12
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dampak kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), terutama di bidang kedokteran, termasuk penemuan obat-obatan seperti antibiotika yang mampu “melenyapkan” berbagai penyakit infeksi, berhasil menurunkan angka kematian bayi dan anak, memperlambat kematian, memperbaiki gizi dan sanitasi sehingga kualitas dan umur harapan hidup meningkat. Akibatnya, jumlah penduduk lanjut usia semakin bertambah banyak, bahkan cenderung lebih cepat dan pesat (Nurgroho, 2008). Saat ini, diseluruh dunia, jumlah lanjut usia diperkirakan lebih dari 629 juta jiwa (satu dari 10 orang berusia lebih dari 60 tahun), dan pada tahun 2025, lanjut usia akan mencapai 1,2 milyar. Di negara maju, pertambahan populasi/penduduk lanjut usia telah diantisipasi sejak awal abad ke 20. Tidak heran bila amsyarakan di negara maju sudah lebih siap menghadapi pertambahan populasi lanjut usia dengan aneka tantangannya. Namun, saat ini, negara berkembang pun mulai menghadapi masalah yang sama. Fenomena ini jelas mendatangkan sejumlah konsekuensi, antara lain timbulnya masalah fisik, mental, sosial, serta kebutuhan pelayanan kesehatan dan keperawatan, terutama kelainan degeneratif (Nurgroho, 2008). Seringkali keberadaan lanjut usia dipersepsikan secara negatif, dianggap sebagai beban keluarga dan masyarakat sekitarnya. Kenyataan ini mendorong semakin berkembangnya anggapan bahwa menjadi tua itu identik dengan semakin banyaknya masalah kesehatan yang dialami oleh lanjut usia. Lanjut usia cenderung dipandang masyarakat tidak lebih dari

gangguan respiratory lansia fix.docx

  • Upload
    rina-ms

  • View
    217

  • Download
    3

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: gangguan respiratory lansia fix.docx

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dampak kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), terutama di bidang kedokteran, termasuk penemuan obat-obatan seperti antibiotika yang mampu “melenyapkan” berbagai penyakit infeksi, berhasil menurunkan angka kematian bayi dan anak, memperlambat kematian, memperbaiki gizi dan sanitasi sehingga kualitas dan umur harapan hidup meningkat. Akibatnya, jumlah penduduk lanjut usia semakin bertambah banyak, bahkan cenderung lebih cepat dan pesat (Nurgroho, 2008).

Saat ini, diseluruh dunia, jumlah lanjut usia diperkirakan lebih dari 629 juta jiwa (satu dari 10 orang berusia lebih dari 60 tahun), dan pada tahun 2025, lanjut usia akan mencapai 1,2 milyar. Di negara maju, pertambahan populasi/penduduk lanjut usia telah diantisipasi sejak awal abad ke 20. Tidak heran bila amsyarakan di negara maju sudah lebih siap menghadapi pertambahan populasi lanjut usia dengan aneka tantangannya. Namun, saat ini, negara berkembang pun mulai menghadapi masalah yang sama. Fenomena ini jelas mendatangkan sejumlah konsekuensi, antara lain timbulnya masalah fisik, mental, sosial, serta kebutuhan pelayanan kesehatan dan keperawatan, terutama kelainan degeneratif (Nurgroho, 2008).

Seringkali keberadaan lanjut usia dipersepsikan secara negatif, dianggap sebagai beban keluarga dan masyarakat sekitarnya. Kenyataan ini mendorong semakin berkembangnya anggapan bahwa menjadi tua itu identik dengan semakin banyaknya masalah kesehatan yang dialami oleh lanjut usia. Lanjut usia cenderung dipandang masyarakat tidak lebih dari sekelompok orang yang sakit sakitan. Persepsi ini muncul karena memandang lanjut usia hanya dari kasus lanjut usia yang sangat ketergantungan dan sakit sakitan. Persepsi negatif seperti ini tentu saj tidak semuanya benar. Banyak pula lanjut usia yang justru berperan aktif, tidak saja dalam keluarganya, tetapi juga dalam masyarakat sekitarnya. Oleh karena itu, lanjut usia harus dipandang sebagai individu yang memiliki kebutuhan yang bersifat biologis (Nurgroho, 2008).

Kurangnya perhatian yang memadai terhadap populasi lanjut usia ini menciptakan ruang kosong, yang kemudian diisi oleh dunia kedokteran atau medis. Disatu sisi, perhatian besar dari kalangan kedokteran ini harus disambut secara positif oleh dunia keperawatan sehingga masalah kesehatan lanjut usia dapat teratasi. Kesehatan merupakan aspek sangat penting yang perlu diperhatikan pada kehidupan usia lanjut. Semakin tua seseorang, cenderung semakin berkurangnya daya tahan fisik mereka. Dalam kaitan ini, kajian terhadap keperawatan lanjut usia (keperawatan gerontik dan geriatrik) perlu ditingkatkan (Nurgroho, 2008).

Page 2: gangguan respiratory lansia fix.docx

1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum

Mahasiswa mengetahui dan memahami konsep sindrom geriatri (respirasi pada

lansia)

1.2.2 Tujuan Khusus

1. Mahasiswa mengetahui dan memahami definisi lansia

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Lansia

Proses menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan- lahan

kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan

fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki

kerusakan yang diderita (Nugroho, 2000).

Batas-batas usia menurut WHO meliputi :

1. Usia pertengahan yaitu kelompok usia 45-59 tahun

2. Lanjut usia, antar 60-74 tahun

3. Lanjut usia tua, antara 75-90 tahun

4. Usia sangat tua, diatas 90 tahun

Menurut UU No.4 tahun 1965 pasal 1 menyatakan Seseorang dapat dinyatakan

sebagai seorang jompo atau lanjut usia setelah yang bersangkutan mencapai umur 55

tahun, tidak mempunyai atau tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk keperluan

hidupnya sehari-hari dan menerima nafkah dari orang lain. Saat ini berlaku UU No. 13

tahun 1998 tentang kesejahteraan lansia yang berbunyi sebagai berikut : lansia adalah

seorang yang mencapai usia 60 tahun keatas.

2.2 Perubahan Anatomik Fisiologik Sistem Pernafasan Pada Usia Lanjut

Page 3: gangguan respiratory lansia fix.docx

Pada  orang orang sehat, perubahan anatomik fisiologik tersebut merupakan

bagian dari proses menua. Usia Ianjut bukanlah merupakan penyakit, tetapi merupakan

tahap lanjut dari suatu kehidupan yang ditandai dengan menurunnya kemampuan tubuh

untuk beradaptasi terhadap stres atau pengaruh lingkungan. Proses menua melandasi

berbagai kondisi yang terjadi pada usia lanjut (Kumar et al, 1992. Didalam buku

R.Boedi-Dharmojo dan H.Hadi Martono. 1999).

Untuk dapat mengatakan bahwa suatu kemunduran fungsi tubuh adalah

disebabkan oleh proses menua dan bukan disebabkan oleh penyakit yang menyertai

proses menua, ada 4 kriteria yang harus dipenuhi :

1. Kemunduran fungsi dan kemampuan tubuh tadi harus bersifat universal,

artinya umum terjadi pada setiap orang.

2. Proses menua disebabkan oleh faktor intrinsik, yang berarti perubahan fungsi

sel dan jaringan disebabkan oleh penyimpangan yang terjadi di dalam sel dan

bukan oleh faktor luar.

3. Proses menua terjadi secant progresif, berkelanjutan, berangsur Iambat dan

tidak dapat berbalik lagi.

4. Proses menua bersifat proses kemunduran/kerusakan (injury).

2.2.1 Perubahan Anatomik Sistem Pernafasan

Pada usia lanjut terjadi perubahan-perubahan anatomik yang mengenai hampir

seluruh susunan anatomik tubuh, dan perubahan fungsi tel, jaringan atau organ

yang bersangkutan.

Yang mengalami perubahan adalah :

1. Dinding dada : tulang-tulang mengalami osteoporosis, tulangtulang rawan

mengalami osifikasi, terjadi perubahan bentuk dan ukuran dada. Sudut

epigastrik relatif mengecil dan volume rongga dada mengecil.

2. Otot-otot pernafasan : mengalami kelemahan akibat atrofi.

3. Saluran nafas : akibat kelemahan otot, berkurangnya jaringan elastis

bronkus dan alveoli menyebabkan lumen bronkus mengecil. Cincin-cincin

tulang rawan bronkus mengalami perkapuran.

Page 4: gangguan respiratory lansia fix.docx

4. Struktur jaringan parenkim paru : bronkiolus, duktus alveolaris dan

alveolus membesar secara progresip, terjadi emfisema senilis. Struktur

kolagen dan elastin dinding saluran nafas perifer kualitasnya mengurang

sehingga menyebabkan elastisitas jaringan parenkim pam mengurang.

Penurunan elastisitas jaringan parenkim paru pada usia lanjut dapat karena

menurunnya tegangan perrnukaan akibat pengurangan daerah permukaan

alveolus.

2.2.2 Perubahan-Perubahan Fisiologik Sistem Pernafasan

Perubahan fisiologik (fungsi) pada sistem pernafasan yang terjadi antara lain :

1. Gerak pernafasan

Adanya perubahan hentuk, ukuran dada, maupun volume rongga dada

akan merubah mekanika pernafasan, amplitudo pernafasan menjadi

dangkal, timbul keluhan sesak nafas. Kelemahan otot pernafasan

menimbulkan penurunan kekuatan gerak nafas, lebih-Iebih apabila

terdapat deformitas rangka dada akibat penuaan (Bahar, 1990.Didalam

buku R.Boedi-Dharmojo dan H.Hadi Martono. 1999)

2. Distribusi gas.

Perubahan struktur anatomik saluran nafas akan menimbulkan

penumpukan Warn dalam alveolus (air trapping) ataupun gangguan

pendistribusian udara nafas dalam cabang-cabang bronkus.

3. Volume dan kapasitas paru menurun.

Hal ini disebabkan karena beberapa faktor: (1) kelemahan otot nafas, (2)

elastisitas jaringan parenkim parts menurun, (3) resintensi saluran nafas

(menurun sedikit). Secara umum dikatakan bahwa pada usia lanjut terjadi

pengurangan ventilasi paru (Bahar. 1190; Widjajakusumah, 1992.

Didalam buku R.Boedi-Dharmojo dan H.Hadi Martono. 1999)

4. Gangguan transport gas.

Pada usia lanjut terjadi penurunan Pa02 secara bertahap, yang

penyebabnya terutama disebabkan (deli adanya ketidakseimhangan

ventilasi-perfusi (Mangunegoro, 1992). Selain itu diketahui bahwa

pengambilan 02 oleh darah dari alveoli (difusi) dan transport 02 ke

Page 5: gangguan respiratory lansia fix.docx

jaringan-jaringan berkurang, terutama terjadi pada saat melakukan olah

raga. Penurunan pengambilan 02 maksimal disebabkan antara lain karena :

(1) berbagai perubahan pada jaringan paru yang menghambat difusi gas,

dan (2) karena berkurangnya aliran darah ke paru akibat turunnya curah

jantung (Widyakusumah, 1992. Didalam buku R.Boedi-Dharmojo dan

H.Hadi Martono. 1999)

5. Gangguan perubahan ventilasi pain.

Pada usia lanjut terjadi gangguan pengaturan ventilasi paru, akibat adanya

penurunan kepekaan kemoreseptor perifer, kemoreseptor sentral ataupun

pusat-pusat pernafasan di medulla oblongata dan pons terhadap

rangsangan berupa penurunan Pa02, peninggian PaCO2, perubahan pH

darah arteri dan sebagainya (Bahar, 1990. Didalam buku R.Boedi-

Dharmojo dan H.Hadi Martono. 1999)

2.3 Patogenesis Penyakit Paru pada Usia Lanjut

Mekanisme timbulnya penyakit yang menyertai usia lanjut dapat dijelaskan atau

dapat dikaitkan dengan perubahan-perubahan yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan-

perubahan tersebut.adalah :

1. Perubahan anatomik-fisiologik

Dengan adanya perubahan anatomik-fisiologik sistem pernafasan ditambah

adanya faktor-faktor lainnya dapat memudahkan timbulnya beberapa macam

penyakit paru: bronkitis kronis, emfisema paru, PPOM, TB paru, kanker paru

dan sebagainya (Mangunegoro, 1992; Davies, 1985; Widjayakusumah, 1992;

Rahmatullah,1994; Suwondo 1990 a, 1990 b; Yusuf, 1990. Didalam buku

R.Boedi-Dharmojo dan H.Hadi Martono. 1999)

2. Perubahan daya tahan tubuh.

Pada usia lanjut terjadi penurunan daya tahan tubuh, antara lain karena

lemahnya fungsi limfosit B dan T (Subowo, 1993; Roosdjojo dkk, 1988),

sehingga penderita rentan terhadap kuman-kuman pathogen virus, protozoa,

bakteri atau jamur (Haryanto clan Nelwan, 1990, Didalam buku R.Boedi-

Dharmojo dan H.Hadi Martono. 1999)

3. Perubahan metabolik tubuh

Page 6: gangguan respiratory lansia fix.docx

Pada orang usialanjut sering terjadi peruban metabolik tuhuh, dan paru dapat

ikut mengalami peruban penyebab tersering adalah penyakit-penyakit

metabolik yang bersifat sistemik: diabetes mellitus, uremia, artritis rematoid

dan sebagainya. Fakator usia peranannya tidak jelas, tetapi lamanya

menderita penyakit sistemik mempunyai andil untuk timbulnya kelainan paru

tadi (Davies,88. Didalam buku R.Boedi-Dharmojo dan H.Hadi Martono.

1999)

4. Perubahan respons terhadap obat

Pada orang usia lanjut, bisa terjadi bahwa penggunaan obat-ohat tertentu akan

nemnemberikansan respons atau perubahan pada paru dan saluran nafas, yang

mungkin perubahan-perubahan tadi tidak terjadi pada usia muda. Contoh,

yaitu penyakit paru akibat idiosinkrasi terhadap obat yang sering digunakan

dalam pengobatan penyakit yang sedang dideritanya yang mana proses tadi

jarang terjadi pada usia muda (Davies, 1985. Didalam buku R.Boedi-

Dharmojo dan H.Hadi Martono. 1999)

5. Perubahan degenerative

Perubahan degeneratif merupakan perubahan yang tidak dapat dielakkaan

terjadinya pada individu-individu yang mengalami proses penuaan. Penyakit

paru yang timbul akibat proses (perubahan) degeneratif tadi, misalnya

terjadinya bronkitis kronis, emfisema paru, penyakit paru obstruktif menahun,

karsinoma paru yang terjadinya pada usia lanjut dan sebagainya (Davies,

1985. Didalam buku R.Boedi-Dharmojo dan H.Hadi Martono. 1999)

6. Perubahan atau kejadian lainnya

Ada pengaruh-pengaruh lain yang terjadi sebelum atau selama usia lanjut

yang dapat mempengaruhi dirinya sehingga dapat memudahkan penyakit paru

tertentu pada usia lanjut, misalnya :

1) Kebiasaan merokok masa lalu dan sekarang

Merokok yang berlangsung lama dapat menimbulkan perubahan-

perubahan struktur pada saluran nafas, juga dapat menurunkan fungsi

sistem pertahanan tubuh yang diperankan oleh paru dan saluran nafas,

sehingga memudahkan timbulnya infeksi pada paru dan saluran

Page 7: gangguan respiratory lansia fix.docx

nafas.Merokok selain dapat memberikan perubahan- perubahan pada

saluran nafas, dapat pula memudahkan timbulnya keganasan paru, PPOM,

bronkitis kronis dan sebagainya (Mangunegoro, 1992.Didalam buku

R.Boedi-Dharmojo dan H.Hadi Martono. 1999)

2) Pengaruh atau akibat kekurangan gizi

Pada usia lanjut telah diketahui terjadi penurunan daya tahan tubuh,

terutama respons imun seluler (Roosdjojo, 1988). Ini merupakan

konsekuensi lanjut atas terjadinya involusi kelenjar timus pada usia lanjut.

Proses involusi kelenjar timus menyebabkan jumlah hormon timus yang

beredar dalam peredaran darah menurun, berakibat proses pemasakan

limfosit T berkurang dan limfosit T yang beredar dalam peredaran darah

juga berkurang. Imunitas humoral pada usia lanjut juga terdapat

perubahan yang berarti, bahkan terdapat peninggian kadar autoantibodi

(Subowo, 1993). IgA dan IgG terdapat peningkatan, sedangkan IgM

mengalami penurunan.

2.4 Penyakit Lanjut Usia Di Indonesia Berhubungan Dengan Gangguan Sistem Respirasi

2.4.1 Paru-Paru

Fungsi paru-paru mengalami kemunduran disebabkan berkurangnya elastisitas

jaringan paru-paru dan dinding dada, berkurangnya kekuatn kontraksi otot

pernafasan sehingga menyebabkan sulit bernafas. Infeksi sering diderita pada

lanjut usia diantaranya Penumonia, kematian cukup tinggi sampai 40 % yang

terjadi karena daya tahan tubuh yang menurun. Tuberkulosis pada lansia

diperkirakan masih cukup tinggi.

2.4.2 Nyeri Dada

Nyeri dada yang berkaitan dengan kondisi pulmonary mungkin terasa tajam

menusuk, dan intermiten atau mungkin pekak, sakit dan persisten. Nyeri biasanya

terasa pada tempat terjadi patologi, tetapi mungkin dapat beralih keseimbangan

tempat, misalnya leher, punggung, atau abdomen. Penyakit paru tidak selamanya

menimbulkan nyeri dada karena paru-paru dan pleura viseral tidak mengandung

saraf sensory dan tidak sensitif terhadap nyeri.

Page 8: gangguan respiratory lansia fix.docx