13
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Uraian Umum Gliseril Guaiakolat Rumus Bangun : OH OCH2CHCH2 OCH3 3-(o-Metoksifenoksi)-1,2-propanadiol [93-14-1] Nama Kimia : Guaifenesin Rumus Molekul : Berat Molekul : 198,22 Pemerian : Serbuk hablur, putih sampai agak kelabu; bau khas lemah; rasa pahit. Kelarutan : Larut dalam air, dalam etanol, dalam kloroform dan dalam propilen glikol; agak sukar larut dalam gliserin. Syarat kadar : mengandung , tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada etiket (Ditjen POM, 1995).

Documentgg

Embed Size (px)

DESCRIPTION

guaifenesin

Citation preview

Page 1: Documentgg

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Uraian Umum Gliseril Guaiakolat

Rumus Bangun :

OH

OCH2CHCH2

OCH3

3-(o-Metoksifenoksi)-1,2-propanadiol [93-14-1]

Nama Kimia : Guaifenesin

Rumus Molekul :

Berat Molekul : 198,22

Pemerian : Serbuk hablur, putih sampai agak kelabu; bau khas lemah; rasa

pahit.

Kelarutan : Larut dalam air, dalam etanol, dalam kloroform dan dalam

propilen glikol; agak sukar larut dalam gliserin.

Syarat kadar : mengandung , tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih

dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada etiket (Ditjen POM,

1995).

Page 2: Documentgg

2.1.1. Tablet Gliseril Guaiakolat

Tablet Gliseril Guaiakolat atau disebut juga Guaifenesin adalah derivat-

guaiakol yang banyak digunakan sebagai ekspektoran dalam berbagai jenis

sediaan batuk populer. Pada dosis tinggi bekerja merelaksasi otot (Tjay, 2007).

Ekspektoran adalah obat yang dapat merangsang pengeluaran dahak dari

saluran napas (ekspektoransi). Penggunaan obat Gliseril Guaiakolat hanya

didasarkan tradisi dan kesan subyektif pasien dan dokter. Belum ada bukti bahwa

obat bermanfaat pada dosis yang diberikan (Setiabudy, 2007).

Batuk berfungsi untuk melindungi tubuh dengan mengeluarkan dan

membersihkan jalan napas dari zat-zat asing. Obat batuk termasuk salah satu cara

penanganan batuk disamping cara lainnya seperti minum banyak cairan. Obat ini

berfungsi untuk meredakan gejala penyakit saja.

Tablet Gliseril Guaiakolat termasuk jenis obat batuk basah. Obat batuk ini

digunakan untuk batuk yang memiliki ciri berlendir, dahak mudah dikeluarkan

dan terasa ringan. Hal-hal yang perlu diperhatikan pada penggunaan Gliseril

Guaiakolat:

- Jangan gunakan lebih dari 7 hari tanpa izin dokter

- Minumlah 1 gelas air setiap minum obat ini

- Tidak diperbolehkan untuk alergi

Contoh Merek Obat : Guaipim, Pasaba, Pectorin, Phenex, Probat, Triadex

Expektoran (Widodo, 2004).

Golongan/Kelas Terapi : Obat untuk saluran napas

Page 3: Documentgg

Indikasi : Penggunaan untuk batuk yang membutuhkan

pengeluaran dahak.

Kontraindikasi : Hipersensitivitas terhadap produk Guaifenesin.

Dosis : Oral 4−6 dd 100−200 mg

Dewasa : Sehari 3 kali 1−2 tablet

Anak-anak : Sehari 3 kali tablet.

Efek samping : Berupa iritasi lambung (mual, muntah) yang dapat

dikurangi bila diminum dengan segelas air.

Stabilitas Penyimpanan : Serbuk Guaifenesin cenderung menggumpal pada saat

penyimpanan. Simpan dalam wadah yang tertutup

rapat.

Mekanisme kerjanya : Merangsang reseptor-reseptor di mukosa lambung yang

kemudian meningkatkan kegiatan kelenjar-sekresi dari

saluran lambung-usus & sebagai refleks memperbanyak

sekresi dari kelenjar yang berada disaluran napas (Tjay,

2007).

Page 4: Documentgg

2.2. Tablet

2.2.1. Tablet secara umum

Tablet merupakan bahan obat dalam bentuk sediaan padat yang biasanya

dibuat dengan penambahan bahan tambahan farmasetika yang sesuai. Tablet dapat

berbeda-beda ukuran, bentuk, berat, kekerasan, ketebalan, daya hancur, dan aspek

lainnya tergantung pada cara pemakaian tablet dan metode pembuatannya.

Umumnya tablet digunakan pada pemberian obat secara oral (Ansel, 1989).

Untuk membuat tablet diperlukan bahan tambahan berupa :

a. Bahan pengisi (diluent)

Bahan ini dimaksudkan untuk memperbesar volume tablet. Zat-zat yang

digunakan seperti : Saccharum Lactis, Amylum, Calcii Phosphas, Calcii

Carbonas.

b. Bahan pengikat (binder)

Bahan ini dimaksudkan agar tablet tidak pecah dan dapat merekat. Zat-zat

yang digunakan seperti : Mucilago Gummi Arabici 10-20%, Mucilago

Amyli 10%, larutan Gelatin 10-20% (panas), larutan Methylcellulose 5%.

c. Bahan penghancur (disintegrator)

Bahan ini dimaksudkan agar tablet dapat hancur dalam perut. Zat-zat yang

digunakan seperti : Amilum kering, Gelatin, Agar-agar, Natrium Alginat.

d. Bahan pelicin (lubricant)

Bahan ini dimaksudkan agar tablet tidak lekat pada cetakan (matrys). Zat-

zat yang digunakan seperti : Talcum , Magnesii Stearas, Asam Stearat.

Page 5: Documentgg

Dalam pembuatan tablet, zat berkhasiat dan bahan tambahan, kecuali

bahan pelicin dibuat granul (butiran kasar), karena serbuk yang halus tidak

mengisi cetakan dengan baik. Dengan dibuat granul akan terjadi “free flowing”,

mengisi cetakan secara tetap dan dapat dihindari tablet menjadi “capping” (retak)

(Anief, 1987).

Tablet harus mempunyai bentuk dan ukuran yang sesuai dan bebas dari

kerusakan. Pengujian-pengujian yang dilakukan untuk menentukan kualitas dari

tablet adalah : keseragaman bobot, kekerasan, kerenyahan, waktu hancur,

penetapan kadar zat berkhasiat dan disolusi (Ditjen POM, 1995).

2.2.2. Persyaratan Tablet

Menurut Farmakope Indonesia Edisi IV dan sumber-sumber lainnya, tablet

harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :

a. Keseragaman Bobot

Tablet harus memenuhi uji keseragaman bobot untuk menjamin

keseragaman bobot tiap tablet yang dibuat. Tablet yang bobotnya seragam

diharapkan memiliki kandungan bahan obat yang sama, sehingga

mempunyai efek terapi yang sama.

b. Kekerasan

Tablet harus memiliki kekuatan atau kekerasan agar dapat bertahan

terhadap berbagai guncangan pada saat pengepakan dan pengangkutan. Uji

ini dilakukan dengan menggunakan alat yang disebut Hardness Tester.

Tablet diletakkan diantara alat penekan punch dan dijepit dengan memutar

Page 6: Documentgg

sekrup pengatur sampai tanda lampu menyala, lalu ditekan tombol

sehingga tablet pecah. Tekanan dapat ditunjukkan melalui skala yang

tertera. Umumnya kekuatan tablet berkisar 4-8 kg.

c. Kerenyahan

Uji ini dilakukan untuk mengetahui kerenyahan tablet, karena tablet yang

rapuh dan rusak kandungan zat berkhasiatnya berkurang sehingga

mempengaruhi efek terapi. Kerenyahan ditandai dengan massa partikel

yang berjatuhan dari tablet. Uji ini menggunakan alat yang disebut Roche

Friabilator yang terdiri dari sebuah tabung yang berputar, kearah radial

disambungkan sebuah bilah lengkung. Tablet dimasukkan kedalam drum

tersebut, dihidupkan alat maka drum berputar dan tablet bergulir jatuh

sampai pada putaran berikutnya dipegang kembali oleh bilah. Pemutaran

dilakukan 100 kali dengan persyaratan tablet tidak boleh kehilangan berat

lebih dari 0,8 %.

d. Waktu Hancur

Uji ini dimaksudkan untuk mengetahui kesesuaian batas waktu hancur

yang tertera dalam masing-masing monografi, kecuali pada etiket

dinyatakan bahwa tablet dirancang untuk pelepasan kandungan obat secara

bertahap dalam jangka waktu tertentu atau melepaskan obat dalam dua

periode berbeda atau lebih dengan jarak waktu yang jelas diantara periode

pelepasan tersebut. Uji waktu hancur tidak menyatakan bahwa sediaan

atau bahan aktifnya terlarut sempurna. Interval waktu hancur yaitu 5-30

Page 7: Documentgg

menit. Sediaan dinyatakan hancur sempurna bila tidak ada sisa sediaan

yang tidak larut tertinggal pada kasa.

e. Penetapan Kadar Zat Berkhasiat

Penetapan kadar ini dilakukan untuk mengetahui apakah tablet tersebut

memenuhi syarat sesuai dengan etiket. Bila kadar obat tersebut tidak

memenuhi syarat, berarti obat tersebut tidak memiliki efek terapi yang

baik dan tidak layak dikonsumsi. Penetapan kadar dilakukan dengan

menggunakan cara-cara yang sesuai tertera pada monografi antara lain di

Farmakope Indonesia.

f. Disolusi

Disolusi adalah proses pemindahan molekul obat dari bentuk padat

kedalam larutan pada suatu medium. Uji ini digunakan untuk mengetahui

kesesuaian dengan persyaratan disolusi yang tertera dalam monografi pada

sediaan tablet kecuali pada etiket dinyatakan bahwa tablet harus dikunyah

atau tidak memerlukan uji disolusi.

Ada tiga kegunaan uji disolusi :

1. Menjamin keseragaman satu batch.

2. Menjamin bahwa obat akan memberikan efek terapi yang diinginkan.

3. Uji disolusi diperlukan dalam rangka pengembangan suatu obat baru.

Obat yang telah memenuhi persyaratan keseragaman bobot, kekerasan,

kerenyahan, waktu hancur dan penetapan kadar zat berkhasiat belum dapat

menjamin bahwa suatu obat memenuhi efek terapi, karena itu uji disolusi harus

dilakukan pada setiap produksi tablet.

Page 8: Documentgg

2.3. Disolusi

Disolusi didefenisikan proses suatu zat padat masuk ke dalam pelarut

menghasilkan suatu larutan (proses zat padat melarut).

Kecepatan disolusi obat merupakan tahap sebelum obat berada dalam

darah. Apabila suatu sediaan padat berada dalam saluran cerna, bahan berkhasiat

harus terlarut, sesudah itu barulah obat tersebut dapat melewati membran saluran

cerna. Obat yang larut baik dalam air akan melarut cepat dan berdifusi secara

pasif. Sebaliknya, obat yang kelarutannya kecil kecepatan disolusi tidak larut atau

disintegrasi sediaan relatif karena pengaruhnya kecil terhadap disolusi zat aktif

(Syukri, 2002).

2.3.1. Alat Uji Disolusi

Dari jenis alat, ada dua tipe alat uji disolusi sesuai dengan yang tertera

dalam masing-masing monografi:

a. Alat 1 (Tipe Keranjang).

Alat terdiri dari wadah bertutup yang terbuat dari kaca, suatu batang logam

yang digerakkan oleh motor dan wadah disolusi (keranjang) berbentuk

silinder dengan dasar setengah bola, tinggi 160 mm−175 mm, diameter 98

mm−106 mm dan kapasitas nominal 1000 ml. Batang logam berada pada

posisi sedemikian sehingga sumbunya tidak lebih dari 2 mm pada setiap

titik dari sumbu vertikal wadah dan berputar dengan halus dan tanpa

goyangan. Sebuah tablet diletakkan dalam keranjang saringan kawat kecil

yang diikatkan pada bagian bawah batang logam yang digerakkan oleh

Page 9: Documentgg

motor yang kecepatannya dapat diatur. Wadah dicelupkan sebagian di

dalam suatu tangas air yang sesuai sehingga dapat mempertahankan suhu

dalam wadah pada ± C selama pengujian dan menjaga agar

gerakan air halus dan tetap. Pada bagian atas wadah ujungnya melebar,

untuk mencegah penguapan digunakan suatu penutup yang pas.

b. Alat 2 (Tipe Dayung).

Alat ini sama dengan alat 1, bedanya pada alat ini digunakan dayung yang

terdiri dari daun dan batang logam sebagai pengaduk. Daun melewati

diameter batang sehingga dasar daun dan batang rata. Dayung memenuhi

spesifikasi dengan jarak 25 mm ± 2 mm antara daun dan bagian dasar

wadah yang dipertahankan selama pengujian berlangsung. Sediaan obat

dibiarkan tenggelam ke bagian dasar wadah sebelum dayung mulai

berputar. Gulungan kawat berbentuk spiral dapat digunakan untuk

mencegah mengapungnya sediaan (Ditjen POM, 1995).

2.3.2. Prosedur Pengujian Disolusi

Pada tiap pengujian, dimasukkan sejumlah volume media disolusi (seperti

yang tertera dalam masing-masing monografi) kedalam wadah, pasang alat dan

dibiarkan media disolusi mencapai temperatur C. Satu tablet atau lebih

dicelupkan dalam keranjang atau dibiarkan tenggelam ke bagian dasar wadah,

kemudian pengaduk diputar dengan kecepatan seperti yang ditetapkan dalam

monografi. Pada interval waktu yang ditetapkan dari media diambil cuplikan pada

daerah pertengahan antara permukaan media disolusi dan bagian atas dari

Page 10: Documentgg

keranjang berputar atau daun dari alat dayung tidak kurang 1 cm dari dinding

wadah untuk analisis kimia dari bagian obat yang terlarut. Tablet harus memenuhi

syarat seperti yang terdapat dalam monografi untuk kecepatan disolusi (Ditjen

POM, 1995).

2.3.3. Kriteria Penerimaan Hasil Uji Disolusi

Persyaratan dipenuhi bila jumlah zat aktif yang terlarut dari sediaan yang

diuji sesuai dengan tabel penerimaan. Pengujian dilakukan sampai tiga tahap.

Pada tahap 1 (S1), 6 tablet diuji. Bila pada tahap ini tidak memenuhi syarat, maka

akan dilanjutkan ke tahap berikutnya yaitu tahap 2 (S2). Pada tahap ini 6 tablet

tambahan diuji lagi. Bila tetap tidak memenuhi syarat, maka pengujian dilanjutkan

lagi ke tahap 3 (S3

Tabel. 2.1. Penerimaan Hasil Uji Disolusi

). Pada tahap ini 12 tablet tambahan diuji lagi. Kriteria

penerimaan hasil uji disolusi dapat dilihat sesuai dengan tabel dibawah ini.

Tahap Jumlah

Sediaan yang diuji

Kriteria Penerimaan

S1 6 Tiap unit sediaan tidak kurang dari Q + 5%

S2 6

Rata – rata dari 12 unit (S1+ S2) adalah sama dengan atau lebih besar dari Q dan tidak satu unit sediaan yang lebih kecil dari Q – 15%

S3 12

Rata – rata dari 24 unit (S1+ S2+ S3 ) adalah sama dengan atau lebih besar dari Q, tidbak lebih dari 2 unit sediaan yang lebih kecil dari Q – 15% dan tidak satupun unit yang lebih kecil dari Q – 25%

Page 11: Documentgg

Harga Q adalah jumlah zat aktif yang terlarut dalam persen dari jumlah

yang tertera pada etiket. Angka 5% dan 15% dalam tabel adalah persentase kadar

pada etiket, dengan demikian mempunyai arti yang sama dengan Q. Kecuali

dinyatakan lain dalam masing-masing monografi, persyaratan umum untuk

penetapan satu titik tunggal ialah terdisolusi 75% dalam waktu 45 menit dengan

menggunakan alat 1 pada 100 rpm atau alat 2 pada 50 rpm (Lachman, 1994).

2.3.4. Faktor yang Mempengaruhi Disolusi Zat Aktif

Faktor yang mempengaruhi laju disolusi dari bentuk sediaan, antara lain:

a. Faktor yang berkaitan dengan sifat fisikokimia obat

Sifat-sifat fisikokimia obat yang mempengaruhi laju disolusi meliputi :

kelarutan zat aktif, bentuk kristal, kompleksasi serta ukuran partikel. Sifat

fisikokimia lain seperti kekentalan dapat menimbulkan masalah disolusi.

b. Faktor yang berkaitan dengan formulasi sediaan

Formulasi sediaan berkaitan dengan bentuk sediaan, bahan tambahan dan

cara pengolahan. Pengaruh bentuk sediaan terhadap laju disolusi

tergantung kecepatan pelepasan bahan aktif yang terkandung didalamnya.

Penggunaan bahan tambahan sebagai bahan pengisi, pengikat, penghancur

dan pelicin dalam proses formulasi dapat menghambat atau mempercepat

laju disolusi tergantung bahan tambahan yang digunakan. Cara pengolahan

bahan baku, bahan tambahan dan prosedur yang dilakukan dalam

formulasi sediaan padat peroral juga berpengaruh terhadap laju disolusi.

Waktu pengadukan lama pada granulasi basah dapat menghasilkan granul-

Page 12: Documentgg

granul besar, keras dan padat sehingga pada proses pencetakan dihasilkan

tablet dengan waktu hancur dan disolusi yang lama. Faktor formulasi yang

mempengaruhi laju disolusi diantaranya : kecepatan disintegrasi, interaksi

obat dengan eksipien (bahan tambahan) dan kekerasan.

c. Faktor yang berkaitan dengan alat uji disolusi dan parameter uji

Faktor ini dipengaruhi oleh lingkungan selama percobaan meliputi :

kecepatan pengadukan, suhu medium, pH medium dan metode uji yang

digunakan. Pengadukan mempengaruhi penyebaran partikel-partikel dan

tebal lapisan difusi sehingga memperluas permukaan partikel yang kontak

dengan pelarut. Suhu medium berpengaruh terhadap kelarutan zat aktif.

Zat yang kelarutannya tidak tergantung pH, perubahan pH medium

disolusi tidak akan mempengaruhi laju disolusi. Pemilihan kondisi pH

pada percobaan in vitro penting karena kondisi pH akan berbeda pada

lokasi obat disaluran cerna. Metode penentuan laju disolusi yang berbeda

dapat menghasilkan laju disolusi sama atau berbeda, tergantung pada

metode uji yang digunakan (Syukri, 2002).

2.4. Penetapan Kadar

Setelah pengambilan sampel uji disolusi, dilanjutkan dengan proses

analisis penetapan kadar zat aktif dalam sampel (Siregar, 2008).

Penetapan kadar dipilih berdasarkan fungsi sifat senyawa dan prosedur

penetapan kadar senyawa dalam cairan. Untuk penetapan kadar dapat dilakukan

Page 13: Documentgg

dengan metode fisikokimia yaitu spektrofotometri UV Visibel, fluorometri dan

konduktometri (Devissaquest, 1993).

Metode yang dipilih dalam penetapan kadar uji disolusi tablet Gliseril

Guaiakolat yaitu Spektrofotometri UV. Spektrofotometer UV-Vis adalah

pengukuran panjang gelombang dan intensitas sinar ultraviolet dan cahaya tampak

yang diabsorbsi oleh sampel. Metode ini biasanya digunakan untuk molekul dan

ion anorganik atau kompleks di dalam larutan. Spektrum UV-Vis mempunyai

bentuk yang lebar dan hanya sedikit informasi tentang struktur yang didapatkan,

tetapi spektrum ini sangat berguna untuk pengukuran secara kuantitatif

(Dachriyanus, 2004).

Analisis spektrofotometri cukup teliti, cepat dan sangat cocok untuk

digunakan pada kadar yang sangat rendah. Senyawa yang dianalisis harus

mempunyai gugus kromofor. Pengamatan spektrum bermanfaat, karena dapat

membandingkan spektrum sebelum dan sesudah partisi (Sardjoko, 1993).

Umumnya pelarut yang sering dipakai untuk analisis Spektrofotometri

adalah air, etanol, sikloheksana dan isopropanol. Dalam pemilihan pelarut, yang

perlu diperhatikan yaitu polaritas pelarut yang dipakai karena sangat berpengaruh

terhadap pergeseran spektrum molekul yang dianalisis (Mulja, 1995).