Gangguan Somatisasi Bagian Indah

Embed Size (px)

Citation preview

  • 7/29/2019 Gangguan Somatisasi Bagian Indah

    1/11

    1. Gangguan SomatisasiGangguan somatisasi atau yang juga dikenal sebagai Briquets Syndrome dicirikan denganberbagai gejala somatik yang bermacam-macam (multipel), berulang dan sering berubah-ubahyang tidak dapat dijelaskan dengan pemeriksaan fisik maupun laboratorium. Gejala-gejalafisik tersebut umumnya telah berlangsung beberapa tahun sebelum pasien datang ke psikiater.

    Keluhan yang diutarakan pasien dapat meliputi berbagai sistem organ seperti gastrointestinal,seksual, saraf, dan bercampur dengan keluhan nyeri4.

    Gangguan ini bersifat kronis dan berkaitan dengan stressor psikologis yang bermakna,sehingga menimbulkan hendaya di bidang sosial dan okupasi serta adanya perilaku mencaripertolongan medis yang berlebihan.

    Etiologi

    Faktor PsikososialSecara psikososial, gejala-gejala pada gangguan somatisasi adalah bentuk komunikasi sosial

    yang bertujuan menghindarkan diri dari kewajiban, mengekspresikan emosi, ataumenyimbolkan perasaan.

    Faktor BiologisData genetik mengindikasikan adanya transmisi genetik pada gangguan somatisasi denganprevalensi 10-20% pada perempuan turunan pertama, sedangkan saudara laki-lakinyacenderung terlibat pada penyalahgunaan zat dan gangguan kepribadian antisosial.

    Prevalensi pada kembar monozigot adalah 29% dan pada kembar dizigot 10%7.

    Gambaran KlinisPasien dengan gangguan somatisasi umumnya hadir dengan riwayat medik yang panjang danrumit. Gejala-gejala somatik yang sering dikeluhkan antara lain4:

    Mual Muntah Sulit menelan Sakit pada lengan dan tungakai Nafas pendek (tidak disebabkan oleh olah raga) Amnesia Komplikasi kehamilan dan menstruasi Retensi urin Penglihatan kabur, dll.

    Pada gangguan ini sering kali terdapat penderitaan psikologik dan masalah interpersonal

    yang menonjol, seperti depresi atau cemas, yang memerlukan terapi khusus. Ancaman akanbunuh diri sering dilakukan, namun bunuh diri aktual sangat jarang terjadi. Pasien biasanya

    akan mengungkapkan keluhan dengan emosi yang berlebihan dan dramatis. Pasien dengangangguan somatisasi biasanya tampak mandiri, terpusat pada dirinya, haus penghargaan danpujian, serta manipulatif.

    Pedoman DiagnostikBerdasarkan DSM-IV-TR, diagnosis gangguan somatisasi terpenuhi apabila gejala diawali

    sebelum usia 30 tahun. Selama perjalanan gangguan, keluhan pasien harus memenuhi minimal 4gejala nyeri, 2 gejala gastrointestinal, 1 gejala seksual, dan 1 gejala pseudoneurologik, serta tidaksatu pun yang dapat dijelaskan melalui pemeriksaan fisik dan laboratorium. Berikut kriteriagangguan somatisasi menurut DSM-IV-TR4:

    A. Riwayat banyak keluhan fisik yang dimulai sebelum usia 30 tahun yang terjadi selamaperiode beberapa tahun dan membutuhkan terapi, yang menyebabkan gangguan bermaknadalam fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lain.

  • 7/29/2019 Gangguan Somatisasi Bagian Indah

    2/11

    B. Tiap kriteria berikut ini harus ditemukan, dengan gejala individual yang terjadi padasembarang waktu selama perjalanan gangguan:

    1. Empat gejala nyeri: riwayat nyeri yang berhubungan dengan sekurangnya empattempat atau fungsi yang berlainan (misalnya kepala, perut, punggung, sendi,anggota gerak, dada, rektum, selama menstruasi, selama hubungan seksual, atau

    selama miksi)

    2. Dua gejala gastrointestinal: riwayat sekurangnya dua gejala gastrointestinal selainnyeri (misalnya mual, kembung, muntah selain dari selama kehamilan, diare, atauintoleransi terhadap beberapa jenis makanan)

    3. Satu gejala seksual: riwayat sekurangnya satu gejala seksual atau reproduktifselain dari nyeri (misalnya indiferensi seksual, disfungsi erektil atau ejakulasi,menstruasi tidak teratur, perdarahan menstruasi berlebihan, muntah sepanjang

    kehamilan).

    4. Satu gejala pseudoneurologis: riwayat sekurangnya satu gejala atau defisit yangmengarahkan pada kondisi neurologis yang tidak terbatas pada nyeri (gejalakonversi seperti gangguan koordinasi atau keseimbangan, paralisis ataukelemahan setempat, sulit menelan atau benjolan di tenggorokan, afonia, retensiurin, halusinasi, hilangnya sensasi atau nyeri, pandangan ganda, kebutaan,

    ketulian, kejang; gejala disosiatif seperti amnesia; atau hilangnya kesadaranselain pingsan).

    C. Salah satu (1)atau (2):1. Setelah penelitian yang diperlukan, tiap gejala dalam kriteria B tidak dapat

    dijelaskan sepenuhnya oleh sebuah kondisi medis umum yang dikenal atau efeklangsung dan suatu zat (misalnya efek cedera, medikasi, obat, atau alkohol)

    2. Jika terdapat kondisi medis umum, keluhan fisik atau gangguan sosial ataupekerjaan yang ditimbulkannya adalah melebihi apa yang diperkirakan danriwayat penyakit, pemeriksaan fisik, atau temuan laboratorium.

    D. Gejala tidak ditimbulkan secara sengaja atau dibuat-buat (seperti gangguan buatan ataupura-pura).

    Sedangkan menurut PPDGJ III, diagnosis pasti dari gangguan somatisasi memerlukan semuahal berikut

    2:

    A. Adanya banyak keluhan fisik yang bermacam-macam yang tidak dapat dijelaskan atasadanya dasar kelainan fisik, yang sudah berlangsung sedikitnya 2 tahun.

    B. Tidak mau menerima nasihat atau penjelasan dari beberapa dokter bahwa tidak adakelainan fisik yang dapat menjelaskan kelainan-kelainannya.

    C. Terdapat disabilitas dalam fungsinya di masyarakat dan keluarga, yang berkaitan dengankeluhan keluhan nya dan dampak dari perilakunya.

    Perjalanan Penyakit dan PrognosisPada umumnya, perjalanan penyakit gangguan somatisasi bersifat kronik dengan

    diagnosis ditegakkan sebelum usia 25 tahun. Namun, gejala-gejala awal dari gangguan initerlah berlangsung sejak masa remaja seperti masalah menstruasi pada remaja perempuan.Keluhan-keluhan seksual yang terdapat pada gangguan ini biasanya disebabkan oleh masalahyang terjadi di dalam hubungan rumah tangga pasangan suami istri.

    Periode keluhan yang ringan berlangsung 9 hingga 12 bulan lamanya, sedangkan gejalayang berat dan pengembangan dari keluhan-keluhan baru berlangsung selama 6 sampai 9

  • 7/29/2019 Gangguan Somatisasi Bagian Indah

    3/11

    bulan. Kebanyakan pasien akan mulai mencari pertolongan medis sebelum gejalaberlangsung hingga 1 tahun. Eksaserbasi dari gejala-gejala somatik pada gangguansomatisasi dapat terjadi apabila terdapat peningkatan tekanan kehidupan4.

    TerapiPenanganan gangguan somatisasi sebaiknya dilakukan oleh seorang dokter saja. Hal

    ini dipertimbangkan sebagai cara yang terbaik untuk menangani pasien dengan gangguansomatisasi karena dengan demikian, pasien akan mendapatkan lebih sedikit kesempatan untukmengungkapkan keluhan somatiknya. Pertemuan sebaiknya dilaksanakan dengan reguleryaitu sekali sebulan dan dilakukan secara singkat. Pada saat pertemuan, walaupun akan selaluada kemungkinan bagi dokter untuk melakukan pemeriksaan fisik terhadap keluhan somatikbaru pasien, dokter disarankan untuk mendengarkan keluhan somatik sebagai ekspresiemosional dan bukan sebagai keluhan medis. Oleh karena itu, dokter pemeriksa harusmemiliki kemampuan untuk menilai antara keluhan yang harus ditanggapi secara medisdengan keluhan yang tidak.

    Pemeriksaan penunjang dan laboratorium sebaiknya dihindari pada pasien dengan

    gangguan somatisasi. Psikoterapi individual dan psikoterapi kelompok adalah jenis terapi

    yang disarankan agar pasien dapat mengatasi gejala-gejala yang dialaminya, mengekspresikanemosi yang mendasari, dan mengembangkan strategi alternative untuk mengungkapkanperasaannya.

    Terapi psikofarmaka dapat diberikan apabila terdapat gangguan lain (komorbid)seperti gangguan cemas dan depresi. Namun, pemberian psikofarmaka harus disertai dengan

    pengawasan ketat terhadap pemberian obat sebab pasien dengan gangguan somatisasicenderung menggunakan obat-obatan secara irrasional dan berganti-ganti

    7.

    2. Gangguan KonversiGangguan konversi mencakup gejala-gejala yang menandakan adanya gangguan ataupun

    defisit pada fungsi sensorik dan fungsi motorik voluntary yang dinilai telah diakibatkan oleh

    faktor-faktor psikologis karena telah didahului dengan konflik ataupun stressor-stresorkehidupan lainnya. Kumpulan gejala ini dikenal dengan sebutan hysteria, reaksi konversiatau reaksi disosiatif.

    Beberapa penelitian menunjukkan bahwa rasio perempuan dibandingkan dengan laki-lakidapat bervariasi dari 2:1 hingga 10:1 pada gangguan konversi. Gangguan ini banyak terjadipada populasi pedesaan, individu dengan pendidikan rendah, kelompok sosioekonomi rendah,dan anggota militer yang pernah terpapar dengan situasi peperangan. Gangguan ini jugasering disertai dengan gangguan depresi, cemas, skizofrenia, dan frekuensi gangguannyameningkat pada seseorang dengan anggota keluarga yang memiliki gangguan konversi juga

    4.

    Etiologi

    Faktor PsikoanalitikMenurut teori ini, gangguan konversi disebabkan oleh represi konflik-konflikintrapsikik yang tidak disadari dan konversi dari kecemasan ke dalam gejala fisik.Gejala-gejala pada gangguan konversi memiliki hubungan simbolik dengan konflikyang tidak disadari oleh pasien. Berbagai gejala ini juga memberikan peluang bagipasien untuk menunjukkan bahwa mereka membutuhkan perhatian dan penanganan

    yang khusus. Dengan begitu, gejala-gejala tersebut telah berfungsi sebagaipemberitahuan secara nonverbal bahwa pasien memiliki control dan manipulasiterhadap orang lain.

    Teori PembelajaranDi dalam teori ini, gejala-gejala pada gangguan konversi diyakini berasal dariperilaku yang dipelajari sejak kecil. Sebagai contoh, gejala fisik dari penyakit yang

    dialami pasien sewaktu kecil dapat digunakan sebagai coping mechanism dalamsituasi-situasi sulit yang dihadapinya ketika sudah dewasa.

  • 7/29/2019 Gangguan Somatisasi Bagian Indah

    4/11

    Faktor BiologisPemeriksaan pencitraan otak menunjukkan adanya hipometabolisme pada daerahhemisfer otak yang dominan dan hipermetabolisme pada daerah hemisfer yang non-dominan. Hal ini dapat mengganggu komunikasi antara kedua hemisfer otak danberujung pada gejala konversi. Rangsangan kortikal yang berlebih dapatmengakibatkan timbulnya umpan balik negatif antara korteks dan formasi retikulerbatang otak sehingga menimbulkan gejala konversi. Sebaliknya, output kortikofugalyang meningkat justru akan menghambat kesadaran pasien akan sensasi-sensasi yangterjadi di tubuhnya. Tes neuropsikologis terkadang menunjukkan gangguan serebralringan pada daya ingat, kewaspadaan, afek, dan atensi di pasien dengan gangguankonversi.

    Gambaran KlinisPada gangguan konversi, gejala yang paling sering terlihat adalah paralisis, buta, danmutisme. Gejala-gejala ini juga tidak jarang disertai dengan gejala depresi dancemas, dengan resiko tinggi pasien mengalami bunuh diri. Gangguan konversiumumnya berkaitan dengan gangguan kepribadian pasif-agressif, dependen,

    antisocial, dan histrionik.

    a. Gejala SensorikContoh dari gejala ini adalah anastesi dan parestesi terutama bagianekstrimitas. Gejala-gejala ini tidak sesuai dengan penyakit saraf pusatmaupun tepi. Gejala yang melibatkan organ sensorik khusus dapat

    menimbulkan ketulian, kebutaan, dan tunnel vision walaupun evaluasineurologis menunjukkan jaras sensorik yang intact ataupun pupil yangbereaksi terhadap cahaya.

    b. Gejala MotorikGejala ini terdiri dari gerakan abnormal, gangguan gaya berjalan (cth: astasia

    abasia), kelemahan dan paralisis. Dapat juga ditemukan tremor ritmik kasar,

    gerak koreoform, tik, dan menghentak-hentak yang memburuk bila pasienmendapat perhatian.c. Gejala Bangkitan

    Pseudo-seizures merupakan gejala yang dapat terlihat pada gangguankonversi. Namun, hanya sekitar 1/3 pasien dengan gejala tersebut yangdisertai dengan gangguan epilepsy.

    d. Gambaran klinis lainnya: Keuntungan primer : pasien memperoleh keuntungan primer dengan

    mempertahankan konflik internal di luar kesadarannya.

    Keuntungan sekunder: keuntungan nyata yang diperoleh pasien denganmenjadi sakit misalna dibebaskan dari kewajiban kehidupan yang sulit,

    bimbingan yang tak akan didapatkannya dalam situasi normal, dsb.

    La belle indifference: merupakan sikap angkuh yang tak sesuai terhadapgejala serius yang dialaminya. Pasien tampak tak peduli dengan hendayaberat yang dialaminya. Walaupun begitu, ada tidaknya la belle indifferencebukan dasar penilaian yang akurat untuk menegakkan gangguan konversi.

    Identifikasi: pasien secara tidak sadar meniru gejalanya dari seseorang yangbermakna bagi dirinya seperti orangtua atau seseorang yang menjadi modelbagi pasien

    7.

    Pedoman DiagnosisPedoman diagnosis gangguan konversi menurut DSM IV-TR adalah sebagai berikut:

    A. Satu atau lebih gejala atau defisit yang mengenai fungsi motorik volunter atausensorik yang mengarahkan pada kondisi neurologis atau kondisi medis lain.

  • 7/29/2019 Gangguan Somatisasi Bagian Indah

    5/11

    B. Faktor psikologis dipertimbangkan berhubungan dengan gejala atau defisit karenaawal atau eksaserbasi gejala atau defisit adalah didahului oleh konflik atau stresorlain.

    C. Gejala atau defisit tidak ditimbulkkan secara sengaja atau dibuat-buat (seperti padagangguan buatan atau berpura-pura).

    D. Gejala atau defisit tidak dapat, setelah penelitian yang diperlukan, dijelaskansepenuhnya oleh kondisi medis umum, atau oleh efek langsung suatu zat, atausebagai perilaku atau pengalaman yang diterima secara kultural.

    E. Gejala atau defisit menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis ataugangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lain atau memerlukanpemeriksaan medis.

    F. Gejala atau defisit tidak terbatas pada nyeri atau disfungsi seksual, tidak terjadisemata-mata selama perjalanan gangguan somatisasi, dan tidak dapat diterangkan

    dengan lebih baik oleh gangguan mental lain.

    Sebutkan tipe gejala atau defisit:

    Dengan gejata atau defisit motorik Dengan gejala atau defisit sensorik Dengan kejang atau konvulsi Dengan gambaran campuran4

    Sementara menurut PPDGJ III, pedoman diagnostik pasti dari gangguan konversi

    adalah sebagai berikut:

    A. Ciri-ciri klinis yang ditentukan untuk masing-masing gangguan yang tercantum padaF44.

    B. Tidak ada bukti adanya gangguan fisik yang dapat menjelaskan gejala-gejala tersebut.C. Bukti adanya penyebab psikologis, dalam bentuk hubungan waktu yang jelas dengan

    masalah dan peristiwa yang stressful atau hubungan interpersonal yang terganggu(meskipun hal tersebut disangkal oleh pasien)

    2.

    Perjalanan Penyakit dan PrognosisLebih dari 90% gejala awal pada pasien dengan gangguan konversi membaik dalam

    waktu beberapa hari hingga hampir satu bulan. Sebanyak 75% pasien tidak pernahmengalami gangguan ini lagi, namun 25% mengalami episode tambahan pada saat mengalami

    tekanan. Semakin lama gejala gangguan konversi ini berjalan, maka semakin buruk jugaprognosisnya. Sebanyak 25-50% pasien akan mempunyai gangguan neurologis ataupunkondisi non-psikiatrik lain yang akan mempengaruhi sistem persarafan di kemudian harinya.Oleh karena itu, pasien dengan gangguan tersebut harus segera dievaluasi secara neurologispada saat diagnosis ditegakkan.

    TerapiResolusi gejala gangguan konversi biasanya berlangsung spontan. Pasien dengan

    gangguan ini dapat diberikan psikoterapi suportif berorientasi tilikan atau terapi perilaku.Terapi hypnosis, anticemas, dan relaksasi sangat efektif dalam beberapa kasus. Pemberianamobarbital atau lorazepam parenteral dapat membantu memperoleh riwayat penyakit,terutama ketika pasien baru saja mengalami peristiwa yang traumatis.

  • 7/29/2019 Gangguan Somatisasi Bagian Indah

    6/11

    Pendekatan psikoanalisis dan psikoterapi berorientasi tilikan dapat menuntun pasienmenahami konflik intrapsikik dan symbol dari gejala-gejala yang dimilikinya. Semakin lamapasien menghayati peran sakit, maka pasien semakin regresi, sehingga pengobatan akansemakin sulit

    7.

    3. HipokondriasisHipokondriasis didefinisikan sebagai seseorang yang ter preokupasi dengan ketakutan ataukeyakinan menderita penyakit yang serius. Pasien memiliki interpretasi yang tidak realistisataupun akurat terhadap gejala atau sensasi fisik, meskipun tidak ditemukan penyebab medis.Ketakutan dan keyakinannya menimbulkan penderitaan bagi dirinya sendiri dan menganggukemampuannya untuk berfungsi secara baik di bidan sosial, interpersonal dan pekerjaan.Prevalensi pasien dengan hipokondriasis adalah 4-6% dari populasi pasien medik umum.Gejala-gejala dapat timbul di usia berapapun, namun paling sering di antara usia 20-30 tahun.

    EtiologiPasien hipokondriasis memiliki skema kognitif yang salah yang menyebabkan mereka salah

    menginterpretasikan sensasi fisik. Pasien menambah dan memperbesar sensasi somatik yangdialaminya karena rasa tidak nyaman secara fisik dan memiliki ambang toleransi yang rendah.

    Selain itu, gejala-gejala hipokondriasis dapat dipandang sebagai permintaan untuk

    mendapatkan peran sakit pada seseorang yang mengahadapi masalah berat yang tak dapatdiselesaikannya. Teori lain juga memandang gangguan ini sebagai bentuk varian darigangguan mental lainnya seperti depresi dan cemas. Sedangkan menurut teori psikodinamik,dorongan agresivitas dan permusuhan yang ditujukan kepada orang lain dipindahkan kedalam gangguan-gangguan somatik, seperti kemarahan, ketidakpuasan, atau penolakan dankehilangan di masa lalu. Hipokondriasis juga dipandang sebagai pertahanan terhadap rasabersalah, tanda dari kepedulian berlebihan terhadap diri sendiri, ataupun sebagai hukuman di

    masa lalu dari perasaaan bahwa dirinya jahat serta berdosa4.

    Gambaran KlinisPasien dengan hipokondriasis yakin bahwa mereka menderita penyakit serius yang belumdapat terdeteksi dan sangat sulit diyakinkan sebaliknya. Dengan berjalannya waktu,keyakinannya pun akan beralih ke penyakit lain.

    Meskipun DSM IV-TR menyatakan bahwa gangguan ini harus sudah berlangsung selama 6bulan, keadaan hipokondriakal sesaat dapat saja terjadi setelah sdanya tekanan yang beratseperti kematian atau penyakit serius yang diderita oleh orang yang bermakna bagi pasien.Keadaan ini harus didiagnosisi sebagai gangguan somatoform yang tak tergolongkan

    7.

    Pedoman Diagnostik

    Berdasarkan DSM IV-TR kriteria hipokondriasis adalah sbb:

    A. Preokupasi dengan ketakutan menderita, atau ide bahwa ia menderita, suatu penyakit seriusdidasarkan pada interpretasi keliru orang tersebut terhadap gejala-gejala tubuh.

    B. Preokupasi menetap walaupun telah dilakukan pemeriksaan medis yang tepat danpenentraman.

    C. Keyakinan dalam criteria A tidak memiliki intensitas waham (seperti gangguan delusional,tipe somatic) dan tidak terbatas pada kekawatiran tentang penampilan (seperti pada gangguandismorfik tubuh).

    D. Preokupasi menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau gangguan dalamfungsi social, pekerjaan atau fungsi penting lain.

  • 7/29/2019 Gangguan Somatisasi Bagian Indah

    7/11

    E. Lama gangguan sekurangnya 6 bulan.F. Preokupasi tidak dapat diterangkan lebih baik oleh gangguan kecemasan umum, gangguan

    obsesif kompulsif, gangguan panic, gangguan depresi berat, cemas perpisahan, atau gangguansomatoform lain

    4.

    Sedangkan berdasarkan PPDGJ III, untuk menentukan diagnosis pasti kedua haldibawah ini harus ada :

    A. Keyakinan yang menetap adanya sekurang-kurangnya satu penyakit fisik yang seriusyang melandasi keluhan-keluhan nya, meskipun pemeriksaan yang berulang-ulangtidak menunjang adanya alasan fisik yang memadai, ataupun adanya preokupasi yangmenetap kemungkinan deformitas atau perubahan penampakan fisik nya (tidaksampai waham);

    B. Tidak mau menerima nasehat atau dukungan penjelasan dari beberapa dokter bahwatidak ditemukan penyakit atau abnormalitas fisik yang melandasi keluhan-keluhan

    nya2.

    Perjalanan PenyakitPenyakit hipokondriasis memiliki perjalanan penyakit yang episodik, dimana setiap episodedapat berlangsung berbulan-bulan hingga tahunan dan dipisahkan oleh periode tenang yang

    sama lamanya. Kurang lebih sepertiga hingga setengah dari pasien hipokondriasis mengalamiperbaikan yang bermakna.

    TerapiPasien hipokondriasis biasanya menolak terapi psikiatrik. Psikoterapi kelompok bermanfaatbagi pasien hipokondriasis karena menyediakan dukungan sosial dan interaksi sosial sehinggamenurunkan kecemasan. Psikoterapi individual berorientasi tilikan, terapi perilaku, terapikognitif, dan hypnosis juga dapat bermanfaat. Pemeriksaan fisik yang terjadwal juga akan

    membuat pasien merasa tenang dan tahu bahwa dokternya tak meninggalkannya danmenangani keluhannyaa dengan serius. Farmakoterapi diberikan apabila pasien jugamemiliki gangguan cemas atau depresi

    7.

    4. Gangguan Tubuh DismorfikPasien dengan gangguan ini memiliki perasaan subyektif yang meliputi dirinya bahwa

    beberapa aspek dari penampilannya buruk padahal pada kenyataannya normal atau nyarisbaik. Inti dari gangguan ini adalah pasien berkeyakinan kuat atau takt apabila dirinya tidak

    menarik atau bahkan menjijikan. Pasien dengan gangguan tubuh dismorfik umumnya tidakmengunjungi psikiater melainkan dermatologis atau dokter bedah plastik. Pasien biasanyaberumur 15-30 tahun dan tidak menikah.

    EtiologiEtiologi dari gangguan ini tidak dikterhui, tapi diyakini berasosiasi dengan gangguan depresi.Selain itu, konsep stereotipik tentang kecantikan atau keindahan yang dianut dalam keluargaatau budaya tertentu akan berpengaruh besar pada pasien dengan gangguan tubuh dismorfik.

    Gambaran KlinisBiasanya, bagian tubuh yang menjadi keprihatinan adalah kekurangan pada wajah khususnyapada bagian-bagian tertentu seperti hidung atau mata. Selain itu, rambut, buah dada, dangenitalia juga merupakan bagian tubuh lain yang sering diprihatinkan. Pada pria biasanyayang menjadi pusat pikirannya adalah otot-ototnya. Pasien dengan gangguan ini seringmerasa orang lain memperhatikan bagian cacat/kekurangan di tubuhnya, sering bercermin,atau bahkan menghindari benda yang dapat memantulkan seperti cermin dan adanya usahauntuk menyembunikan bagian tubuh yang dianggap mempunayi deformitas dengan pakaian

  • 7/29/2019 Gangguan Somatisasi Bagian Indah

    8/11

    atau riasan. Gangguan ini berpengaruh apada kehidupan pasien, seperti penghindaran kontaksosial dan pekerjaan. Pasien juga memiliki cirri kepribadian obsesif-kompulsif, schizoid, dannarsisistik.

    Pedoman DiagnostikBerdasarkan DSM IV-TR, adalah sebagai berikut:

    A. Preokupasi dengan bayangan cacat dalam penampilan. Jika ditemukan sedikitanomaly tubuh, kekhawatiran orang tersebut adalah berlebihan dengan nyata.

    B. Preokupasi menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau gangguandalam fungsi social, pekerjaan, atau fungsi penting lainnya.

    C. Preokupasi tidak dapat diterangkan lebih baik oleh gangguan mental lain (misalnya,ketidakpuasan dengan bentuk dan ukuran tubuh pada anorexia nervosa)7

    Sementara, berdasarkan PPDGJ III, untuk diagnostik pasti harus dipenuhi kedua hal

    berikut ini:

    A. Keyakinan yang menetap perihal adanya sekurang-kurangnya satu penyakit fisik yangserius yang melandasi keluhan atau keluhan-keluhannya, meskipun pemeriksaan yangberulang tidak menujnang adanya alas an fisik yang memadai, ataupun adanya

    preokupasi yang menetap terhadap adanya deformitas atau perubahanbentuk/penampakan.

    B. Penolakan yang menetap dan tidak mau menerima nasihat atau dukungan penjelasandari beberapa dokter bahwa tidak ditemukan penyakit atau abnormalitas fisik yangmelandasi keluhan-keluhannya

    2.

    Perjalanan PenyakitMunculnya gejala dari gangguan ini biasanya bertahap. Kepedulian penderita gangguantubuh dismorfik terhadap bagian tubuh tertentu akan semakin menjadi-jadi sehingga berujungpada permintaan untuk operasi atau bantuan medis lainnya. Gangguan ini bersifat kronik.

    TerapiPada pasien dengan gangguan tubuh dismorfik, terapi dengan prosedur medic pembedahan,dermatologis, kedokteran gigi, dan yang lainnya biasanya tidak berhasil mengatasikeluhannya. Obat-obat SSRI seperti fluoxetine dan klomipramin dapat mengurangi gejalayang dikeluhkan minimal 50%. Bila terdapat gangguan mental lain yang menyertai maka

    pemberian psikoterapi dan farmakoterapi yang adekuat sebaiknya diberikan7.

    5. Gangguan NyeriPada gangguan ini, nyeri merupakan keluhan utama yang menjadi focus perhatian klinis.Nyeri dapat terjadi pada lebih dari satu tempat dan tidak dapat dimasukkan secara penuh

    sebagai kondisi medic nonpsikiatrik maupun neurologic. Gangguan ini berkaitan denganpenderitaan emosional dan hambatan dalam fungsi kehidupan. Gangguan nyeri merupakankeluhan tersering dalam praktek kedokteran, lebih banyak pada perempuan dibandingkandengan laki-laki

    4.

    Etiologi1. Faktor psikodinamik

    Pasien mungkin mengekspresikan konflik intrapsikik secara simbolik lewat tubuh. Pasienlain secara tak sadar menganggap luka emosional sebagai suatu kelemahan dan takdiperbolehkan secara sosial sehingga memindahkan masalah pada tubuhnya. Nyeri dapat

    berfungsi sebagai cara untuk memperoleh cinta, hukuman terhadap kesalahan, danmenebus rasa bersalah atau perasaan bahwa dirinya jahat.

  • 7/29/2019 Gangguan Somatisasi Bagian Indah

    9/11

    2. Faktor perilakuPerilaku nyeri diperkuat apabila dihargai dan dihambat apabila diabaikan atau diberihukuman.

    3. Faktor InterpersonalNyeri yang sulit diobati telah diketahui sebagai sarana untuk memanipulasi danmemperoleh keuntungan dalam hubungan interpersonal, misalnya untuk memastikankesetiaan anggota keluarga, dsb.

    4. Faktor biologisDefisiensi endorphin berhubungan dengan peningkatan stimulus sensorik yang datang.

    Gambaran KlinisPasien biasanya sekumpulan orang yang bersifat heterogen dengan nyeri pinggang bawah,sakit kepala, nyeri fasial atipikal, nyeri pelvic kronik, dan nyeri lainnya yang dapat terjadisetelah trauma,, neuropatik, neurologik, iatrogenic atau muskulaoskeletal. Pasien biasanyameimiliki riwayat prawatan medis dan pembedahan yang panjang. Gejala depresi beratterjadi pada 25-50% dari pasien gangguan nyeri.

    Pedoman DiagnostikBerdasarkan DSM-IV-TR:

    A. Nyeri pada satu atau lebih tempat anatomis merupakan pusat gambaran klinis dan cukupparah untuk memerlukan perhatian klinis.

    B. Nyeri menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau gangguan dalam fungsisocial, pekerjaan, atau fungsi penting lain.

    C. Factor psikologis dianggap memiliki peranan penting dalam onset, kemarahan,eksaserbasi atau bertahannya nyeri.

    D. Gejala atau deficit tidak ditimbulkan secara sengaja atau dibuat-buat (seperti padagangguan buatan atau berpura-pura).

    E. Nyeri tidak dapat diterangkan lebih baik oleh gangguan mood, kecemasan, atau gangguanpsikotik dan tidak memenuhi criteria dipareunia.

    Berdasarkan PPDGJ III, kriteria diagnosisnya adalah sebagai berikut:

    A. Keluhan utama adalah nyeri berat menyiksa dan menetap, yang tidak dapat dijelaskansepenuhnya atas dasar proses fisiologik maupun gangguan fisik.

    B. Nyeri timbul dalam hubungan dengan adanya konflik emosional atau masalah psikososialyang cukup jelas untuk dapat dijadika alasan dalam mempengaruhi adanya gangguantersebut.

    C. Dampaknya adalah meningkatnya perhatian dan dukungan baik personal maupun medisuntuk yang bersangkutan

    2.

    Perjalanan PenyakitNyeri umumnya muncul secara tiba-tiba dengan derajat keparahan meningkat dalam hitunganminggu atau bulan. Prognosis bervariasi, akan tetapi biasanya akan menjadi gangguan kronikdan menimbulkan penderitaaan dan ketidak-berdayaan yang parah.

    TerapiRehabilitasi harus disertakan ke dalam terapi pasien dengan gangguan ini. Farmakoterapiyang digunakan antara lain SSRI, antidepresan trisiklik, dan amfetamin. Sedangkan

    psikoterapi yang dipilih adalah terapi kognitif untuk mengubah pikiran negative danmengembangkan sikap positif.

  • 7/29/2019 Gangguan Somatisasi Bagian Indah

    10/11

    6. Gangguan Somatoform yang tidak terdiferensiasiGangguan somatoform yang tidak terdiferensiasi diciri-cirikan dengan satu atau lebih gejala

    fisik yang tidak dapat dijelaskan yang berlangsung selama paling sedikit 6 bulan. Terdapat duapola gejala yang dapat terlihat pada pasien golongan ini yaitu gangguan yang terkait dengansistem saraf otonom dan gangguan yang terkait dengan sensasi rasa fatigue ataupun kelemahan.PadaAutonomic arousal disorder, pasien terpengaruh dengan gejala-gejala gangguan somatoformyang terbatas pada gangguan fungsi saraf otonom saja. Gejala-gejala yang sering dikeluhkan olehpasien-pasien tersebut antara lain keluhan sistem kardiovaskular, respiratori, gastrointestinal,urogenital, dan dermatologikal. Beberapa pasien lainnya mengeluh akan kelemahan dan ketidakberdayaan melakukan pekerjaan sehari-hari oleh karenanya

    7.

    Keriteria Diagnosis untuk Gangguan Somatoform yang Tidak Digolongkan :

    a. Setelah pemeriksaan yang tepat, gejala tidak dapat dijelaskan sepenuhnya olehkondisi medis umum yang diketahui atau oleh efek langsung dan suatu zat(misalnya efek cedera, medikasi, obat, atau alkohol)

    b. Jika terdapat kondisi medis umum yang berhubungan, keluhan fisik ataugangguan sosial atau pekerjaan yang ditimbulkannya adalah melebihi apa yang

    diperkirakan menurut riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, atau temuanlaboratonium.

    A. Gejala menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau gangguan dalamfungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lainnya.

    B. Durasi gangguan sekurangnya enam bulan.C. Gangguan tidak dapat diterangkan lebih baik oleh gangguan mental lain (misalnya

    gangguan somatoform, disfungsi seksual, gangguan mood, gangguan kecemasan,gangguan tidur, atau gangguan psikotik).

    D. Gejala tidak ditimbulkan dengan sengaja atau dibuat-buat (seperti pada gangguan buatanatau berpura-pura)

    7. Gangguan Somatoform yang tidak terperinciDiagnosis ini digunakan apabila keluhan fisik bersifat multiple, bervariasi dan menetap, tetapitidak disertai dengan gambaran klinis yang khas dan lengkap dari gangguan somatisasi.Sebagai contoh, pasien mengemukakan keluhan-keluhan tidak dramatis dan tidak kuat,keluhan yang diutarakan tidak terlalu banyak, atau tidak ada gangguan pada fungsi sosial dankeluarga. Pada diagnosa ini, belum dapat diketahui pasti ada tidaknya faktor psikologis yangmendasari, namun tidak boleh ditemukan adanya faktor fisik yang mendasari keluhan-keluhanpasien

    2.

    Pedoman diagnosis untuk gangguan somatoform yang tidak terperinci adalah sebagai berikut:

    A. Pseudokiesis : keyakinan palsu sedang hamil, yang disertai dengan tanda objektif kehamilan,yang dapat berupa pembesaran perut (walaupun umbilicus tidak menjadi menonjol),

    penurunan aliran menstruasi, amenorea, sensasi subjektif gerakan janin, dan nyeri persalinanpada tanggal yang diperkirakan terjadinya persalinan. Perubahan endokrin mungkinditemukan tetapi sindroma tidak dapat dijelaskan oleh suatu kondisi medis umum yangmenyebabkan perubahan endokrin (misalnya, tumor yang mensekresikan hormone).

    B. Suatu gangguan yang melibatkan gejala hipokondriasis non psikiatrik dengan lama kurangdari 6 bulan

    C. Suatu gangguan yang melibatkan keluhan fisik yang tidak dapat dijelaskan (misalnya.Kelelahan atau kelemahan tubuh) dengan lama kurang dari 6 bulan yang tidak karena

    gangguan mental lain7.

  • 7/29/2019 Gangguan Somatisasi Bagian Indah

    11/11