108
i PENGARUH WAKTU FERMENTASI TERHADAP KEMATANGAN DAN KADAR KALIUM (K) PUPUK KOMPOS BERBAHAN KULIT PISANG KEPOK (Musa paradisiaca L.), KOTORAN SAPI, DEDAK, DOLOMIT DAN EM4 HALAMAN JUDUL SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Biologi Oleh: Stanislaus Lobo Woda NIM: 141434004 PRORAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2019 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

HALAMAN JUDUL SKRIPSIrepository.usd.ac.id/35751/2/141434004_full.pdf · Hasil penelitian menunjukkan bahwa lama fermentasi (7, 14, 21,) memberikan hasil kematangan yang berbeda dan

  • Upload
    others

  • View
    0

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  •   

    i  

    PENGARUH WAKTU FERMENTASI TERHADAP KEMATANGAN DAN

    KADAR KALIUM (K) PUPUK KOMPOS BERBAHAN KULIT PISANG KEPOK

    (Musa paradisiaca L.), KOTORAN SAPI, DEDAK, DOLOMIT DAN EM4

    HALAMAN JUDUL SKRIPSI

    Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

    Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

    Program Studi Pendidikan Biologi

    Oleh:

    Stanislaus Lobo Woda

    NIM: 141434004

    PRORAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

    JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

    FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

    UNIVERSITAS SANATA DHARMA

    YOGYAKARTA

    2019

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  •   

    ii  

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  •   

    iii  

     

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  •   

    iv  

    PERSEMBAHAN

    DREAM IT.

    Wish IT.

    DO IT.

    -Tally Weijl-

    Karya ini ku persembahkan untuk :

    Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria

    Untuk kedua orang tua tercinta, Yohanis Woda dan Agnes Modesta Bale.

    Untuk kedua adikku terkasih, Theodora Yonita Matie dan Maria Veronika Wea.

    Untuk buah hatiku tercinta Eufemia Eugenia Asella Lobo dan yang tersayang Eugenia Agnes Nona.

    Seluruh keluarga besar Pendidikan Biologi angkatan 2014

    Almamaterku Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  •   

    v  

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  •   

    vi  

     

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  •   

    vii  

    ABSTRAK

    PENGARUH WAKTU FERMENTASI TERHADAP KEMATANGAN DAN

    KADAR KALIUM (K) PUPUK KOMPOS BERBAHAN KULIT PISANG

    KEPOK (Musa paradisiaca L.), KOTORAN SAPI, DEDAK, DOLOMIT DAN

    EM4

    Stanislaus Lobo Woda

    141434004

    Universitas Sanata Dharma

    2019

    Pupuk kompos bermanfaat menyuburkan tanah, memacu pertumbuhan mikroorganisme serta membantu transportasi unsur hara tanah ke dalam akar tanaman. Salah satu unsur hara yang paling dibutuhkan oleh tanaman adalah Kalium. Bahan yang mudah ditemui dan dapat digunakan sebagai pupuk adalah kulit Pisang Kepok. Kulit Pisang Kepok memiliki kandungan Kalium yang berperan penting untuk meningkatkan proses fotosintesis serta petumbuhan dan perkembangan tanaman. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kematangan dan kandungan kalium (K); dan lama waktu fermentasi untuk menghasilkan pupuk kompos dengan kematangan pupuk dan kandungan kalium (K) sesuai dengan SNI 19-7030-2004?

    Percobaan yang dilakukan adalah menguji kematangan dan kandungan kalium yang terdapat dalam pupuk hasil fermentasi. Uji kematangan pupuk dilihat dari beberapa parameter yaitu temperatur, warna, tekstur, bau dan pH sedangkan analisis kandungan kalium dilakukan di Laboratorium Chem-Mix Pratama Bantul, Yogyakarta dengan menggunakan metode Spektrofotometri Serapan Atom (SSA).

    Hasil penelitian menunjukkan bahwa lama fermentasi (7, 14, 21,) memberikan hasil kematangan yang berbeda dan rerata hasil kandungan Kalium yang tidak jauh berbeda yaitu : 0,216%, 0,295%, 0,258%. Namun jika dibandingkan dengan kontrol hasil penelitian ketiganya lebih besar jumlah kandungan kaliumnya. Lama waktu fermentasi yang optimal untuk mendapatkan pupuk kompos yang matang dan kandungan kalium sesuai dengan SNI 19-7030-2004 adalah 21 hari.

    Kata Kunci : Pupuk Kompos, Kulit Pisang Kepok (Musa paradisiaca L.), lama fermentasi, kematangan Pupuk, kandungan Kalium (K).

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  •   

    viii  

    ABSTRACT

    EFFECT OF TIME FERMENTATION ON MATURITY AND LEVEL OF

    POTASSIUM (K) COMPOSITE FERTILIZER BASED ON KEPOK BANANA

    PEEL (Musa paradisiaca L.), DIRTY COW, BRICK, DOLOMITE AND EM4

    Stanislaus Lobo Woda

    141434004 Sanata Dharma University

    2019

    Compost is useful for fertilizing the soil, stimulating the growth of microorganisms and helping to transport soil nutrients into the roots of plants. One of the nutrients needed by plants is potassium. The material that is easily found and can be used as fertilizer is the peel of Kepok Banana. Kepok Banana Peel contains Potassium which plays an important role in enhancing the photosynthesis process as well as plant growth and plant development. The purpose of this study was to determine the maturity and content of potassium (K); and the length of time of fermentation to produce compost with the maturity of the fertilizer and the potassium (K) content in accordance with SNI 19-7030-2004? The experiment was conducted to test the maturity and potassium content contained in fermented fertilizer. Fertilizer maturity test is seen from several parameters, namely temperature, color, texture, odor and pH, while the analysis of potassium content is carried out at the Primary Chem-Mix Laboratory in Bantul, Yogyakarta using the Atomic Absorption Spectrophotometry (SSA) method. The results showed that the fermentation time (7, 14, 21,) gave different maturity results and the mean yield of Potassium content was not much different, namely: 0.216%, 0.295%, 0.258%. However, when compared with the control results of the three studies, the greater the amount of potassium content. The optimal length of fermentation time to get mature compost fertilizer and potassium content in accordance with SNI 19-7030-2004 is 21 days. Keywords: Compost Fertilizer, Kepok Banana Peel (Musa paradisiaca L.), fermentation time, Maturity of Fertilizer, Potassium (K) content.  

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  •   

    ix  

    KATA PENGANTAR

    Puji dan Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan

    rahmatnya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh

    Waktu Fermentasi terhadap Kematangan dan Kandungan Kalium Pupuk

    Kompos berbaan Kulit Pisang Kepok (Musa paradisiaca L.), Kotoran Sapi,

    Dedak, Dolomit dan EM4’. Penulisan Skripsi ini merupakan salah satu syarat

    untuk memperoleh gelar sarjana pada program studi Pendidikan Biologi.

    Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini berhasil diselesaikan

    dengan baik berkat bantuan dan dukungan dari banyak pihak.Oleh karena itu,

    penulis mengucapkan terima kasih berlimpah kepada :

    1. Retno Herrani Setyati Catarina, M.Biotech selaku dosen pembimbing yang

    selalu memberi semangat, motivasi dan menyediakan waktu, tenaga dan

    pikiran untuk mengarahkan penulis dalam penyusunan skripsi ini.

    2. Dr. Yohanes Harsoyo S.Pd., M.Si selaku Dekan Fakultas Keguruan dan

    Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

    3. Drs. Antonius Tri Prianto M.For.Sc selaku Ketua Program Studi Pendidikan

    Biologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

    4. Dosen-dosen penguji skripsi yang telah memberikan saran dan masukan

    sehingga skripsi ini menjadi lebih baik.

    5. Segenap Dosen Program Studi Pendidikan Biologi Universitas Sanata

    Dharma yang penuh dedikasi mendidik, membimbing, mengarahkan,

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  •   

    x  

    membagi ilmu pengetahuan dan memberi bantuan kepada penulis dari awal

    perkuliahan sampai selesai.

    6. Pak Agus selaku laboran, Pak Slamet selaku karyawan di Kebun Penelitian

    Pendidikan Biologi.

    7. Kedua Orang tua saya Yohanis Woda dan Agnes Modesta Bale yang selalu

    memberikan semangat dan motivasi, kasih sayang, do’a serta memberikan

    dukungan berupa moril dan materil sehingga penulis dapat menyelesaikan

    studi dan menyelesaikan karya ilmiah ini dengan baik.

    8. Kedua adik saya Theodora Yonita Matie dan Maria Veronika Wea yang

    selalu memberikan dukungan dan doa.

    9. Kekasihku Eugenia Agnes Nona dan malaikat kecilku Eufemia Eugenia

    Asella Lobo yang selalu menghibur dan menguatkan saya hingga dapat

    menyelesaikan skripsi ini.

    10. Sahabat-sahabat tercinta Fany Mimi, Tokan, Andy, Nando, Dion, Arep,

    Maryo, Shary Kon, Elfrid Meo, Ether Mauritz, Asti, Nogo, dan semua

    teman-teman angkatan 2014 Pendidikan Biologi.

    11. Sahabat Grup Musik Orkes Wangak; Rian Huler, Alfan Gimbal, Andy,

    Tino, Anugerah, Vick, Kaka Tanto dan Kaka Lani

    12. Sahabat Grup Musik Invia Band; Vitus Palihama, Regar Peta, Ardy Muda

    dan Yoel.

    13. Om Vicktor, Om Vikaris dan tente Nathalia terima kasih bimbingan dan

    motivasinya

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  •   

    xi  

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  •   

    xii  

    Daftar Isi

    HALAMAN JUDUL ....................................................................................................... i

    HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .......... Error! Bookmark not defined. HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................................... iii

    PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ...................... Error! Bookmark not defined. LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS .................... Error! Bookmark not defined. ABSTRAK ................................................................................................................... vii

    ABSTRACT ................................................................................................................ viii

    KATA PENGANTAR .................................................................................................. ix

    Daftar Isi ...................................................................................................................... xii

    BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................. 1

    A. Latar Belakang .................................................................................................. 1 B. Rumusan Masalah ............................................................................................. 3 C. Tujuan Penelitian .............................................................................................. 4 D. Manfaat Penelitian ............................................................................................ 4

    BAB II KAJIAN PUSTAKA ......................................................................................... 6

    A. Pupuk Kompos .................................................................................................. 6 B. Fermentasi Pupuk Kompos ............................................................................ 10 C. Unsur Hara Kompos ....................................................................................... 14 D. Pisang Kepok (Musa paradisiaca L.). ............................................................ 17 E. Kotoran Hewan ............................................................................................... 20 F. EM- 4 (Effective Mikroorganisme-4) .............................................................. 21 G. SNI 19-7030-2004 (Standar Nasional Indonesia) Pupuk Kompos .......... 22 H. Penelitian yang Relevan .............................................................................. 24 I. Kerangka Berpikir .......................................................................................... 25 J. Hipotesis ........................................................................................................... 27

    BAB III METODE PENELITIAN .............................................................................. 28

    A. Jenis Penelitian ................................................................................................ 28 B. Batasan Penelitian ........................................................................................... 29 C. Alat dan Bahan ................................................................................................ 29

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  •   

    xiii  

    D. Cara Kerja ....................................................................................................... 30 E. Metode Analisis Data ...................................................................................... 36 F. Rancangan Pemanfaatan Hasil Penelitian dalam Pembelajaran ............... 37

    BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................................... 38

    A. Kematangan Pupuk Kompos Berbahan Dasar Kulit Pisang Kepok, Kotoran Sapi, Dedak, Dolomit dan EM-4. ........................................................... 38

    B. Kandungan Kalium pada Pupuk Kompos Berbahan Dasar Kulit Pisang Kepok, Kotoran Sapi, Dedak, Dolomit dan EM-4 ............................................... 43 C. Kendala, Keterbatasan dan Hambatan Penelitian ...................................... 45

    BAB V IMPLEMENTASI HASIL PENELITIAN UNTUK PEMBELAJARAN ...... 46

    A. Kompetensi Inti ............................................................................................... 47 B. Kompetensi Dasar : ......................................................................................... 48

    BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................................... 49

    A. Kesimpulan ...................................................................................................... 49 B. Saran ................................................................................................................ 49

    DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 50

    LAMPIRAN ................................................................................................................. 53  

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  •   

    xiv  

    DAFTAR TABEL

    Tabel 2.1 Komposisi Mineral Kulit Pisang......................................................19

    Tabel 2.2 Kandungan Hara Beberapa Jenis Kotoran Hewan...........................21

    Tabel 4.1 Hasil Pengamatan Kematangan Pupuk............................................38

    Tabel 4.2 Warna dan tekstur pupuk kompos....................................................40

    Tabel 4.3 Rerata Pengukuran Kandungan Kalium pada Pupuk kompos. ........43

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  •   

    xv  

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 2.1 Pohon Pisang Kepok..........................................................19

    Gambar 2.2 Buah Pisang Kepok............................................................19

    Gambar 2.3 Literatur Map.....................................................................24

    Gambar 2.4 Bagan Kerangka Berpikir..................................................26

    Gambar 3.1 Kulit Pisang 1 Kg..............................................................31

    Gambar 3.2 Kotoran Sapi 1 Kg.............................................................31

    Gambar 3.3 Dedak 1 Kg........................................................................31

    Gambar 3.4 Dolomit 1 Kg.....................................................................31

    Gambar 3.5 EM4 300 ml.......................................................................31

    Gambar 3.6 Air 1 liter...........................................................................31

    Gambar 3.7 Campuran bahan................................................................32

    Gambar 3.8 Ember dibungkus plastik...................................................33

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  •   

    xvi  

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1. Silabus Pembelajaran ............................................................... 54

    Lampiran 2. RPP .......................................................................................... 62

    Lampiran 3. LKS 1 ....................................................................................... 73

    Lampiran 4. LKS 2 ....................................................................................... 75

    Lampiran 5. Kisi-kisi soal ulangan .............................................................. 77

    Lampiran 6. Soal Test .................................................................................. 78

    Lampiran 7. Kunci Jawaban ......................................................................... 80

    Lampiran 8. Rubrik Penilaian ...................................................................... 81

    Lampiran 9. Dokumentasi Penelitian ........................................................... 86

    Lampiran 10. Hasil Uji Kandungan Kalium ................................................ 89

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  •  

    1  

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Penggunaan pupuk anorganik di Indonesia mampu meningkatkan hasil

    pertanian, namun tanpa disadari penggunaan pupuk anorganik secara terus-

    menerus berdampak negatif bagi sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Hal itu

    menyebabkan kemampuan tanah untuk mendukung ketersediaan air, hara, dan

    kehidupan mikroorganisme tanah menurun. Kondisi ini terjadi karena tingkat

    kesuburan tanah telah mengalami penurunan, oleh karena itu jika tidak segera

    diatasi maka tanah tidak mampu lagi berproduksi secara optimal dan

    berkelanjutan. Solusi untuk mengatasi masalah ini adalah mengurangi

    penggunaan pupuk anorganik dan menerapkan sistem petanian organik (Pratiwi

    dkk, 2013). Konsep dasar dari pertanian organik adalah perbaikan kualitas tanah

    yang rusak akibat revolusi hijau. Penambahan bahan organik adalah cara paling

    mudah untuk memperbaiki kualitas tanah (Syukur, 2005). Pupuk kompos adalah

    salah satu bahan organik yang bermanfaat menjaga kesuburan tanah. Pupuk

    kompos berbahan kulit Pisang Kepok (Musa paraisiaca L.), kotoran sapi,

    dedak, dolomit dan EM4 menjadi alternatif pemanfaatan limbah kulit Pisang

    Kepok. Menurut Okorie dkk (2015), kulit Pisang Kepok mengandung unsur

    hara makro yang diperlukan oleh tanaman seperti fosfor (P) dan kalium (K)

    dengan kondisi yang berbeda, yaitu pada kulit Pisang Kepok matang dengan

    kadar P 0,49 mg dan kadar K 9,83 mg, sedangkan pada kulit Pisang Kepokn

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 2  

     

    mentah memiliki kadar P 0,61 mg dan kadar K 9,89 mg. Selain itu mengandung

    unsur hara mikro yang cukup beragam seperti besi (Fe), kalsium (Ca),

    magnesium (Mg) dan natrium (Na). Unsur hara makro dan mikro adalah unsur

    yang berperan penting dalam pertumbuhan dan kesuburan tanaman. Peneliti

    tertarik menggunakan kulit Pisang Kepok sebagai bahan utama dalam

    pembuatan pupuk kompos karena ketersediaannya cukup banyak, mudah

    diperoleh, dan adanya unsur hara makro dan mikro. Sedangkan dedak sebagai

    salah satu bahan pelengkap. Menurut National Research Council (1994) dedak

    padi mengandung protein kasar 12,9 %, lemak 13 %, serat kasar 11,4 %, Ca

    0,07 %, P tersedia 0,21 %, serta Mg 0,22 %, sehingga dedak dapat dimanfaatkan

    sebagai nutrisi mikroorganisme dalam proses fermentasi pupuk kompos.

    Pemanfaatan sampah oganik dari kulit Pisang Kepok sebagai bahan

    pembuatan pupuk kompos juga dilatarbelakangi oleh program NAWACITA

    (sembilan cita) yang ingin diwujudkan oleh Presiden Republik Indoneisa Joko

    Widodo dalam salah satu program kerjanya yaitu pada NAWACITA 7 yang

    berbunyi “kami akan mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakan

    sektor-sektor strategis ekonomi domestik”. Dalam NAWACITA 7 tersebut

    terdapat target yang ingin dicapai yaitu “membangun kedaulatan pangan”. Salah

    satu program kerja dari Kementrian Pertanian yaitu 1000 desa pertanian organik

    yang memiliki 2 program, yaitu 1) Program Peningkatan Produksi dan

    produktifitas Hortikultura Ramah Lingkungan, 2) Penyediaan dan

    Pengembangan Prasarana dan Sarana Pertanian, dengan kegiaan Perluasan

    Areal, Pengelolaan Lahan Pertanian dan Fasilitas Pupuk serta Pestisida. Dengan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 3  

     

    indikator kegiatannya adalah Jumlah Pengembangan Unit Pengolah Pupuk

    Organik (UPPO) (Unit). Wahyu dkk (2008) dalam penelitiannya menyebutkan

    bahwa lama fermentasi selama 21 hari sangat berpengaruh terhadap kualitas dan

    kematangan pupuk. Umumnya waktu pengomposan yang terbaik adalah selama

    60 hari. Oleh karena itu peneliti melakukan penelitian mengenai pembuatan

    pupuk kompos dan menguji kematangan dan kualitas kompos yang dipengaruhi

    oleh lama fermentasi pembuatan pupuk kompos tersebut dengan judul “

    PENGARUH WAKTU FERMENTASI TERHADAP KEMATANGAN

    PUPUK KOMPOS DAN KADAR KALIUM (K) BERBAHAN KULIT

    PISANG (Musa paradisiaca L.), KOTORAN SAPI, DEDAK, DOLOMIT

    DAN EM4.

    B. Rumusan Masalah

    1. Bagaimana kematangan dan kadar kalium (K) pupuk kompos berbahan kulit

    Pisang Kepok (Musa pradisiaca L. ), kotoran sapi, dedak, dolomit dan EM4

    yang dihasilkan dari proses fermentasi selama 7, 14 dan 21 hari ?

    2. Berapa lama waktu fermentasi untuk menghasilkan pupuk kompos dengan

    kematangan pupuk dan kandungan kalium (K) sesuai dengan SNI 19-7030-

    2004?

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 4  

     

    C. Tujuan Penelitian

    1. Mengetahui kematangan dan kadar kalium (K) pupuk kompos berbahan

    kulit Pisang Kepok (Musa paradisiaca L.), pupuk kandang, dedak, dolomit

    dan EM4.

    2. Mengetahui lama waktu fermentasi untuk menghasilkan pupuk kompos

    dengan kematangan pupuk dan kandungan kalium (K) sesuai dengan SNI

    19-7030-2004?

    D. Manfaat Penelitian

    1. Bagi Peneliti

    Peneliti mendapatkan pengetahuan dan pengalaman baru mengenai

    pembuatan pupuk kompos berbahan kulit Pisang Kepok (Musa paradisiaca

    L.), pupuk kandang, dedak, dolomit dan EM4, dan dapat dimanfaatkan

    untuk lingkungan sekitar agar kesuburan tanah tetap terjaga.

    2. Bagi Masyarakat

    Masyarakat dapat memperoleh pengetahuan baru mengenai

    pemanfaatan sampah organik kulit Pisang Kepok menjadi bahan dasar

    dalam pembuatan pupuk kompos yang ketersediaanya cukup melimpah dan

    mudah untuk mendapatkannya sehingga dapat menghemat biaya dan

    mempebaiki kualitas dan kesuburan tanah.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 5  

     

    3. Bagi Dunia Pendidikan

    a. Guru

    Hasil penelitian ini dijadikan sebagai referensi atau bahan

    pembelajaran bagi peserta didik dalam pelajaran IPA Biologi kelas XII

    semester I yakni pada materi Pertumbuhan dan Perkembangan.

    b. Siswa (Peserta Didik)

    Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi bagi siswa

    dalam melakukan praktikum dan juga untuk mengaplikasikan dalam

    kehidupan sehari-hari.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  •   

    6  

    BAB II

    KAJIAN PUSTAKA

    A. Pupuk Kompos

    1. Pengertian Pupuk Kompos

    Pupuk kompos merupakan salah satu pupuk organik dari

    pembusukan sisa-sisa bahan organik seperti tumbuhan dan hewan yang

    diciptakan oleh manusia melalui proses fermentasi. Menurut Setyorini dkk

    (2006) kompos merupakan bahan organik seperti daun-daunan, jerami ,

    alang-alang, rumpt-rumputan, dedak padi, batang jagung, sulur, carang-

    carang serta kotoran hewan yang telah mengalami proses dekomposisi oleh

    mikroorganisme pengurai sehingga dapat dimanfaatkan untuk memperbaiki

    sifat-sifat tanah. Kompos mengandung hara-hara mineral yang esensial bagi

    tanaman. Sisa-sisa tanaman, hewan dan serta mikroorganisme tanah

    merupakan sumber bahan organik yang sangat potensial bagi tanah karena

    perannya yang sangat penting terhadap perbaikan sifat fisik, kimia, dan

    biologi tanah.

    Menurut Murbandono (2009), kompos adalah bahan-bahan organik

    (sampah organik) yang telah mengalami proses pelapukan karena adanya

    interaksi antara mikroorganisme (bakteri pembusuk) yang bekerja

    didalamnya. Bahan-bahan organik tersebut seperti dedaunan, rerumputan,

    jerami, sisa-sisa ranting dan dahan, kotoran hewan, dan lain-lain. Adapun

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 7  

      

    kelangsungan hidup mikroorganisme tersebut didukung oleh keadaan

    lingkungan yang basa dan lembab.

    2. Jenis-Jenis Pupuk Kompos

    Berdasarkan komponen utama penyusunnya, pupuk dibedakan atas

    pupuk organik dan pupuk anorganik. Pupuk organik adalah pupuk yang

    tersusun dari sisa-sisa makhluk hidup yang telah mengalami proses

    pembusukan (dekomposisi) oleh mikroorganisme pengurai, seperti

    pelapukan, sisa-sisa tanaman, hewan dan manusia. Pupuk organik dapat

    berbentuk padat atau cair yang digunakan untuk memperbaiki sifat fisik,

    kima dan biologi tanah. Pupuk organik akan banyak memberi keuntungan

    karena bahan dasar pupuk organik berasal dari limbah pertanian, seperti

    jerami, sekam padi, kulit kacang, ampas tebu, batang jagung dan hijauan

    lainnya. Di samping itu dengan berkembangnya pemukiman, perkotaan dan

    industri maka bahan dasar kompos semakin beragam. Bahan yang banyak

    dimanfaatkan antara lain tinja, limbah cair, sampah kota dan pemukiman

    (Isroi, 2009).

    Ada beberapa jenis pupuk dari bahan organik yang dikenal yaitu

    pupuk kandang, humus, pupuk hijau dan pupuk guano. Pupuk hijau dan

    pupuk guano tidak mengalami proses penguraian atau pengomposan.

    Sedangkan pupuk kandang dan humus mengalami proses penguraian.

    Proses pengomposan bisa berlangsung apabila bahan-bahan mentah telah

    dicampur secara merata, pengomposan dapat dibagi menjadi dua tahap

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 8  

      

    yaitu: tahap aktif dan tahap pematangan. Pada tahap awal proses oksigen

    dan senyawa-senyawa yang mudah terdegradasi akan segera dimanfaatkan

    oleh mikroba mesofilik, yang mengakibatkan suhu tumpukan kompos akan

    tinggi dan pH kompos meningkat. Suhu akan meningkat menjadi 50-700C,

    dan akan tetap tinggi selama waktu tertentu. Mikroba yang berperan aktif

    pada kondisi ini adalah mikroba termofilik yaitu mikroba yang aktif pada

    suhu yang tinggi. Pada saat terjadi proses ini maka proses dekomposisi

    bahan organik juga berlangsung (Isroi, 2007).

    Nilai pupuk yang dikandung pupuk organik pada umumnya rendah

    dan sangat bervariasi, misalkan unsur nitrogen (N), fosfor (P) dan Kalium

    (K) tetapi juga mengandung unsur mikro esensial lainnya. Pupuk organik

    membantu dalam mencegah terjadinya erosi dan mengurangi terjadinya

    retakan tanah. Nitrogen dan unsur hara lain yang dikandung oleh pupuk

    organik dilepaskan secara perlahan-lahan. Penggunaan secara

    berkesinambungan akan banyak membantu dan membangun kesuburan

    tanah. Pupuk organik mempunyai komposisi kandungan unsur hara yang

    lengkap tetapi setiap jenis unsur hara tersebut rendah. Kandungan bahan

    organik di dalam tanah perlu dipertahankan agar jumlahnya tidak sampai di

    bawah dua persen (Suriadikarta dan Setyorini, 2005).

    Menurut Indriani (2012), kompos merupakan hasil fermentasi atau

    dekomposisi dari bahan organik seperti tanaman, hewan, atau limbah

    organik lainnya. Kompos mempunyai beberapa sifat menguntungkan antara

    lain:

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 9  

      

    1. memperbaiki struktur tanah berlempung sehingga menjadi ringan

    2. memperbesar daya ikat tanah berpasir sehingga tanah tidak berderai

    3. menambah daya ikat air pada tanah

    4. memperbaiki drainase atau tata udara dalam tanah

    5. memperbaiki daya ikat tanah terhadap zat hara

    6. mengandung hara yang lengkap, walaupun jumlahnya sedikit (jumlah

    hara ini tergantung dari bahan pembuat pupuk organik)

    7. membantu proses pelapukan bahan mineral

    8. memberi ketersediaan bahan makan bagi mikrobia

    9. menurunkan ativitas mikroorganisme yang berlebihan

    Dekomposisi secara aerob adalah modifikasi yang terjadi secara

    biologis pada struktur kimia atau biologi bahan organik dengan kehadiran

    oksigen. Dalam proses ini banyak koloni bakteri yang berperan Hasil dari

    dekomposisi bahan organik secara aerobik adalah CO2, H2O (air), humus,

    dan energi. Proses dekomposisi bahan organik secara aerobik disajikan

    sebagai berikut :

    Mikroba aerob

    Bahan Organik CO2 + H2O + Humus +

    Hara + Energi

    Hasil dari proses pengomposan secara aerobik berupa bahan kering

    dengan kelembaban 30 – 40 %, berwarna cokelat gelap, dan remah

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 10  

      

    (Handayani, 2017). Sedangkan dekomposisi secara anaerob adalah

    modifikasi terjadi secara biologis pada struktur kimia atau biologi bahan

    organik tanpa oksigen. Berikut mekanisme pengomposan secara anaerob :

    Mikroba anaerob

    Bahan Organik CH4+ Hara + Humus

    Proses anaerob akan menghasilkan gas mentah (CH4)

    karbondioksida (CO2) dan asam organik yang memiliki bobot molekul

    rendah seperti asam asetat, asam propionate, asam butirat, asam laktat dan

    asam suksinat. Gas metan bisa dimanfaatkan sebagai bahan bakar alternatif

    (biogas). Sisanya berupa lumpur yang mengandung bagian padatan dan

    cairan. Bagian padatan ini yang disebut kompos. Namun kadar airnya masih

    tinggi sehingga sebelum digunakan harus dikeringkan (Handayani, 2017).

    B. Fermentasi Pupuk Kompos

    Fermentasi merupakan suatu proses perubahan kimia pada suatu substrat

    organik melalui aktivitas enzim yang dihasilkan oleh mikroorganisme

    (Suprihatin, 2010). Pada proses fermentasi dibutuhkan starter sebagai

    mikroorganisme yang akan ditumbuhkan dalam substrat. Fermentasi dapat

    dilakukan dengan dua cara, yaitu spontan dan tidak spontan. Fermentasi spontan

    adalah fermentasi yang tidak ditambahkan dengan mikroorganisme dalam

    bentuk starter atau ragi dalam bentuk proses pembuatannya, sedangkan

    fermentasi tidak spontan adalah fermentasi yang ditambahkan dengan starter

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 11  

      

    atau ragi dalam proses pembuatannya. Mikroorganisme tumbuh dan

    berkembang secara aktif merubah bahan yang difermentasi menjadi produk

    yang diinginkan (Suprihatini, 2010). Hasil fermentasi dapat diserap langsung

    oleh perakaran tanaman misalnya gula, alkohol, asam amino, protein,

    karbohidrat dan senyawa organik lainnya. Menurut Indriani (2012) faktor yang

    mempengaruhi pengomposan adalah ukuran bahan, rasio C/N, kelembaban,

    temperatur pengomposan, derajat keasaman, mikroorganisme.

    1. Ukuran Bahan

    Proses pengomposan akan lebih cepat jika bahan mentah memiliki

    ukuran yang lebih kecil karena bahan yang berukuran besar perlu dipecah

    atau digiling terlebih dahulu sehingga ukurannya menjadi lebih kecil. Bahan

    yang berukuran kecil akan lebih cepat didekomposisi karena luas

    permukaannya meningkat dan mempermudah aktifitas mikroorganisme

    perombak. Namun ukuran bahan yang terlalu kecil akan meynyebabkan

    rongga udara berkurang dan timbunan menjadi lebih mampat sehingga

    oksigen semakin berkurang untuk masuk.

    2. Rasio C/N

    Rasio C/N merupakan faktor paling penting dalam proses

    pengomposan karena proses pengomposan tergantung dari kegiatan

    mikroorganisme yang membutuhkan karbon sebagai sumber energi dan

    pembentukan sel, dan nitrogen untuk membentuk sel.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 12  

      

    3. Kelembaban dan aerasi

    Mikroorganisme yang berperan dalam pengomposan melakukan

    aktifitas metabolisme di luar sel tubuhnya. Sementara itu reaksi biokimia

    yang terjadi dalam selaput air tersebut membutuhkan oksigen dan air.

    Karena itu, dekomposisi bahan organik sangat tergantung dari kelembaban

    lingkungan dan oksigen yang diperoleh dari rongga udara yang terdapat

    diantara partikel bahan yang dikomposkan.

    4. Temperatur pengomposan

    Proses pengomposan akan berjalan baik jika bahan berada dalam

    temperatur yang sesuai untuk pertumbuhan mikroorganisme perombak.

    Temperatur optimum yang dibutuhkan mikroorganisme untuk merombak

    bahan adalah 35-550C. Namun setiap kelompok mikroorganisme memiliki

    temperatur optimum yang berbeda, sehingga temperatur optimum

    pengomposan merupakan integrasi dari berbagai jenis mikroorganisme yang

    terlibat.

    Pada pengomposan secara aerobik akan terjadi kenaikan temperatur

    yang cukup cepat selama 3-5 hari pertama dan temperatur kompos dapat

    mencapai 55-700C. Kisaran temperatur tersebut merupakan yang terbaik

    bagi pertumbuhan mikroorganisme. Pada kisaran temperatur ini,

    mikroorganisme dapat tumbuh tiga kali lipat dibandingkan dengan

    temperatur yang kurang dari 550C dan menghasilkan enzim yang efektif

    mengurai bahan organik.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 13  

      

    5. Derajat keasaman (pH) pengomposan

    Kisaran pH kompos yang optimal adalah 6,0 – 8,0. Derajat keasman

    bahan pada permulaan pengomposan umumnya asam sampai dengan netral

    (pH 6,0 – 7,0). Derajat keasaman pada awal proses pengomposan akan

    mengalami penurunan karena sejumlah mikroorganisme yang terlibah

    dalam pengomposan mengubah bahan organik menjadi asam organik. Pada

    proses selanjutnya, mikroorganisme dari jenis lain akan mengonversi asam

    organik yang telah terbentuk sehingga bahan memliki derajat keasaman

    yang tinggi dan mendekati netral.

    Seperti faktor lainnya, derajat keasaman perlu dikontrol selama

    proses pengomposan berlangsung. Jika derajat keasaman terlalu tinggi atau

    terlalu basa, konsumsi oksigen akan naik dan memberikan hasil yang buruk

    bagi lingkungan. Derajat keasaman yang terlalu tinggi akan menyebabkan

    unsur nitrogen dan bahan kompos akan berubah menjadi amonia (NH3).

    Sebaliknya dalam keadaan asam (derajat keasaman rendah) akan

    menyebabkan sebagian mikroorganisme mati.

    6. Mikroorganisme yang terlibat dalam pengomposan

    Mikroorganisme merupakan faktor terpenting dalam proses

    pengomposan karena mikroorganisme ini yang merombak bahan organik

    menjadi kompos. Beberapa ratus spesies mikroorganisme, terutama bakteri,

    jamur dan actinomycetes berperan dalam proses dekomposisi bahan

    organik. Sebagian besar dari mikroorganisme yang melakukan dekomposisi

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 14  

      

    berasal dari bahan organik yang digunakan dan sebagian lagi berasal dari

    tanah.

    C. Unsur Hara Kompos

    Menurut Pranata (2004) di dalam kompos terdapat unsur hara makro dan

    mikro yang berguna bagi tanaman.

    1. Unsur hara makro

    a. Karbon (C); berfungsi untuk membentuk karbohidrat, lemak dan protein

    yang bermanfaat bagi pertumbuhan tanaman. Selain itu berfungsi untuk

    membentuk selulosa yang merupakan dinding sel dan memperkuat

    bagian tanaman.

    b. Hidrogen (H); berguna dalam proses pembentukan gula (glukosa)

    menjadi karbohidrat dan sebaliknya, serta proses pembentukan lemak

    dan protein. Proses untuk menghasilkan glukosa dikenal dengan

    asimilasi karbondioksida atau fotosintesis.

    c. Nitrogen (N); berguna dalam pertumbuhan tanaman terutama pada fase

    vegetatif yaitu pertumbuhan cabang, daun dan batang. Nitrogen juga

    bermanfaat dalam proses pembentukan hijau daun dan klorofil. Klorofil

    sangat berguna untuk membantu proses protein, lemak dan berbagai

    persenyawaan organik lainnya. Kekurangan nitrogen menyebabkan

    pertumbuhan tanaman tidak normal atau kerdil, daunnya mengering dan

    mengering.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 15  

      

    d. Fosfor (P); berguna untuk membentuk akar, sebagai bahan dasar protein,

    mempercepat pertumbuhan, memperkuat batang tanaman, dan

    meningkatkan hasil biji-bijian dan umbi-umbian. Selain itu juga fosfor

    membantu asimilasi dan respirasi. Kekurangan fosfor dapat

    menyebabkan tanaman menjadi kerdil, perumbuhan akar tidak baik, dan

    pertumbuhan cabang atau ranting meruncing.

    e. Kalsium (Ca); berfungsi sebagai pengatur pengisapan air dari dalam

    tanah dan untuk menghilangkan racun dalam tanaman (penawar). Selain

    itu kalsium berguna untuk mengaktifkan pembentukan bulu-bulu akar

    dan biji serta menguatkan batang. Kekurangan kalsium dapat

    menyebabkan pertumbuhan pucuk ranting terhambat dan batang

    tanaman tidak kokoh.

    f. Sulfur (S); berguna untuk membantu tanaman dalam membentuk bintil

    akar. Pertumbuhan lainnya yang didukung sulfur adalah pertumbuhan

    tunas dan pembentukan hiau daun. Kekurangan sulfur akan

    mengakibatkan pertumbuhan terhambat, tanaman menjadi kerdil dan

    kurus.

    g. Oksigen (O2); Oksigen dibutuhkan tanaman untuk membentuk bahan

    organik tanaman. Oksigen dibutuhkan dalam sel tanaman untuk

    mengubah karbohidrat menjadi energi dan proses ini disebut dengan

    oksidasi.

    h. Magnesium (Mg); berfungsi membantu proses pembentukan zat hijau

    dau, membentuk karbohidrat, lemak dan minyak. Selain itu juga

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 16  

      

    membantu proses transportasi fosfat dalam tanaman. Kekurangan

    magnesium dapat menyebabkan pucuk dan bagian jari-jari daun tampak

    berwarna.

    i. Kalium (K); berfungsi untuk membantu pembentukan protein dan

    karbohidrat. Selain itu kalium berfungsi untuk memperkuat jaringan

    tanaman dan berperan dalam pembentukan anti bodi tanaman yang bisa

    melawan penyakit dan kekeringan. Jika kekurangan kalium tanaman

    tidak dapat tahan terhadap penyakit, kekeringan dan udara dingin.

    2. Unsur hara mikro

    a. Klor (Cl); membantu meningkatkan atau memperbaiki kualitas dan

    kuantitas produksi tanaman. Kekurangan klor akan mengakibatkan

    produksi tanaman rendah.

    b. Mangan (Mn); bermanfaat dalam proses asimilasi dan berfungsi sebagai

    komponen utama dalam pembentukan enzim pada tanaman.

    Kekurangan mangan dapat mengakibatkan tanaman menjadi kerdil.

    c. Tembaga (Cu); bermanfaat dalam proses pembentukan klorofil dan

    sebagai komponen utama dalam pembentukan enzim tanaman.

    Kekurangan tembaga menyebabkan ujung dan sering ditemukan layu

    dan klorosis.

    d. Boron (Bo); bermanfaat untuk membawa karbohidrat ke seuruh jaringan

    tanaman, mempercepat penyerapan kalium, menungkatkan produksi

    sayuran dan buah-buahan. Kekurangan boron menyebabkan klorosis,

    kerdil, bahkan penyakit fisiologis.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 17  

      

    e. Molibdenum (Mo); berfungsi meningkatkan nitrogen bebas dari udara,

    sebagai komponen pembentukan enzim pada bakteri akar tanaman

    leguminose. Kekurangan Molibdenum menyebabkan daun mengerut

    dan mengering.

    f. Seng (Zn); berfungsi dalam pembentukan hormon tanaman yang

    berguna untuk pertumbuhan. Kekurangan seng meyebabkan daun

    berwarna kuning kemerahan, berlubang bahkan mati.

    D. Pisang Kepok (Musa paradisiaca L.).

    Pisang adalah tanaman yang berasal dari kawasan Asia Tenggara

    (termasuk Indonesia). Tanaman buah ini kemudian menyebar luas ke kawasan

    Afrika (Madagaskar), Amerika Selatan dan Amerika Tengah. Penyebaran

    tanaman ini selanjutnya hampir merata ke seluruh dunia yakni meliputi daerah

    tropis dan subtropis, dimulai dari Asia Tenggara ke timur melalui lautan teduh

    sampai ke Hawai pada tahun 1000 SM. Pisang yang ada sekarang diduga

    merupakan hasil persilangan alam dari pisang liar dan telah mengalami

    domestikasi. Beberapa literatur menyebutkan pusat keanekaragaman tanaman

    pisang berada di kawasan Asia Tenggara (Satuhu dkk, 2001).

    Buah pisang juga memiliki banyak manfaat. Kandungan yang terdapat

    dalam pisang antara lain karbohidrat, lemak, protein, mineral dan serat. Dengan

    demikian pisang juga merupakan salah satu bahan pangan yang mampu

    meningkatkan gizi masyarakat (Kasijadi, 2006).

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 18  

      

    Dalam sistem atau taksonomi tumbuh-tumbuhan tanaman Pisang Kepok

    dimasukan dalam klasifikasi sebagai berikut :

    Kingdom : Plantae

    Divisi : Spermatophyta

    Kelas : Monocotyledonae

    Ordo : Musales

    Famili : Musaceae

    Genus : Musa

    Spesies : Musa paradisiaca L. (Tjirosoepomo, 1991).

    Menurut Rukmana (1999) karakteristik morfologi Pisang Kepok adalah

    sebagai berikut :

    a. Tinggi pohon 3 m dengan lingkar batang 40-50 cm berwarna hijau dengan

    sedikit atau tanpa coklat kehitaman.

    b. Panjang daun 180 cm, lebar 50-60 cm berlapis lilin pada permukaan sebelah

    bawah.

    c. Tandan buah mencapai panjang 30-60 cm, merunduk, tidak berbulu halus.

    d. Jantung berbentuk bulat telur, agak melebar, kelopak luar berwarna ungu

    dan sebelah dalam berwarna merah.

    e. Sisir buah berjumlah 5-9 sisir dan tiap sisir berjumlah 10 sampai 14 buah

    berpenampang segi tiga, segi empat atau bulat.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 19  

      

    Gambar 2.1. Pohon Pisang Kepok Gambar 2.2. Buah Pisang Kepok Dokumentasi, 2019. Dokumentasi, 2019.

    Menurut Okorie dkk (2015), kulit pisang mengandung beberapa mineral

    yang dapat dilihat pada tabel 2.1 dan tabel 2.2. Berdasarkan kandungan mineral

    yang dimilikinya mengakibatkan kulit pisang mulai dimanfaatkan sebagai

    pupuk karena mengandung unsur hara mikro yang diperlukan oleh tanaman

    seperti fosfor (P) dan kalium (K). Selain itu mengandung unsur hara mikro yang

    cukup beragam seperti besi (Fe), kalsium (Ca), magnesium (Mg), dan natrium

    (Na).

    Tabel 2.1. Komposisi Mineral Kulit Pisang (mg/100 g)

    Kulit Pisang Ca Mg K Na P Zn Cu Pb Fe

    Matang 6,01 2,31 9,83 6,09 0,49 1,86 0,85 0,40 20,40

    Mentah 11,02 3,04 9,89 6,18 0,61 0,95 0,49 0,07 215,57

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 20  

      

    E. Kotoran Hewan

    Kotoran hewan yang berasal dari usaha tani pertanian antara lain adalah

    kotoran ayam, sapi, kerbau, kambing, kuda dan sebagainya. Komposisi hara

    pada masing-masing kotoran hewan berbeda tergantung pada jumlah dan jenis

    makanannya. Secara umum kandungan hara dalam kotoran hewan jauh lebih

    rendah dari pada pupuk kimia, sehingga takaran penggunaannya juga akan lebih

    tinggi. Kesediaan hara sangat dipengaruhi oleh dekomposisi /mineralisasi dari

    bahan-bahan tersebut. Rendahnya ketersediaan hara dari pupuk kandang antara

    lain disebabkan karena bentuk N, P serta unsur lain terdapat dalam bentuk

    senyawa protein atau senyawa asam humat atau lignin yang sulit

    terdekomposisi. Selain mengandung hara bermanfaat, pupuk kandang juga

    mengandung bakteri saprolitik, pembawa penyakit dan parasit mikroorganisme

    yang dapat membahayakan hewan atau manusia. Contohnya kotoran ayam

    mengandung Salmonella sp. Oleh karena itu pengelolaan dan pemanfaatan

    pupuk kandang harus hati-hati (Tan, 1993 dalam Setyorini dkk 2006).

    Berikut adalah tabel kandungan hara dalam beberapa jenis kotoran

    hewan :

    Tabel 2.2. Kandungan hara beberapa jenis kotoran hewan (%)

    Sumber: Tan (1993) dalam Setyorini dkk 2006.

    Sumber N P K Ca Mg S Fe

    Sapi perah 0,53 0,35 0,41 0,28 0,11 0,05 0,004

    Sapi daging 0,65 0,15 0,30 0,12 0,10 0,09 0,004

    Kuda 0,70 0,10 0,58 0,79 0,14 0,07 0,010

    Unggas 1,50 0,77 0,89 0,30 0,88 0,00 0,100

    Domba 1,28 0,19 0,93 0,59 0,19 0,09 0,020

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 21  

      

    F. EM4 (Effective Mikroorganisme-4)

    Pada tahun 1980an Prof.Dr. Teruo Higa dari University Of The Ryukus,

    Jepang mengadakan penelitian terhadap sekelompok mikroorganisme yang

    dengan efektif bermanfaat untuk memperbaiki kondisi tanah dan menekan

    pertumbuhan mikroba yang menimbulkan penyakit dan memperbaiki efisiensi

    penggunaan bahan organik bagi tanaman. Kelompok mikroorganisme tersebut

    disebut dengan Effective Mikroorganisme. Teknologi EM inilah yang kemudian

    dikenal dalam pengembangan pertanian dengan istilah Effective

    Mikroorganisme-4 yang biasa disebut EM4.

    EM4 (Effective Mikroorganisme-4) adalah cairan yang berwarna

    kecoklatan dan beraroma manis dan asam (segar) yang di dalamnya terkandung

    berbagai macam mikroorganisme hidup yang bermanfaat serta menguntungkan

    bagi tanah dan tanaman. EM4 berguna bagi proses penyerapan atau persediaan

    unsur hara dalam tanah. Selain itu EM4 juga berguna bagi keperluan rumah

    tangga terutama untuk mengatasi bau wc, kandang ayam, kelinci, kambing dan

    aroma saluran pembuangan air yang berbau dan lain-lain. Songgolangit (2006)

    menyatakan bahwa EM4 merupakan kultur campuran dari mikroorganisme

    yang menguntungkan dan berasal dari alam, bermanfaat bagi kesuburan tanah

    dan ramah lingkungan. Ada lima golongan bakteri dalam EM4 yaitu bakteri

    asam laktat (Lactobacillus sp), bakteri fotosintetik (Rhodopsedomonas sp),

    Actynomycetes, bakteri pelarut fosfat, dan ragi.

    Teknologi EM4 dikembangkan untuk menunjang pengembangan

    pertanian ramah lingkungan, menekan penggunaan pupuk kimia, dan pestisida

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 22  

      

    dengan sistem alami yang dapat meningkatkan produktifitas tanah serta

    mengurangi biaya produksi sehingga menghasilkan bahan pangan yang bebas

    bahan kimia dan sehat untuk dikonsumsi. Penggunaan EM4 dapat menekan

    aktifitas hama dan atau penyakit, meningkatkan hasil produksi,

    mengoptimalkan hasil produksi, mengoptimalkan kualitas dan kuantitas hasil

    produksi, mempercepat proses fermentasi dan aman bagi manusia (Rahayu dan

    Nurhayati, 2005). Secara umum manfaat teknologi EM4 yang digunakan dalam

    bidang pertanian adalah sebagai berikut :

    1. Memperbaiki sifat biologis, fisik, dan kimia tanah.

    2. Meningkatkan produksi tanaman dan menjaga kestabilan produksi

    3. Memfermentasikan bahan organik tanahdan mempercepat dekomposisi

    4. Menghasilkan kualitas dan kuantitas hasil pertanian berwawasan

    lingkungan.

    5. Meningkatkan keragaman mikroba yang menguntungkan di dalam tanah.

    G. SNI 19-7030-2004 (Standar Nasional Indonesia) Pupuk Kompos

    SNI 19-7030-2004 “ Spesifikasi Kompos dari Sampah Organik

    Domestik” (dilampirkan).

    Dalam peraturan menteri pertanian No.02/Pert/HK.060/2/2006 tentang

    pupuk organik dan pembenah tanah menegaskan bahwa pupuk organik adalah

    pupuk yang sebagian besar atau seluruhnya terdiri dari bahan organik yang

    berasal dari tanaman dan atau hewan yang telah melalui proses rekayasa, dapat

    berbentuk padat atau cair yang digunakan untuk mensuplai bahan organik,

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 23  

      

    memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Dalam peraturan dimaksud

    pada bab 2 pasal 4 ayat 2 dikatakan bahwa pengadaan pupuk organik atau

    pembenah tanah yang diproduksi di dalam negeri wajib memenuhi standar mutu

    dan standar efektifitas atau persyaratan teknis minimal.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 24  

      

    H. Penelitian yang Relevan

    Gambar 2.3. Literature map

    Penelitian 1 Harina Shary Kon (2018)

    Penelitian dilakukan untuk mengetahui pengaruh lama fermentasi pupuk cair daun gamal (Gliricidia sepium) dengan penambahan bioaktovator EM4 dan tetes tebu terhadap kandungan N-total dan rasio C/N.

    Hasil penelitian mengatakan bahwa lama fermentasi yang optimal untuk mendapatkan kandungan unsur hara N-total tertinggi dan rasio C/N yang sesuai standar untuk pupuk organik cair adalah pada fermentasi hari ke 14 (P2) yaitu N-total 0,135% dan rasio C/N 27,13%.

    Kandungan N-total dianalisis menggunakan metode spektrofotometri.

    Penelitian 2 Slamet Raharjo dkk (2016)

    Peneilitian yang dilakukan adalah menganalisis penggunaan bahan aditif terhadap kualitas dan kuantitas kompos menggunakan komposter rotary kiln dengan metode yang digunakan adalah Spektrofotometri Serapan Atom (SSA).

    Hasil penelitian mengatakan bahwa; kualitas kompos dari seluruh variasi penelitian bahan aditif memenuhi SNI 19-7030-2004, kecuali parameter C/N.

    Komposisi bahan aditif terbaik yang digunakan untuk komposter rotary kiln adalah bioaktovator stardec, serbuk gergaji, sekam padi, dedak dan dolomit

    Penelitian 3 Anna Kusumawati (2015)

    Penelitian yang dilaukan adalah menganalisa karakteristik kompos yang berasal dari batang pisang kemudian membandingkan dengan Standar Mutu berdasarkan Permentan Nomor: 70/Permentan/SR.140/10/2011.

    Parameter yang diamati Penelitian analisa sifat pupuk kompos berbahan batang pisang yaitu; unsur hara makro dan mikro.

    Hasil penelitiannya pupuk kompos berbahan batang pisang memiliki mutu dan kualitas sesuai Permentan Nomor: 70/Permentan/SR.140/10/2011.

    Kebaruan Penelitian

    Penelitian yang dilakukan untuk mengetahui kematangan dan kadar kalium (K) pupuk kompos berbahan kulit Pisang Kepok (Musa acuminata balbisiana), kotoran sapi, dedak, dolomit dan EM4.

    Penelitian ini menggunakan lama fermentasi 7, 14, dan 21 hari. Kadar kalium (K) dianalisa di laboratorium dengan menggunakan metode Spektrofotometri

    Serapan Atom (SSA). Kematangan kompos yang diamati adalah; tamperatur, pH, warna, tekstur dan bau,

    dibandingkan dengan SNI

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 25  

      

    I. Kerangka Berpikir

    Ketersediaan tanaman pisang di Indonesia dapat dikatakan sangat

    banyak karena Indonesia merupakan salah satu negara penghasil tanaman

    pisang terbesar.

    Kulit pisang merupakan salah satu tumbuhan yang memiliki banyak

    kandungan kalium (K). Kandungan kalium pada kulit pisang dapat

    dimanfaatkan sebagai tambahan unsur hara di dalam tanah. Sementara menurut

    Nasution (2014) kulit pisang yang telah menjadi limbah hanya biasanya

    dimanfaatkan untuk pakan ternak. Oleh karena itu, kulit pisang dapat dijadikan

    sebagai bahan dasar dalam pembuatan pupuk kompos dengan waktu fermentasi

    tertentu agar dapat dimanfaatkan oleh para petani.

    Waktu fermentasi berfungsi untuk menguraikan nnsur-unsur organik

    yang ada di dalam pupuk organik sehingga dapat diserap oleh akar tanaman.

    Upaya tersebut juga dilakukan untuk megurangi atau mengatisipasi dampak

    yang akan terjadi jika kulit pisang dengan hasil produksi yang besar hanya akan

    menjadi tumpukan sampah dan pada akhirnya akan berdampak pada polusi

    udara dan sumber penyakit. Variasi lama fermentasi untuk mengetahui kuaitas

    serta berapa banyak kandungan unsur hara kalium (K) yang terkandung di

    dalam pupuk kompos berbahan dasar kulit Pisang Kepok setelah dilakukan

    fermentasi, hal ini dapat membantu para petani atau pengusaha pupuk organik

    untuk mengetahui alam fermentasi yang tepat untuk mendapatkan kandungan

    unsur hara yang baik dan cocok untuk membantu pertumbuhan tanaman

    pertanian.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 26  

      

    Kerangka berpikir dapat dilihat pada gambar berikut :

    Gambar 2.4. Bagan Kerangka Berpikir

    Ketersediaan kulit pisang sangat banyak karena negara Indonesia

    merupakan salah satu negara penghasil pisang terbesar.

    Okorie dkk (2015) membuktikan bahwa kulit Pisang Kepok

    memiliki kandungan kalium (K) yang telah memenuhi standar SNI

    19-7030-2004.

    Untuk mendapatkan kandungan kalium (K) yang sesuai dengan SNI 19-7030-2004., dilakukan dengan lama waktu fermentasi

    yang bervariasi. Waktu fermentasi berfungsi untuk menguraikan nnsur-unsur organik yang ada di dalam pupuk organik sehingga

    dapat diserap oleh akar tanaman.

    Kulit Pisang Kepok memiliki kandungan kalium (K) yang sangat banyak sehingga kandungan kalium pada kulit pisang dapat dimanfaatkan sebagai tambahan unsur hara di dalam tanah.

    Pembuatan pupuk kompos berbahan dasar kulit Pisang Kepok, kotoran hewan, dedak, dolomit dan EM-4.

    Kandaungan Kalium (K) yang tertinggi

    Lama fermentasi

    Kematangan pupuk kompos yang paling baik sesuai SNI

    19-7030-2004.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 27  

      

    J. Hipotesis

    Hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah :

    1. Kematangan dan kadar kalium (K) pupuk kompos berbahan kulit Pisang

    Kepok (Musa pradisiaca L. ), kotoran sapi, dedak, dolomit dan EM4 yang

    difermentasi selama 7, 14 dan 21 hari telah memenuhi standar SNI 19-7030-

    2004.

    2. Waktu fermentasi yang menghasilkan pupuk kompos kematangan pupuk

    dan kandungan kalium (K) yang optimal berdasarkan SNI adalah 21 hari.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  •   

    28  

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    A. Jenis Penelitian

    Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental yang bertujuan

    untuk mengetahui pengaruh lama fermentasi terhadap kualitas dan kematangan

    pupuk kompos berbahan dasar kulit Pisang Kepok (Musa paradisiaca L.),

    kotoran sapi, dedak, dolomit dan EM4. Penelitian ini memiliki tiga variabel

    adalah sebagai berikut:

    1. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah lamanya waktu fermentasi

    pupuk kompos berbahan kulit Pisang Kepok, kotoran sapi, dedak, dolomit

    dan EM4 dengan 3 waktu yang berbeda, yaitu fermentasi selama 7 hari (P1),

    14 hari (P2), dan 21 hari (P3).

    2. Variabel terikat pada penelitian ini adalah kualitas dan kematangan pupuk

    kompos, meliputi kadar unsur hara makro kalium (K), dan kematangan

    pupuk kompos meliputi: temperatur, pH, tekstur, warna, dan bau.

    3. Variabel kontrol meliputi: komposisi kulit Pisang Kepok; kotoran sapi;

    dedak; dolomit; masing-masing sebanyak 1 kg; volume EM4 sebanyak 300

    ml; air sebanyak 1 liter dan pola pengadukan yang sama.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 29  

      

    B. Batasan Penelitian

    Dalam penelitian yang telah dilakukan terdapat beberapa batasan

    penelitian antara lain sebagai berikut :

    1. Pisang Kepok yang digunakan sebagai bahan dasar pembuatan pupuk

    kompos adalah Pisang Kepok kuning. Kulit Pisang Kepok diperoleh dari

    penjual gorengan di Pasar Depok Baru I dimana buahnya digunakan untuk

    digoreng dan dijual sedangkan kulit dari bagian pangkal hingga ujungnya

    digunakan sebagai bahan dasar pembuatan pupuk kompos tersebut.

    2. Pengukuran K dilakukan dengan metode Spektrofotometri Serapan Atom

    (SSA).

    3. EM4 yang digunakan adalah EM4 yang diproduksi oleh PT. Songgolangit.

    4. Kematangan merupakan kondisi pupuk kompos berdasarkan parameter:

    temperatur, tekstur, warna bau dan pH dari pupuk kompos yang dihasilkan.

    5. Kualitas merupakan unsur hara kalium (K) pupuk kompos yang dihasilkan.

    C. Alat dan Bahan

    1. Alat

    Alat yang digunakan dalam pembuatan pupuk kompos kulit Pisang

    Kepok adalah pisau, pH meter, termohigrometer, timbangan, ember, dan

    pengaduk pupuk kompos.

    Bahan yang digunakan dalam pembuatan pupuk kompos kulit Pisang

    Kepok adalah kulit Pisang Kepok kuning, kotoran sapi, dedak, dolomit, air

    dan EM4.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 30  

      

    D. Cara Kerja

    1. Persiapan Tempat Penelitian

    Pembuatan pupuk kompos kulit Pisang Kepok dan fermentasinya dilakukan

    di Kebun Penelitian Pendidikan Biologi Universitas Sanata Dharma

    Yogyakarta pada tanggal 22 Desember 2018 sampai 12 Januari 2019,

    sedangkan pengujian kadar K dilakukan di Laboratorium Chem-Mix

    Pratama.

    2. Persiapan Alat dan Bahan Penelitian

    Alat penelitian yang digunakan dipinjam dari Laboratorium Biologi

    Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, sedangkan beberapa bahan

    penelitian dibeli di toko pertanian daerah Maguwoharjo yang lokasinya

    terdekat dari tempat penelitian. Kulit Pisang Kepok sebagai bahan dasar

    pembuatan pupuk kompos didapatkan di pasar Depok Biru I Maguwoharjo,

    sedangkan kotoran sapi diperleh dari peternak sapi yang ada di

    Maguwoharjo dengan keadaan kotoran sapi yang sudah kering dan

    bergumpal.

    3. Pembuatan Pupuk Kompos Berbahan Dasar Kulit Pisang Kepok

    Cara pembuatan pupuk kompos adalah sebagai berikut :

    a. Bahan yang digunakan disiapkan terlebih dahulu yaitu kulit Pisang

    Kepok, kotoran sapi, dedak, dolomit dan EM4 dengan dosis 1 kg setiap

    bahan yang digunakan, sedangkan EM4 diambil sebanyak 300 ml dan 1

    liter air.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 31  

      

     

    Gambar 3.1 Kulit Pisang 1 Kg Gambar 3.2 Kotoran sapi 1 kg

    Gambar 3.3 Dedak 1 kg Gambar 3.4 Dolomit 1 kg

    Gambar 3.5 EM4 300 ml Gambar 3.6 air 1 liter

    b. Bahan yang telah disiapkan yaitu kulit Pisang Kepok, kotoran sapi,

    dedak dan dolomit dicampurkan secara merata di atas lantai. Proses

    campuran seperti pada gambar 3.7

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 32  

      

    Gambar 3.7 Campuran bahan

    c. 300 ml EM4 dilarutkan dengan air sebanyak 1 liter, lalu disiramkan ke

    campuran bahan organik kulit Pisang Kepok, kotoran sapi, dedak,

    dolomit, secara merata sambil diaduk menggunakan kayu (pengaduk).

    d. Bahan pupuk yang telah dicampurkan kemudian dimasukkan ke dalam

    ember yang telah disiapkan. Tiga ember yang menentukan 3 perlakuan

    yang berbeda (7, 14 dan 21 hari), kemudian dibungkus dengan

    menggunakan plastik berwarna hitam.

    Gambar 3.8 Bahan dalam ember Gambar 3.9 Ember dibungkus plastik

    e. Proses fermentasi dilakukan dengan 3 perlakuan yang berbeda, yakni

    waktu fermentasi selama 7 hari, 14 hari dan 21 hari tanpa pengulangan.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 33  

      

    f. Pupuk akan dicek kematangannya secara berkala 2 kali sehari pada siang

    dan sore hari, dan dilakukan pengadukkan setiap 2 hari sekali pada setiap

    perlakuan di sore hari, dengan pola pengadukan yang sama yakni ke kiri

    5 kali dan ke kanan 5 kali jadi setiap perlakuan diaduk 10 kali sehingga

    mudah diingat untuk jumlah pengadukan yang sama dan perlakuan

    adukan yang sama pada setiap perlakuan.

    g. Setelah fermentasi berdasarkan batas waktu yang ditentukan, sampel

    diambil dari masing-masing ember dengan menggunakan sendok

    kemudian ditimbang sebanyak 100 gram dan dimasukkan ke dalam botol

    yang telah disiapkan sebanyak 3 sampel untuk dilakukan uji kadar K

    pada setiap sampel di Laboratorium Chem-Mix Pratama.

    4. Uji Kematangan Kompos

    Pengecekkan uji kematangan kompos dilakukan dua kali sehari pada

    siang dan sore hari. Parameter yang diuji adalah

    a. Temperatur; diukur dengan cara menancapkan termometer pada pupuk

    kompos yang diisi dalam ember kemudian dicatat suhunya setelah 5

    menit dan dilakukan pada setiap perlakuan dengan cara yang sama.

    b. Tekstur; diamati dengan cara mengambil pupuk kompos dengan

    menggunakan tangan dan dirasakan teksturnya kemudian dicatat hasil

    pengamatan.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 34  

      

    c. Warna; diambil pupuk kompos dengan menggunakan tangan kemudian

    diletakkan pada kertas berwarna putih untuk mengamati warna pupuk

    kompos kemudian dicatat hasilnya sesuai pengamatan.

    d. Bau; dengan mengambil pupuk kompos secukupnya dengan tangan

    kemudian mencium aroma atau bau dengan jarak 5 cm dari hidung,

    sehingga aromanya dapat tercium dengan jelas dan dicatat hasilnya.

    e. pH kompos; dengan cara menancapkan pH meter pada pupuk kompos

    kemudian dibiarkan selama 5 menit, dan catat pH yang diperoleh

    berdasarkan pHmeter.

    Kompos dinyatakan matang apabila sudah mencapai temperatur air tanah yaitu

    ≤ 300C, pH mencapai pH netral, tekstur dan warna sudah menyerupai tanah dan

    bau sudah berbau tanah.

    5. Pengukuran Kualitas Kompos

    Pengukuran kualitas kompos dalam penelitian ini yakni penentuan

    kadar Kalium (K2O) yang dilakukan di Laboratorium Chem-Mix Pratama,

    Bantul Yogyakarta. Parameter yang diukur didasarkan pada SNI 19-7030-

    2004. Penentuan kadar Kalium (K2O) dengan metode Spektrofotometri

    Serapan Atom (SSA). Prinsip kerja SSA ini adalah berdasarkan atas

    penguapan larutan sampel, kemudian logam yang terkandung di dalamnya

    diubah menjadi atom bebas. Atom tersebut mengabsorbsi radiasi dari

    sumber cahaya yang dipancarkan dari lampu katoda yang mengandung

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 35  

      

    unsur yang akan ditentukan (Darmono, 1995). Langkah kerja penentuan

    kadar kalium sebagai berikut:

    a. Sampel ditimbang sebanyak 0,5 gram, kemudian dilakukan proses

    dengan penambahan H2SO4 pekat dan HNO3 pekat

    b. Setelah itu dipanaskan di atas hot plate.

    c. Selanjutnya ditambahkan 2,5 ml H2SO4 pekat sehingga berubah

    menjadi hitam seperti abu

    d. HNO3 pekat ditambahkan sampai asap dari sampel tidak berwarna

    hitam. Penambahan HNO3 ini bertahap sampai sampel tidak

    mengeluarkan asap hitam setelah ditambahkan HNO3.

    e. Setelah proses pengabuan selesai, sampel ditambahkan akuades sampai

    50 ml dan dikocok, kemudian disaring dan dimasukkan ke dalam

    wadah sampel yang sudah dipreparasi dimasukkan ke dalam kuvet,

    kemudian spektrofotometer diatur dengan panjang gelombang 766,5

    nm.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 36  

      

    E. Metode Analisis Data

    Jenis data yang dianalisis adalah data kuantitatif dan data kualitatif. Data

    kuantitatif yang dianalisis adalah data hasil uji kandungan kalium (K) pada

    pupuk kompos yang diperoleh dari hasil uji laboratorium, sedangkan data

    kualitatif yang dianalisis adalah data kematangan pupuk yang diperoleh dari

    hasil pengamatan. Metode yang digunakan dalam pengujian kadar K pada

    pupuk kompos berdasarkan uji K yang dilakukan di labratorium Chem-Mix

    Pratama Yogyakarta yaitu Metode Spektofotometri Serapan Atom.

    Data kandungan kalium (K) dalam pupuk kompos digunakan untuk

    melihat adanya pengaruh waktu fermentasi terhadap kandungan kalium dalam

    pupuk kompos. Analisis data kematangan pupuk kompos dan pengaruh waktu

    fermentasi terhadap kandungan kalium dilakukan secara deskriptif. Dengan

    demikian peneliti mendeskripsikan hasil pengamatan mengenai warna, bau,

    tekstur, pH dan suhu dan data hasil uji kandungan kalium di laboratorium yang

    akan dibandingkan dengan SNI 19-7030-2004 untuk mengetahui kualitas

    makro nutrisi kalium dan kematangan dari pupuk kompos yang dihasilkan.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 37  

      

    F. Rancangan Pemanfaatan Hasil Penelitian dalam Pembelajaran

    Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan dalam pembelajaran Sekolah

    Menengah Atas (SMA) kelas XII semester I yakni pada materi Pertumbuhan

    dan Perkembangan.

    KD. 3.1 Menganalisis hubungan antara faktor internal dan eksternal

    dengan proses pertumbuhan dan perkembangan pada makhluk hidup

    berdasarkan hasil percobaan.

    KD. 4.1 Merencanakan dan melaksanakan percobaan tentang faktor luar

    yang mempengaruhi proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman

    dan melaporkan secara tertulis dengan menggunakan tata cara penulisan

    ilmiah yang benar.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  •   

    38  

    BAB IV

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    A. Kematangan Pupuk Kompos Berbahan Dasar Kulit Pisang Kepok, Kotoran

    Sapi, Dedak, Dolomit dan EM-4.

    1. Pengaruh Lama Waktu Fermentasi terhadap kematangan Pupuk Kompos

    Hasil pengamatan kematangan pupuk kompos berbahan dasar kulit Pisang

    Kepok, kotoran sapi, dedak, dolomit dan EM-4 dapat dilihat pada tabel di bawah

    ini:

    Tabel 4.1 Hasil Pengamatan Kematangan Pupuk

    No Parameter

    Kematangan Pupuk

    Lama Waktu Fermentasi 7 Hari 14 Hari 21 Hari

    1. Temperatur (0C)

    37 31 30

    2. Tekstur Menggumpal, kasar

    Menggumpal, agak halus

    Menggumpal, halus seperti tanah

    3. Warna Cokelat Cokelat kehitaman

    Hitam seperti tanah

    4. Bau Alkohol dan sedikit pesing

    Berbau tanah, sedikit pesing

    Berbau tanah

    5. pH 5,60 6,00 6,80

    Berdasarkan hasil pengamatan kematangan pupuk pada tabel 4.1

    diketahui bahwa pupuk kompos yang dihasilkan pada setiap perlakuan

    mempunyai perbedaan.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 39  

      

    a. Temperatur

    Temperatur pupuk kompos yang dihasilkan pada perlakuan P1, P3, dan

    P3 dengan lama waktu fermentasi 7, 14 dan 21 hari yakni 370C, 310C, dan

    300C. Berdasarkan hasil pengukuran temperatur yang ternyata hanya

    perlakukan P3 saja yang memenuhi kriteria pupuk kompos yang baik sesuai

    dengan ketentuan SNI. Sebab dalam ketentuan SNI menyebutkan bahwa

    pupuk kompos yang layak digunakan adalah pupuk kompos dengan

    perlakuan P3 yang memiliki temperatur ≤ 300C. Dengan demikian pupuk

    kompos dengan lama waktu fermentasi 7 dan 14 hari belum memenuhi

    ketentuan SNI karena temperaturnya melebihi 300C. Temperatur tersebut

    mengindikasikan bahwa pupuk kompos pada perlakuan P1 dan P2 belum

    matang. Sehingga pupuk kompos pada perlakuan P1 dan P2 tidak dapat

    digunakan pada tanaman karena penggunaan pupuk kompos yang belum

    matang akan menyebabkan dekomposisi yang lambat dan menghambat

    pertumbuhan tanaman dan lama kelamaan tanaman akan mati.

    b. Tekstur

    Tekstur dan warna pupuk kompos berbahan dasar kulit Pisang Kepok,

    kotoran sapi, dedak, dolomit dan EM-4 dapat diligat pada tabel 4.3 berikut:

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 40  

      

    Tabel 4. 2 Gambar Warna dan Tekstur Pupuk Kompos

    P1 (7 Hari)

    P2 (14 Hari)

    P3 (21 Hari)

    Tekstur pada setiap pupuk P1, P2, dan P3 memiliki perbedaan. Pupuk

    kompos yang difermentasi dalam waktu 7 hari masih memiliki tekstur

    menggumpal dan kasar, sedangkan pada pupuk kompos yang

    difermentasikan selama 14 hari meskipun masih memiliki tekstur

    menggumpal namun sudah agak halus. Akan tetapi pupuk kompos yang

    difermentasikan selama 21 hari telah memiliki tekstur menggumpal, halus,

    dan teskturnya sudah seperti tanah. Berdasarkan hasil pengamatan yang

    diurai di atas, bahwasanya semakin lama waktu (minimal 21 hari)

    fermentasi pupuk kompos yang dilakukan, maka tekstur pupuk yang

    dihasilkan semakin sempurna dan layak untuk digunakan. Sebab menurut

    ketentuan SNI 19-7030-2004. pupuk kompos yang sesuai adalah pupuk

    kompos yang parameter teksturnya sudah seperti tanah.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 41  

      

    c. Warna

    Parameter kematangan pupuk selanjutnya adalah warna. Pada ketiga

    pupuk kompos yang dihasilkan yakni P 1, P 2 dan P3 memiliki warna yang

    berbeda. Pada pupuk kompos yang difermentasikan selama 7 hari (P1)

    berwarna cokelat dan pada pupuk kompos yang difermentasikan selama 14

    hari (2) berwarna cokelat kehitaman sedangkan pupuk kompos yang

    difermentasikan selama 21 hari (P3) berwarna hitam seperti tanah.

    Berdasarkan hasil pengamatan tersebut dapat diketahui bahwa semakin

    lama waktu fermentasi maka warna pupuk kompos yang dihasilkan akan

    semakin serupa seperti tanah. Warna pupuk berdasarkan SNI adalah yang

    berwarna seperti tanah. Dengan demikian warna pupuk kompos yang sesuai

    dengan ketentuan SNI adalah warna pupuk kompos yang dihasilkan dengan

    waktu fermentasi 21 hari (P3).

    d. Bau

    Parameter selanjutnya adalah bau. Ketiga pupuk kompos yang

    dihasilkan dengan waktu fermentasi yang berbeda (P1, P2 dan P3) memiliki

    bau yang berbeda. Peneliti melakukan pengamatan kematangan khususnya

    parameter bau pada ketiga pupuk kompos tersebut dengan mencium atau

    membaui pada jarak 5 cm dari hidung. Oleh karena itu dapat dicium bau

    dari masing-masing pupuk yang dihasilkan dimana bau pada pupuk kompos

    yang difermentasikan selama 7 hari berbau alkohol dan sedikit pesing. Ini

    menandakan bahwa masih berlangsung proses fermentasi dengan bantuan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 42  

      

    mikroorganisme yang berasal dari EM-4 pada pupuk kompos yang

    difermentasikan selama 7 hari tersebut. Bau pada pupuk kompos yang

    difermentasikan selama 14 hari sudah berbau tanah namun sedikit pesing.

    Sedangkan pada pupuk kompos yang difermentasikan selama 21 hari sudah

    benar-benar berbau tanah. Dalam ketentuan SNI pupuk kompos yang

    matang adalah pupuk kompos yang sudah berbau tanah dimana pupuk

    kompos yang dihasilkan memiliki bau yang serupa dengan bau atau bau

    tanah humus hutan (Suryati, 2014). Dengan demikian dapat diketahui

    bahwa bau pupuk kompos yang sesuai dengan SNI adalah pupuk kompos

    yang difermentasikan selama 21 hari (P3).

    e. pH (Tingkat keasaman)

    Parameter kematangan selanjutnya yang diamati adalah pH.

    Berdasarkan SNI pupuk kompos yang matang adalah pupuk kompos yang

    memiliki pH minumum 6,80 dan pH maksimum 7,49. Sementara pH pada

    ketiga pupuk yang dihasilkan dengan waktu fermentasi 7, 14 dan 21 hari

    tersebut memiliki pH yang berbeda-beda. Pada pupuk kompos yang

    difermentasikan selama 7 hari memiliki pH 5,60. Pupuk yang

    difermentasikan selama 14 hari memiliki pH 6,00 sedangkan pada yang

    difermentasikan selama 21 hari memiliki pH 6,80. Dengan demikian dapat

    diketahui bahwa pupuk kompos yang memiliki pH atau tingkat keasaman

    sesuai dengan SNI adalah pupuk kompos yang difermentasikan selama 21

    hari. Derajat keasaman (pH) pupuk kompos yang nilainya terlalu tinggi atau

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 43  

      

    terlalu basa, maka konsumsi oksigen akan naik dan memberikan hasil yang

    buruk bagi lingkungan. Derajat keasaman yang terlalu tinggi akan

    menyebabkan unsur nitrogen dan bahan kompos akan berubah menjadi

    amonia (NH3). Sebaliknya dalam keadaan asam akan menyebabkan

    sebagian mikroorganisme mati. Dengan demikian apabila pupuk kompos

    dalam keadaan derajat keasaman yang tinggi dan terlalu basa dapat

    menghambat pertumbuhan tanaman.

    B. Kandungan Kalium pada Pupuk Kompos Berbahan Dasar Kulit Pisang

    Kepok, Kotoran Sapi, Dedak, Dolomit dan EM-4

    Berikut merupakan hasil rerata pengukuran kandungan Kalium (K) pada

    pupuk kompos berbahan kulit Pisang Kepok, kotoran sapi, dedak, dolomit dan

    EM4 dalam (%) dengan waktu fermentasi 7 hari, 14 hari dan 21 hari.

    Keterangan: P1 : Pengulangan pengukuran 1 P2 : Pengulangan pengukuran 2

    Tabel 4. 3 Rerata Pengukuran Kandungan Kalium (K) pada Pupuk Kompos

    No Perlakuan (Waktu Fermentasi)

    Kalium (%) P1 P2 Rerata

    1 7 hari 0,2169 0,2151 0,216 2 14 hari 0,2965 0,2927 0,295 3 21 hari 0,2532 0,2619 0,258 4 Kontrol

    (Pupuk kompos Home Industry/ tanpa merek)

    0,0368 0,0292 0,033

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 44  

      

    Berdasarkan hasil uji kandungan kalium pada tabel 4.2 di atas, diperoleh

    hasil bahwa kandungan kalium pada setiap perlakuan mempunyai perbedaan.

    Pupuk kompos yang difermentasikan selama 7 hari rerata kandungan

    kaliumnya adalah 0,216%. Sedangkan kandungan kalium yang terdapat dalam

    pupuk kompos yang difermentasikan selama 14 hari dan 21 hari berturut-turut

    adalah 0,295% dan 0,258%.

    Pupuk kompos kontrol memiliki kandungan kalium yang paling rendah,

    yakni 0,033%. Pupuk kompos sebagai kontrol diperoleh dari pabrik (home

    industry/tanpa merek) dan tidak diketahui komposisi kandungan zat makro

    nutrisi dan mikro nutrisi yang terdapat pada produk pupuk kompos tersebut,

    sehingga digunakan sebagai kontrol dan dapat diuji zat yang terkandung dalam

    pupuk tersebut. Pupuk kompos yang difermentasikan selama 7 hari (P1)

    memiliki kandungan kalium sebesar 0,216. Nilai ini lebih rendah jika

    dibandingkan dengan dua perlakuan lainnya yakni P2 dan P3. Sedangkan pupuk

    kompos yang difermentasikan selama kurun waktu 14 hari (P2) memiliki

    kandungan kalium lebih tinggi yakni 0,295%. Nilai ini lebih tinggi

    dibandingkan dengan kandungan kalium pada P3.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 45  

      

    C. Kendala, Keterbatasan dan Hambatan Penelitian

    1. Pembuatan pupuk kompos kulit Pisang Kepok dalam penelitian ini masih

    dengan jumlah yang sedikit.

    2. Waktu uji laboratorium yang cukup lama sehingga menunggu waktu yang

    lama untuk mendapatkan hasil uji kandungan kalium.

    3. Peneliti hanya menguji kandungan kalium pada pupuk kompos yang

    dihasilkan karena keterbatasan dana.

    4. Tidak ada pengulangan dari setiap perlakuan.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  •   

    46  

    BAB V

    IMPLEMENTASI HASIL PENELITIAN UNTUK PEMBELAJARAN

    Penelitian yang telah dilakukan dengan judul Pengaruh Waktu

    Fermentasi terhadap Kadar Kalium (K) dan Kematangan Pupuk Kompos

    Berbahan Kulit Pisang Kepok (Musa Acuminata Balbisiana Colla), Kotoran

    Sapi, Dedak, Dolomit dan EM-4 dapat digunakan sebagai bahan praktikum

    dalam pembelajaran Sekolah Menengah Atas (SMA) kelas XII semester Ganjil

    yakni pada materi Pertumbuhan dan Perkembangan pada Tumbuhan. Kegiatan

    praktikum pembuatan pupuk kompos dari kulit Pisang Kepok dapat memberi

    penetahuan kepada siswa untuk memanfaatkan bahan organik sebagai bahan

    pembuatan pupuk kompos. Hasil pembuatan pupuk kompos dapat langsung

    diuji kualitas dengan uji laboratorium dan kematangannya dengan pengamatan

    selama proses pembuatan pupuk kompos dan atau dapat langsung diuji pada

    tanaman tertentu. Lama waktu fermentasi dalam pembuatan pupuk kompos

    berbahan kulit Pisang Kepok ini berfungsi untuk mengetahui adanya pengaruh

    waktu fermentasi terhadap kematangan dan kualitas pupuk kompos dan waktu

    fermentasi yang paling efektif untuk menghasilkan kualitas dan kematangan

    pupuk kompos sesuai dengan SNI 19-7030-2004.

    Acuan kurikulum yang digunakan dalam pembelajaran terkait penelitian

    yang dilakukan menggunakan kurikulum 2013.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 47  

      

    A. Kompetensi Inti

    K.I.1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya

    K.I.2 : Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tangung

    jawab, peduli (gotong royong, kerja sama, toleran, damai), santun,

    responsif dan proaktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari

    solusi atas berbagai permasalahan dalam benrinteraksi secara efektif

    dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri

    sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.

    K.I.3 : Memahami, menerapkan dan menganalisis pengetahuan faktual,

    konseptual, prosedural,dan metakognitif berdasarkan rasa ingin

    tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya dan

    humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan,

    dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta

    menerapkan pengetahuan prosedurl pada bidang kajian yang

    spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan

    masalah.

    K.I.4 : Mengolah,menalar, menyaji dan mencipta dalam ranah konkret

    dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang

    dipelajarinya di sekolah secara mandiri serta bertindak secara efektif

    dan kreatif, dan mampu menggunakan metode sesuai kaidan

    keilmuan.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 48  

      

    B. Kompetensi Dasar :

    KD 3.1 : Menganalisis hubungan antara faktor internal dan eksternal dengan

    proses pertumbuhan dan perkembangan pada Makhluk Hidup

    berdasarkan hasil percobaan

    KD 4.1 : Merencanakan dan melaksanakan percobaan tentang faktor luar

    yang mempengaruhi proses pertumbuhan dan perkembangan

    tanaman, dan melaporkan secara tertulis dengan menggunakan

    tatacara penulisan ilmiah yang benar.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  •   

    49  

    BAB VI

    KESIMPULAN DAN SARAN

    A. Kesimpulan

    Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

    1. Pupuk kompos berbahan dasar kulit Pisang Kepok (Musa paradisiaca L.),

    kotoran sapi, dedak, dolomit dan EM4 yang dihasilkan dari 3 perlakuan yang

    berbeda (7, 14 dan 21 hari) memiliki perbedaan kematangan dan kandungan

    kalium (K).

    2. Waktu fermentasi yang optimal untuk menghasilkan pupuk kompos dengan

    kematangan pupuk dan kualitas pupuk kompos berdasarkan SNI 19-7030-

    2004 adalah waktu fermentasi selama 21 hari.

    B. Saran

    Saran yang disampaikan penulis adalah:

    1. Perlu dilakukan penelitian terkait kualitas pupuk kompos yaitu kandungan

    makro nutrisi yang terkandung dalam pupuk kompos selain kalium, seperti

    nitrogen (N), fosfor (P) dan makro nutrisi lainnya yang penting bagi

    tanaman.

    2. Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk menguji kualitas dan

    kematangan pupuk dengan uji pertumbuhan dannperkembangan tanaman.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 50  

     

    DAFTAR PUSTAKA

    Anonim, 2019. Diakses melalui https://www.google.com/search?q=Gambar+Pisang+Kepok&safe=strict&client=firefox-b-d&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ved=0ahUKEwjTi5ftisnjAhWC7HMBHYvJD10Q_AUIESgB&biw=1366&bih=664#imgrc=28cU-NdyGvsDtM:

    Anonim, 2019. Diakses melalui

    https://www.google.com/search?q=Gambar+pohon+pisang+kepok&safe=strict&client=firefox-b-d&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ved=0ahUKEwjd7OHmi8njAhWu73MBHXlpAZ8Q_AUIESgB&biw=1366&bih=664#imgrc=ScgWrhGypX3qqM

    Badan Litbang Pertanian 2011. Inovasi Mekanisme Mendukung Penyediaan Energi

    Rumah Tangga Petani. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian: Jakarta Selatan

    Badan Standarisasi Nasional. (2004). Spesifikasi Kompos dari Sampah Organik

    Domestik, SNI 19-7030-2004, LPMB :Bandung Darmono. 1995. Logam dalam Sistem Biologi Makhluk Hidup, 111, 131-134,

    Universitas Indonesia Press. Salisbury, Frank B dan Cleon, W Rose. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid 1. ITB:

    Bandung Handayani, Yosephin. 2017. Pengaruh Komposisi Pupuk Kompos Berbahan Daun

    Ketapang (Terminalia catappa), Pupuk Kandang, Dedak dan Dolomit terhadap Pertumbuhan Bayam Cabut (Amaranthus tricolor). Skripsi. Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

    Indriani, 2012. Membuat Kompos Secara Kilat. Jakarta: Penebar Swadaya Isroi dan Yuliarti, N. 2009. Cara Mudah, Murah dan Cepat Menghasilkan Kompos.

    Penerbit: Andi Isroi, 2007. Pengomposan imbah Padat Organik,

    www.ipard.com/artperkebunan/komposisilimbahpadat organik.pdf. Diakes pada tanggal 27 April 2019.

    Kasijadi, F., 2006. Penerpan Agribisnis Berbasis Pisang Spesifik Lokasi Pisang Mas

    dan Agung. Pertanian BB2TP.BPTP Jawa Timur.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 51  

      

    Kon. 2018. Pengaruh Lama Fermentasi Pupuk Cair Daun Gamal (Grilicidia sepium) dengan Penambahan Bioaktivator EM4 dan tetes tebu terhadap kandungan N-Total dan Rasio C/N. Skripsi. Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

    Makiyah, M. 2013. “Analisis Kadar N, P Dan K Pada Pupuk Cair Limbah Tahu Dengan

    Penambahan Tanaman Matahari Meksiko (Thitonia diversivolia)”. Skripsi. Fakultas MIPA. UNNES.

    Murbandono, 2007. Membuat Kompos. Jakarta: Penebar Swadaya. Nasution, F. J. 2013.Aplikasi Pupuk Organik Padat dan Cair dariKulit Pisang Kepok

    untuk Pertumbuhan dan Produksi Sawi (Brassica juncea L.). Skripsi. Program Sarjana. Universitas Sumatera Utara. Medan

    Nasution, F. J., Mawarni, L., dan Meiriani. 2014. Aplikasi Pupuk Organik Padat dan

    Cair dari Kulit Pisang Kepok untuk Pertumbuhan dan Produksi Sawi (Brassica juncea L.) Jurnal online Agroekoteknologi. 2 (3) : 1029 – 1037

    Okorie, D. O., Eleazu, C. O., dan Nwosu, P. 2015. Nutrient and Heavy Metal

    Composition of Plantain (Musa paradisiaca) and Banana (Musa paradisiaca) Peels. Journal of Nutrition and Food Sciences. 5 (370) : 1 –3. Diakses melalui http://e-journal.uajy.ac.id/12547/1/JURNAL.pdf

    Pranata, A.S. 2004. Pupuk Organik Cair Aplikasi dan Manfaatnya.Agromedia Pustaka Pratiwi., Atmaja., dan Soniari. 2013. Analisis Kualitas Kompos Limbah Persawahan

    dengan Mol Sebagai Dekomposer. E-Jurnal Agroekoteknologi Tropika Vol. II-4 : 195-203.

    Rahayu, Murni dan Nurhayati. 2005. Penggunaan EM4 dalam Pengom[osan Limbah

    Teh Padat. Medan. Fakultas Pertanian Universitas Islam Sumatera Utara Rukmana, R. 1999. Usaha Tani Pisang. Kanisius. Yogyakarta Satuhu S, dan Supriyadi A. 2001. Pisang Budaya, Pengolahan dan Prospek Pasar.

    Jakarta: Penebar Swadaya Setyorini dkk, 2006. Pupuk Organik dan Pupuk Hayati. Balai Besar Penelitian dan

    Pengembangan Sumber Daya Lahan Pertanian, Bogor. Songgolangit. 2006. EM4 Pertanian. PT.Songo Langit Persada. Jakarta Suprihatin, 2010.Teknologi Fermentasi. Penerbit UNESA University Press.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 52  

      

    Suriadikarta DA dan Setyorini. 2005. Baku Mutu Pupuk Organik dalam Pupuk Organik dan Pupuk Hayati. Jawa Barat (ID): Balay Besar Litbang sumberdaya Lahan Pertanian, Depertemen Pertanian.

    Surtinah. 2013. “Pengujian Kandungan Unsur Hara Dalam Kompos Yang Berasal Dari

    Serasah Tanaman Jagung Manis (Zea Mays Saccharata)”. Tersedia pada http://unilak.ac.id/media/file/50753100868ARTIKEL_KOMPOS.pdf (diakses tanggal 22 mei 2015)

    Suryati, T. 2005. Bebas Sampah dari Rumah Tangga, diakses melalui: https://text-

    id.123dok.com/document/rz3ep57qx-ciri-ciri-kompos-yang-sudah-matang-manfaat-kompos.html

    Syukur, A. 2005. Pengaruh Pemberian Bahan Organik terhadap Sifat-Sifat Tanah dan

    Pertumbuhan Caisin di Tanah Pasir Pantai. J. Ilmu Tanah dan Lingkungan 5(1) : 30-38.

    Tjirosoepomo, C., 1991. Taksonomi Tumuhan. Gajah Mada University Press,

    Yogyakarta. Wahyu., Fitrianingsi Yulisa., dan Rahayu Dian. 2008. Pemanfaatan Limbah Kulit

    Pisang Dan Tanaman Mucuna bracteata Sebagai Pupuk Kompos. Skripsi. Program Studi Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik, Universitas Tanjungpura. Pontianak.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 53  

     

     

     

     

    LAMPIRAN

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 54  

     

    Lampiran 1. SILABUS PEMBELAJARAN

    MATA PELAJARAN BIOLOGI

    Satuan Pendidikan : Sekolah Menengah Atas (SMA)

    Kelas : XII

    Semester : I

    Alokasi Waktu : 5 x 45 Menit

    KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya

    KI 2 : Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerja sama, toleran, dama),

    santun, responsif, dan proaktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam

    berinteraksi secara efektif dengan lingkungan dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam

    pergaulan dunia.

    KI 3 : Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa

    ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni budaya, dan humanoria dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan,

    kenegaraan, dan peradabn terkait penyebab fenomena dan kejadian serta menerapkan pengetahuan kebangsaan, kenegaraan

    dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian serta menerapkan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 55  

      

    pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.

    KI 4 : Mengelolah, menalar, menyaji, dan mencipta dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang

    dipelajari di sekolh secara mandiri serta bertindak secara efekif dan kreatif dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah

    keilmuan.

    KOMPETENSI DASAR MATERI POKOK PEMBELAJARAN PENILAIAN ALOKASI WAKTU

    SUMBER BELAJAR

    1. Pertumbuhan dan Perkembangan 1.2

    Menyadari dan mengagumi pola pikir ilmiah dalam kemampuan mengamati bioproses.

    1. Pertumbuhan dan perkembangan

    Faktor luar dan faktor dalam pada pertumbuhan

    1. Konsep Pertumbuhan dan perkembangan Mengamati Mengamati

    pertumbuhan pada tumbuhan

    Membaca teks pertumbuhan pada tumbuhan

    Menanya Siswa distimulir

    untuk membuat pertanyaan yang menuntut berfikir

    Observasi Sikap ilmiah

    saat mengamati, melaporkan secara lisan dan saat melakukan diskusi kelompok.

    Portofolio Laporan tertulis

    tentang faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan

    5x45 menit Video pertumbuhan dan perkembangan

    Buku Biologi Campbel

    Makalah, artikel, atau laporan hasil penelitian

    Buku Biologi SMA

    2.1 Berperilaku ilmiah: teliti, tekun, jujur, terhadap data dn fakta, disiplin, anggung jawab, dn peduli dalam observasu dan eksperimen, berani dan santun dalam mengajukan pertanyaan dan berargumentasi, peduli lingkungan, gotong royong, bekerjasama, cinta damai, berpendapat secara ilmiah dan kritis, responsif dan proaktif dalam setiap tindakan dan dalam melakukan pengamatan dan percobaan di dalam

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI