Hakekat Pertemuan Dan Perpisahan Dalam Kehidupan Manusia Ust. Oemar Mita

Embed Size (px)

Citation preview

  • 7/26/2019 Hakekat Pertemuan Dan Perpisahan Dalam Kehidupan Manusia Ust. Oemar Mita

    1/2

    HAKEKAT PERTEMUAN DAN PERPISAHAN DALAM KEHIDUPAN MANUSIA.

    Oleh: Ustadz Oemar Mita, Lc.

    (Wakil Ketua MADINA Pusat)

    Sesungguhnya di setiap kehidupan yang kita arungi dan kita lewati pasti kita akan mendapati episode-episode

    kehidupan, di antara episode itu adalah kita akan menjumpai yang namanya pertemuan dan perpisahan.

    Siapapun ia kaya atau miskin, muda atau tua pasti akan menjumpai salah satu episode kehidupan yaitu ijtimaun

    wa fu rqatun (pertemuan/kebersamaan dan perpisahan).Karena kehidupan bukanlah episode yang tidak berakhir.

    Pastilah di dalamnya ada pertemuan dan akan diakhiri dengan suatu perpisahan.

    Terdapat hal terpenting yang harus kita fahami dari episode pertemuan dan perpisahan ini, yaitu memahami hakekat

    pertemuan dan perpisahan sebagaimana yang dijelaskan oleh Allah dan Rasul-Nya. Agar kita mengerti bagaimana

    sikap ketika kita bertemu dan sikap ketika kita berpisah. Ada empat sifat dari episode ini, bagi seorang mukmin

    hendaknya memperhatikan keempat sifat ini, sehingga dapat menentukan sikap yang tepat. Empat sifat itu adalah:

    Sifat Pertama: Mereka yang bertemu di dunia namun tidak bertemu di akhirat.

    Mereka adalah dari golongan orang-orang kafir dan musyrik. Allah menyebutkan dalam Al-Qur`an:

    11. sedang mereka saling memandang. Orang kafir ingin kalau sekiranya dia dapat menebus (dirinya) dari azab hari

    itu dengan anak-anaknya

    12. dan isterinya dan saudaranya13. dan kaum familinya yang melindunginya (di dunia)

    14. Dan orang-orang di atas bumi seluruhnya kemudian (mengharapkan) tebusan itu dapat menyelamatkannya

    (QS. Al Maarij: 11-14)

    Ayat ini menjelaskan bahwa keadaan orang-orang yang berdosa baik kafir dan musyrik tidak memiliki keinginan

    untuk bertemu dengan keluarga dan sanak kerabatnya. Mereka berandai-andai jika anak, istri dan keluarga dapat

    dijadikan tebusan untuk menyelamatkannya dari azab neraka, meskipun keluarganya masuk ke dalam neraka.

    Inilah gambaran ketika pertemuan itu didasarkan atas kekufuran dan kemaksiatan kepada Allah, mereka hanya

    bertemu di dunia dan berpisah di akhirat, bahkan rela untuk menggadaikan keluarga yang selama didunia

    melindunginya dan menyayanginya. Seorang anak menggadaikan ibunya, seorang ibu menggadaikan anaknya,

    seorang suami menggadaikan istrinya dan seorang istri menggadaikan suaminya, tidak ada petemuan yang kekal di

    antara mereka kecuali di dunia.

    Maka jangan merasa kagum dan takjub terhadap romantisme dan cinta kasih mereka semala di dunia, sebab hal itu

    tidak akan terjadi ketika di akhirat kelak.

    Sifat Kedua: Mereka tidak pernah bertemu di dunia, namun akan bertemu di akhirat.

    Mereka adalah orang-orang beriman, mereka akan bertemu dan bersua dengan para Nabi, orang-orang shidiq

    terdahulu, para syuhada`, orang-orang shalih meskipun di dunia mereka tidak pernah bertemu. Allah berfirman:

    69. Dan barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul(Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang

    dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu: Nabi-nabi, para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang

    saleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya. (QS. An-Nisa`: 69)

    Semasa hidup kita tidak pernah bertemu dengan Rasulullah, para sahabatnya serta orang-orang shalih setelahnya,

    namun nama mereka selaku kita ingat dan ada dalam hati. Sehingga kelak kita akan bertemu dengan mereka di

    tempat yang jauh lebih indah dan mulia.

  • 7/26/2019 Hakekat Pertemuan Dan Perpisahan Dalam Kehidupan Manusia Ust. Oemar Mita

    2/2

    Sifat Ketiga: mereka bertemu di dunia dan akan bermusuhan di akhirat.

    Mereka adalah golongan yang mendasarkan pertemuan di dunia untuk sekedar bersenang-senang, berfoya-foya,

    hanya saling meningatkankan tentang dunia dan keindahannya, harta, tahta dan selainnya, dan tidak pernah

    mengingatkan untuk beribadah dan beramal shalih, tentang mereka Allah berfirman:

    Teman-teman akrab pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali orang-orang yang

    bertakwa. (QS. Az-Zukhruf: 67)

    Mereka adalah golongan orang-orang yang saling mencintai dan mengasihi namun di akhirat mereka justru menjadi

    saling bermusuhan dan berlawanan. Hal ini melandaskan pertemuan di dunia bukan atas dasar ketakwaan, amal

    shalih, dan saling menasehati. Apapun pertemuan yang tidak didasarkan untuk saling menasehati dalam kebaikan

    akan berakhir pada permusuhan.

    Seorang istri akan menggugat suami, mengapa ia tidak mengingatkannya untuk berbuat amal shalih. Begitupula

    suami akan menggugat istri mengapa ia tidak mengingatkannya untuk berbuat amal shalih. Begitupula akan terjadipada anak kepada orang tua, antara sahabat karib.

    Sifat Keempat: Mereka bertemu di dunia dan bertemu di akhirat.

    Mereka adalah segolongan orang yang di waktu kehidupan dunianya selalu saling mengingatkan dan menasehati

    tentang kebaikan. Bersama-sama melakukan amal shalih. Beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dengan benar.

    Mereka saling mencintai dan menyayangi atas dasar keimanan, ketika salah satu dari mereka salah atau lalai dari

    Allah merekapun menasehatinya. Sehingga kelak Allah akan mempertemukan mereka di tempat yang lebih baik

    yaitu di jannah-Nya.

    Allah berfirman:

    21. Dan orang-oranng yang beriman, dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan, Kamihubungkan anak cucu mereka dengan mereka, dan Kami tiada mengurangi sedikitpun dari pahala amal mereka.Tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang dikerjakannya22. Dan Kami beri mereka tambahan dengan buah-buahan dan daging dari segala jenis yang mereka ingini23. Di dalam surga mereka saling memperebutkan piala (gelas) yang isinya tidak (menimbulkan) kata-kata yang tidakberfaedah dan tiada pula perbuatan dosa24. Dan berkeliling di sekitar mereka anak-anak muda untuk (melayani) mereka, seakan-akan mereka itu mutiarayang tersimpan25. Dan sebahagian mereka menghadap kepada sebahagian yang lain saling tanya-menanya26. Mereka berkata: "Sesungguhnya kami dahulu, sewaktu berada di tengah-tengah keluarga kami merasa takut(akan diazab)"27. Maka Allah memberikan karunia kepada kami dan memelihara kami dari azab neraka

    (QS. Ath Thuur: 21-27)

    Semoga pertemuan kita dengan keluarga dan sanak saudara bukanlah pertemuan sesaat yang tidak ada lagi

    pertemuan setelah itu. Kita memohon agar kita dipertemukan di dunia atas dasar keimanan dan di kumpulkan lagi di

    akhirat dengan selamat. Wallahu alam.

    MADINA -Majelis Dakwah Islam Nusantara-