Upload
heribudiawan
View
80
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
menjelaskan tentang gangguan konsep diri dan harga diri rendah
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Salah satu penentu dalam keberhasilan perkembangan adalah konsep diri.
Konsep diri (self consept) merupakan suatu bagian yang penting dalam setiap
pembicaraan tentang kepribadian manusia. Konsep diri merupakan sifat yang unik
pada manusia, sehingga dapat digunakan untuk membedakan manusia dari makhluk
hidup lainnya.
Konsep diri seseorang dinyatakan melalui sikap dirinya yang merupakan
aktualisasi orang tersebut. Manusia sebagai organisme yang memiliki dorongan
untuk berkembang. Perkembangan yang berlangsung kemudian membantu
pembentukan konsep diri individu yang bersangkutan.
Segala keberhasilan banyak bergantung kepada cara individu memandang
kualitas kemampuan yang dimiliki. Pandangan dan sikap negatif terhadap kualitas
kemampuan yang dimiliki mengakibatkan individu memandang seluruh tugas
sebagai suatu hal yang sulit untuk diselesaikan, maka dari itu sangatlah penting
untuk seorang perawat memahami konsep diri. Memahami diri sendiri terlebih
dahulu baru bisa memahami klien.
1.2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana definisi konsep diri ?
2. Bagaimana teori perkembangan konsep diri ?
3. Bagaimana komponen konsep diri ?
4. Bagaiman mekanisme koping ?
5. Bagaimana diagnosa dan intervensi keperawatan ?
6. Bagaimana konsep asuhan keperaawatan jiwa dengan gangguan konsep diri
7. Bagaimana konsep asuhan keperawatan jiwa dengan gangguan harga diri
rendah?
8. Bagaimana konsep asuhan keperawatan jiwa dengan gangguan cictra tubuh?
9. Bagaimana penerapan konsep asuhan keperawatan jiwa jika menggunakan
contoh kasus?
1
1.3. Tujuan Penulisan
1. Untuk memenuhi salah satu tugas matakuliah keperawatan jiwa
2. Mengetahui definisi konsep diri
3. Mengetahui teori perkembangan konsep diri
4. Mengetahui komponen konsep diri
5. Mengetahui mekanisme koping
6. Mengetahui diagnosa dan intervensi keperawatan
7. Mengetahui konsep asuhan keperaawatan jiwa dengan gangguan konsep diri
8. Mengetahui konsep asuhan keperawatan jiwa dengan gangguan harga diri
rendah
9. Mengetahui konsep asuhan keperawatan jiwa dengan gangguan citra tubuh
10. Mengetahui penerapan konsep asuhan keperawatan jiwa jika menggunakan
contoh kasus
2
BAB II
TINAJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian yang
diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan
dengan orang lain, termasuk persepsi individu akan sifat dan kemampuannya,
interkasi dengan orang lain, dan lingkungan, nilai- nilai yang berkaitan dengan
pengalaman dan objek, tujuan serta keinginannya. Bech. William dan rawlin lebih
menjelaskan bahwa konsep diri adalah cara individu memandang dirinya secara
utuh, fisik, emosional, intelektual, sosial dan spiritual.
Dalam merencanakan adalah asuhan keperawatan yang berkwalitas
perawat dapat menganalisis respon individu terhadap stimulus atau setresor dari
berbagai komponen konsep diri yaitu citra tubuh, ideal diri, harga diri, identitas dan
peran. Dalam memberikan asuhan keperawatan ada lima prinsip yang harus
diperhatiakn yaitu memperluas kesadaran diri, menggali sumber-sumber diri.
2.2. Teori Perkembangan Konsep Diri
Konsep diri belum ada saat bayi lahir, tetapi berkembang secara
bertahap, saat bayi dapat membedakan dirinya dari oranglain, mempunyai nama
sendiri, pakaian sendiri. Anak mulai dapat mempelajari dirinya, yang mana kaki,
tangan, mata dan sebagainya serta kemampuan berbahasa akana memperlancar
proses tumbuh-kembang anak.
Konsep diri merupakan hasil dari aktivitas pengeksplorasian dan
pengalamannya denagn tubuhnya sendiri. Konsep diri mempelajari melalui
pengalaman prinbadi setiap individu, berhubungan dengan orang lain dan interaksi
dengan dunia duluar dirinya. Konsep diri berkemabang terus mulai dari bayi hingga
usia tua. Pengalaman dalam keluarga memberkan perasaan mampu, perasaan
diterima atau ditolak dan dalam keluarga individu mempunyai kesepatan unuk
mengidentifikasi dan meniru orang lain yang diinginkannya sesuai atau
pengharapan yang pantas. Dengan demikian jelas bahwa kebudayaan dan sosial
memengaruhi konsep diri dan perkembangan kepribadian seseorang.
3
Seorang dengan konsep diri yang psitif dapat mengeksplorasi dunianya
secara terbuka dan jujur karena latar belakang penerimaannya sukses, konsep diri
yang positif berasal dari pengalaman yang positif yang mengarah pada kemampuan
pemahaman. Karakter individu dengan konsep diri yang positif:
1. Mampu membina hubungan pribadi, mempunyai teman dan gampang
bersagabat.
2. Mampu berfikir dan membuat keputusan.
3. Dapat beradaftasi dengan menyesuaikan lingkungan.
Konsep diri yang negatif dapat dilihat dari hubungan individu sosial
malladaftif. Setiap individu dalam kehiduapannya tidak terlepas dari berbagai
setresor, dengan adanya setresor akan menyebabkan ketidak seimbangan dalam diri
sendiri. Dalam usaha mengatasi ketidakseimbangan dalam diri sendiri. Dalam
usaha mengatasi ketidakseimbangan tersebut individu mengguanakan koping yang
bersifat membangun.
2.3. Komponen Konsep diri
Konsep diri terdiri atas komponen citra tubuh, ideal diri, harga diri,
penampilan, peran dan identitas personal, respon individu terhadap konsep dirinya
berfluktuasi sepanjang rentang respon konsep diri yaitu dari adaptif sampai mal
adaptif.
4
KONSEP DIRI
Harga diri Citra tubuh Ideal diri
Identitas diri peran
Gambar 1.
A. Citra tubuh
Citra tubuh adalah sikap individu tubuhnya baik disadari atau tidak
disadari meliputi persepsi masa lalu atau sekarang mengenai ukuran dan bentuk,
fungsi, penampilan dan potesi tubuh. Citra tubuh sangat dinamis karena secara
konstan berubah sering dengan persepsi dan oengalaman baru. Citra tubuh harus
realitis karena semakin dapat menerima dan mempunyai tubuhnya individu akan
lebih bebas dan measa aman dari kecemasan . individu yang menerima tubuhnya
apa adanya memiliki harga diri tinggi dari pada individu yang tidak mempunyai
tubuhnya.
Cara individu memandang diri mempunyai dampak yang penting pad
aspek psikologisnya. Individu yang setabil, realistis dan konsisten terhadap citra
tubuhnya akan memperlihatkan kemampuan mantap terhadap realisi yang akan
memacu sukses didalam kehidupan.
B. Ideal diri
Ideal diri adalah persepsi indvidu tentang bagaimana ia seharusnya
bertingkah laku berdasarkan standar pribadi. Standar dapat berhubungan dengan
tipe orang diinginkan /disukainya atau sejumlah aspirasi, tujuan nilai, nilai yang
ingin diraih, ideal diri, akan mewuudkan cita-cita atau pengharapan diri
berdasarkan norma sosial di masyarakat tempat individu tersebut melahirkan
penyesuaian diri.
Pembentukan ideal diri dimulai pada masa kanak-kanak dipengaruhi
oleh organ yang penting pada dirinya memberikan harapan atau tuntutan.
Seioring berjalannya waktu individu mengiternalisasikan harapan tersebut dan
akan berbentuk dasar dari ideal diri. Pada usia remaja, guru dan teman . pada
usia yang lebih tua fisik dan perubahan peran serta tanggung jawab.
Individu cenderung menetapkan tuuan yang sesuai dengan
kemampuan , kultur, realita, menghidari kegagalan dan rasa cemas, ideal diri
harus cukup tinggi supaya mendukung respek tehadap diri, ideal diri berpras
sebagai pengaruh internal dan membantu individu yang membuat bingung. Ideal
diri penting untuk mempertahankan kesehatan dan keseimbangan.
Tanda yang dapat dikaji :
5
1. Mengungkapkan keputusan akibat penyakitnya misalnya saya tidak bias
ujian karena sakit, saya tidak bias lagi jadi peraga wati karena bekas
operasi diwajah saya, kaki saya yang dioperasi membuat saya tidak bias
main bola.
2. Mengungkapkan keinginan yang terlalu tinggi. Misalnya saya pasti bias
sembuh padahal prognosa penyakitnya buruk, setelah sehat saya akan
sekolah lagi padahal penyakitnya mengakibatkan tidak mungkin lagi
sekolah.
Masalah keperawatan yang mungkin timbul adalah :
1. Ideal diri tidak realistis
2. Ketidakberdayaan
3. Keputusan
C. Harga diri
Harga diri adalah penlitian pribadi terhadap hasil yang dicapai dengan
menganalisis seberapa banyak kesesuaian tingkah laku dengan ideal
drinya.harga diri diperoleh dari diri sendiri dan orang lain yaitu
dicintai,dihormati dan dihargai.individu akan merasa harga dirinya tinggi bila
sering mngalami keberhasilan,sebaliknya individu akan merasa harga dirinya
rendah bila sering mengalami kegagalan,tidak dicintai atau tidak di terima
lingkungan.
Haga diri di bentuk sejak kecil dari adanya peneerimaan dan
perhatian.harga diri akan meningkat sesuai meningkatnya usia.untuk
meningkatkan harga diri anak diberi kesempatan untuk sukses,beri
pengetahuan/pujian,bila anak stres tanamkan”ideal” atau harapan jangan terlalu
tinggi dan sesuaikan dengan budaya,berikan dorongan untuk aspirasi atau cita-
citanya dan bantu untuk membentuk pertahanan diri untuk hal-hal yang
mengganggu persepsinya.
Harga diri sangat mengancam pada masa pubertas,karenapada saat ini
harga diri mengalami perubahan,karena banyak keputusan yang harus dibuat
menyangkut dirinya sendiri.remaja dituntut untuk menentukan pilihan,posisi
peran dan memutuskan apakah ia mampu meraih sukses dari suatu bidang
6
tertentu,apakah ia dapat berpartisipasi atau diterima di berbagai macam aktivitas
sosial.
Pada usia dewasa harga diri menjadi stabil dan memberikan gambaran
yang jelas tntang dirinya dan cendrung lebih mampu menerima keadaan
dirinya.hal ini didapatkan dari pengalaman menghadapi kekurangan diri dan
meningkatkan kemampuan secara maksimal kelebihan dirinya.padamasa dewasa
akhir timbul masalah harga diri karena adanya tantangan baru sehubungan
dengan pensiun,ketidak mampuan fisik,berpisah dari anak,kehilangan pasangan.
Coopersmith dalam buku Stuart dan Sudeen menyatakan ada 4 hal yang dapat
meningkatkan harga diri anak yaitu :
1. Memberi kesempatan untuk berhasil
2. Menanamkan idealisme
3. Mendukung aspirasi atau ide
4. Membantu membentuk koping
Gangguan harga diri dapat digambarkan sebagai perasaan yang
negative terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal mencapai
keinginan.
Gangguan harga diri yang disebut sebagai harga diri rendah dan dapat
terjadi secara :
1. Situasional, yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba, misalnya harus operasi,
kecelakaan, dicerai suami, putus sekolah, putus hubungan kerja, perasaan
malu karena sesuatu terjadi.
Pada klien yang dirawat dapat terjadi harga diri rendah karena :
Privacy yang kurang diperhatikan, misalnya pemeriksaan fisik yang
sembarangan, pemasangan alat yang tidak sopan.
Harapan akan struktur, bentuk dan fungsi tubuh yang tidak tercapai
karena dirawat/sakit.
Perlakuan petugas kesehatan yang tidak menghargai. Misalnya
sebagai pemeriksaan dilakukan tanpa menjelaskan berbagai
tindakan tanpa persetujuan.
2. Kronik yaitu perasaan negative terhadap diri telah berlangsung lama
yaitu sebelum sakit dirawat. Klien ini mempunyai cara berpikir yang
7
negative, kejadian sakit dirawat akan menambah persefsi negative
terhadap dirinya.
Tanda gejala yang dapat dikaji :
a. Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan akibat tindakan
penyakit, misalnya malu dan sedih karena rambut jadi botak setelah
mendapatkan terapi sinar pada kanker.
b. Rasa bersalah terhadap diri sendiri (misalnya ini tidak akan terjadi jika
saya segera ke rumah sakit), menyalahkan, mengejek dan mengkritik diri
sendiri.
c. Merendahkan martabat, misalnya saya tidak bisa, saya tidak mampu,
saya orang bodoh dan tidak tahu apa-apa.
d. Gangguan hubungan social seperti menarik diri, klien tidak ingin
bertemu dengan orang lain, lebih s uka sendiri.
e. Percaya diri kurang klien sukar dalam mengambil keputusan misalnya
tentang memilih alternative tindakan.
f. Menciderai diri akibat harga diri yang rendah disertai harapan yang
suram, mungkin klien ingin mengakhiri kehidupan.
Masalah keperawatan yang masih timbul :
1. Gangguan harga diri rendah situasional atau kronik.
2. Keputusan
3. Isolasi social menarik diri
4. Resiko perilaku kekerasan
D. Peran
Peran adalah serangkaian pola sikap perilaku, nilai dan tujuan yang
diharpakan oleh masayarakat dihubungkan dengan fungsi individu di dalam
kelompok sosialnya . Peran memberikan sarana untuk berperan serta dalam
kehidupan sosial dan merupakan cara untuk menguji identitas dengan
memvalidasi pada orang yang berarti. Setiap orang disibukan oleh beberapa
peran yang berhubungan dengan posisi pada tiap waktu sepanjang daur
8
kehidupan. Harga yang tinggi merupakan hasil dari pera yang memenuhi
kebutuhan dan cocok dengan ideal diri.
Faktor- faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri individu terhadap
peran :
1. Kejelasan perilaku dan pengetahuan yang sesuai dengan peran.
2. Tanggapan yang konsisten dari orang- orang yang berarti terhadap
perannya.
3. Kecocokan dan keseimbangan antar peran yang diembannya
4. Keselarasan norma budaya dan harapan individu terhadap perlaku
5. Pemisahan situasi yang akan menciptakan penampilan yang tidak sesuai.
Ciri-ciri individu dengan identitas diri yang pisitif :
1. Mengenal diri sebagai individu yang utuh terpisah dari orang lain
2. Mengakui jenis kelamin sendiri
3. Memandang perlu aspek diri sebagai suatu keselarasan
4. Menilaidiri sesuai dengan penilaian mayrakat
5. Menyadari ghubungan masa lalu, sekarang dan yang akan dating
6. Mempunyai tujuan dan nilai yang disadari
Gangguan identitas diri adalah kekaburan atau tidak kepastian
memeandang diri sendiri, penuh dengan keraguan. Sukatr menetapkan keinginan
dan tidak mampu mengambil keputusan. Pada klien dirawat di rumah sakit
karena penyakit fsisik, maka identitas dapat terganggu karena :
1. Tubuh klien dikontrol oleh orang lain, misalnya pelaksanaan
pemeriksaan dan pelaksanaan tindakan tanpa penjelasan dan persetujuan
klien.
2. Ketergantungan pada orang lain misalnya untuk self-care perlu dibantu
orang lain sehingga ekonomi atau kemandirian terganggu.
3. Perubahan peran dan fungsi klien menjalankan peran sakit. Peran
sebelumnya tidak dapat dijalankan.
Tanda dan gejala yang dapat dikaji
1. Tidak ada percaya diri
9
2. Sukar mengambil keputusan
3. Ketergantungan
4. Maslaah dalam hubungan interpersonal
5. Ragu atau tidak yakin terhadap keinginan
6. Proyeksi yaitu menyalahkan orang lain
Masalah keperawatan yang mungkin timbul :
1. Gangguan identitas personal
2. Ketidakberdayaan
3. Keputusan
E. Identitas Diri
Identitas diri adalah kesadaran tentang diri sendiri yang dapat
diperoleh oleh individu dari observasi dan penilaian terhadap dirinya, menyadari
individu bahwa dirinya berbeda dengan orang lain. Identitas diri merupakan
sintetis dari semua aspek konsep diri sebagaisuatu kesatuan yang utuh, tidak
diepengaruhi pencapaian tujuan, atribut /jabatan dan peran seorang yang
mempunyai peran identitas diri yang kuat akan memandang dirinya bebeda
dengan orang lain, dan tida ada duanya. Kemandirian timbul dari perasaan
berharga ( respek terhadap diri sendiri). Kemampuan dan pengausaan diri . Ciri-
ciri individu yang mempunyai kepribadian sehat :
1. Citra tubuh positif dan adekuat kesadaran akan diri berdasar atas
observasi mandiri dan perhatian yang sesuai akan kesehatan diri
termasuk persepsi saat ini yang lalu akan diri sendiri dan perasaan
tentang ukuran, fungsi, penampilan, dan potensi tubuh.
2. Ideal diri realistis akan mempunyai tujuan hidup yang dapat dicapai.
3. Harga diri tinggi indivu yang mempunyai harga diri tinggi akan
memanang dirinya sebagai seorang yang berarti seorang yang
bermanfaat.
Ciri individu dengan identitas diri yang positif
a. Mengenal diri sebagai organisme yang utuh terpisah dari orang lain
b. Mengakui jenis kelain sendiri
10
c. Memandang sebagai aspek dalam dirinya sebagaisuatu keselarasan
d. Menilai dirisendiri ssuai dengan penilaian masyarakat
e. Menyadari hubungan masalalu,sekarangdan yang akan datang
f. Mempunyai tujuan yang bernilaiyang dapatdicapai/direalisasikan
Hal-hal yang mempengaruhi penyesuaian individu terhdap peran :
1. Kejelasan perilaku yang sesuai dengan perannya dari pengetahuan tentang
peran yang diharapkan
2. Respon atau tanggap yang konsisten dari orang yang berarti terhadap
perannya
3. Kesesuaian normaldan harapannya dengan peran
4. Perbedaan situasi yang dapat meninmbulkan penampilan peran yang tidak
sesuai.
Gangguan penampilan peran adalah berubahnya atau berhenti fungsi
peran yang disebabkan oleh penyakit, proses menua, putus sekolah, putus
hubungan kerja. Pada klien yang sedang dirawat di rumah sakit, otomatis peran
social klieen berubah mmenjadi sakit :
1. Peran dalam keluarga
2. Peran dalam pekerjaan sekolah
3. Peran dalam berbagai kelompok.
Klien tidak dapat melakukan peran yamng biasa dilakukan selama dirawat di
rumah sakit atau settelah kembalui dari rumah sakit, klien tidak mampu
melakukan perannya yang biasa.
Tanda dan gejala yang dapat dikaji :
1. Mengingkari ketidakmampuan menjalankan peran
2. Ketidakpuasan peran
3. Kegagalan menjalankan peran yang baru
4. Ketegangan menjalankan peran yang baru
5. Kurang tanggung jawab
6. Apatis, bosan dan putus asa
11
Masalah keperawatan yang mungkin timbul :
1. Perubahan penampilan peran
2. Gangguan harga diri
3. Keputus asaan
4. Ketidakberdayaan
Ciri-ciri individu yang mempunyai kepribadian yang sehat adalah :
1. Citra tubuh yang positif dan sesuai
2. Ideal diri realistis
3. Harga diri tinggi
4. Penampilan peran memuaskan
5. Identitas jelas
2.4. Rentang Respon Konsep Diri
Keterangan :
1. Respon adaptif adalah respon yang dihadapi klien bila klien menghadapi suatu
masalah dapat menyelesaikan secara baik antara lain :
a. Aktualisasi diri
Kesadaran akan diri berdasarkan konservasi mandiri termasuk persepsi
masalalu akan diri dan perasaannya
b. Konsep diri positif
Menunjukan individu akan sukses dalam menghadapi masalah.
2. Respon ma-adaptif adalah respon individu dalam menghadapi masalah dimana
individu tidak mampu memecahkan masalah tersebut. Respon mal-adaptif
gangguan konsep diri adalah :
12
adaptif maldaptif
Aktualisasi diri Konsep diri positif Harga diri rendah Keracunanidentitas
Depersonalisasi diri
a. Gangguan harga diri
Transisi antara respon konsep diri positif dan mal-adaptif.
b. Kekacauan identitas
Identitas diri kacau atau tidak jelas hingga tidak memberikan kehidupan
dalam mencapai tujuan.
c. Depersonalisasi
Tidak mengenal diri yaitu mempunyai kepribadian yang kurang sehat,
tidak mampu berhubungan dengan orang lain secara intim. Tidak ada
rasa percaya diri atau tidak membina hubungan baik dengan orang lain.
2.5. Gangguan Konsep Diri
A. Faktor Predisposisi
1. Faktor predisposisi gangguan citra tubuh :
a. Kehilangan kerusakan bagaian tubuh (anatomi dan fisiologi)
b. Perubahan ukuran, bentuk dan penampilan tubuh ( akibat pertumbuhan
dan perkembangan atau penyakit)
c. Proses patologi penyakit dan dampaknya terhadap struktur maupun
fungsi tubuh
d. Prosedur pengobatan seperti radiasi, kemoterapi, transpalantasi
2. Faktor predisposisi gangguan harga diri:
a. Penolakan dari orang lain
b. kurang penghargaan
c. pola asuhan yang salah
d. persaingan antar saudara
e. kesalah dan kegagalan yang berkurang
f. tidak mampu mencapai stnadar yang ditentukan
3. Faktor predisiposisi gangguan peran :
a. transisi peran yang sering terjadi pada proses perkembangan perubahan
situasi dan kaedaan sehat sakit
13
b. ketegangan peran, ketika individu menghadapi dua harapan yang
bertentangan secara terus menerus yang tidak terpenuhi
c. keraguan peran
d. peran yang terlalu banyak
4. Faktor predisposisi gangguan identitas diri
a. ketidak percayaanorang tua terhadap anak
b. tekanan dari teman sebaya
c. perubahan struktur sosial
B. Farktor presipitasi
a. Trauma
Masalah spesifik sehubungan dengan konsep diri adalah situasi
yang membuat individu sulit menysesuaiakan dii atau tidak dapat menrima
khususnya trauama emosi seperti penganiyayaan fisik, seksual, psikologis
pada anak atau merasa terancam hidupnya, atau menyaksikan kejadian
berupa tindakan kejahatan.
b. Ketegangan peran
Ketegangan peran adalah perasaan prustasi ketika individu
merasa tidak adekuat melakukan peran atau melakuakn yang bertentangan
sehingga hatinya tidak merasa cocok dalam melakukan perannya.
Ketegangan perannya ini sering dijumpai saat terjad konflik peran,
keraguan dan terlalu banyak peran.
Transisi peran perkembangan, Setiap perkembangan dapat
menimbulkan ancaman pada identitas. Transisi peran situasi, perubahan
jumlah anggota keluarga baik pertambahan atau pengurangan melalui
kelahiran atau kematian. Transisi peran sehat sakit, Perubahan tubuh dapat
mengaruhi semua kompenen konsep diri.
c. Perubahan perilaku
Perubahan perilaku pada gangguan citra tubuh :
1. menolak menyentuh atau melihat bagaian tubuh tertentu
14
2. menolak bercermin
3. tidak maua mendiskusikan keterbatasan atau cacat tubuh
4. menolak usaha rehabilitasi
5. usah pengobatan mandiri yang tidak tepat
6. menyngkal cacat tubuh
Perubah perilaku yang berhubungan dengan harga diri rendah:
1. mengeritik diri sendiri
2. menarik diri dari realita
3. merusak diri
4. membesar-besar diri sebagai orang penting
5. perasaan negatif terhadap tubuh
6. ketegangan peran
7. pesimis menghadapi hidup
8. keluhan fissik
9. penyalahgunaan zat
perubahan perilaku yang berhubungan sdengan kerancuan identitas
1. melakukan kode normal
2. kepribadian yang bertentangan
3. hubungan interpersonal yang eksploitatif
4. persaan hampa
5. persaan mengembang tentang diri
6. kekacauan identitas seksual
7. kecemasan yang tinggi
8. idela diri tidak realistis
Perubahan perilaku yang berhubungan dengan deporsonalitas
a. aktif :
1. kehilangan dentitas diri
2. merasa asing dengan diri sendiri
3. perasaan tidak nyata
15
4. merasa sangat terisonalisasi
5. tidak ada persaan berkesinmbungan
6. tidak mampu mencari kesenangan
b. persepsi
1. halusinasi pendengaran atau penglihatan
2. kekacauan identitas seksual
3. sulit membedakan diri deng orang lain
4. gangguan citra tubuh
5. menjalani kehidupan seperti dalam mimpi
c. kognitif
1. bingung
2. disorientasi waktu
3. ganguan berfikir
4. gangguan daya ingat
5. gangguan penilaian
d. perilaku
1. pasif
2. komunikasi tidak sesuai
3. kurang spontanisasi
4. kurang pengendalian diri
5. kurang mampu membuat keputusan
6. menarik diri dari hubungan sosial
2.6. Mekanisme Koping
Dalam kehidupan sehari harinya, individu mengalami pengalamn yang
mengganggu ekuilbrium kognit dan efektifnya individu dapat mengalami
perubahan hubungan dengan orang laindalam harapannnya terhadap diri sendiri
dengan cara negatif.
Klien gangguan konsep diri menggunakan mekanisme koping yang dapat
dikategorikan menjadi dua yaitu koping jangka pendek dan koping jangka pnjang.
16
A. Koping Jangka Pendek
Karakteristik Koping jangka pendek :
a. aktivitas yang meberikan kesempatan lari smeentara dari krisis. Misalnya,
menonton televisi, kerja keras, Olahraga berat.
b. Aktivitas yang dapat memberikan identitas pengganti sementra misalnya ikut
kegiatan sosial politi, agama.
c. Aktivitas yang memberi kekutan atau dukungan sementra terhadap konsep
diri misalnya aktvitas yang berkompetensi yaitu pencapaian akademik atau
olahraga
d. Aktivitas yang mewakili jarak pendek untuk membuat masalah identitas
menjadi kurang berarti dalam kehidupan, misalnya penyalahgunaan zat.
B. Koping Jangka Panjang
Koping jangka panjang dikategorikan dalam penutupan identitas diri
dan identitas negatif.
a. Penutupan Identitas
Adopsi identitas prematur yang diinginkan oleh orang yang
penting bagi individu tanpa memperhatikan keinginan, aspirasi dan potensi
individu.
b. Identitas Negatif
Asumsi identitas tidak wajar untuk dapat diterima oleh nilai-nilai
dan harapan masyarakat.
C. Mekanisme Pertahan Ego
Mekanisme pertahanan ego yang sering dipakai adalah
a. Fantasi, kemmpuan menggunakan tanggpan-tanggpan yang sudah ada
(dimiliki) untuk menciptakan tanggapan baru
b. Disosiasi, respon yang tidak sesuai dengan stimulus
c. Isolasi menghindarkan diri dari interaksi dengan lingkung luar
d. Projeksi kelemahan dan kekurangan pada diri sendiri dilontarkan pada orang
lain
17
e. Displacement mengeluarkan perasaan-perasaan yang tertekan pada orang
yang kurang mengancam dan kurang menimbulkan reaksi emosi
2.7. Diagnosis Dan Intervensi Keperawatan
A. Diagnosa Keperawatan
Diagnosis keperawatan yang mungkin ditemukan pada klien dengan
gangguan konsep diri adalah :
A. Gangguan konsep diri: citra tubuh yang berhungan dengan kehawatiran
menjadi gemuk
B. Gangguan konsep diri: harga diri rendah yang berhubungan dengan
kematian pasangan
C. Ketidakefektifan peran : yang berhubungan dengan ketidakcocokan
dengan penerimaan peran baru
D. Gangguan identitas diri yang berhubungan dengan harapan orang tua yang
tidak realistik.
B. Intervensi keperawatan
Tujuan umum intervensi keperawatan terhadap masalah keperawatan
diatas adalah klien dapat berhubungn dengan orang lain secara bertahap.
Dengan tujuan khusus:
a. Klien dapat mengidentifikasikan kemampuan yang dimiliki
b. Klien dapat menilai kemampuan diri yang dapat digunakan
c. Klien dapat membuat rencana sesuai dengan kemmpuan yan dimiliki
d. Klien dapat melaksanakan kegiatan sesui jadwal sesuai secara berthap
e. Klein dapat memamfaatkan sistem pendukung yang ada
Krteria evaluasi terhadap intervendi yang diberikan
a. Klien dapat menyebutkan minimal dua aspek positif fisiknya
b. Klien dapat menyebutkan minimal dua aspek positif intelektualnya
c. Klein dapat menyebutkan dua kegiatan yang dapat dilakukan dirmah dan
dirumah sakit
d. Klien dapat menjeleskan masalah yang dihadapi
e. Klien dapat menyebutka koping yang digunakan
18
f. Klien dapat menjelskan keefektifan koping yang digunakan
g. Klien dapat memutuskan rencana kegiatan yang akan dilakukaa secara
bertahap
h. Klien dapat menuyusun jadwal kegitan selama satu minggu
i. Klien dapat menunjukan kegiatan yang telah dicontohkan
j. Klien dapat mendemostrsikan kembali kegiatan yang telah dicontohkan
k. Klien dapat menyebutkan mamfaat yang telah dilakukan
l. Klien dapat memamfaatkan keluarga
m. Klien dapat memamfaatkan sarana fasilitas kesehatan
n. Klien dapat memamfaatkan sarana yang ada dilingkungn tempat
tinggalnya
Fokus tindakan adalah untuk menolong klien memahami dirinya
secara utuh sehingga ia mampu menggali kemampuan yang dimiliki dan
menggunakannya untuk mencapai perilaku yang konstruktif. Prinsip asuhan
yang diberikan adalah pemecahan masalah yang terlihat dari peningkatan
kemampuan klien yang terdiri dari 5 tingkat:
1. Memperluas kesadaran diri (expanded self awarness)
2. Menyelidiki/eksplorasi diri (self exploration)
3. Mengevaluasi diri (self evaluation)
4. Perencanaan yang realistik (realistik planning)
5. Pengambilan keputusan untuk melakukan tindakan (commitment to
acion).
a. Mengembangkan kesadaran diri
Dalam mengembangkan kesadaran diri, klien perlu melihat
kedalam serta melihat secara realistik terhadap lingkungan. Cara
mengembngkan kesadaran diri dengan :
a) Membangun keterbukaan dan hubungan saling percaya, dengan cara :
1. Tawarkan penerimaan takbersarat
2. Dengarkan klien
3. Dorong klien untuk mendidkusikan pikiran dan perasaan
19
4. Tunjukan pada klien bahwa ia adalah individu yang berharga dan
bertnggung jawab
b) Bekerja pada klien pada tingkat kemampuan yang dimilkinya, dengan
cara:
1. Indentifikasi kempuan yang dimiliki klien
2. Pedoman asuhan untuk klien
3. Mulai dengan penegasan identitasnya
4. Dekati klien dengan cara tanpa diminta
5. Terima dan usahan untuk klarifikasi komunikasi verbal
6. Cegah klien untuk mengisolasi diri
7. Ciptakan kegiatan rutin sederhana pada klien
8. Dorong klien untuk merawat diri sendiri
c) Memaksimalkan peran serta klien dalam hubungan terapetik, dengan
cara
1. Tingktkan secara bertahap partisipasi klien dalam mengambil
keputusan yang berhubungan dengan asuhan keperawatan
2. Tunjukan bahwa klien adalah orang yang bertanggung jawab
b. Menyelidiki/eksplorasi diri
Tindakan ini dilakukan dengan cara
a) Membantu klien untuk menerima pikiran dan perasaanya
1. Dorong klien untuk mengesplorasikan emosi, keyakinan,
perilaku dan pikiran secara verbal dan nonverbal
2. Gunakan keterampilan komunikasi terapeutik dan respon empati
3. Observasi dan catat pikiran yang logis dan tidak logis serta
respon emosionalnya
4. Observasi dan catat pikiran yang logis dan tidak logis serta
respon emosinya.
b) Membantu pasien mengklarifikasi konsep dirinya dan hubunganangan
dengan orang lain melalui keterbukaan
1. Dapatkan persepsi tentang kekuatan dan kelemahannya
2. Batu klien untuk menggambaran ideal dirinya
20
3. Identifikasi kritik tentang dirinya
4. Bantu klien untuk menggambarkan hubungannya dengan orang
lain.
c) Menyadari dan memiliki kendali terhadap perasaan anda (perawat)
1. Terbuka terhadap perasaan diri sendiri
2. Gunakan diri secara terapeutik
- Berbagi perasaan dengan klien
- Verbalisasi bagaimana perasaan oranglain
- Bercermin pada resepsi dan perasaan klien
d) Bereson empati bukan simpati dan tekanan bahwa kekuatan untuk
berubah ada pada klien :
- Gunakan respon empati,evaluasi diri tentang simpati.
- Menguatkan klien bahwa ia mempunyai kekuatan dalam
memecahkan masalah
- Beritahukan pada klien bahwa ia bertanggungjawab terhadap
prilaku termasuk respon koping adatif dan maladaftif
c. Mengevaluasi diri
Tindakan ini dilakukan dengan cara :
a) Bantuan klien untuk menjabarkan masalahnya secara jelas :
- Identifikasi setresor yang relefan dengan klien dan bagaimana
penilaian klien.
- Klasifikasi pada klien bahwa keyakinan mengaruhi perasaan dan
perilaku
- Bersama-sama identifikasi keyakinan yang salah, ilusi, persepsi
yang salah dan tujuan yang tujuan yang tidak realistis.
- Bersama-sama identifikasi dan kegagalan dalam persepsi yang
salah dan tujuan yang tidak realistis.
b) Gali respon koping adaftif maladaftif klien terhadap masalah yang
diharapkan :
- Gambarkan pada klien bahwa koping bebas dipilih dan memiliki
konsekuesni positif dan negatif
21
- Bedakan respon negatif dan maladaftif
- Bersama-sama mengidentifikasi kerugian dari respon maladaftif
klien
- Diskusikan akibat respon klien yang maladaptif
- Gunakan berbagai teknik komunikasi terapeutik yang bervariasi
a. Fasilitas adalah membantu klien dengan cara mendengarkan
aktif, memberikan respon, menerima dan mau memahami
sehingga mnedorong klien untuk berbicara secara terbuka
tentang dirinya
b. Konfortasi
c. Klarifaksi
d. Psikodrama, adalah metode drama khusus yang menggali
hubungan-hubungan antar-individu, konflik-konflik dan
masalah-masalah emosional yang digunakan untuk
memperbaiki seseorang
e. Analisis proses interaksi, adalah kegiatan menganalisis diri
sendiri dan orang lain meliputi verbal, non verbal serta
perasaan selama proses interaksi interpersonal berlangsung
d. Perencanaan realistis
a) Bantu klien untuk klien untuk mengidentifikasi alternatif pemecahan :
- Bantu klien memahami bahwa hanya dia yang dapat mengubah
dirinya bukan oranglain.
- Jika mempunyai persepsi yang tidak konsisten, bantu dia melihat
bahwa ia dapat berubah, sebagai berikut :
1. Keyakinan dan ideal dapat membawa ia pada kenyataan
2. Lingkunga untuk membuat konsisten dengan keyakinannya
- Jika konsep diri tidak konsisten dengan prilakunya, ia dapat
berubah
1. Prilaku disesuaikan dengan konsep dirinya
2. Keyakinan yang mendasari konsep dirinya disesuaikan pada
perilaku
22
3. Ideal dirinya
- Bersama-sama mengulas bagaimana sumber koping dapat lebih
baik digunakan klien
b) Bantu klien mengembangkan tujuan yang realistis :
- Dorong klien untuk merumuskan tujuannya sendiri (bukan tujuan
perawat)
- Bersama-sama mendiskusikan konsekuensi emosi, prakteknya
berdasarkan realita dari setiap tujuan
- Bantu klien untuk menetapkan perubahan konkret yang
diharapkan
- Gunakan bermain peran, model peran, dan visualitas, bila perlu.
e. Pengembalian keputusan untuk melakukan tindakan
Bantu klien melakukan tindakan yang diperlukan untuk
mengubah respon koping maladaftif dan mempertahankan respon koping
yang adaftif.
1. Fasilitasi kesempatan untuk sukses
2. Kuatkan dan beri pengakuan pada kekuatan, keterampilan da aspek
yang sehat dari kepribadian klien
3. Bantu klien untuk mendapatkan bantuan yang diperlukan
4. Pakai kelompok yang dapat memberi harga diri pada klien
merasakan sebagai individu yang unik.
5. Beri waktu yang cukup dan “reinforcement positive” pada klien
untuk membantu mempertahankan kemampuan
23
2.8. Konsep Asuhan Keperawatan Jiwa Dengan Gangguan Konsep Diri
A. Pengkajian
a. Faktor predisposisi
Citra tubuh :
1. Kehilangan/ kerusakan bagian tubuh (anatomi dan fisiologi)
2. Perubahan ukuran, bentuk dan penampilan tubuh akibat penyakit
3. Proses penyakit dan dampaknya terhadap struktur dan fungsi tubuh
4. Proses pengobatan seperti radiasi dan kemoterapi.
Harga diri :
1. Penolakan
2. Kurang penghargaan
3. Pola asuh overprotektif, otoriter, tidak konsisten, terlalu dituruti,
terlalu dituntut
4. Persaingan antara saudara
5. Tidak mampu mencapapi standar
Peran :
1. Sterotipik peran seks
2. Tuntutan peraran kerja
3. Harapan peran kultural
Identitas :
1. Ketidak percayaan orang tua
2. Tekanan dari “peer group”
3. Perubahan struktural sosial
b. Stressor presipitasi
Trauma :
Masalah spesifik dengan konsep diri adalah situasi yang
membuat individu sulit menyesuaikan diri, khususnya trauma emosi
seperti penganiayaan seksual dan psikologis pada mas kanak-kanak atau
merasa terancam atau menyaksikan kejadian yang mengancam kehidupan.
24
Ketegangan peran :
Ketegangan peran adalah rasa frustasi saat individu merasa tidak
mampu melakukan peran yang bertentangan dengan hatinya atau tidak
merasa sesuai dalam melakukan perannya. Ketegangan peran ini sering
dijumpai saat terjadi konflik peran, keraguan peran dan terlalu banyak
peran. Konflik peran terjadi saat individu menghadapi dua harapan yang
bertentangan dan tidak dapat dipenuhi.
Keraguan peran terjadi bila individu tidak mengetahui harapan
peran yang spesifik atau bingung tentang peran yang sesuai.
1. Transisi peran perkembangan
2. Perubahan normatif yang berkaitan dengan pertumbuhan
3. Transisi peran situasi
4. Perubahan jumlah anggota keluarga baik bertambah atau berkurang
5. Transisi peran sehat sakit
6. Pergeseran kondisi klien yang menyebabkan kehilangan bagian
tubuh, perubahan bentuk, penampilan dan fungsi tubuh, prosedur
medis dan keperawatan.
c. Perilaku
Citra tubuh :
1. Menolak menyentuh atau melihat bagian tubuh tertentu
2. Menolak bercermin
3. Tidak mau mendiskusikan keterbatasan atau cacat tubuh
4. Menolak usaha rehabilitasi
5. Usaha pengobatan mandiri yang tidak tepat
6. Menyangkal cacat tubuh
Harga diri :
1. Mengkritik diri atau orang lain
2. Produktivitas menurun
3. Gangguan berhubungan
4. Ketegangan peran
5. Pesimis menghadapi hidup
25
6. Keluhan fisik
7. Penolakan kemampuan diri
8. Pandangan hidup bertentangan
9. Destruktif kepada diri
10. Menarik diri secara sosial
11. Penyalahgunaan zat
12. Menarik diri dari realitas
13. Khawatir
14. Meras diri paling penting
15. Destruktif pada orang lain
16. Merasa tidak mampu
17. Merasa bersalah
18. Mudah tersinggung/ marah
19. Perasaan negatif terhadap tubuh
Keracunan identitas :
1. Tidak ada kode moral
2. Kepribadian yang bertentangan
3. Hubungan interpersonal yang ekploitatif
4. Perasaan hampa
5. Perasaan mengambang tentang diri
6. Kehancuran gender
7. Tingkat ansietas tinggi
8. Tidak mampu empati pada orang lain
9. Masalah estimasi
Depersonalisasi
Afektif
Kehilangan identitas
Perasaan terpisah dari diri
Perasaan tidak realistis
Rasa terisolasi yang kuat
Kurang rasa berkesinambungan
Perseptual
Halusinasi dengar dan lihat
Bingung tentang seksualitas diri
Sulit membedakan diri dari orang lain
Gangguan citar tubuh
Dunia seperti dalam mimpi
26
Tindakan mampu mencari kesenangan
Kognitif
Bingung
Disorientasi waktu
Gangguan berpikir
Gangguan daya ingat
Gangguan penilaian
Kepribadian ganda
Perilaku
Pasif
Komunikasi tidak sesuai
Kurang spontanitas
Kehilangan kendali terhadap impuls
Tidak mampu memutuskan
Menarik diri secara sosial
d. Mekanisme koping
1. Pertahanan jangka pendek
Aktifitas yang dapat memberikan pelarian sementara dan krisis,
misalnya : kerja keras, nonton, dll. Aktifitas yang dapat memberikan
identitas pengganti sementara, misalnya : ikut kegiatan sosial, politik,
agama, dll. Aktifitas yang sementara dapat menguatkan perasaan diri,
misalnya : kompetensi pencapaiaan akademik. Aktifitas yang mewakili
upaya jarak pendek untuk membuat masalah identitas menjadi kurang
berarti dalam kehidupan, misalnya : penyalahgunaan obat.
2. Pertahanan jangka panjang
Penutupan identitas : Adopsi identitas prematur yang diinginkan oleh
orang yang diinginkan oleh orang yang penting bagi individu tanpa
memperhatikan keinginan, aspirasi, potensi diri individu. Identitas
negatif Asumsi identitas yang tidak wajar untuk dapat diterima oleh
nilai-nilai harapan masyarakat.
3. Mekanisme pertahanan ego
1) Fantasi
2) Dissosiasi
3) Isolasi
4) Proyeksi
5) Displacement
27
6) Marah/amuk pada diri sendiri
B. Diagnosa Keperawatan
Risiko terjadi isolasi sosial : menarik diriresiko perilaku kekerasan : amuk
Gangguan konsep diri :
Harga diri rendah kronik
Citra tubuh
Penampilan peran
Koping keluarga kurang efektif
1. Resiko terjadi isolasi sosial : menarik diri berhubungan dengan harga
diri rendah
2. Resiko terjadinya perilaku kekerasan : amuk berhubungan dengan harga
diri rendah
3. Gangguan konsep diri : citra tubuh berhubungan dengan koping
keluarga tidak efektif
4. Gangguan konsep diri : identitas personal berhubungan dengan
perubahan penampilan peran
C. Rencana tindakan keperawatan
Diagnosa keperawatan yang akan dilakukan tindakan
keperawatannya adalah gangguan harga diri yaitu harga diri rendah.
Berdasarkan standar operasional prosedur (SOP) yang berlaku
rencana keperawatan psikososial diman intervensi spesifik pada klien yang
mengalami gangguan konsep diri yaitu harga diri rendah.
Tujuan umum ; klien memiliki konsep diri yang positif
Tujuan khusus :
28
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat dengan
kriteria evaluasi setelah satu kali pertemuan klien dapat membina
hubungan saling percaya dengan perawat.
Tindakan keperawatan :
Bina hubungan saling percaya dengan melakukan :
a. Salam terapeutik
b. Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal
c. Perkenalkan diri dengan sopan, tanyakan nama lengkap klien dan nama
panggilan yang disukai
d. Jelaskan tujuan pertemuan, jujur dan menepati janji.
e. Tunjukan sikap empati dan menerima klien apa adanya, beri perhatian
dan perhatikan kebutuhan dasar klien.
f. Buat kontrak yang jelas yaitu topik, waktu, tempat tujuan.
2. Klien dapat mengidentifikasi aspek positif dan kemampuan yang dimiliki
dengan kriteria evaluasi setelah satu kali interaksi klien dapat
menyebutkan kemampuan yang dimiliki klien, aspek positif keluarga dan
lingkungan klien.
Tindakan keperawatan :
a. Diskusikan dengan klien tentang aspek positif yang dimiliki klien,
keluarga dan lingkungan. Dan kemampuan yang dimiliki klien
b. Bersama klien membuat daftar tentang aspek positif klien, keluarga
dan lingkungan dan kemampuan yang dimiliki.
c. Berikan “reinforcement”, aspek positif klien.
d. Hondarkan memberikan penilaian yang negatif.
3. Klien dapat menilai kemampuan yang dimiliki unutuk dilaksanakan
dengan kriteria evaluasi setelah satu kali berinteraksi klien dapat
menyebutkan kemampuan yang dilaksanakan.
Tindakan keperawatan :
a. Diskusikan dengan klien kemampuan yang dapat dilaksanakan.
29
b. Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan pelaksanaannnya.
4. Klien dapat melaksankan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang
dimiliki untuk dilaksanakan dengan kriteria evaluasi setelah satu kali
berinteraksi klien dapat membuat rencana kegiatan harian.
Tindakan keperawatan :
a. Rencanakan bersama klien aktifitas yang dapat dilakukan setiap hari
sesuai dengan kemampuan klien melalui kegiatan mandiri
ataudengan bantuan.
b. Tingkatkan kegiatan sesuai dengan kondisi klien.
c. Berikan contoh cara pelksanaan kegiatan yang dapat klien lakukan
d. Beri kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang
dilaksanakan.
5. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai dengan rencana yang dibuat
dengan kriteria hasil setelah satu kali berinteraksi klien melakukan
kegiatan sesuai jadwal kegiatan.
Tindakan keperawatan yang dilakukan :
a. Anjurkan klien melaksanakan kegiatan yang telah direncanakan.
b. Pantau kegiatan yang dilaksanakan klien.
c. Diskusikan kemungkinana pelaksanaak kegiatan setelah pualang.
d. Berikan pujian atas keberhasilan klien
6. Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada dengan kriteria
evaluasi setelah satu kali interaksi klien memanfaatkan sistem pendukung
yangada dikeluarga.
Tindakan keperawatan yang dilakukan :
a. Berikan pendidikankesehatan keppada keluarga tentang cara
merawat klien dengan harga diri rendah.
b. Bantu keluarga memberikan dukungan selama klien dirawat.
c. Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah.
30
Hasil yang diharapkan
1. Klien dapat membeina hubungan saling percaya
2. Klien dapat menyebutkan aspek positif dan kemampuan dirinya
fisik, intelektual, sistem pendukung.
3. Klien berperan serta dalam perawatan dirinya.
4. Percaya diri klien meningkat dengan menetapkan tujuan yanag
realistis.
2.9. Konsep Asuhan Keperawatan jiwa dengan Harga Diri Rendah
A. Pengertian
Harga diri rendah kronis adalah valuasi diri/perasaan tentang diri atau
kemampuan diri yang negatif dan di pertahankan dalam waktu yang lama
(nanda,2005).
Individu cendrung untuk menilai dirinya negatif dan merasa lebih
rendah dari orang lain (depkes RI,2000).
Evaluasi diri dan perasaan tentang diri atau kemampuan diri yang
negative dan dapat secara langsung atau tidak langsung diekspresikan
(towaend,1998).
Perasaan negatif terhadap diri sendiri,hilangnya percaya diri,merasa
gagal mencapai keinginan (keliat,1998).
B. Tanda dan gejala
Manifestasi yang bisa muncul pada klien gangguan jiwa dengan
harga diri renah,fitria (2009) ;
a. mengkritik diri sendiri
b. perasaan tidak mampu
c. pandangan hidup yang pesimistis
d. tidak menerima pujian
e. penurunan produktivitas
f. penolakan terhadap kmampuan diri
g. kurang memperhatikan perawatan diri
h. berpakaian tidak rapi selera makan berkurang tidak berani menatap lawan
bicara
31
i. lebih banyak menunduk
j. bicara lambat dengan nada suara lemah.
C. Proses terjadinya masalah
Hargadiri rndah kronis terjadi merupakan proaea kelanjutan dari harga
diri rendah situasional yang tidak di selesaikan.atau dapat juga terjadi karena
individu tidak prnah mendapat feed back dari lingkungan tentang perilaku klien
sebelumnya bahkan mungkin kecendrungan lingkungan yang selalu memberi
respon negatif mendorong individu menjadi harga diri rendah.
Harga diri rendah kronis terjadi disebabkan banyak faktor.awalnya
individu berada pada suatu situasi yang penuh dengan stressor (krisis),individu
berusanha menyelesaikan krisis tetapi tidak tuntas sehingga timbul pikiraan
bahwa diri tidak mampu atau merasa gagal menjalankan fungsi dan
peran.penilaian individu terhadap diri sendiri karena kegagalan menjalankan
fungsi dan peran adalah kondisi harga diri rendah situasional,jika lingkungan
tidak memberi dukungan positif atau justru menyalahkan individu dan terjadi
secara terus menerus akan mengakibatkan individu mengaalami harga diri
rendah kronis.
Harga diri rendah merupakan komponen episode deprsi mayor,dimana
aktifitas merupakan bentuk hukuman atau punishment (stuart &
laria,2005).depresi adalah emosi normal maanusia,tapi secara klinis dapat
bermakna patologik apabila mengganggu perilaku sehari-hari,menjadi pervasif
daan muncul bersama penyakit lain.
Menurut NANDA (2005) tanda dan gejala yang dimunculkan sebagai
perilaku tla di pertahankan dalam waktu yang lama atau kronik yang meliputi
mngatakan hal yang negatif tentang diri sendiri dalam waktu lama dan terus
menerus,mengekspresikan sikap malu/minder/rasa bersalah,kontak mata
kurang/tidak ada,selalu mengatakan ketidakmampuan/kesulitan untuk mencoba
sesuatu,bergantung pada orang lain,tidak asertif,pasif dan hipoaktif,bimbang dan
ragu-raagu serta menolak umpan balik positif dan membesarkan umpan balik
negatif mengenai dirinya.
32
Mekanisme koping jangka pendek yang bisa dilakukan klien harga
diri rendah adalah kegiatan yang dilakukan untuk lari sementara dari
krisis,misalnya memaka obat-obatan,kerja keras,nonton TV terus
menerus.kegiatan mengganti identitas sementara,misalnya ikut kelompok
sosial,keagamaan dan politik.kegiatan yang memberi dukungan
sementara,seperti mengikuti suatu kompotisi atau kontes popularitas.kegiatan
mencoba menghilangkan anti identitas sementara,seperti penyalah gunaan obat-
obatan.
Jika mkanisme koping jangka pendek tidak memberikan hasil yang di
harapkan individu akan meningkatkan mekanisme koping jangka panjang,antara
lain adalah menutup identitas,dimana klien terlalu cepat mengadopsi identitas
yang disenangi dari orang-orang yang bererti tanpa mengindahkan
hasrat,aspirasi atau potensi diri sendiri.identitas negatif,dimana asumsi yang
bertentangan dengan nilai dan harafan masyarakat.sedangkan mekanisme
pertahanan ego yang sering digunakan adalah fantasi, regresi, disasossiasi,
isolasi, proyeksi, mengalihkan marah berbalik pada diri sendiridan orang
lain.trjadinya gangguan konsep diri harga diri rendah kronis juga di pengaruhi
oleh beberapa faktor prdisposisi seperti faktor biologis,pisikologis,sosial dan
kultural.
Faktor biologis biasanya karna ada kondisi sakit fisik secara yang
dapat mempengaruhi kerja hormon secara umum,yang dapat pula berdampak
pada keseimbangan neurotransmitter di otak,contoh kadar serotonin yang
menurun dapat mengakibatkan klien mengalami depresi dan pada pasien depresi
kecendrungan harga diri rendah kronis semakin besar karena klien lebih dikuasai
oleh pikiran-pikiran negatif dan tidak berdaya.
Struktur otak yang mungkin mengalami gangguan pada kasus harga
diri rendah kronis adaalah :
1. System limbic yaitu pusat emosi,dilihat dari emosi pada klien dengan harga
diri rendah yang kadang berubah menjadi sedih,dan terus merasa tidak
berguna atau gagal terus menerus.
2. Hipothalamus yang juga mengatur mood dan motivasi,karena melihat
kondisi klien dengan harga diri rendah yang lebih banyak membutuhkan
33
motivasi dan dukungan dari perawat dalam melaksanakan tindakan yang
sudah dijadwalkan bersama-sama dengan perawat padahal klien
mengatakan bahwa membutuhkan latihan yang telah dijadwalkan tersebut.
3. Thalamus,sistem pintu gerbang atau menyaring fungsi untuk mengatur
arus infomasi sensor yang berhubungan dengan perasaan untuk mencegah
berlebihan di korteks.kemungkinan pada klien dengan harga diri rendah
apabila ada kerusakan pada thalamus ini maka arus informasi sensori yang
masuktidak dapat dicegah atau dipilih sehingga menjadi berlebihan yang
mengakibatkan perasaan negatif yang ada selalu mendominasi pikiran dari
klien.
4. Amigdala yang berfungsi untuk emosi.
Adapun jenis alat untuk mengetahui gangguan struktur otak yang
dapat di gunakan adalah :
Electroencephalogram (EEG),suatu pemeriksaan yang bertujuan
memberikan informasi penting tntang kerja dan fungsi otak.
CT scan,untuk mendapatkan gambaran otak tiga dimensi
Single photon emission computed tomography (SPECT),melihat wilayah
otak dan tanda-tanda abnormalitas pada otak dan menggambarkan
perubahan-perubahan aliran darah yang gterjadi.
Magnetic resonance imaging (MRI),suatu tehnik radiolagi dengan
menggunakn magnet.gelombang radio dan komputer untuk mendapatkan
gambaran struktur tubuh atau otak dan dapat mendeteksi perubahan yang
kecil sekalipun dalam struktur tubuh atau otak.beberapa prosedur
menggunakan kontras gadolinum untuk meningkatkan akurasi gambar.
Selain gangguan pada struktur otak,apabila dilakukan
pemeriksaan lebih lanjut dengan alat-alat tertentu kemungkinan akan
ditemukan ketidakseimbangan neurotransmitter di otak seperti:
Acetylcholine (Ach),untuk pengaturan atensi dan mood,mengalami
penurunan.
34
Norepinephrine,mengatur fungsi kesiagaan,pusat perhatian dan orientasi
mengatur fight-flight dan roses pembelajaran dan memori,mengalami
penurunan yang mengakibatkan kelemahan dan depresi.
Seratonin ,mengatur status mood,mengalami penurunan yang
mengakibatkan klien lebih dikuasai oleh pikiran-pikiran negatif dan tidak
berdaya.
Glutamat ,mengalami penurunan,terlihat dari kondisi klien yang kurang
energi,selalu terlihat mengantuk.selain itu berdasarkan diagnosa medis
klien yaitu skizofrenia yang sering menindikasikan adanya penurunan
glutamat.
D. Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi terjadinya hargadiri rendah kronis adalah
penolakan orang tua yang tidak realistis,kegagalan berulangkali,kurang
mempunyai tanggung jawab personal,ketergantungan terhadap orang lain.
E. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi terjadi harga diri rendah adalah hilangnya sebagian
anggota tubuh,mngalami kegagalan,serta menurunnya prouktivitas.gangguan
konsep diri harga diri rndah kronis ini dapat terjadi secara situasional maupun
kronik.
F. Pohon Masalah
35
Effect
Core problem
Causa
Resiko tinggi prilaku kekerasan
Perubahan persepsi sensori : halusinasi
Isolasi sosial
Harga diri rendah kronis
Koping individu tidak efektif
G. Masalah Keperawatan Yang Mungkin Muncul
1. Harga diri rendah kronis
2. Koping individu tidak efektif
3. Isolasi sosial
4. Perubahan persepsi sensori : halusinasi
5. Resiko tinggi prilaku kekerasa
36
H. Data yang Perlu Dikaji
Masalah keperawatan Data yang perlu dikaji
Harga diri rendah kronis Subjektif :
Mengungkapkan diribya tidak
sempurna
Mengungkapkan dirinya merasa
tidak mampu
Mengungkapkan dirinya tidak
semangat untuk beraktivitas atau
bekerja
Mengungkapkan dirinya malas
melakukan perawatan diri
(mandi,berhias,makan,atau
toileting).
Objektif :
Mengkritik diri sendiri
Prasaan tidak mampu
Pandangan hidup yang pesimis
Tidak menerima pujian
Penurunan produktivitas
Penolakan terhadap kemampuan
diri
Kurang memperhatikan perawatan
diri
Berpakaian tidak rapi
Berkurang selera makan
Tidak berani menatap lawan bicara
Lebih banyak menunduk
37
Bicara lambat dengan nada suara
lemah.
I. Diagnosa Keperawatan
Harga diri rendah kronis
J. Rencana Asuhan Keperawatan
Tujuan Kriteria evaluasi intervensi
Pasien mampu :
Mengidentifikasi
kemampuan dan aspek
positif yang di miliki
Menilai kemamouan
yang dapat di gunakan.
Menetapkan/memilih
kegiatan yang sesuai
dengan kemampuan.
Melatih kegiatan yang
sudah dipilih,sesuai
kemampuan.
Merencanakan
kegiatan yang sudah
dilatihnya.
Setelah ......x
pertemuan,pasien
mampu :
Mengidentifikasi
kemampuan aspek
positf yang
dimiliki
Memiliki
kemampuan yang
dapat digunakan
Memilih kegiatan
sesuaikemampuan
Melakukan
kegiatan yang
sudah dipilih
Merencanakan
kegiatan yang
sudah dilatih.
Sp 1
Identifikasi
kemampuan
positif yang
dimiliki
Diskusikan bahwa
pasien masih
memiliki
sejumlah
kemampuan dan
aspek positif
seperti kegiatan
pasien dirumah
adanya keluarga
dan lingkungan
terdekat pasien.
Beri pujian yang
realistis dan
hindari setiap kali
bertemu dengan
pasien penilaian
38
yang negatif.
Nilai kemampuan
yang dapat di
lakukan saat ini
Diskusikan
dengan pasien
kemampuan yang
masih digunakan
saat ini.
Bantu pasien
menyebutkannya
dan memberi
penguatan
terhadap
kemampuan diri
yang diungkapkan
pasien.
Perlihatkan
respon yang
kondusif dan
menjadi
pendengar yang
aktif.
Pilih kemampuan
yang akan dilatih.
Diskusikan
dengan pasien
beberapa aktivitas
yang dapat
dilakukan dan
dipilih sebagai
kegiatan yang
39
akan pasien
lakukan sehari-
hari.
Bantu pasien
mnetapkan
aktivitas mana
yang dapat pasien
lakukan secara
mandiri.
Aktivitas yang
memerlukan
bantuan minimal
dari keluarga.
Aktivitas apa saja
yang perlu
bantuan penuh
dari keluarga atau
lingkungan
terdekat pasien.
Beri contoh cara
pelaksanaan
aktivitas yang
dapat dilakukan
pasien.
Susun bersama
pasien aktifitas
atau kegiatan
sehari-hari paien.
Nilai kemampuan
pertama yang
telah dipilih
Diskusikan
40
dengan pasien
untuk menetapkan
urutan kegiatan
(yang sudah
dipilih pasien)
yang akan
dilatihkan.
Bersama pasien
dsn keluarga
memperagakan
beberapa kegiatan
yang akan
dilakuakn pasien.
Berikan dukungan
atau pujian yang
nyata seseuai
kmajuan yang
diperlihatkan
pasien.
Masukan dalam
jadwal kegiatan
pasien
Berikesempatan
pada pasien untuk
mencoba
kegiatan.
Beri pujian atas
aktifitas/kegiatan
yang dapat
dilakukan pasien
setiap hari.
Tingkatkan
41
kegiatan sesuai
dengan toleransi
dan perubahan
sikap.
Susun daftar
aktifitas yang
sudah dilatihkan
bersama pasien
dan keluarga.
Berikan
kesempatan
mengungkapkann
ya setelah
pelaksanaan
kegiatan.yakini
bahwa keluarga
mendukung setiap
aktifitas yang
dilakukan pasien.
Sp 2
Evaluasi kegiatan
yang lalu (SP 1)
Pilih kemampuan
ke dua yang dapat
dilakukan
Latih kemampuan
yang dipilih
Masukan dalam
jadwal kegiatan
pasien
Sp 3
42
Evaluasi kegiatan
yang lalu(SP1
dan 2)
Memilih
kemampuan
ketiga yang dapat
dilakukan
Masukan dalam
jadwal kegiatan
pasien.
Keuarga mampu merawat
pasien dengan HDR dirumah
dan menjadi sistem pendukung
yang efektif bagi pasien.
Setelah.......x
pertemuan,keluarga
mampu :
Mengidentifikasi
kemampuan yang
dimiliki pasien
Menyediakan
fasilitas untuk
pasien melakukan
kegiatan.
Mendorong pasien
melakukan
kegiatan
Memuji pasien saat
pasen dapat
melakukan
kegiatan
Bantu melatih
pasien
Membantu
menyusun jadwal
kegiatan pasien
Sp 1
Identifikasi
masalah yang
dirasakan dalam
merawat pasien
Jelaskan proses
terjadinya HDR
Jelaskan tentang
cara merawat
pasien
Main peran dalam
merawat pasien
HDR
Susun RTL
keluarga/jadwal
keluarga untuk
merawat pasien
Sp 2
Evaluasi
kemampuan SP1
Latih keluarga
langsung ke
43
Membantu
perkembangan
pasien
pasien
Menyusun RTL
keluarga untuk
merawat pasien
Sp 3
Evaluasi
kemampuan
keluarga
Evaluasi
keampuan pasien
RTL keluarga
Follow Up
Rujukan
2.10. Konsep Asuhan Keperawatan Jiwa dengan Gangguan Citra Tubuh
A. Pengkajian
Citra tubuh adalah kumpulan dari sikap individu yang disadari dan
tidak disadari terhadap tubuhnya, termasuk persepsi masa lalu dan sekarang,
serta perasaan tentang struktur, bentuk, dan fungsi tubuh. Gangguan citra
tubuh adalah perasaan tidak puas terhadap perubahan struktur, bentuk, dan
fungsi tubuh karena tidak sesuai dengan yang diinginkan.
Data objektif yang dapat diobservasi pada gangguan citra tubuh,
adalah sebagai berikut.
1. Perubahan dan kehilangan anggota tubuh, baik struktur, bentuk,
maupun fungsi.
2. Pasien menyembunyikan atau memamerkan bagian tubuh yang
mengganggu.
44
3. Pasien menolak melihat bagian tubuh.
4. Pasien menolak menyentuh bagian tubuh.
5. Aktivitas sosial pasien berkurang.
Data subjetif untuk gangguan citra tubuh, adalah sebagai berikut.
1. Pasien mengungkapkan penolakan terhadap:
a. perubahan anggota tubuh saat ini, misalnya tidak puas dengan hasil
operasi,
b. anggota tubuh yang tidak berfungsi,
c. interaksi dengan orang lain.
2. Pasien mengungkapkan perasaan tidak berdaya, tidak berharga, dan
keputusan.
3. Pasien mengungkapkan keinginan yang tidak terlalu tinggi terhadap
bagian tubuh yang tergganggu.
4. Pasien sering mengatakan kehilangan.
5. Pasien merasa asing terhadap bagian tubuh yang hilang.
B. Diagnosis Keperawatan
Diagnosis keperawatan yang dapat ditegakan: Gangguan citra tubuh.
C. Tindakan Keperawatan
Tindakan keperawatan untuk pasien dengan gangguan citra tubuh
bertujuan:
1. Pasien mampu mengidentifikasi citra tubuhnya.
2. Pasien mampu meningkatkan penerimaan terhadap citra tubuh.
3. Pasien mampu mengidentifikasi aspek positif diri.
4. Pasien mampu mengetahui cara untuk meningkatkan citra tubuh.
5. Pasien mampu melakukan cara untuk meningkatkan citra tubuh.
6. Pasien mampu berinteraksi dengan orang lain tanpa terganggu.
Tindakan keperawatan dengan pasien dengan gangguan citra tubuh,
adalah sebagai berikut.
1. Diskusikan persepsi pasien tentang citra tubuhnya dahulu dan saat ini,
perasaan, dan harapan terhadap citra tubuhnya saat ini.
45
2. Motivasi pasien untuk melihat bagian tubuh yang hilang secara
terhadap, bantu pasien menyentuh bagian tersebut.
3. Diskusikan aspek positif diri.
4. Bantu pasien untuk meningkatkan fungsi bagian tubuh yang
terganggu.
5. Ajarkan pasien untuk meningkatkan citra tubuh yang dengan cara
sebagai berikut.
a. Gunakan prostesis, kosmetik, atau alat lain sesegera mungkin,
gunakan pakaian yang baru.
b. Motivasi pasien untuk melakukan aktivitas yang mengarah pada
pembentukan tubuh yang ideal.
c. Lakukan interaksi secara bertahap dengan cara sebagai berikut.
a) Susun jadwal kegiatan sehari-hari.
b) Motivasi pasien untuk melakukan aktivitas sehari-hari
dan terlibat dalam aktivitaskeluarga dan sosial.
c) Motivasi untuk mengunjungi teman atau orang lain yang
berarti/mempunyai peran penting baginya.
d) Beri pujian terhadap keberhasilan pasien dalam
melakukan interaksi.
BAB III
STUDY KASUS
3.1. Contoh Kasus
Klien Ny. V 42 tahun alamat Kp. Cikaraet, RT08/RW 06, Ds. Cikupa,
Kec. Karangnunggal, Kab. Tasikmalaya, pernah dirawat di RSJ Bogor dua kali, Di
RSCM bagian jiwa dua kali, dan sekarang dirawat di RSJ Dr. Suharto Herdjan
dirawat diruang mawar. Klien masuk untuk kedua kalinya tanggal 19 April 2014
dengan alasan masuk rumah sakit karena klien marah-marah, bingung, mengulang-
ngulang perkataaan, sedih, dan mudah tersinggung. Dari data primer dan sekunder
tidak terungkap pengalaman penganiayaan, aniyaya seksual, namun ada trauma lain
yaitu klien mengatakan masa lalunya yang tidak menyenangkan yaitu saat klien di
PHK dan suaminya di PHK pada tahun 2009. Klien mengatakan anak ke terakhir
46
dari ke lima bersaudara. Klien mengatakan sudah menikah punya anak dua, laki-
laki dan perempuan. Klien mengatakan tidak berguna karena tidak bisa merawat
anak dan memberikan tempat tinggal dan klien juga mengatakan dirinya lemah
tidak berdaya, tidak cantik lagi dan hidungnya pesek. Klien mempunyai harapan
ingin bekerja seperti dahulu.
Pada waktu melakukan pengkajian pada keluarga klien mengatakan
hanya Ny.V yang mengalami gangguan mental, tidak ada keluarga yang
mempunyai riwayat penyakit psikologis yang di alami klien.
BAB IV
PEMBAHASAN
Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Klien Dengan Gangguan Konsep Diri
Ruang rawat : Ruang Mawar
Tanggal dirawat/MRS : 19 April 2014
I. Identitas klien
Nama : Ny. V (L/P)
Umur : 42 tahun
Alamat : Kp. Cikaraet, RT08/RW 06, Ds. Cikupa, Kec. Karangnunggal,
.............................Kab. Tasikmalaya
Nomor CM : J.1234567432
47
II. Alasan Masuk
klien marah-marah, bingung, sedih tidak ada tempat tinggal , tidak ada yang
mau menampung, bicara kacau dan mudah tersinggung.
III. Faktor Predisposis
1. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu?
a) Ya
b) Tidak
2. Pengobatan sebelumnya:
a) Berhasil
b) Kurang berhasil
c) Tidak berhasil
3. Trauma:
Jenis trauma Usia Pelaku Korban Saksi
Aniaya fisik - - - -
Aniaya
seksual- - - -
Penolakan - - - -
Kekerasan
dalam
keluarga
- - - -
Tindakan
criminal- - - -
Lain-lain
di PHK dari
tempat kerja
37 tahun Pimpinan
tempat kerja
Ny.V dan
suami
Tidak
terkaji
Penjelasan :
pernah dirawat di RSJ Bogor dua kali, Di RSCM bagian jiwa dua kali, dan
sekarang dirawat di RSJ Dr. Suharto Herdjan dirawat diruang mawar.
sudah sering masuk rumah sakit namun tidak ada perubahan. Masa lalunya
yang tidak menyenangkan yaitu saat dan suaminya di PHK dari tempat
kerja pada tahun 2009
48
4. Anggota keluarga yang gangguan jiwa?
a) Ada
b) Tidak ada
5. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan?
Trauma klien mengatakan masa lalunya yang tidak menyenangkan yaitu
saat klien di PHK dan suaminya di PHK
Masalah keperawatan: Respon pasca trauma
IV. Pemeriksaan Fisik
1. Tanda vital:
TD : 130/80 mmHg
Nadi : 90 x/menit
Suhu : 36.5 0C
Respirasi : 20 x/menit
2. Ukuran: berat badan 63 kg, tinggi badan 163 cm
3. Keluhan fisik:
a) Tidak ada
b) Ada
V. Psikososial
1. Genogram
Keterangan :
49
: Laki- laki
: Perempuan
: Laki- laki meninggal
: Perempuan meninggal
: Anggota keluarga yang sakit
: Garis keturunan
: Garis pernikahan
: Tinggal serumah
: orang yang terdekat
2. Konsep diri
a) Gambaran diri
Tidak cantik lagi dan hidungnya pesek.
b) Identitas diri
Klien sebgai ibu dari kedua orang anaknya, Klien mengatakan tidak
berguna karena tidak bisa merawat anak dan memberikan tempat
tinggal.
c) Peran
klien mengatakan tidak bisa merawat anaknya.
d) Ideal diri
Klien mengatakan ingin bekerja lagi seperti dahulu.
e) Harga diri
klien mengatakan dirinya lemah tidak berdaya
Masalah keperawatan:
1. Gangguan citra tubuh
2. Harga diri rendah kronik
3. Hubungan sosial
a) Orang yang berarti
Klien mengatakan orang yang paling berarti dalam hidupnya adalah
suami dan anaknya.
b) Peran serta kegiatan kelompok atau masyarakat
Klien tidak mempunyai kegiatan di masyarakat, lebih memilih untuk
diam di rumah.
50
: Laki- laki
: Perempuan
: Laki- laki meninggal
: Perempuan meninggal
: Anggota keluarga yang sakit
: Garis keturunan
: Garis pernikahan
: Tinggal serumah
: orang yang terdekat
c) Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
Klien masih mampu untuk berkomunikasi namun klien sangat sensitif.
4. Spiritual
a) Nilai dan keyakinan
Klien mengatakan agamanya adalah agama islam, selain itu klien
mengatakan bahwa ia sering berdo’a kepada alloh SWT untuk
keselamatan di dunia dan di akhirat.
b) Kegiatan ibadah
Klien mengatakan selalu melakukan ibadah kepada alloh SWT.
VI. Status mental
1. Penampilan:
Klien terlihat kurang rapih dari ujung kepala sampai ujung kaki. Klien
mengatakan buat apa merawat tubuhnya karena sudah terlihat tidak cantik
lagi dan hidungnya pesek.
Masalah keperawatan: Deficit perawatan diri.
2. Pembicaraan:
Bicara seperti orang biasa namun mudah tersinggung.
3. Aktivitas motorik
Klien mengatakan dirinya lemah tak berdaya.
4. Alam Perasaan
marah-marah, bingung, sedih, dan mudah tersinggung.
5. Afek dan emosi
a) Afek:
Berdasarkan hasil pengkajian klien mempunyai klien mempunyai
afek yang labil
b) Alam perasaan (emosi):
Berdasarkan hasil pengkajian klien mempunyai alam perasaan
yang sedih, bingung dan mudah marah- marah.
6. Interaksi selama wawancara:
51
Berdasarkan hasil pengkajian selama wawancara kontak mata klien
kurang, klien kurang menatap pewawancara.
7. Persepsi sensori:
Tidak ditemukan adanya ilusi, dan halusinasi.
8. Proses pikir:
a) Proses pikir (arus dan bentuk pikir)
Berdasarkan hasil pengkajian proses pikir klien bersifat persevasi
(pembicaraan yang di ulang- ulang).
b) Isi pikir
Berdasarkan hasil pengkajian klien memiliki isi pikir obsesi yaitu
perasaan yang selalu muncul walaupun berusaha untuk melupakannya.
9. Tingkat kesadaran:
Tingkat kesadaran klien yaitu tampak bingung dan kacau.
10. Memori
Klien tidak mengalami gangguan ingatan jangka panjang maupun jangka
pendek. Hal itu dibuktikan dengan, ketika di tanya mengenai nama
suaminya ia mampu menyebutkan namanya.
11. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Klien tidak mampu untuk berkonsentari ketika diberi soal hitungan.
12. Kemampuan penilaian
Klien tidak mampu mengambil keputusan walaupun dibantu oleh orang
lain. Contohnya ketika klien diberi penjelasan oleh orang lain mengenai
pilihan mandi dulu atau makan dulu, klien masih kebingungan untuk
menentukan pilihan.
13. Daya tilik diri
Berdasarkan hasil pengkajian klien mengingkari penyakit yang diderita
atau tidak menyadari perubahan-perubahan yang terjadi pada fisik, emosi)
dan tidak merasa perlu adanya pertolongan.
VII. Kebutuhan perencanaan pulang
52
1. Kemamampuan klien memenuhi kebutuhan
Kemampuan memenuhi kebutuhan Ya tidak
Makanan
Keamanan
Perawatan kesehatan
Pakaian
Transportasi
Tempat tinggal
Keuangan
Lain-lain
2. Kegiatan hidup sehari-hari (ADL):
a. Perawatan diri
Kegiatan hidup sehari-
hari
Bantuan total Bantuan minimal
Mandi
Kebersihan
Makan
Buang air kecil/ BAK
Buang air besar/BAB
Ganti pakaian
Masalah keperawatan : Defisit perawatan diri
b. Nutrisi
Klien mengatakan merasa kurang begitu memperhatikan makanannya,
ketika makan klien selalu memisahkan diri dari orang lain, frekuensi
makan 3 kali/sehari, nafsu makan menurun, berat badan menurun
menjadi 63 kg dari 65 kg,
c. Tidur
53
Berdasarkan hasil pengkajian klien tidak mengalami gangguan tidur,
pada waktu malam hari klien mampu tidur (21.00 WIB) dan bangun
pada pagi hari (05.00 WIB).
3. Kemampuan klien dalam hal-hal berikut ini
a) Mengantisipasi kehidupan sehari-hari :
Ya
Tidak
b) Membuat keputusan berdasarkan keinginan sendiri:
Ya
Tidak
c) Mengatur penggunaan obat:
Ya
Tidak
d) Melakukan pemeriksaaan kesehatan:
Ya
Tidak
4. Klien memiliki sistem pendukung:
a) Keluarga :
Ya
Tidak
b) Teman sejawat:
Ya
Tidak
c) Terapis :
Ya
Tidak
d) Kelompok sosial :
Ya
Tidak
5. Apakah klien menikmati saat bekerja, kegiatan produktif atau
hobi?
54
Ya/menikmati
Tidak menikmati,jelaskan
VIII. Mekanisme koping
Adaptif Maladaftif
Bicara dengan orang lain Minum alcohol
Mampu menyelesaikan
masalah
Reaksi lambat/berlebihan
Teknik relaksasi Bekerja berlebihan
Aktifitas konstruktif Menghindar
Olahraga Mencintai diri
Lain-lain Lain-lain
IX. Masalah psikososial dan lingkungan
Masalah dengan pekaerjaan, klien trauma suami dan dirinya di PHK
X. Pengetahuan kurang tentang Aspek medis
Klien cukup mengetahui mengenai penyakit jiwa, sistem pendukung adalah
suami klien, faktor presipitasi ganngguan jiwa mulai dari keputus asaan klien
ketika di PHK dari tempat kerjanya.
XI. Aspek medis
Diagnose medis : Gangguan konsep diri
Terapi medis : tidak terkaji
XII. Daftar Masalah keperawatan
1. Gangguan citra tubuh
2. Harga diri rendah kronis
3. Defisit perawatan diri
XIII. Diagnosa Keperawatan
55
1. Gangguan konsep diri : Gangguan citra tubuh berhubungan dengan
persepsi buruk terhadap diri sendiri
2. Gangguan konsep diri : harga diri rendah kronis berhubungan dengan
perubahan peran diri.
3. Defisit perawatan diri: mandi, kebersihan berhubungan kurangnya
motivasi merawat diri.
56
XIV. Intervensi Keperawatan
Nama klien : Ny. V No.RM : J.1234567432
Umur : 42 tahun Alamat : Kp. Cikaraet, RT08/RW 06, Ds. Cikupa
Bangsal : R. Mawar Diagnosa medis : Gangguan Konsep Diri
No Diagnosa keperawatan Tujuan dan kriteria hasil intervensi
1. Gangguan konsep diri : Gangguan
citra tubuh berhubungan dengan
persepsi buruk terhadap diri
sendiri
Setelah dilakukan kunjungan selama 4 kali
pertemuan diharapkan Kepercayaan diri klain
kembali normal dengan kriteria :
a. Pasien dapat mengidentifikasi citra tubuhnya .
b. Pasien dapat mengidentifikasi potensi (aspek
positif).
c. Pasien dapat melakukan cara untuk
meningkatkan citra tubuh.
d. Pasien dapat berinteraksi dengan orang lain.
1. Diskusikan persepsi pasien tentang
citra tubuhnya yang dulu dan saat ini,
perasaan dan harapan yang dulu dan
saat ini terhadap citra tubuhnya.
2. Diskusikan potensi bagian tubuh yang
lain.
3. Bantu pasien untuk meningkatkan
fungsi bagian tubuh yang terganggu.
4. Ajarkan untuk meningkatkan citra
tubuh.
5. Gunakan protese, wig,Gunakan
protese, wig,kosmetik atau yg lainnya
sesegera mungkin,gunakan pakaian
57
yang baru.
6. Motivasi pasien untuk melihat bagian
yang hilang secara bertahap.
7. Bantu pasien menyentuh bagian
tersebut.
8. Motivasi pasien untuk melakukan
aktifitas yang mengarah kepada
pembentukan tubuh yang ideal.
9. Lakukan interaksi secara bertahap
10. Susun jadual kegiatan sehari-hari.
11. Dorong melakukan aktifitas sehari dan
terlibat dalamkeluarga dan
sosial.keluarga dan sosial
12. Dorong untuk mengunjungi teman
atau orang lain yang
berarti/mempunyai peran
pentingbaginya.
13. Beri pujian thd keberhasilan
pasienmelakukan interaksi.
58
SP keluarga
Tujuan umum : Kluarga dapat membantu
dalam meningkatkan kepercayaan diri
klien Tujuan khusus :
a. Keluarga dapat mengenal masalah
gangguan.
b. Keluarga dapat mengenal masalah
gangguancitra tubuhcitra tubuh.
c. Keluarga mengetahui cara mengatasi.
d. Keluarga mengetahui cara
mengatasimasalah gangguan citra
tubuhmasalah gangguan citra tubu.
e. Keluarga mampu merawat pasien
gangguancitra tubuhcitra tubuh.
f. Keluarga mampu mengevaluasi
kemampuan pasien dan memberikan
pujian ataspasien dan memberikan
pujian
ataskeberhasilannya.keberhasilannya.
59
Intervensi
1. Jelaskan dengan keluarga ttg ggn
citra tubuh yang tjd pada pasien.
2. Jelaskan kepada keluarga cara
mengatasi gangguan citra tubuh.
3. Ajarkan kepada keluarga cara
merawat pasien.
4. Menyediakan fasilitas untuk
memenuhi kebutuhan pasien
dirumah.
5. Menfasilitasi interaksi dirumah.
6. Melaksanakan kegiatan dirumah dan
sosial.
7. Memberikan pujian atas
keberhasilan pasien
2. Gangguan konsep diri : harga diri
rendah kronis berhubungan
dengan perubahan peran diri.
Setelah dilakukan kunjungan selama 4 kali
pertemuan, pasien mampu Mengidentifikasi
kemampuan dan aspek positif yang di miliki dengan
kriteria :
a. Menilai kemamouan yang dapat di gunakan.
Sp 1
Identifikasi kemampuan positif
yang dimiliki
Diskusikan bahwa pasien masih
memiliki sejumlah kemampuan
60
b. Menetapkan/memilih kegiatan yang sesuai
dengan kemampuan.
c. Melatih kegiatan yang sudah dipilih,sesuai
kemampuan.
d. Merencanakan kegiatan yang sudah dilatihnya.
dan aspek positif seperti kegiatan
pasien dirumah adanya keluarga
dan lingkungan terdekat pasien.
Beri pujian yang realistis dan
hindari setiap kali bertemu dengan
pasien penilaian yang negatif.
Nilai kemampuan yang dapat di
lakukan saat ini
Diskusikan dengan pasien
kemampuan yang masih digunakan
saat ini.
Bantu pasien menyebutkannya dan
memberi penguatan terhadap
kemampuan diri yang diungkapkan
pasien.
Perlihatkan respon yang kondusif
dan menjadi pendengar yang aktif.
Pilih kemampuan yang akan
dilatih.
Diskusikan dengan pasien
61
beberapa aktivitas yang dapat
dilakukan dan dipilih sebagai
kegiatan yang akan pasien lakukan
sehari-hari.
Bantu pasien mnetapkan aktivitas
mana yang dapat pasien lakukan
secara mandiri.
Aktivitas yang memerlukan
bantuan minimal dari keluarga.
Aktivitas apa saja yang perlu
bantuan penuh dari keluarga atau
lingkungan terdekat pasien.
Beri contoh cara pelaksanaan
aktivitas yang dapat dilakukan
pasien.
Susun bersama pasien aktifitas
atau kegiatan sehari-hari paien.
Nilai kemampuan pertama yang
telah dipilih
Diskusikan dengan pasien untuk
62
menetapkan urutan kegiatan (yang
sudah dipilih pasien) yang akan
dilatihkan.
Bersama pasien dsn keluarga
memperagakan beberapa kegiatan
yang akan dilakuakn pasien.
Berikan dukungan atau pujian
yang nyata seseuai kmajuan yang
diperlihatkan pasien.
Masukan dalam jadwal kegiatan
pasien
Berikesempatan pada pasien untuk
mencoba kegiatan.
Beri pujian atas aktifitas/kegiatan
yang dapat dilakukan pasien setiap
hari.
Tingkatkan kegiatan sesuai dengan
toleransi dan perubahan sikap.
Susun daftar aktifitas yang sudah
dilatihkan bersama pasien dan
63
keluarga.
Berikan kesempatan
mengungkapkannya setelah
pelaksanaan kegiatan.yakini bahwa
keluarga mendukung setiap
aktifitas yang dilakukan pasien.
Sp 2
Evaluasi kegiatan yang lalu (SP 1)
Pilih kemampuan ke dua yang
dapat dilakukan
Latih kemampuan yang dipilih
Masukan dalam jadwal kegiatan
pasien
Sp 3
Evaluasi kegiatan yang lalu(SP1
dan 2)
Memilih kemampuan ketiga yang
dapat dilakukan
Masukan dalam jadwal kegiatan
64
pasien.
3. Defisit perawatan diri: mandi,
kebersihan berhubungan
kurangnya motivasi merawat diri.
Setelah dilakukan kunjungan selama 4 kali
pertemuan diharapkan : Klien dapat meningkatkan
minat atau motivasinya untuk mempertahankan
kebersihan diri dengan kriteria :
1. Klien dapat mengenal tentang pentingnya
kebersihan diri
2. Klien dapat menyebutkan kembali kebersihan
untuk kesehatan
3. Klien dapat menjelaskan cara merawat diri
4. Klien dapat melakukan kebersihan diri dengan
bantuan perawat
5. Klien dapat melakukan kebersihan atau
perawatan diri secara mandiri
6. Klien dapat mempertahankan kebersihan
secara mandiri
7. Klien mendapat dukungan keluarga dalam
meningkatkan kebersihan diri
1. Diskusikan bersama klien pentingnya
kebersihan
diri/berhias/makan/toileting/instrument
al dnegan cara menjelaskan pengertian
tentang arti bersih dan tanda-tanda
bersih.
2. Dorong klien untuk menyebutkan 3
dari 5 tanda kebersihan diri.
3. Diskusikan dengan klien tentang
fungsi kebersihan diri dengan
menggali pengetahuan klien terhadap
hal yang berhubungan dengan
kebersihan diri
4. Bantu klien mengungkapkan arti
kebersihan diri dan tujuan memelihara
kebersihan diri
5. Beri reinforcement positif setelah klien
mengungkapkan arti kebersihan.
6. Ingatkan klien untuk memelihara
65
kebersihan diri seperti mandi 2 kali
sehari pagi dan sore, sikat gigi minimal
2 kali sehari sesudah makan dan
sebelum tidur, keramas dan meyisir
rambut, gunting kuku bila panjang
7. Motivasi klien untuk mandi
Ingatkan caranya, evaluasi hasilnya,
dan beri umpan balik
Bombing klien dengan bantuan
minimal
Jika hasilnya kurang, kaji hambatan
yang ada
8. Bimbing klien untuk mandi, beri
kesempatan untuk mendemonstrasikan
cara-cara memelihara kebersihan diri
yang benar
Ingatkan dan anjurkan untuk mandi
2 kali sehari dengan menggunakan
sabun
Anjurkan klien untuk meningkatkan
66
cara mandi yang benar
9. Anjurkan klien untuk mengganti baju
setiap hari
Anjurkan klien untuk
mempertahankan dan meningkatkan
penampilan setiap hari
Dorong klien dengan mencuci
pakaiannya sendiri
Demonstrasikan cara mencuci
pakaian benar dengan sabun dan di
bilas
10. Kaji keinginan klien untuk memotong
kuku dan memotong rambut:
Beri kesempatan pada klien untuk
melakukan sendiri
Ingatkan potong kuku dan keramas
11. Kolaborasi dengan perawat ruangan
untuk pengelolaan pasilitas perawatan
kebersihan diri seperti mandi dan
perawatan kamar mandi
67
12. Bekerjasama dengan keluarga untuk
mengadakan fasilitas keberihan diri:
odol, sikat gigi, ganti baju, dan pakai
sandal.
13. Monitor klien untuk melaksanakan
kebersihan diri secara teratur, ingatkan
untuk mencuci rambut, menyisir,
gosok gigi, ganti baju, dang anti sandal
14. Beri reinforcement positif bila klien
berhasil melakukan kebersihan atau
perawatan diri
15. Jelaskan pada keluarga tentang
penyebab kurang minatnya klien
menjaga diri.
16. Diskusikan bersama keluarga tentang
tindakan yang telah dilakukan klien di
rumah sakit dlaam menjadga
kebersihan dan kemajuan yang telah
dialami di RS
17. Anjurkan keluarga untuk memutuskan
68
memberi stimulasi terhadap kemajuan
yang telah dalami di rumah sakit.
18. Jelaskan pada keluarga tentang
manfaat sarana yang tepat dalam
menjaga kebersihan diri
19. Anjurkan keluarga untuk menyiapkan
saran menjaga kebrsihan diri
20. Diskusikan bersama keluarga cara
membantu klien dalam menjaga
kebersihan diri
21. Diskusika dengan keluarga mengenai
hal-hal yang dilakukan, misalnya:
Mengingatkan klien pada waktu
mandi
Sikat gigi, keramas, ganti baju
22. Membantu klien apabila mengalami
hambatan, member pujian atas
keberhasilan klien.
69
70
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Konsep diri adalah cara seseorang untuk melihat dirinya secara utuh dengan
semua ide, pikiran, kepercayaan, dan pendirian yang diketahui individu dalam
berhubungan dengan orang lain. Sangatlah penting bagi seorang perawat untuk
memahami konsep diri terlebih dahulu harus menanamkan dalam dirinya sendiri
sebelum melayani klien, sebab keadaan yang dialami klien bisa saja mempengaruhi
konsep dirinya, disinilah peran penting perawat selain memenuhi kebutuhan dasar
fisiknya yaitu membantu klien untuk memulihkan kembali konsep dirinya.
Ada beberapa komponen konsep diri yaitu identitas diri yang merupakan
intenal idividual, citra diri sebagai pandangan atau presepsi, harga diri yang
menjadi suatu tujuan, ideal diri menjadi suatu harapan, dan peran atau posisi di
dalam masyarakat.
Konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian yang
diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan
dengan orang lain, termasuk persepsi individu akan sifat dan kemampuannya,
interkasi dengan orang lain, dan lingkungan, nilai- nilai yang berkaitan dengan
pengalaman dan objek, tujuan serta keinginannya.
5.2. Saran
Untuk membangun konsep diri, kita harus belajar menyukai diri sendiri,
mengembangkan pikiran positif, memperbaiki hubungan interpersonal ke yang lebih
baik, sikap aktif yang positif, dan menjaga keseimbangan hidup.
Semua yang kita lakukan pasti ada manfaatnya begitu juga dalam memahami
konsep diri, kita menjadi bangga dengan diri sendiri, percaya diri penuh, dapat
beradaptasi dengan lingkungan, dan mencapai sebuah kebahagiaan dalam hidup.
71