21
1 حذزىاحمذ م بن مقاجل: ؤخبرها عبذ : ؤخبره ا ؤبىان حمي، الخ عن ؤبي صسعت بن عمشو بنش، جش عن ؤبيشة هشي سض عىه قاى: ؤحي ى سظى صلى ه عل وظلم بلحم، فشفعه بل الزساع، وماهذ حعجبه، فنهغ منها نهعت زم قاى( : ؤهاذ ظلىاط اىم امت، الق وهل جذسونم م رلو؟جمع لىاط ا بولينن واخش فيذ صع واحذ،عهمعم الذاعيىفزهم و البصش، وجذهى الؽمغ،بلغ فلىاط ا من الغم والنشب ما نقىع و، نحخملى ىقى فلىاط ا: ؤ جشون ما قذ بلغنم، ؤ جىظشون منؽفع لنم بلى سبنم؟ ىقى ف بعضلىاط ا لبعض: نم عل بأدم، نإجى ف آدمه عل م الع نقىلى ف له: ؤهذ ؤبى البؽش، خلقو ذه، ب وهفخو ف من سوحه، وؤمش ئنت ا فسجذوا لو، اؼفع لىا بلى سبو، ؤ ي جش بلى ما هحنه، ف ؤ ي جش بلى ما قذ بلغىا؟ ىقى ف آدم: بن سبي قذ غضبىم ال غضبا لمغضب قبله مثله، ولنغضب بعذه مثله،ه وبه نهاوي عنجشة الشخه، فعصي هفسي هفسي، هفس ارهبىا بلى، ي غير ارهبىا بلى هىح نإجى ف هىحا نقىلى ف: ا هىح، بهو ؤهذ ى ؤوشظل ال بلى ؤهل بسض، وقذ ظماك عبذا ؼهىسا، اؼفع لىا بلى سبو، ؤ ي جش بلى ما هحنه؟ ف ىقى ف: بن سبي عض وجل قذ غضبىم ال غضبا لمغضب قبله مثله، ولنغضب بعذه مثله،ه وبه قذ ماهذ لي دعىة دعىتها على قىمي،ي هفسي هفسي، هفس ارهبىا بلى، ي غير ارهبىا بلىمبشاه ب نإجى فمبشاه ب نقىلى ف: ا م،بشاه ب ؤهذ هبي له وخل من ؤهل بسض، اؼفع لىا بلى سبو، ؤ ي جش بلى ما هحنه؟ ف ىقى ف لهم: بن سبي قذ غضبىم ال غضبا لمغضب قبله مثله، ولنغضب بعذه مثله، بوي و قذ لىذ لزبذ

Hadis Syafaat-Rasulullah saw.pdf

Embed Size (px)

Citation preview

  • 1

    : :

    :

    : (

    :

    :

    :

    :

    :

    :

    :

    :

  • 2

    :

    :

    :

    :

    :

    :

    : :

    :

    :

    ]3112] [1)[

  • 3

    Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a. bahwa Rasulullah, telah dibawakan daging. Beliau lalu membentangkan tangannya. Beliau menyukai daging tersebut, kemudian Beliau menggigitnya. Beliau bersabda, Aku adalah pemimpin manusia pada hari kiamat, apakah kamu mengetahui mengapa demikian? Allah akan mengumpulkan orang-orang yang terdahulu dan orang-orang yang kemudian dalam suatu lapangan. Lalu ada seseorang yang menyeru kepada mereka, dan penglihatannya dapat menembus mereka. Matahari dekat kepada mereka. Maka, manusia sampai kepada suatu kebingungan dan kesusahan yang mereka tiada mampu (mengatasinya) dan tidak kuat menaggungnya. Manusia berkata kepada sebagian lainnya, Apakah kamu tidak melihat apa-apa yang ada pada kamu? Apakah kamu tidak melihat apa-apa yang telah sampai kepada kamu? Apakah kamu tidak melihat siapakah orang yang dapat mensyafaati (membela) kamu kepada Tuhanmu? Lalu sebagian manusia berkata kepada sebagian yang lainnya, Datanglah kamu kepada Adam. Lalu mereka berkata kepadanya, Engkau adalah Bapaknya manusia, Allah telah menjadikanmu dengan tangan-Nya. Dia meniupkan roh-Nya dan Dia menyuruh para malaikat agar sujud, dan mereka bersujud kepadamu. Syafaatilah kami kepada Tuhanmu! Apakah kamu tidak melihat apa-apa yang ada pada kami? Apakah kamu tidak melihat apa-apa yang telah sampai kepada kami? Maka Adam berkata, Sesungguhnya Tuhan-ku telah membenciku pada hari ini dengan kebencian yang belum pernah dia berikan. Sesungguhnya Dia telah melarangku memakan buah suatu pohon (larangan), namun aku melanggarnya. Bagaimana aku dapat memberikan syafaat kepadamu? Pergilah kamu kepada Nuh a.s.

  • 4

    Lalu mereka datang kepada Nuh dan berkata kepadanya, Wahai Nuh, engkau adalah rasul yang awal di muka bumi dan Allah telah menyebutmu seorang hamba yang sangat bersyukur. Syafaatilah kami kepada Tuhan Kami, apakah kamu tidak melihat apa-apa yang ada pada kami? Apakah kamu tidak melihat apa-apa yang telah sampai kepada kami? Maka Nuh berkata kepada mereka, Sesungguhnya Tuhan-ku telah membenciku pada hari ini dengan kebencian yang belum pernah dia berikan. Sesungguhnya aku telah mendoakan celaka atas kaumku. Bagaimana aku dapat memberikan syafaat kepadamu? Pergilah kamu kepada Ibrahim a.s. Lalu mereka datang kepada Ibrahim dan berkata, Wahai Ibrahim, engkau adalah nabi Allah dan kekasih-Nya dari penduduk bumi. Syafaatilah kami kepada Tuhanmu, apakah kamu tidak melihat apa-apa yang ada pada kami? Apakah kamu tidak melihat apa-apa yang telah sampai kepada kami? Maka Ibrahim berkata kepada mereka, Sesungguhnya Tuhanku telah membenciku pada hari ini dengan kebencian yang belum pernah Dia berikan. Nabi Ibrahim menyebutkan dusta-dustanya, bagaimanakah aku dapat memberikan syafaat kepadamu? Pergilah kamu kepada selainku, pergilah kamu kepada Musa a.s. Lalu mereka pergi kepada Musa dan berkata, Wahai Musa, engkau adalah utusan Allah, Allah telah menganugerahkan kepadamu dengan risalah-Nya dan firman-Nya atas manusia. Syafaatilah kami kepada Tuhanmu, apakah kamu tidak melihat apa-apa yang ada pada kami? Apakah kamu tidak melihat apa-apa yang telah sampai kepada kami?

  • 5

    Maka Musa berkata kepada mereka, Sesungguhnya Tuhanku telah membenciku pada hari ini dengan kebencian yang belum pernah Dia berikan sebelumnya. Sesungguhnya aku telah membunuh seorang (manusia), padahal aku tidak diperintahkan untuk membunuhnya. Bagaimana aku dapat memberikan syafaat kepadamu? Pergilah kepada Isa a.s. Lalu mereka datang kepada Isa a.s. dan berkata, Wahai Isa, sesungguhnya engkau adalah utusan Allah dan kalimat yang Dia letakkan kepada Maryam, dan kamu berbicara dengan manusia pada waktu dalam buaian. Syafaatilah kami kepada Tuhanmu, apakah kamu tidak melihat apa-apa yang ada pada kami? Apakah kamu tidak melihat apa-apa yang telah sampai kepada kami? Maka Isa berkata kepada mereka, Sesungguhnya Tuhanku telah membenciku pada hari ini dengan kebencian yang belum pernah Dia berikan sebelumnya. Namun dia tidak menyebutkan dosanya. Bagaimana aku dapat memberikan syafaat kepadamu? Pergilah kamu kepada Muhammad saw. Maka mereka datang kepada Nabi Muhammad saw. dan berkata, Wahai Muhammad engkau adalah utusan Allah dan penutup para nabi. Sesungguhnya Allah telah mengampuni bagi Tuan (dosa) yang terdahulu dan yang kemudian. Syafaatilah kami kepada Tuhanmu. Apakah Tuan tidak melihat apa-apa yang ada pada kami? Maka Nabi Muhammad pergi, lalu datang di bawah arasy. Beliau bersujud kepada Tuhannya. Kemudian Allah membukakan dan memberitahukan kepada Beliau, yaitu pujian-pujian kepada-Nya dan (ucapan) tanda terima kasih yang baik kepada-Nya. Dia tidak membukakannya bagi seorang pun selain Beliau.

  • 6

    Kemudian Allah berfirman, Wahai Muhammad, angkatlah kepalamu dan mohonkanlah (kepada-Ku), niscaya kamu akan Kuberi, dan mohonlah syafaat (kepada-Ku), niscaya kamu (diizinkan) memberi syafaat. Maka Nabi Muhammad mengangkat kepalanya, lalu berkata, Ya Tuhanku, selamatkanlah umatku. Selamatkanlah umatku. Lalu dikatakan kepada Beliau saw., Aku akan memasukkan sebagian dari umatmu ke surga, yaitu orang-orang yang tiada hisaban atasnya melalui Baabul Aiman, yaitu salah satu pintu surga. Mereka adalah sekutu-sekutu manusia lainnya mengenai pintu-pintu selain Baabul Aiman. Demi Zat yang jiwa Muhammad berada dalam kekuasaan-Nya, sesungguhnya antara dua daun pintu dari pintu-pintu surga seperti jarak antara Mekah dan Hajr, dan seperti jarak antara Mekah dan Bashrah.Dalam hadits Bukhari, seperti jarak antara Mekah dan Hamilir.[2] Syawahid Al-Hadits

    : : ( :

    [)3 ] Artinya : Memberitahu kepada kami Ismail berkata memberi tahu kepadaku Malik dari Abu Ziyad dari Al-Araj dari Abu Hurairoh bahwasanya Rasulullah bersabda: Setiap Nabi mempunyai doa yang terkabul dan aku menginginkan menyimpan doaku sebagai syafaat untuk umatku dihari akhir.

  • 7

    Ayat Al-Quran yang Berhubungan Allah SWT menetapkan adanya syafaat di dalam kitab-Nya dalam banyak tempat dan dengan persyaratan ketat. Allah juga memberitahukan bahwa syafaat itu adalah wewenang-Nya secara penuh, tidak seorang pun yang berhak dan dapat campur tangan.[4] Sebagaimana dalam firman-Nya: Katakanlah: Hanya kepunyaan Allah syafaat itu semuanya. Kepunyaan-Nya kerajaan langit dan bumi. Kemudian kepada-Nyalah kamu dikembalikan. (az-Zumar: 44) Allah SWT juga memberitahukan bahwa syafaat itu tidak akan ada atau tidak akan terjadi tanpa seizin-Nya, sebagaimana firman-Nya: Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafaat di sisi Allah tanpa izin-Nya, Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar. (al-Baqarah: 255) Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah Yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas Arsy untuk mengatur segala urusan. Tiada seorangpun yang akan memberi syafaat kecuali sesudah ada izin-Nya. (Dzat) yang demikian itulah Allah, Tuhan kamu, maka sembahlah Dia. Maka apakah kamu tidak mengambil pelajaran?

  • 8

    Dan berapa banyaknya malaikat di langit, syafaat mereka sedikitpun tidak berguna, kecuali sesudah Allah mengijinkan bagi orang yang dikehendaki dan diridhai (Nya). (an-Najm:26) Dan tiadalah berguna syafaat di sisi Allah melainkan bagi orang yang telah diizinkan-Nya memperoleh syafaat itu, sehingga apabila telah dihilangkan ketakutan dari hati mereka, mereka berkata Apakah yang telah difirmankan oleh Tuhan-mu? Mereka menjawab: (Perkataan) yang benar, dan Dia-lah Yang Maha Tinggi lagi Maha Besar. (Saba: 23) Ayat di atas menerangkan bahwa pemberian syafaat hanya dapat berlaku dengan izin Tuhan. Orang-orang yang akan diberi izin memberi syafaat dan orang-orang yang akan mendapat syafaat merasa takut dan harap-harap cemas atas izin Tuhan. Tatkala takut dihilangkan dari hati mereka, orang-orang yang akan mendapat syafaat bertanya kepada orang-orang yang diberi syafaat: Apa yang dikatakan oleh Tuhanmu?. Mereka menjawab: Perkataan yang benar, yaitu Tuhan mengizinkan memberi syafaat kepada orang-orang yang disukai-Nya yaitu orang-orang mukmin.[5] Kemudian mengenai siapa yang berhak memberikan syafaat, Allah menjelaskan bahwa syafaat itu hanya terjadi jika Dia mengizinkannya. Izin untuk memberikan syafaat Dia khususkan kepada para kekasih-Nya, orang-orang yang bertaqwa, yang diridhoi-Nya, dan dipilih-Nya, sebagaimana firman-Nya: Pada hari, ketika ruh dan para malaikat berdiri bershaf- shaf, mereka tidak berkata-kata, kecuali siapa yang telah diberi izin kepadanya oleh Tuhan Yang Maha Pemurah; dan ia mengucapkan kata yang benar. (an-Naba: 38)

  • 9

    Mereka tidak berhak mendapat syafaat kecuali orang yang telah mengadakan perjanjian di sisi Tuhan Yang Maha Pemurah. (Maryam: 87) Maksudnya: mengadakan perjanjian dengan Allah ialah menjalankan segala perintah Allah dengan beriman dan bertakwa kepada-Nya. [6] Lalu mengenai siapakah yang berhak menerima syafaat itu? Allah membatasi penerima syafaat itu hanya di kalangan orang yang diridhai-Nya, sebagaimana firman-Nya: Allah mengetahui segala sesuatu yang dihadapan mereka (malaikat) dan yang di belakang mereka, dan mereka tiada memberi syafaatmelainkan kepada orang yang diridhai Allah, dan mereka itu selalu berhati-hati karena takut kepada-Nya. (al-Anbiya: 28) Pada hari itu tidak berguna syafaat, kecuali (syafaat) orang yang Allah Maha Pemurah telah memberi izin kepadanya, dan Dia telah meridhai perkataannya. (Thaha: 109) Allah SWT hanya meridhai pemberian syafaat kepada ahli tauhid dan ikhlas. Adapun tentang orang selain mereka, Dia berfirman: Berilah mereka peringatan dengan hari yang dekat (hari kiamat yaitu) ketika hati (menyesak) sampai di kerongkongan dengan menahan kesedihan. Orang-orang yang zalim tidak mempunyai teman setia seorangpun dan tidak (pula) mempunyai seorang pemberi syafaat yang diterima syafaatnya. (al-Mumin: 18) Maka kami tidak mempunyai pemberi syafaat seorangpun, dan tidak pula mempunyai teman yang akrab, (asy-Syuara: 100-101)

  • 10

    Maka tidak berguna lagi bagi mereka syafaat dari orang-orang yang memberikan syafaat . (al-Muddatstsir: 48) Syarah Ulama Perdebatan tentang syafaat nabi kepada umatnya telah terjadi sejak dahulu dan masih berlangsung hingga sekarang. Salah satu pihak memandang bahwa syafaat tersebut hanya untuk meninggikan derajat bagi orang-orang beriman dan tidak melakukan dosa. Sedangkan pihak lain juga menyatakan bahwa syafaat tersebut berfungsi untuk menghapus dosa dan mengeluarkan orang-orang yang telah disiksa di neraka untuk memasuki surga, sebab di dalam hatinya pasti masih memiliki kebaikan walaupun hanya seberat biji sawi.[7] Dalam hadits menerangkan bahwa tidak ada yang bisa memberikan syafaat kepada sekelompok orang yang meminta syafaat, kecuali Rasulullah. Ketika sekelompok orang tersebut mendatangi Rasulullah, maka Rasul segera menghadap Allah dan memohon kepada Allah agar diringankannya penderitaan umatnya dan memohon agar umat Beliau masuk surga. Allah pun mengabulkan doa Rasulullah dengan rahmat-Nya dan mengampuni dosa. Adapun syafaat Nabi tersebut berupa doa. Satu hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah menyatakan bahwa Rasulullah akan mendoakan umatnya di hari akhir agar terbebas dari siksa api neraka. Doa Nabi Muhammad tersebut merupakan keutamaan Beliau atas semua nabi-nabi sebelumnya, doa itu akan diberikan kepada keluarganya dan kepada umatnya. Ibn Bathal mengatakan bahwa hadits tersebut merupakan penjelasan keutamaan Rasulullah atas seluruh nabi-nabi terdahulu pada umatnya lewat doanya yang

  • 11

    terkabul bagi umatnya dan keluarganya. Sedangkan al-Sindi mengutarakan bahwa sesungguhnya syafaat itu hanya untuk meninggikan derajat dan bukan bagi orang-orang yang melakukan dosa besar, mereka akan kekal di neraka. Menurut Ibn Masud, orang yang melakukan dosa besar akan diazab, sedangkan bila ia meninggal mengucapkan dua kalimat syahadat maka ia akan dikeluarkan dari neraka. Mazhab ahli sunnah berpendapat bahwa barangsiapa yang mati dalam keadaan Tauhid, maka ia akan masuk surga, dan bagi orang yang bertaubat ia mendapat karunia masuk surga. Jika ia mati dalam belum bertaubat, maka hal itu diserahkan sepenuhnya kepada kehendak Allah yang akan mengampuni atau tidak. Sedangkan orang yang melakukan dosa besar dan dia masih meng-esakan Allah, maka baginya akan masuk surga. Untuk orang-orang kafir yang melakukan kebaikan di dunia dia tetap kekal di neraka. Al-Qadhi al-Iyad berkata bahwa bagi golongan Mutazilah syafaat Nabi hanya untuk meninggikan derajat saja. Sedangkan al-Nawawi mengutarakan beberapa syafaat nabi Muhammad bagi umatnya, yaitu: (1) Melapangkan orang-orang yang berada di surga, (2) Masuknya segolongan umat tanpa hisab, (3) Menghapus dosa, (4) Megeluarkan orang-orang yang berbuat dosa dari neraka, (5) Mengangkat derajat, (6) meringankan dosa Abu Thalib, (7) bagi orang yang meninggal di Madinah. KONTEKSTUALISASI Jika kita melihat pada saat ini banyak orang yang mengaku cinta kepada Allah, cinta kepada Nabi tetapi sebenarnya mereka tidak mengenal siapa Allah dan siapa Nabi Muhammad. Jadi untuk melahirkan kecintaan kita kepada Nabi Muhammad kita harus

  • 12

    mengenalnya terlebih dahulu. Dengan cinta kita kepada Rasul, maka Rasul pun juga akan mencitai kita. Shalawat pada zaman sekarang pun juga sedang tenar, seperti shalawat Habib Syekh yang sedang memboming masyarakat kini. Tetapi yang harus diperhatikan bahwa jangan hanya dengan kita menyanyikan shalawat kepada Rasul, kita hanya menyanyikan shalawat saja. Tetapi ditandai dengan mengikuti sunah nya dan menjalankan syariat yang diajarkan kepada Nabi Muhammad. ANALISIS Secara garis besar, semua umat islam meyakini adanya syafaat yang diberikan oleh Allah kepada hamba-hambanya di akhirat nanti. Syafaat dapat berupa pelipatgandakan pahala atau balasan manusia atas apa yang telah diperbuat di dunia. Syafaat juga diartikan sebagai keringanan atau dihapuskannya dosa bagi orang-orang yang telah melakukan kesalahan di dunia juga syafaat berarti keluarnya orang-orang yang berdosa besar dari neraka suatu saat kelak. Suatu paham mengartikan bahwa syafaat itu diberikan kepada orang-orang yang telah melakukan dosa besar. Dosa besar yang semestinya menerima azab, akan tetapi mereka terbebas dari azab-Nya, juga diberikan kepada orang-orang yang diridhai-Nya sebagaimana dalam firman Al-Anbiya ayat 28. Itulah menurut faham Asyariyah. Kaum Mutazilah berpendapat bahwa syafaat Nabi hanya untuk menambah derajat dan pahala bagi orang-orang mukmin, sedangkan al-Zamakhsyari mengemukakan bahwa syafaat itu tidak bisa diberikan kepada para pelaku maksiat dengan alasan bahwa

  • 13

    tidak ada orang yang bisa menanggung hak orang lain, baik dengan melakukan apa yang semestinya dijalankan orang lain ataupun membebaskan orang lain dari kewajibannya. Maka dari itu syafaat hanya berlaku dalam pengertian menambah anugerah yang telah diberikan Allah.[8] Menurut kami syafaat diberikan kepada orang-orang yang diridhoi oleh Allah. Diridhoi disini dimaksudkan bahwa seluruh orang, baik yang melakukan dosa besar maupun kecil, jika ia diridhoi oleh Allah mendapatkan syafaat Nabi Muhammad, maka ia akan mendapatkannya. Ini seperti yang tertera dalam Al-Quran surat al-Anbiya ayat 28. Syafaat juga bisa diartikan menjadi tiga. Pertama Syafaat Nabi untuk didunia. Ini ditandai oleh hadis yang menerangkan suatu ketika Nabi didatangi seseorang yang mengalami kebutaan. Lalu orang tersebut meminta kepada Nabi Muhammad untuk mendoakannya agar disembuhkan dari penyakitnya. Lalu setelah beberapa saat, penyakit orang itu sembuh. Lalu syafaat Nabi di padang mahsyar yang dinamakan syafaat al-Qubra, yaitu safaat ketika umat manusia memikirkan nasibnya sendiri, kecuali nabi Muhammad yang memikirkan umatnya. dan syafaat Nabi setelah masa peritungan yang dinamakan dengan syafaat al-Udma, yaitu syafaat yang diberikan setelah manusia dihisab amal kebaikannya. Perhitungan amal tersebut sesuai dengan amal perbuatannya di dunia. Bagi orang-orang yang dimasukkan oleh Allah ke neraka karena dosa-dosa besar mereka didunia, kelak akan dikeluarkan oleh Allah melalui syafaat Nabi. Keluarnya ahli neraka tersebut disebabkan mereka masih mengesakan Allah dan meninggal dalam keadaan mumin walaupun hanya tersisa dalam hatinya kebaikan dari iman seberat biji sawi.

  • 14

    KESIMPULAN Kita sebagai Umat Nabi Muhammad dituntun untuk selalu mengikuti ajaran-ajaran Beliau. Mencintai Nabi Muhammad tidak hanya dengan mengikuti ajarannya saja, tetapi juga dengan cara bershalawat atas Beliau. Betapa cintanya Rasul kepada umatnya, itu ditandai dengan adanya pemberian syafaat Rasul kepada umatnya besok di hari kiamat. Syafaat Nabi untuk umatnya terdiri dari syafaat didunia, syafaat Nabi di padang mahsyar yang dinamakan syafaat al-Qubra, dan syafaat Nabi setelah masa peritungan yang dinamakan dengan syafaat al-Udma. Kita semua percaya bahwa amal shaleh yang kita lakukan jauh lebih sedikit dari amal salah yang sering kita perbuat. Oleh karena itu, karena kasih-Nya kepada kita, Allah memberikan wewenang kepada rasul untuk memberi syafaat. Alangkah bahagianya kita jikalau mendapatkan syafaat Rasul besok di hari akhir. [1] Shohih Bukhari[3162] Shohih Muslim juz I(Beirut. Dar al-Fikr.tt) hlm 127-29. A-Tirmidzi,juz IV, hlm 43-45 [2] Syekh Ahmad Hijaazi; Drs. Sofyan Suparman (penerj.), Al-Majalisus Saniyyah: SyarahHadis Arbain Nawawi, (Bandung: Trigenda Karya, 1995), hlm: 550-552. [3] Sohih Bukhari. [4] Syekh Hafizh Hakami, 200 Sual Wa Jawab Fi Al-Aqidah Al-Islamiyah (terjemahan: Asad Yasin), Jakarta: Gema Insani, hlm.150 [5] Departemen Agama RI, Al Quran Tafsir Per Kata Tajwid Kode Angka, Banten: PT Kalim, hlm.432 [6] Departemen Agama RI, op.cit., hlm. 312 [7] Untung Tri Wanarso, Skripsi: Hadis-Hadis tentang Syafaat (Studi Maanil Hadis), 2004. [8] Al-Zamakhsyari, al-Kasyaf, Jilid I, (ttp: Intisyarat Aftab Tamran, tth). Hlm. 214-215, 291.

  • 15

    Telaga Nabi yang Dijanjikan (ditulis oleh: Al-Ustadz Abul Abbas Muhammad Ihsan) Asy-Syaikh Rabi bin Hadi al-Madkhali hafizhahullah menerangkan, Ahlus Sunnah berbeda pendapat dalam hal urutan al-Haudh (telaga), syafaat, dan ash-shirath: manakah yang lebih awal? Al-Imam al-Bukhari tsebagaimana dijelaskan oleh al-Hafizh Ibnu Hajar tmengisyaratkan tentang urutannya, bahwa al-Haudh itu setelah shirath dan hisab, serta setelah itu semuanya. Namun, banyak ulama yang menyelisihinya. (Mereka berpendapat) al-Haudh-lah yang pertama, sebelum peristiwa ash-shirath, hisab, mizan, bahkan sebelum itu semua, karena manusia keluar (dari kuburan mereka) dalam keadaan haus, sebagaimana berita di dalam hadits yang sahih. (Syarh Aqidatus Salaf, hlm. 153) Makna al-Haudh Secara etimologi, al-Haudh adalah tempat terkumpulnya air dalam jumlah yang banyak, yakni telaga. Adapun makna al-Haudh secara syari adalah sebuah telaga di Mahsyar, yang airnya bersumber dari sungai al-Kautsar (yang dikaruniakan) kepada Nabi n. (Syarh Lumatul Itiqad li Ibnu Utsaimin hlm. 123) Dalil-Dalil Adanya al-Haudh Asy-Syaikh Hafizh bin Ahmad al-Hakami t berkata, Sungguh, terdapat dalil tentang penyebutan al-Haudh, yaitu tafsiran al-Kautsar dengan makna al-Haudh, keberadaan dan sifat-sifatnya, dari sanad-sanad para sahabat g dari Nabi n, yaitu hadits-hadits yang masyhur dengan sanad-sanad yang banyak bahkan sampai derajat mutawatir. Hadits-hadits tersebut termuat dalam kitab-kitab hadits, seperti kitab-kitab Shahih, Hasan, Musnad, dan Sunan. (Maarijul Qabul 2/871)

  • 16

    Al-Imam Ibnu Abil Izzi al-Hanafi t berkata, Hadits-hadits yang menyebutkan al-Haudh mencapai derajat mutawatir. Ada lebih dari tiga puluh sahabat g yang meriwayatkannya. Guru kami, Imaduddin Ibnu Katsir, benar-benar telah membahas sanad-sanadnya di bagian akhir kitab sejarah yang besar yang berjudul al-Bidayah wan Nihayah. (Syarh Aqidah ath-Thahawiyah hlm. 309) Di antara dalil as-Sunnah yang menunjukkan adanya telaga milik Nabi n adalah:

    :

    .

    :

    .

    :

    Sesungguhnya aku akan mendahului kalian di telaga itu. Barang siapa yang melewatiku, dia akan minum di telaga itu, dan barang siapa yang berhasil minum darinya, niscaya dia tidak akan merasa haus selamanya. Sungguh, beberapa kaum akan berusaha melewatiku. Aku mengenal mereka dan mereka mengenaliku. Kemudian dipisahkan antara aku dengan mereka. Nabi n berkata, Aku katakan, Sesungguhnya mereka dari golonganku! Dikatakan kepadaku, Sesungguhnya kamu tidak mengetahui apa yang mereka ada-adakan sepeninggalmu! Aku katakan, Amat jauh (telagaku) bagi orang yang mengubah (agamaku) sepeninggalku. (HR. al-Bukhari dan Muslim) Dari Abu Hurairah z, Nabi n bersabda,

    .

    :

  • 17

    :

    Sesungguhnya telagaku lebarnya lebih jauh daripada jarak Ailah1 ke Aden. Sungguh warna airnya lebih putih daripada salju, lebih manis daripada madu dicampur susu, dan bejana-bejana untuk meminumnya jumlahnya lebih banyak daripada jumlah bintang-bintang di langit. Sungguh aku akan menghalangi orang-orang darinya (orang yang tidak berhak meminumnya), sebagaimana seorang penggembala unta menghalangi unta orang lain dari telaganya. Mereka bertanya, Wahai Rasulullah, apakah engkau akan mengenali kami pada saat itu? Beliau n menjawab, Tentu, kalian memiliki tanda-tanda yang tidak dimiliki oleh seorang pun dari umat-umat terdahulu. Kalian akan mendatangiku dalam keadaan wajah, tangan, dan kaki kalian putih bersinar karena wudhu. (HR. Muslim) Telaga Rasulullah n Sudah Ada Rasulullah n mengabarkan kepada kita,

    Sesungguhnya aku akan mendahului kalian di telaga. Aku sebagai saksi atas kalian dan sesungguhnya akudemi Allahsedang memandang telagaku sekarang. (HR. al-Bukhari dan Muslim dari Uqbah bin Amir z) Apakah Nabi Selain Rasulullah n Juga Memiliki Telaga? Rasulullah n bersabda,

    Sesungguhnya setiap nabi r memiliki telaga di akhirat dan sungguh mereka saling berbangga-bangga, siapakah di antara

  • 18

    mereka yang paling banyak peminum/pengunjungnya. Sungguh, aku berharap kepada Allah bahwa telagakulah yang paling banyak pengunjungnya. (HR. al-Bukhari dalam at-Tarikh, ath-Thabarani, dan lainnya. Al-Albani mengatakan dalam ash-Shahihah no. 1589, Kesimpulannya, hadits ini dengan segenap jalan-jalannya adalah hasan atau sahih. Wallahu alam.) Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin t berkata, Sebagaimana Allah l telah mengaruniai Rasulullah n sebuah telaga dengan hikmah dan keadilan-Nya lyang akan didatangi dan diminum oleh orang-orang yang beriman dari umatnya, Dia l juga mengaruniai setiap nabi sebuah telaga. Dengan demikian, orang-orang yang beriman akan mendapatkan manfaat dari para nabi yang diutus kepada mereka (sebelum umat ini). Akan tetapi, telaga yang paling agung adalah telaga Nabi kita, Muhammad n. (Syarh Aqidah Washitiyah 2/159160) Sifat-Sifat Telaga Nabi n Al-Imam Ibnu Abil Izzi al-Hanafi t berkata, Kesimpulan yang dapat diambil dari hadits-hadits sahih yang menyebutkan sifat-sifat telaga Nabi n adalah sebagai berikut.

    Telaga Nabi n adalah sebuah telaga yang agung

    Tempat yang mulia

    Dialiri dari air minum yang berada di surga dari sungai al-Kautsar

    Warnanya lebih putih daripada susu

    Suhunya lebih dingin daripada salju/es

    Lebih manis daripada madu

    Lebih wangi daripada misik

    Telaga yang sangat luas, panjang dan lebarnya sama.

    Panjang setiap sisinya sejarak perjalanan satu bulan. (Syarh Aqidah ath-Thahawiyah hlm. 311)

  • 19

    Adapun di antara dalil yang menunjukkan sifat-sifat telaga Nabi n yang disimpulkan oleh al-Imam Ibnu Abil Izzi t adalah: a. Rasulullah n bersabda,

    Warna airnya lebih putih daripada susu dan rasanya lebih manis daripada madu. Dua pancuran yang bersumber dari sungai surga (al-Kautsar) yang mengalirinya: satu pancuran dari emas dan pancuran lainnya dari perak. (HR. Muslim dari Tsauban z) b. Rasulullah n juga bersabda,

    Telagaku (lebar dan panjangnya) sejauh perjalanan satu bulan. Airnya lebih putih daripada perak, baunya lebih harum daripada misik, dan bejana-bejananya sejumlah bintang-bintang di langit. Barang siapa yang meminumnya, niscaya dia tidak akan merasa haus selamanya.(HR. Muslim dari Abdullah bin Amr c) Kaum yang Dihalangi dari Telaga Nabi n Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin t berkata, Yang akan datang dan minum dari telaga Nabi n adalah orang-orang yang beriman kepada Allah l dan Rasul-Nya n, yaitu orang yang mengikuti syariat beliau n. Adapun orang yang enggan dan sombong untuk mengikuti syariatnya, niscaya akan diusir dari telaga Nabi n. (Syarh Aqidah al-Wasithiyah 2/158)

  • 20

    Dari Asma bintu Abu Bakr c, Rasulullah n bersabda,

    :

    .

    :

    Sungguh, aku (akan menunggu) di telaga hingga aku bisa melihat orang yang datang kepadaku dari kalian (kaum muslimin). Beberapa orang akan diambil sebelum sampai kepadaku. Aku lantas mengatakan, Wahai Rabbku, mereka dari golonganku dan dari umatku. Lalu dikatakan kepadaku, Apakah engkau mengerti apa yang mereka lakukan sepeninggalmu? Demi Allah, mereka telah murtad dari agamanya. (HR. Muslim)

    :

    .

    :

    Satu rombongan dari sahabatku akan melewatiku nanti pada hari kiamat. Namun, mereka diusir dari telaga itu. Aku katakan, Wahai Rabbku, mereka adalah para sahabatku. Allah l menjawab, Sesungguhnya engkau tidak tahu apa yang mereka ada-adakan sepeninggalmu. (HR. Muslim) Asy-Syaikh Rabi bin Hadi hafizhahullah menerangkan, Yang dimaksud oleh hadits ini adalah satu kaum yang murtad dari agamanya. Mereka bukan para sahabat g. Oleh karena itu, dikatakan kepada beliau n, Sesungguhnya engkau tidak mengetahui apa yang mereka ada-adakan sepeninggalmu. Adapun para sahabat g tidak mengadakan sedikit pun perkara yang baru (dalam agama) setelah Rasulullah n wafat. Bahkan, mereka menyebarkan agama (ke seluruh dunia) dan menyampaikan risalah beliau sebagaimana mestinya. (Syarh Aqidatus Salaf hlm. 152)

  • 21

    Al-Imam al-Qurthubi t berkata, Para ulama kita hafizhahumullah mengatakan, Setiap orang yang murtad dari agamanya atau mengada-adakan suatu perkara baru dalam agama (bidah) yang tidak diizinkan dan diridhai oleh Allah l, maka dia termasuk golongan orang-orang yang diusir atau dihalangi dari telaga Nabi n. Adapun yang paling keras diusir adalah setiap orang yang menyelisihi jamaah kaum muslimin dan memisahkan diri (menyempal) dari mereka, seperti Khawarij beserta sekte-sektenya, Syiah Rafidhah beserta sempalan-sempalannya, dan Mutazilah beserta pecahan-pecahannya. Merekalah orang-orang yang mengganti agamanya. (at-Tadzkirah hlm. 352) Sebagai penutup, kita panjatkan doa,

    Ya Allah, Dzat yang membolak-balikkan hati, teguhkan hatiku di atas agama-Mu! Catatan Kaki: 1 Sebuah kota pelabuhan di wilayah Jordania. Jaraknya dengan Aden lebih dari 2.000 km. (-red.)