Upload
rabbani-hafidata-jannata
View
109
Download
4
Embed Size (px)
DESCRIPTION
case
Citation preview
LAPORAN KASUS
GEOGRAPHIC TONGUE PADA USIA DEWASA MUDA DENGAN FAKTOR PREDISPOSISI STRES
Oleh :
RABBANI HAFIDATA JANNATANIM 091611101001
Instruktur: Dr. drg. IDA Ratna Dewanti, M. Si.
BAGIAN ORAL MEDICINEFAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS JEMBER 2013
PENDAHULUAN
Lidah merupakan suatu organ otot yang terdapat di rongga mulut. Lidah
berfungsi dalam proses penelanan, membantu mencampur dan mempertahankan
makanan agar berada diantara gigi saat pengunyahan, alat perasa makanan,
pengecapan dan fonetik. Keadaan anomali pada lidah banyak dijumpai dalam
masyarakat. Beberapa kelainan yang terjadi menunjukkan keadaan klinis yang
nyata pada lidah. Kelainan yang terdapat pada lidah salah satunya adalah
geographic tongue. Geographic tongue merupakan suatu peradangan jinak pada
lidah yang disebabkan pengelupasan keratin superfisial dan papilla filiformisnya.
Keadaan ini biasanya tidak menunjukkan gelaja, namun kadang terjadi
peningkatan sensitivitas pada jenis makanan yang panas dan pedas. Etiologi dari
geographic tongue belum diketahui secara pasti. Gambaran klinis geographic
tongue mungkin mengkhawatirkan, tetapi hal ini tidak menyebabkan masalah
kesehatan dan tidak berhubungan dengan infeksi atau kanker. Geographic tongue
menyebabkan ketidaknyamanan pada lidah dan meningkatkan sensitivitas
terhadap rasa panas dan pedas.
LAPORAN KASUS
Seorang pasien wanita, 19 tahun, sedang menjalani proses rawat jalan di
RSGM FKG UNEJ dengan keluhan lidah bagian tengah terasa sakit terutama saat
makan makanan panas dan pedas. Kondisi tersebut berlangsung sejak ± 2 hari
yang lalu, muncul tiba-tiba, sembuh sendiri dan tidak pernah diobati selama ± 5
tahun. Pasien tidak mengetahui penyebab rasa sakit pada lidahnya. Pasien
mengaku saat ini sedang stres karena padatnya jadwal kuliah dan organisasi.
Kondisi saat ini sakit.
Keadaan pasien cukup baik, hasil dari perhitungan Body Mass Index (BMI)
menunjukkan bahwa pasien normal. Pemeriksaan ekstra oral pada bibir, pipi,
sudut mulut, kelenjar saliva dan kelenjar limfe normal. Pemeriksaan intra oral
pada mukosa pipi kanan dan kiri menunjukkan adanya garis putih setinggi
oklusal, tidak dapat dikerok, dan tidak sakit. Sedangkan pada lidah terdapat atropi
papila, kemerahan, tepi berupa garis putih, bentukan seperti pulau, disertai fisur
single, kedalaman ± 7 mm, panjang ± 4 cm, dan sakit (Gambar 1). Pada gingiva
rahang bawah, terdapat warna kemerahan, kontur membulat, konsistensi kenyal,
dan tidak sakit. Pemeriksaan pada mukosa labial, bucal fold, dasar mulut,
palatum, tonsil, dan faring normal.
Gambar 1. Gambaran klinis pada lidah
Hasil anamnesa dan pemeriksaan klinis, pasien didiagnosa geographic
tongue disertai fissure. Pasien diinstruksikan menggunakan obat kumur Tantum
Verde 3x sehari sebanyak 15 ml dan mengkonsumsi multivitamin yaitu
Feroglobin 1x sehari, serta menjaga kebersihan rongga mulut. Pasien juga
dianjurkan untuk istirahat yang cukup, memperbanyak konsumsi buah dan sayur
serta mengurangi konsumsi makanan panas dan pedas. Pasien mengalami
perbaikan gejala selama perawatan berlangsung (Gambar 2).
Gambar 2. Gambaran klinis pada lidah setelah dilakukan perawatan
selama + 7 hari
PEMBAHASAN
Geographic tongue disebut juga benign migratory glossitis yang
merupakan gangguan peradangan jinak yang umum terdapat pada lidah. Etiologi
sampai sekarang belum diketahui, meskipun pola warisan juga dimungkinkan.
Kondisi ini terdapat suatu daerah yang bentuknya tidak teratur seperti pulau,
berbatas jelas, berwarna kemerahan dan tidak berpapilla, dengan penipisan dari
epithelium dorsal lidah, biasanya dikelilingi oleh suatu daerah tipis garis
keratinisasi dari papilla yang beregenerasi, yang warnanya lebih putih daripada
permukaan lidah disekelilingnya.
Geographic tongue merupakan suatu keadaan peradangan jinak yang
disebabkan oleh pengelupasan keratin superfisial dan papilla filiformis. Keadaan
ini terbatas pada dorsal dan tepi lateral dua pertiga anterior lidah dan hanya
mengenai papilla filiformis. Perkembangan spontan dan regenerasi dari daerah
yang terkena menyebabkan munculnya istilah wandering rash, migratory glossitis
dan geographic tongue. Lesi biasanya multipel meskipun lesi single mungkin
terjadi. Karakteristik lesi kebanyakan bertahan dalam waktu singkat di satu area
daripada menghilang dan muncul kembali di kemudian hari pada daerah lain
lidah. Kondisi ini relatif umum dan dapat menyerang pada berbagai usia. Lebih
sering terjadi pada wanita dibandingkan pada pria. Biasanya penderita tidak
menyadari adanya geographic tongue karena kondisi ini tanpa gejala, walaupun
sebagian diantaranya mengeluh adanya rasa terbakar dan tidak nyaman pada
waktu makan, terutama bila makan makanan panas dan pedas.
Diagnosis geographic tongue ditegakkan berdasarkan hasil anamnesis dan
pemeriksaan klinis pada pasien. Pada anamnesa didapatkan adanya keluhan rasa
perih pada lidah saat digunakan untuk makan. Terlebih saat memakan makanan
panas dan pedas. Hal ini terjadi sejak ± 2 hari yang lalu, muncul tiba-tiba,
sembuh sendiri dan tidak pernah diobati selama ± 5 tahun. Pasien juga mengaku
sedang stress karena padatnya jadwal kuliah dan organisasi. Sedangkan hasil dari
pemeriksaan klinis lidah didapatkan adanya daerah atropi papilla dengan daerah
sekelilingnya berwarna putih hyperkeratosis, bentukan menyerupai pulau dan
sakit, serta terdapat fisur panjang pada bagian tengah lidah. Adanya berbagai hasil
tersebut membantu penegakan diagnosa ditetapkan. Berbagai literatur
menerangkan bahwa etiologi dari geographic tongue masih belum diketahui
secara pasti, namun banyak faktor-faktor yang memperparah kondisi tersebut.
Dalam kasus ini faktor predisposisi dari geographic tongue adalah stress yang
dikarenakan kesibukan kuliah dan organisasi.
Kondisi stress memicu peningkatan adenocorticotropic hormon sehingga
merangsang korteks adrenal mengeluarkan hormon glukokortikoid. Pada keadaan
stress, sekresi glukokortikoid sangat tinggi sehingga kadarnya tinggi di dalam
sistemik. Ketika glukokortikoid berada pada kadar rendah akan berikatan dengan
reseptor mineralokortikoid di dalam sel. Tetapi pada kadar tinggi, glukokortikoid
akan berikatan dengan reseptornya sendiri, yaitu glucocorticoid reseptor. Dengan
terikatnya glukokortikoid pada reseptornya sendiri, maka peristiwa ini akan
membuat faktor-faktor transkripsi gen yaitu IkappaBα menahan NF-kappaβ di
sitoplasma. NF-kappaβ tertahan dan tidak bisa transmigrasi ke nukleus, padahal
tugasnya membantu transkripsi gen-gen penyandi sitokin. Sitokin merupakan
mediator utama respon imun terhadap mikroorganisme, tumor dan antigen.
Dengan tertahannya NF-kappaβ di sitoplasma, maka ekspresi sitokin ditekan
secara simultan. Bila sitokin ditekan, maka akan berpengaruh terhadap pertahanan
sel, sistem imunitas, dan proliferasi sel. Pada kasus geographic tongue terjadi
atropi papila, dimana hal ini disebabkan dari adanya gangguan dari proses
proliferasi sel yang menurun.
Penatalaksanaan kasus geographic tongue dilakukan dengan cara koreksi
faktor predisposisi. Koreksi terhadap faktor predisposisi dapat dilakukan dengan
mengimbangi aktivitas yang padat dengan istirahat yang cukup, dan
mengkonsumsi vitamin. Untuk mengurangi rasa sakit pada geographic tongue,
diberikan obat kumur Tantum Verde yang digunakan 3x sehari sebanyak 15 ml,
dan untuk memperbaiki nutrisi diberikan vitamin yaitu Feroglobin yang diminum
1x sehari serta banyak mengkonsumsi buah dan sayuran. Hasil dari perawatan
selama satu minggu menunjukkan perbaikan dari lesi dan berkurangnya rasa sakit
yang timbul.
KESIMPULAN
Geographic tongue disebut juga benign migratory glossitis merupakan
suatu kelainan yang terdapat pada lidah dimana terlihat daerah kemerahan atropi
papilla, dikelilingi daerah putih hiperkeratosis menyerupai gambaran pulau yang
dapat hilang dan muncul kembali. Faktor predisposisi dari kasus geographic
tongue ini adalah stress, dimana setelah dilakukan perawatan dengan instruksi
yang benar selama satu minggu terjadi perbaikan pada lesi dan rasa sakit
berkurang pada lidah.
REFERENSI
Cayford, J.J. & Haskell, R. 1991. Penyakit Mulut. Edisi 2. Alih Bahasa oleh drg.
Lilian Yuwono. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Greenberg, M.S. & Glick, M. 2003. Burket’s Oral Medicine Diagnosis and
Treatment. 10th Edition. USA: BC Decker Inc.
Langlais, Robert P. dan Miller, Craig S. 1998. Atlas Berwarna : Kelainan Rongga
Mulut yang Lazim. Jakarta : Hipokrates
Laskaris, G. 2005. Treatment of Oral Disease a Concise Textbook. Thieme: USA.
Lewis, Michael A.O. 1998. Tinjauan Klinis Penyakit Mulut (Clinical Oral
Medicine). Jakarta : Widya Medika
Lynch, M. A., Brightman, V.I. dan Greenberg, M.S.. 1994. Ilmu
Penyakit Mulut: Diagnosis dan Terapi. Jakarta : Binarupa Aksara