22
BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Sistem lakrimal terdiri dari dua bagian, yaitu sistem sekresi yang berupakelenjar lakrimal dan sistem ekskresi yang terdiri dari punctum lakrimal,kanalikuli lakrimal, sakus lakrimal, duktus nasolakrimal, dan meatus inferior. Sistem eksresi lakrimal cenderung mudah terjadi infeksi dan inflamasi karena berbagai sebab. Membran mukosa pada saluran ini terdiri dari dua permukaanyang saling bersinggungan, yaitu mukosa konjungtiva dan mukosa nasal, di mana pada keadaan normal pun sudah terdapat koloni bakteri. Tujuan fungsional darisistem ekskresi lakrimal adalah mengalirkan air mata dari kelenjar air matamenuju ke cavum nasal. Tersumbatnya aliran air mata secara patologismenyebabkan terjadinya peradangan pada sakus lakrimal yang biasa disebutdengan dakriosistitis. Dakriosistitis dapat berlangsung secara akut maupun kronis. Dakriosistitisakut ditandai dengan nyeri yang muncul secara tiba-tiba dan kemerahan padaregio kantus medial, sedangkan pada inflamasi maupun infeksi kronis dari sakuslakrimal ditandai dengan adanya epifora, yaitu rasa nyeri yang hebat di bagiansakus lakrimal dan disertai dengan demam. Selain dakriosistitis akut dan kronis,ada juga dakriosistitis kongenital yang merupakan bentuk khusus daridakriosistitis. 1

Gangguan Sistem Lakrimal

Embed Size (px)

DESCRIPTION

asuhan keperawatan

Citation preview

Page 1: Gangguan Sistem Lakrimal

BAB I

PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG

Sistem lakrimal terdiri dari dua bagian, yaitu sistem sekresi yang berupakelenjar

lakrimal dan sistem ekskresi yang terdiri dari punctum lakrimal,kanalikuli lakrimal, sakus

lakrimal, duktus nasolakrimal, dan meatus inferior.

Sistem eksresi lakrimal cenderung mudah terjadi infeksi dan inflamasi karena

berbagai sebab. Membran mukosa pada saluran ini terdiri dari dua permukaanyang saling

bersinggungan, yaitu mukosa konjungtiva dan mukosa nasal, di mana pada keadaan normal

pun sudah terdapat koloni bakteri. Tujuan fungsional darisistem ekskresi lakrimal adalah

mengalirkan air mata dari kelenjar air matamenuju ke cavum nasal. Tersumbatnya aliran air

mata secara patologismenyebabkan terjadinya peradangan pada sakus lakrimal yang biasa

disebutdengan dakriosistitis.

Dakriosistitis dapat berlangsung secara akut maupun kronis. Dakriosistitisakut

ditandai dengan nyeri yang muncul secara tiba-tiba dan kemerahan padaregio kantus medial,

sedangkan pada inflamasi maupun infeksi kronis dari sakuslakrimal ditandai dengan adanya

epifora, yaitu rasa nyeri yang hebat di bagiansakus lakrimal dan disertai dengan demam.

Selain dakriosistitis akut dan kronis,ada juga dakriosistitis kongenital yang merupakan

bentuk khusus daridakriosistitis. Patofisiologinya berhubungan erat dengan proses

embriogenesisdari sistem eksresi lakrimal.

Dakriosistitis umumnya terjadi pada dua kategori usia, yaitu anak-anak dan orang

dewasa di atas 40 tahun dengan puncak insidensi pada usia 60 hingga70 tahun. Dakriosistitis

pada bayi yang baru lahir jarang terjadi, hanya sekitar 1%dari jumlah kelahiran yang ada.

Kebanyakan penelitian menyebutkan bahwasekitar 70-83% kasus dakriosistitis dialami oleh

wanita, sedangkan padadakriosistitis kongenital jumlahnya hampir sama antara laki-laki dan

perempuan

1

Page 2: Gangguan Sistem Lakrimal

2. RUMUSAN MASALAH

Berdasarakan latar belakang diatas adapun rumusan masalah adalah sebagai berikut :

1. Apa konsep dasar penyakit gangguan lakrimal ?

2. Apa konsep dasar Asuhan Keperawatan Gangguan Lakrimal ?

3. TUJUAN

1. Untuk mengetahui dan memahami konsep dasar penyakit gangguan Lakrimal.

2. Untuk mengetahui dan memahami Asuhan Keperawatan Gangguan Lakrimal.

4. MANFAAT

Menambah wawasan mengenai ilmu kedokteran pada umumnya dan ilmu penyakit mata

pada khususnya. .Sebagai proses pembelajaran bagi dokter muda yang sedang mengikuti

kepaniteraan klinik bagian ilmu penyakit mata.

2

Page 3: Gangguan Sistem Lakrimal

BAB II

PEMBAHASAN

A. KONSEP DASAR PENYAKIT

I. DEFINISI

DAKRIOSISTITIS

Sistem eksresi air mata mudah mengalami infeksi dan peradangan yang disebabkan

oleh berbagai factor. Tujuan fungsional dari system eksresi air mata adalah untuk

mengalirkan air mata dari mata ke dalam kavum nasal. Adanya hambatan air mata yang

patologis pada system drainase air mata dapat menyebabkan terjadinya dakriosistitis.

Dakriosistitis adalah suatu infeksi pada kantong air mata yang terletak di antara sudut

bagian dalam kelopak mata dengan hidung. Dakriosistitis biasanya disebabkan oleh karena

adanya blockade pada saluran yang mengalirkan air mata dari kantong air mata ke hidung.

Duktus yang terhalang menjadi terinfeksi. Dakriosistitis dapat berupa akut maupun kronik.

Hal ini dapat dihubungkan dengan suatu malformasi pada duktus lakrimalis, luka, infeksi

Pada mata,maupun trauma.

Dakriosistitis akut ditandai dengan gejala mendadak berupa nyeri dan kemerahan

pada daerah kantus medialis. Adanya epifora merupakan karakteristik pada peradangan

kronik pada duktus lakrimalis.

II. EPIDEMIOLOGI

Infeksi pada sakus lakrimalis umumnya ditemukan pad 2 katagori usia pada infant dan orang dewasa yang berusia lebih dari 40 tahun. Daktriostitisnakut pada bayi baru lahir jarang ditemukan terjadi pada kurang dari 1% dari semua kelahiran. Dakriostistis didapat secara primer terjadi pada wanita dan lebih sering pada pasien dengan usie diatas 40 tahun, dengan puncek insidensi pada usia 60-70 th. Kebanyakan penelitian mendemostrasikan sekitar 70-83% kasus daktriosititis terjadi pada wanita, sementara itu Dektriosititis congenital memiliki frekuensi yang sama pada pria dan wanita.

Pada individu dengan kepala terbentuk brachycepalic memiliki insden tinggi yang tinggi mengalami dekriosititis dibandingkan dengan individu dolicepalic/ mesosepalic. Hal ini disebabkan pada tengkorak berbentuk brachycepalic memiliki diameter lubang yang lebih sempit kedalam duktus nasolakrimalis , duktus nasolakrimalis lebih panjang dan fosa lakrimalis yang lebih sempit. Pada pasien dengan hidung pesek dan muka kecil memiliki resiko lebih tinggi mengalami dakriosistitis di duga karena kanalis osseus yang lebih sempit.

3

Page 4: Gangguan Sistem Lakrimal

III. ETIOLOGI

Penyebab dakriosistitis adalah penyumbatan yang terjadi pada duktus nasolakrimalis

yaitu saluran yang mengalirkan air mata ke hidung. Faktor alergilah yang menyebabkan

terjadinya sumbatan pada saluran tersebut. Akibatnya adalah infeksi di sekitar kantung air

mata yang menimbulkan nyeri, warna merah dan bengkak, bahkan bisa sampai mengeluarkan

nanah dan penderita mengalami demam. Infeksi yang ringan biasanya akan cepat sembuh

walau tetap ada pembengkakan. Sementara yang tergolong parah dapat menyebabkan

kemerahan dan penebalan di atas kantung air mata. Jika terus berlanjut akan terbentuk

kantung nanah. Pada Dakriosistitis Kongenital, kanalisasi yang tidak lengkap dari duktus

nasolakrimalis memiliki peran yang penting dari pathogenesis yang terjadi. Infeksi neonatal

merupakan faktor penting lainnya dari perkembangan Dakriosistitis Kongenital.

Bakteri aerob dan non aerob bisa didapatkan pada kultur dari anak-anak dan orang

dewasa dengan Dakriosistitis. Organisme yang umumnya didapatkan pada anak-anak dengan

Dakriosistitis adalah Staphylococcus Aureus, Haemophilus Influenzae, Beta Hemolitik

Streptokokkus, dan pneumokokkus.

Obstruksi dari bagian bawah duktus nasolakrimalis seringkali ditemukan pada orang

dewasa yang terkena Dakriosistitis. Karena hubungan yang erat antara duktus nasolakrimalis

dengan hidung dan sinus paranasal, struktus ini seringkali berhubungan dengan etiologi

terjadinya Dakriosistitis. Beberapa penyakit hidung yang bisa menyebabkan terjadinya

Dakrisistitis antara lain Sinusitis (maksilaris, ethmoidalis), Rinitis Vasomotor, Rinitis

Hipertrofi, Rinitis Ozaena, trauma hidung, tumor cavum nasi, dan masih banyak lainnya.

IV. FAKTOR PREDISPOSISI

1. Lingkungan yang kurang bersih2. Trauma 3. Demam 4. Iritasi

V. PATOFISIOLOGI

Awal terjadinya peradangan pada sakus lakrimalis adalah adanya obstruksi pada

duktus naso lakrimalis. Obstruksi duktus nasolakrimalis pada anak-anak biasanya akibat tidak

terbukanya membrane nasolakrimalis . sedangkan pada orang dewasa akibat adanya

penekanan pada salurannya misalnya ada polip hidung.

4

Page 5: Gangguan Sistem Lakrimal

Obstruksi pada duktus nasolakrimalis ini dapat menimbulkan penumpukan air mata

debrisepitel dan cairan mucus sakus lakrimalis yang merupakan media pertumbuhan yang

baik untuk pertumbuhan bakteri . Ada 3 tahapan terbentuknya secret pada dekriosititis.

Antara lain; tahap obstruksif pada sakus lakrimalis, sehingga yang keluar adalah air mata

yang berlebihan. Kemudian ada tahap infeksi ; tahap ini yang keluar adalah cairan yang

bersifat mucus mukopurlent atau purulent tergantung pada organism penyebabnya. Yang

terakhir adalah tahap sikatrik ; pda tahap ini sudah tidak ada regurgitasi air mata maupun

pulsagi. Itu karena secret yang terbentuk tertahan di dalam sakus sehingga membentuk suatu

kista.

Sistem sekresi air mata atau lakrimal terletak di daerah temporal bola mata. Sistem

eksresi mulai pada punctum lakrimal, kanalikuli lakrimal, sakus lakrimal, duktus

nasolakrimal, meatus inferior.

Sistem lakrimal terdiri atas dua bagian, yaitu: 6Sistem produksi atau glandula

lakrimal. Glandula lakrimal terletak di temporo antero superior rongga orbita. Sistem eksresi,

yang terdiri atas punctum lakrimal, kanalikuli lakrimal, sakus lakrimal, dan duktus

nasolakrimal. Sakus lakrimal terletak di bagian depan rongga orbita. Air mata dari duktus

lakrimal akan mengalir ke dalam rongga hidung di dalam meatus inferior.

Film air mata sangat berguna untuk kesehatan mata. Air mata akan masuk ke dalam

sakus lakrimal melalui punctum lakrimal. Bila punctum lakrimal tidak menyinggung bola

mata, maka air mata akan keluar melalui margo palpebra yang disebut epifora. Epifora juga

akan terjadi akibat pengeluaran air mata yang Berlebihan dari kelenjar lakrimal.

Untuk melihat adanya sumbatan pada duktus nasolakrimal, maka sebaiknya

dilakukan penekanan pada sakus lakrimal. Bila terdapat penyumbatan yang disertai

Dakriosistitis, maka cairan berlendir kental akan keluar melalui punctum lakrimal.Infeksi

menyebabkan nyeri di daerah sekitar kantong air mata yang tampak merah dan membengkak.

Mata menjadi merah dan berair serta mengeluarkan nanah.

Jika kantong air mata ditekan secara perlahan, akan keluar nanah dari lubang di sudut

mata sebelah dalam (dekat hidung). Penderita juga mengalami demam. Jika infeksi yang

ringan atau berulang berlangsung lama maka sebagian besar gejala mungkin menghilang

hanya pembengkakan ringan yang menetap. Kadang infeksi menyebabkan tertahannya air

mata di dalam kantong air mata sehingga terbentuk kantong yang berisi cairan (mukokel di

5

Page 6: Gangguan Sistem Lakrimal

bawah kulit. Infeksi berulang bisa menyebabkan penebalan dan kemerahan diatas kantong air

mata. Bisa terbentuk kantong nanah (abses) yang kemudian pecah dan mengeluarkan

nanahnya.

Pathway

PP

VI. GAMBARAN KLINIK

Dakriosistitis dapat terjadi dalam 3 bentuk, yaitu : akut, kronik dan congenital. Gejala utama

dakriosistitis adalah mata berair dan kotoran mata berlebih. Pada dakriosistitis berbentuk

akut, di daerah sakkus lakrimalis terdapat gejala radang, sakit, bengkak , nyeri tekan. Materi

purulen dapat diperas dari sakkus. Peradangan berupa pembengkakan, merah dan nyeri ,

6

Alergi

Bakteri aerob / anaerobStaphylococcus aureus, haemophilus

influenza beta hemolitik streptokokus, pneumokokus

DakriosistitisKurang informasi

Infeksi

Peningkatan suhu tubuh

Oedem iritasiPenebalan di atas kantung air mata

Kemerahan

BengkakDemam Kantong nanah

Hipertermi Nyeri akut Gangguan integritas kulitGgn. Penglihatan

Intoleransi aktivitas

Kurang pengetahuan

Page 7: Gangguan Sistem Lakrimal

biasanya disertai dengan pembengkakan kelenjar pre aurikuler, submandibuler dan disertai

peningkatan suhu tubuh. Kadang-kadang kelopak mata dan daerah sisi hidung membengkak.

ada stadium lanjut dapat terjadi komplikasi berupa fistula. Pada dakriosistitis kronik , tanda

satu-satunya adalah keluar air mata berlebih.

VII. PEMERIKSAAN FISIK

Untuk menentukan adanya gangguan pada system eksresi air mata dilakukan :

• Inspeksi pada posisi punctum

• Palpasi daerah sakkus lakrimal, apakah mengeluarkan cairan bercampur nanah

• Irigasi melalui punctum dan kanalikuli lakrimal, bila cairan mencapai rongga hidung , maka

system eksresi berfungsi baik (tes anel).

• Probing yaitu memasukkan probe Bowman melalui jalur anatomic system eksresi lakrimal.

tindakan probing didahului oleh dilatasi pungtum dengan dilatators.

a b

Gambar : Pertama punctum dilatasi dengan memutar suatu probe berbentuk kerucut,

kemudian dibilas dengan larutan salin fisiologis

Dikutip dari kepustakaan 7

VIII. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

1. Pemeriksaan Radiologi

2. Pemeriksaan Laboraturium

3. Dll.

IX. THERAPY

Pencegahan dapat dilakukan dengan melakukan higienitas pada palpebra ,termasuk

melakukan kompres air hangat dan membersihkan silia. Selain itu, higienitas nasal dengan

spray salin dapat mencegah obstruksi aliran lakrimal bagian distal.

7

Page 8: Gangguan Sistem Lakrimal

Dan berikan:

*Antibiotik tetes topical seperti trimetorim/polymixin

*Kompres air hangat dan massase di bawah area kantus

*Pemberian analgesic seperti acetaminophen bila perlu

*Insisi dan drainase pada abses

*Koreksi dengan pembedahan dapat dipertimbangkan berupa dacryocystorhinostomy setelah

episode akut sembuh, khususnya pada pasien dengan dakriosistitis kronik.

X. PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan dakriosistitis tergantung pada manifestasi klinik penyakit.

Antibiotic sistemik dengan regimen sebagai berikut :

o Anak-anak

Pasien tidak demam, keadaan umum baik, kasus ringan, diberikan amoxicillin/clavulanate

20-40mg/kg/hari peroral yang dibagi dalam tiga dosis.

Pasien demam, akut, kasus sedang hingga berat dirawat di rumah sakit dan diterapi dengan

cefuroxime 50-100 mg/kg/hari iv dalam 3 dosis.

o Dewasa

Pasien tidak demam, keadaan umum baik, kasus ringan diberikan cephalexin 500 mg peroral

tiap 6 jam.Terapi alternative berupa amoxicillin /clavulanate 500 mg peroral tiap 8 jam

Pasien demam dan akut dirawat di rumah sakit dengan penanganan cefazolin 1gr iv tiap 8

jam.Terapi antibiotic diberikan berdasarkan respon klinik dan hasil kultur dan sensitivitas.

Antibiotik intravena dapat diganti dengan antibiotic oral dengan dosis yang sebanding

tergantung dari tingkat perbaikan, tetapi terapi antibiotic harus tetap dilakukan selama 10-14

hari.

XI.KOMPLIKASI

Dakriosistorinostomi bila dilakukan dengan baik merupakan prosedur yang cukup

aman dan efektif. Namun, seperti pada semua prosedur pembedahan, komplikasi berat dapat

terjadi. Perdarahan merupakan komplikasi tersering dan dilaporkan terjadi pada 3% pasien.

Selain itu, infeksi juga merupakan komplikasi serius dakriosistorinostomi. Beberapa ahli

menyarankan pemberian antibiotic drop spray pada hidung setelah pembedahan.

Kegagalan dakriosistorinostomi paling sering disebabkan oleh osteotomi atau

penutupan fibrosa pada pembedahan ostium yang tidak adekuat. Kebanyakan kasus kemudian

8

Page 9: Gangguan Sistem Lakrimal

diterapi dengan dilatasi ostium menggunakan probing Bowman berturut-turut.

B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN

1. Identitas

2. Status Kesehatan

1. Status kesehatan saat ini

9

Page 10: Gangguan Sistem Lakrimal

2. Status kesehatan masa lalu

3. Pola kebutuhan dasar (Data Bio-Psiko-Sosio-Kultural-Spiritual)

a.Pola Bernafas

b. Pola Makan dan Minum

c. Pola Eliminasi

d. Pola Gerak dan Aktivitas

e. Pola Istirahat dan Tidur

f. Pola Kebersihan Diri

g. Pola Pengaturan Suhu Tubuh

h. Pola Rasa Nyaman

i. Pola Rasa Aman

j. Pola Sosialisasi

k. Pola Ibadah

l. Pola Rekreasi

m. Pola Produktivitas

n. Kebutuhan Belajar

4. Pengkajian Fisik

a. Keadaan Umum

b. Tanda-tanda vital

c. Keadaan Fisik

• Inspeksi pada posisi punctum

• Palpasi daerah sakkus lakrimal, apakah mengeluarkan cairan

bercampur nanah.

• Irigasi melalui punctum dan kanalikuli lakrimal, bila cairan mencapai

rongga hidung , maka system eksresi berfungsi baik (tes anel).

• Probing yaitu memasukkan probe Bowman melalui jalur anatomic

system eksresi lakrimal.

1. Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan Laboratorium

2. Pemeriksaan Radiologi

10

Page 11: Gangguan Sistem Lakrimal

II Diagnosa keperawatan

1. Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi ditandai dengan oedem.

2. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi ditandai dengan peningkatan suhu

tubuh.

3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan kondisi metabolik kulit

ditandai dengan kerusakan lapisan kulit (dermis).

4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan pada penglihatan ditandai

dengan tidak mampu mobilisasi sendiri.

5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi ditandai dengan

pasien bertanya-tanya.

III. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

No.

Dx

Rencana Keperawatan

Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional

1 Setelah diberikan Askep 1. Kaji skala nyeri 1. Mengetahui tingkat nyeri pada

11

Page 12: Gangguan Sistem Lakrimal

selama 3x24 jam diharapkan

nyeri akut akibat inflamasi

pada mata berkurang

dengan k.h :

-Ekspresi wajah klien

tampak tenang/tidak gelisah

-Dan pasien tidak tampak

meringis kesakitan lagi.

2. Beri Kompres air

hangat

3. Ajarkan tehnik

relaksasi

4. Kolaborasi

Pemberian analgetik

pasien

2. Mengurangi nyeri,

mempercepat penyembuhan,

membersihkan mata

3. Mengurangi rasa nyeri

4. Memberikan individu pereda

rasa nyeri yang optimal dengan

analgesik dapat menurunkan rasa

nyeri

2 Setelah diberikan Askep

selama 3x24 jam diharapkan

peningkatan suhu tubuh

akibat penyakit atau trauma

berkurang dengan k.h :

Kulit tidak memerah dan

panas tubuh mulai turun

1.Kaji suhu pasien

2. Beri kompres air

hangat

3. Anjurkan pasien

menggunakan pakaian

tipis

4. Kolaborasi dalam

pemberian paracetamol

1. Mengetahui perubahan suhu

yang terjadi pada pasien

2. Menurunkan suhu pada psien

3. Mengurangi peningkatan suhu

tubuh dan memperlancar sirkulasi

udara dalam tubuh

4. Membantu menurunkan panas

3 Setelah diberikan Askep

selama 3x24 jam diharapkan

Kerusakan integritas kulit

akibat perubahan kondisi

metabolik kulit berkurang

dengan k.h :

Kerusakan lapisan kulit

(dermis) mulai berkurang-

sembuh

1.Observasi keadaan

kulit

2. Berikan perawatan

kulit sering untuk

meminimalkan dengan

kelembapan dan tidak

ada infeksi lagi

3. Anjurkan pasien

untuk melakukan

perawatan kulit mata

dan kebersihan mata

4. Kolaborasi dalam

pemberian axyclofir

1. Mengetahui keadaan kulit

pasien

2. Terlalu kering atau lembab

dapat merusak kulit dan

mempercepat kerusakannya

3. Mencegah terjadinya iritasi

4. merujuk pada faktor

predisposisi

4 Setelah diberikan Askep

selama 3x24 jam diharapkan

klien dapat beraktivitas

1. bantu klien

melakukan aktivitas

yang tidak dapat

1. memenuhi kebutuhan aktivitas

klien.

12

Page 13: Gangguan Sistem Lakrimal

secara mandiri.

Dengan k.h : Kebutuhan

aktivitas klien terpenuhi.

dilakukan.

2. latih klien dalam

melakukan aktivitas

sesuai kemampuan.

2. agar klien dapat melakukan

aktivitas yang sederhana secara

mandiri.

5 Setelah diberikan Askep

selama 2x12 jam

diharapkan pengetahuan

tentang penyakit meningkat

dengan k.h :

Pasien mulai mengetahui

dan memahami tentang

penyakit yang diderita dan

mengetahui cara

penanggulangannya.

1.Kaji sejauh mana

tingkat pengetahuan

pasien tentang

penanggulangan

penyakitnya

2. Beri pendidikan

kesehatan tentang

penyakit dan perawatan

klien

3. Beri informasi dalam

bentuk belajar yang

bervariasi

1. Mengetahui tingkat

pengetahuan pasien

2. Memberikan kesempatan pada

klien untuk mencakup informasi

yang lebih luas

3. Menggunakn metode belajar

yang bermacam-macam

meningkatkan penyerapan materi

IV. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Implementasi keperawatan sesuai dengan intervensi keperawatan.

V. EVALUASI KEPERAWATAN

No

Dx

Evaluasi

1 Ekspresi wajah klien tampak tenang/tidak gelisah

-Dan pasien tidak tampak meringis kesakitan lagi.

2 Kulit tidak memerah

panas tubuh mulai turun

3 Kerusakan lapisan kulit (dermis) mulai berkurang-sembuh

4 Kebutuhan aktivitas klien terpenuhi.

13

Page 14: Gangguan Sistem Lakrimal

5 Pasien mulai mengetahui dan memahami tentang penyakit yang diderita dan

mengetahui cara penanggulangannya

PENUTUP

Kesimpulan

Dakriosistitis adalah suatu infeksi pada kantong air mata (sakus lakrimalis).

Dakriosistitis terbagi atas akut dan kronik. Bentuk spesial dari inflamasi pada saccus

lacrimalis adalah Dakriosistitis Kongenital, dimana patofisiologinya terkait erat dengan

embryogenesis sistem eksresi lakrimal. Pada orang dewasa, perempuan lebih sering terkena

dakriosistitis. Umumnya dakriosistitis mengenai umur lebih dari 40 tahun, dan tertinggi pada

usia 60-70 tahun.

Pada Dakriosistitis Kongenital, kanalisasi yang tidak lengkap dari duktus

nasolakrimalis memiliki peran yang penting dari pathogenesis yang terjadi. Obstruksi dari

bagian bawah duktus nasolakrimalis seringkali ditemukan pada orang dewasa yang terkena

Dakriosistitis. Bakteri aerob dan non aerob bisa didapatkan pada kultur dari anak-anak dan

orang dewasa dengan Dakriosistitis.

14

Page 15: Gangguan Sistem Lakrimal

Infeksi menyebabkan nyeri di daerah sekitar kantong air mata yang tampak merah

dan membengkak. Mata menjadi merah dan berair serta mengeluarkan nanah.

Penderita juga mengalami demam. Jika infeksi yang ringan atau berulang berlangsung lama

maka sebagian besar gejala mungkin menghilang hanya pembengkakan ringan yang menetap.

Dakriosistitis akut biasanya berespons terhadap antibiotika sistemik yang memadai, dan

bentuk menahun sering dapat dipertahankan agar laten dengan tetesan antibiotika. Kompres

dengan menggunakan desinfektan juga berpengaruh positif terhadap gangguan klinis.

Meskipun begitu, menghilangkan obstruksi adalah penyembuhan satu-satunya.

DAFTAR PUSTAKA

Brunner and Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8. Vol 2. Jakarta

: EGC

Ilyas Sidarta. Ilmu Penyakit Mata. Edisi 3. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2008. P.2, P. 89-

104, P.105-6

James B.; Chew, C. Bron, A. eds. Oftalmologi. Edisi 9. Jakarta: Erlangga; 2006. P. 60

15

Page 16: Gangguan Sistem Lakrimal

16