9
Gladi Posko Menghadapi Ancaman Bencana Gempa dan Tsunami Sumbar Hari kedua “Lokakarya dan Gladi Pos Komando Menghadapi Ancaman Bencana Gempabumi dan Tsunami di Sumatera Barat” pada tanggal 22 – 24 Juni 2011 di Hotel Pangeran Beach, Padang, Sumatera Barat diisi dengan pelaksanaan Gladi Posko itu sendiri. Gladi Posko Gempa dan Tsunami Sumbar ini diselenggarakan dari pagi hingga sore hari pada Kamis (23/6) di Padang dengan melibatkan lebih dari 200 orang yang merupakan perwakilan dari Unsur Pengarah Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Kementerian/Lembaga terkait, Wakil Gubernur Sumbar, Sekda se- Sumbar, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) se-Sumbar (provinsi dan kabupaten/kota), PMI, perguruan tinggi, organisasi non-pemerintah, dan media massa, serta Sekda dan BPBD provinsi lainnya (Aceh, Sumut, Bengkulu, Lampung, NTT). Direktur Kesiapsiagaan BNPB, Ir. B. Wisnu Widjaja, M.Sc., menjelaskan, “Gladi Posko dantable top exercise (TTX) ini merupakan salah satu metode latihan taktis tanpa pasukan yang bertujuan untuk melatih para personil/aparat pemerintah yang memiliki fungsi komando dalam merencanakan operasi, menerapkan taktik dan teknik operasi serta menerapkan prosedur dan tata cara kerja yang berlaku di suatu Pos Komando Tanggap Darurat Bencana.” Lebih lanjut Wisnu Widjaja menjelaskan mengenai tujuan dan sasaran dari diadakannya Gladi Posko Gempa dan Tsunami Sumbar ini. Tujuan Gladi Posko ini antara lain: Untuk meningkatkan kesadaran para pemangku kepentingan terkait, baik pemerintah maupun non-pemerintah, baik di tingkat pusat, propinsi maupun kabupaten/kota di wilayah Sumatera Barat akan adanya ancaman gempabumi dan tsunami yang nyata, serta membangun komitmen bersama untuk mewujudkan rencana mitigasi yang dapat mengurangi risiko dari ancaman tersebut

Gladi Posko Menghadapi Ancaman Bencana Gempa Dan Tsunami Sumbar

  • Upload
    varvan

  • View
    125

  • Download
    6

Embed Size (px)

DESCRIPTION

gladi posko

Citation preview

Gladi Posko Menghadapi Ancaman Bencana Gempa dan Tsunami Sumbar

Hari kedua Lokakarya dan Gladi Pos Komando Menghadapi Ancaman Bencana Gempabumi dan Tsunami di Sumatera Barat pada tanggal 22 24 Juni 2011 di Hotel Pangeran Beach, Padang, Sumatera Barat diisi dengan pelaksanaan Gladi Posko itu sendiri. Gladi Posko Gempa dan Tsunami Sumbar ini diselenggarakan dari pagi hingga sore hari pada Kamis (23/6) di Padang dengan melibatkan lebih dari 200 orang yang merupakan perwakilan dari Unsur Pengarah Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Kementerian/Lembaga terkait, Wakil Gubernur Sumbar, Sekda se-Sumbar, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) se-Sumbar (provinsi dan kabupaten/kota), PMI, perguruan tinggi, organisasi non-pemerintah, dan media massa, serta Sekda dan BPBD provinsi lainnya (Aceh, Sumut, Bengkulu, Lampung, NTT).Direktur Kesiapsiagaan BNPB, Ir. B. Wisnu Widjaja, M.Sc., menjelaskan, Gladi Posko dantable top exercise(TTX) ini merupakan salah satu metode latihan taktis tanpa pasukan yang bertujuan untuk melatih para personil/aparat pemerintah yang memiliki fungsi komando dalam merencanakan operasi, menerapkan taktik dan teknik operasi serta menerapkan prosedur dan tata cara kerja yang berlaku di suatu Pos Komando Tanggap Darurat Bencana.Lebih lanjut Wisnu Widjaja menjelaskan mengenai tujuan dan sasaran dari diadakannya Gladi Posko Gempa dan Tsunami Sumbar ini. Tujuan Gladi Posko ini antara lain:Untuk meningkatkan kesadaran para pemangku kepentingan terkait, baik pemerintah maupun non-pemerintah, baik di tingkat pusat, propinsi maupun kabupaten/kota di wilayah Sumatera Barat akan adanya ancaman gempabumi dan tsunami yang nyata, serta membangun komitmen bersama untuk mewujudkan rencana mitigasi yang dapat mengurangi risiko dari ancaman tersebutUntuk meningkatkan kesiapsiagaan di wilayah Sumatera Barat dengan memperkuat koordinasi dan kerjasama antara pemerintah Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota dalam menghadapi ancaman gempabumi dan tsunami sesuai tugas dan fungsinya.

Sementara itu sasaran pelaksanaan Gladi Posko adalah sebagai berikut:1. Terwujudnya komitmen untuk menetapkan kebijakan oleh para pemangku kepentingan yang terkait, baik pemerintah maupun non-pemerintah, di semua tingkatan (pusat dan daerah) dalam menghadapi ancaman Megathrust.2. Terujinya mekanisme, pedoman dan prosedur tanggap darurat bencana gempabumi dan tsunami di Provinsi Sumatera Barat.3. Terwujudnya peningkatan kapasitas dan ketrampilan aparat pemerintah dalam penanggulangan bencana.4. Terwujudnya peningkatan mekanisme komando, koordinasi dan kerjasama antara pemerintah Pusat dan Daerah.5. Terwujudnya peningkatan pemahaman mengenai risiko ancaman yang nyata serta identifikasi permasalahan yang ada, misalnya jalur evakuasi penyelamatan, tempat/titik-titik evakuasi, dsbnya.Wisnu Widjaja menyebutkan, Ada 4 tahapan (disebutMove) dalam kegiatan Gladi Posko ini, yaitu(1) Move I (10 jam pertama): Sistem peringatan dini tsunami dan SOP Pusdalops,(2) Move II (H+1): Proses pembentukanIncident Command System(ICS) dan langkah/tindakan awal operasi tanggap darurat,(3) Move III (H+2 sd H+4): Penyusunan Rencana Operasi olehIncident Commander(Komandan Penanganan Darurat), dan(4) Move IV (H+21): Proses penetapan pengakhiran atau perpanjangan masa tanggap darurat.Gladi Posko ini adalah sebuah latihan dan tentu saja dalam latihan ini ada skenarionya untuk pedoman pelaksanaan kegiatan. Skenario Gladi Posko Gempa dan Tsunami Sumbar ini antara lain:Pada tanggal xx Juni 2011 pukul 22.00 WIB terjadi gempabumi dengan magnitude 8,9 SR. Pusat gempa (epicenter) berjarak sekitar 15 km sebelah Barat Daya Pulau Siberut dengan kedalaman 10 km. 35 menit setelah gempabumi, terjadi gelombang tsunami di Kota Padang dengan ketinggian gelombang (runup) mencapai 10 meter dan melanda daratan sampai pada jarak 2-5 km dari garis pantai, tergantung topografi daratannya.Pada menit ke-50 setelah gempa, gelombang tsunami mulai melanda wilayah daratan pesisir barat Provinsi Sumatera Barat dan menimbulkan bencana bagi masyarakat yang bermukim di daerah tepi pantai termasuk merusak sarana, prasarana dan fasilitas umum.Gelombang tsunami untuk pesisir barat Kepulauan Mentawai setinggi 20 m terjadi dalam waktu sekitar 10 menit setelah gempa. Jarak landaan (inundation) di beberapa tempat akan masuk ke daratan lebih dari 3 Km pada bentuk topografi landai, sedangkan pada topografi berbukit akan kurang dari jarak tersebut.

Wilayah daratan di sepanjang pesisir barat Sumatera Barat terkena dampak yang cukup parah karena memiliki teluk dan daerah dengan pantai landai dan topografi datar-landai. Kota Padang sebagai Ibukota Provinsi Sumatera Barat yang memiliki jumlah penduduk besar dengan kerapatan tinggi,memiliki area yang cukup landai menyebabkan dampak bencana cukup parah termasuk jumlah korban jiwa yang cukup tinggi.

Potensi Ancaman BencanaBencana dapat disebabkan oleh kejadian alam (natural disaster) maupun oleh ulah manusia (man-made disaster). Faktor-faktor yang dapat menyebabkan bencana antara lain: Bahaya alam (natural hazards) dan bahaya karena ulah manusia (man-made hazards) yang menurut United Nations International Strategy for Disaster Reduction (UN-ISDR) dapat dikelompokkan menjadi bahaya geologi (geological hazards), bahaya hidrometeorologi (hydrometeorological hazards), bahaya biologi (biological hazards), bahaya teknologi (technological hazards) dan penurunan kualitas lingkungan (environmental degradation) Kerentanan (vulnerability) yang tinggi dari masyarakat, infrastruktur serta elemen-elemen di dalam kota/ kawasan yang berisiko bencana Kapasitas yang rendah dari berbagai komponen di dalam masyarakatSecara geografi s Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak pada pertemuan empat lempeng tektonik yaitu lempeng Benua Asia, Benua Australia, lempeng Samudera Hindia dan Samudera Pasifik. Pada bagian selatan dan timur Indonesia terdapat sabuk vulkanik (volcanic arc) yang memanjang dari Pulau Sumatera Jawa - Nusa Tenggara Sulawesi, yang sisinya berupa pegunungan vulkanik tua dan dataran rendah yang sebagian didominasi oleh rawa-rawa. Kondisi tersebut sangat berpotensi sekaligus rawan bencana seperti letusan gunung berapi, gempa bumi, tsunami, banjir dan tanah longsor. Data menunjukkan bahwa Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki tingkat kegempaan yang tinggi di dunia, lebih dari 10 kali lipat tingkat kegempaan di Amerika Serikat (Arnold, 1986).Gempa bumi yang disebabkan karena interaksi lempeng tektonik dapat menimbulkan gelombang pasang apabila terjadi di samudera. Dengan wilayah yang sangat dipengaruhi oleh pergerakan lempeng tektonik ini, Indonesia sering mengalami tsunami. Tsunami yang terjadi di Indonesia sebagian besar disebabkan oleh gempa-gempa tektonik di sepanjang daerah subduksi dan daerah seismik aktif lainnya (Puspito, 1994). Selama kurun waktu 16002000 terdapat 105 kejadian tsunami yang 90 persen di antaranya disebabkan oleh gempa tektonik, 9 persen oleh letusan gunung berapi dan 1 persen oleh tanah longsor (Latief dkk., 2000). Wilayah pantai di Indonesia merupakan wilayah yang rawan terjadi bencana tsunami terutama pantai barat Sumatera, pantai selatan Pulau Jawa, pantai utara dan selatan pulau-pulau Nusa Tenggara, pulau-pulau di Maluku, pantai utara Irian Jaya dan hampir seluruh pantai di Sulawesi. Laut Maluku adalah daerah yang paling rawan tsunami. Dalam kurun waktu tahun 16002000, di daerah ini telah terjadi 32 tsunami yang 28 di antaranya diakibatkan oleh gempa bumi dan 4 oleh meletusnya gunung berapi di bawah laut.Wilayah Indonesia terletak di daerah iklim tropis dengan dua musim yaitu panas dan hujan dengan ciri-ciri adanya perubahan cuaca, suhu dan arah angin yang cukup ekstrim. Kondisi iklim seperti ini digabungkan dengan kondisi topografi permukaan dan batuan yang relatif beragam, baik secara fisik maupun kimiawi, menghasilkan kondisi tanah yang subur. Sebaliknya, kondisi itu dapat menimbulkan beberapa akibat buruk bagi manusia seperti terjadinya bencana hidrometeorologi seperti banjir, tanah longsor, kebakaran hutan dan kekeringan. Seiring dengan berkembangnya waktu dan meningkatnya aktivitas manusia, kerusakan lingkungan hidup cenderung semakin parah dan memicu meningkatnya jumlah kejadian dan intensitas bencana hidrometeorologi (banjir, tanah longsor dan kekeringan) yang terjadi secara silih berganti di banyak daerah di Indonesia. Pada tahun 2006 saja terjadi bencana tanah longsor dan banjir bandang di Jember, Banjarnegara, Manado, Trenggalek dan beberapa daerah lainnya. Meskipun pembangunan di Indonesia telah dirancang dan didesain sedemikian rupa dengan dampak lingkungan yang minimal, proses pembangunan tetap menimbulkan dampak kerusakan lingkung) menyebabkan hilangnya daya dukung sumber daya ini terhadap kehidupan mayarakat. Dari tahun ke tahun sumber daya hutan di Indonesia semakin berkurang, sementara itu pengusahaan sumber daya mineral juga mengakibatkan kerusakan ekosistem yang secara fisik sering menyebabkan peningkatan risiko bencana.Pada sisi lain laju pembangunan mengakibatkan peningkatan akses masyarakat terhadap ilmu dan teknologi. Namun, karena kurang tepatnya kebijakan penerapan teknologi, sering terjadi kegagalan teknologi yang berakibat fatal seperti kecelakaan transportasi, industri dan terjadinya wabah penyakit akibat mobilisasi manusia yang semakin tinggi. Potensi bencana lain yang tidak kalah seriusnya adalah faktor keragaman demografi di Indonesia. Jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2004 mencapai 220 juta jiwa yang terdiri dari beragam etnis, kelompok, agama dan adat-istiadat. Keragaman tersebut merupakan kekayaan bangsa Indonesia yang tidak dimiliki bangsa lain. Namun karena pertumbuhan penduduk yang tinggi tidak diimbangi dengan kebijakan dan pembangunan ekonomi, sosial dan infrastruktur yang merata dan memadai, terjadi kesenjangan pada beberapa aspek dan terkadang muncul kecemburuan sosial. Kondisi ini potensial menyebabkan terjadinya konfl ik dalam masyarakat yang dapat berkembang menjadi bencana nasional.an dan ekosistem. Pembangunan yang selama ini bertumpu pada eksploSistem Penanggulangan Bencana

Undang-undang no. 24 tahun 2007 tentang penanggulangan bencana merupakan landasan bagi sistem nasional penanggulangan bencana yang terdiri atas :

Legislasi Kelembagaan Perencanaan Pendanaan Ilmu Penegtahuan dan Teknologi Penyelenggaraan PB

itasi sumber daya alam (terutama dalam skala besar

Peran Serta MasyarakatSebagai lembaga koordinasi dan pelaksana BNPB (Dulu Bakornas PB) telah banyak terjun langsung menangani bencana di seluruh pelosok indonesia. Bencana gempa dan tsunami aceh pada tanggal 26 desember 2004 merupakan momentum penting yang menandai peran aktif masyarakat, baik lokal maupun yang datang dari propinsi lain serta masyarakat dan lembaga internasional, dalam penangan bencana.Namun secara kualitas hal ini masih bisa ditingkatkan, mengingat penanganan bencana didaerah masih lebih banyak bersifat responsif (bertindak ketika bencana telah terjadi) belum sepenuhnya preventif (melakukan antispasi pengurangan risiko sebelum bencana terjadi).

PERKA BNPB

Peraturan Kepala BNPB nomor 17 tahun 2010Tentang : Pedoman Umum Penyelenggaraan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pasca Bencana

Peraturan Kepala BNPB nomor 3 tahun 2011Tentang : Rencana Aksi Rehabilitasi dan Rekrontruksi Pascabencana Gempabumi serta Percepatan Pembangunan Wilayah Kepulauan Mentawai Provinsi Sumatera Barat 2011-2013

Peraturan Kepala BNPB nomor 2 tahun 2011Tentang : Rencana Aksi Rehabilitasi dan Rekronstruksi Pascabencana Banjir Bandang Wasior Kabupaten Teluk Wondama Provinsi Papua Barat tahun 2010-2011

Peraturan Kepala BNPB nomor 1 tahun 2011Tentang : Rencana Aksi Rehabilitasi dan Rekontruksi Pasca Bencana Gempa Bumi Yapen - Waropen ,Provinsi Papua tahun 2010-2011

Peraturan Kepala BNPB nomor 6 tahun 2009Tentang : Pedoman Pergudangan

Peraturan Kepala BNPB nomor 5 tahun 2009Tentang : Pedoman Bantuan Peralatan

Peraturan Kepala BNPB nomor 4 tahun 2009Tentang : Pedoman Bantuan Logistik

Peraturan Kepala BNPB 18 Tahun 2009Tentang : Pedoman Standarisasi Logistik PB

Peraturan Kepala BNPB 17 Tahun 2009Tentang : Pedoman Standarisasi Peralatan PB

Peraturan Kepala BNPB nomor 12 tahun 2008Tentang : Kajian Pembentukan dan Penyelenggaraan Unit Pelaksana Teknis

Peraturan Kepala BNPB nomor 11 tahun 2008Tentang : Pedoman Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pasca Bencana

Peraturan Kepala BNPB nomor 10 tahun 2008Tentang : Komando Tanggap Darurat Bencana

Peraturan Kepala BNPB nomor 9 tahun 2008Tentang : Prosedur Tetap Tim Reaksi Cepat Badan Nasional Penanggulangan Bencana

Peraturan Kepala BNPB nomor 8 tahun 2008Tentang : Pedoman Pemberian dan Besaran Bantuan Santunan Duka Cita

Peraturan Kepala BNPB nomor 7 tahun 2008Tentang : Pedoman Tata Cara Pemberian Bantuan Pemenuhan Kebutuhan Dasar