25
BAB I PENDAHULUAN Kondisi somatoform meliputi diagnosis berikut : gangguan somatisasi, gangguan konversi, gangguan nyeri somatoform, hypochondriasis, gangguan dismorfik tubuh berubah menjadi somatoform-illnes. Batasan dari gangguan ini sangat halus, dan baru- baru ini telah diusulkan bahwa empat dari gangguan kondisi somatisasi, hypochondriasis, dan penyakit somatoform diklasifikasikan dalam gangguan somatik kompleks. 1 Gangguan konversi merupakan suatu kondisi dimana pasien mengeluhkan gejala sensorik atau motorik sebagai manifestasi dari stres atau konflik tak sadar yang tidak dapat dikaitkan dengan proses patofisiologis. Histeria masih dianggap stigma yang sering dikaitkan dengan perilaku berbohong atau berpura-pura sakit. Namun, defenisi ini telah lama ada, tetapi ini masih gagal dipahami dokter, paramedis dan keluarga pasien (serta orang- orang dari populasi umum). Gangguan 1

Gangguan konversi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Gangguan konversi

Citation preview

Page 1: Gangguan konversi

BAB I

PENDAHULUAN

Kondisi somatoform meliputi diagnosis berikut : gangguan somatisasi,

gangguan konversi, gangguan nyeri somatoform, hypochondriasis, gangguan

dismorfik tubuh berubah menjadi somatoform-illnes. Batasan dari gangguan ini

sangat halus, dan baru- baru ini telah diusulkan bahwa empat dari gangguan

kondisi somatisasi, hypochondriasis, dan penyakit somatoform diklasifikasikan

dalam gangguan somatik kompleks.1

Gangguan konversi merupakan suatu kondisi dimana pasien mengeluhkan

gejala sensorik atau motorik sebagai manifestasi dari stres atau konflik tak sadar

yang tidak dapat dikaitkan dengan proses patofisiologis. Histeria masih dianggap

stigma yang sering dikaitkan dengan perilaku berbohong atau berpura-pura sakit.

Namun, defenisi ini telah lama ada, tetapi ini masih gagal dipahami dokter,

paramedis dan keluarga pasien (serta orang- orang dari populasi umum).

Gangguan konversi tidak sama dengan dengan berpura- pura sakit yang biasanya

gejala atau gangguan yang dibuat-buat.1, 2

Slater dan Glithero menyatakan penyakit organik ditemukan 2 kasus dari 3

kasus dalam 10 tahun terakhir. Stone, dkk. menunjukkan pada kenyataannya

bahwa tingkat kesalahan diagnostik menurun dari waktu ke waktu. Namun,

peningkatan dari diagnosis kurang berhubungan dengan kemajuan di bidang

kedokteran (seperti pengembangan dari neuroimaging) dari peningkatan kriteria

studi metodologi dan evaluasi. Dengan demikian tingkat misdiagnosis saat

1

Page 2: Gangguan konversi

gangguan konversi ditegakkan 4%, sebanding dengan tingkat kesalahan diagnosis

untuk skizofrenia (8%). 2

Gangguan konversi lebih sering terjadi pada wanita dan anggota kelompok

sosial dengan ekonomi rendah. Onsetnya biasa dimulai pada masa remaja, dan

tidak berkelanjutan. Salah satu gangguan konversi yang tidak biasa adalah

pesudocyesis atau “Hysterical Pregnancy”, yang meliputi gejela fisik kehamilan

(bahkan amenore) tanpa adanya suatu kehamilan yang benar.1

2

Page 3: Gangguan konversi

BAB II

GANGGUAN KONVERSI

2.1 DEFENISI

Gangguan konversi adalah gangguan pada fungsi tubuh yang tidak sesuai

dengan konsep anatomi dan fisiologi dari sistem saraf dan tepi. Hal ini secara

terjadi dengan adanya stres dan menuculkan disfungsi berat. Kumpulan gejala

yang saat ini disebut dengan gangguan konversi dengan gangguan somatisasi,

dikenal dengan sebutan histeria, reaksi konversi atau reaksi disosiatif.3

2.2 EPIDEMIOLOGI

Beberapa gejala- gejala konversi yang tidak cukup parah untuk dapat

didiagnosis sebagai gangguan konversi dapat terjadi pada 1/3 populasi umum

pada suatu hari dalam hidupnya. Satu komunitas melaporkan insiden tahunan 22

per 100.000 orang. Beberapa penelitian melaporkan terdapat 5%-15% kasus

gangguan konversi pada konsultasi psikiatrik di rumah sakit umum, dan 25% -

30% dari pasien yang dirawat di sebuah rumah sakit veteran (Amerika). DSM-IV-

TR memberikan kisaran dari yang paling rendah 11 kasus sampai yang tertinggi

500 kasus gangguan konversi per 100.000 populasi.3

Rasio wanita dibanding pria 2:1 sampai 10:1. Pada anak-anak, anak

perempuan juga lebih tinggi angka kejadiannya dibandingkan anak laki- laki. Pria

dengan gangguan ini sering kali mengalami kecelakaan kerja atau kecelekaan

militer. Awitan gangguan konversi dapat terjadi kapan pun, dari usia kanak-

kanak sampai usia tua, namun yang tersering pada remaja dan dewasa muda.

Gangguan ini juga banyak terjadi pada populasi pedesaan, individu dengan strata

3

Page 4: Gangguan konversi

pendidikan yang rendah, tingkat kecerdasan rendah, kelompok sosioekonomi

rendah, dan anggota militer yang pernah terpapar dengan situasi peperangan.

Gangguan ini sering berkormobiditas dengan gangguan depresi, gangguan cemas,

skizofrenia, dan frekuensinya meningkat pada keluarga yang anggotanya

menderita gangguan konversi.3

2.3 ETIOLOGI

Gangguan konversi mengacu pada hipotesis berdasarkan etiologi

psikologis. Bahkan secara historis, faktor psikologis dan emosional, seperti

trauma, konflik atau tekanan sebagai faktor penyebab gangguan konversi.

Penjelasan ini juga kembali tercermin dalam berbagai hal alternatif yang digunkan

untuk menggambarkan gangguan konversi seperti psikologis, psikogenik,

psikosomatis, atau bahkan histeria. 4

Faktor psikodinamik 3

1. Teori psikoanalisis,  (1895/1982), Breuer dan freud : gangguan konversi

disebabkan oleh represi konflik-konflik intrapsikik yang tak disadari dan

konversi dari kecemasan ke dalam gejala fisik. Konflik terjadi antara

dorongan intink (agresi atau seksual) melawan larangan untuk

mengekspresikan hal tersebut.

2. Teori pembelajaran, : Menurut conditioned learning theory, gejala

konversi dapat dilihat sebagai perilaku yang dipelajari secara klasik

conditioning. Gejala- gejala penyakit yang dipelajari sejak masa kanak,

akan digunakan sebagai coping dalam situasi yang tak disukainya.

4

Page 5: Gangguan konversi

3. Teori biologi, Brain imaging: hipometabolisme pada hemisphere

dominan sehingga komunikasi antar hemisfer terganggu akibatnya

terjadilah gangguan konversi, peningkatan aktivitas corteks serebral, dan

neuro psychologik test: ada gangguan pada komunikasi verbal, memori,

vigilance (kewaspadaan), perhatian.

4. Teori behavioral, Ullman&Krasner (dalam Davidson, Neale, Kring,

2004), terjadi karena individu mengadopsi simtom untuk mencapai suatu

tujuan. Individu berusaha untuk berperilaku sesuai dengan pandangan

mereka mengenai bagaimana seseorang dengan penyakit yang

mempengaruhi kemampuan motorik atau sensorik, akan bereaksi.

Faktor biologis

Pemeriksaan pencitraan otak menunjukkan adanya hipometabolisme di

daerah hemisfer dominan dan hipermetabolisme di hemisfer nondominan, yang

berdampak pada terganggunya komunikasi antar hemisfer sehingga menimbulkan

gejala konversi. 3

Gejala dapat disebabkan karena area kortikal terangsang berlebihan

sehingga menimbulkan umpan balik negatif antara korteks serebral dan formasi

retikuler batang otak. Sebaliknya output kortifugal yang meningkat akan

menghambat kesadaran pasien akan sensasi tubuh, yang menjelaskan mengapa

pada pasien konversi terdapat defisit sensorik Tes neuropsikologis kadang-

kadang menunjukkan gangguan serebral ringan dalam komunikasi, daya ingat,

kewaspadaan, afek, dan atensi pada pasien gangguan konversi. 3

5

Page 6: Gangguan konversi

2.4 GAMBARAN KLINIS

Gejala gangguan konversi yang paling sering muncul adalah paralisis, buta

dan dan mutisme. Gangguan konversi sering kali berkaitan dengan gangguan

kepribadian pasif-agresif, dependen, antisosial, dan histrionik. Gejala depresi dan

cemas sering menyertai gejala gangguan konversi, dan pasien- pasien ini berisiko

tinggi mengalami bunuh diri.3

Gejala sensosrik yang sering timbul adalah anastesi dan parastesi, terutama

pada ekstremitas. Gejala gangguan konversi dapat melibatkan organ sensorik

khusus dan menimbulkan ketulian, kebutaan dan penglihatan terowongan (tunnel

vision). Gejala dapat unilateral maupun bilateral, namun evaluasi neurologis

menunjukkan jaras sensorik yang intak. Pada gangguan konversi dengan

kebutaan, pasien berjalan tanpa menabrak atau mencederai diri, pupil bereaksi

terhadap cahaya, dan bangkitan potensial kortikal juga normal. 3

Gejala motorik terdiri atas gerak abnormal, gangguan gaya berjalan,

kelemahan dan paralisis. Mungkin terdapat tremor ritmik kasar, gerak koreoform,

tik, dan menghentak- hentak. Gerakan tersebut memburuk bila pasien mendapat

perhatian. Gangguan motor yang sering adalah paralisis dan paresis yang

mengenai dua atau seluruh anggota tubuh, meskipun demikian distribusi dari otot

yang terlibat tak sesuai dengan jaras persarafan. Refleks tetap normal, tidak

terdapat fasikulasi maupun atrofi otot, kecuali setelah paralisis konversinya terjadi

sudah lama. 3

6

Page 7: Gangguan konversi

Gejala bangkitan berupa pseudo-seizures merupakan gejala yang mungkin

didapat pada gangguan konversi. Namun sekitar 1/3 pasien dengan pseudo-

seizures juga disertai dengan epilepsi. 3

Keuntungan primer (primary gain) merupakan keadaan dimana pasien

memperoleh keuntungan primer dengan mempertahankan konflik internal di luar

kesadarannya. Gejala memiliki nilai simbolik, yang mencerminkan konfilik

psikologis di bawah sadar. 3

Keuntungan sekunder (secondary gain) keadaan dimana pasien

memperoleh keuntungan nyata menjadi sakit, misalnya : dibebaskan dari

kewajiban dalam situasi kehidupan yang sulit, mendapat dukungan dan bimbingan

dalam situasi normal tak akan didapatkannya, dapat mengontrol perilaku orang

lain. 3

2.5 DIAGNOSIS

Diagnosa gangguan konversi sangat sulit. Stone, dkk melaporkan kasus

gangguan konversi 4% positif palsu dan gangguan konversi kombinasi dengan

gangguan somatik 10 – 25% kasus.

Kriteria diagnostik untuk Gangguan Konversi menurut DSM-IV-TR :

Satu atau lebih gejala/defisit yang mengenai fungsi motorik volunter atau

sensorik yang mengarah pada kondisi neurologis atau kondisi medis lain,

disertai dengan kejang/konvulsi.

7

Page 8: Gangguan konversi

Faktor psikologis dipertimbangkan berhubungan dengan gejala/defisit

karena awal atau eksaserbasi dari gangguan ini biasanya didahului oleh

konflik atau stresor lain.

Tidak ditimbulkkan secara sengaja atau dibuat-buat

Gejala atau defisit (setelah penelitian yang diperlukan) tidak dapat

dijelaskan sepenuhnya oleh kondisi medis umum, atau oleh efek langsung

suatu zat, atau sebagai perilaku atau pengalaman yang diterima secara

kultural.

Gejala atau defisit menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis

atau gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lain atau

memerlukan pemeriksaan medis.

Gejala atau defisit tidak terbatas pada nyeri atau disfungsi seksual, tidak

terjadi semata-mata selama perjalanan gangguan somatisasi, dan tidak dapat

diterangkan dengan lebih baik oleh gangguan mental lain.

Dalam PPDGJ-III gangguan konversi mengarah pada gangguan

disosiatif. Gangguan konversi dipertimbangkan sebagai mekanisme

pertahanan diri menghadapi trauma psikologik. Gangguan Konversi adanya

kehilangan (sebagian atau seluruh) dari integrasi normal (dibawah kendali

kesadaran) antara:5

- ingatan masa lalu,

- kesadaran akan identitas dan peng-indera-an segera (awareness of identity

and immediate sensations), dan

- kontrol terhadap gerakan tubuh.

8

Page 9: Gangguan konversi

Untuk diagnosis pasti maka hal-hal berikut ini harus ada :

1. Ciri-ciri klinis yang ditentukan untuk masing-masing gangguan yang

tercantum pada F44.

2. Tidak ada bukti adanya gangguan fisik yang dapat menjelaskan gejala

tersebut.

3. Bukti adanya penyebab psikologis dalam bentuk hubungan waktu yang

jelas dengan problem dan peristiwa yang stressful atau hubungan

interpersonal yang terganggu (meskipun disangkal pasien).

F44.0 Amnesia Disosiatif

Ciri utama adalah hilangnya daya ingat, biasanya mengenal kejadian

penting yang baru terjadi yang bukan disebabkan karena gangguan mental

ogranik atau terlalu luas untuk dijelaskan. Pada Amnesia disosiatif biasanya

didapati gangguan ingatan yang spesifik saja dan tidak bersifat umum.

Informasi yang dilupakan biasanya tentang peristiwa yang menegangkan atau

traumatik, dalam kehidupan seseorang.

Bentuk umum dari amnesia disosiatif melibatkan amnesia untuk identitas

pribadi seseorang, tetapi daya ingat informasi umum adalah utuh.

Diagnostik pasti memerlukan :

1. Amnesia, baik total maupun persial, mengenai kedian baru yang bersifat

stress atau traumatik.

2. Tidak ada gangguan mental organik

F44.1 Fugue Disosiatif

9

Page 10: Gangguan konversi

Memilih semua ciri amnesia disosiatif ditambah gejala perilaku

melakukan perjalanan meninggalkan rumah. Pada beberapa kasus, penderita

mungkin menggunakan identitas baru. Perilaku seseorang pasien dengan

fugue disosiatif adalah lebih bertujuan dan terintegrasi dengan amnesianya

dibandingkan pasien dengan amnesia disosiatif. Pasien dengan fugue disosiatif

telah berjalan jalan secara fisik dari rumah dan situasi kerjanya dan tidak dapat

mengingat aspek penting identitas mereka sebelumnya (nama, keluarga,

pekerjaan). Pasien tersebut seringkali, tetapi tidak selalu mengambil identitas

dan pekerjaan yang sepenuhnya baru, walaupun identitas baru biasanya

kurang lengkap dibandingkan kepribadian ganda yang terlihat pada gangguan

identitas disosiatif.

Untuk diagnosis pasti harus ada :

1. Ciri-ciri amnesia disosiatif

2. Dengan sengaja melakukan perjalanan tertentu melampaui jerak yang

biasa dilakukannya sehari-hari.

3. Tetap memepertahankan kemampuan mengurus diri yang mendasar dan

melakukan interaksi sosial sederhana dengan orang yang belum

dikenalnya.

F.44.2 Stupor Disosiatif

Perilaku individu memenuhi kriteria untuk stupor, akan tetapi dari

pemeriksaan tidak didapatkan adanya tanda penyebab fisik. Seperti juga pada

gangguan-gangguan konversi lain, didapat bukti adanya penyebab psikogenik

dalam bentuk kejadian-kejadian yang penuh stress ataupun masalah sosial atau

10

Page 11: Gangguan konversi

interpersonal yang menonjol. Stupor Disosiatif bisa didefinisikan sebagai

sangat berkurangnya atau hilangnya gerakan –gerakan voulunter dan respon

normal terhadap rangsangan luar, seperti misalnya cahaya, suara, dan

perabaan ( sedangkan kesadaran dalam artian fisiologis tidak hilang ).

Untuk diagnosis pasti harus ada :

1. Stupor, seperti yang sudah disebutkan tadi.

2. Tidak ditemukan adanya gangguan fisik atau gangguan psikiatrik lain

yang dapat menjelaskan keadaan stupor tersebut.

3. Adanya masalah atau kejadian-kejadian baru yang penuh stress.

F44.3 Gangguan Trans dan Kesurupan

Merupakan gangguan-gangguan yang menunjukkan adanya kehilangan

sementara penghayatan akan identitas diri dan kesadaran terhadap

lingkungannya; dalam beberapa kejadian, individu tersebut berperilaku

seakan-akan dikuasai oleh kepribadian lain, kekuatan gaib atau malaikat.

Gangguan trans yang terjadi selama suatu keadaan skizofrenik atau psikosis

akut disertai halusinasi atau waham atau kepribadian multiple tidak boleh

dimasukkan dalam kelompok ini.

F44.4 Gangguan Motorik Disosiatif

Bentuk yang paling lazim dari gangguan ini adalah kehilangan

kemampuan untuk menggerakkan seluruh atau sebagian dari anggota gerak.

Pralisis dapat bersifat parsial dengan gerakan yang lemah atau lambat atau

total. Berbagai bentuk inkoordinasi dapat terjadi, khusussnya pada kaki

dengan akibat cara jalan yang bizarre. Dapat juga terjadi gemetar.

11

Page 12: Gangguan konversi

F44.5 Konvulsi Disosiatif

Dapat menyerupai kejang epileptic dalam hal gerakannya akan tetapi

jarang disertai lidah tergigit, luka serius karena jatuh saat serangan dan

inkontinensia urin, tidak dijumpai kehilangan kesadaran tetapi diganti dengan

keadaan seperti stupor atau trans.

F44.6 Anestesia dan Kehilangan Sensorik Disosiatif

Bagian kulit yang mengalami anestesi sering kali mempunyai batas

yang tegas yang menjelskan bahwa hal tersebut lebih berkaitan dengan

pemikiran pasien mengenai fungsi tubuhnya daripada dengan pengetahuan

kedokterannya. Meskipun ada gangguan penglihatan, mobilitas pasien serta

kemampuan motoriknya sering kali masih baik. Tuli disosiatif dan anosmia

jauh lebih jarang terjadi dibandingkan dengn hilang rasa dan penglihatan.

F44.7 Gangguan Konversi Campuran

Campuran dari gangguan-gangguan tersebut di atas.

F44.8 Gangguan Konversi lainnya

Sindrom ganser

Ciri-ciri dari gangguan ini adalah “jawaban kira-kira”, yang biasanya

disertai beberapa gejala disosiatif lainnya, sring kali dalam keadaan yang

menunjukkan kemungkinan adanya penyebab yang bersifat psikogenik dan

harus dimasukkan di sini.

Gangguan kepribadian multiple

12

Page 13: Gangguan konversi

Ciri utama adanya dua atau lebih kerpibadian yang jelas pada satu

individu dan hanya satu yang tampil untuk setiap saatnya. Masing-masing

kepribadian tersebut adalah lengkap, dalm arti memiliki ingatan, perilaku dan

kesenangan sendiri-sendiri yang mungkin sangat berbeda dengan kepribadian

pramorbidnya.

Gangguan konversi sementara terjadi pada masa kanak dan remaja

Gangguan Disosiatuf lainnya YDT

F44.9 Gangguan Konversi YTT

Tabel 1. Perbandingan antara gangguan somatik, gangguan somatoform,

gangguan tiruan dan malingering.

gangguan somatik

gangguan somatoform

gangguan tiruan

malingering

Gejala subjektif

+ + + +

Gejala objektif

+ - (+) -

Volunter - - + +Benefit ? Internal

EksternalInternal Eksternal

Zumbrunen R, Psychiatric de liaison, Masson ed., Paris, 1992

Dalam gangguan somatoform yang sudah disebutkan di atas semua

berkaitan dengan keluhan-keluhan fisik yang berkaitan dengan fungsi psikologik.

Namun, gangguan somatoform yang termasuk dalam keluhan neurologis yang

berkaitan dengan faktor psikologik ialah gangguan somatisasi, gangguan konversi,

dan gangguan nyeri.

2.6 TERAPI

13

Page 14: Gangguan konversi

Pengobatan khusus gangguan somatoform tidak ada, namun komorbiditas

kejiwaan seperti depresi, kecemasan, dan penyalahgunaan zat harus ditangani.

Penggunaan obat-obatan untuk mengobati gejala yang diyakini somatoform lebih

memenuhi prinsip-prinsip kebaikan dan non-malificence. Adapun pasien yang

mencari perawatan hanya untuk memperoleh narkotika tidak dianggap menderita

penyakit somatoform tetapi mengarah pada penyalahgunaan zat, kecanduan atau

transaksi ilegal.1

Resolusi gejala gangguan konversi biasanya spontan. Pada pasien dengan

gangguan konversi biasanya spontan. Pada pasien dengan gangguan ini dapat

dilakukan psikoterapi suportif berorientasi tilikan dan terapi perilaku. Bila pasien

menolak psikoterapi, maka dokter dapat menyarankan bahwa psikoterapi yang

dilakukan akan difokuskan pada masalah stress dan bagaimana mengatasinya.3

Hipnosis, anticemas dan terapi relaksasi sangat efektif dalam beberapa

kasus. Pemberian amobarbital atau lorazepam perenteral dapat membantu

memperoleh riwayat penyakit, terutama ketika pasien baru saja mengalami

peristiwa traumatik.3

Pendekatan psikodimanik misalnya psikoanalis dan psikoterapi

berorientasi tilikan, menuntun pasien memahami konflik intrapsikik dan simbol

dari gejala pada gangguan konversi. Psikoterapi jangka pendek juga dapat

digunakan. Semakin lama pasien menghayati peran sakit, makan pasien akan

semakin sulit.3, 6

Psikoedukasi bagi keluarga penderita gangguan konversi merupakan

pendidikan ataupun pelatihan terhadap seseorang dengan gangguan psikiatri yang

14

Page 15: Gangguan konversi

bertujuan untuk proses treatment dan rehabilitasi pada penderita dengan gangguan

konversi. Dimana gangguan konversi merupakan kehilangan (sebagian atau

seluruh) dari integrasi normal (dibawah kendali kesadaran) seperti ingatan masa

lalu, kesadaran akan identitas dan peng-indera-an segera serta control terhadap

gerakan tubuh. Keluarga merupakan faktor yang sangat penting dalam proses

kesembuhan pasien yang mengalami gangguan jiwa, yakni keluarga yang

mendukung pasien sangat membantu kesembuhan pasien dan memperpanjang

kekambuhan.7

2.7 PROGNOSIS

Hampir semua gejala awal (90%-100%) dari pasien dengan gangguan

konversi membaik dalam waktu beberapa hari sampai kurang dari sebulan.

Sebanyak 75% pasien tidak pernah mengalami gangguan ini lagi, namun 25%

mengalami episode tambahan saat mengalami tekanan. 3

Prognosis yang baik berkaitan dengan awitan yang mendadak, adanya

stresor yang bermakna, riwayat pramorbid baik, tak terdapat komorbid dengan

gangguan psikiatrik lain atau gangguan medik, tak ada proses hukum yang sedang

berlangsung.3

15

Page 16: Gangguan konversi

DAFTAR PUSTAKA

1. Michael Glen E, Huff J. Stephen. Conversion Disorder, Psychosomatic

Illness, and Malingering. Emergency Psychiatric Disorders. Elsevier2014.

2. O. Cottencin. Conversion disorders : psychiatric and psychotherapeutic

aspects. Neurophysiol Clin. 2014;44(4):405-10.

3. Hadisukanto G. Gangguan Somatoform. In: Kusumawardhani A.A.A, Husin

Albahri, Adikusumo Arman, dkk, editors. Buku Ajar Psikiatri. Jakarta:

Badan Penerbit FK UI; 2014.

4. Demartini B, D'Agostino A, Gambini O. From conversion disorder (DSM-

IV-TR) to functional neurological symptom disorder (DSM-5): When a

label changes the perspective for the neurologist, the psychiatrist and the

patient. Journal of the Neurological Sciences.360:55-6.

5. Noorhana S.W. Gangguan Disosiatif. Buku Ajar Psikiatri FK UI. Jakarta:

Balai Penerbit FK UI; 2014.

16

Page 17: Gangguan konversi

6. Bordbar, Faridhosseini. Psikoedukasi Interventi Rehabilitasi dan

Prevensi2010.

7. Wiyati R, Wahyuningsih D. Pengaruh Psikoedukasi Keluarga Terhadap

Kemampuan Keluarga Dalam Merawat Klien Isolasi Sosial. Keperawatan

Soedirman. 2010;5(2).

17