Gizi Buruk Paper

Embed Size (px)

DESCRIPTION

adsf

Citation preview

BAB 1PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANGMalnutrisi yaitu gizi buruk atau Kurang Energi Protein (KEP) dan defisiensi mikronutrien merupakan masalah yang membutuhkan perhatian khusus terutama di negara-negara berkembang, yang merupakan faktor risiko penting terjadinya kesakitan dan kematian pada ibu hamil dan balita. Di Indonesia KEP dan defisiensi mikronutrien juga menjadi masalah kesehatan penting dan darurat di masyarakat terutama anak balita. Kasus kematian balita akibat gizi buruk kembali berulang, terjadi secara masif dengan wilayah sebaran yang hampir merata di seluruh tanah air. Sejauh pemantauan yang telah 1dilakukan temuan kasus tersebut terjadi setelah anak-anak mengalami fase kritis. Sementara itu, perawatan intensif baru dilakukan setelah anak-anak itu benar-benar tidak berdaya. Berarti sebelum anak-anak itu memasuki fase kritis, perhatian terhadap hak hidup dan kepentingan terbaiknya terabaikan. Balita merupakan kelompok masyarakat yang rentan gizi. Pada kelompok tersebut mengalami siklus pertumbuhan dan perkembangan yang membutuhkan zat-zat gizi yang lebih besar dari kelompok umur yang lain sehingga balita paling mudah menderita kelainan gizi.Pengertian gizi buruk adalah status gizi yang didasarkan pada indeks Berat Badan menurut Umur (BB/U) < -3 SD yang merupakan padanan istilah severely underweight. Terdapat 3 jenis gizi buruk yang sering dijumpai yaitu kwashiorkor, marasmus dan gabungan dari keduanya marasmiks-kwashiorkor. Pengertian kwashiorkor sendiri adalah suatu bentuk malnutrisi protein yang berat disebabkan oleh asupan karbohidrat yang normal atau tinggi dan asupan protein yang inadekuat. Kwashiorkor dapat dibedakan dengan marasmus yang disebabkan oleh asupan dengan kurang dalam kuantitas tetapi kualitas yang normal , sedangkan marasmiks-kwashiorkor adalah gabungan dari kwashiorkor dengan marasmus yang disertai dengan oedema.Banyak faktor yang mempengaruhi terjadinya gizi buruk,diantaranya adalah status sosial ekonomi, ketidaktahuan ibu tentang pemberian gizi yang baik untuk anak, dan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR). Sosial adalah segala sesuatu yang mengenai masyarakat sedangkan ekonomi adalah segala usaha manusia untuk memenuhi kebutuhan untuk mencapai kemakmuran hidup.

Sosial ekonomi merupakan suatu konsep dan untuk mengukur status sosial ekonomi keluarga dilihat dari variabel tingkat pekerjaan. Selain status sosial ekonomi, BBLR juga dapat mempengaruhi terjadinya gizi buruk, hal ini dikarenakan bayi yang mengalami BBLR akan mengalami komplikasi penyakit karena kurang matangnya organ, menyebabkan gangguan pertumbuhan fisik dan gangguan gizi saat balita. Sumber lain menyebutkan asupan makanan keluarga, faktor infeksi, dan pendidikan ibu menjadi penyebab kasus gizi buruk. Rendahnya pendidikan dapat mempengaruhi ketersediaan pangan dalam keluarga, yang selanjutnya mempengaruhi kuantitas dan kualitas konsumsi pangan yang merupakan penyebab langsung dari kekurangan gizi pada anak balita. Selain pendidikan, pemberian ASI dan kelengkapan imunisasi juga memiliki hubungan yang bermakna dengan gizi buruk karena ASI dan imunisasi memberikan zat kekebalan kepada balita sehingga balita tersebut menjadi tidak rentan terhadap penyakit. Balita yang sehat tidak akan kehilangan nafsu makan sehingga status gizi tetap terjaga baik. Balita gizi buruk yang dirawat di RS biasanya selain menderita gizi buruk juga menderita penyakit lainnya seperti ISPA dan diare. Hal ini dikarenakan penyakit penyerta yang diderita oleh balita menyebabkan menurunnya nafsu makan sehingga pemasukan zat gizi ke dalam tubuh balita menjadi berkurang.Prosedur perawatan yang dilakukan balita di RS juga menyebabkan menurunnya status gizi pada balita. Pengobatan tersebut seperti mengharuskan balita berpuasa dan pengambilan darah yang terus menerus dalam prosedur diagnostik medik. Hal ini disebut sebagai malnutrisi rumah sakit.

BAB 2TINJAUAN PUSTAKA2.1. Definisi Gizi

Istilah gizi berasal dari bahasa Arab giza yang berarti zat makanan, dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah nutrition yang berarti bahan makanan atau zat gizi atau sering diartikan sebagai ilmu gizi. Pengertian lebih luas bahwa gizi diartikan sebagai proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses pencernaan, penyerapan, transportasi, penyimpanan, metabolisme, dan pengeluaran zat gizi untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal organ tubuh serta untuk menghasilkan tenaga.2.1.1. Definisi Gizi Buruk

Gizi buruk adalah status gizi yang didasarkan pada indeks berat badan menurut umur (BB/U) yang merupakan padanan istilahseverely underweight(Kemenkes RI, 2011), sedangkan menurut Depkes RI 2008, keadaan kurang gizi tingkat berat pada anak berdasarkan indeks berat badan menurut tinggi badan (BB/TB) 2 SD.

Berdasarkan pengukuran Berat Badan menurut Tinggi badan atau Panjang Badan:

1. Sangat kurus jika hasil ukur lebih kecil dari -3 SD.

2. Kurus jika hasil ukur 3 SD sampai dengan < -2 SD.

3. Normal jika hasil ukur -2 SD sampai dengan 2 SD.

4. Gemuk jika hasil ukur > 2 SD.

Balita dengan gizi buruk akan diperoleh hasil BB/TB sangat kurus, sedangkan balita dengan gizi baik akan diperoleh hasil normal. AntropometriBerat Badan

Berat badan adalah parameter pertumbuhan yang paling sederhana, mudah diukur dan diulang dan merupakan indeks untuk status nutrisi sesaat. Hasil pengukuran berat badan dipetakan pada kurva standar Berat Badan/Umur (BB/U) dan Berat Badan/ Tinggi Badan (BB/TB). Adapun interpretasi pengukuran berat badan yaitu:

BB/U dibandingkan dengan acuan standard (CDC 2000) dan dinyatakan

dalam persentase 120 % : disebut gizi lebih

80 120 % : disebut gizi baik 60 80 % : tanpa edema ; gizi kurang dengan edema ; gizi buruk (kwashiorkor) < 60% : gizi buruk : tanpa edema (marasmus) dengan edema ( marasmus kwashiorkor)

Tinggi Badan (TB) Tinggi badan pasien harus diukur pada tiap kunjungan . Pengukuran berat badan akan memberikan informasi yang bermakna kepada dokter tentang status nutrisi dan pertumbuhan fisis anak Seperti pada pengukuran berat badan, untuk pengukuran inggi badan juga diperlukan informasi umur yang tepat, jenis kelamin dan baku yang diacu yaitu CDC 2000.Interpretasi dari dari TB/U dibandingkan standar baku berupa:

90 110 % : baik/normal

70 89 % : tinggi kurang

< 70 % : tinggi sangat kurang Rasio Berat Badan menurut tinggi badan (BB/TB)

Rasio BB/TB bila dikombinasikan dengan beraat badan menurut umur dan tinggi badan menurut umur sangat penting dan lebih akurat dalam penilaian status nutrisi karena ia mencerminkan proporsi tubuh serta dapat membedakan antar wasting dan stunting atau perawakan pendek. Indeks ini digunakan pada anak perempuan hanya sampai tinggi badan 138 cm, dan pada anak lelaki sampai tinggi badan 145 cm. setelah itu rasio BB/TB tidak begitu banyak artinya, karena adanya percepatan tumbuh (growth spurt). Keuntungan indeks ini adalah tidak diperlukannya faktor umur, yang seringkali tidak diketahui secara tepat.

BB/TB (%) = (BB terukur saat itu) (BB standar sesuai untuk TB terukur) x 100%, interpretasi di nilai sebagai berikut : 120 % : Obesitas 110 120 % : Overweight 90 110 % : normal 70 90 % : gizi kurang < 70 % : gizi buruk2.9. Diagnosis

Diagnosis gizi buruk dapat diketahui melalui gejala klinis, antropometri dan pemeriksaan laboratorium. Gejala klinis gizi buruk berbeda-beda tergantung dari derajat dan lamanya deplesi protein dan energi, umur penderita, modifikasi disebabkan oleh karena adanya kekurangan vitamin dan mineral yang menyertainya. Gejala klinis gizi buruk ringan dan sedang tidak terlalu jelas, yang ditemukan hanya pertumbuhan yang kurang seperti berat badan yang kurang dibandingkan dengan anak yang sehat.

Diagnosis ditegakkan berdasarkan tanda dan gejala klinis serta pengukuran antropometri. Anak didiagnosis gizi buruk apabila :a. BB/TB kurang dari -3SD (marasmus)b. Edema pada kedua punggung kaki sampai seluruh tubuh(kwashiorkor : BB/TB > -3SD atau marasmik-kwashiorkor : BB/TB < -3SD. Jika BB/TB ata BB/PB tidak dapat diukur dapat digunakan tanda klinis berupa anak tampak sangat kurus (visible severe wasting) dan tidak mempunyai jaringan lemak bawah kulit terutama pada kedua bahu lengan pantat dan pah; tulang iga terlihat jelas dengan atau tanpa adanya edema.

Pada setiap anak gizi buruk dilakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Anamnesis terdiri dari anamnesia awal dan lanjutan. Anamnesis awal (untuk kedaruratan) :

a. Kejadian mata cekung yang baru saja muncul

b. Lama dan frekuensi diare dan muntah serta tampilan dari bahan muntah dan diare (encer/darah/lendir)

c. Kapan terakhir berkemih

d. Sejak kapan kaki dan tangan teraba dingin Bila didapatkan hal tersebut di atas, sangat mungkin anak mengalami dehidrasi dan/atau syok, serta harus diatasi segera.

Anamnesis lanjutan(untuk mencari penyebab dan rencana tatalaksana selanjutnya, dilakukan setelah kedaruratan tertangani)

a. Diet (pola makan)/ kebiasaan makan sebelum sakitb. Riwayat pemberian ASIc. Asupan makanan dan minuman yang dikonsumsi beberapa hari terakhird. Hilangnya nafsu makan e. Kontak dengan campak atau tuberculosis paruf. Pernah sakit campak dalam 3 bulan terakhirg. Batuk kronikh. Kejadian dan penyebab kematian saudara kandung i. Berat badan lahirj. Riwayat tumbuh kembangk. Riwayat imunisasil. Apakah ditimbang setiap bulanm. Lingkungan keluarga (untuk memahami latar belakang social anak)Pemeriksaan Fisik

a. Apakah anak tampak sangat kurus, adakah edema pada kedua punggung kaki. Tentukan status gizi dengan menggunakn BB/TB-PB

b. Tanda dehidrasi : tampak haus, mata cekung, turgor buruk

c. Tanda syok (akral dingin, CRT lambat, nadi lemah dan cepat), kesadaran menurun

d. Demam (suhu aksilar 37,5 C) atau hipotermi (suhu aksilar 5 kali/menit dan denyut nadi > 25 kali /menit dalam pemantauan setiap 4 jam berturutan, kurangi volume pemberian formula. Setelah normal kembali, ulangi menaikkan volume seperti di atas.

c.Timbang anak setiap pagi sebelum diberi makan.Setelah fase transisi dilampaui, anak diberi:

1. Formula WHO 100/pengganti/Modisco 1 dengan jumlah tidak

terbatas dan sering.

2. Energi : 150-220 Kkal/kg bb/hari.

3. Protein 4-6 gram/kg bb/hari

4.Bila anak masih mendapat ASI, teruskan, tetapi juga beri formula WHO 100/Pengganti/Modisco 1, karena energi dan protein ASI tidak akan mencukupi untuk tumbuh-kejar.Fase rehabilitasi (minggu ke 3-7) anak diberi :

1.Formula WHO-F 135/pengganti/Modisco1 dengan jumlah tidak terbatas dan sering

2. Energi : 150-220 kkal/kgbb/hari

3. Protein 4-6 g/kgbb/hari

4. Bila anak masih mendapat ASI, teruskan ASI, ditambah dengan makanan Formula karena energi dan protein ASI tidak akan mencukupi untuk tumbuh - kejar.5.Secara perlahan diperkenalkan makanan keluarga Pemantauan fase rehabilitasi:

Kemajuan dinilai berdasarkan kecepatan pertambahan badan:

a.Timbang anak setiap pagi sebelum diberi makan.

b.Setiap minggu kenaikan bb dihitung jika:

- Baik bila kenaikan bb ( 50 g/Kg bb/minggu.- Kurang bila kenaikan bb