2
IPB P a r i w a r a PARIWARA IPB/ September 2015/ Volume 265 Penanggung Jawab : Yatri Indah Kusumastuti Pimpinan Redaksi: Siti Nuryati Redaktur Pelaksana: Rio Fatahillah Reporter : Siti Zulaedah, Dedeh H, Awaludin, Waluya S, Ahsan S, Nabila Rizki A Layout : Devi Fotografer: Cecep AW, Bambang A, Sirkulasi: Agus Budi P, Endih M, Untung Alamat Redaksi: Humas IPB Gd. Andi Hakim Nasoetion, Rektorat Lt. 1, Kampus IPB Darmaga Telp. : (0251) 8425635, Email: [email protected] Terbit Setiap Senin-Rabu-Jum’at Hai Sis... Hai Bro .... Mau Bayar SPP ya?? Yukkkk!!! Eitsss.... Lewat Teller?? So Last Year!! Lewat ATM BNI Donk..... yang di dalam Kampus ya.... Ada Gimmick menarik lohhh.... Syarat: - Pembayaran dilakukan di ATM-ATM BNI yang ada di dalam Kampus IPB - Copy bukti pembayaran dimasukkan ke dropbox yang ada di BNI IPB Darmaga, masukan Nama dan No. Handphone Pembayaran Mulai Tanggal 15 September 2015 s/d 22 September 2015 Society for the Advancement of Breeding Sciences in Asia and Oceania ( S A B R A O ) bekerjasama dengan Institut Petanian Bogor (IPB) dan Perhimpunan Ilmu Pemuliaan Indonesia ( P E R I P I ) menyelenggarakan konferensi internasional dengan tema “Contribution of Breeding Research for Sustainable Agricultural Production Under Changing Environment for Food Security in Asia and Oceania”. Kegiatan konferensi yang sekaligus merupakan kongres ke-13 SABRAO ini diselenggarakan pada hari Senin-Rabu (14‐16/9), IPB International Convention Center (IICC), Bogor. Kegiatan yang bertujuan untuk sharing diantara pemulia ini dibuka secara resmi oleh Wakil Rektor Bidang Sumberdaya dan Kajian Strategis IPB, Prof. Dr. Hermanto Siregar. Dalam sambutannya, Prof. Hermanto menyampaikan tantangan pertanian saat ini dan pentingnya peran pemulia dan ahli pertanian. “Asia dan Oceania memiliki pertumbuhan yang paling cepat di dunia baik dari sisi ekonomi ataupun demografi, dan ini menjadi tantangan yang besar bagi kita. Dengan pertumbuhan populasi dan ekonomi yang meningkat pesat, maka meningkat pula kebutuhan akan pangan. Di Indonesia sendiri, kita memiliki tantangan dalam hal food security (ketahanan pangan), ditambah dengan adanya perubahan iklim secara global. Ini menjadi tantangan bagi ahli pertanian dan pemulia. Untuk itu menjadi penting peran para pemulia untuk mengatasi permasalahan ini dengan ilmu dan keahlian yang dimiliki,” jelas Prof. Hermanto. Konferensi ini merupakan pertemuan para pemulia tanaman Asia dan Oceania yang berasal dari berbagai institusi. Konferensi diikuti oleh sebanyak 200 peserta yang merupakan akademisi dan praktisi dari 13 negara. “Temanya kita fokuskan bagaimana kita dapat melakukan pemuliaan yang bermanfaat agar dapat menghadapi perubahan iklim serta peningkatan kapasitas untuk memberi makan bagi masyarakat yang ada di Asia dan Oceania,” jelas Prof. Dr. Sobir selaku ketua pelaksana dari kegiatan ini. “Diharapkan dengan pertemuan ini kemampuan para pemulia terutama di Indonesia makin meningkat, sehingga program pemuliaan di Indonesia ke depan semakin cepat dan bagus. Kita sebagai peneliti tidak tertinggal informasi. Di sisi lain, Asia Oceania menjadi kawasan yang bisa merespon perubahan iklim dengan tepat,” harap Prof. Sobir yang juga merupakan dosen Departemen Agronomi dan Holtikultura Fakultas Pertanian (Faperta) IPB sekaligus Vice President SABRAO.(AS) Konferensi Internasional SABRAO di IPB Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan (MSP) Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) Institut Pertanian Bogor (IPB) bekerjasama dengan Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata (KSHE) Fakultas Kehutanan (Fahutan) IPB menjadi tuan rumah kegiatan Joint Field Course 2015, yang diselenggarakan dari tanggal 26 Agustus‐4 September 2015. Kegiatan ini diselenggarakan di dua tempat yang berbeda, yaitu di Pulau Pari, Kepulauan Seribu dan Gunung Walat, Sukabumi. Tema dari kegiatan ini adalah Tropical Biodiversity from Sea to High Mountain. Joint Field Course 2015 ini diikuti oleh 30 peserta yang terdiri dari dosen, asisten, dan mahasiswa dari lima perguruan tinggi, yakni Prince of Songkla University (Thailand), Tunghai University (Taiwan), National Taiwan University (Taiwan), Ryukyus University (Jepang), dan Institut Pertanian Bogor (Indonesia). Kegiatan ini dibuka oleh Dr. Yusli Wardiatno, sebagai Ketua Pelaksana Joint Field Course 2015, diawali dengan Opening Ceremony dan Tour de IPB Campus. Dalam Joint Field Course di Pulau Pari, para peserta belajar mengenai coastal biodiversity, fish sampling, tropical fish community, coral reef ecology, fish stomach content analysis, mangrove & seagrass observation, coral reef associated fauna observation dan mudskiper survey. Sedangkan untuk kegiatan di Gunung Walat, para peserta belajar mengenai Indonesian herpetofauna, Indonesian birds, field orientation and setting up lizard trap, environmental interpretation, bird inventory, checking lizard trap and identification dan exploring Cipereu cave. Selama menjalankan joint course program ini, para mahasiswa tersebut tidak hanya mengamati saja, namun mereka juga diminta untuk menganalisis serta mempresentasikan hasil pengamatan mereka. Diharapkan semua peserta dapat bersosialisasi dan berbaur dengan para peserta dari negara lainnya. "Belajar tentang keanekaragaman biota laut dan hutan sungguh mengasyikkan, saya sangat menikmati course ini. Para profesor, asisten, dan semua peserta sangat bersahabat," ungkap I‐Jou (Alice) Hsiao, salah satu peserta dari Tunghai University, Taiwan. "Meskipun masih tahap mengenal dan belajar, semua peserta dapat menyajikan hasil pengamatan mereka dengan sangat baik," ujar Prof. Euichi (Luigi) Hirose, Profesor dari Ryukyus University, Okinawa, Jepang. Kegiatan Joint Field Course 2015 ini ditutup dengan kunjungan ke Kebun Raya Bogor. Tahun depan tuan rumah Joint Field Course 2016 adalah Prince of Songkla University, Thailand dan akan dilaksanakan pada bulan Agustus 2016.*** IPB Tuan Rumah Joint Field Course 2015

Hai Sis Hai Bro Mau Bayar SPP ya?? IPB P a r i w a r a Lewat ATM …biofarmaka.ipb.ac.id/biofarmaka/2015/Pariwara IPB 2015... · 2018. 12. 11. · (RPH). Harapannya 10‐15 tahun

  • Upload
    others

  • View
    1

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • IPBP a r i w a r

    a

    PARIWARA IPB/ September 2015/ Volume 265

    Penanggung Jawab : Yatri Indah Kusumastuti Pimpinan Redaksi: Siti Nuryati Redaktur Pelaksana: Rio Fatahillah

    Reporter : Siti Zulaedah, Dedeh H, Awaludin, Waluya S, Ahsan S, Nabila Rizki A Layout : Devi Fotografer: Cecep AW,

    Bambang A, Sirkulasi: Agus Budi P, Endih M, Untung Alamat Redaksi: Humas IPB Gd. Andi Hakim Nasoetion, Rektorat

    Lt. 1, Kampus IPB Darmaga Telp. : (0251) 8425635, Email: [email protected]

    Terbit Setiap Senin-Rabu-Jum’at

    Hai Sis... Hai Bro....Mau Bayar SPP ya??

    Yukkkk!!!Eitsss.... Lewat Teller?? So Last Year!!

    Lewat ATM BNI Donk..... yang di dalam Kampus ya....Ada Gimmick menarik lohhh....

    Syarat:- Pembayaran dilakukan di ATM-ATM BNI yang ada di dalam Kampus IPB- Copy bukti pembayaran dimasukkan ke dropbox yang ada di BNI IPB Darmaga, masukan Nama dan No. Handphone

    Pembayaran Mulai Tanggal 15 September 2015 s/d 22 September 2015

    S o c i e t y f o r t h e A d v a n c e m e n t o f Breeding Sciences in A s i a a n d O c e a n i a ( S A B R A O ) bekerjasama dengan I n s t i t u t P e t a n i a n B o g o r ( I P B ) d a n Perhimpunan I lmu Pemuliaan Indonesia ( P E R I P I ) menyelenggarakan k o n f e r e n s i

    internasional dengan tema “Contribution of Breeding Research for Sustainable Agricultural Production Under Changing Environment for Food Security in Asia and Oceania”. Kegiatan konferensi yang sekaligus merupakan kongres ke-13 SABRAO ini diselenggarakan pada hari Senin-Rabu (14‐16/9), IPB International Convention Center (IICC), Bogor.

    Kegiatan yang bertujuan untuk sharing diantara pemulia ini dibuka secara resmi oleh Wakil Rektor Bidang Sumberdaya dan Kajian Strategis IPB, Prof. Dr. Hermanto Siregar. Dalam sambutannya, Prof. Hermanto menyampaikan tantangan pertanian saat ini dan pentingnya peran pemulia dan ahli pertanian. “Asia dan Oceania memiliki pertumbuhan yang paling cepat di dunia baik dari sisi ekonomi ataupun demografi, dan ini menjadi tantangan yang besar bagi kita. Dengan pertumbuhan populasi dan ekonomi yang meningkat pesat, maka meningkat pula kebutuhan akan pangan. Di Indonesia sendiri, kita memiliki tantangan dalam hal food security (ketahanan pangan), ditambah dengan adanya perubahan iklim secara global. Ini menjadi tantangan bagi ahli pertanian dan pemulia. Untuk itu menjadi penting peran para pemulia untuk mengatasi permasalahan ini dengan ilmu dan keahlian yang dimiliki,” jelas Prof. Hermanto.

    Konferensi ini merupakan pertemuan para pemulia tanaman Asia dan Oceania yang berasal dari berbagai institusi. Konferensi diikuti oleh sebanyak 200 peserta yang merupakan akademisi dan praktisi dari 13 negara. “Temanya kita fokuskan bagaimana kita dapat melakukan pemuliaan yang bermanfaat agar dapat menghadapi perubahan iklim serta peningkatan kapasitas untuk memberi makan bagi masyarakat yang ada di Asia dan Oceania,” jelas Prof. Dr. Sobir selaku ketua pelaksana dari kegiatan ini. “Diharapkan dengan pertemuan ini kemampuan para pemulia terutama di Indonesia makin meningkat, sehingga program pemuliaan di Indonesia ke depan semakin cepat dan bagus. Kita sebagai peneliti tidak tertinggal informasi. Di sisi lain, Asia Oceania menjadi kawasan yang bisa merespon perubahan iklim dengan tepat,” harap Prof. Sobir yang juga merupakan dosen Departemen Agronomi dan Holtikultura Fakultas Pertanian (Faperta) IPB sekaligus Vice President SABRAO.(AS)

    Konferensi Internasional SABRAO di IPBDepartemen Manajemen Sumberdaya Perairan (MSP) Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) Institut Pertanian B o g o r ( I P B ) b e ke r j a s a m a d e n ga n Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata (KSHE) Fakultas Kehutanan (Fahutan) IPB menjadi tuan rumah kegiatan Joint Field Course 2015,

    yang diselenggarakan dari tanggal 26 Agustus‐4 September 2015. Kegiatan ini diselenggarakan di dua tempat yang berbeda, yaitu di Pulau Pari, Kepulauan Seribu dan Gunung Walat, Sukabumi. Tema dari kegiatan ini adalah Tropical Biodiversity from Sea to High Mountain.

    Joint Field Course 2015 ini diikuti oleh 30 peserta yang terdiri dari dosen, asisten, dan mahasiswa dari lima perguruan tinggi, yakni Prince of Songkla University (Thailand), Tunghai University (Taiwan), National Taiwan University (Taiwan), Ryukyus University (Jepang), dan Institut Pertanian Bogor (Indonesia). Kegiatan ini dibuka oleh Dr. Yusli Wardiatno, sebagai Ketua Pelaksana Joint Field Course 2015, diawali dengan Opening Ceremony dan Tour de IPB Campus.

    Dalam Joint Field Course di Pulau Pari, para peserta belajar mengenai coastal biodiversity, fish sampling, tropical fish community, coral reef ecology, fish stomach content analysis, mangrove & seagrass observation, coral reef associated fauna observation dan mudskiper survey. Sedangkan untuk kegiatan di Gunung Walat, para peserta belajar mengenai Indonesian herpetofauna, Indonesian birds, field orientation and setting up lizard trap, environmental interpretation, bird inventory, checking lizard trap and identification dan exploring Cipereu cave. Selama menjalankan joint course program ini, para mahasiswa tersebut tidak hanya mengamati saja, namun mereka juga diminta untuk menganalisis serta mempresentasikan hasil pengamatan mereka. Diharapkan semua peserta dapat bersosialisasi dan berbaur dengan para peserta dari negara lainnya.

    "Belajar tentang keanekaragaman biota laut dan hutan sungguh mengasyikkan, saya sangat menikmati course ini. Para profesor, asisten, dan semua peserta sangat bersahabat," ungkap I‐Jou (Alice) Hsiao, salah satu peserta dari Tunghai University, Taiwan.

    "Meskipun masih tahap mengenal dan belajar, semua peserta dapat menyajikan hasil pengamatan mereka dengan sangat baik," ujar Prof. Euichi (Luigi) Hirose, Profesor dari Ryukyus University, Okinawa, Jepang. Kegiatan Joint Field Course 2015 ini ditutup dengan kunjungan ke Kebun Raya Bogor. Tahun depan tuan rumah Joint Field Course 2016 adalah Prince of Songkla University, Thailand dan akan dilaksanakan pada bulan Agustus 2016.***

    IPB Tuan Rumah Joint Field Course 2015

  • Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kemahasiswaan Fakultas Ekologi Manusia (Fema) Institut Pertanian Bogor (IPB) Dr. Titik Sumarti menyatakan Desa Neglasari akan dijadikan sebagai desa percontohan untuk “Kampung Ramah Anak”. Ia menyampaikan hal itu saat memberi sambutan sebagai pimpinan rombongan Tim Jumat Keliling (Jumling) IPB, Jumat (11/9) di Kampung Paringga, Desa Neglasari, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor.

    “Dalam membina dan menumbuhkembangkan anak harus dilakukan secara bersama‐sama, adanya saling dukung antara ayah dan ibu dapat membuat anak diarahkan ke jalan yang baik dan terarah. Dengan istilah Kampung Ramah Anak ini sesungguhnya adalah agar semua warga di satu kampung itu peduli terhadap a n a k . D a l a m wa k t u d e kat , Fe m a I P B a ka n mendatangkan satu mahasiswa untuk satu keluarga dalam program Sama Suka atau Satu Mahasiswa Satu Keluarga. Mereka ini akan memberikan masukan kepada keluarga yang didampingi, bisa berupa pendidikan anak atau tentang pertanian yang dihadapi. Dengan program ramah anak dan didukung dengan terjunnya mahasiswa ke rumah warga, permasalahan keluarga dapat sedikit‐sedikit teratasi,” paparnya

    Sebelumnya, Kepala Desa Neglasari Yayan Mulyana dan K a p o l s e k D r a m a g a A K P S y a i f u d d i n G a y o menyampaikan keprihatinan atas kondisi generasi muda yang cenderung sudah menjauh dari norma yang ada. “Kejahatan yang terjadi di keluarga dan lingkungan, karena kita tidak peduli terhadap anak‐anak kita. Kita memberikan peluang itu terjadi. Jadi dari sekarang cobalah untuk peduli,” ujar Kapolsek.

    Kegiatan Jumling ini diisi dengan tausiyah tentang keluarga sakinah mawaddah dan rahmah oleh Ustad Waladan dari Biro Hukum, Promosi, dan Humas IPB, pemberian santunan untuk 20 anak yatim, pemberian peralatan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), madrasah, dan peralatan kesehatan untuk Posyandu. Hadir dalam rombongan Jumling I P B kali ini diantaranya Wakil Kepala Bidang Pengabdian kepada Masyarakat, Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) IPB Dr. Hartoyo, peneliti dari Fakultas Peternakan (Fapet) IPB Dr. Sri Darwati, Agrianita IPB, tim LPPM dan tim Humas IPB. (Awl)

    Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor (IPB) bekerjasama dengan Pusat Pengendalian Zoonosis Nasional, Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Bogor, Dinas Pertanian Kota Bogor, serta Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (BKP5K) Kab. Bogor melatih puluhan anggota Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) se‐Kota dan Kabupaten Bogor agar tanggap dalam memeriksa kesehatan hewan kurban. Kegiatan yang mengambil tempat di Aula BKP5K Jalan Sindangbarang Bogor ini merupakan salah satu bentuk dari Tri Dharma Perguruan Tinggi, yakni pengabdian kepada masyarakat.

    Ketua Panitia, Dr.drh. Med.vet. Deny Widaya Lukman mengatakan, penyembelihan hewan kurban pada Idul Adha biasanya dilakukan di luar Rumah Potong Hewan (RPH). Harapannya 10‐15 tahun ke depan, pemotongan hewan kurban dilakukan di RPH sehingga pemotongan berjalan dengan baik dan sehat sehingga tidak mengganggu lingkungan.

    “Praktik penyembelihan harus halal dan toyib (dari aspek kesehatan). Para peserta akan diajari bagaimana menangani hewan kurban sapi dan domba. Selain itu, karena kondisinya yang massal dan beragam, banyak praktik penyembelihan yang tidak memperhatikan kesejahteraan hewan kurban. Misalnya pisau terlalu pendek, tidak tajam dan lain sebagainya,” ujarnya.

    Lebih lanjut ia menjelaskan, tim pemeriksa kesehatan hewan yang diterjunkan IPB masih menemukan penyimpangan, baik dalam hal penyembelihan, penanganan dan distribusi, sehingga perlu adanya sosialisasi seperti ini, khususnya bagi DKM yang bertanggungjawab dalam menghasilkan daging hewan kurban yang Aman, Sehat, Utuh dan Bersih (ASUH).

    Ada beberapa syarat sebagai tempat penyembelihan, yakni tempat yang terlindung dari sinar matahari dan hujan, memiliki pagar sehingga akses orang dibatasi. Selain itu memiliki sumber air yang memadai, memiliki penerangan yang cukup, lantai tidak becek, tidak licin dan terbuat dari bahan yang mudah dibersihkan dan didisinfeksi, memiliki saluran pembuangan limbah, dan tempat penyembelihan tidak berdekatan dengan tempat penampungan hewan.

    Sementara itu, Dekan FKH Prof. Dr. drh. Srihadi Agungpriyono mengatakan, berkurban adalah sebuah amal yang mulia dan sangat berkaitan dengan pengurus DKM. Untuk itulah IPB berusaha memberikan pendampingan yang barangkali diperlukan dalam pelaksanaan di lapangan.

    “Selain memperhatikan penanganan dan pemotongan, Rasulullah SAW sudah menjelaskan kepada kita bahwa kita harus berkasih sayang kepada hewan. Salah satunya dengan menajamkan mata pisau yang akan digunakan untuk memotong hewan kurban. Karena semakin tajam pisau yang digunakan, hewan tidak akan merasakan kesakitan saat disembelih,” ujarnya.(zul)

    Neglasari Menjadi Percontohan Kampung Ramah Anak

    Jelang Idul Adha, IPB Latih Pengurus DKM Kota dan Kab. Bogor

    Page 1Page 2