28
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Asma merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia, baik di Negara maju maupun di Negara-negara sedang berkembang. Asma dapat bersifat ringan dan tidak mengganggu aktivitas, akan tetapi dapat bersifat menetap dan menggaggu aktivitas bahkan kegiatan harian sehigga menurunkan kualitas hidup, salah satu faktor pencetus serangan asma adalah kondisi psikologis klien yang tidak stabil termasuk di dalamnya cemas.ini sering diabaikan oleh klien sehingga frekwensi kekambuhan menjadi lebih sering dan klien jatuh pada keadaan yang lebih buruk, kondisi ini merupakan suatu rantai yang sulit ditentukan mana yang menjadi penyebab dan mana yang merupakan akibat. Badan kesehatan sedunia (WHO) memperkirakan 100-150 juta penduduk dunia menderita asma. Bahkan, jumlah ini diperkirakan akan terus bertambah hingga mencapai 180.000 orang setiap tahun. Kondisi ini tidak hanya terjadi di negara berkembang, tapi juga di negara maju sekalipun. 1.2 Rumusan Masalah a. apa yang dimaksud dengan asma? b. Bagaimana etiologi penyakit asma? c. Bagaimana tanda dan gejala dari penyakit asma? d. Bagaimana Web Of Caution dari penyakit asma? e. Bagaimana pemeriksaan penunjang dari penyakit asma? f. Bagaimana pengobatan dari penyakit asma? 1

Ggggg

Embed Size (px)

DESCRIPTION

ASMA

Citation preview

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Asma merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia, baik di Negara maju maupun di

Negara-negara sedang berkembang. Asma dapat bersifat ringan dan tidak mengganggu

aktivitas, akan tetapi dapat bersifat menetap dan menggaggu aktivitas bahkan kegiatan

harian sehigga menurunkan kualitas hidup, salah satu faktor pencetus serangan asma

adalah kondisi psikologis klien yang tidak stabil termasuk di dalamnya cemas.ini sering

diabaikan oleh klien sehingga frekwensi kekambuhan menjadi lebih sering dan klien jatuh

pada keadaan yang lebih buruk, kondisi ini merupakan suatu rantai yang sulit ditentukan

mana yang menjadi penyebab dan mana yang merupakan akibat.

Badan kesehatan sedunia (WHO) memperkirakan 100-150 juta penduduk dunia

menderita asma. Bahkan, jumlah ini diperkirakan akan terus bertambah hingga mencapai

180.000 orang setiap tahun. Kondisi ini tidak hanya terjadi di negara berkembang, tapi

juga di negara maju sekalipun.

1.2 Rumusan Masalah

a. apa yang dimaksud dengan asma?

b. Bagaimana etiologi penyakit asma?

c. Bagaimana tanda dan gejala dari penyakit asma?

d. Bagaimana Web Of Caution dari penyakit asma?

e. Bagaimana pemeriksaan penunjang dari penyakit asma?

f. Bagaimana pengobatan dari penyakit asma?

1.3 Tujuan

a. Untuk mengetahui definisi dari asma

b. Untuk mengetahui etiologi dari penyakit asma

c. Untuk mengetahui tanda dan gejala dari penyakit asma

d. Untuk mengetahui Web Of Caution dari penyakit asma

e. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang dari penyakit asma

f. Untuk mengetahui pengobatan dari penyakit asma

1

BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian

Asma adalah suatu kondisi paru-paru yang kronis, yang ditandai dengan sulit

bernapas.

Saluran pernapasan penderita asma sangat sensitif dan memberi respons yang sangat

berlebihan jika mengalami rangsangan atau gangguan. Saluran pernapasan tersebut

bereaksi dengan cara menyempit dan menghalangi udara yang masuk. Penyempitan atau

hambatan ini bisa mengakibatkan salah satu atau gabungan dari berbagai gejala mulai dari

batuk, sesak, napas pendek, tersengal-sengal, hingga napas yang berbunyi “ngik-ngik”.

Penyempitan atau hambatan tersebut dikarenakan :

a. Peradangan saluran pernapasan, sehingga menjadi merah, bengkak, dan

mengeluarkan lendir berlebihan dan menyempit.

b. Bronkokonstriksi, yang berarti otot-otot yang melingkari saluran pernapasan

mengetat, mengejang, atau mengerut.

2.2 Etiologi

Sampai saat ini etiologi asma belum diketahui dengan pasti, suatu hal yang menonjol

pada semua penderita asma adalah fenomena hiperaktivitas bronkus. Bronkus penderita

asma sangat peka terhadap rangsangan imunologi maupun non-imunologi. Oleh karena

sifat inilah, maka serangan asma mudah terjadi ketika rangsangan baik fisik, metabolic,

kimia, allergen, infeksi, dan sebagainya. Penderita asma perlu mengetahui dan sedapat

mungkin menghindari rangsangan atau pencetus yang dapat menimbulkan asma.

Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut.

a. Alergen utama, seperti debu rumah, spora jamur, dan tepung sari rerumutan.

b. Iritan seperti asap, bau-bauan, dan polutan.

c. Infeksi saluran napas terutama yang disebabkan oleh virus.

d. Perubahan cuaca yang ekstrem.

e. Kegiatan jasmani yang berlebihan

f. Lingkungan kerja.

g. Obat-obatan.

h. Emosi.

i. Lain-lain, seperti refluks gastroesofagus.

2

Gambaran klinis

Gejala asma terdiri atas triad, yaitu dispnea, batuk dan mengi. Gejala yang disebutkan

terakhir sering dianggap sebagai gejala yang harus ada (sine qua non), data lainnya seperti

terlihat pada pemeriksaan fisik,

2.3 Tanda dan gejala

Mengenali tanda-tanda dan gejala asma adalah bagian penting dari penatalaksanaan

asma. Mengetahui terjadi atau mulai timbulnya tanda-tanda peringatan awal atau gejala

yang ringan sangat membantu agar tindakan intervensi bisa mulai lebih awal pula.

Evaluasi yang tepat dan tepat waktu bisa membantu dokter dan perawat sendiri dalam

menentukan apakah perawatan bisa dilakukan di rumah saja, di tempat praktek dokter,

atau harus diruang gawat darurat rumah sakit.

1. Tanda-tanda awal datangnya asma

Tanda-tanda peringatan awal dialami penderita asma sebelum munculnya suatu

episode serangan asma. Tanda-tanda ini sifatnya unik untuk setiap individu. Selain

itu, pada individu yang sama pun, tanda-tanda peringatan awal bisa sama, hampir

sama, atau sama sekali berbeda pada setiap episode serangan. Beberapa tanda

peringatan awal mungkin dideteksi hanya oleh yang bersangkutan. Sedang tanda

peringatan awal yang lain lebih mengkin terlihat orang lain. Tapi yang paling bisa

diandalkan sebagai tanda peringatan awal adalah penurunan dari angka prestasi

penggunaan “Peak Flow Meter”.

Beberapa contoh tanda peringatan awal adalah :

a. Perubahan dalam pola pernapasan

b. Bersin-bersin

c. Perubahan suasana hati (moodiness)

d. Hidung mampat atau hidung ngocor

e. Batuk

f. Gatal-gatal pada tenggorokan

g. Merasa capai

h. Lingkaran hitam dibawah mata

i. Susah tidur

j. Turunnya toleransi tubuh terhadap kegiatan olahraga

k. Kecenderungan penurunan prestasi dalam penggunaan Peak Flow Meter

3

2. Gejala-gejala asma

Gejala-gejala asma memberi indikasi bahwa suatu serangan asma sedang terjadi.

Contoh gejala asma meliputi :

a. Napas berat yang berbunyi “ngik-ngik”

b. Batuk-batuk

c. Napas pendek tersengal-sengal

d. Sesak dada

e. Angka performa penggunaan Peak Flow Meter menunjukkan rating yang

termasuk “hati-hati” atau “bahaya” (biasanya antara 50% sampai 80% dari

penunjuk performa terbaik individu).

Hal-hal di atas menunjukkan bahwa perubahan telah terjadi pada saluran

pernapasan, dan aliran udara terhambat. Penderita asma mengalami beberapa atau

semua gejala di atas pada suatu serangan. Tindakan penanganan harus dilakukan

untuk mengatasi gejala-gejala tersebut agar tidak menjadi lebih buruk

4

2.4 WOC (Web Of Caution)

5

Pencetus serangan

(alergen,emosi/stress, obat-obatan dan infeksi)

Reaksi antigen dan antibodi

Dikeluarkannya substansi vasoaktif

(histamine,bradikinin,dan anafilaktosin)

Sekresi mucus meningkat

Produksi mucus bertambah

Ketidakseinbangan nutrisi:kurang dari kebutuhan tubuh

(resiko/aktual)

Permeabilitas kapiler

kontraksi otot polos edema mukosa hipersekresi

Obstruksi saluran napas

Hipoventilasi

Distribusi ventilasi tidak merata dengan sirkulasi darah paru-paru

Gangguan difusi gas di alveoli

Hipoksemiahiperkapnea

Kontraksi otot polos

bronkospasme

Bersihan jalan nafas tidak efektif

Kerusakan pertukaran gas

2.5 Pemeriksaan penunjang

Yaitu tes pernafasan yang terdapat dua jenis untuk mendiagnosis asma ,tes aliran

puncak dan spirometri. Keua tes ini mengukur penyempitan jalan napas ,karena semakin

sempit jalan napas , semakin lambat aliran udara yang masuk, dan semakin rendah catatan

yang tertera pada alat itu.

1. Meteran aliran puncak

Alat berukuran kecil , ekonomis dan kuat ini digunakan untuk memeriksa

penyempitan jalan napas dengan mengukur angka maksimum atau puncak sejauh

mana udara dihembuskan.metode ini biasanya digunakan dokter sebagai pegangan

dalam pembedahan .namun anda dapat juga menggunakannya untuk mengukur

aliran puncak anda,dua,tiga,atau empat kali dalam sehari. Orang yang normal akan

menunjukkan variasi nilai dalam sehari . orang yang normal akan menunjukkan

variasi aliran puncak yang sangat sedikit selama sehari dan seminggu , sedangkan

penderita asma menunjukkan variasi yang konsisten atau sebentar-sebentar .pola

yang umum adalah ‘penurunan dipagi hari’ nilai menjadi rendah saat

bangun .kadang dratisnya penurunan aliran puncak bersifat sebentar-sebentar saat

merespon pemicu seperti bulu kucing. Mengukur aliran puncak dengan cara ini

sangat membantu jik keluhan asma hanya sebentar-sebentar saja .memonitor aliran

puncak sehari-hari akan sangat membantu dalam usaha mencegah asma dan untuk

mengantisipasi asma yang memburuk.

2. Spirometer

Alat ini banyak digunakan di klinik asma dan rumah sakit. Alat ini tidak hanya

mengukur kecepatan aliran udara , tapi juga jumlah udara yang dihembuskan setiap

mkali bernafas. Spirometer member informasi lebih banyak tapi tidak dapat

memberikan ukuran uliran puncak sehari-hari.

3. Tes Bolak-Balik

Tes pernafasan dapat dilakukan sebelum atau sesudah menghisap obat

bronkodilator, yang akan membuka jalan nafas. Jika catatan naik 15 persen atau

lebih setelah menghisap obat itu, penyempitan jalan napas dikatakan dapat

dikembalikan dan pasien dinyatakan menderita asma. Meskipun penderita asma

tidak selalu menunjukkan reaksi bolak balik dalam setiap tes, namun tes ini sangat

bermanfaat bagi pasien yang diduga menderita asma.

6

4. Tes darah dan tes dahak

5. Tes alergi cucuk kulit

Untuk memastikan ada atau tidaknya alergi

6. X-Ray dada

Biasanya dilakukan juga untuk menyingkirkan kemungkinan gangguan pernapasan

lain yang bukan dikarenakan asma

7. Tes Pernapasan Lainnya

Jika diagnosis sulit dilakukan, pasien mungkin dikirim ke laboratorium fungsi paru

untuk menjalani tes yang lebih rumit, biasanya atas permintaan dokter.

2.6 Pengobatan

Ada tiga jenis utama obat asma :

1. Obat pelega sesak nafas

Cara kerja obat ini adalah dengan mengendurkan otot dalam dinding jalan nafas,

sehingga jalan nafas terbuka dan udara dapat keluar masuk lebih mudah.hasilnya,

nafas menjadi lega.obat ini disebut bronkodilator dan digunakan dengan cara di

hirup.inhaler biasanya berwarna biru, hujau atau abau-abu dan tersedia dalam

beberapa jenis.inhaler sebaiknya digunakan saat gejala timbul dan bukan untuk

penggunaan sehari-hari, meskipun asma anda parah.penggunaan inhaler secara

teratur sebaiknya dikonsultasikan kepada dokter.

2. Obat pencegah

Cara kerja obat ini adalah dengan mengurangi peradangan pada jalan nafas dan

meredakan iritasi.obat ini harus digunakan secara tetap, biasanya 2x sehari

menghindarkan anda dari masalah ! obat pencegah asma umumnya berwarna

coklat,orange, merah atau kuning .tiga jenis utama obat pencegah asma :steroid

hirup,cromogycate(intal)dan nedocromil(tilade)ketiga obat ini banyak variasinya

dalam bentuk inhaler yang berbeda.

a. Steroid hirup

Kata steroid sering menimbulkan gambaran yang mengganggu pikiran banyak

orang dan banyak informasi yang keliru tentang obat yang sangat efektif

ini.steroid versi hirup yang digunakan sebagai pencegah asma adalah sejenis

dengan tablet steroid untuk serangan asma akut yang juga digunakan pada

beberapa pasien arthritis. Dosis streroid hirup sangat ringan dibandingkan

7

dengan dosis yang terkandung dalam steroid tablet. Misalnya, dua isapan

inhaler Becotide 100 dua kalai sehari mengandung 400 mikogram obat.pada

asma akut, 6 butir tablet steroid 5mg/hari-mengandung 30ribu mikogram obat,

jadi dosisnya 75x lipat.efek samping steroid hirup hanya sedikit

dibbandingkan steroid oral tapi, efek ini jauh lebih tidak berbahaya

dibandingkan bila asma tidak diobati.5% penderita yang menggunakan steroid

hirup mengeluh mulutnya terasa pedih dan kering(kadang ini berkaitan dengan

sariawan)sementara 5% lagi mengeluh suaranya menjadi parau; ini oerlu

diperhatikan bagi penderita yang sering menggunakan suaranya (seperti guru

atau operator telpon).pada dosis yang tinggi (1500mikrogram per hari/lebih),

terutama pada penderita yang telah berumur, efeksamping seperti mudah

memar, semakin nyata bersamaan dengan meningkatnya sariawan mulut dan

suara yang parau

b. cromoglycate(intal) zodium clomoglycate sudah lama digunakan sebagai

steroid hirup. Ampuh untuk mencegah asma tingkat sedang pada anak-

anak ,terutama untuk mengontrol asma yang di picu oleh

olahraga.penggunaanya I tiga atau empat kali sehari memang agak merepotkan

bila dibandingkan steroid hirup, namun dapat digunakan secara muda sebelum

beroalah raga.tidak ada efeksamping yang terlihat nyata.

c. nedrocomil (tilade)

Zodium nedrocomil mempunyai daya mencegah serupa dengan steroid hirup

dosis rendah, berupa bubuk kering yang disemprotkan dengan aroma mint .

3. Obat keadaan darurat /cadangan

Beberapa penderita dapat memulai sendiri pengobatan darurat dengan nebulizer

dan atau serangkain steroid tablet, tetapi penderita yang belom pernah mengalami

serangan asma berat, sebaiknya cepat meminta pertolongan dokter umum atau ke

UGD rumah sakit yang terdekat. Obat nebulizer untyk keadaan akut adalah

salbutamol(ventolin, terbutaline, bricanyl) atau ipratropium (atrovent)nebulizer

hanya boleh digunakan atas petunjuj dokter. Alat berupa kompresor udara

sederhana, yang menghembuskan udara melalui larutan obat yang menghasilkan

kabut yang di hirup baik melalui topeng atau bagian yang di masukkan kedalam

mulut.ada kalanya obat nebulizer diberikan untuk digunakan secara teratur oleh

penderita yg lebih parah ,jika dosis tinggi pengobatan lain ternyata tidak

menolong.

8

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

PENGKAJIAN

Anamnesis

Serangan asma pada usia dini memberikan implikasi bahwa sangat mungkin terdapat status

atopic.serangan pada usia dewasa dimungkinkan adanya faktor non-atopik. Tempat tinggal

menggambarkankondisi lingkungan tempat klien berada. Berdasarkan alamat tersebut, dapat

diketahui pula faktor yang dimungkinkan jadi pencetusserangan asma. Status perkawinan dan

gangguan emosional yang timbul dalam keluarga atau lingkungan merupakan faktor pencetus

serangan asma. Pekerjaan serta suku bangsa juga perlu dikaji adanya pemaparan bahan

allergen. Hal lain yang perlu dikaji dari identitas klien ini adalah tanggal MRS, nomer rekam

medis, asuransi kesehatan dan diagnosis medis.

Keluhan utama meliputi sesak napas, bernapas terasa berat pada dada, dan adanya keluhan

sulit untuk bernapas.

Riwayat Penyakit Saat Ini

Klien dengan serangan asma datang mencari pertolongan terutama dengan keluhan sesak

nafas yang hebat dan mendadak,kemudian diikuti dengan gejala-gejala lain seperti

wheezing,penggunaan otot bantu pernapasan,kelelahan,gangguan kesadaran,sianosis,dan

perubahan tekanan darah.

Serangan asma mendadak secara klinis dapat dibagi menjadi tiga stadium. Stadium pertama

ditandai dengan batuk-batuk berkala dan kering. Batuk ini terjadi karena iritasi mukosa yang

kental dan mengumpul. Pada stadium ini terjadi edema dan pembengkakan bronkus. Stadium

kedua ditandai dengan batuk disertai mucus yang jernih dan berbusa. Klien merasa sesak

napas,berusaha untuk bernapas dalam,ekspirasi memanjang diikuti bunyi mengi (wheezing).

Klien lebih suka duduk dengan tangan diletakkan pada pinggir tempat tidur,tampak

pucat,gelisah,dan warna kulit mulai membiru. Stadium ketiga ditandai dengan hampir tidak

terdengarnya suara napas karena aliran udara kecil,tidak ada batuk,pernapasan menjadi

dangkal dan tidak teratur,irama pernapasan meningkat karena asfiksia.

9

Perawat perlu mengkaji obat-obatan yang biasa diminum klien dan memeriksa kembali

setiap jenis obat apakah masih relevan untuk digunakan kembali.

Riwayat Penyakit Dahulu

Penyakit yang pernah diderita pada masa-masa dahulu seperti adanya infeksi saluran

pernapasan atas,sakit tenggorokan,amandel,sinusitis,dan polip hidung. Riwayat serangan

asma,frekuensi,waktu,dan allergen-alergen yang dicurigai sebagai pencetus serangan,serta

riwayat pengobatan yang dilakukan untuk meringankan gejala asma.

Riwayat Penyakit Keluarga

Pada klien dengan serangan asma perlu dikaji tentang riwayat penyakit asma atau penyakit

alergi yang lain pada anggota keluarganya karena hipersensitivitas pada penyakit asma ini

lebih ditentukan oleh factor genetic dan lingkungan (Hood Alsagaf,1993)

Pengkajian Psiko-sosio-kultural

Kecemasan dan koping yang tidak efektif sering didapatkan pada klien dengan asma

bronchial. Status ekonomi berdampak pada asuransi kesehatan dan perubahan mekanisme

peran dalam keluarga. Gangguan emosional sering dipandang sebagai salah satu pencetus

bagi serangan asma baik gangguan itu berasal dari rumah tangga,lingkungan sekitar,sampai

lingkungan kerja. Seorang dengan beban hidup yang berat lebih berpotensial mengalami

serangan asma. Berada dalam keadaan yatim piatu,mengalami ketidakharmonisan

hubungan dengan orang lain,sampai mengalami ketakutan tidak dapat menjalankan peranan

seperti semula.

Pola Resepsi dan Tata Laksana Hidup Sehat

Gejala asma dapat membatasi manusia untuk berperilaku hidu normal sehingga klien

dengan asma harus mengubah gaya hidupnya sesuai kondisi yang tidak akan menimbulkan

serangan asma.

Pola Hubungan dan Peran

Gejala asma sangat membatasi klien untuk menjalani kehidupannya secara normal. Klien

perlu menyesuaikan kondisinya dengan hubungan dan peran klien,baik di lingkungan

rumah tangga,masyarakat,ataupun lingkungan kerja serta perubahan peran yang terjadi

setelah klien mengalami serangan asma.

10

Pola Persepsi dan Konsep Diri

Perlu dikaji tentang persepsi klien terhadap penyakitnya. Persepsi yang salah data

menghambat respons kooperatif pada diri klien. Cara memandang diri yang salah juga akan

menjadi stressor dalam kehidupan klien. Semakin banyak stressor yang ada pada kehidupan

klien dengan asma dapat meningkatkan kemungkinan serangan asma berulang.

Pola Penanggulangan Stres

Stress dan ketegangan emosional merupakan factor intrinsik pencetus serangan asma. Oleh

karena itu,perlu dikaji penyebab terjadinya stress. Frekuensi dan pengaruh stress terhadap

kehidupan klien serta cara penanggulangan terhadap stressor.

Pola Sensorik dan Kognitif

Kelainan pada pola persepsi dan kognitif akan memengaruhi konsep diri klien dan akhirnya

memengaruhi jumlah stressor yang dialami klien sehingga kemungkinan terjadi serangan

asma berulang pun akan semakin tinggi.

Pola Tata Nilai dan Kepercayaan

Kedekatan klien ada sesuatu yang diyakini di dunia dipercaya dapat meningkatkan

kekuatan jiwa klien. Keyakinan klien terhada Tuhan dan mendekatkan diri kepada-Nya

merupakan metode penanggulangan stress yang konstruktif.

PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan Umum

Perawat juga perlu mengkaji tentang kesadaran klien,kecemasan,kegelisahan,kelemahan

suara bicara,denyut nadi,frekuensi pernapasan yang meningkat,penggunaan otot-otot bantu

pernapasan,sianosis,batuk dengan lender lengket,dan posisi istirahat klien.

B1 (Breathing)

Inspeksi

Pada klien asma terlihat adanya peningkatan usaha dan frekuensi pernapasan,serta

pengguanaan otot bantu pernapasan. Inspeksi dada terutama untuk melihat postur dan

11

kesimetrisan,adanya peningkatan diameter anteroposterior,reaksi otot-otot interkostalis,sifat

dan irama pernapasan,dan frekuensi pernapasan.

Palpasi

Pada palpasi biasanya kesimetrisan,ekspansi,dan taktil fremitus normal.

Perkusi

Pada perkusi didaatkan suara normal sampai hipersonor sedangkan diafragma menjadi datar

dan rendah.

Auskultasi

Terdapat suara vesikuler yang meningkat disertai dengan ekspirasi lebih dari 4 detik atau

lebih dari 3 kali inspirasi,dengan bunyi napas tambahan utama wheezing ada akhir

ekspirasi.

B2 (Blood)

Perawat perlu memonitor dampak asma pada status kardiovaskuler meliputi keadaan

hemodinamik seperti nadi,tekanan darah,dan CRT.

B3 (Brain)

Pada saat inspeksi,tingkat kesadaran perlu dikaji. Disamping itu,diperlukan pemeriksaan

GCS,suntuk menentukan tingkat kesadaran klien apakah compos mentis,somnolen,atau

koma.

B4 (Bladder)

Pengukuran volume output urine perlu dilakukan dengan intake cairan. Oleh karena

itu,perawat perlu memonitor ada tidaknya oliguria,karena hal tersebut merupakan tanda

awal dari syok

B5 (Bowel)

Perlu juga dikaji tentang bentuk,turgor,nyeri,dan tanda-tanda infeksi,mengingat hal-hal

tersebut juga dapat merangsang serangan asma. Pengkajian tentang status nutrisi klien

meliputi jumlah,frekuensi,dan kesulitan-kesulitan dalam memenuhi kebutuhannya. Pada

klien dengan sesak napas,sangat potensial terjadi kekurangan pemenuhan kebutuhan

12

nutrisi,hal ini karena terjadi dipnea saat makan,laju metabolisme,serta kecemasan yang

dialami klien.

B6 (Bone)

Dikaji adanya edema ekstremitas,tremor,dan tanda-tanda infeksi pada ekstremmitas karena

dapat merangsang serangan asma. Pada integument perlu dikaji adanya permukaan yang

kasar,kering,kelainan pigmentasi,turgor kulit,kelembapan,mengelupas atau

bersisik,pendarahan,pruritis,eksim,dan adanya bekas atau tanda urtikaria atau dermatitis.

Ada rambut,dikaji warna rambut,kelembapan,dan kusam. Perlu dikaji pula tentang

bagaimana tidur dan istirahat klien yang meliputi berapa lama klien tidur dan istirahat,serta

berapa besar akibat kelelahan yang dialami klien. Adanya wheezing sesak,dan ortopnea

dapat memengaruhi pola tidur dan istirahat klien

Perlu dikaji pula tentang aktivitas keseharian klien seperti olahraga, bekerja, dan aktivitas lainnya. Aktivitas fisik juga dapat menjadi faktor pencetus asma yang disebut dengan exercise induced asma.

Pemeriksaan Diagnostik

Pengukuran fungsi paru (spirometri)

Pengukuran ini dilakukan sebelum dan sesudah pemberian bronkodilator aerosol golongan adrenergik. Peningkatan FEV atau FVC sebanyak lebih dari 20% menunjukkan diagnosis asma.

Tes Provokasi Bronkus

Tes ini dilakukan pada spirometri internal. Penurunan FEV sebesar 20% atau lebih setelah tes provokasi dan denyut jantung 80-90% dari maksimum dianggap bermakna bila menimbulkan penurunan PEFR 10% atau lebih.

Pemeriksa Kulit

Untuk menunjukkan adanya antibodi IgE hipersensitif yang spesifik dalam tubuh.

Pemeriksaan Laboratorium

13

1. Analisa Gas Darah (AGD/Astrup).Hanya dilakukan pada serangan asma berat karena terdapat hipoksemia, hiperkapnea, dan asidosis respiratorik.

2. Sputum Adanya badan kreola adalah karakteristik untuk serangan asma yang berat, karena hanya reaksi yang hebat saja yang menyebabkan transudasi dari edema mukosa, sehingga terlepaslah sekelompok sel-sel epitel dari perlekatannya. Pewarnaan gram penting untuk melihat adanya bakteri, cara tersebut kemudian diikuti kultur dan uji resisten terhadap beberapa antibiotik.

3. Sel eosinofilSel eosinofil pada klien dengan status asmatikus dapat mencapai 1000-1500/mm3 baik asma intrinsik ataupun ekstrinsik, sedangkan hitung sel eosinofil normal antara 100-200/mm3. Perbaikan fungsi paru diserta penurunan hitung jenis sel eosinofil menunjukkan pengobatan telah tepat.

4. Pemeriksaan darah rutin dan kimiaJumlah sel leukosit yang lebih dari 15.000/mm3 terjadi karena adanya infeksi. SGOT dan SGPT meningkat disebabkan kerusakan hati akibat hipoksia atau hiperkapnea.

Pemeriksaan RadiologiHasil pemeriksaan radiologi pada klien dengan asma bronkhial biasanya normal, tetapi prosedur ini harus tetap dilakukan untuk menyingkiekan kemungkinan adanya proses patologi di paru atau komplikasi asma seperti pneumothoraks, pneumomediastinum, atelektasis, dan lain lain.

Penatalaksanaan MedisPengobatan Nonfarmakologi

a) Penyuluhan. Penyuluhan ini ditujukan untuk peningkatan pengetahuan klien tentang penyakit asma sehingga klien secara sadar menghindari faktor-faktor pencetus, menggunakan obat secara benar, dan dan berkonsultasi pada tim kesehatan.

14

b) Menghindari faktor pencetus. Klien perlu dibantu mengidentifikasi pencetus serangan asma yang ada pada lingkungannya, diajarkan cara menghindari dan mengurangi faktor pencetus, termasuk intake cairan yang cukup bagi klien.

c) Fisioterapi, dapat digunakan untuk mempermudah pengeluaran mukus. Ini dapat dilakukan dengan postural drainase, perkusi, dan fibrasi dada.

Pengobatan Farmakologi

a) Agonis beta : metaproterenol (alupent, metrapel). Bentuknya aerosol, bekerja sangat cepat, diberikan sebanyak 3-4 x semprot, dan jarak antara semprotan pertama dan kedua adalah 10 menit.

b) Metilxantin , dosis dewasa diberikan 125-200 mg 4 x sehari. Golongan metilxantin adalah aminofilin dan teofilin. Obat ini diberikan bila golongan beta agonis tidak memberikan hasil yang memuaskan.

c) Kortikosteroid. Jika agonis beta dan metilxantin tidak memberikan respon yang baik, harus diberikan kortokosteroid. Steroid dalam bentuk aerosol dengan dosis 4 x semprot tiap hari. Pemberian steroid dalam janngka yang lama mempunyai efek samping, maka klien yang mendapat steroid jangka lama harus diawasi dengan ketat.

d) Kromolin dan iputropioum bromide (atroven). Kromolin merupakan obat pencegah asma khususnya untuk anak-anak. Dosis Iputropium Bromide diberikan 1-2 kapsul 4 x sehari (kee dan Hayes, 1994).

DIAGNOSIS KEPERAWATAN

1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas yang berhubungan dengan adanya bronkhokonstriksi, bronkhospasme, edema mukosa dan dinding bronkhus, serta sekresi mukus yang kental.

2. Risiko tinggi ketidakefektifan pola nafas yang berhubungan dengan peningkatan kerja pernapasan, hipoksemia, dan ancaman gagal napas.

15

3. Gangguan pertukaran gas yang berhubungan dengan serangan asma menetap

4. Gangguan pemenuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubunngan dengan penurunan nafsu makan.

INTERVENSI

Diagnosis

keperawatan

Tinjauan dan

kriteria Hasil

(NOC)

Rencana Tindakan

(NIC)Rasional

Ketidakefektifan

bersihan jalan

napas yang

berhubungan

dengan

bronkhokonstriksi,

bronkhopasme,

edema mukosa dan

dinding bronkhus,

serta sekresi

mukus yang kental

Setelah

dilakukan

tindakankepera

watan selama

3x24 jam,

kebersihan jalan

napas kembali

efektif. Kriteria

hasil:

a. Dapat

mendemons

trasikan

batuk

efektif.

b. Dapat

1. kaji warna,

kekentalan,

dan jumlah

sputum.

2. Atur posisi

semifowler

3. Ajarkan cara

batuk efektif

4. Bantu klien

latihan napas

dalam.

5. Pertahankan

intake cairan

sedikitnya

2500 ml/hari

1. karakteristik sputum

menunjukkan berat ringannya

obstruksi

2. meningkatkan ekspansi dada

3. batuk yang terkontrol dan

efektif dapat memudahkan

pengeluaran sekret yang

melekat di jalan napas.

4. Ventilasi maksimal membuka

lumen jalan napas dan

meningkatkan gerakan sekret

ke dalam jalan napas besar

untuk dikeluarkan

5. Hidrasi yang adekuat

membantu mengencerkan

16

menyatakan

strategi

untuk

menurunka

n

kekentalan

sekresi

c. Tidak ada

suara napas

tambahan

dan

wheezing

(-)

d. Pernapasan

klien

normal (16-

20x/menit)

tanpa ada

penggunaan

otot bantu

napas.

kecuali tidak

diindikasikan

6. Lakukan

fisioterapi

dada dengan

teknik postural

drainase,

perkusi dan

fibrasi dada

7. Kolaborasi

pemberian obat

Bronkodilator

gol. B2

- Nebulizer

(via

inhalasi)

dengan

golongan

terbutaline

0,25 mg,

fenoterol

Hbr 0,1 %

Solution,

Orciprenali

ne sulfur

0,75 mg

- Intravena

dengan

golongan

theophyline

ethilenediamin

e (Aminofilin)

bolus IV 5-6

mg/kgBB

sekret dan mengefektifkan

pembersihan jalan napas

6. Fisioterapi dada merupakan

strategi untuk mengeluarkan

sekret.

7. – pemberian bronkodilator via

inhalasi akan langsung menuju

area bronkus yang mengalami

spasme sehingga lebih cepat

berdilatasi.

- Pemberian secara intravena

merupakan usaha

pemeliharaan agar dilatasi

jalan napas dapat optimal.

8. Agen mukolitik menurunkan

kekentalan dan perlengketan

sekret paru untuk

memudahkan pembersihan.

Agen ekspektoran akan

memudahkan sekret lepas

dari perlengketan jalan

napas.

9. Kortikosteroid berguna pada

keterlibatan luas dengan

hipoksemia dan menurunkan

reaksi inflamasi akibat edema

mukosa dan dinding bronkus.

17

8. Agen

mukolitik dan

ekspektoran

9. kortikosteroid 

BAB IV

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Asma adalah suatu kondisi paru-paru dimana terjadi penyempitan saluran

pernapasan, yang ditandai dengan sulit bernapas.

2. Etiologi asma sampai saat ini belum diketahui dengan pasti. hal yang menonjol

pada semua penderita asma adalah fenomena hiperaktivitas bronkus yang sangat

peka terhadap rangsangan imunologi maupun non-imunologi.

3. Tanda awal asma yaitu bersin-bersin, gatal pada tenggorokan, batuk, hidung

mampat, perubahan pola napas. Gejala asma yaitu napas berat berbunyi “ngik-

ngik”, batuk, napas pendek tersengal sengal, dan sesak dada

4. Pemeriksaan Penunjang terdiri dari meteran aliran puncak, spirometer, tes bolak-

balik, tes darah dan dahak, sinar x-ray dada, dan tes pernapasan lainnya.

5. Pengobatan asma ada tiga macam yaitu obat pelega sesak napas, obat pencegah,

obat darurat/cadangan.

18

3.2 Saran

19

DAFTAR PUSTAKA

1. Muttaqin Arif.2008.Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem

Pernapasan.Jakarta.Salemba Medika

2. Hadibroto Iwan dan Alan,syamsir.2006.Asma.Jakarta.Salemba Medika.

3. Somantri Irman.2009.Asuhan Keerawatan Pada Klien dengan Gangguan Sistem

Pernapasan edisi 2.Jakarta.Salemba Medika.

4. Prof.Ayres John.2003.Seri Kesehatan Bimbingan Dokter pada Asma.Jakarta.Dian Rakyat

20