33
MAKALAH PBL MANDIRI BLOK 7 SISTEM RESPIRASI I DISUSUN OLEH : GILANG BHASKARA NIM : 10-2008-095 KELOMPOK B8 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA TAHUN 2008

Gilang Bhaskara 10 2008 095

Embed Size (px)

DESCRIPTION

dsdfsfsdfsd

Citation preview

Page 1: Gilang Bhaskara 10 2008 095

MAKALAH PBL MANDIRIBLOK 7

SISTEM RESPIRASI I

DISUSUN OLEH :GILANG BHASKARA

NIM : 10-2008-095KELOMPOK B8

FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA

TAHUN 2008

Page 2: Gilang Bhaskara 10 2008 095

KATA PENGANTAR

Setiap harinya manusia bernapas. Tanpa bernapas maka manusia ibarat tubuh tanpa nyawa. Napas merupakan elemen kehidupan yang terpenting.

Organ yang digunakan dalam bernapas mencakup dr hidung hingga ke sistem pernapasan yaitu paru-paru. Paru-paru merupakan organ vital dalam melakukan sistem respirasi. Tidak kalah pentingnya adalah jantung dalam memompa darah.

Dalam makalah ini penulis mencantumkan hal-hal mengenai bagian-bagian sistem pernapasan, proses kerja paru-paru, efek dekompresi sebagai pusat pembahasan berbasis kasus, dan cara pemeriksaan fungsi paru.

Akhir kata semoga makalah ini dapat membantu bagi yang ingin memperbesar otot nya. Tetapi ingat tiada hasil tanpa usaha. Selamat membaca !

Jakarta, 20 May 2009

Gilang Bhaskara

2

Page 3: Gilang Bhaskara 10 2008 095

DAFTAR ISI

01. Skenario...................................................................................................................................402. STEP 1 IDENTIFIKASI ISTILAH YANG TAK DIKETAHUI...........................................403. STEP 2 IDENTIFIKASI MASALAH………………………………………………………404. STEP 3 ANALISA MASALAH………………………………………………………….....405. STEP 4 HIPOTESIS…………………………………………………………………………406. STEP 5 SASARAN PEMBELAJARAN................................................................................507. STEP 6 HASIL BELAJAR MANDIRI…………………………………………………… ..508. Anatomi Saluran Napas atas: Hidung-Trakea...........................................................................509. Anatomi Saluran Napas Bawah : Trakea-Paru-Paru…………………………………………..710. Cara Kerja Paru-Paru..…………………………..………………………………………….....911. Pemeriksaan Fisik dan Fungsi Paru-Paru................................................................................1212. Efek Dekompresi......................................................................................................................2113. Daftar Pustaka..........................................................................................................................24

3

Page 4: Gilang Bhaskara 10 2008 095

SKENARIOSeorang pria berusia 35 tahun sedang menyelam setelah 40 menit ia langsung naik ke permukaan, ia merasa sesak dan kemudian tidak sadarkan diri.

STEP 1 IDENTIFIKASI ISTILAH YANG TAK DIKETAHUITidak ada

STEP 2 IDENTIFIKASI MASALAHSesak napas dan tidak sadarkan diri

STEP 3 ANALISA MASALAH

4

Sesak Napas dan Tidak Sadarkan Diri

Jantung

Saluran Napas

Penyebab

Pertolongan

AtasBawah

Dekompresi

Trakea Paru-ParuHidung

- Struktur- Mekanisme- Fungsi- Pemeriksaan

Page 5: Gilang Bhaskara 10 2008 095

STEP 4 HIPOTESISPerubahan tekanan yang tiba-tiba menyebabkan sesak napas dan tidak sadarkan diri.

STEP 5 SASARAN PEMBELAJARAN1. Saluran napas :

- Bagian atas : hidung- Bagian bawah : Paru-paru dan trakea

2. Penyebab Sesak Napas (efek dekompresi) 3. Pertolongan terhadap Sesak Napas

STEP 6 HASIL BELAJAR MANDIRI

1. Anatomi Saluran Napas Atas : Hidung – Trakea

1.1 Hidung

Fungsi hidung antara lain :

1. Mekanisme pertahanan terhadap benda asing

- Saringan bulu hidung menghambat benda dengan ukuran > 10 um

- Mukosa : silia. Menangkap benda 2-10 um

- Cilliary Escalator : Mendorong benda asing ke luar dengan kecepatan 16 mm / menit

2. Memanaskan udara pernapasan sesuai suhu tubuh

3. Melembabkan udara pernapasan dan mencegah membrane alveoli kering ( kelenjar Sebasea

dan sel Goblet )

a. Cavum Nasi

Terletak dari nares di depan hingga

choanae di belakang. Rongga dibagi oleh septum

nasi atas belahan kiri dan kanan. Dinding lateral

ditandai dengan 3 tonjolan disebut concha

nasalis superior, media, dan inferior. Area di

bwah tiap concha disebut meatus.

5

Page 6: Gilang Bhaskara 10 2008 095

Septum nasi adalah sekat os osteocartilago yang ditutupi membrane mucosa. Dibagi

menjadi 2 jenis : membrane mucosa olfactorius dan membrane mucosa respiratorius.

Membrana mucosa olfactorius berfungsi sebagai menerima rangsangan penghidu, sedangkan

membrane mucosa respiratorius berfungsi untuk menghangatkan, melembabkan, dan

membersihkan udara inspirasi.

b. Sinus Paranasalis

Adalah rongga-rongga yang terdapat di dalam os

maxilla, os frontale, os sphenoidale, dan os

ethmoidale. Dibagi menjadi 4 sinus : Sinus Maxillaris,

sinus frontalis, sinus sphenoidales, dan sinus sinus

ethmoidales.

1.2 Pharynx

Pharynx terletak di belakang cavum nasi, mulut,

dan larynx. Pharynx dibagi menjadi 3 bagian :

nasopharynx, oropharynx, dan laryngopharynx.

Nasopharynx terletak di belakang rongga hidung

di atas palatum molle

Oropharynx terletak di belakang cavum oris dan

terbentang dari palatum molle sampai ke pinggir

atas epiglottis

Laryngopharynx terletak di belakang aditus

larynges dan permukaan posterior larynx dan

terbentang dari pinggir atas epiglottis sampai ke

pinggir bawah cartilage cricoidea.

1.3 Larynx

6

Page 7: Gilang Bhaskara 10 2008 095

Larynx adalah organ khusus yang mempunyai

sphincter pelindung pada pintu masuk jalan

napas dan berfungsi dalam pembentukan suara.

Kerangka larynx dibentuk beberapa cartilage

yaitu cartilage thyroidea, cricoidea, arytenoidea,

corniculata, cuneiformis, dan epiglottis. Ada

pula cavitas laryngis yang terbentang dari

aditus laryngis sampai ke pinggir bawah

cartilage cricoidea dan dapat dibagi menjadi 3

bagian :

a. Vestibulum Laryngis : Terbentang dari aditus laryngis – plica vestibularis

b. Bagian Tengah : Terbentang dari plica vestibularis – plica vocalis

c. Bagian bawah : Terbentang dari plica vocalis – pinggir bawah cartilage cricoidea

1.4 Trachea

Adalah tabung yang dapat bergerak dengan panjang kurang lebih 5 inci dan diameter 1 inci.

Trachea mempunyai dinding fibroelastis yang tertanam dalam balok-balok cartilage hialin yang

berbentuk huruf U yang mempertahankan lumen trakea tetap terbuka.

2. Saluran Napas Bawah : Bronkus – Pulmo

2.1 Bronchus Principalis

Bronchus principalis dextra bercabang menjadi bronchus lobaris superior dextra, bronchus

lobaris medius , dan bronchus lobaris inferior dextra. Sedangkan bronchus principalis sinistra

bercabang menjadi bronchus lobaris superior sinistra dan bronchus lobaris inferior sinistra.

2.2 Pulmo

Masing-masing paru mempunyai apex pulmonis, basis pulmonis ( facies diapraghma ), facies

costalis, facies mediastinalis ( impression cardiac ), dan hilus pulmonis ( cekungan tempat

7

Page 8: Gilang Bhaskara 10 2008 095

bronkus, pembuluh darah, dan saraf yang membentuk radix pulmonis masuk dan keluar dari

paru )

2.3 Segmenta Bronchopulmonalia

Setiap bronkus lobaris mempercabangkan bronchi segmentales. Setiap bronchi segmentalis

masuk ke unit paru dan disebut

segmenta bronchopulmonalia. Setelah

masuk segmenta bronchopulmonalia,

bronkus segmentalis segera membelah

menjadi lebih kecil yang disebut

bronkiolus. Bronkiolus membelah

menjadi bronkiolus terminalis dan

respiratorius. Bronkiolus respiratorius

berakhir dengan bercabang sebagai

duktus alveolaris yang menuju kea rah

pembuluh-pembuluh berbentuk kantong

dengan dinding tipis yang disebut sakus alveolaris.

Segmenta bronchopulmonalia utama :

Pulmo dexter :

Lobus superior : Segmentum apicale, posterius, dan anterius

Lobus Medius : Segmentum laterale, mediale

Lobus Inferior : Segmentum superius, basale mediale, basale, basale laterale, dan basale posterius

Pulmo sinister :

Lobus Superior : Segmentum apicoposterius, anterius, lingulare superius, lingulare inferius,

superius

Lobus Inferior : Segmentum basale mediale, basale anterius, basale laterale, postero-basal.

2.4 Radix Pulmonis

8

Page 9: Gilang Bhaskara 10 2008 095

Dibentuk oleh alat-alat yang masuk dan keluar paru. Alat itu adalah bronchi, arteri dan vena

pulmonalis, pembuluh limfatik, arteri dan vena bronchiales, dan saraf-saraf.

3. Cara Kerja Paru-Paru

3.1 Pertukaran Gas dalam Paru-Paru

O2 larut secara fisik dalam plasma , namun

sebagian besar berdifusi dalam sel darah

merah bereaksi dengan deoksiHb

membentuk oksiHb sambil melepaskan H+ .

Pada saat Hb jenuh dengan O2, afinitas thd

CO2 ↓ sehingga CO2 yg terikat pd Hb akan

terdisosiasi dan berdifusi keluar dari sel

darah merah melalui plasma menuju alveoli.

Ion H+ yang dilepaskan Hemoglobin

berikatan dengan ion HCO3- yang berdifusi

ke dalam sel darah merah dari plasma dan

saling bertukar tempat dengan Cl-. Reaksi antara H+ dan HCO3- menghasilkan H2CO3.

As. Karbonat pecah menjadi H2O & CO2 dengan bantuan enzim karbonat anhidrase. CO2

berdifusi keluar dari SDM menuju plasma lalu ke alveoli.

3.2 Pertukaran Gas dalam Jaringan

CO2 terlarut dalam jumlah kecil dalam plasma namun sebagian besar berdifusi ke dalam SDM

bereaksi dg air membentuk H2CO3 atau berikatan dengan Hb membentuk carbamino Hb. Reaksi

dikatalisis oleh carbonate anhidrase. Terdisosiasi jd H+ dan HCO3- .Selama pergeseran klorida,

ion HCO3- berdifusi keluar dari SDM digantikan oleh Cl- . Selanjutnya HCO3

- bertindak sbg

buffer mengontrol pH darah.

9

Page 10: Gilang Bhaskara 10 2008 095

Dalam SDM, ion H+ dibuffer oleh Hb . Pada keadaan

dimana Hb berikatan dg H+ Hb punya afinitas yang

rendah thd O2.

Sejumlah kecil O2 diangkut dalam keadaan terlarut

secara fisik berdifusi keluar dari plasma masuk ke

dalam sel jaringan.

3.3 Sistem Buffer Dalam Darah dan Paru-Paru

Sistem pernapasan dipakai buffer H2CO3 dan HCO3- karena ada hubungan dengan kemampuan

pengeluaran CO2 - . Bila kelebihan asam H3O + berarti pH turun maka pusat pernapasan akan

dirangsang sehingga menjadi lebih dalam, akibatnya kelebihan CO2 akan dikeluarkan melalui

paru-paru.

Perubahan HHb menjadi H+ dan HbO2 disertai dilepaskannya H + yang bergabung menjdai

HCO3- H2CO3

HCO3- + H3O+ => H2CO3 + H2O

Karena tekanan CO2 dalam paru rendah maka H2CO3 terurai menjadi CO2 + H2O yang

dikeluarkan bersama proses ekspirasi.

H2CO3 => CO2 + H2O

Untuk di jaringan, karena PO2 jaringan rendah maka terjadi pembebasan O2

Oxy-Hb = HHb

Pada saat yang sama hasil metabolism masuk ke dalam darah.

Dalam sel darah merah CO2 berikatan dengan H2O dengan bantuan carbonic anhidrase menjadi

H2CO3 kemudian H2CO3 akan terurai menjadi H+ dan HCO3-

H2CO3 + OH- => HCO3- + H2O

HCO3- masuk ke dalam plasma darah dan diangkut ke paru sedangkan H + bereaksi dengan Hb-

menjadi HHb

1

Page 11: Gilang Bhaskara 10 2008 095

Perubahan pH sangat kecil karena H + di buffer oleh Hb- menjadi HHb yang relative merupakan

asam lemah.

3.4 Inspirasi dan Ekspirasi

Jaringan paru menempati bagian terbesar rongga dada

Rongga dada dibentuk oleh :

- 12 pasang tulang iga yang berhubungan dengan sternum di anterior dan vertebra torakalis di

posterior

- Bagian inferior oleh diafragma

Kontraksi otot-otot Interkostal dan diafragma mengubah bentuk dan luas rongga dada.

Jaringan paru dan dinding dada berupa struktur elastis paru yang dibungkus oleh 2 lapisan pleura

- Pleura viseral

- Pleura parietal

- Ruang intraplera berisi cairan yang berfungsi pelumas

Pada kondisi normal :

- Tekanan intrapleura kurang dari tekanan atmosfir yang disebut tekanan sub atmosferik (tekanan

negatif, tekanan donders)

- Pada keadaan istirahat (akhir ekspirasi tenang) jaringan paru dan dinding dada pada kedudukan

“Resting end Expiratory Level” yaitu:

- Keadaan seimbang

- Resultan sifat paru yang cenderung kolaps dan dinding dada yang cenderung

mengembang

Proses Inspirasi = proses Aktif (Kontraksi otot-otot inspirasi)

Inspirasi Tenang

Organ yang berkontraksi:

- Diafragma dan

- M. Interkostal Eksternus (Otot Inspirasi utama)

Inspirasi Kuat

1

Page 12: Gilang Bhaskara 10 2008 095

Otot-otot inspirasi tambahan yang ikut berkontraksi :

- Sternokleidomastideus

- Pektoralis Mayor, dll

Keadaan Istirahat

- Diafragma berbentuk kubah

- Luas permukaan +/- 250 cm2

Perangsangan N. Fremikus Kontraksi diafragma

Diafragma turun / mendatar 1.5 – 7 cm, pembesaran rongga dada dalam dimensi vertikal

Pembesaran rongga dada kira-kira 75% oleh diafragma

Kontraksi M. Interkostal Eksternus :

- Iga-iga terangkat keatas lateral

- Sternum bergerak ke anterior atas

- Volume dada meningkat 25%

Proses Ekspirasi

Ekspirasi tenang : proses pasif

- Relaksasi otot inspirasi

- Jaringan paru kembali kekedudukan semula sesudah teregang (daya recoil)

Ekspirasi Kuat

Kontraksi otot-otot ekspirasi

- Otot dinding perut

- Otot Interkostal Internis

3.5 Elastisitas Jaringan Paru (Recoil dan Compliance)

Daya Recoil : Kemampuan untuk kembali ke bentuk semula sesudah diregangkan

Tujuan : Mengembalikan volume paru ke resting level

Compliance : Kemudahan jaringan paru untuk diregang dinyatakan sebagai hubungan antara

volume paru dengan perubahan tekanan intra pulmo dinyatakan sebagai :

1

Page 13: Gilang Bhaskara 10 2008 095

V / P = ……. L /cm H2O

Terdapat :

- Compliance Paru

- Compliance dada

- Compliance Total (paru dan dada sebagai 1 unit)

Normal Compliance Total : 0.1 – 0.2 L / cm H2O

Pengukuran Compliance : Statis dan Dinamis

Faktor yang mempengaruhi Compliance

1. Volume paru saat pengukuran : Volume Paru saat pengukuran besar, compliance turun

2. Perubahan elastisitas jaringan paru : Fibrosis Paru, compliance turun

3. Tahanan jalan nafas : Kongesti dan Edema Paru, tahanan jalan nafas naik, compliance

turun.

4. Tegangan permukaan alveol ada lapisan surfaktan, menurunkan tegangan permukaan,

compliance turun

Molekul Surfaktan sama dengan sekrit sel epitel type II diantara molekul-molekul air. Fungsi:

1. Waktu alveol mengempes molekul surfaktan menurunkan tegangan permukaan, jadi alveol

tidak kolaps

2. Waktu inpirasi alveol mengembang molekul surfaktan saling menjauh tegangan permukaan

alveol naik

3. Melawan regangan alveol yang berlebihan, mencegah alveol pecah, pada akhir inspirasi

3.6 Kerja Pernafasan

Proses inspirasi memerlukan kerja otot inspirasi untuk melawan recoil dan tahanan jalan nafas

Kondisi Normal :

Compliance paru tinggi tahanan jalan nafas rendah, kerja pernafasan kecil, 3% dari penggunaan

energi total tubuh

1

Page 14: Gilang Bhaskara 10 2008 095

Peningkatan Kerja Pernafasan dipengaruhi berbagai faktor :

1. Compliance paru turun

2. Daya recoil turun

3. Tahanan jalan nafas naik

4. Kebutuhan ventilasi naik (olah raga)

3.7 Volume dan Kapasitas Paru-Paru

Pengukuran dengan menggunakan Spirometer

Pencatatan : Spirogram

1. Tidal Volume ( T.V )

Volume alun nafas, udara yang keluar masuk paru pada pernafasan tenang

2. Volume cadangan inspirasi ( I.R.V )

Volume udara maksimal yang dapat masuk paru sesudah inspirasi biasa

3. Volume cadangan ekspirasi ( E.R.V )

Jumlah udara maksimal yang dapat dikeluarkan dari paru sesudah ekspirasi biasa

4. Volume residu ( R.V )

Udara yang masih tersisa dalam paru sesudah ekspirasi maksimal, terdiri dari:

- volume kolaps : udara yang masih dapat dikeluarkan dari paru sesudah ekspirasi

maksimal bila paru kolaps

- volume minimal : Udara yang masih tinggal dalam paru sesduah paru kolaps

(Digunakan di ilmu kedokteran kehakiman untuk membuktikan apakah bayi lahir

meninggal atau mati sesudah lahir)

5. Kapasitas inspirasi ( I.C )

I.C = TV + IRV

6. Kapasitas Residu Fungsional ( F.R.C )

FRC = ERV + RV

7. Kapasitas Vital ( V.C )

VC = IRV + TV + ERV

(Menggabarkan kemampuan pengembangan paru)

1

Page 15: Gilang Bhaskara 10 2008 095

8. Kapasitas Paru Total ( T.L.C )

TLC = VC+ RV

Ruang Rugi

Ruangan dari hidung / mulut sampai dengan Br. Terminalis

- Tidak terlibat pada pertukaran gas

- hanya berfungsi sebagai saluran

Dibedakan dalam ruang rugi anatomi dan ruang rugi fisiologi

Ruang Rugi Fisiologi :

Ruang Rugi Anatomi + Ruang Rugi Alveoler

(Alveol yang tidak berfungsi)

Ventilasi : Pulmonal dan Alveol

Ventilasi Pulmonal :

Jumlah udara yang keluar masuk paru / menit =

TV x Frekuensi pernafasan / menit

12 x 500 ml/menit = 6000 ml / menit

Ventilasi Alveol (Lebih penting) :

(TV – Vol. Ruang Rugi) x frekuensi pernafasan/menit

(500 – 150) x 12 = 4200 ml/menit

4. Pemeriksaan Fisik dan Fungsi Paru

4.1 Pemeriksaan Radiologis

Metode yang digunakan :

Radiografi konvensional

Ultrasonografi

CT Scan

MRI

Angiografi

1

Page 16: Gilang Bhaskara 10 2008 095

Nuclear medicine

4.1.1 Radiologi Konvensional Positioning

a. TORAK PA (Postero-Anterior)

- Merupakan posisi standar

- Posisi tubuh tegak

- Dada (anterior) menempel kaset film

- Sinar dari posterior

- Posisi lengan tolak pinggang agar os skapula

diluar lapangan paru

- Inspirasi maksimal

b. TORAK AP (Antero-Posterior)

- Untuk keadaan umum lemah

- Posisi duduk atau ½ duduk atau berbaring

- Kaset film berada di posterior (punggung)

- Sinar berada di anterior (depan dada)

- Inspirasi maksimal . Sebaiknya juga skapula di

luar lapangan paru

c. TOP LORDOTIK

- Arah sinar menyudut 20-25 derajat thd film

- Terutama untuk melihat daerah apek / puncak

paru

- Daerah apek tidak tertutup oleh tulang iga

- Dapat dilakukan pada posisi tegak ataupun

berbaring

1

Page 17: Gilang Bhaskara 10 2008 095

d. FOTO LATERAL

- Dapat lateral kanan atau kiri tergantung aspek yang

akan dinilai

- Tujuan meminimalisasi efek magnifikasi,

menentukan posisi lesi, konfirmasi lesi, cor analisa

dll

- Bila obyek berada di kanan à lateral kanan (sisi

kanan menempel kaset)

- Posisi tegak atau berbaring (bila KU lemah)

Syarat kondisi foto standard :

1. Simetris à proyeksi prosesus spinosus berada tepat di tengah antara caput clavicula

2. Kualitas baik à corpus vertebra thorakalis IV masih samar terlihat

3. Inspirasi maksimal à costae 10 posterior atau ujung costae 6 anterior berada di atas

diafragma

4. Skapula di luar paru à proyeksi tulang skapula berada di luar lapangan paru

5. Identitas dan marker à nama, tanggal, no dan L/R harus ada

Syarat Gambaran Torak normal :

1. CTR ( Cardio-Thorac Ratio : Diameter terjauh

jantung dibandingkan lebar torak ) < 50%

2. Aorta tidak melebar, tidak kalsifikasi dan tidak

elongasio

3. Mediastinum superior tak melebar

4. Trachea di tengah

5. Hilus tak menebal, tak suram dan tak melebar

6. Corakan bronchovaskular < 2/3 paru, tak tampak

infiltrat/ lesi

7. Diafragma licin

8. Sinus kostofrenikus lancip

9. Tulang intak

1

Page 18: Gilang Bhaskara 10 2008 095

10. Jaringan lunak ekstrapulmonum baik

4.1.2 USG

USG dipakai untuk menilai adanya cairan dalam pleura (

efusi pleura).

USG dapat menilai efusi pleura dengan akurat

walaupun dalam jumlah yang sedikit.

4.1.3 CT SCAN

Merupakan modalitas yang terpenting.

Memberikan detail yg sangat baik dan menentukan

staging tumor mediastinum dan paru.

Menilai adanya pembesaran kgb hilus

Memvisualisasi massa di pleura

Menilai vaskuler mediastinum

Mengidentifikasi lesi di paru

Membantu / guiding biopsy

4.1.4 MRI

Paru tidak dapat dievaluasi dengan baik dengan menggunakan teknik ini namun indikasi

utama dari teknik ini adalah evaluasi massa mediastinum, diseksi aorta dan staging

karsinoma bronchus, jika dicurigai invasi ke vaskuler.

4.1.5 Angiografi Pulmonal

Arteri pulmonal secara selektif dikateterisasi, baik

melalui vena jugularis atau A. femoralis, dan kontras

disuntikan untuk memvisualisasi arteri dan sirkulasi

vena. Ini merupakan prosedur invasif dan sebaiknya

hanya dilakukan jika angiografi pulmonal dengan CT

tidak dapat dilakukan.

1

Page 19: Gilang Bhaskara 10 2008 095

4.1.6 Nuclear medicine ( Scanning paru)

Kombinasi pemindaian perfusi dengan makroagregat yang

berlabel Technetium-99m (Tc-99m) pada albumin

manusia yang dinilai adalah perfusi parenchym paru (

dalam hal ini pada emboli paru)

4.2 Pemeriksaan Fisik Paru

4.2.1 Bagian Depan

Inspeksi

Perhatikan dengan seksama bentuk dada pasien dan pergerakan dinding dadanya, yang secara

normal harus dalam keadaan simetris. Lihatlah apakah ada kelainan pada kulit dinding dada,

misalnya pembengkakan , tumor dan lain-lain, apakah terjadi retraksi selama inspirasi, dan

kelainan lainnya.

Palpasi ( Pemeriksaan Fremitus )

Untuk menentukan ada tidak nya daerah yang nyeri

Perkusi

Normal akan terdengar suara sonor di seluruh lapangan paru

Auskultasi

Untuk melihat aliran udara pada cabang-cabang trakeo-bronkial. Termasuk : mendengarkan suara

yang dihasilkan selama pernapasan, mendengarkan suara tambahan yang terjadi, dan bila diduga

ada kelainan pada paru-paru dapat didengar suara bicara atau bisikkan pasien yang

ditransmisikan pada dinding paru.

5.2.2 Paru-Paru Belakang

1

Page 20: Gilang Bhaskara 10 2008 095

Inspeksi

Memperhatikan bentuk dada dan pergerakannya saat bernapas. Normalnya harus simetris.

Palpasi, Perkusi, dan Auskultasi sama seperti pada paru-paru depan

4.3 Pemeriksaan Fungsi Paru

1. Spirometer biasa

TV, IRV, ERV, IC, VC

2. Spirometer + Pengatur kecepatan pencatatan

- Volume ekspirasi Paksa ( Forced Expiratory Volume )

FEV 1 detik 83 % VC

FEV 3 detik 97 % VC

3. M.B.C ( Maximal Breathing Capacity ) :

Volume pernafasan semenit pada pernafasan sekuat-kuatnya dan secepat-cepatnya. 125 –

170 L / menit

2

Page 21: Gilang Bhaskara 10 2008 095

5. Efek Dekompresi

Bila orang bernapas dalam lingkungan udara bertekanan tinggi dalam jangka waktu lama, jumlah

nitrogen yang larut dalam cairan tubuhnya akan banyak sekali. Mengapa demikian ? Darah yang

mengalir melalui kapiler paru akan jenuh dengan nitrogen yang tekanannya sama dengan tekanan

yang terdapat dalam udara campuran pernapasan. Setelah beberapa jam, cukup banyak nitrogen

yang diangkut ke jaringan sehingga jaringan jenuh akan nitrogen. Karena nitrogen tidak di

metabolism oleh tubuh, nitrogen akan tetap larut sampai tekanan nitrogen dalam paru turun, pada

waktu itulah nitrogen dibuang melalui pernapasan, tetapi pembuangan ini memerlukan waktu

beberapa jam dan sekumpulan masalah ini yang disebut “decompression sickness”

Mekanisme Bila seorang penyelam telah lama berada di dalam laut sehingga sejumlah besar

nitrogen terlarut dalam tubuhnya dan kemudian tiba-tiba naik ke permukaan laut, sejumlah

gelembung nitrogen dapat timbul dalam cairan tubuhnya baik intrasel maupun ekstrasel, dan hal

ini dapat menimbulkan kerusakan di setiap tempat dalam tubuh, dari derajat ringan hingga berat

bergantung pada jumlah dan ukuran gelembung yang terbentuk. Inilah decompression sickness.

Selama penyelam itu masih tetap berada di laut, tekanan di luar tubuhnya ( 5000 mm Hg ) akan

menekan jaringan tubuh sehingga gas tetap berada dalam keadaan terlarut. Tetapi bila penyelam

itu mendadak naik ke permukaan laut, tekanan di luar tubuhnya menjadi hanya 1 atm ( 760

mmHg ), sedangkan tekanan gas dalam cairanb tubuhnya merupakan jumlah dari tekanan uap air,

karbon dioksida, oksigen, dan nitrogen atau total 4065 mm Hg, yang jelas jauh lebih besar dari

tekanan di luar tubuh dan sekitar 97 % nya disebabkan oleh nitrogen terlarut. Oleh karena itu gas

akan keluar dari larutan dan membentuk gelembung-gelembung dalam jaringan, terutama dalam

darah yang kemudian menyumbat pembuluh darah.

Sejarah Penyakit Dekompresi pertama kali diamati oleh Triger (Perancis, 1843) dengan gejala-

gejala nyeri dan kejang otot pada pekerja-pekerja tambang batubara. Poldan Watelle (Perancis

1954) memperhatikan bahwa gejala-gejala tersebut menghilang bila pekerja tersebut

dikembalikan ke lingkungan semula. Paul Bert (Perancis, 1878) menemukan gelembung-

gelembung gas yang ada di dalam jaringan adalah nitrogen.

Gejala-gejala penyakit ini ditemukan juga pada pekerja Caisson sehingga disebut juga penyakit

2

Page 22: Gilang Bhaskara 10 2008 095

Caisson yang di Amerika Serikat dikenal dengan sebutan “Bends”.

Untuk mengatasi dan mencegah timbulnya penyakit dekompresi maka Haldane (ahli fisiologi)

Angkatan Laut Kerajaan Inggris berhasil membuat tabel penyelaman pertama. Penelitiannya

menyatakan bahwa tekanan yang dialami penyelam dapat diturunkan dengan cepat menjadi

setengahnya (rasio 2 : 1) tanpa menimbulkan gangguan yang berarti, atas dasar ini disusunlah

tabel-tabel dekompresi.

Selama bertahun-tahun dianggap bahwa terbentuknya gelembung gas adalah penyebab penyakit

dekompresi. Tetapi kemudian Swindle dan End pada tahun 1937 juga menemukan perubahan-

perubahan biokimia akibat pengembangan gelembung-gelembung gas yang menyebabkan

aglutinasi eritrosit dan agregasi trombosit

Diagnosis Adanya riwayat penyelaman dihubungkan dengan gejala klinis yang diperoleh maka

diagnosis segera dapat ditegakkan. Pada kebanyakan kasus, gejala timbul setelah 24 jam, maka

umumnya tidak akan didiagnosis sebagai penyakit dekompresi, namun pernah dilaporkan paling

lama 36 jam .

Penelitian Larn dan Whistler (dikutip Dario 29), onset gejala sebagai berikut : 50 % kasus

mempunyai onset 30 menit, 85 % kasus mempunyai onset 1 jam, 95 % kasus mempunyai onset 3

jam dan hanya 1% kasus mempunyai onset lebih dari 6 jam.

Data dari U.S. Navy for developing decompression models sama dengan The Naval Diving and

Salvage Training Center sebagai berikut : 42% terjadi dalam 1 jam, 60% terjadi dalam 3 jam, 63

% terjadi dalam 8 jam dan 98% terjadi dalam 24 jam.

Bila diagnosis tidak pasti, dapat dilakukan tes rekompresi yaitu penderita dimasukkan dalam

RUBT diberi tekanan 2,8 ATA untuk 20-40 menit, inhalasi oksigen 100% dan 10 menit udara

biasa. Bila keluhan tidak berubah atau tetap, maka ini bukan penyakit dekompresi, tetapi bila ada

perubahan (nyeri berkurang atau bertambah) maka ini berarti penyakit dekompresi dan dapat

dilakukan pengobatan rekompresi.

Gejala Decompression Sickness. Sebagian besar gejala decompression sickness disebabkan oleh

karena gelembung-gelembung gas yang menyumbat pembuluh darah di berbagai jaringan. Mula-

mula hanya pembuluh darah kecil yang disumbat oleh gelembung-gelembung kecil, tetapi seiring

dengan penyatuan gelembung-gelembung tersebut, pembuluh darah yang besar secara progresif

2

Page 23: Gilang Bhaskara 10 2008 095

ikut tersumbat juga. Akhirnya terjadi iskemia jaringan. Kebanyakan orang, gejalanya adalah

nyeri pada sendi dan otot lengan atau tungkai. 5-10 % terjadi gejala sistem saraf yang berkisar

dari pusing hingga paralisis dan kolaps dan hilang kesadaran.

2 % penderita mengalami chokes, yang disebabkan oleh sejumlah gelembung kecil massif yang

menyumbat kapiler paru. Ditandai dengan napas pendek yang serius, seringkali diikuti oleh

edema paru yang berat dan kadang kematian.

Pertolongan / Terapi Dekompresi Kalau penyelam

dibawa ke permukaan secara perlahan-lahan ;

sebenarnya nitrogen yang terlarut akan dibuang melalui

paru cukup cepat sehingga tidak perlu terjadi

decompression sickness. Prosedur lain yang banyak

digunakan untuk dekompresi penyelam profesional

adalah dengan memasukkan penyelam ke dalam tangki

bertekanan dan kemudian menurunkan tekanan secara bertahap kembali ke tekanan atmosfer

normal. Untuk pencegahan dapat memakai SCUBA ( Self contained underwater breathing

apparatus )

2

Page 24: Gilang Bhaskara 10 2008 095

DAFTAR PUSTAKA

1. Snell, Richard. 2006. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran. Jakarta : EGC2. Guyton, Hall. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Guyton. Jakarta : EGC3. Guyton, Arthur. 1995. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit. Jakarta : EGC4. Gleadle, Jonathan. 2007. At a Glance Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik. Jakarta : Erlangga5. Kamus Kedokteran Dorland ed.29. Jakarta : EGC 6. Sumber lain

- resources.unpad.ac.id/unpad content /uploads/publikasi_dosen/ NILAI%20KAPASITAS %20VITAL%20PARU.PDF- med.unhas.ac.id/DataJurnal/tahun2005vol26/Vol.26No.../TP%202-5%20Transpor%20Oksigen%20(Bahrul%20Fikri,%20Idha..- http://spa2daily.wordpress.com/2008/04/10/buffer-dalam-darah/- http://emjinain.wordpress.com/category/catatan-kuliah-ilmu-penyakit-paru-pulmonologi/- http://beta.tnial.mil.id/cakrad_cetak.php?id=303- http://www.gosportsspex.co.uk/images/Hydrooptix/cystal_blue.jpg- http://en.wikipedia.org/wiki/Decompression_sickness

2