29
MAKALAH Geopolitik Global dan perebutan penguasaan sumber-sumber mineral dan energi Mata Kuliah Teknologi Management Kewirausahaan Disusun Oleh : Yudha Pratama Nugraha Irianto Situmorang 270110130102 GEOLOGI B PROGRAM STUDI S1 FAKULTAS TEKNIK GEOLOGI UNIVERSITAS PADJADJARAN BANDUNG 2014

Geopolitik Global

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Geopolitik Global

Citation preview

  • MAKALAH

    Geopolitik Global dan perebutan penguasaan sumber-sumber

    mineral dan energi

    Mata Kuliah Teknologi Management Kewirausahaan

    Disusun Oleh :

    Yudha Pratama Nugraha Irianto Situmorang

    270110130102

    GEOLOGI B

    PROGRAM STUDI S1 FAKULTAS TEKNIK GEOLOGI

    UNIVERSITAS PADJADJARAN

    BANDUNG

    2014

  • ii

    Kata Pengantar

    Puji dan Syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya

    saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Geopolitik Global dan perebutan penguasaan

    sumber-sumber mineral dan energi dengan baik dan tepat waktu.

    Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh Bapak Dr. Nana Sulaksana.

    Makalah ini menjelaskan tentang apa itu dan bagaimana Geopolitik Global dan perebutan penguasaan

    sumber-sumber mineral dan energi.

    Melalui Makalah ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan pembaca

    mengenai Geopolitik Global dan perebutan penguasaan sumber-sumber mineral dan energi. Dalam

    penulisan makalah ini, tidak luput dari berbagai macam kesalahan dan kekurangan. Kritik dan Saran

    yang membangun penulis terima dengan lapang dada. Demi menambah pengetahuan Penulis dan

    demi kesempurnaan makalah ini.

    Jatinangor, 8 Desember 2014

    Penulis

    Yudha Pratama Nugraha Irianto Situmorang

  • iii

    DAFTAR ISI

    KATA PENGANTAR..... ii

    DAFTAR ISI...iii

    BAB I PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang ..1

    1.2 Maksud dan Tujuan Penulisan...2

    BAB II PEMBAHASAN

    2.1 Pengertian Geopolitik........3

    2.2 Perkembangan Geopolitik Global.....4

    2.3 Contoh Langsung Geopolitik Dunia.........8

    2.4 Sumber Daya Minyak dalam Kacamata Geopolitik....9

    2.5 Perebutan Wilayah Sumber daya Mineral dan Minyak...11

    2.6 Perebutan Sumber daya Air di Asia15

    2.7 Konflik Laut Cina dan ASEAN..20

    BAB III PENUTUP

    Kesimpulan.......24

    DAFTAR PUSTAKA ...........26

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Geopolitik, dari bahasa Yunani (bumi) dan (politik), secara luas merujuk pada

    hubungan antara politik dan teritori dalam skala lokal atau internasional. Geopolitik mencakup

    praktik analisis, prasyarat, perkiraan, dan pemakaian kekuatan politik terhadap suatu wilayah.

    Secara spesifik, geopolitik merupakan metode analisis kebijakan luar negeri yang berupaya

    memahami, menjelaskan, dan memperkirakan perilaku politik internasional dalam variabel

    geografi. Variabel geografi tersebut umumnya mengarah pada: lokasi geografis negara atau

    negara yang dipertanyakan, ukuran negara yang terlibat, iklim wilayah tempat negara tersebut

    berada, topografi wilayah, demografi, sumber daya alam, dan perkembangan teknologi. Secara

    tradisional, istilah ini lebih digunakan pada dampak geografi terhadap politik, namun

    pemakaiannya telah berubah dalam satu abad terakhir untuk mencakup konotasi yang lebih

    luas. Geopolitik secara tradisional menunjukkan hubungan antara kekuatan politik dan ruang

    geografis. Dalam artian konkret, geopolitik sering dilihat sebagai pemikiran yang mempelajari

    prasyarat strategis berdasarkan kepentingan relatif kekuatan daratan dan laut dalam sejarah

    dunia. Tradisi geopolitik secara konsisten mempelajari korelasi kekuatan geopolitik dalam

    politik dunia, identifikasi wilayah inti internasional, dan hubungan antara kemampuan laut dan

    darat.

    Secara akademik, studi geopolitik mencakup analisis geografi, sejarah, dan ilmu sosial

    dengan mengacu pada politik ruang dan pola-polanya dalam berbagai skala. Geopolitik

    memiliki cakupan multidisipliner, dan meliputi segala aspek ilmu sosial dengan penekanan

    tertentu terhadap geografi politik, hubungan internasional, aspek teritorial ilmu politik, dan

    hukum internasional. Selain itu, studi geopolitik meliputi studi hubungan bersama antara

    kepentingan aktor politik internasional, kepentingan yang terfokus pada wilayah, ruang,

    elemen geografis, hubungan yang menciptakan sistem geopolitik.

  • 2

    1.2 Maksud dan Tujuan Penulisan

    Adapun maksud dan tujuan dalam pembuatan makalah ini adalah :

    Memenuhi tugas mata kuliah teknologi manajemen kewirausahaan

    Mengetahui bagaimana Geopolitik Global

    Mengetahui bagaimana perebutan penguasaan sumber-sumber mineral dan energi

  • 3

    BAB II

    PEMBAHASAN

    2.1 Pengertian Geopolitik

    Geopolitik berasal dari kata geo dan politik.Geo berarti bumi dan politik berasal dari bahasa

    Yunani polite. Poli artinya kesatuan masyarakat yang berdiri sendiri dan teia artinya urusan.Geopolitik

    biasa juga di sebut dengan wawasan nusantara. Geopolitik diartikan sebagai sistem politik atau

    peraturan-peraturan dalam wujud kebijaksanaan dan strategi nasional yang didorong oleh aspirasi

    nasional geografik (kepentingan yang menitik beratkan pada pertimbangan geografik, wilayah atau

    toritorial dalam arti luas) suatu negara, yang apabila dilaksanakan dan berhasil akan berdampak

    langsung atau tidak langsung kapada sistem politik suatu negara. Istilah geopolitik pertama kali

    diartikan oleh Frederich Ratzel sebagai ilmu bumi politik (political geography) yang kemudian

    diperluas oleh Rudolf Kjellen menjadi geographical politic, disingkat geopolitik.

    Pengertian Geopolitik Menurut Beberapa Ahli:

    Rudolf Kjelln seorang ilmuwan politik Swedia, pada awal abad ke-20 mendefinisikan Geopolitik

    adalah seni dan praktek penggunaan kekuasaan politik atas suatu wilayah tertentu.

    Karl Haushofer (1869-1946), yang terinspirasi ide-rezim Nazi, ditambah proses politik dengan

    definisi Geopolitics (Cohen, 2003): "Geopolitics adalah sains nasional baru negara, sebuah doktrin pada

    determinesme spasial semua proses politik, berdasarkan dasar-dasar geografi yang luas, terutama dari

    geografi politik." Geografi Politik Haushofer dianggap sebagai bagian penting dari Geopolitics.

    Saul Bernard Cohen menggunakan definisi ini dalam buku 2003: "Geopolitics adalah analisis

    interaksi antara, di satu sisi, pengaturan dan perspektif geografis dan, di sisi lain, proses-proses politik.

    Baik pengaturan geografis dan proses politik yang dinamis, dan masing-masing mempengaruhi dan

    dipengaruhi oleh yang lain. Geopolitics alamat konsekuensi dari interaksi ini. " Definisi berfokus pada

    interaksi dinamis antara daya dan ruang. Ini bebas (Cordellier, 2005) juga berfokus pada kekuasaan

    (politik) dan ruang: Ini menekankan bahwa analisis geopolitik seharusnya merupakan refleksi objektif

    dunia.

    Menurut Hagget, Geografi Politik merupakan cabang geografi manusia yang bidang kajiannya

    adalah aspek keruangan pemerintahan atau kenegaraan yang meliputi hubungan regional dan

    internasional, pemerintahan atau kenegaraan dipermukaan bumi. Dalam geografi politik, lingkungan

    geografi dijadikan sebagai dasar perkembangan dan hubungan kenegaraan. Bidang kajian geografi

    politik relative luas, seperti aspek keruangan, aspek politik, aspek hubungan regional, dan internasional.

    Menurut Hafeznia, MR 2006.Prinsip-prinsip dan Konsep Geopolitics. Popoli Publikasi: Iran,

    Geopolitik sebagai cabang dari geografi politik adalah studi tentang hubungan timbale balik antara

    geografi, politik dan kekuasaan dan juga interaksi yang timbul dari kombinasi dari mereka dengan satu

  • 4

    sama lain. Dimana menurut definisi ini, geopolitik merupakan suatu disiplin ilmu dan memiliki ilmu

    dasar alam.

    2.2 Perkembangan Geopolitik Global

    Geopolitik yang terjadi di dunia ini selalu mengalami perkembangan. Geopolitik dapat

    diartikan sebagai ilmu yang mempelajari mengenai kebijakan-kebijakan yang dilaksanakan

    dengan keterkaitannya dalam aspek yang menyangkut keadaan geografisnya. Namun,

    sebelumnya geopolitik tidak bisa dilepas begitu saja tanpa adanya geostrategi. Keberadaan dari

    geostrategi memiliki keterikatan erat oleh geopolitik karena geostrategi dianggap sebagai

    pelaksana dalam geopolitik. Geopolitik dianggap sebagai hal-hal yang berpengaruh terhadap

    kondisi geografis yang nantinya akan mendukung kepentingan nasional negara (Sulistyo 2014).

    Selain itu, keberadaan dari geopolitik telah memunculkan adanya teori-teori yang dibuat oleh

    kaum-kaum intelektual, khususnya para ahli seperti yaitu Friedrich Ratzel dan Karl Haushofer.

    Menurut Friedrich, teori geopolitik merupakan suatu wilayah yang memerlukan ruang hidup

    dan semakin luas yang didasari untuk memenuhi kebutuhanya. Hal tersebut dimaksudkan

    bahwa dengan adanya kebutuhan dari negara tersebut akan mampu untuk mendesak dari

    keberlangsungan kehidupan negara lain karena pengaruh akan sumber dayanya yang semakin

    tinggi. Sedangkan, menurut Haushofer, teori geopolitik didasarkan pada teori ruang dan

    kekuatan. Hal tersebut dapat dilihat dengan adanya pembagian dalam keberadaan dari

    Lebensraum, autarki, dan pembagian dunia yang dibagi menjadi empat kawasan (Pan Region)

    (Unhas LMS t. t.).

    Masa-masa terjadinya geopolitik tersebut dapat dibagi berdasarkan polis, imperium, dan

    the new world order. Pembagian yang terjadi ini secara singkat telah menjelaskan bahwa

    keberadaan dari geopolitik ini dapat berubah sesuai dengan keadaan yang dialami dari setiap

    masa-masa tersebut dengan dilihat perubahan pada aspek time, space, people, dan struggle.

    Pemahaman yang mencakup pada aspek time tersebut berpengaruh pada dinamika terhadap

    fenomena yang terjadi pada setiap masa. Aspek space mengenai ruang yang dijadikan sebagai

    objek geopolitik. Aspek people mengenai aktor-aktor yang berpengaruh dalam setiap masa

    (geopolitik). Sedangkan, aspek struggle membahas mengenai usaha yang dilakukan negara

    untuk survive dalam pencapaian pemenuhan kebutuhan hidupnya (Sulistyo 2014).

  • 5

    Perubahan pada masa polis ini dapat dilihat dengan keberadaan yang bermula pada abad

    ke-16, yang ditandai dengan pelayaran yang dilakukan oleh Vasco da Gama dan Columbus.

    Pelayaran yang dilakukan oleh kedua belah pihak tersebut dianggap sebagai penanda bahwa

    keadaan geopolitik telah berubah, yaitu pada masa polis. Pada masa polis keadaan geopolitik

    masih berfokus pada wilayahnya masing-masing atau dapat dikatakan masih berpusat pada

    pelaksanaan dari tindakan diplomasi. Hal tersebut menunjukkan bahwa geopolitik pada masa

    polis masih memegang teguh pada pelaksanaan yang masih berpusat pada city-state. Namun,

    dengan perbedaan dari keberadaan dua masa geopolitik tersebut telah menjelaskan bahwa pada

    masa setelah masa polis tersebut telah semakin membuka perdagangan yang terjadi di dunia.

    Pelayaran yang dilakukan oleh Vasco da Gama maupun Columbus telah mampu membuka

    tatanan dunia yang saling terbuka untuk membuka pasar dunia. Dalam Grygiel (2006, 42)

    dijelaskan bahwa perdagangan tersebut mampu membuka jaringan global. Selain itu, dengan

    keterbukaan yang terjadi tersebut mampu untuk mempermudah kebutuhan yang dibutuhkan

    oleh masing-masing pihak. Keterbukaan yang terjadi ini berlangsung pada negara-negara yang

    khususnya berada pada kawasan Eropa dan Asia. Perdagangan yang berlangsung ini juga

    membawa tujuan atau maksud lain dengan menyebarkan paham-paham keyakinan dari setiap

    kawasan.

    Kembali pada masa imperium, yang bisa dijelaskan dengan keberadaan dari Kekaisaran

    Ottoman. Masa tersebut lebih menekankan pada tindakan perebutan wilayah yang berpihak

    pada keuntungan yang ingin diambil dari sumber daya dan perdagangannya. Kekuasaan ini

    lebih berfokus pada perebutan kekuasaan terhadap land power. Kekuasaan dari land power

    dianggap sebagai hal yang terpenting dibandingkan dengan kekuasaan pada wilayah perairan

    (Spyksmen 1944). Selain itu, dalam Grygiel (1972) dijelaskan bahwa masa imperium ini

    terletak pada tindakan ekspansinya. Penyebaran yang dilakukan tersebut telah diungkapkan

    pada paragraf sebelumnya mengenai pembukaan perdagangan yang semakin global dan

    penyebaran agama-agama yang dilakukan sebagai salah satu tujuan yang dilakukan dari

    pedaganga-pedagang masa tersebut. Keberadaan dari imperium tidak dapat dikatakan sebagai

    kekuasaan yang tunggal karena kekuasaan dari masa tersebut menjadi hancur karena terjadinya

    perubahan pemetaan geopolitik untuk kawasan Asia yang mengakibatkan ketidakmampuan

    untuk beradaptasi dengan perubahan tersebut. Hal tersebut sesuai dengan kejadian yang

    dialami pada masa Kekaisaran Ottoman (Grygiel 2006, 88).

    Kehancuran yang dirasakan pada masa imperium tersebut kemudian digantikan dengan

    kemunculan sistem nation-state. Hilangnya masa tersebut karena keberadaan dari Perjanjian

  • 6

    Westphalia. Perjanjian tersebut dianggap mampu untuk merubah keadaan dari negara-negara

    yang sudah diakui kedaulatannya di dunia internasional (Watson 1992, 186). Namun,

    keberadaan dari nation-state telah dianggap menciptakan sebuah keadaan dunia yang baru

    disebut dengan the new world order. Kemunculan dari the new world order ini tidak terlepas

    dari keberadaan Perang Dingin. Hal tersebut dapat dilihat dengan Perang Dingin keberadaan

    dari negara superpower, yaitu Amerika, yang terlihat lebih dominan. kedominannya ini

    dianggap sebagai bentuk yang menandakan bahwa keadaan geopolitik yang terjadi sebelumnya

    setidaknya sudah merubah bentuknya secara perlahan. Keberadaan dari Amerika ini seakan

    membuat wajah baru dalam perpolitikan yang terjadi di dunia. Keberadaan dari Amerika ini

    memang lebih terlihat dengan pada masa Perang Dingin karena pada masa tersebut Amerika

    sedang berkonflik dengan Uni Soviet. Keberadaan dari kedua negara ini ingin memberikan

    influence terhadap negara-negara lain. Keadaan tersebut kemudian merubah padangan dunia

    bahwa keadaan dunia saat ini lebih dipengaruhi dengan keberadaan dari sikap yang harus

    ditentukan dalam menentukan kebijakan luar negeri yang akan digunakan. Dalam O Tuathail

    et. al (1998) dijelaskan bahwa permasalahan tersebut kemudian merubah pandangan dari

    geopolitik pada saat itu bahwa geopolitik lebih mengarah pada sebuah tindakan, yaitu cara

    dalam melawan kekuatan dari negara lain. cara yang diberlakukan kedua negara tersebut

    terlihat dengan keberadaan dari nuklir. Keberadaan nuklir tersebut seakan sebagai sebuah

    penggertak untuk menunjukkan kekuatan yang paling kuat.

    Namun, pendapat berbeda dari pemikirian Gorbachev mengenai keberadaan nuklir.

    Dalam artikel Gorbachev (1998) menjelaskan bahwa nuklir dianggap sebagai tindakan

    irrasional. Hal ini dimaksudkan bahwa dengan nuklir akan dapat mengganggu ketentraman

    dunia. Selain itu, nuklir tersebut juga akan memunculkan adanya efek total destruction dan

    balance of terror. Pemikiran Gorbachev ini berhubungan dengan adanya perubahan dari

    anggapan bahwa dengan adanya lawan harus diubah menjadi mitra. Perubahan pandangan ini

    kemudian akan membantu dalam pemikiran bahwa dunia akan menjadi lebih aman karena

    terdapat perdamaian yang akan mampu menggeser kepentingan individu (suatu negara) yang

    nantinya akan lebih condong dengan terbentuknya keamanan. Hal ini kemudian menunjukkan

    bahwa geopolitik pada masa perang dingin lebih mengarah pada tindakan preventif dan

    defensif.

    Kemunculan dari the new world order tersebut, kemudian berpengaruh terhadap

    berakhirnya end of history. Hal tersebut dimaksudkan karena pasca Perang Dingin dua negara

  • 7

    superpower yang ingin mempengaruhi dunia akhirnya ditentukan dengan hasil bahwa Uni

    Soviet terpecah belah dan paham liberalisme semakin mendunia (Fukuyama 1998, 122). Selain

    itu, dengan kemunculan dari tatanan sistem dunia yang baru tersebut telah memberikan dampak

    terhadap kemunculan dari globalisasi yang tampak semakin nyata. Dampak tersebut dijelaskan

    di dalam Agnew (2001) dengan semakin terbukan perdagangan yang ditandai dengan

    keterbukaan pasar yang semakin bebas ini semakin mampu untuk merubah dunia untuk

    mengarah pada terjadinya revolusi pada bidang pengeahuan dan teknologi, serta dengan

    semakin mengarahnya dunia pada sistem yang semakin menghomogenisasi pada aspek-aspek

    tertentu seperti aspek budaya dan ekonomi.

    Globalisasi yang mempengaruhi dunia ini juga telah menyadarkan bahwa keterkaitan

    geopolitik pada the new world order ini masih dipengaruhi dari keberadaan imperialisme (masa

    imperium). Imperialisme tersebut dapat terlihat dengan keberadaan makanan-makanan cepat

    saji yang tersebar di seluruh dunia. Hal tersebut dilakukan karena kaum imperialis beranggapan

    bahwa negara akan melakukan tindakan apapun untuk mencapai tujuannya. Tujuan tersebut

    kemudian mempengaruhi pada keadaan geopolitik pada masa the new world order. Selain itu,

    sistem tatanan dunia baru ini telah memunculkan adanya penggolongan dari negara-negara

    yang ada di dunia, yaitu superpower, major power, dan minor power. Namun, terdapat pendapat

    berbeda yang dijelaskan oleh Agnew (1998) mengenai pembagian dunia, yaitu civilizational

    geopolitic, naturalized geopolitic, dan ideological geopolitic.

    Berdasarkan uraian dia atas, maka disimpulkan bahwa keberdaan dari geopolitik dan

    geostrategi ini telah memberikan penjelasan bahwa geopolitik dan geostrategi pada setiap masa

    memiliki karakteristik masing-masing. Geopolitik ini memiliki pandangan utamanya dalam

    diskursus politik internasional. Dalam hal ini ditekankan untuk menguasai dunia dengan

    memegang kondisi termgeografisnya. Selain itu, terdapat penjelasan bahwa pola dunia terbagi

    atas tiga, yaitu heartland, inner crescent, dan outer crescent. Geopolitik lebih mengacu pada

    hubungan yang menggabungkan antara teori Darwin dengan perjuangan geopolitik terhadap

    ruang. Geopolitik yang lebih menekankan fokusnya pada wilayah lautan (Putra t. t.). Namun,

    dengan karakteristik tersebut juga terdapat hal yang paling berpengaruh dari keadaan geopolitik

    yang berhubungan potensi sumber daya alam. Keberadaan dari geopolitik tersebut disesuaikan

    dengan perkembangan yang dialami dari masa ke masa dan disesuaikan dengan kepentingan

    yang ingin dicapai dari masing-masing pihak. Keberadaan dari geopolitik tersebut secara

    ringkas dijelaskan sesuai dengan time, space, people, dan struggle.

  • 8

    2.3 Contoh Langsung Geopolitik Dunia

    Sejak berakhirnya era perang dingin yang ditandai dengan bubarnya Uni Soviet, telah

    terjadi ketidak seimbangan kekuatan utama dunia. Amerika sebagai satu satunya negara kuat

    memperlihatkan sekaligus memanfaatkan hegemoninya atas negara negara lain. Lihatlah

    konflik yang terjadi di Irak, Iran, Afganistan, Pakistan, Afrika bagian utara dimana kehadiran

    militer negeri Paman Sam begitu nyata. Konflik Irak misalnya, melalui Presiden George W.

    Bush, Amerika memutuskan menyerang Irak atas tuduhan sepihak atas kepemilikan senjata

    kimia yang sampai sekarang tidak jelas pembuktiannya.

    Rentetan perang ini tidak saja melibatkan keunggulan teknologi militer atas lawan

    perangnya tapi juga memperlihatkan hegemoni kelompok blok barat yang diwakili oleh

    Amerika dan NATO. Mereka benar benar memanfaatkan ketidak hadiran kekuatan

    penyeimbang yang dulunya datang dari kekuatan Pakta Warsawa yang dimotori oleh Rusia.

    Sementara di belahan dunia lain, di Afrika bagian utara dan sebagian timur tengah terjadi

    gelombang kesadaran baru dari rakyat yang dikenal dengan arabic spring, menuntut pergantian

    rezim yang dinilai tidak lagi bekerja demi kemakmuran rakyat. Gerakan ini dimulai 10

    Desember 2010 ketika gelombang demostrasi dan protes rakyat berhasil menggulingkan

    pemerintahan di Tunisia diikuti Yaman dan Libya. Gelombang protes lain juga sedang

    berlangsung di Bahrain, Suriah, Aljeria, Iraq, Kuwait, Yordania, Maroko dan Arab Saudi.

    Kesadaran baru dunia arab ini tidak melulu soal pergantian rezim semata, tetapi juga

    menyangkut tata geopolitik kawasan yang akan mempengaruhi geopolitik dunia secara

    keseluruhan. Lihat saja bagaimana campur tangan asing dalam konflik konflik tersebut.

    Kejatuhan pemimpin Libya, Moammar Khadafi oleh rakyatnya tidak lepas dari campur tangan

    militer Amerika dan NATO yang memberikan bantuan militer berupa payung udara kepada

    pemberontak. Pertanyaannya adalah, kenapa mereka mau membantu para pemberontak?

    Ialah karena Khadafi dikenal sebagai pemimpin yang membawa Libya menjadi sekutu Soviet

    di masa lalu. Mungkin perlu diingatkan bagaimana perubahan sikap Amerika memusuhi Iran

    sekarang ini dibandingkan sikap bersahabat mereka ketika Iran masih dipimpin oleh Shah reza

    Pahlevi yang pro barat sebelum ditumbangkan melalui revolusi islam tahun 1979.

    Campur tangan asing jelas bukanlah suatu kebetulan. Ini merupakan usaha yang sengaja

    dilakukan untuk mempertahankan pengaruh atau mengembalikan pengaruh negara negara

    adidaya dalam percaturan global. Kejatuhan Husni Mubarak di Mesir jelas menghawatirkan

    barat. Mereka takut Mesir akan jatuh ke tangan kekuatan Islam yang tidak pro barat seperti

    bagaimana Mubarak dikenal sebelumnya. Menarik untuk melihat sikap barat terhadap rezim

    yang akan berkuasa di Mesir setelah tumbangnya Husni Mubarak yang pro barat.

  • 9

    Melihat perkembangan tersebut, tidaklah mengherankan mengapa kemudian Rusia

    menolak pendekatan militer untuk menyelesaikan konflik nuklir Iran dan mati matian

    menolak pergantian rezim di Suriah dengan cara cara yang telah dilakukan barat terhadap

    Tunisia, Maroko dan Yaman. Suriah adalah kawan lama di era Soviet dan menjadi satu

    satunya pangkalan militer Rusia yang masih tersisa di kawasan itu. Sedangkan Iran secara tegas

    menyatakan menolak zionisme dan berjanji akan menghancurkan zionisme yang notabene

    adalah sekutu abadi Amerika.

    2.4 Sumber Daya Minyak dalam Kacamata Geopolitik

    Sudah sejak lama, sumber daya menjadi hal yang selalu diperebutkan, hingga pada

    akhirnya dapat menimbulkan peperangan. Kolonialisme dan imperialisme yang terjadi pada

    zaman dahulu merupakan salah satu bukti nyata terjadinya peperangan yang dilatarbelakangi

    perebutan kekuasaan atas sumber daya. Dalam konteks masa lalu tersebut, bangsa Eropa

    merintis perjalanan laut dengan memanfaatkan sea power. Kondisi seperti ini sesuai dengan

    apa yang diekspektasikan dan digambarkan oleh Mahan. Perebutan dalam konteks tersebut

    telah menimbulkan persaingan geopolitikal-ekonomi atau Resource War. Kajian mengenai

    Resource War sendiri muncul pada sekitaran tahun 1980. Pada kala itu Amerika menyadari

    ancaman Soviet yang memiliki akses ke ladang minyak Timur Tengah dan mineral di Afrika.

    Tidak hanya menimbulkan persaingan dan kompetisi antar negara-negara besar yang terletak

    jauh dari tempat resource, perang juga dapat menimbulkan konflik internasl kawasan tempat

    resource tersebut ada.

    Lantas apa yang melatarbelakangi negara-negara untuk saling berebut resource?

    Persaingan yang terjadi diantara mereka dalam hal resource bertujuan untuk menjamin

    keberlangsungan pengembangan teknologinya. Tujuan daripada pengembangan teknologi itu

    sendiri tidak lain adalah untuk mempertahankan ataupun untuk mendapatkan power lebih.

    Sementara minyak, yang menjadi topik pembahasan dalam jurnal kali ini, memiliki tinngkat

    urgensi yang tinggi sebagai sumber energi internasoinal. Sehingga tidak salah jika minyak

    dijuluki sebagai salah satu resource yang dapat menimbulkan konflik dan perang. Pada akhir

    tahun 1900, banyak sekali perang yang berkecamuk, terutama di kawasan sekitar Timur

    Tengah, Asia Tengah, dan Afrika. Perang-perang yang terjadi itu dijuluki sebagai Resource

    War, dimana terjadi ketegangan bersenjata yang mempermasalahkan perjanjian dalam

    mengamankan tujuan dan posisi negara-negara besar terhadap material yang sangat penting itu

    (Le Billon. 2005: 1). Negara-negara besar, utamanya, memerlukan suntikan bahan bakar

    minyak yang sangat besar untuk mengembangkan industri, teknologi, dan bahkan fisik mereka.

  • 10

    Pada zaman imperialisme dan kolonialisme, konsepsi geopolitik dan juga geostrategi

    yang diterapkan oleh negara kebanyakan mengacu pada perdaganga, terutama rempah-rempah.

    Kemudian pada akhir abad ke delapan belas terjadi perlombaan teknologi. Kondisi tang

    demikian menginspirasi Mackinder yang munucl dengan teori heartland-nya. Fokus kemudian

    bergeser pada akhir tahun 1980-an menjadi persaingan terhadap penguasaan minyak.

    Bagaimanapun juga, sejak zaman dahulu hingga sekarang, fakta historis tersebut menunjukkan

    pergerakan aktor yang selalu didasari oleh kepentingan masing-masing. Sebut saja misalnya

    Perang Teluk yang terjadi pada sekitaran tahun 1980 hingga 1990-an, dimana Irak menginvasi

    Kuwait yang dipicu oleh produksi minyak berlebih Kuwait yang mengakibatkan harga minyak

    jatuh. Amerika Serikat sendiri, pada berbagai kebijakannya telah berupaya untuk dapat

    menguasai minyak di Timur Tengah. Dengan War on Terrorism sebagai alibinya, Amerika

    dengan begitu saja mengintervensi dan mengacak-acak kehidupan internal negara Timur

    Tengah yang dicurigai pihak Amerika sebagai dalang dari terorisme.

    Urgensi minyak sebagai sesuatu yang dibutuhkan untuk keperluan industri, berkembang

    seiring dengan pertumbuhan industri kendaraan bermotot pada awal tahun 1900-an. Memasuki

    era Perang Dunia pertama, penggunaan sumber energi yang dahulunya menggunakan batu bara

    beralih pada penggunaan minyak. Hal inilah yang menandai semakin dianggap pentingnya

    minyak.

    Dalam hubungan internasional, negara-negara yang memiliki sumber minyak tergabung

    dalam suatu organisasi yang bernama OPEC atau Organization of the Petroleum Exporting

    Countries. Logika dasarnya, jika suatu negara memilik sebuah sumber daya yang besar yang

    dibutuhkan oleh semua negara di dunia, maka negara tersebut akan dapat dengan mudah

    mendulamg pundi-pundi untuk kemudian membangun negaranya sendiri menajdi sebuah

    negara yang besar, kuat, dan tangguh. Lebih dari itu, negara-negara anggota OPEC merupakan

    negara-negara yang memproduksi empat puluh persen kebutuhan minyak dunia, dan

    menyimpan kurang lebih delapan puluh persen cadangan minyak dunia. Negara Timur Tengah

    sendiri memiliki cadangan minyak dunia sebesar delapan puluh lima persen. Kekayaan akan

    minyak, yang merupakan sumber energi tersebut, yang dimiliki oleh OPEC menjadikan mereka

    sebagai negara-negara yang berada dala posisi yang sangat strategi dalam ekonomi dan politik.

    Namun sayangnya, sebagian dari negara-negara anggota OPEC tersebut tidak sebanding

    dengan kondisi negara-negara maju.

    Di sisi lain, negara-negara yang mengkonsumsi minyak sebesar dua pertiga tergabung

    dalam OECD atau Organization for Economic Cooperation and Development. Selain sebagai

    motor kapitalisme dalam ranah industri, minyak juga menjadi hal penting yang merupakan

  • 11

    motor penggerak militer dan juga pertahanan negara. Sebut saja Amerika, misalnya, yang

    delapan puluh persen dari totoal anggaran dana pertahunnya dihabiskan untuk belanja energi.

    Energi-energi tersebut tidak lain untuk menjalankan kendaraan militernya, kafelari, pesawat

    terbang, kapal perang, dan sebagainya. Minyak merupakan suatu komoditi yang memiliki

    tingakta urgensi yang teramat tinggi. Selain sebagai penunjang dalam bidang ekonomi dan

    industri, minyak juga dibutuhkan untuk militer dan pertahanan negara. Minyak, bagi penulis,

    merupakan sesuatu yang sangat basic. Sebab, tanpa minyak, efektifitas produksi barang dan

    jasa yang menyervis masyarakat umum akan tertanggu, dan kemudian dapat menimbulkan

    suatu gejolak. Oleh karenanya, tidak jarang negara-negara terlibat dalam konflik perebutan

    sumber daya, energi, dan bahkan minyak.

    2.5 Perebutan Penguasaan Sumber-Sumber Mineral dan Minyak

    Dua negara dalam waktu yang bersamaan mengeluarkan ancaman penyerangan terhadap

    negara kaya minyak yaitu Iran, dua negara tersebut adalah Inggris dan Israel

    Kelihatannya terdapat suatu pola dimana isu-isu diluar penguasaan Sumber Daya Alam

    seperti isu HAM, Isu Demokratisasi, dan Isu Senjata Pemusnah Massal dijadikan pintu masuk

    bagi negara-negara besar dan sekutunya untuk menguasai negara yang kaya Sumber Daya

    Alam.

    Kasus Irak dan Libya adalah contoh nyata penggunaan isu Senjata Pemusnah Massal, isu

    HAM dan isu demokratisasi sebagai alasan keterlibatan negara-negara besar dan sekutunya

    dalam peperangan. Irak adalah negara pertama yang dijadikan proyek penguasaan sumber daya

    alam berupa ladang minyak dengan berlindung dibalik isu penghancuran senjata pemusnah

    massal dan penghancuran rezim anti demokrasi. Dalam kasus Irak seolah tujuan penguasaan

    ladang minyak diabaikan dan ditutupi dengan tujuan penghancuran senjata pemusnah

    massal dan kemudian penggulingan rezim tiran dan otoriter yang digembar-gemborkan melalui

    jaringan media massa yang juga dikuasai negara-negara penyerang; pencitraan yang muncul

    dan dominan di media massa dunia menyatakan memang ada keuntungan bagi rakyat Irak

    berupa jatuhnya rezim tiran dan otoriter Saddam Husein, Pemerintahan Demokratis pun

    terbentuk sudah, kebebasan terbit di negeri yang dulunya tirani meraja dan itulah anugerah

    terbesar yang diberikan Barat kepada rakyat Irak.

    Keterlibatan negara-negara besar di Libya juga kurang lebih sama namun dengan cara

    yang lebih halus dan mulia yaitu membantu (bukan menyerang secara langsung) membebaskan

    rakyat Libya dari rezim tiran Moamar Khadafi yang telah tega membunuhi rakyatnya sendiri.

    Sama seperti kasus Irak di atas, melalui media massa dunia yang memang telah dikuasai

  • 12

    negara-negara besar tersebut maka pencitraan yang muncul adalah rakyat Libya telah terbebas

    dari pemerintah tiran, demokratisasi telah terbit dan itulah anugerah terbesar bagi rakyat Libya.

    Namun dari kedua kasus keterlibatan negara-negara besar di Irak dan Libya yang tidak

    dimunculkan dalam arus besar berita dunia dan penggalangan opini dunia di media massa dunia

    yang memang telah dikuasai oleh negera-negara besar tersebut adalah penguasaan secara nyata

    atas ladang-ladang minyak Irak dan Libya, karena tentunya tidak ada makan siang gratis.

    Amerika serikat dan sekutunya di Irak telah mengeluarkan anggaran perang yang tidak sedikit

    dan ribuan prajuritnya tewas demikian pula dengan keterlibatan negara-negara Eropa yang

    tergabung dalam NATO tidak sedikit pula menggerogoti anggaran negara negara-negara yang

    terlibat dan sesungguhnya juga tengah menghadapi krisis keuangan yang bisa menyebar di

    seluruh kawasan Eropa. Negosiasi-negosiasi tingkat tinggi yang tidak diketahui rakyat yang

    sedang mabuk kebebasan telah bermain sehingga telah dan akan menentukan perusahaan mana

    yanga akan ditunjuk untuk mengeksploitasi ladang-ladang minyak tersebut dengan konsesi

    menggiurkan yang akan memberikan dampak ekonomis yang signifikan bagi negara-negara

    besar tersebut diatas.

    Tidak banyak yang jelek dari demokratisasi, demokrasi membawa kebebasan berpendapat,

    berkumpul dan memungkinkan orang biasa sama kedudukannya di mata negara, dan sudah

    seharusnya semua negara adalah demokratis sebagaimana amanat piagam PBB namun yang

    ingin saya katakan adalah isu demokratisasi, isu HAM dan isu penghancuran senjata pemusnah

    massal juga dimanfaatkan negara-negara besar untuk menguasai sumber-sumber daya alam

    negara kaya SDA

    Dan kali ini giliran Iran yang ingin dikuasai kekayaan sumber daya alamnya berupa minyak

    dengan alasan penghancuran senjata pemusnah massal berupa fasilitas pabrik senjata nuklir.

    Bangsa, Negara dan Pemerintah Indonesia sudah seharusnya mewaspadai pola-pola

    penguasaan SDA oleh negara-negara besar ini dan mengantisipasi sejak dini dengan

    memperkuat diplomasi luar negeri, angkatan perang, pemerataan kesejahteraan dan

    pembangunan antar wilayah di dalam negeri, dan peningkatan penegakan hukum dan HAM di

    dalam negeri, ingat masalah Papua segera diselesaikan tanpa melanggar hukum dan HAM tak

    lain dan tak bukan karena kekayaan alam Papua telah menjadi incaran negara-negara besar di

    kawasan, saya tidak ingin terjadi kasus Timor Timur kedua di negeri ini.

    Mineral

    Sengketa Batas wilayah antara Kabupaten Tana Tidung dengan Kabupaten Nunukan di

    Provinsi Kalimantan Utara (Kaltara) yang berada di Linuang Kayam hingga kini belum ada

  • 13

    kejelasannya secara resmi, bahkan kedua belah pihak masih menunggu proses keputusan yang

    diserahkan oleh Pemprov Kaltim ke Pemerintah Pusat.

    Wakil Ketua I DPRD Tana Tidung, HM. Inuch mengatakan, sengketa batas wilayah ini

    ditenggarai dengan masing-masing daerah merasa memiliki kawasan dengan potensi sumber

    daya alam (SDA) berupa mineral yang cukup besar, bahkan dua perusahaan pertambangan

    sudah beroperasi dilokasi tersebut.

    Saat ini, batas wilayah terdapat lima pulau yang includ atau masuk dalam wilayah Kabupaten

    Tana Tidung, (KTT) namun adanya Undang-undang pembentukan Kabupaten Nunukan nomor

    34 tahun 1999 yang sebelumnya ada pada Kabupaten Bulungan.

    Sengketa ini sudah berjalan lama, mulai Tana Tidung belum terbentuk, Linuang Kayam

    menjadi sengketa antara Kabupaten Bulungan dengan Nunukan, tuturnya.

    Inuch mengatakan bahwa Linuang Kayam sendiri merupakan kawasan Kabupaten Tana

    Tidung jika dilihat dari sejarah awal adanya kawasan linuang kayam, karena dilihat dari dua

    sisi sungai yaitu sungai sembakung yang masuk Nunukan dan sungai sesayap yang masuk Tana

    Tidung sementara, pertambangan yang sudah beroperasi masuk dalam kawasan Sungai

    Sesayap.

    Jadi berdasarkan sejarahnya sudah pasti Linuang Kayam milik KTT, ini diperkuat dari data,

    dokumen dan fakta sejarahnya telah kami serahkan ke pemerintah pusat untuk di tindak lanjuti,

    meski begitu kami meminta pusat dapat memutuskan dengan adil, dalam waktu dekat saya

    akan mendampingi Bupati Undunsyah lagi untuk memenuhi panggilan ke pemerintah pusat,

    tuturnya.

    Ia mengatakan, bahwa sengketa ini tidak akan selesai bila kedua belah pihak tidak

    dipertemukan karena sampai saat ini masing-masing pihak tetap ngotot bahwa kawasan ini

    masuk daerah mereka dan Kabupaten Tana Tidung sendiri juga berkeyakinan Linuang Kayam

    masuk teritorialnya.

  • 14

    Sebelumnya, Pemerintah pusat memastikan

    DAS Linuang Kayam seluruhnya masuk ke

    wilayah Kabupaten Nunukan dengan

    berdasarkan Undang-Undang Nomor 47/1999

    yang menjadi dasar pembentukan Kabupaten

    Nunukan, berpisah dari Kabupaten Bulungan.

    Kepala Badan Pengelolaan Perbatasan

    Kabupaten Nunukan Faridil Murad

    mengatakan ada sejumlah hal yang menguatkan kepemilikan DAS Linuang Kayam sebagai

    bagian dari Kabupaten Nunukan. Selain Undang-Undang 47/1999, pemerintah pusat juga

    mengacu pada peta kerajaan Bulungan. Bahkan pada tahun 1941, Residen Bulungan

    menetapkan Linuang Kayam masuk wilayah Kecamatan Sembakung.

    Jadi dasar pemerintah menetapkan itu UU 47/1999, kemudian peta Kerajaan Bulungan

    kemudian keputusan Gubernur tahun 1978, batas wilayah kecamatan, kemudian penetapan dari

    Kabupaten Bulungan batas Kecamatan Sembakung. Itu ada semua, berdasarkan itu Linuang

    Kayam masuk Kabupaten Nunukan, ujarnya.

    Faridil mengatakan, keputusan tersebut disampaikan kepada kedua daerah yang bersengketa

    pada pertemuan pekan lalu di Jakarta. Ia mengatakan, Pemkab Nunukan tinggal menunggu

    surat keputusan penyelesaian sengketa dimaksud dari Menteri Dalam Negeri.

    Masalah KTT terima atau tidak terima, itu bukan urusan kita. Terserah mereka ujarnya.

    Sebelumnya Pemerintah Kabupaten Nunukan juga menerima royalti dana perimbangan sebesar

    Rp 180 miliar dari produksi batu bara PT Mandiri Inti Perkasa (MIP) yang beroperasi di sekitar

    DAS Sungai Linuang Kayam. Penyelesaian sengketa antara Kabupaten Nunukan dan Pemkab

    KTT sebelumnya mentok di Pemprov Kaltim. Karena kedua daerah bersengketa menolak

    keputusan Pemprov Kaltim.

    Perbatasan linuang kayam

    Sementara, Pemprov Kaltim sempat merilis telah melakukan berbagai upaya dengan

    menarik batas dari Provinsi Kalimantan Timur sesuai hasil rapat teknis Tim Penegasan Batas

  • 15

    Daerah yang dilaksanakan pada tanggal 19 Agustus 2010 dengan kesimpulan, tim Pemprov

    Kaltim menyepakati tarikan dimulai dari Muara Sungai Linuang Kayam (Pilar

    Terpasang/Pulau Mandul) menyusuri sungai Linuang Kayam sampai Muara Sungai

    Bengkawat dan selanjutnya menyusuri ke hulu Sungai Bengkawat hingga garis batas versi

    Kabupaten Nunukan pada antara titik 4 dan 5.

    Kemudian mengikuti tarikan garis batas Kabupaten Nunukan hingga ke hulu Sungai

    Lagub dan menyusuri ke hilir Sungai Lagub hingga ke Sungai Linuang Kayam yang

    selanjutnya mengikuti tarikan garis batas UndangUndang Nomor 34/ 2007 sampai ke garis

    batas versi Kabupaten Nunukan antara titik 11 dan 12 menuju ke titik 3 sampai ke titik 1 yang

    selanjutnya menuju ke titik pertigaan kesepakatan tahun 2005.

    Kemudian hasil tarikan batas tersebut pada tanggal 26 Agustus 2010 telah

    dikonsultasikan ke Bakosurtanal dengan hasil tarikan batas dimulai dari titik kesepakatan (pilar

    terpasang) langsung mengikuti sungai Linuang Kayam sampai ke muara sungai Bengkawat

    dan selanjutnya menyusuri Sungai Bengkawat sampai hulu sungai tersebut.

    Kemudian hulu Sungai Bengkawat ditarik lurus dengan arah azimuth 295 4 17 menuju

    hulu Sungai Lagob dan selanjutnya dari Sungai Lagob menuju Sungai Linuang Kayam

    kemudian mengikuti hulu Sungai Linuang Kayam dan ditarik lurus menuju titik 3 Berita Acara

    kesepakatan tahun 2007.

    Sengketa tapal batas ini sempat memanas setelah Pemkab KTT menghentikan tiga

    perusahaan tambang batu bara yang beroperasi di Linuang Kayam. Secara yuridis klaim

    Pemkab KTT atas wilayah sepanjang Sungai Linuang Kayam didasarkan pada Undang-

    Undang Nomor 34/2006 tentang Pembentukan KTT.

    Dalam undang-undang tersebut secara geografis Linuang Kayam termasuk bagian dari

    wilayah KTT. Sementara Pemkab Nunukan bersikukuh, Undang-Undang 47/1999 yang

    menjadi legal formal wilayah Kabupaten Nunukan hingga kini masih berlaku.

    2.6 Konflik Perebutan Energi Air di Asia

    a. Konflik Laut Kaspia

    Laut Kaspia merupakan kawasan di sekitar negara-negara kawasan Asia Tengah yang

    memiliki sumber daya alam minyak dan gas alam yang tinggi di dalamnya. Laut Kaspia terletak

    di antara Azerbaijan, Iran, Kazakhstan, Russia dan Turkmenistan. Kita tahu bahwa minyak

    merupakan suatu komoditi yang sangat vital bagi kehidupan manusia ketika disadari bahwa

    minyak tergolong sebagai sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui. Perburuan akan

    sumber daya alam minyak semakin meningkat ketika banyak negara mulai memasukkan

  • 16

    kebutuhan tersebut sebagai salah satuinterest yang harus dipenuhi atau bahkan dikuasai

    semenjak Perang Dunia I hingga saat ini demi berbagai kepentingan mulai dari kebutuhan

    energi hingga sebagai pelumas senjata. Faktanya, sejak 1970 konsumsi energi dunia semakin

    meningkat hingga sebesar 84 persen, yaitu sekitar 207 hingga 382 kuadriliun BTU (British

    Thermal Unit) dan diperkirakan semakin meningkat lagi sebesar 60 persen dua puluh tahun

    kemudian. Michel Collon pernah menuliskan suatu hal dalam bukunya yang

    berjudulMonopoly, yakni, If you want to rule the world you need to control the oil. All the

    oil. Anywhere. Karena jelas bahwa minyak merupakan salah satu kebutuhan vital manusia

    dalam kehidupan sehari-hari.

    Selain karena kepemilikan sumber daya alam minyak yang besar di Laut Kaspia, kawasan

    tersebut menjadi penting karena beberapa keunggulan, diantaranya yang pertama, jika dilihat

    dari segi geografis, Laut Kaspia merupakan jalur hubungan komunikasi antara benua Eropa

    dan Asia yang lebih dikenal sebagai Eurasian Pearl. Dapat disebut demikian karena Laut

    Kaspia dapat menyediakan kesempatan transportasi barang maupun penumpang antara negara-

    negara kawasan tersebut, serta menjadi kawasan strategis sebagai rute transit yang besar bagi

    Eropa, Arab Saudi, Asia Timur serta wilayah selatan Laut Kaspia. Kedua, Laut Kaspia

    memiliki reputasi yang sangat baik dalam aspek perikanan dan menyediakan banyak

    kesempatan kerja bidang tersebut. Serta yang terakhir adalah Laut Kaspia juga memiliki

    kualitas caviar yang baik sebagai makanan mewah dan menjadi representasi kemakmuran.

    Selain Laut Kaspia, Asia Tengah juga merupakan kepentingan utama bagi negara-negara

    besar ketika Mackinder menempatkannya sebagai wilayah heartland yang sangat strategis.

    Dalam teorinya, Mackinder menjelaskan bahwasanya siapa saja yang mampu

    menguasai heartland, maka dia akan dapat menguasai dunia. Maka kemudian, banyak negara

    yang memiliki berbagai kepentingan demi menguasai kawasan tersebut, negara besar yang

    menginginkan kawasan tersebut sebagai contohnya ialah Amerika Serikat dan Rusia. Amerika

    Serikat dalam hal ini memiliki kepentingan minyak yang besar terhadap negara-negara

    kawasan Asia Tengah dikarenakan adanya dorongan kebutuhan konsumsi Amerika Serikat

    akan minyak yang semakin meningkat, bahkan pada tahun 1991 saja, Amerika Serikat

    mengkonsumsi hingga 17 juta barrel per harinya. Dorongan tersebut kemudian dijawab oleh

    negara-negara kawasan Asia Tengah yang memiliki cadangan sumber daya alam minyak

    dengan kualitas bagus, karena itulah kemudian Amerika Serikat berusaha untuk dapat

    mengadakan berbagai kerja sama dengan negara kawasan Asia Tengah agar kemudian Amerika

    Serikat dapat memastika akses energi minyak yang lancar di kawasan tersebut. Selain itu,

  • 17

    kawasan Asia Tengah digunakan oleh Amerika Serikat sebagai kawasan pembendung sphere

    of influence komunis Rusia agar tidak semakin menyebar.

    Semenjak peristiwa pengeboman gedung World Trade Center dan Pentagon pada 11

    September 2001, Amerika Serikat kemudian juga berfokus pada kebijakan war on

    terrorism untuk mencegah agar negara kawasan tersebut tidak menjadi tempat perlindungan

    para teroris. Dengan demikian, Amerika Serikat juga dapat mencapai kepentingan nasionalnya

    dengan menjaga stabilitas keamanan regional dari aksi-aksi terorisme karena dirasa banyak

    negara Asia Tengah yang memiliki cadangan uranium yang besar, sehingga dikhawatirkan hal

    tersebut akan disalahgunakan oleh teroris untuk melakukan tindakan kriminal hingga

    mengenalkan nilai-nilai demokratisasi dan hak asasi manusia, sehingga diharapkan akan terjadi

    reformasi pada beberapa negara kawasan Asia Tengah yang dianggap tidak demokratis oleh

    Amerika Serikat.

    Maka kemudian, Rusia juga memiliki kepentingan akan sumber daya alam minyak di

    kawasan Asia Tengah. Kepentingan tersebut juga didorong oleh kepentingan Rusia untuk

    mensukseskan kebijakan Grand Russia Project yang berkeinginan untuk menyatukan kembali

    pecahan negara-negara bekas Uni Soviet menjadi satu kembali di bawah naungan Rusia. Rusia

    juga mengklaim bahwa Laut Kaspia merupakan kawasan inland lake dan bukan

    merupakan closed sea, yang berarti bahwa kawasan tersebut bukan merupakan subjek hukum

    dari Law of The Sea. Dan sebagai konsekuensinya, maka eksploitasi yang dilakukan di

    kawasan tersebut harus melalui kesepakatan kelima negara yang berada di sekitarnya. Hal ini

    sebagai bentuk pembendungan agar Amerika Serikat tidak dengan serta merta dapat

    mengeksploitasi sumber daya alam di kawasan tersebut. Dengan demikian, Rusia juga selalu

    berusaha untuk menghindarkan kawasan-kawasan Asia Tengah (terutama di sekitar Laut

    Kaspia) dari sphere of influenceAmerika Serikat, karena Rusia khawatir jika kawasan tersebut

    tidak dibendung secara cepat, maka kemudian Amerika Serikat akan memiliki kekuatan dan

    aset besar yang dapat mengancam keamanan Rusia sendiri. Dalam rangka penguasaan sumber

    daya alam minyak di kawasan tersebut pun, Rusia juga mengadakan berbagai kerja sama

    dengan negara-negara kawasan Asia Tengah salah satunya ialah diadakannya kesepakatan

    antara Rusia, Kazakhstan dan Turkmenistan untuk membangun jalur pipa gas utama baru pada

    bulan Mei 2007 dengan jalur memutari Laut Kaspia mulai dari Turkmenistan kemudian melalui

    Kazakhstan yang pada akhirnya sampai di Rusia. Selain dengan Rusia dan Turkmenistan,

    Kazakhstan juga membangun jalur pipa minyak dengan China. Pada Juli 2005, Presiden Hu

    Jintao menandatangani sebuah declaration of strategic partnershipdengan Nazarbayev yang

    memiliki agenda pembangunan jalur pipa sejauh 1300 km melalui Atasu hingga Alashankou

  • 18

    untuk mentransportasi sekitar 10 juta ton minyak dari pantai kaspia Kazakhstan menuju

    Propinsi Xinjiang di China.

    Isu kepentingan minyak di kawasan Laut Kaspia tersebut kemudian memunculkan masalah

    baru. Ketika banyak negara besar yang melakukan pengeksploitasian dengan terlalu besar pada

    kawasan tersebut, telah mengakibatkan berbagai pencemaran air dan menurunkan kualitas

    perikanan di kawasan tersebut. Atas terjadinya kerusakan tersebut, kemudian muncul kerangka

    kerja sama berkenaan dengan isu kelingkungan di Laut Kaspia. Isu ini kemudian direalisasikan

    oleh PBB dengan menciptakan program CEP (Caspian Environmental Program) yang memiliki

    agenda menjaga kualitas kelingkungan kawasan tersebut dan berusaha untuk mengontrol

    pengeksploitasian yang selama ini telah dilakukan oleh berbagai negara-negara besar.

    b. Konflik Perebutan Sumber Daya Air Sebagai Kebutuhan Utama Sehari hari

    Apabila kelangkaan akan sumber daya air bersih, tidak dapat diantisipasi oleh masyarakat

    dunia, maka cenderung akan menimbulkan konflik antar negara. Kelangkaan akan air bersih

    ini dapat dijadikan salah satu faktor penyebab terjadinya konflik antar negara dimasa yang akan

    datang. Kemungkinan terjadinya konflik atas sumber air ini diperkirakan menjadi lebih tinggi

    terutama di daerah yang gersang di negara-negara berkembang, di mana kebutuhan akan air

    bersih di masyarakat meningkat dengan cepat, ini dapat menimbulkan peningkatan akan

    kebutuhan air bersih yang sudah langka

    Meningkatnya kebutuhan akan air bersih yang semakin langka, disertai dengan kenyataan

    bahwa sebagian besar sumber air bersih yang ada di negara-negara berkembang bersumber

    pada sungai-sungai besar yang melewati atau berada pada lebih dari satu negara. Seperti di

    Afrika ada sungai Nil yang melewati dua negara yaitu Sudan dan Mesir, hal ini sering

    menimbulkan konflik dalam pengelolaan sumber daya air antar kedua negara. Di Asia ada

    Sungai Mekong yang berada di tiga negara yaitu China, Kamboja serta Vietnam, yang setiap

    saat bisa timbul konflik. Di anak Benua Asia yaitu India ada Sungai Hindus, Brahmaputra,

    yang berada pada tiga negara yaitu India, Pakistan, Bangladesh. Situasi seperti diatas

    nampaknya akan memperkuat kemungkinan untuk terjadinya konflik internasional masalah

    ketersediaan sumber air bersih. Hal semacam ini juga terjadi di Timur Tengah, Asia Tengah,

    Eropa serta Amerika Latin, perebutan sumber daya air bersih bisa menyebabkan konflik yang

    berkepanjangan.

    Menurut Bank Dunia, dalam tahun 1995 ada 29 negara-negara di dunia dengan jumlah

    penduduk sekitar 436 juta terancam kekurangan atau mengalami kelangkaan air bersih.

    Laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa saat ini, diperkirakan 884 juta penduduk di seluruh dunia

  • 19

    tidak memiliki akses terhadap air bersih, 2,5 milyar penduduk tidak mempunyai kondisi

    kesehatan yang baik akibat kelangkaan sumber air. Yang mengejutkan sekitar 18 juta penduduk

    yang sebagian besar anak-anak, setiap tahun menderita penyakit yang disebabkan oleh

    mengkonsumsi air bersih yang tidak memenuhi standar kesehatan dunia.

    Kondisi yang tidak seimbang antara laju perkembangan jumlah penduduk dengan

    ketersediaan air tawar di negara-negara berkembang sudah sampai pada taraf membahayakan

    kesehatan. Seperti di Brazil dengan sungai Amazone ketersediaan sumber air tawar cukup

    melimpah dibandingkan dengan jumlah penduduk. Keadaan sebaliknya terjadi pada Benua

    Asia yang merupakan benua paling padat jumlah penduduknya , telah terjadi krisis air bersih

    yang melanda beberapa kawasan. Begitu pula daerah Afrika yang terkenal dengan benua

    gersang, sejak dulu telah terjadi krisis air bersih melanda kebanyakan wilayah, khususnya

    negara-negara yang terletak di Sub Sahara. Adanya pernyataan para ahli, bahwa air tawar

    kemungkinkan dapat dijadikan bahan bakar pengganti minyak bumi pada masa mendatang

    menambah potensi konflik akan usaha untuk menguasai sumber daya air tawar di dunia.

    Ada beberapa faktor penyebab yang dapat menimbulkan konflik mengenai sumber daya air

    tawar di suatu wilayah atau antar negara yaitu geografis, ekonomi, politik, sosial budaya, dan

    keamanan nasional negara tersebut. Faktor-faktor tesebut sangat erat kaitannya antara

    kelangkaan sumberdaya air dengan konflik yang terjadi. Adanya sumber daya air tawar seperti

    danau yang terletak di perbatasan antar negara, juga beberapa sungai besar dunia melewati

    beberapa negara, hal tersebut menjadi penghubung bagi negara-negara yang dilaluinya, baik

    hubungan dalam ekonomi, pertanian, industri, politik, serta lingkungan. Hal paling yang

    penting dalam hubungan tersebut adalah ketergantungan mengenai pengelolaan keamanan

    yang kompleks tentang akses ke sumber daya air , sehingga tidak ada pilihan lain kecuali harus

    bekerjasama dalam menjaga keamanan sumber daya air tersebut. Contoh seperti Mesir dan

    Sudan melakukan kerjasama dalam menjaga keamanan serta pemanfaatan air dari Sungai Nil.

    Kerjasama tersebut akan terus tumbuh seiring dengan kebutuhan manusia akan air bersih

    meningkat di semua negara di dunia.

    c. Konflik Laut Aral

    Laut Aral sebagai salah satu akses penghubung terbesar negara-negara dikawasan Asia

    Tengah, menjadi kebutuhan utama bagi kegiatan perdagangan begara-negara disekitarnya.

    Berawal kapal-kapal di kawasan ini berlayar melintasi laut Aral yang luasnya 26 ribu mil

    terletak diantara Uzbekistan dan Kazakhstan. Namun kini laut Aral kehilangan seluruh airnya,

    menjelma menjadi gurun pasir tak bertuan.Laut Aral yang telah menyusut 90 persen luasnya

    dalam 50 tahun terakhir, dapat kita katakan sebagai bencana paling mengejutkan akan

  • 20

    perubahan ekstrim lingkungan. Air laut Aral mulai hilang pada tahun 1960, ketika Rusia

    mengalihkan aliran sungai-sungai yang berhilirkan ke laut Aral untuk membantu irigasi pada

    perkebunan kapas mereka.

    Perlahan, setelah tidak ada aliran air dari sungai, laut Aral juga menyusut luasnya dan

    merusak perekonomian warga setempat dan meninggalkan kapal pukat terdampar.Ketika air

    menguap, hamparan pasir meninggalkan lapisan pasir yang sangat asin, dan meniupkan pasir

    hingga sejauh Skandinavia dan Jepang.

    Kerusakan lingkungan yang sangat parah ini menggugah perhatian Sekretaris Jenderal PBB

    Ban Ki-moon yang kemudian mendesak para pemimpin Asia Tengah untuk meningkatkan

    upaya untuk memecahkan masalah laut Aral.

    2.7 Konflik Asean dan laut Cina

    Awal KTT ASEAN diwarnai ricuh soal perairan Laut Cina Selatan. Sembari memaparkan

    tekad mendukung kesatuan ASEAN, Menteri Luar Negeri Filipina, Albert del Rosario menolak

    pernyataan Perdana Menteri Kamboja, Hun Sen yang mempromosikan konsensus ASEAN soal

    sengketa Laut Cina selatan.

    Di akhir pertemuan hari Minggu

    presiden Filipina, Benigno Aquino

    menegaskan bahwa masing-masing

    negara berhak menjaga kepentingan

    nasionalnya. Sebelumnya, Kamboja

    yang tengah mengetuai ASEAN

  • 21

    menyatakan pada pembukaan KTT hari Minggu (18/10), ke-10 negara anggotanya sepakat

    untuk tidak mendorong sengketa Laut Cina Selatan ke tingkat internasional.

    Persetujuan semacam itu menguntungkan Cina, karena berarti Filipina tidak akan meminta

    dukungan dari Amerika Serikat. Oleh sebab itu, delegasi Filipina kini telah melayangkan surat

    kepada para pemimpin ASEAN lainnya untuk menekankan tidak adanya konsensus itu.

    Sengketa Perairan Sambut Obama

    Juga Perdana menteri Jepang Yoshihiko Noda mempertanyakan upaya Kamboja untuk

    membatasi pembahasan sengketa perairan itu.

    Dua kapal patroli Cina

    PM Noda menilai bahwa ini

    merupakan masalah internasional dan

    berdampak langsung terhadap seluruh

    kawasan Asia Pasifik. Jepang

    mengingatkan bahwa pertikaian

    mengenai perairan Cina Selatan bisa

    mempengaruhi stabilitas dan

    perdamaian kawasan. Pertikaian ini menjadi latar yang tegang, saat kedatangan Presiden AS,

    Barack Obama ke pertemuan di Phnom Penh hari Senin (19/11).

    Laut Cina Selatan menghubungkan Samudra Hindia dan Laut Pasifik dan dikelilingi oleh

    Republik Rakyat Cina, Republik Cina (Taiwan), Filipina, Malaysia, Brunei, Vietnam

    Indonesia, Singapur, Thailand dan Kamboja.

    Kepemilikian perairan penting yang kaya minyak bumi tersebut diaku oleh kedua negara

    Cina dan empat negara ASEAN, termasuk Vietnam, Malaysia, Brunei dan Filipina.

    Para Kepala Negara di KTT ASEAN

    Perebutan kekuasaan di perairan

    itu meliputi sejumlah kepulauan. Dua

    kepulauan yang terpenting adalah

    Paracel (Kep. Xisha dalam bhs Cina

    atau kepulauan Hoang Sa dalam

    bahasa Vietnam), serta Kepulauan

    Spratly (Nansha Qundao dalam

    bahasa Cina, Truong Sa dalam bahasa Vietnam dan Kapuluan ng Kalayaan dalam bahasa

  • 22

    Filipina). Negara yang menguasai kedua kepulauan itu, bisa menguasai salah satu perariran

    terpenting di dunia.

    Sumber Pangan Bagi Jutaan Orang

    Kekayaan laut di Laut Cina Selatan merupakan salah satu yang terbesar di dunia. Sepuluh

    persen dari hasil penangkapan ikan di dunia berasal dari kawasan ini. Begitu laporan lembaga

    pemantau kawasan krisis, ICG. Namun kekayaan laut ini terancam, akibat pencemaran limbah

    di kawasan pesisir dan penangkapan ikan yang berlebihan oleh pukat-pukat internasional.

    Pesawat Jepang memonitor Laut

    Cina Selatan

    Para nelayan dari negara-negara di

    sekitar perairan itu harus berlayar lebih

    jauh ke tengah laut untuk bisa mencukupi

    kebutuhan hidupnya. Dengan begitu

    mereka seringkali memasuki perairan

    negara tetangga, sehingga kerap harus berhadapan dengan patroli-patroli yang menjaga

    perbatasan masing-masing negara. Seringkali jaring yang sudah ditebar dirusak dan para

    nelayan ditangkap.

    Sementara bagi banyak negara di kawasan itu, hasil industri perikanan menyumbang

    banyak bagi ekonomi. Bagi Vietnam misalnya, sektor perikanan mengisi 7 persen dari produk

    domestik brutto di tahun 2010 dan menjadi sumber protein terpenting bagi rakyatnya. Begitu

    menurut FAO. Serupa dengan di Filipina, yang kehidupan 1,5 juta orang bergantung pada hasil

    penangkapan ikan di Laut Cina Selatan.

    Pertumbuhan Dan Minyak Bumi

    Pertumbuhan ekonomi Cina dan Asia Tenggara serta meledaknya populasi juga

    menyebabkan peningkatan kebutuhan energi dan menaikkan nilai simpanan minyak di

    kawasan itu. Ini merupakan salah satu alasan mengapa sengketa perairan itu semakin

    meruncing di abad ke 21, begitu ungkap Andreas Seifert dari pusat informasi urusan militer,

    Informationsstelle Militarisierung e.V..

  • 23

    Hingga kini masih belum diketahui

    berapa banyak minyak dan gas bumi

    yang terpendam di Laut Cina Selatan.

    Dalam wawancara dengan Deutsche

    Welle, pakar geografi Hans Georg

    Babies mengatakan, "sengketa laut itu

    menyebabkan belum adanya

    perusahaan yang pernah

    mengeksplorasi dan meneliti kawasan laut itu. Namun diperkirakan sumber itu bisa

    menghasikan sampai 30 milyar ton minyak bumi, sama dengan jumlah cadangan minyak bumi

    yang dimiliki Arab Saudi. Tak heran bahwa analis Shen Zewei di Singapura, menyebut Laut

    Cina Selatan sebagai Teluk Persia yang kedua. Sementara Babies menanggapi perkiraan

    hiperbolis tersebut dengan skeptis, dan mengingatkan bahwa temuan sebuah penelitian

    Amerika Serikat baru menjamin adanya dua milyar ton minyak bumi.

    Spekulasi memprovokasi Konflik

    Spekulasi mengenai nilai minyak bumi tersebut merupakan alasan utama meruncingnya

    konflik ini. Begitu pandangan Gerhard Will, pakar politik Asia di Berlin. Perkembangan

    terakhir semakin menghambat tercapainya penyelesaian masalah secara bersama .Kepada

    International Crisis Group (ICG), seorang pejabat Filipina mengatakan, "bahwa seluruh

    kerjasama seputar kawasan ini tersandung. Negara-negara di kawasan meningkatkan

    perlengkapan militernya. Cina telah membangun sebuah pangkalan kapal selam di kawasan

    Hainan. Vietnam telah membeli sejumlah kapal perang dari Rusia dan Filipina berencana

    membeli kapal selam dari Korea Selatan.

    Meski begitu ICG menilai kecil kemungkinan pecah perang di kawasan Asia, karena semua

    pihak menyadari bahwa itu bisa membuat seluruh kawasan terpuruk.

  • 24

    BAB III

    PENUTUP

    Kesimpulan

    Geopolitik berasal dari kata geo dan politik.Geo berarti bumi dan politik berasal dari bahasa

    Yunani polite. Poli artinya kesatuan masyarakat yang berdiri sendiri dan teia artinya

    urusan.Geopolitik biasa juga di sebut dengan wawasan nusantara. Geopolitik diartikan sebagai

    sistem politik atau peraturan-peraturan dalam wujud kebijaksanaan dan strategi nasional yang

    didorong oleh aspirasi nasional geografik (kepentingan yang menitik beratkan pada

    pertimbangan geografik, wilayah atau toritorial dalam arti luas) suatu negara, yang apabila

    dilaksanakan dan berhasil akan berdampak langsung atau tidak langsung kapada sistem politik

    suatu negara.

    Sejak berakhirnya era perang dingin yang ditandai dengan bubarnya Uni Soviet, telah

    terjadi ketidak seimbangan kekuatan utama dunia. Amerika sebagai satu satunya negara kuat

    memperlihatkan sekaligus memanfaatkan hegemoninya atas negara negara lain. Lihatlah

    konflik yang terjadi di Irak, Iran, Afganistan, Pakistan, Afrika bagian utara dimana kehadiran

    militer negeri Paman Sam begitu nyata. Konflik Irak misalnya, melalui Presiden George W.

    Bush, Amerika memutuskan menyerang Irak atas tuduhan sepihak atas kepemilikan senjata

    kimia yang sampai sekarang tidak jelas pembuktiannya.

    Rentetan perang ini tidak saja melibatkan keunggulan teknologi militer atas lawan

    perangnya tapi juga memperlihatkan hegemoni kelompok blok barat yang diwakili oleh

    Amerika dan NATO. Mereka benar benar memanfaatkan ketidak hadiran kekuatan

    penyeimbang yang dulunya datang dari kekuatan Pakta Warsawa yang dimotori oleh Rusia.

    Campur tangan asing jelas bukanlah suatu kebetulan. Ini merupakan usaha yang sengaja

    dilakukan untuk mempertahankan pengaruh atau mengembalikan pengaruh negara negara

    adidaya dalam percaturan global. Kejatuhan Husni Mubarak di Mesir jelas menghawatirkan

    barat. Mereka takut Mesir akan jatuh ke tangan kekuatan Islam yang tidak pro barat seperti

    bagaimana Mubarak dikenal sebelumnya. Menarik untuk melihat sikap barat terhadap rezim

    yang akan berkuasa di Mesir setelah tumbangnya Husni Mubarak yang pro barat.

    Melihat perkembangan tersebut, tidaklah mengherankan mengapa kemudian Rusia

    menolak pendekatan militer untuk menyelesaikan konflik nuklir Iran dan mati matian

    menolak pergantian rezim di Suriah dengan cara cara yang telah dilakukan barat terhadap

  • 25

    Tunisia, Maroko dan Yaman. Suriah adalah kawan lama di era Soviet dan menjadi satu

    satunya pangkalan militer Rusia yang masih tersisa di kawasan itu. Sedangkan Iran secara tegas

    menyatakan menolak zionisme dan berjanji akan menghancurkan zionisme yang notabene

    adalah sekutu abadi Amerika.

    Dalam Geopolitik mempengaruhi terhadap perebutan-perebutan sumber-sumber daya

    energi seperti yang terjadi di asia, perebutan sumber-sumber mineral dan juga perebutan

    kekayaan alam seperti laut cina.

  • 26

    DAFTAR PUSTAKA

    http://renny-erari.blogspot.com/2013/06/perebutan-sumber-energi-air-di-kawasan.html

    http://alamsyahpalenga.wordpress.com/2012/04/13/strategisnya-indonesia-arah-baru-

    perkembangan-geopolitik-dunia/

    http://id.wikipedia.org/wiki/Geopolitik

    http://elokizra-y-fisip10.web.unair.ac.id/artikel_detail-44918-Umum-

    Geopolitik,%20Geostrategi,%20dan%20Tatanan%20Dunia%20Baru.html

    http://hankam.kompasiana.com/2011/11/03/indonesia-waspadalah-perang-perebutan-sumber-

    daya-alam-sudah-dimulai-409416.html

    http://bekang.kodam-mulawarman.mil.id/artikel/50-artikel?start=8

    http://gazaxxx.blogspot.com/2012/12/kuburan-kapa-di-gurun-aral_12.html

    http://www.siej.or.id/?w=glossary

    http://www.commongroundnews.org/article.php?id=29671&lan=ba&sp=0

    http://www.beritaheadline.com/bupati-ktt-ingin-temui-mendagri-soal-linuang-kayam/