restitusi.
45
Selesai
Terima Kasih
drs. Haryanto Kadi, MScHP. 0811 87 3935