Upload
nurul-komariah
View
216
Download
3
Embed Size (px)
DESCRIPTION
ASMA
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Asma merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia, baik di Negara maju maupun di
Negara-negara sedang berkembang. Asma dapat bersifat ringan dan tidak mengganggu
aktivitas, akan tetapi dapat bersifat menetap dan menggaggu aktivitas bahkan kegiatan
harian sehigga menurunkan kualitas hidup, salah satu faktor pencetus serangan asma
adalah kondisi psikologis klien yang tidak stabil termasuk di dalamnya cemas.ini sering
diabaikan oleh klien sehingga frekwensi kekambuhan menjadi lebih sering dan klien jatuh
pada keadaan yang lebih buruk, kondisi ini merupakan suatu rantai yang sulit ditentukan
mana yang menjadi penyebab dan mana yang merupakan akibat.
Badan kesehatan sedunia (WHO) memperkirakan 100-150 juta penduduk dunia
menderita asma. Bahkan, jumlah ini diperkirakan akan terus bertambah hingga mencapai
180.000 orang setiap tahun. Kondisi ini tidak hanya terjadi di negara berkembang, tapi
juga di negara maju sekalipun.
1.2 Rumusan Masalah
a. apa yang dimaksud dengan asma?
b. Bagaimana etiologi penyakit asma?
c. Bagaimana tanda dan gejala dari penyakit asma?
d. Bagaimana Web Of Caution dari penyakit asma?
e. Bagaimana pemeriksaan penunjang dari penyakit asma?
f. Bagaimana pengobatan dari penyakit asma?
1.3 Tujuan
a. Untuk mengetahui definisi dari asma
b. Untuk mengetahui etiologi dari penyakit asma
c. Untuk mengetahui tanda dan gejala dari penyakit asma
d. Untuk mengetahui Web Of Caution dari penyakit asma
e. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang dari penyakit asma
f. Untuk mengetahui pengobatan dari penyakit asma
1
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Pengertian
Asma adalah suatu kondisi paru-paru yang kronis, yang ditandai dengan sulit
bernapas.
Saluran pernapasan penderita asma sangat sensitif dan memberi respons yang sangat
berlebihan jika mengalami rangsangan atau gangguan. Saluran pernapasan tersebut
bereaksi dengan cara menyempit dan menghalangi udara yang masuk. Penyempitan atau
hambatan ini bisa mengakibatkan salah satu atau gabungan dari berbagai gejala mulai dari
batuk, sesak, napas pendek, tersengal-sengal, hingga napas yang berbunyi “ngik-ngik”.
Penyempitan atau hambatan tersebut dikarenakan :
a. Peradangan saluran pernapasan, sehingga menjadi merah, bengkak, dan
mengeluarkan lendir berlebihan dan menyempit.
b. Bronkokonstriksi, yang berarti otot-otot yang melingkari saluran pernapasan
mengetat, mengejang, atau mengerut.
2.2 Etiologi
Sampai saat ini etiologi asma belum diketahui dengan pasti, suatu hal yang menonjol
pada semua penderita asma adalah fenomena hiperaktivitas bronkus. Bronkus penderita
asma sangat peka terhadap rangsangan imunologi maupun non-imunologi. Oleh karena
sifat inilah, maka serangan asma mudah terjadi ketika rangsangan baik fisik, metabolic,
kimia, allergen, infeksi, dan sebagainya. Penderita asma perlu mengetahui dan sedapat
mungkin menghindari rangsangan atau pencetus yang dapat menimbulkan asma.
Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut.
a. Alergen utama, seperti debu rumah, spora jamur, dan tepung sari rerumutan.
b. Iritan seperti asap, bau-bauan, dan polutan.
c. Infeksi saluran napas terutama yang disebabkan oleh virus.
d. Perubahan cuaca yang ekstrem.
e. Kegiatan jasmani yang berlebihan
f. Lingkungan kerja.
g. Obat-obatan.
h. Emosi.
i. Lain-lain, seperti refluks gastroesofagus.
2
Gambaran klinis
Gejala asma terdiri atas triad, yaitu dispnea, batuk dan mengi. Gejala yang disebutkan
terakhir sering dianggap sebagai gejala yang harus ada (sine qua non), data lainnya seperti
terlihat pada pemeriksaan fisik,
2.3 Tanda dan gejala
Mengenali tanda-tanda dan gejala asma adalah bagian penting dari penatalaksanaan
asma. Mengetahui terjadi atau mulai timbulnya tanda-tanda peringatan awal atau gejala
yang ringan sangat membantu agar tindakan intervensi bisa mulai lebih awal pula.
Evaluasi yang tepat dan tepat waktu bisa membantu dokter dan perawat sendiri dalam
menentukan apakah perawatan bisa dilakukan di rumah saja, di tempat praktek dokter,
atau harus diruang gawat darurat rumah sakit.
1. Tanda-tanda awal datangnya asma
Tanda-tanda peringatan awal dialami penderita asma sebelum munculnya suatu
episode serangan asma. Tanda-tanda ini sifatnya unik untuk setiap individu. Selain
itu, pada individu yang sama pun, tanda-tanda peringatan awal bisa sama, hampir
sama, atau sama sekali berbeda pada setiap episode serangan. Beberapa tanda
peringatan awal mungkin dideteksi hanya oleh yang bersangkutan. Sedang tanda
peringatan awal yang lain lebih mengkin terlihat orang lain. Tapi yang paling bisa
diandalkan sebagai tanda peringatan awal adalah penurunan dari angka prestasi
penggunaan “Peak Flow Meter”.
Beberapa contoh tanda peringatan awal adalah :
a. Perubahan dalam pola pernapasan
b. Bersin-bersin
c. Perubahan suasana hati (moodiness)
d. Hidung mampat atau hidung ngocor
e. Batuk
f. Gatal-gatal pada tenggorokan
g. Merasa capai
h. Lingkaran hitam dibawah mata
i. Susah tidur
j. Turunnya toleransi tubuh terhadap kegiatan olahraga
k. Kecenderungan penurunan prestasi dalam penggunaan Peak Flow Meter
3
2. Gejala-gejala asma
Gejala-gejala asma memberi indikasi bahwa suatu serangan asma sedang terjadi.
Contoh gejala asma meliputi :
a. Napas berat yang berbunyi “ngik-ngik”
b. Batuk-batuk
c. Napas pendek tersengal-sengal
d. Sesak dada
e. Angka performa penggunaan Peak Flow Meter menunjukkan rating yang
termasuk “hati-hati” atau “bahaya” (biasanya antara 50% sampai 80% dari
penunjuk performa terbaik individu).
Hal-hal di atas menunjukkan bahwa perubahan telah terjadi pada saluran
pernapasan, dan aliran udara terhambat. Penderita asma mengalami beberapa atau
semua gejala di atas pada suatu serangan. Tindakan penanganan harus dilakukan
untuk mengatasi gejala-gejala tersebut agar tidak menjadi lebih buruk
4
2.4 WOC (Web Of Caution)
5
Pencetus serangan
(alergen,emosi/stress, obat-obatan dan infeksi)
Reaksi antigen dan antibodi
Dikeluarkannya substansi vasoaktif
(histamine,bradikinin,dan anafilaktosin)
Sekresi mucus meningkat
Produksi mucus bertambah
Ketidakseinbangan nutrisi:kurang dari kebutuhan tubuh
(resiko/aktual)
Permeabilitas kapiler
kontraksi otot polos edema mukosa hipersekresi
Obstruksi saluran napas
Hipoventilasi
Distribusi ventilasi tidak merata dengan sirkulasi darah paru-paru
Gangguan difusi gas di alveoli
Hipoksemiahiperkapnea
Kontraksi otot polos
bronkospasme
Bersihan jalan nafas tidak efektif
Kerusakan pertukaran gas
2.5 Pemeriksaan penunjang
Yaitu tes pernafasan yang terdapat dua jenis untuk mendiagnosis asma ,tes aliran
puncak dan spirometri. Keua tes ini mengukur penyempitan jalan napas ,karena semakin
sempit jalan napas , semakin lambat aliran udara yang masuk, dan semakin rendah catatan
yang tertera pada alat itu.
1. Meteran aliran puncak
Alat berukuran kecil , ekonomis dan kuat ini digunakan untuk memeriksa
penyempitan jalan napas dengan mengukur angka maksimum atau puncak sejauh
mana udara dihembuskan.metode ini biasanya digunakan dokter sebagai pegangan
dalam pembedahan .namun anda dapat juga menggunakannya untuk mengukur
aliran puncak anda,dua,tiga,atau empat kali dalam sehari. Orang yang normal akan
menunjukkan variasi nilai dalam sehari . orang yang normal akan menunjukkan
variasi aliran puncak yang sangat sedikit selama sehari dan seminggu , sedangkan
penderita asma menunjukkan variasi yang konsisten atau sebentar-sebentar .pola
yang umum adalah ‘penurunan dipagi hari’ nilai menjadi rendah saat
bangun .kadang dratisnya penurunan aliran puncak bersifat sebentar-sebentar saat
merespon pemicu seperti bulu kucing. Mengukur aliran puncak dengan cara ini
sangat membantu jik keluhan asma hanya sebentar-sebentar saja .memonitor aliran
puncak sehari-hari akan sangat membantu dalam usaha mencegah asma dan untuk
mengantisipasi asma yang memburuk.
2. Spirometer
Alat ini banyak digunakan di klinik asma dan rumah sakit. Alat ini tidak hanya
mengukur kecepatan aliran udara , tapi juga jumlah udara yang dihembuskan setiap
mkali bernafas. Spirometer member informasi lebih banyak tapi tidak dapat
memberikan ukuran uliran puncak sehari-hari.
3. Tes Bolak-Balik
Tes pernafasan dapat dilakukan sebelum atau sesudah menghisap obat
bronkodilator, yang akan membuka jalan nafas. Jika catatan naik 15 persen atau
lebih setelah menghisap obat itu, penyempitan jalan napas dikatakan dapat
dikembalikan dan pasien dinyatakan menderita asma. Meskipun penderita asma
tidak selalu menunjukkan reaksi bolak balik dalam setiap tes, namun tes ini sangat
bermanfaat bagi pasien yang diduga menderita asma.
6
4. Tes darah dan tes dahak
5. Tes alergi cucuk kulit
Untuk memastikan ada atau tidaknya alergi
6. X-Ray dada
Biasanya dilakukan juga untuk menyingkirkan kemungkinan gangguan pernapasan
lain yang bukan dikarenakan asma
7. Tes Pernapasan Lainnya
Jika diagnosis sulit dilakukan, pasien mungkin dikirim ke laboratorium fungsi paru
untuk menjalani tes yang lebih rumit, biasanya atas permintaan dokter.
2.6 Pengobatan
Ada tiga jenis utama obat asma :
1. Obat pelega sesak nafas
Cara kerja obat ini adalah dengan mengendurkan otot dalam dinding jalan nafas,
sehingga jalan nafas terbuka dan udara dapat keluar masuk lebih mudah.hasilnya,
nafas menjadi lega.obat ini disebut bronkodilator dan digunakan dengan cara di
hirup.inhaler biasanya berwarna biru, hujau atau abau-abu dan tersedia dalam
beberapa jenis.inhaler sebaiknya digunakan saat gejala timbul dan bukan untuk
penggunaan sehari-hari, meskipun asma anda parah.penggunaan inhaler secara
teratur sebaiknya dikonsultasikan kepada dokter.
2. Obat pencegah
Cara kerja obat ini adalah dengan mengurangi peradangan pada jalan nafas dan
meredakan iritasi.obat ini harus digunakan secara tetap, biasanya 2x sehari
menghindarkan anda dari masalah ! obat pencegah asma umumnya berwarna
coklat,orange, merah atau kuning .tiga jenis utama obat pencegah asma :steroid
hirup,cromogycate(intal)dan nedocromil(tilade)ketiga obat ini banyak variasinya
dalam bentuk inhaler yang berbeda.
a. Steroid hirup
Kata steroid sering menimbulkan gambaran yang mengganggu pikiran banyak
orang dan banyak informasi yang keliru tentang obat yang sangat efektif
ini.steroid versi hirup yang digunakan sebagai pencegah asma adalah sejenis
dengan tablet steroid untuk serangan asma akut yang juga digunakan pada
beberapa pasien arthritis. Dosis streroid hirup sangat ringan dibandingkan
7
dengan dosis yang terkandung dalam steroid tablet. Misalnya, dua isapan
inhaler Becotide 100 dua kalai sehari mengandung 400 mikogram obat.pada
asma akut, 6 butir tablet steroid 5mg/hari-mengandung 30ribu mikogram obat,
jadi dosisnya 75x lipat.efek samping steroid hirup hanya sedikit
dibbandingkan steroid oral tapi, efek ini jauh lebih tidak berbahaya
dibandingkan bila asma tidak diobati.5% penderita yang menggunakan steroid
hirup mengeluh mulutnya terasa pedih dan kering(kadang ini berkaitan dengan
sariawan)sementara 5% lagi mengeluh suaranya menjadi parau; ini oerlu
diperhatikan bagi penderita yang sering menggunakan suaranya (seperti guru
atau operator telpon).pada dosis yang tinggi (1500mikrogram per hari/lebih),
terutama pada penderita yang telah berumur, efeksamping seperti mudah
memar, semakin nyata bersamaan dengan meningkatnya sariawan mulut dan
suara yang parau
b. cromoglycate(intal) zodium clomoglycate sudah lama digunakan sebagai
steroid hirup. Ampuh untuk mencegah asma tingkat sedang pada anak-
anak ,terutama untuk mengontrol asma yang di picu oleh
olahraga.penggunaanya I tiga atau empat kali sehari memang agak merepotkan
bila dibandingkan steroid hirup, namun dapat digunakan secara muda sebelum
beroalah raga.tidak ada efeksamping yang terlihat nyata.
c. nedrocomil (tilade)
Zodium nedrocomil mempunyai daya mencegah serupa dengan steroid hirup
dosis rendah, berupa bubuk kering yang disemprotkan dengan aroma mint .
3. Obat keadaan darurat /cadangan
Beberapa penderita dapat memulai sendiri pengobatan darurat dengan nebulizer
dan atau serangkain steroid tablet, tetapi penderita yang belom pernah mengalami
serangan asma berat, sebaiknya cepat meminta pertolongan dokter umum atau ke
UGD rumah sakit yang terdekat. Obat nebulizer untyk keadaan akut adalah
salbutamol(ventolin, terbutaline, bricanyl) atau ipratropium (atrovent)nebulizer
hanya boleh digunakan atas petunjuj dokter. Alat berupa kompresor udara
sederhana, yang menghembuskan udara melalui larutan obat yang menghasilkan
kabut yang di hirup baik melalui topeng atau bagian yang di masukkan kedalam
mulut.ada kalanya obat nebulizer diberikan untuk digunakan secara teratur oleh
penderita yg lebih parah ,jika dosis tinggi pengobatan lain ternyata tidak
menolong.
8
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
PENGKAJIAN
Anamnesis
Serangan asma pada usia dini memberikan implikasi bahwa sangat mungkin terdapat status
atopic.serangan pada usia dewasa dimungkinkan adanya faktor non-atopik. Tempat tinggal
menggambarkankondisi lingkungan tempat klien berada. Berdasarkan alamat tersebut, dapat
diketahui pula faktor yang dimungkinkan jadi pencetusserangan asma. Status perkawinan dan
gangguan emosional yang timbul dalam keluarga atau lingkungan merupakan faktor pencetus
serangan asma. Pekerjaan serta suku bangsa juga perlu dikaji adanya pemaparan bahan
allergen. Hal lain yang perlu dikaji dari identitas klien ini adalah tanggal MRS, nomer rekam
medis, asuransi kesehatan dan diagnosis medis.
Keluhan utama meliputi sesak napas, bernapas terasa berat pada dada, dan adanya keluhan
sulit untuk bernapas.
Riwayat Penyakit Saat Ini
Klien dengan serangan asma datang mencari pertolongan terutama dengan keluhan sesak
nafas yang hebat dan mendadak,kemudian diikuti dengan gejala-gejala lain seperti
wheezing,penggunaan otot bantu pernapasan,kelelahan,gangguan kesadaran,sianosis,dan
perubahan tekanan darah.
Serangan asma mendadak secara klinis dapat dibagi menjadi tiga stadium. Stadium pertama
ditandai dengan batuk-batuk berkala dan kering. Batuk ini terjadi karena iritasi mukosa yang
kental dan mengumpul. Pada stadium ini terjadi edema dan pembengkakan bronkus. Stadium
kedua ditandai dengan batuk disertai mucus yang jernih dan berbusa. Klien merasa sesak
napas,berusaha untuk bernapas dalam,ekspirasi memanjang diikuti bunyi mengi (wheezing).
Klien lebih suka duduk dengan tangan diletakkan pada pinggir tempat tidur,tampak
pucat,gelisah,dan warna kulit mulai membiru. Stadium ketiga ditandai dengan hampir tidak
terdengarnya suara napas karena aliran udara kecil,tidak ada batuk,pernapasan menjadi
dangkal dan tidak teratur,irama pernapasan meningkat karena asfiksia.
9
Perawat perlu mengkaji obat-obatan yang biasa diminum klien dan memeriksa kembali
setiap jenis obat apakah masih relevan untuk digunakan kembali.
Riwayat Penyakit Dahulu
Penyakit yang pernah diderita pada masa-masa dahulu seperti adanya infeksi saluran
pernapasan atas,sakit tenggorokan,amandel,sinusitis,dan polip hidung. Riwayat serangan
asma,frekuensi,waktu,dan allergen-alergen yang dicurigai sebagai pencetus serangan,serta
riwayat pengobatan yang dilakukan untuk meringankan gejala asma.
Riwayat Penyakit Keluarga
Pada klien dengan serangan asma perlu dikaji tentang riwayat penyakit asma atau penyakit
alergi yang lain pada anggota keluarganya karena hipersensitivitas pada penyakit asma ini
lebih ditentukan oleh factor genetic dan lingkungan (Hood Alsagaf,1993)
Pengkajian Psiko-sosio-kultural
Kecemasan dan koping yang tidak efektif sering didapatkan pada klien dengan asma
bronchial. Status ekonomi berdampak pada asuransi kesehatan dan perubahan mekanisme
peran dalam keluarga. Gangguan emosional sering dipandang sebagai salah satu pencetus
bagi serangan asma baik gangguan itu berasal dari rumah tangga,lingkungan sekitar,sampai
lingkungan kerja. Seorang dengan beban hidup yang berat lebih berpotensial mengalami
serangan asma. Berada dalam keadaan yatim piatu,mengalami ketidakharmonisan
hubungan dengan orang lain,sampai mengalami ketakutan tidak dapat menjalankan peranan
seperti semula.
Pola Resepsi dan Tata Laksana Hidup Sehat
Gejala asma dapat membatasi manusia untuk berperilaku hidu normal sehingga klien
dengan asma harus mengubah gaya hidupnya sesuai kondisi yang tidak akan menimbulkan
serangan asma.
Pola Hubungan dan Peran
Gejala asma sangat membatasi klien untuk menjalani kehidupannya secara normal. Klien
perlu menyesuaikan kondisinya dengan hubungan dan peran klien,baik di lingkungan
rumah tangga,masyarakat,ataupun lingkungan kerja serta perubahan peran yang terjadi
setelah klien mengalami serangan asma.
10
Pola Persepsi dan Konsep Diri
Perlu dikaji tentang persepsi klien terhadap penyakitnya. Persepsi yang salah data
menghambat respons kooperatif pada diri klien. Cara memandang diri yang salah juga akan
menjadi stressor dalam kehidupan klien. Semakin banyak stressor yang ada pada kehidupan
klien dengan asma dapat meningkatkan kemungkinan serangan asma berulang.
Pola Penanggulangan Stres
Stress dan ketegangan emosional merupakan factor intrinsik pencetus serangan asma. Oleh
karena itu,perlu dikaji penyebab terjadinya stress. Frekuensi dan pengaruh stress terhadap
kehidupan klien serta cara penanggulangan terhadap stressor.
Pola Sensorik dan Kognitif
Kelainan pada pola persepsi dan kognitif akan memengaruhi konsep diri klien dan akhirnya
memengaruhi jumlah stressor yang dialami klien sehingga kemungkinan terjadi serangan
asma berulang pun akan semakin tinggi.
Pola Tata Nilai dan Kepercayaan
Kedekatan klien ada sesuatu yang diyakini di dunia dipercaya dapat meningkatkan
kekuatan jiwa klien. Keyakinan klien terhada Tuhan dan mendekatkan diri kepada-Nya
merupakan metode penanggulangan stress yang konstruktif.
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum
Perawat juga perlu mengkaji tentang kesadaran klien,kecemasan,kegelisahan,kelemahan
suara bicara,denyut nadi,frekuensi pernapasan yang meningkat,penggunaan otot-otot bantu
pernapasan,sianosis,batuk dengan lender lengket,dan posisi istirahat klien.
B1 (Breathing)
Inspeksi
Pada klien asma terlihat adanya peningkatan usaha dan frekuensi pernapasan,serta
pengguanaan otot bantu pernapasan. Inspeksi dada terutama untuk melihat postur dan
11
kesimetrisan,adanya peningkatan diameter anteroposterior,reaksi otot-otot interkostalis,sifat
dan irama pernapasan,dan frekuensi pernapasan.
Palpasi
Pada palpasi biasanya kesimetrisan,ekspansi,dan taktil fremitus normal.
Perkusi
Pada perkusi didaatkan suara normal sampai hipersonor sedangkan diafragma menjadi datar
dan rendah.
Auskultasi
Terdapat suara vesikuler yang meningkat disertai dengan ekspirasi lebih dari 4 detik atau
lebih dari 3 kali inspirasi,dengan bunyi napas tambahan utama wheezing ada akhir
ekspirasi.
B2 (Blood)
Perawat perlu memonitor dampak asma pada status kardiovaskuler meliputi keadaan
hemodinamik seperti nadi,tekanan darah,dan CRT.
B3 (Brain)
Pada saat inspeksi,tingkat kesadaran perlu dikaji. Disamping itu,diperlukan pemeriksaan
GCS,suntuk menentukan tingkat kesadaran klien apakah compos mentis,somnolen,atau
koma.
B4 (Bladder)
Pengukuran volume output urine perlu dilakukan dengan intake cairan. Oleh karena
itu,perawat perlu memonitor ada tidaknya oliguria,karena hal tersebut merupakan tanda
awal dari syok
B5 (Bowel)
Perlu juga dikaji tentang bentuk,turgor,nyeri,dan tanda-tanda infeksi,mengingat hal-hal
tersebut juga dapat merangsang serangan asma. Pengkajian tentang status nutrisi klien
meliputi jumlah,frekuensi,dan kesulitan-kesulitan dalam memenuhi kebutuhannya. Pada
klien dengan sesak napas,sangat potensial terjadi kekurangan pemenuhan kebutuhan
12
nutrisi,hal ini karena terjadi dipnea saat makan,laju metabolisme,serta kecemasan yang
dialami klien.
B6 (Bone)
Dikaji adanya edema ekstremitas,tremor,dan tanda-tanda infeksi pada ekstremmitas karena
dapat merangsang serangan asma. Pada integument perlu dikaji adanya permukaan yang
kasar,kering,kelainan pigmentasi,turgor kulit,kelembapan,mengelupas atau
bersisik,pendarahan,pruritis,eksim,dan adanya bekas atau tanda urtikaria atau dermatitis.
Ada rambut,dikaji warna rambut,kelembapan,dan kusam. Perlu dikaji pula tentang
bagaimana tidur dan istirahat klien yang meliputi berapa lama klien tidur dan istirahat,serta
berapa besar akibat kelelahan yang dialami klien. Adanya wheezing sesak,dan ortopnea
dapat memengaruhi pola tidur dan istirahat klien
Perlu dikaji pula tentang aktivitas keseharian klien seperti olahraga, bekerja, dan aktivitas lainnya. Aktivitas fisik juga dapat menjadi faktor pencetus asma yang disebut dengan exercise induced asma.
Pemeriksaan Diagnostik
Pengukuran fungsi paru (spirometri)
Pengukuran ini dilakukan sebelum dan sesudah pemberian bronkodilator aerosol golongan adrenergik. Peningkatan FEV atau FVC sebanyak lebih dari 20% menunjukkan diagnosis asma.
Tes Provokasi Bronkus
Tes ini dilakukan pada spirometri internal. Penurunan FEV sebesar 20% atau lebih setelah tes provokasi dan denyut jantung 80-90% dari maksimum dianggap bermakna bila menimbulkan penurunan PEFR 10% atau lebih.
Pemeriksa Kulit
Untuk menunjukkan adanya antibodi IgE hipersensitif yang spesifik dalam tubuh.
Pemeriksaan Laboratorium
13
1. Analisa Gas Darah (AGD/Astrup).Hanya dilakukan pada serangan asma berat karena terdapat hipoksemia, hiperkapnea, dan asidosis respiratorik.
2. Sputum Adanya badan kreola adalah karakteristik untuk serangan asma yang berat, karena hanya reaksi yang hebat saja yang menyebabkan transudasi dari edema mukosa, sehingga terlepaslah sekelompok sel-sel epitel dari perlekatannya. Pewarnaan gram penting untuk melihat adanya bakteri, cara tersebut kemudian diikuti kultur dan uji resisten terhadap beberapa antibiotik.
3. Sel eosinofilSel eosinofil pada klien dengan status asmatikus dapat mencapai 1000-1500/mm3 baik asma intrinsik ataupun ekstrinsik, sedangkan hitung sel eosinofil normal antara 100-200/mm3. Perbaikan fungsi paru diserta penurunan hitung jenis sel eosinofil menunjukkan pengobatan telah tepat.
4. Pemeriksaan darah rutin dan kimiaJumlah sel leukosit yang lebih dari 15.000/mm3 terjadi karena adanya infeksi. SGOT dan SGPT meningkat disebabkan kerusakan hati akibat hipoksia atau hiperkapnea.
Pemeriksaan RadiologiHasil pemeriksaan radiologi pada klien dengan asma bronkhial biasanya normal, tetapi prosedur ini harus tetap dilakukan untuk menyingkiekan kemungkinan adanya proses patologi di paru atau komplikasi asma seperti pneumothoraks, pneumomediastinum, atelektasis, dan lain lain.
Penatalaksanaan MedisPengobatan Nonfarmakologi
a) Penyuluhan. Penyuluhan ini ditujukan untuk peningkatan pengetahuan klien tentang penyakit asma sehingga klien secara sadar menghindari faktor-faktor pencetus, menggunakan obat secara benar, dan dan berkonsultasi pada tim kesehatan.
14
b) Menghindari faktor pencetus. Klien perlu dibantu mengidentifikasi pencetus serangan asma yang ada pada lingkungannya, diajarkan cara menghindari dan mengurangi faktor pencetus, termasuk intake cairan yang cukup bagi klien.
c) Fisioterapi, dapat digunakan untuk mempermudah pengeluaran mukus. Ini dapat dilakukan dengan postural drainase, perkusi, dan fibrasi dada.
Pengobatan Farmakologi
a) Agonis beta : metaproterenol (alupent, metrapel). Bentuknya aerosol, bekerja sangat cepat, diberikan sebanyak 3-4 x semprot, dan jarak antara semprotan pertama dan kedua adalah 10 menit.
b) Metilxantin , dosis dewasa diberikan 125-200 mg 4 x sehari. Golongan metilxantin adalah aminofilin dan teofilin. Obat ini diberikan bila golongan beta agonis tidak memberikan hasil yang memuaskan.
c) Kortikosteroid. Jika agonis beta dan metilxantin tidak memberikan respon yang baik, harus diberikan kortokosteroid. Steroid dalam bentuk aerosol dengan dosis 4 x semprot tiap hari. Pemberian steroid dalam janngka yang lama mempunyai efek samping, maka klien yang mendapat steroid jangka lama harus diawasi dengan ketat.
d) Kromolin dan iputropioum bromide (atroven). Kromolin merupakan obat pencegah asma khususnya untuk anak-anak. Dosis Iputropium Bromide diberikan 1-2 kapsul 4 x sehari (kee dan Hayes, 1994).
DIAGNOSIS KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas yang berhubungan dengan adanya bronkhokonstriksi, bronkhospasme, edema mukosa dan dinding bronkhus, serta sekresi mukus yang kental.
2. Risiko tinggi ketidakefektifan pola nafas yang berhubungan dengan peningkatan kerja pernapasan, hipoksemia, dan ancaman gagal napas.
15
3. Gangguan pertukaran gas yang berhubungan dengan serangan asma menetap
4. Gangguan pemenuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubunngan dengan penurunan nafsu makan.
INTERVENSI
Diagnosis
keperawatan
Tinjauan dan
kriteria Hasil
(NOC)
Rencana Tindakan
(NIC)Rasional
Ketidakefektifan
bersihan jalan
napas yang
berhubungan
dengan
bronkhokonstriksi,
bronkhopasme,
edema mukosa dan
dinding bronkhus,
serta sekresi
mukus yang kental
Setelah
dilakukan
tindakankepera
watan selama
3x24 jam,
kebersihan jalan
napas kembali
efektif. Kriteria
hasil:
a. Dapat
mendemons
trasikan
batuk
efektif.
b. Dapat
1. kaji warna,
kekentalan,
dan jumlah
sputum.
2. Atur posisi
semifowler
3. Ajarkan cara
batuk efektif
4. Bantu klien
latihan napas
dalam.
5. Pertahankan
intake cairan
sedikitnya
2500 ml/hari
1. karakteristik sputum
menunjukkan berat ringannya
obstruksi
2. meningkatkan ekspansi dada
3. batuk yang terkontrol dan
efektif dapat memudahkan
pengeluaran sekret yang
melekat di jalan napas.
4. Ventilasi maksimal membuka
lumen jalan napas dan
meningkatkan gerakan sekret
ke dalam jalan napas besar
untuk dikeluarkan
5. Hidrasi yang adekuat
membantu mengencerkan
16
menyatakan
strategi
untuk
menurunka
n
kekentalan
sekresi
c. Tidak ada
suara napas
tambahan
dan
wheezing
(-)
d. Pernapasan
klien
normal (16-
20x/menit)
tanpa ada
penggunaan
otot bantu
napas.
kecuali tidak
diindikasikan
6. Lakukan
fisioterapi
dada dengan
teknik postural
drainase,
perkusi dan
fibrasi dada
7. Kolaborasi
pemberian obat
Bronkodilator
gol. B2
- Nebulizer
(via
inhalasi)
dengan
golongan
terbutaline
0,25 mg,
fenoterol
Hbr 0,1 %
Solution,
Orciprenali
ne sulfur
0,75 mg
- Intravena
dengan
golongan
theophyline
ethilenediamin
e (Aminofilin)
bolus IV 5-6
mg/kgBB
sekret dan mengefektifkan
pembersihan jalan napas
6. Fisioterapi dada merupakan
strategi untuk mengeluarkan
sekret.
7. – pemberian bronkodilator via
inhalasi akan langsung menuju
area bronkus yang mengalami
spasme sehingga lebih cepat
berdilatasi.
- Pemberian secara intravena
merupakan usaha
pemeliharaan agar dilatasi
jalan napas dapat optimal.
8. Agen mukolitik menurunkan
kekentalan dan perlengketan
sekret paru untuk
memudahkan pembersihan.
Agen ekspektoran akan
memudahkan sekret lepas
dari perlengketan jalan
napas.
9. Kortikosteroid berguna pada
keterlibatan luas dengan
hipoksemia dan menurunkan
reaksi inflamasi akibat edema
mukosa dan dinding bronkus.
17
8. Agen
mukolitik dan
ekspektoran
9. kortikosteroid
BAB IV
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Asma adalah suatu kondisi paru-paru dimana terjadi penyempitan saluran
pernapasan, yang ditandai dengan sulit bernapas.
2. Etiologi asma sampai saat ini belum diketahui dengan pasti. hal yang menonjol
pada semua penderita asma adalah fenomena hiperaktivitas bronkus yang sangat
peka terhadap rangsangan imunologi maupun non-imunologi.
3. Tanda awal asma yaitu bersin-bersin, gatal pada tenggorokan, batuk, hidung
mampat, perubahan pola napas. Gejala asma yaitu napas berat berbunyi “ngik-
ngik”, batuk, napas pendek tersengal sengal, dan sesak dada
4. Pemeriksaan Penunjang terdiri dari meteran aliran puncak, spirometer, tes bolak-
balik, tes darah dan dahak, sinar x-ray dada, dan tes pernapasan lainnya.
5. Pengobatan asma ada tiga macam yaitu obat pelega sesak napas, obat pencegah,
obat darurat/cadangan.
18
DAFTAR PUSTAKA
1. Muttaqin Arif.2008.Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Pernapasan.Jakarta.Salemba Medika
2. Hadibroto Iwan dan Alan,syamsir.2006.Asma.Jakarta.Salemba Medika.
3. Somantri Irman.2009.Asuhan Keerawatan Pada Klien dengan Gangguan Sistem
Pernapasan edisi 2.Jakarta.Salemba Medika.
4. Prof.Ayres John.2003.Seri Kesehatan Bimbingan Dokter pada Asma.Jakarta.Dian Rakyat
20