21
H armonisasi Asean tidak hanya merambah sektor industri tapi juga jasa, termasuk kesehatan. Konferensi Tingkat  T in g g i ( KT T ) ke - 9 A SE A N di Ba li, ta h un 200 3 la lu te la h men y ep ak at i p em be ntu ka n Ko mun it as Ek on om i A SEA N ( KEA ) yang bertujuan untuk menciptakan pasar tunggal dan basis produksi yang ditandai dengan bebasnya aliran barang,  ja sa, invest asi , d an te na g a ker ja . Khusus sektor jasa, bidang ini memberi kontribusi besar terhadap pendapatan negara. Sektor ini rata-rata menyumbang 40%- 50%Produk Dom estik Bruto (PDB) negar a-neg ara ASEAN sehingg a dinilai mem iliki peran strategis dalam perekono- mian ASEAN. Sektor ini juga merupakan sektor yang paling cepat pertumbuhannya di kawasan Asean. Kerja sama di bidang jasa ini diatur dalam MRA (Mutual Recognition Arrangement) yang telah disepakati oleh masing- masing negara. MRA memudahkan perpindahan tenaga kerja professional antar negara-negara ASEAN, khususnya dalam rangka integrasi pasar dengan tetap mempertahankan kekhususan masing-masing negara. Hingga saat ini, ada delapan MRA bidang jasa yang telah disepakati, dimana kesehatan termasuk jasa yang diprioritaskan. Liberalisasi sektor jasa selu- ruhnya ditargetkan pada 2015. Kendati tenggat w aktuny a telah ditetapkan, nam un pada pelaksanaanny a boleh jadi molor. Menurut Prof.DR.Dr. Agu s Purwadianto, SpF, SH, MSi, DFM, dari Kementerian Kesehatan RI mengatakan hingga kini masih dalam proses penjajakan dari sisi bisnis kesehatan dan penyamaan kurikulum pendidikan kedokteran. Sedangkan, perihal praktik dokter lintas negara- negara Asean masih diwarnai banyak perdebatan, belum ada kata sepakat di antara anggota Asean. So al pr akti k dok- ter asing tidak perlu tergesa-gesa, karena butuh waktu yang lama untuk mendapatkan titik temu- nya. D i belahan dunia lain se pert i E ropa b utuh 15 samp ai 20 t ahu n untuk membah as pra kt ik dok- t er asing ,” tegas Staf Ahli Kementerian kesehatan RI Bidang Teknologi Kesehatan dan Globalisasi ini.  (HI) Edisi 19 September 2011 3 4 7 10 14 Liberali sas i Kes eha tan KawasanRe gi onal AJC C M: Jalan Panjang MenujuKompetensi Bersama Prof. DR . Dr. Sya m su,SpPD , K-AI , FINASIM: S etia di J alur Me dis Perjanj ianTe rapetik D okter-Pasien: Pel ayananJantungT erpaduRSC M: One Stop Servi ce  Pen yakit Jantu ng Susunan Redaksi: Pena ngg ung Ja wa b: DR. Dr. A ru. W. Sudoy o, SpPD, K-HOM, F INA SIM, F ACP *Pemimpin Reda ksi: Dr . Ika Prasetya Wij aya , SpPD, K- KV , FI NASI M *Bida ng Ma teri da n Editing: Dr. lndra M arki, SpPD, FIN ASIM; Dr . Agasjtya Wis jnu Wardha na, SpPD , FI NASI M; Dr. Alvi n Tagor Harahap, SpPD; Dr. Nadi a A. Mul ansari , SpPD *Koresponden: Cabang Jakarta Raya, Cabang Jawa Barat, Cabang Surabaya, Cabang Yogyakarta, Cabang Sumut, Cabang Semarang, Cabang Padang, Cabang Ma nado, Cabang Sumbagsel, Cabang Makass ar, Cabang Bali, Cabang Ma lang, Cabang Surakarta, Cabang Ri au, Cabang Kalti m, Cabang Kalbar , Cabang Dis ta Aceh, Cabang Kal sel teng, Cabang Palu, Cabang Banten, Cabang Bogor, Cabang Purwokerto, Cabang Lampung, Cabang Kupang, Cabang Jambi, Cabang Kepul auan Ri au, Caba ng Goro ntalo, Caba ng Cirebon, Caba ng Ma luku, C aba ng T ana h Papua , Cabang Maluku Utara, Cab ang Bekasi, C aba ng Nusa T engg ara Ba rat, Caba ng Depok, Caba ng Beng kulu *Sekr etariat : sdr. M. Muc htar, sdr. H usni, s dr. M. Y unus, sdri. Oke Fi tia, sdri. Ani ndya Harmonis a si Asean Bidang Kesehatan: Liberalisasi Jasa Kesehatan di Kawasan Regional Harmonisasi Asean Bid a ng Kesehatan: Liberalisasi Jasa Kesehatan di Kawasan Regional

Halo Internis Edisi 19; Harmonisasi ASEAN Di Bidang Kesehatan_8

Embed Size (px)

DESCRIPTION

a

Citation preview

7/17/2019 Halo Internis Edisi 19; Harmonisasi ASEAN Di Bidang Kesehatan_8

http://slidepdf.com/reader/full/halo-internis-edisi-19-harmonisasi-asean-di-bidang-kesehatan8 1/20

Harmonisasi Asean tidak hanya merambah sektor industri tapi juga jasa, termasuk kesehatan. Konferensi Tingkat

 Tinggi (KTT) ke-9 ASEAN di Bali, tahun 2003 lalu telah menyepakati pembentukan Komunitas Ekonomi ASEAN (KEA)

yang bertujuan untuk menciptakan pasar tunggal dan basis produksi yang ditandai dengan bebasnya aliran barang,

 jasa, investasi, dan tenaga kerja.

Khusus sektor jasa, bidang ini memberi kontribusi besar terhadap pendapatan negara. Sektor ini rata-rata menyumbang

40%- 50%Produk Domestik Bruto (PDB) negara-negara ASEAN sehingga dinilai memiliki peran strategis dalam perekono-

mian ASEAN. Sektor ini juga merupakan sektor yang paling cepat pertumbuhannya di kawasan Asean.

Kerja sama di bidang jasa ini diatur dalam MRA (Mutual Recognition Arrangement) yang telah disepakati oleh masing-

masing negara. MRA memudahkan perpindahan tenaga kerja professional antar negara-negara ASEAN, khususnya dalam

rangka integrasi pasar dengan tetap mempertahankan kekhususan masing-masing negara. Hingga saat ini, ada delapan

MRA bidang jasa yang telah disepakati, dimana kesehatan termasuk jasa yang diprioritaskan. Liberalisasi sektor jasa selu-

ruhnya ditargetkan pada 2015.

Kendati tenggat waktunya telah ditetapkan, namun pada pelaksanaannya boleh jadi molor. Menurut Prof.DR.Dr. Agus

Purwadianto, SpF, SH, MSi, DFM, dari Kementerian Kesehatan RI mengatakan hingga kini masih dalam proses penjajakan

dari sisi bisnis kesehatan dan penyamaan kurikulum pendidikan kedokteran. Sedangkan, perihal praktik dokter lintas negara-

negara Asean masih diwarnai banyak perdebatan, belum ada kata sepakat di antara anggota Asean. “Soal praktik dok-ter asing tidak perlu tergesa-gesa, karena butuh waktu yang lama untuk mendapatkan titik temu-nya. Di belahan dunia lain sepert i Eropa butuh 15 sampai 20 t ahun untuk membahas prakt ik dok-ter asing,” tegas Staf Ahli Kementerian kesehatan RI Bidang Teknologi Kesehatan dan Globalisasi ini.  (HI)

Edisi 19 September 2011

3

4

7

10

14

Liberalisasi KesehatanKawasan Regional

AJCCM: Jalan PanjangMenuju Kompetensi Bersama

Prof. DR. Dr. Syamsu, SpPD, K-AI,FINASIM:Setia di Jalur Medis

Perjanjian Terapetik Dokter-Pasien:

Pelayanan Jantung Terpadu RSCM:

One Stop Service Penyakit Jantung

Susunan Redaksi: Pena ngg ung Ja wa b: DR. Dr. Aru. W. Sudoy o, SpPD, K-HOM, FINASIM, FACP *Pemimpin Reda ksi: Dr. Ika Prasetya Wijaya , SpPD, K-KV, FINASIM *Bida ng Ma teri da n Editing: Dr. lndra M arki, SpPD, FINASIM; Dr. Agasjtya Wisjnu Wardha na, SpPD , FINASIM;Dr. Alvin Tagor Harahap, SpPD; Dr. Nadia A. Mulansari, SpPD *Koresponden: Cabang Jakarta Raya, Cabang Jawa Barat , Cabang Surabaya, Cabang Yogyakarta, Cabang Sumut , Cabang Semarang, Cabang Padang, Cabang Ma nado, Cabang Sumbagsel, Cabang Makassar,Cabang Bal i , Cabang Ma lang, Cabang Surakarta, Cabang Riau, Cabang Kal t im, Cabang Kalbar, Cabang Dista Aceh, Cabang Kalselteng, Cabang Palu, Cabang Banten, Cabang Bogor, Cabang Purwokerto , Cabang Lampung, Cabang Kupang, Cabang Jambi , Cabang Kepulauan

Riau, Caba ng Goro ntalo, Caba ng Cirebon, Caba ng Ma luku, Caba ng Tana h Papua , Cabang Maluku Utara, Cab ang Bekasi, Caba ng Nusa Tengg ara Ba rat, Caba ng Depok, Caba ng Beng kulu *Sekretariat : sdr. M. Muchtar, sdr. Husni, sdr. M. Yunus, sdri. Oke Fitia, sdri. AnindyaYustikasari *Alamat : PB PAPDI, Gedung ICB Bumiputera , Ground Floor 2B, Jl. Prob olinggo No. 18, Gonda ngdia , Mente ng, Ja karta 10350. Telp. (021) 2300818, Fax. (021) 2300588, 2300755; SMS 085695785909; Email: [email protected]; Website: w ww .pbpa pdi.org

Ha rmo nisa si Asea n Bid a ng Keseha ta n :Liberalisasi Jasa Kesehatandi Kaw asan Regional

Ha rmo nisa si Asea n Bid a ng Keseha ta n :Liberalisasi Jasa Kesehatandi Kaw asan Regional

7/17/2019 Halo Internis Edisi 19; Harmonisasi ASEAN Di Bidang Kesehatan_8

http://slidepdf.com/reader/full/halo-internis-edisi-19-harmonisasi-asean-di-bidang-kesehatan8 2/20

Salam jumpa kembali dengan kami Halo Internis. Sebelumnya kami redaksi

menghaturkan Minal Aidin wal Faizin Mohon maaf lahir dan bathin. Setelah

melalui edisi sebelumnya kali ini kami menyajikan artikel berkaitan dengan

masalah kerjasama dan perdagangan antar negara di Asia Tenggara

(ASEAN) melalui pendekatan standarisasi pelayanan kesehatan utamanyaPenyakit Dalam yang digodok melalui AFIM (ASEAN Federation of Internal

Medicine) menyusun adanya regional board examination dalam rangka standar

kemampuan kompetensi dokter Spesialis Penyakit Dalam dilingkungan ASEAN

agar ke depan mampu dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia bisa berprak-

tik di sesama negara ASEAN tanpa adanya diskriminasi. Selain itu kami juga

menyajikan artikel layanan unggulan yang sedang dikembangkan serta sorotan

pendidikan subspesialisasi serta berita dari Konker PAPDI Batam dan kegiatan

PAPDI daerah.

S E K A P U R S IR IH

OM I N T ER N I Z

2 Halo Internis   Edisi 19   September 2011

BIDANG

HUMAS

PUBLIKASIDAN

MEDIA

7/17/2019 Halo Internis Edisi 19; Harmonisasi ASEAN Di Bidang Kesehatan_8

http://slidepdf.com/reader/full/halo-internis-edisi-19-harmonisasi-asean-di-bidang-kesehatan8 3/20

SOROT UTAMA 3Halo Internis   Edisi 19   September 2011

Jasa kesehatan menjadi bagian da-

lam Komunitas Ekonomi Asean

(KEA). Instrumentasi kesehatan,

baik sarana dan fasilitas kesehat-

an hingga sumber daya manusia, akan

bebas mengalir keluar masuk dari satu

negara ke negara Asia Tenggara lain-

nya. Pada saat itu, hambatan-hambat-

an regulasi dan territorial masing-ma-

sing negara berangsur tunduk pada ke-

sepakatan bersama negara-negara

anggota. Tak pelak, negara-negara yang

tergabung dalam Asean berbenah

mempersiapkan era liberalisasi terse-

but. Lalu, sejauhmana upaya harmoni-sasi Asean bidang kesehatan saat ini?

Prof. DR. Dr. Agus Purwadianto, SpF,

SH, MSi, DFM, dari Kementerian

Kesehatan RI mengatakan hingga kini

harmonisasi Asean bidang kesehatan

masih dalam proses penjajakan dari si-

si bisnis kesehatan seperti mendirikan

rumah sakit, klinik, alat kesehatan, dan

pembahasan soal penyamaan kuriku-

lum pendidikan kedokteran. Sedangkan,

tambah Prof. Agus, perihal masuknya

dokter asing untuk berpraktik lintas ne-

gara-negara Asean masih diwarnai ba-

nyak perdebatan, belum ada kata sepa-

kat di antara anggota Asean. “Soal prak-

tik dokter asing tidak perlu tergesa-ge-

sa, karena butuh waktu yang lama untuk

mendapatkan titik temunya. Di belahan

dunia lain seperti Eropa butuh 15 sam-

pai 20 tahun untuk membahas praktik

dokter asing,” tegas Staf Ahli Kemen-

terian kesehatan RI Bidang Teknologi

Kesehatan dan Globalisasi ini.

Dari sisi bisnis kesehatan, lanjut

Prof. Agus, diperoleh kesepakatan

bahwa pemilik modal asing dapat ber-

investasi di negara anggota Asean. Di

Indonesia, perusahan asing dapat me-

nanamkan modalnya hingga kepemilik-

an sahamnya 70 persen, bahkan di-

izinkan mendirikan rumah sakit. “Na-

mun tetap mengikuti regulasi negara

setempat, seperti di Indonesia dengan

syarat mesti menyediakan 25 %untuk

pasien kurang mampu,” ujarnya

Dalam hal ini, tambah Prof. Agus, pe-

ran Kemenkes sebagai koordinator

yang bekerja lintas sektoral dengan Ke-

menterian Pendidikan Nasional, Konsil

Kedokteran Indonesia dan organisasi

profesi kedokteran. Sebagai acuan stan-

dar pendidikan kedokteran, saat ini se-

dang dibuat Undang-Undang Pendidikan

Kedokteran. “Rancangannya sudah di

DPR, diharapkan menjadi salah satu ke-

kuatan kita untuk menyamakan dengan

yang ada di Asean,” ujar ahli forensik

dan hukum kedokteran ini.

Sementara acuan lain bagi Indonesia

dalam harmonisasi Asean adalah ada-lah UU Kesehatan, UU Praktik Kedokter-

an, dan UU Tenaga Kesehatan. Namun

bila ditelisik lebih jauh, Indoneisa terma-

suk negara dengan regulasi yang lebih

moderat di banding negara Asia Tengga-

ra lainnya. Thailand, misalnya, Negara

ini mensyaratkan dokter asing yang ber-

praktik mesti berkomunikasi dengan ba-

hasa setempat. Sedangkan Filipina, Un-

dang-Undang Dasarnya tidak memper-

bolehkan dokter asing berpraktik di sa-

na. “Terpenting adalah pelayanan untuk

rakyat lebih baik, dan kedaulatan bang-

sa jangan sampai terhina di mata bang-

sa Asean yang lain. Kalau ada dokter

merasa tersaingi adalah risiko. Sebenar-

nya kita tidak perlu takut, karena kita ini

disegani oleh negara-negara Asean yang

lain,” tutur Prof. Agus.

Berbenah MenujuKomunitas Ekonomi

AseanHal senada juga disampaikan Ketua

Umum PB PAPDI, DR. Dr. Aru W. Sudoyo,

SpPD, K-HOM, FINASIM, FACP. Menurut

Dr. Aru, pembahasan harmonisasi ini

baru menyentuh penyeragaman standar

pendidikan, belum sampai praktik dok-

ter antar negara. Pasalnya, masing-mas-

ing negara memiliki sistem pendidikan

kedokteran yang berbeda-beda, di sam-

ping hambatan regulasi di tiap-tiap nega-

ra. Dokter lulusan dari suatu negara be-

lum tentu bisa langsung praktik di nega-

ra Asean lain. Hingga kini, Singapura

masih memproteksi ada dokter-dokterasing yang ingin berpraktik di sana. Be-

gitu pula, Thailand tidak mengakui dok-

ter lulusan Filipina, meski ia warga nega-

ra sendiri yang belajar di Filipina. Se-

mentara Indonesia, menerima dokter

asing berpraktik selama sesuai dengan

regulasi yang berlaku di negeri ini.

“ Pembahasan k eluar-masukdokter asing perlu wakt u yanglama, karena terkait denganperubahan-perubahan regulasiyang ada di masing-masingnegara,” t egasnya.

 Yang menjadi prioritas, lanjut Dr. Aru,

adalah penyeragaman standar kualitas

pendidikan kedokteran sehingga nanti-

nya ada pengakuan atas hasil pendidik-

an kedokteran di masing-masing nega-

ra. “Keseragaman standar pendidikan

mesti didahulukan, sehingga lulusan

dokter satu negara diakui di negara-ne-

gara Asean lainnya. Dengan begitu, dok-

ter yang mengambil pendidikan di nega-

ra tetangga ketika kembali dapat mela-

kukan praktik di negara asal,” ujarnya.

Kendati demikian, masuknya dokter

asing suatu keniscayaan dalam era glo-

balisasi. Oleh karenanya, menurut Dr.

Aru, untuk menjawab tantangan globali-

sasi ini stakeholder kesehatan, baik

pemerintah maupun instansi kesehat-

an lainnya bersama-sama meningkat-

kan mutu pelayanan kesehatan dan

memperbanyak jumlah dokter. “Ini

akan mengembalikan kepercayaan ma-

syarakat, dan kita akan menjadi tuan

rumah di negeri sendiri,” ungkapnya.

Hal lain yang mesti dibenahi, menu-

rut Ketua Umum PB IDI, DR. Dr. PrijoSidipratomo, SpRad adalah sistem ke-

sehatan dan pembiayaan kesehatan

nasional. Saat ini sistem kesehatan di

Indonesia belum siap untuk menyam-

but harmonisasi Asean. Begitu pula de-

ngan belum ditetapkannya sistem ja-

minan nasional, sehingga masyarakat

dapat berobat ke layanan kesehatan

mana saja.

”Kita belum siap memasuki era glo-

balisasi karena sistem kesehatan be-

lum tertata rapi. Hendaknya sistemnya

di perbaiki dulu, dengan sistem pela-

yanan berjenjang, primer, sekunder dan

tersier. ” ujarnya

Dr. Prijo mengatakan, pemerintah ha-

rus mengutamakan perbaikan pelayan-

an kesehatan yang menjadi hak rakyat.

 Yaitu, membentuk sistem kesehatan

yang berorientasi pada kepentingan

masyarakat, dimana setiap warga telah

memiliki dokter melalui pelayanan pri-

mer. Untuk memenuhi jumlah dokter, pe-

merintah mesti memberi perhatian ke-

pada fakultas kedokteran. “Sebenarnya

konsepnya adalah pelayanan primer

yang mengutamakan layanan preventif.

Dengan layanan ini orang akan dijaga

tetap sehat. Diharapkan pemerintah se-

gera mengimplementasikannya. Dengan

begitu dalam 20 tahun ke depan kita pu-

nya sumber daya manusia yang inovatif 

dan kreatif. J adi bisa mengembangkan

pembangunan ekonomi jauh lebih baik,”

tegas Dr. Prijo. (HI)

DR. Dr. Aru W. Sudoyo, SpPD, K-HOM, FINASIM, FACPProf. DR. Dr. Agus Purwadianto, SpF, SH, MSi, DFM

Liberalisasi KesehatanKawasan Regional

Harmonisa si Asea n bida ng keseha ta n b aru

menjaja ki sisi bisnis da n pen yera ga ma n sta nda r

pendidikan kedokteran. Perlu perha tian serius

menya mbut l iberal isasi bida ng keseha ta n ini

kalau t idak mau diangg ap ta mu di neger i

sendiri.

DR. Dr. Prijo Sidipratomo, SpRad

   F   O   T   O  -   F   O   T   O  :   D   O   K .

   P   A   P   D   I

7/17/2019 Halo Internis Edisi 19; Harmonisasi ASEAN Di Bidang Kesehatan_8

http://slidepdf.com/reader/full/halo-internis-edisi-19-harmonisasi-asean-di-bidang-kesehatan8 4/20

SOROT UTAMA4 Halo Internis   Edisi 19   September 2011

Harmonisasi Asean

meliputi barang dan

 jasa. Untuk jasa meli-

puti 12 bidang, sesuai

dengan GATS. Pada liberal-

isasi Asean ini jasa kese-

hatan kedokteran, dokter gigi

dan perawat merupakan

bidang yang mendapat priori-

tas untuk segera diimple-

mentasikan. Aturan main

untuk bidang jasa, secara

umum dipegang oleh Asean

Framework Agreement on

Services (AFAS). Untuk kese-hatan, AFAS merumuskan

tiga Mutual Recognition Ar- 

rangement (MRA), yaitu MRA

praktik kedokteran, dokter gi-

gi, dan perawat. Sementara

untuk MRA praktek kedokter-

an, AFAS membentuk Asean Joint 

Coordinating Committee On Medical 

Practitioners (AJCCM) yang anggotanya

adalah Professional Medical Regulatory 

Authority (PMRA), authoritas pemberi

izin praktik di masing-masing negara

Asean. Delegasi Indonesia dalam

AJCCM adalah Prof. DR. Dr. Agus Purwa-

dianto, SpF(K) dari Kementerian Kese-

hatan dan Prof. Dr. Menaldi Rasmin,SpP(K) dari Konsil Kedokteran Indone-

sia (KKI). MRA kesehatan ini target im-

plementasinya 2010. AJCCM telah

enam kali pertemuan, terakhir di Ban-

dung 24 Mei 2011 lalu.

Menurut Dr. Agung Sutiyoso, Ketua

Bidang Globalisasi Praktik Kedokteran

PB IDI, keluar-masuk dokter antar nega-

ra-negara Asean harus mengikuti MRA.

Dokter asing yang ingin berpraktik di In-

donesia mesti mengikuti MRA yang di-

buat berdasarkan undang-Undang yang

berlaku, seperti Undang-undang Praktik

Kedokteran. Dimana mereka harus me-menuhi syarat dari konsil kedokteran In-

donesia untuk mendapatkan Surat Tan-

da Registrasi (STR) dan menyanggupi

syarat dari Kementerian Kesehatan un-

tuk mendapatkan Surat izin Praktik

(SIP). Begitu pula dengan negara Asean

yang lain, masuknya dokter asing harus

mengikuti regulasi negara tersebut, ke-

cuali Filipina yang undang-undang dasar-

nya melarang dokter asing praktik di sa-

na. “MRA ini masih on pro- 

cess, setiap tahun akan dievaluasi dan dilaporkan kementeri perdagangan kemudi-an ke k epala negara,” ujar Dr.

Agung menjelaskan.

Hambatan-hambatan domestik, lan-

 jut Dr. Agung, ditargetkan sudah hilang

pada 2015. Di Indonesia misalnya,hambatan national treatment dan mar- 

ket access sudah tidak ada lagi. Artinya,

dokter asing diberlakukan sama dengan

dokter lokal dan juga bebas melamar

praktik di daerah-daerah tertentu.

Berbeda dengan Indonesia, negara

Laos, Vietnam dan Kamboja belum

memiliki regulasi yang ditentukan ne-

garanya. Sementara Singapura mema-

tok standar yang tinggi untuk dokter

asing. Sedangkan Thailand terbuka de-

ngan dokter asing, cukup mengikuti na- 

tional board bersama residen.

“Kita lihat saja apakah negara-nega-

ra Asean siap tahun 2015? Sampai

saat ini belum ada dokter asing yangmelamar praktik ke negara-negara

Asean lain. Ada beberapa negara yang

masih belum memiliki regulasi yang je-

las dan ada pula yang protektif. Bisa ja-

di ini akan panjang prosesnya,” ungkap

Dr. Agung pesimis.

MenujuKompetensi Bersama

Liberalisasi jasa menuju terbentuk-

nya pasar tunggal di kawasan regional

tak mengenal hambatan-hambatan do-

mestik lagi. Aliran barang dan jasa be-

bas keluar-masuk negara-negara Asia

 Tenggara. Pada layanan kesehatan,

dokter asing cukup memiliki ijasah ber-

sama maka dapat berpraktik di Negara

yang dituju. “Ke depan akan dijajaki pe-nyeragaman pendidikan kedokteran se-

hingga dapat melakukan ujian bersama

dan sertifikat bersama. Dengan begitu

dokter dapat melamar ke negara lain

tanpa mengikuti regulasi di negara ter-

sebut,” ungkap Dr. Agung.

Saat ini, lanjutnya, telah disepakati

terlebih dahulu empat ilmu dasar, yaitu

bedah, penyakit dalam, pediatrik dan

obgyn serta dokter umum atau dokter

keluarga yang akan segera di implemen-

tasikan. Kolegium bedah sudah merintis

terlebih dahulu dengan saling tukar me-

nukar dosen dan mahasiswa. Eropa me-

merlukan waktu 40 tahun untuk mem-

bentuk kompetensi bersama. “Di Aseantidak bisa dipastikan. Boleh jadi memer-

lukan waktu yang lebih singkat atau bisa

saja lebih lama dibanding Eropa,” ujar

Dr. Agung sambil tertawa. (HI)

Dr. Agung Sutiyoso

Dr. Agung Sutiyoso, Ketua Bidang Globalisasi Praktik Kedokteran PB IDI

AJCCM: Jalan Panjang Menuju

Kompetensi Bersama

Harmonisasi Asean menyentuh

berbagai disiplin ilmu kedokteran,

termasuk kolegium ilmu penyakit

dalam. Kedokteran ilmu penyakit

dalam merupakan salah satu disiplin

ilmu dari empat spesialis yang ditetap-

kan Asean Joint Coordinating Commit-

tee on Medical Practitioners (AJCCM)

sebagai kompetensi inti Asean. Untuk

membentuk kompetensi bersama ini,

kolegium ilmu penyakit dalam dari be-

berapa negara Asean telah melakuan

penjajakan satu sama lainnya. “PAPDI

telah mencoba untuk melihat kuriku-

lum dan kompetensi dokter spesialis

penyakit dalam di kawasan ASEAN.

Bahkan kita juga pernah mengundang

kolegium mereka untuk bicara pada

pertemuan nasional PAPDI,” ujar Ketua

Kolegium Ilmu Penyakit Dalam PB

PAPDI Prof. DR. Dr. Samsuridjal Djauzi,

SpPD, K-AI, FINASIM, FACP.

Menurut Prof. Samsu menyeragam-

kan kurikulum bukan perkara mudah.

 Tiap-tiap negara memiliki banyak per-

bedaan dalam kurikulum pendidikan il-

mu penyakit dalam. Masing-masing po-

la pendidikannya memiliki kelebihan

dan kekurangan.” Memang cara pendi-

dikan agak berbeda, namun PAPDI ha-

rus menyiapkan diri agar kompetensi

lulusan PAPDI mampu bersaing. Salah

satu kelemahan PAPDI mungkin adalah

dalam penguasaan ketrampilan meng-

gunakan alat kedokteran, karena pen-

didikan PAPDI memang mengutamakan

ketrampilan klinis dan pemeriksaan pe-

nunjang sebagai bantuan diagnostik,”

aku mantan Ketua Umum PB PAPDI ini.

Di samping lemahnya penguasaan

alat, lanjut Prof. Samsu, PAPDI masih

menyimpan beberapa pekerjaan rumah

untuk mengantisipasi liberalisasi kese-

hatan di kawasan regional ini. Diantara-

nya, masih kurangnya jumlah dokter

spesialis penyakit dalam serta distribu-

sinya yang tidak merata. PAPDI berha-

rap pemerintah dapat membantu me-

nambah pusat-pusat pendidikan dan

meningkatkan kapasitas residen. Dan

pemerintah dapat melengkapi saran

kesehatan di daerah agar menarik mi-

nat internis berpraktik. “Kita berharap

dalam waktu tak lama lagi dapat mem-

fasilitasi dua pusat pendidikan baru di

Kalimantan,” tuturnya.

Kemudian, hingga kini pendidikan

subspesialis belum diformalkan. Hal

ini menjadi peluang bagi dokter asing

melakukan penawaran untuk mengisi

kekurangan konsultan di Indonesia.

“Negara Asean akan menawarkan ke-

pada kita dokter subspesialis penyakit

dalam,” kata Prof. Samsu.

Lebih khawatir lagi, pendidikan sub-

spesialis belum diformalkan menjadi

bagian sistem pendidikan kedokteran

di Indonesia. Hal ini akan memperkuat

dokter asing masuk ke negeri ini kare-

na dianggap Indonesia belum memiliki

pendidikan subspesialis. “Pendidik-an subspesialis ini segera ha-rus diformalkan. Jika belum for-mal maka teman-teman darinegara Asean dapat mengata-kan bahwa Indonesia belumpunya tenaga dokter subspe-sialis dan mereka akan mela-kukan penawaran,” ujarnya

Padahal, kata Guru Besar FKUI ini,

peran konsultan bukan hanya pada pe-

layanan kesehatan tapi juga pada pen-

didikan spesialis. Pendidikan subspe-

sialis penyakit dalam dikelola oleh ko-

legium dan sudah dimulai sejak tahun

1986. Kini telah memiliki 11 bidang

subspesialis. Jumlah konsultan ini te-

rus bertambah tiap tahun. “Tenaga

subspesialis dari berbagai bidang spe-

sialis terus meningkat. Sayangnya pen-

didikan subspesialis yang dikelola kole-

gium belum diakomodasi oleh Konsil

Kedokteran Indonesia,” ujar Prof. Sam-

su, menyayangkan. (HI)

Prof. DR. Dr. Samsuridjal Djauzi, SpPD, K-AI, FINASIM, FACPKetua Kolegium Ilmu Penyakit Dalam

Agar Tidak Kecolongan Dokter AsingSegera FormalkanPendidikan Subspesialis

Prof. DR. Dr. Samsuridjal Djauzi, SpPD, K-AI,FINASIM, FACP

   D   O   K .

   P   A   P   D   I

   D   O   K .

   P   A   P   D   I

7/17/2019 Halo Internis Edisi 19; Harmonisasi ASEAN Di Bidang Kesehatan_8

http://slidepdf.com/reader/full/halo-internis-edisi-19-harmonisasi-asean-di-bidang-kesehatan8 5/20

SOROT UTAMA 5Halo Internis   Edisi 19   September 2011

“Tujuannya adalah membentuk regional 

board examination,” kata Dr. Sally A.

Nasution, SpPD, K-KV, FINASIM, Wakil

Sekretaris Jenderal PB PAPDI

Di antara disiplin ilmu itu, kata Dr.

Sally, perwakilan organisasi profesi ilmu

penyakit dalam dari beberapa negara

Asean telah melakukan beberapa kali

pertemuan untuk membahas terkait har-

monisasi Asean ini. Wacana ini pertamakali disampaikan pada World Congress 

of Internal Medicine (WCIM), 2008, di

Buenos Aires, Argentina. Kemudian di-

lanjutkan pada annual meeting Philip- 

pine College Physician (PCP) di Manila.

Pada pertemuan pertama organisasi

profesi ilmu penyakit dalam negara-ne-

PertemuanAsean Joint Coordinating 

Committee on Medical Practition- 

ers  (AJCCM) menyepakati empat

spesialis, yaitu Ilmu penyakit da-

lam, bedah, pediatrik serta obgyn, dan

dokter umum/ dokter keluarga untuk se-

gera dibuat standar kompetensi bersa-

ma. Ketetapan ini suka tak suka mesti

direspon oleh masing-masing organisasi

profesi tiap negara-negara Asean. Selan- jutnya, perwakilan kolegium masing-ma-

sing disiplin ilmu kedokteran tersebut

akan saling menjajaki satu sama lain-

nya. Diharapkan tahun 2015 nanti, ko-

munitas regional Negara-negara Asia

 Tenggara telah memiliki standar kompe-

tensi bersama disiplin ilmu tersebut.

gara Asean di Filipina, dari Indonesia di

wakili Ketua Umum PB PAPDI, DR. Dr.

Aru W. Sudoyo, SpPD,K-HOM, FINASIM,

FACP; Sekretaris Jenderal PB PAPDI, Dr.

Chairul Radjab Nasution, SpPD, K-GEH,FINASIM, MKes, FACP, dan Czeresna

Heriawan Soejono, SpPD, K-Ger, FINA-

SIM, MEpid, FACP. Mereka menghidup-

kan kembali Asean Federation of Inter- 

nal Medicine (AFIM), yang telah bebera-

pa tahun “mati suri”. Lewat AFIM mere-

ka bertemu membahas amanat harmo-

nisasi Asean ini.

Filipina merupakan negara yang aktif 

memfasilitasi AFIM. Pada pertemuan

selanjutnya juga di Filipina, saat itu, Dr.

Sally, wakil dari Indonesia, memaparkan

kondisi ilmu penyakit dalam yang berja-

lan di Indonesia. Begitu pula dari negara

asean lain. “Masing-masing perwakilan

mengelaborasi sistem yang dimiliki. Sa-

tu sama lainnya sangat berbeda. Singa-

pura dan Malaysia agak relaktan. Ter-

nyata tak mudah menyatukannya” ujar

Kardiolog ini.

Pada pertemuan itu, diakui Dr. Sally,

Indonesia ditunjuk sebagai first cong- 

ress of AFIM dalam waktu dekat ini. Na-

mun Dr. Sally keberatan untuk diadakan-

nya kongres di Indonesia. ”Karena pada

tahun 2012 kita sudah

ada Kopapdi, our nation- al congress , di Medan.

Acara ini merupakan in-

ternal PAPDI, jadi tidak

mungkin diubah menjadi

kongres AFIM,” katanya.

“Disepakati hanya perte-

muan AFIM di Indonesia,

yang bersamaan dengan

Kopapdi 2012 di Medan.”

Organisasi ilmu penya-

kit dalam berkoordinasi

dengan domestic regulator 

negara masing-masing untuk menyam-

paikan perkembangan hasil-hasil perte-

muan AFIM. Agenda pertemuan AFIM

selanjutnya adalah melakukan inventa-ris masalah sekaligus melihat potensi-

potensi yang dapat diselaraskan. Kemu-

dian, melakukan pertukaran dosen un-

tuk memberi kesempatan berbagi peng-

alaman antar negara Asean. Dan mela-

kukan basic training  bersama. “Sece-

patnya dirampungkan agar memiliki ija-

sah bersama sehingga negara-negara

Asean lebih acceptable ,” kata Dr. Sally.

Harmonisasi Asean memaksa nega-

ra-negara di kawasan Asia Tenggara

membuka diri. Tapi untuk membuka

hambatan-hambatan, baik territorial

dan regulasi domestik, dibutuhkan pro-

ses yang panjang, seperti yang pernah

dilakukan Eropa. “PAPDI tak bisa me-

nolak harmonisasi karena hal ini telah

ditetapkan pemerintah. PAPDI turut ak-

tif dalam upaya mewujudkan komuni-

tas regional ini. Perkembangan dari

pertemuan AFIM perlu disosialisasikan

kepada anggota PAPDI agar lebih siap

menghadapi liberalisasi di kawasan

Asean ini,” ujar Dr. Sally, optimis.

(HI)

Dr. Sally A. Nasution, SpPD, K-KV, FINASIM (berdiri belakang keempat dari kiri) dan Dr. Chairul Radjab Nasution,SpPD, K-GEH, FINASIM, MKes, FACP (duduk depan k edua dari kiri) pada pertemuan AFIM di Filipina

Pertemuan AFIM di Manila, Filipina, tampak Dr. Sally (kedua dari kanan)

Dr. Sally A. Nasution, SpPD, K-KV, FINASIM Wakil Sekretaris J enderal PB PAPDI

PENGUMUMAN

Halo Internis edisi mendatang membukarubrik baru, yaitu :

Pojok Tanya Jawab. Rubrik ini dituju-kan bagi sejawat yang ingin berkon-sultasi tentang kasus-kasus yang dite-mui di tempat praktik sejawat

Surat Pembaca. Kami menerima ma-sukan berupa kritik, saran serta tang-gapan lain seputar tabloid ini. Disam-ping itu, kami juga menerima opini se-putar hal-hal yang berkaitan dengankedokteran.

Kirimkan pertanyaan, kritik, saran,tanggapan, atau opini Anda ke:

Kantor PB PAPDIGedung ICB Bumiputera, Ground Floor 2B,

 J l. Probolinggo No. 18, Gondangdia,

Menteng, J akarta 10350.

 Telp. (021) 2300818;

Fax. (021) 2300688, 2300755

Website: www.pbpapdi.org

E-mail: [email protected]

PAPDI ta k bisa men olak

harmonisasi karena hal ini

te lah di te tapkan pemerin-

ta h. PAPDI turut akt ifda lam upaya mewujudkan

komunitas regional ini.

Perkemba nga n d ar i perte-

muan AFIM perlu disosiali-

sas ikan kepada ang got a

PAPDI a g a r lebih sia p

menghadapi liberalisasi di

kaw asan Asea n ini.

   D   O   K .

   P   A   P   D   I

   D   O   K .

   P   A   P   D   I

7/17/2019 Halo Internis Edisi 19; Harmonisasi ASEAN Di Bidang Kesehatan_8

http://slidepdf.com/reader/full/halo-internis-edisi-19-harmonisasi-asean-di-bidang-kesehatan8 6/20

SOROT UTAMA6 Halo Internis   Edisi 19   September 2011

tiap-tiap negara sangat berhati-hati me-

nyikapi liberalisasi kesehatan di kawas-

an regional ini. “Masih panjangprosesnya, perlu penguatan-pe-nguatan seperti persepsi ber-sama dalam mendefinisikanperdagangan bebas ini dan di-butuhkan leadership yang kuatagar semua negara mau ter-buka,” ujarnya

Berbeda dengan kompetensi profesi,

pembahasan investasi asing di kese-

hatan sudah lebih maju. Saat ini, tam-

bah Dr. Chairul, rumah sakit asing su-

dah bisa menanamkan modalnya hingga

70 persen di negara-negara Asean. Na-mun investasi tersebut mesti mengikuti

aturan yang ditetapkan domestic regula- 

tory tiap-tiap negara Asean. “Di Indone-

sia, Kementerian Kesehatan sebagai

domestic regulatory , investai asing bo-

leh mendirikan rumah sakit type B dan

direkturnya mesti pribumi. Dan masih

ada beberapa kriteria lain yang berorien-

tasi untuk kepentingan masyarakat,” ka-

tanya.

Hal senada juga disampaikan Prof.

Dr. Menaldi Rasmin, SpP(K), Ketua Kon-

sil Kedokteran Indonesia (KKI). Menurut

Prof. Menaldi regulasi yang dibuat berpi-

hak kepada kepentingan negara dengan

mempertimbangkan kondisi-kondisi ter-

tentu. Diantaranya, besarnya jumlah

penduduk, letak serta luas wilayah geo-

grafi, tidak adanya kebijakan pemerin-

tah pusat untuk mengatur penempatan

dokter, distribusi dokter yang tidak me-

rata dan belum adanya sistem kesehat-

an yang dapat menjamin seluruh masya-rakat. “Pokoknya regulasi tentang ini

harus kita pikirkan bersama sehingga

seluruh masyarakat mendapat akses

kesehatan. Prinsipnya ikut membantu

meningkatkan mutu kesejahteraan ke-

sehatan rakyat,” ujar Prof. Menaldi.

Benahi dari Hulu

Dokter asing dapat berpraktik bila te-

lah memenuhi kriteria yang telah dite-

tapkan oleh KKI, diantaranya, memiliki

standar kompetensi dan pendidikan

yang sama. Kemudian, tidak semua je-

nis layanan kesehatan dapat pegang

dokter asing. Hingga kini, ada empat il-

mu kedokteran dasar, yaitu penyakit da-

lam, ilmu kesehatan anak, ilmu bedahdan ilmu kebidanan, dan kedokteran

keluarga yang telah disepakati anggota

Asean. Saat ini, baru kolegium ilmu

bedah dari negara anggota Asean telah

menyeragamkan kompetensinya.”

Dokter asing yang masuk tentu dengan

kompetensi dan pendidik yang telah ter-

standar,” tegas mantan Dekan FKUI ini.

Prof. Menaldi mengatakan fakultas

kedokteran harus mematuhi standar

pendidikan dan kompetensi yang telah

ditetapkan. Indonesia mempunyai 20

pusat studi spesialis. Sementara ada

15 fakultas kedokteran dengan pendi-

dikan spesialis yang lengkap. “J adi, di

Indonesia pusat studi spesialis masihterbatas. Untuk membatas masuknya

dokter asing maka perbanyak pusat stu-

di spesialis, tambah kuantitas dokter

spesialis dan distribusikan ke semua

daerah,” tutur Guru Besar FKUI bidang

Pulmonologi ini.

Meski keluar-masuk dokter asing ma-

sih sebatas wacana, namun hal ter-

sebut tak bisa ditolak. Seberapa siap

kita menghadapinya sangat tergantung

pada dokter Indonesia sendiri.” Bila kita

ingin mendapatkan keuntungan dari li-

beralisasi bidang kesehatan ini, maka

dokter Indonesia harus berani berkom-

petisi di kancah regional,” katanya, op-

timis bisa! (HI)

Presiden Susilo Bam-

bang Yudhoyono te-lah menetapkan In-

donesia bersama

negara Asean yang lain

membentuk komunitas

ekonomi Asean. Komuni-

tas ini bertujuan, antara

lain, untuk menciptakan

pasar tunggal dan basis

produksi yang ditandai

dengan bebasnya aliran

barang, jasa, investasi, te-

naga kerja terampil dan perpindahan ba-

rang modal secara lebih bebas. Pintu li-

beralisasi semua aspek ekonomi, baik

barang maupun jasa termasuk jasa pe-

layanan medis telah di buka lebar. Eraini membalikan seluruh regulasi di tiap

negara Asean yang tertutup terhadap

dokter asing. Pada saatnya, regulasi

yang tertutup rapat bagi dokter asing

lambat laun akan terbuka hingga dokter

dari negeri tetangga dapat keluar-masuk

dengan bebas.

Menurut Direktur Bina Upaya Kese-

hatan Rujukan Kementerian Kesehatan,

Dr. Chairul Radjab Nasution, SpPD, K-

GEH, FINASIM, MKes, FACP saat ini se-

dang berlangsung proses ke arah ter-

sebut. Kemenkes dan KKI bersama me- 

dical regulatory authority dari negara-ne-

gara Asean lain sejak beberapa tahun

telah melakukan pertemuan membahasharmonisasi ini. Hingga kini, pembicara-

an masih sebatas penjajakan kompe-

tensi profesi kedokteran, terutama kom-

petensi spesialis ilmu penyakit dalam,

bedah, obgyn dan pediatrik serta dokter

umum, dari masing-masing negara ter-

sebut. “Baru membicarakan core kom-

petensi profesi dari negara-negara

Asean. Belum membahas Mutual Re- 

cognition Arrangement  (MRA) kedokter-

an, apalagi praktik dokter asing.” kata

Dr. Chairul yang juga Sekretaris Jenderal

PB PAPDI ini.

Alotnya pembahasan ini, kata Man-

tan Direktur RS Fatmawati ini, dikarena-

kan standar pendidikan kedokteran dan

regulasi di negara-negara anggota

Asean ini beragam. Dan, mereka memi-

liki persepsi sendiri-sendiri terkait perda-

gangan bebas ini. Dengan demikian,

Ketika waktu kelahiran tiba, si bayi

malah kelihatan sehat banget. Dari fisik

tak ada satu pun yang membedakan de-

ngan anak normal. Kami sangat senang

karena dokter juga sempat bilang sebe-

lum lahiran, siapa tahu sehabis lahiran

semua hilang dan tidak ada pembeng-

kakan seperti terlihat di USG.

Akhirnya seminggu setelah kelahiran,

kami bawa Raphael Reigan Yosdianto,

nama anak saya, untuk USG lagi. Di si-

tulah terlihat jelas bahwa ginjalnya ma-

sih bengkak. Ukurannya sekitar 1/ 4 pe-

rut dia yang bagian kiri. Akhirnya kami

dirujuk ke dokter spesialis ginjal. Lalu

kami diminta melakukan test kultur ken-

cing dulu sebelum bisa melakukan pe-

meriksaan lebih lanjut lewat MCU. Sela-

ma satu bulan kami melakukan test kul-

tur juga diberi antibiotik tetap saja bak-

terinya tidak hilang. Dan anak saya juga

mulai sering demam tinggi.

Sebagai seorang ibu, saya sangat ce-

mas dengan keadaan anak saya. Akhir-

nya sambil tetap berobat di Jakarta.

Kami mulai mencari-cari tahu informasi

soal penyakit ini di Singapura.

Awalnya kami masih menghitung-hi-

tung karena biayanya sangat mahal, na-

mun kondisi anak semakin mencemas-

kan. Kami memutuskan mengirim hasil

pemeriksaan ke spesialis ginjal di Na-

tional University Hospital (NUH), Singa-

pura. Dokter di sana sangat kaget dan

dia bilang mestinya jangan sampai ukur-

annya segitu. Akhirnya kami buru-buru

membawa anak kami ke NUH.

Sampai di sana, dokter minta lang-

sung segera di MCU dan sebagainya.

Sebelumnya sempat disuntik antibiotik

lewat IV selama 7 hari untuk mematikan

bakteri, sehingga langsung bisa MCU

biar tidak fatal. Dalam hati saya sempat

menyayangkan waktu satu bulan yang

terbuang. Saya berpikir tahu begini, dari

awal akan saya bawa kesana.

 Ternyata mereka lebih cepat tang-

gap, semuanya serba cepat dan perha-

tiannya juga tinggi. Mereka mendiagno-

sisnya Hydronefrosis kidney +Hydrone-

frosis ureter. Dan akhirnya menjalani

operasi billateral Implantation. Sampai

sejauh ini sudah operasi 2 kali

Kami sekeluarga angkat jempol. Ka-

mi tahu biayanya mahal, kalau tidak sa-

lah perhari itu 326$ belum termasuk

obat dan lainnya. Tapi bagi kami yang

penting anak saya sembuh. Sampai

sekarang tiap dua minggu saya masih

kontrol ke sana.

Awalnya saat usia kehamilan saya de-

lapan bulan dokter sudah melihat

kelainan. Dibagian perut bayi sebe-

lah kiri, ada gambar seperti kantong

yang menghitam seukuran 8,25 cm. se-

belah kanan juga 6,57 cm. Lebih besar

dari ginjal anak biasa. Karena itu adalah

hasil USG biasa, dokter menyarankan

untuk USG 4D. Saat itu dokter sudah

menasehati kami untuk saling menguat-

kan karena ada kemungkinan si bayi

sulit survive . Setelah USG 4D, hasilnya

tampak dari ginjal ke saluran kencing

terdapat pembengkakan. Tapi kata dok-

ter tidak bisa diobati, jadi harus me-

nunggu lahir.

Prof. Dr. Menaldi Rasmin, SpP(K)

Dr. Chairul Radjab Nasution, SpPD, K-GEH,FINASIM, MKes, FACP

Alur Regulasi Dokter AsingDepkes mengatur syarat untuk dokter asing yang berpraktik. Syarat-syarat tersebut adalah: sertifikat kompetensi dari negara asal STR dari Instansi yang berwenang di negara asal fotocopy ijasah yang diakui oleh negara asal surat pernyataan telah mengucapkan sumpah atau janji profesi surat keterangan sehat fisik dan mental dari negara asal surat keterangan pengalaman kerja paling singkat 5 (lima) tahun sesuai dengan jabatan

yang akan diduduki letter of performance dari instansi yang berwenang di negara asal surat keterangan berkelakuan baik dari instansi yang berwenang di negara asal surat keterangan tidak pernah melakukan pelanggaran etik dari organisasi profesi negara asal surat izin praktik dari negara asal yang masih berlaku surat pernyataan bersedia mematuhi peraturan perundang-undangan, sumpah profesi kese-

hatan, dan kode etik profesi kesehatan yang berlaku di Indonesia surat pernyataaan bersedia melakukan alih teknologi dan ilmu pengetahuan kepada tenaga

kesehatan warga negara Indonesia khususnya tenaga pendamping

surat pernyataan dari fasilitas pelayanan kesehatan di Indonesia dengan menunjukkan buktibersedia dan mampu menanggung biaya hidup minimal untuk jangka waktu dua tahun diIndonesia

mampu berbahasa Indonesia dengan baik yang dibuktikan dengan sertifikat bahasaIndonesia dari lembaga yang ditunjuk oleh pemerintah

Benahi Seluruh Lini Kesehatandan Perkuat Regulasi

Catatan Pasien Berobat ke Singapura

Martha Stefanie:Mereka SangatTanggap dan Ramah

   D   O   K .   P

   A   P   D   I

   D   O   K .   P

   A   P   D   I

7/17/2019 Halo Internis Edisi 19; Harmonisasi ASEAN Di Bidang Kesehatan_8

http://slidepdf.com/reader/full/halo-internis-edisi-19-harmonisasi-asean-di-bidang-kesehatan8 7/20

PROF IL 7Halo Internis   Edisi 19   September 2011

Di sebuah hotel di Batam, kami

bertemu. Malam telah menje-

lang saat kami memulai perbin-

cangan dengan Prof. Dr. dr.

Syamsu, SpPD, K-AI, FINASIM

ahli alergi imunologi dari Makasar.

Meski baru saja mengikuti serangkaian

acara PAPDI yang cukup padat, tak

nampak kelelahan pada wajah pria ke-

lahiran Sengkang, 28 Agustus 1946

ini. Matahari sudah terbenam, acara

berangsur sepi, Prof. Syamsu, begitu

biasa disapa, tampak rileks di salah

satu ruang hotel. Professor ini justru

menarik kami dalam sebuah perbin-cangan santai tentang berbagai hal.

Medis, pendidikan, politik, dan organi-

sasi termasuk Himpunan Mahasiswa

Islam (HMI).

HMI? Ya, Prof Syamsu tidaklah asing

dan asal bicara tentang organisasi ini.

Ia pernah menjadi orang nomor satu

HMI di Makasar. Tahun-tahun terbaik-

nya saat usia kuliah, justru banyak ia

habiskan untuk organisasi ini. Ketika ia

duduk di tingkat empat Fakultas Kedok-

teran Universitas (Unhas) Hasanuddin,

ia telah menjabat sebagai Ketua HMI di

lingkungan Unhas, dan selanjutnya

menjadi sekretaris HMI cabang Maka-

sar. Ketika ia naik ke tingkat enam, ia

 justru menjadi Ketua Umum HMI ca-

bang Makasar. "Maka itu saya lama lu-

lus dari FK," ujarnya mengenang.

Prof. Syamsu sempat berkomentar

tentang mantan Ketua HMI Akbar Tan-

 jung. "Ia memiliki pendekatan interper-sonal yang bagus," ujarnya mengenai

Akbar. HMI, menurutnya, memang ba-

nyak memberi pelajaran tentang beror-

ganisasi dan berhubungan dengan

orang lain. Bukan cuma itu yang mem-

buatnya betah di himpunan ini. Di HMI,

ia bisa berbincang dan berdebat soal

s i t u a s i

negara. "Ya, kami

berdiskusi mengenai negara, tapi saat

mau makan, kami bingung apa yang

mau dimakan," ujarnya terbahak men-

genang saat kuliah dan berorganisasi

dulu, ia dan teman-temannya kerap

menghadapi masalah finansial. Hal

yang kerap dialami oleh kebanyakan

mahasiswa pada zaman itu.

Meski demikian, suami dari Nurlai-

lah Syamsu ini selalu berfikir tentang

apa yang bisa ia berikan pada orang

lain. Saat menjadi ketua HMI, ia justrumembuat bimbingan belajar untuk ma-

hasiswa Islam dengan mengkoordinasi

teman-temannya untuk memberi latih-

an soal, bimbingan praktikum, dan se-

bagainya tanpa imbalan materi. "Kalau

tidak begitu nanti kita ketinggalan,"

ujarnya.

Pilih DokterKetimbang Politikus

Ia memang cenderung idealis. Pria

ini sama sekali tidak memanfaatkan ja-

batan atau jaringannya untuk kepen-

tingan diri sendiri. Idealisme itu tetap

ia pegang hingga tahun-tahun ke depan

dalam kehidupannya.

Suatu saat, ia pernah ditawari men-

 jadi anggota DPR provinsi. Ia menolak.

"Saya lebih baik menjadi dokter, meski-

pun miskin tapi tidak terlantar," ujar-

nya. Pun ia menolak untuk menjadi se-

orang politikus. Baginya, menjadi dok-

ter lebih merupakan panggilan jiwanya.

"Politik itu mudah berubah, bahkan iba-

ratnya, belum berubah tempat duduk-

nya, pikirannya sudah berubah berkali-

kali," ujarnya.

Ia mantap membaktikan diri di bi-

dang kedokteran dan pendidikan seba-

gai jalan hidupnya. Otaknya yang encer

membuat ia diangkat menjadi dosen te-

tap di almamaternya, ketika baru lulus

sarjana kedokteran. Dengan berbagai

kesibukannya, cukup lama pula waktu

yang ia habiskan hingga mendapat ge-

lar dokter di tahun 1978.

Setelah lulus, ayah dengan tiga

anak ini ditawari menjadi Pembantu De-

kan tiga di almamaternya. Meski demi-

kian, ia selalu memikirkan kelanjutan

studinya sejak ia masih kuliah. "Saat

itu saya melihat peluang untuk mem-

pelajari ilmu penyakit dalam," ujar

Guru Besar FK Unhas ini menge-

nang.

Rencananya untuk mem-

perdalam ilmu pendidikan,

diketahui oleh gurunya,

Prof. DR. Dr. HAM. Akil,

SpPD, K-GEH, FINASIM

yang serta merta lang-

sung memintanya untuk

segera memulai pen-

didikannya. Tapi, Prof. Akil

mengajukan syarat yaitu

Prof. Syamsu harus me-

lepaskan jabatannya jika inginmelanjutkan sekolah.

Syarat itu diterimanya. Namun

selama masa transisi, Prof. Syamsu

terpaksa harus merangkap menjadi

Pudek dan juga mahasiswa selama

empat bulan. Saat itu, ia juga menjadi

sekretaris pendidikan. Tak ayal, sering

ada gurauan yang dilontarkan

kepadanya, "Lho, anak sekolah yang

membuat kurikulumnya?"

Lulus dari penyakit dalam, bidang

alergi imunologi ternyata menarik mi-

natnya. Ia pun memperdalam ilmu itu

di FKUI. Tamat pendidikan, Prof. Syam-

su tetap berkiprah di dekanat Universi-

tas Hasanuddin. Ia juga menjadi pem-bantu dekan di Universitas Muslim In-

donesia (UMI) di Makasar.

Prof. Syamsu juga diminta untuk me-

ngelola manajemen rumah sakit. Tahun

2002, ketika RS Wahidin berubah ben-

tuk badan usaha menjadi Perjan, ia di-

minta untuk menjadi Direktur Pelayan-

an RS Wahidin. Ia juga tercatat menja-

di Direktur Utama RS Universitas Ha-

sanuddin.

Ketika ditanya, darimana ia menda-

patkan ilmu untuk mengelola rumah

sakit, Prof. Syamsu berkata, "Saya ti-

dak punya latar belakang MARS, tapi

mengajar (pendidikan) MARS."

Bagi Prof. Syamsu, ia tidak mau

ngoyo  untuk mendapatkan hal apapun

dalam hidupnya. "Jabatan tidak perlu

dicari, tapi akan datang dengan sendi-

rinya," ujarnya. Demikian pula dengan

rezeki. "Sebelum kita lahir, Tuhan su-

dah atur itu rezeki. Kadang kita menga-

takan rezeki di tangan Tuhan, tapi kita

tetap melakukan sikut-sikutan."

 Tuhan pula yang menuntun seseo-

rang untuk berada di suatu jalan. "Per-

 jalanan hidup sudah diatur oleh Tu-

han," katanya pasti. Ia mengatakan ka-

limat itu sambil pikirannya terlempar ke

puluhan tahun lalu, ketika orang tuanya

sebenarnya menginginkan ia untuk

menjadi seorang ahli ekonomi.

"Orang tua saya hebat dalam ilmu

ekonomi. Mereka menginginkan saya

untuk meneruskan sekolah di bidang

ekonomi," katanya. Ketika ia mendaf-

tar SMP, ayahnya minta ia meneruskan

ke SMEP. Ia tetap pada pendiriannya,

dan mengatakan pada ayahnya bahwa

nanti saja lulus SMP ia akan menerus-

kan ke SMEA.

 Tapi ternyata, lulus SMP, ia mendaf-

tar ke SMA. "Saya merasa kurang ber-

bakat di bidang ekonomi," ujarnya. Tak

Prof. DR. Dr. Syamsu, SpPD, K-AI, FINASIM

Aktif di org a nisa si

Himpuna n Ma ha sisw a

Islam sema sa kuliah kedo k-

teran , b iasa berbincang da n

berdebat soal si tuasi negara.

" Ya , kami berdiskusi mengen a i

negara , t ap i saa t ma u makan ,

kami bingung apa yang

mau dimakan, " ujarnyaterbahak.

Setia di Jalur Medis

   D   O   K .

   P   A   P   D   I

7/17/2019 Halo Internis Edisi 19; Harmonisasi ASEAN Di Bidang Kesehatan_8

http://slidepdf.com/reader/full/halo-internis-edisi-19-harmonisasi-asean-di-bidang-kesehatan8 8/20

pelak, ayahnya kerap memarahi dia ka-

rena pilihannya. Namun akhirnya, pro-

tes sang ayah tidak lagi terdengar sete-

lah ia telah duduk di fakultas kedok-

teran."Banyak yang bisa didapat dari ilmu

kedokteran," ujarnya mengapa ia begi-

tu mengagumi ilmu medis. Pasien, ha-

rus menjalani anamnesa, baru kemu-

dian dilakukan diagnosa. Sedangkan

dalam ilmu ekonomi, ujarnya, banyak

mengandalkan asumsi. Di kedokteran,

 jika ada perbedaan dapat dicari dimana

letak salahnya. Sedangkan ilmu hukum

misalnya, meski satu guru dan satu se-

kolah, bisa berbeda pendapat, ujarnya

mengibaratkan.

Kini, ketika ia telah menjadi dokter,

ia tidak membatasi diri pada pasien-

nya. Pasien bebas meneleponnya. Ia

 juga berusaha agar dapat memberikan

pelayanan medis kepada pasiennya,

oleh karena itu ia membatasi jumlah

pasien yang bisa ia tangani.

Tidak MengenalTelevisi

Apa yang dijalani Prof. Syamsu, ru-

panya diikuti oleh anak-anaknya. Ketiga

anaknya juga berkiprah di jalur medis.

Anak pertama adalah dr. Salman Ardi,

SpB, sedangkan anak kedua adalah dr.

Satriawan Abadi, SpPD, dan yang keti-

ga adalah dr. Nur Surya Wirawan. Prof.

Syamsu mengatakan, ia kerap memba-

wa anak-anaknya ke acara-acara ke-

dokteran yang ia hadiri. "Mungkin ini ju-

ga salah satu faktor yang membuat me-

reka tertarik untuk mempelajari ilmu

kedokteran," ujarnya.

Prof. Syamsu mengakui, ia dan istri-nya, Nurlailah Syamsu, memang mendi-

dik anak-anaknya agar tidak meremeh-

kan pendidikan. Rumah mereka di-set- 

ting  agar seisi rumah fokus belajar.

"Kami biasa belajar bersama di meja

besar dan masing-masing duduk te-

nang di kursi," ujar dokter yang hobby

membaca ini. Barang yang dominan di

rumahnya adalah lemari buku.

Satu hal lagi yang menarik. "Sejak

anak pertama kami lahir, kami tidak

memiliki televisi di rumah," akuinya.

 Televisi baru menjadi penghuni rumah,

ketika anak pertama menikah. "Itu pun

tantenya yang membelikan."

Hingga saat ini, buku lebih dijadikan

pilihan ketimbang televisi di rumah.

"Saya suka membaca. Dan akhir-akhir

ini saya suka membaca tentang pe-

ngembangan pribadi, tentang bagaima-

na mengembangkan etika," ujarnya

Di Batam waktu itu, malam makin

larut. Menyenangkan menggali peng-

alaman dari seorang yang telah men-

 jalani banyak hal dalam hidup. Kami

saling berpamitan untuk kembali ke ka-

mar masing-masing. Tapi, sungguh,

meski perbincangan telah menelan

waktu berjam-jam, tetap tak tampak

raut lelah di muka professor ini. Ia ma-

sih tersenyum sambil berkata, "Sam-

pai ketemu besok ya." (HI)

PROF IL8 Halo Internis   Edisi 19   September 2011

No Tanggal Nama Kegiatan Tempat Sekretariat / Pendaftaran

33. 17-September Roadshow Lipid & Hipertensi J akarta PB PAPDI /Dexa MedikaPB PAPDI ke 3

34. 8 Oktober Roadshow Medskup PB PAPDI Medan PB PAPDI /Darya Varia

35. 8 Oktober Roadshow Penatalaksanaan Riau PB PAPDI /J annsenNyeri Kanker PB PAPDI Ke-1

36. 8 Oktober Roadshow Penatalaksanaan J akarta PB PAPDI /J annsenNyeri Kanker PB PAPDI Ke-2

37. 14 - 16 Okt. PIN IX PB PAPDI Makassar PB PAPDI

38. 22 Oktober Roadshow Medskup PB PAPDI Palembang PB PAPDI /Darya Varia

39. 22 Oktober Roadshow Penatalaksanaan Yogyakarta PB PAPDI /J annsenNyeri Kanker PB PAPDI Ke-3

40. 22 Oktober Roadshow Penatalaksanaan Makassar PB PAPDI /J annsenNyeri Kanker PB PAPDI Ke-4

41. 29 Oktober Roadshow Penatalaksanaan J awa Barat PB PAPDI /JannsenNyeri Kanker PB PAPDI Ke-5

42. 29-30 Oktober Roadshow Nutrisi PB PAPDI ke 4 Pontianak PB PAPDI/Kalbe Farma

43. 5 Nopember Roadshow Medskup PB PAPDI Bandung PB PAPDI/Darya Varia

44. 12 November Roadshow Medskup PB PAPDI Surabaya PB PAPDI/Darya Varia

45. 12 Nopember Roadshow Lipid & Hipertensi Denpasar PB PAPDI /Dexa MedikaPB PAPDI ke 4

46. 12 Nopember Roadshow Penatalaksanaan Sumatera PB PAPDI /J annsenNyeri Kanker PB PAPDI Ke-7 Utara

47. 13 Nopember Roadshow Penatalaksanaan Kalimantan PB PAPDI /J annsenNyeri Kanker PB PAPDI Ke-8 Timur

48. 19 Nopember Roadshow Penatalaksanaan Surabaya PB PAPDI /J annsenNyeri Kanker PB PAPDI Ke-9

49. 19 Nopember Roadshow Penatalaksanaan Denpasar PB PAPDI /J annsenNyeri Kanker PB PAPDI Ke-10

50. 19 Nopember Roadshow Lipid & Hipertensi Cirebon PB PAPDI /Dexa MedikaPB PAPDI ke 5

51. 3 Desember Roadshow Lipid & Hipertensi Samarinda PB PAPDI /Dexa MedikaPB PAPDI ke 6

52. 10 - 11 Des. Roadshow Penatalaksanaan Lombok PB PAPDI /JannsenNyeri Kanker PB PAPDI Ke-11

53. 11 - 14 Des. KOPAPDI XV Medan PB PAPDI

54. 17 Desember Roadshow Penatalaksanaan Sumatera PB PAPDI /J annsenNyeri Kanker PB PAPDI Ke-12 Selatan

JADWAL KEGIATAN PB PAPDIdan SEM INAT DALAM LINGKUPPENYAKIT DALAM TAHUN 2011

" Saya lebih b aik menja di do kter, meskipun

miskin ta pi t ida k terla nta r. " Bag inya, menjadidokter lebih merupakan panggilan j iwanya.

" Polit ik itu muda h berubah, bahkan ibara t nya ,

belum berubah tempat duduknya, pikirannya

suda h be ruba h be rka li-kali. "

Prof. DR. Dr. Syamsu, SpPD, K-AI, FINASIM, bersama istri.

   D   O   K .

   P   A   P   D   I

7/17/2019 Halo Internis Edisi 19; Harmonisasi ASEAN Di Bidang Kesehatan_8

http://slidepdf.com/reader/full/halo-internis-edisi-19-harmonisasi-asean-di-bidang-kesehatan8 9/20

9Halo Internis   Edisi 19   September 2011

Latar Belakang:

Hipoksia sistemik merupakan suatu keadaan yang

dapat menyebabkan terjadinya lesi pada gaster.

Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh

hipoksia sistemik pada gaster dan beberapa faktor

molekuler penting yang teraktifasi akibat terjadinya

hipoksia sistemik tersebut.

Metode:

Penelitian eksperimental ini menggunakan tikus sebagai hewan coba jenis

Sprague Dawley bérumur 8 minggu dengan berat badan 150-250 gram. He-

wan coba dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok perlakuan dan kelom-

pok kontrol. Kelompok perlakuan mendapat induksi hipoksia sistemik

(10%O2, dan 90%N) terdiri dari 4 kelompok (kelompok hari ke-1, 7, 14, dan21). Setelah deutanasia sesuai kelompok perlakuan gaster tikus dibagi 2,

untuk pemeriksaan histopatologi serta imunohistokimia dan pemeriksaan

Western blot HIF-1a, HSF-1, Hsp 70 dan ELISA HIF-1a.

Hasil:

 Terjadi lesi Pasa gaster berupa ulkus mulai dari hari ke-1 perlakuan dan

ulkus terdalam ditemukan pada kelompok tikus hari ke-7. Tetapi selanjutnya

pada gaster tikus terdapat epitelisasi, menunjukkan suatu proses penyem-

buhan pada hari ke-14 dan makin banyak pada hari ke-21. Secara molekuler

melalui pemeriksaan western bold kedua faktor aktivasi penting yaitu HIF-1a

dan HSF-1 menunjukkan ekpresi yang tampak jelas, mulai dari hari pertama

dan meningkat paling jelas pada kelompok tikus hari ke-7 dan menurun pada

kelompok hari-14 dan sampai hari-21. Heat Shock Protein yang juga meru-

pakan stress protein secara jelas tampak ekspresinya mulai dari hari ke-1

perlakuan hipoksia dan semakin jelas pada hari ke-7 perlakuan.

Kesimpulan:Hipoksia sistemik menyebabkan terjadinya ulkus gaster dan jika berlang-

sung kronik menyebabkan terjadinya epitelisasi dan ini sejalan dengan pola

ekspresi yang muncul dari HIF-1a, HSF-1, dan Hsp70.

Kata Kunci: ipoksia sustemik kronik, HIF-1a, HSF-1m Hsp70, ulkusgaster, epitelisasi

*Disertasi dalam rangka meraih gelar Doktor di FKUI

Latar Belakang

Manisfestasi klinis Oftal-

mopati Graves (OG) tidak

selalu sejalan dengan

aktivitas hipertiroidisme Gra-

ves.Diduga bahwa antibody

terkait reseptor TSH berperan

pada aktivitas klinis dan keparahan OG.

Tujuan

Mempelajari hubungan TRAb, TSAb,

 TBAb, dan rasio TSAb/ TBAB dengan akti-

vitas klinis dan derajat keparahan oftal-

mopati, pada OG klinis dan scan.

MetodeStudi potong lintang ini melibatkan 74

subjek Graves yang diperoleh secara kon-

sekutif di RSUPN-Ciptomangunkusumo,

 Jakarta sejak Desember 2009 hingga Ja-

nuari 2011. Oftalmopati klinis ditegakkan

berdasarkan kriteria Bartley, dan oftalmo-

pati scanditegakkan berdasarkan penebal-

an otot ekstraokular dan peningkatan vo-

lume lemak retroorbita pada CT scan orbi-

ta. TSH, FT4, FT3 dan TRAb diperiksa de-

ngan cara Elisa. Sedangkan TSAb dan

 TBAb diperiksa dengan cara RIA. Tingkat

aktivitas klinis ditentukan berdasarkan

clinical activity score  (CAS), dan derajat

keparahan OG ditentukan berdasarkan sis-

tem NOSPECS modifikasi Eckstein.

Hasil

Subjek Graves berasal dari berbagai su-

ku bangsa yang ada di Indonesia dengan

rentang 20-63 tahun, yang memenuhi kri-

teria inklusi. Diperoleh 28 (37,3%) subjek

OG klinis dan 61 (83,6%) subjek OG Scan.

Proporsi TSAb sebesar 70(93,3%) dan TBAb sebesar 13

(17,3%) subjeik Graves. Tidak

ada korelasi antara TRAb de-

ngan CAS dan derajat keparah-

an OG klinis dan OG scan. Kore-

lasi TSAb dengan CAS OG kli-

nis, CAS OG scan dan derajat

keparahan OG scan juga tidak bermakna.

Sedangkan korelasi TSAb dengan derajat

keparahan OG klinis bermakna (r =0,274;

p =0,009). Korelasi TBAb dengan CAS O

klinis, derajat keparahan OG klinis dan OG

scan tidak bermakna. Terdapat korelasi

terbalik kuat bermakna TBAb dengan CAS

OG scan ( r =0,565; p =0,035). Rasio

 TSAb/TBAb berkorelasi kuat dengansemua parameter, berturut-turut dengan

CAS OG klinis (r =0,730; p =0,031), CAS

OG scan (r =0,607; p = 0,024), derajat

keparahan OG klinis (r = 0,563; p =

0,0230 dan derajat keparahan OG scan (r

=0,762; p =0,001)

Kesimpulan

 TRAb tidak berkorelasi dengan CAS dan

derajat keparahan baik OG klinis maupun

OG scan, sedangkan TSAb berkorelasi

dengan derajat keparahan OG klinis. TBAb

berkorelasi negatif dengan CAS OG scan,

sementara rasio TSAb/ TBAb berkorelasi

dengan CAS dan derajat keparahan baikpada OG klinis dan OG scan.

Kata kunci: Clinical activity score (CAS),

derajat keparahan, oftalmopati Graves,

rasio TSAb/TBAb, TBAb, TRAb, dan TSAb.

*Disertasi dalam rangka meraih gelarDoktor di FKUI

Latar belakang

Pasien dengan koinfeksi

virus hepatitis C dan HIV

lebih banyak yang mende-

rita penyakit hati kronik, sero-

sis, dan kanker hati terutama

setelah era highly active anti- 

retroviral therapy . Sampai saat

ini belum diketahui apa penyebab dari perburukan per-

 jalanan penyakit hati pada psien dengan koinfeksi

VHC-HIV.

Tujuan

Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi per-

cepatan perjalanan penyakit hati pada pasien koinfek-si VHC-HIV berkaitan dengan pemberian HAART.

Metode

Dilakukan penelitian prospektif kohort pada 38

sunjek pasien koinfeksi VHC-HIV. Data demografi dan

perilaku diambil dengan wawancara. Data laboratori-

um diambil untuk pemerikasaan ALT, CD4 darah, RNA-

HIV serum, RNA-HVC serum; biopsy hati untuk

pemeriksaan nekroinflamasi dan fibrosis hati dengan

mikroskop cahaya serta pemeriksaan imunohis-

tokimia untuk menghitung jumlah sel CD4 dan CD8

intrahepatik. Subjek penelitian diikuti selama 48 ming-

gu. Diambil data untuk pemeriksaan darah di atas

pada minggu ke-4, minggu ke-8, minggu ke-24, kecuali

pemeriksaan RNA-VHC dan biopsy hati ke-2 yang

dilakukan pada minggu ke-48.

Hasil

Subjek penelitian yang berhasil diikuti sampai 48

minggu adalah 34 orang. Pada awal evaluasi subjek

peneltian, didapatkan subjek sebagian besar (94%)

adalah laki-laki dengan median jumlah CD4 darah yang

sangat rendah (26,5 sel/ uL). Biopsi hati sebelum

diberikan HAART terdapat nekroinflamasi ringan

(54,2%) dan fibrosis ringan (87,5 %). Laju fibrosis

sebelum diberikan HAART adalah 0,12 ishak fibrosisunit/ tahun yang lebih kurang sama dengan laju fi-

brosis pada infeksi HVC saja. Evaluasi setelah 48

minggu pemberian HAART terdapat kenaikan RNA-VHC

dan ALT namun tidak bermakna. Pada biopsy hati sete-

lah 48 minggu pemberian HAART ternayat skor

nekroinflamasi tidak berubah bermakna tetapi skor

fibrosis meningkat secara bermakna. Peningkatan

skor fibrosis berkorelasi dengan meningkatnya jumlah

sel CD4 porta intrahepatik.

KesimpulanKerusakan hati pada koinfeksi VHC-HIV tidak berku-

rang walaupun terdapat imonodefisiensi berat dan

setelah pemberian HAART terjadi perburukan fibrosis

hati yang berkorelasi dengan meningkatnya sel CD4

intrahepatik.

Kata kunci: anti-retroviral therapy, fibrosis, HAART,koinfeksi VHC HIV, nekroinflamasi.

*Disertasi dalam rangka meraih gelar Doktor di FKUI

I N F O M E D I S

HubunganThyroid Receptor Ant ibody, Thyroid Stimu lating 

Ant ibody , dan Thyroid Blocking An tibod y 

dengan Tingk at A k tivitas Klinnis danDerajat Keparahan Oft almopati Graves

Efek PemberianHighly Active-Anti-Retroviral Therapy pada Histopatologi Hati Pasien

dengan Infeksi Ganda Virus Hepatits C dan HumanImm unodeficiency Virus serta kaitannya dengan imunitas Selular K

DR. Dr. H. Ari Fahrial Syam, SpPD, K-GEH, FINASIM, MMB, FACPDepartemen Ilm u Penyakit Dalam FKUI/RSCM

DR. Dr. Rino Alvani Gani, SpPD, K-GEH, FINASIM

Departemen Il mu Penyakit Dalam FKUI/RSCM

DR. Dr. Imam Subekti, SpPD, K-EMD, FINASIMDepartemen Il mu Penyakit Dalam FKUI/RSCM

Patofisiologi Molekuler Perkembangan lesi MukosaGaster Tikus pada Hipoksia Sistemik Kronis:

Tinjauan Ekspresi HypoxiaInducible Factor-1a, dan HeatShock Protein

7/17/2019 Halo Internis Edisi 19; Harmonisasi ASEAN Di Bidang Kesehatan_8

http://slidepdf.com/reader/full/halo-internis-edisi-19-harmonisasi-asean-di-bidang-kesehatan8 10/20

Father Known Best ,dan Otonomi Pasien

H

ubungan dokter dan pasien dalam penanganan

masalah kesehatan pasien adalah hubungan

yang unik. Karena akan menimbulkan perjan-  jian terapetik yang mengikat keduanya. Dima-

na perjanjian terapetik adalah perjanjian an-

tara dokter dengan pasien, yang memberikan kewe-

nangan kepada dokter untuk memberikan pelayanan

dan melakukan tindakan medis kepada pasien ter se-

but berdasarkan kewenangan, keilmuan, pengalaman

dan ketrampilan yang dimiliki oleh dokter

Perjanjian ini sekalipun berdimensi medis tetapi

aroma dari disiplin ilmu-ilmu non medis sangat kental

didalamnya,khususnya pengaruh dari etika dan ilmu

hukum. Hal itu karena di sini terdapat dua unsur pen-

ting yang menjadi dasar dari setiap perjanjian terape-

tik, yaitu persetujuan dan sua sana saling memper-

cayai dari pihak-pihak yang terlibat didalamya.

Di masa lalu saat masyarakat masih belum kom-

pleks, hubungan dokter-pasien masih bertolak dari

prinsip ”father known best ”, Hubungan itu bersifat

vertikal dan paternalistik. Walaupun di masa itu bu-

kannya tidak ada kritik mengenai hubungan ini,namun

hal tersebut tidak terlalu dipermasa lahkan,atau tidak

menonjol karena pasien pasrah menerima nasibnya.

Sehingga di masa itu tidak diperlukan perjanjian ter-

apetik. Tetapi dengan berjalannya waktu dan tumbuh-

nya kesadaran pada hak azasi manusia, hubungan

yang bersifat paternalistik kemudian dirasa sudah ti-

dak cocok lagi Karena dianggap tidak pantas untuk

dilakukan oleh seorang dokter dimasa kini, sebab di-

anggap tidak menghargai otonomi dari pasien. Oleh

karena itu dimasa kini sangat dibutuhkan suatu ben

tuk kesepakatan baru antara dokter dan pasien, un-

tuk mengakomodasi hal-hal tersenut.

Di era etika kedokteran modern, di mana corak hu-

bungannya menjadi horisontal dan penghormat tan

dokter terhadap otonomi pasien menjadi salah satu

prinsipnya.Telah menyebabkan perubahan paradigma,

yang kemudian akan banyak menimbulkan perubah-

an-perubahan lain, baik yang bersi fat mikro, maupun

makro. Adapun perubahan yang terjadi di tingkat mi-

kro diantaranya tercermin pada hubungan hukum an-

tara dokter-pasien, yaitu adanya perjanjian terapetik.

Masalah perjanjian terapetik ini kemudian ternyata

menjadi hal yang sangat penting untuk dipelajari dan

harus dipa hami oleh semua dokter, karena meru-

pakan hal dasar yang esensial dalam praktik kedok-

teran masa kini, sebab mengandung konsekwensi hu-

kum yang tidak ringan

Hukum Perjanjian,Wan-prestasi dan InspaningVerbitennis

Ditinjau dari ilmu hukum, perjanjianan terapetik an-

tara dokter pasien termasuk dalam ranah hubungankontrak atau merupakan hukum perikatan. Sehingga

untuk sahnya secara hukum, dalam per janjian tadi

harus dipenuhi syarat-syarat untuk sahnya suatu per-

 janjian, atau unsur-unsurnya harus sesuai dengan

hal-hal yang diatur oleh pasal 1320 KUHPerdata :

1. Ada persetujuan bersama yang bersifat sukarela

dari pihak-pihak yang membuat persetujuan

2. Pihak-pihak yang membuat persetujuan, mampu

(kompeten) membuat persetujuan

3. Ada hal yang halal yang menjadi obyek dari per-

setujuan tersebut.

4. Ada alasan khusus yang menjadi dasar terjadinya

hubungan tersebut.

 Yang dimaksud dengan istilah penderita dewasa

dan kompeten, adalah selain penderitanya telah de-wasa, juga penderita tersebut harus memenuhi per-

syaratan hukum sebagai subyek yang cakap untuk

bertindak. Menurut PermenkesNo 585/ Menkes/ Per/-

IX/1989, pengertian dewasa adalah telah berumur

21 tahun atau telah menikah. Adapun khusus untuk

orang dewasa yang karena sesuatu hal dinyatakan

tidak cakap secara hukum, di sini harus diperlukan

persetujuan dari pengampunya. Sedang bagi anak di

bawah umur, persetujuannya dapat diberikan oleh

orang tua atau walinya.

Hal-hal yang menjadi akibat hukum yang timbul

oleh perjanjian ini, telah diatur dalam pasal 1338

KUH Perdata Sedang menurut hukum kontrak, jika

kemudian timbul kegagalan dari pihak pihak yang te-

lah bersepakat dalam memenuhi kewajibannya, ada-

lah dimungkinkan akan jatuh sanksi pada pihak terse-

but. Untuk pihak yang gagal ini, bila terjadinya karena

disengaja, dalam hukum disebut sebagai pihak yang

ingkar janji atau sering disebut sebagai wan-prestasi.

Namun karena ilmu kedokteran adalah suatu art 

and siences , yang sering harus bekerja dalam ketidak-

pastian dan sangat dipengaruhi oleh banyak faktor

yang tidak selalu dapat dikendalikan oleh dokter. Se-

hingga walaupun dokter telah berusaha semaksimal

mungkin, tidak dijamin akan diperoleh out come yang

sempurna, atau hasil seperti yang diinginkan. Karena

itu tentunya ada lah tidak sepantasnya jika ketidak-

sempurnaanout come , atau kegagalan upaya yang te-

lah dila kukan dokter, lantas dijadikan alasan untuk

menganggap dokter telah melakukan ingkar janji.

Karena alasan-alasan tersebut, diperlukan perluas-

an pandangan hukum, supaya tidak merugikan salah

satu pihak (dokter dan pasien) namun tetap memper-

timbangkan azas keadilan dan persama an hak di mu-

ka hukum. Sehingga tentunya akan dibutuhkan suatu

pola hubungan khusus, yaitu suatu hubungan teru-

petik yang didasarkan pada sifat upaya tertentu yang

dilakukan dokter, atau dikenal sebagai inspaning ver- 

bitennis . Dimana yang dijadikan tolok ukur dari hu-

bungan terapetik ini, bukan lagi hanya didasarkan pa-

da out come saja, tetapi yang lebih penting adalah

bagai mana dokter itu berusaha dalam memberikan

upaya terbaiknya pada penanganan masalah medis

yang maksimal pada pasiennya.

 Jadi upaya dokter konteks dalam inspaning verbi- 

tennis bukan sembarang upaya saja, karena didasar-

kan content di samping harus maksimal, juga masih

disertai dengan persyaratan-persyaratan lain. Yang

diantaranya adalah upaya tadi harus dilakukan de-

ngan cermat, sungguh-sungguh, hati-hati, dan berda-

sarkan kaidah ilmu kedokteran, serta memenuhi atur-

an etika medis dan hukum yang berlaku.

Suatu upaya maksimal tetapi dilakukan dengan

metode pengobatan yang ketinggalan zaman, bukan-lah suatu inspaning verbitennis . Demikian pula peng-

gunaan metode pengobatan yang tidak lazim atau be-

lum teruji kehandalannya tidak dapat digolongkan ins- 

paning verbitennis. Apalagi jika jelas terbukti bahwa

upaya yang telah dilakukan dokter, ternyata tidak

maksimal, tidak cermat dan tidak hati-hati, di sini

pasti telah terjadi pelanggaran pada prinsip inspaning 

verbitennis.

Perlu dipahami bahwa sekalipun telah ada prinsip

inspaning verbitennis , dokter tetap dapat diang gap

melakukan wan-prestasi. Adapun hal-hal yang dapat

menjadikan seorang dokter dianggap telah ingkar jan-

 ji, diantaranya adalah jika dokter melakukan perbuat-

an berikut:

(a)salah melaku kan apa yang telah dijanjikan olehnya

(b)Terlambat melakukan yang telah dijanjikan(c)Tidak melakukan apa yang telah dijanjikan.

 Jadi biarpun telah ada inspaning verbitennis , apa-

bila terbukti dokter melakukan kelalaian yang meng-

akibatkan kerugian pada pasien, dokter tetap dapat

digugat oleh pasien

Sebetulnya dalam ilmu hukum selain inspaning ver- 

bitennis ,dikenal juga suatu prinsip yang disebut den-

gan resultaat verbitennis . Namun prinsip ini tidak ber-

laku pada dunia kedokteran pada umumnya, karena

yang dijadikan tolok ukur adalah out come dari upaya

tersebut. Di sini pemberi layanan menjanjikan pasti

terjadi keberhasilan dari upaya yang dilakukan. Maka

prinsip resultaat verbitennis ini secara umum berten-

tangan dengan prinsip inpaning verbitennis  yang

dianut oleh dunia kedokteran pada saat ini.

Dokter dan Pasien SebagaiSubyek Hukum

Aktor atau pihak-pihak utama yang terlibat dalam

perjanjian terapetik dokter pasien adalah dokter dan

pasiennya. Dalam ilmu hukum para pelaku utama ini

disebut sebagai subyek hukum, yaitu pihak-pihak

yang telah setuju mengikatkan diri secara hukum.

Pihak pasien adalah yang setuju untuk diobati sakit-

nya oleh dokter tersebut. Dalam hal ini termasuk pa-

sien yang dikonsultasikan oleh seorang dokter pada

dokter lain.

Di sini pengertian konsultasi ini adalah konsultasi

resmi yang ada bukti formal dari permintaan konsul-

tasi, juga ada bukti jawaban konsultasi tersebut. Dok-

ter yang diminta konsultasi secara infor mal di kantin

atau di perpustakaan (secara tidak khusus) atau dim-

intakan pendapatnya lewat tele pon tidak termasuk

dalam kategori ini, kecuali dokter tersebut adalah

konsultan rumah sakit itu atau setuju untuk ikut me-

nangani pasien tersebut. Dengan demikian pengert-

ian dokter di sini menjadi luas karena selain dokter

yang merawat pasien itu, juga meliputi dokter-dokter

lain yang diminta menjawab konsultasi secara resmi,

dokter yang sementara menangani seorang pasien,

dan lain-lain..

Seorang penderita suatu penyakit, yang menanya-

10 Halo Internis   Edisi 19   September 2011 I N F O M E D I S

Dr.Bambang Subagyo,SpPD,FINASIM,MM

Tim Adv okasi M edicolegal PAPDI Cabang Jakarta Raya, Dewan Etik d an Pembelaan Anggota PB PAPDI

Perjanjian Terapetik Dokter – Pasien

7/17/2019 Halo Internis Edisi 19; Harmonisasi ASEAN Di Bidang Kesehatan_8

http://slidepdf.com/reader/full/halo-internis-edisi-19-harmonisasi-asean-di-bidang-kesehatan8 11/20

kan tentang penyakitnya pada suatu seminar awam,

atau melalui kontak pembaca suatu majalah/radio

dan lain sebagainya, tidak otomatis menjadi pasien

dari dokter yang ditanya, Di sini tidak terjadi perjanjian

terapetik antara dokter-pasien, sehingga di sini tidak

ada hubungan hukum antara dokter dan orang terse-

but. Begitu juga yang terjadi dalam group interaktif 

lewat internet. Namun masalahnya menjadi lain bila

cyber contac tadi memang diniatkan dan didisain olehdokter memang khusus untuk komunikasi resmi dok-

ter dengan pasiennya, disini dapat dianggap telah ter-

 jadi hubungan terapetik antara dokter pasien dengan

segala konsekuesi etika dan hukumnya.

Seorang dokter yang melakukan pemeriksaan

check up karyawan atas permintaan dinas,atau ins

tansi tertentu, di sini tidak otomatis terjadi hubungan

terapetik dokter pasien, karena pemeriksaan itu

bukan atas permintaan pasiennya. Lain halnya kalau

dalam pemeriksaan itu, dokter mene mukan suatu

kelainan dalam kesehatan pasien ,dan pasien tadi

setuju untuk diobati, maka akan terjadi perjanjianan

terapetik antara dokter pasien.

Dokter yang sedang melakukan suatu penelitian

klinis yang menggunakan manusia, maka antara

peneliti dan yang menjadi obyek penelitiannya akanterjadi hubungan terapetik dan perjanjian tera petik

dokter-pasien. Sehingga dokter harus bertanggung

 jawab secara medis dan hukum bila terjadi sesuatu

pada pasien itu terkait dengan penelitiannya pada

pasien.

 Tetapi dokter yang diminta hakim untuk mem-

berikan kesaksian tentang penyakit seseorang, walau

pun orang tersebut adalah pasiennya, sudah tidak

terikat lagi pada perjanjiaan terapetik dokter pasien,

Karena dokter itu sedang menjalankan kewajiban

undang-undang. Bahkan jika dokter tersebut menolak

bersaksi, dia akan mendapat sanksi pidana

Namun untuk menghindari conflic of interest , aki-

bat benturan etika dan hukum tersebut. Masih

dimungkinkan bagi dokter untuk mengajukan permo-

honan khusus kepada hakim untuk diberikan izinuntuk ingkar pada kewajiban hukum itu, sekalipun hak

untuk mengabulkan permintaan itu tergantung

sepenuhnya pada hakim.

Pernyataan Setuju dan SaatMulai Perjanjian

Apakah persetujuanan terapetik dokter pasien

harus dinyatakan oleh keduanya dalam suatu per

nyataan? Dan bagaimana cara menyatakan persetu-

 juan bahwa dokter dan pasien telah saling setu ju.

Betul, persetujuan tadi memang harus dinyatakan,

tanpa ada pernyataan tidak bisa dikatakan telah ter-

 jadi persetujuan. Akan tetapi bentuk pernyataanya

tidak harus secara terbuka (expressed ), karena

hukum juga memungkinkan pernyataannya diberikan

secara tersirat (impressed ), jadi hukum membolehkan

dengan memakai isyarat atau secara diam-diam

menyetujui.

Sampai saat ini di Indonesia tidak lazim dibuat

suatu surat perjanjian terapetik antara dokter pa

sien, yang dibuat secara khusus, walaupun untuk hal

itu tidak ada aturan hukum yang melarang dilakukan

perjanjian tertulis. Namun mungkin saja akibat

perkembangan hukum di masyarakat, dikemudian

hari nanti akan dibuat suatu perjanjian terapetik yang

tertulis, tentunya bila situasinya memang menghen-

daki demikian.

Pertanyaan selanjutnya adalah sejak kapan dimu-

lai kontrak terapetik antara dokter-pasien tadi?

 Jawabannya sejak keduanya bersepakat, jadi saat

keduanya bertemu( karena pasien ingin men dap-

atkan solusi dari dokter tentang masalah medis yang

diderita pasien), dan saat dokter menyata kan setuju

untuk menanganinya. J ika semua unsur itu telah

dipenuhi, khususnya pada saat dokter menyatakan

bersedia/ setuju untuk menangani pasien tersebut,

maka pada waktu itu perjanjian terapetik dokter-

pasien telah terjadi. Dan sejak saat itu berlaku kewa-

 jiban-kewajiban pasien pada dokter dan kewajiban

dokter pada pasien seperti yang telah diatur dalam

Undang Undang Praktik Kedokteran.

Seorang dokter yang belum bertemu dengan pasi-

ennya,dan belum menyatakan setuju menangani

pasien tadi, belum bisa dikatakan telah memulai

hubungan terapetik dokter-pasien. Apalagi seca ra

 jelas Undang-Undang Praktik Kedokteran menyatakan

bahwa : dokter dilarang mengobati tanpa memeriksa

pasiennya. Karena itu bila kita menjumpai seseorang

yang meminta memberikan pengoba tan pada pasien

yang belum dapat bertemu muka dengan kita,

sebaiknya jangan buru-buru menya takan setuju,

apalagi kemudian memberikan obat sebelum bertemu

muka dengan pasiennya.

Berakhirnya Perjanjian Dokter PasienPenentuan saat berakhirnya hubungan terapetik dokter-pasien sangat penting, karena dengan ber

akhirnya perjanjian, pada saat itu segala hak dan kewajiban hukum yang dibebankan kepada dok ter oleh

perjanjianan terapetik dokter-pasien juga telah berakhir,Tentunya hal ini dengan catatan ke cuali situasi dan

kondisi pasien menentukan lain. Saat ini adalah suatu titik kritis yang harus dipa hami oleh para dok-

ter,kapan terjadinya dan apa saja indikasinya, agar dokter tidak dirugikan, atau terjebak dalam situasi yang

tidak menyenangkan. Adapun hal-hal yang dapat menjadi penyebab berakhirnya hubungan dokter-

pasien,diantaranya yaitu :

1. Pasien telah sembuh dari sakit dan tidak memerlukan pengobatan lagi

2. Pasien meninggal dunia

3. Dokter meninggal dunia, atau tidak mampu lagi menjalankan profesinya

4. Dokter mengundurkan diri

5. Pasien mengakhiri hubungan dokter-pasien secara sepihak

6. Atas persetujuan dokter dan pasien, bahwa hubungan keduanya akan diakhiri.

7. Dokter telah selesai melaksanakan kewajibannya.Contohnya adalah permintaan kepada dokter ahli radi-

ologi untuk melakukan BNO-IVP pada seorang pasien, kewajibannya pada pasien tadi akan selesai sete-

lah pemeriksaan BNO-IVP tadi dilakukan8. Pada ruang emergency suatu RS, hubungan dokter jaga- pasien berakhir saat dokter yang akan mengo-

bati atau dokter pilihan pasien telah datang. Atau terjadi penghentian kedaruratannya

9. Telah berakhirnya jangka waktu kontrak. Dapat terjadi pada dokter yang dikontrak untuk jangka waktu ter-

tentu, atau pasien tersebut sudah tidak tercatat lagi dalam daftar poliklinik pegawai.

KesimpulanPerjanjian terapetik dokter pasien sangat unik, karena selain berdimensi medis juga sangat dipeng aruhi

ilmu-ilmu non medis, terutama ilmu hukum dan etika. Namun karena kekhasan ilmu kedokter an, hukum

perikatan dokter-pasien harus mempunyai sifat khusus,sehingga melahirkan prinsip ins paning verbitennis 

Walaupun telah ada Inspaning verbitennis masih ada beberapa hal dalam hub ungan terapetik dokter-

pasien, yang dapat menyebabkan dokter dianggap telah melakukan wan-prestasi, sehingga terbuka pelu-

ang bagi pasien/ keluarganya untuk melakukan gugatan hukum pa da dokter

Dokter perlu memahami: kapan perjanjianan terapetik dokter pasien dimulai dan bila mana perjanji an

tersebut telah berakhir.Apa yang harus dilakukan dokter untuk memenuhi prinsip inspaning ver bitennis . Danbagaimana cara dokter menyatakan setuju melakukan perikatan dokter pasien.

11Halo Internis   Edisi 19   September 2011I N F O M E D I S

Latar Belakang

G

angguan nutrisi sering terjadi

pada penderita kanker, baik

sebelum pengobatan, selama

pengobatan kanker ataupun pada

kanker lanjut. Hal tersebut meru-

pakan penyebab penting terjadi-

nya peningkatan morbiditas dan

mortalitas.

Berbagai upaya dilakukan untuk memperbaiki status

nutrisi pada pasien kanker, namun belum menampak-

kan hasil yang memuaskan. Pioglitazon, suatu derivat

tiazolidindion, merupakan insulin sensitizer diharapkan

dapat memperbaiki resistensi insulin pada pasien

kanker, khususnya Lymphoma Malignum Non Hodgkin

(LMNH). Belum pernah ada penelitian tentang peran

Pioglitazon terhadap perbaikan status nutrisi dan per-

baikan resistensi insulin serta pengaruhnya terhadap

kadar TNF-α, IL-1β, dan IL-6 pada pasien LMNH.

TujuanMenemukan alternatif terapi suportif pada penu-

runan berat badan akibat kanker, khususnya pada

pasien LMNH, dengan pemberian Pioglitazon.

Pemberian Pioglitazon diharapkan dapat memperbaiki

status nutrisi, resistensi insulin, calorie intake , dan

menurunkan kadar sitokin (TNF-α, IL-1β, dan IL-6).

Metode penelitian

Penelitian ini menggunakan desain eksperimen-

tal,acak dan parallel terhadap pasien kanker LMNH

sel B (CD20 (+)) stadium I-IV yang mendapat kemo-

trapi CHOP (cyclophosphamide, doxorubicin, vin- 

cristine, prednisone) yang datang ke RS Kanker

Dharmais Jakarta mulai November 2009 hingga

Februari 2011. Subjek penelitian dibagi dua kelom-

pok, yaitu perlakuan (pioglitazon) dan kontrol (plase-

bo). Penelitian dilakukan selama 4 siklus kemoterapi

CHOP dengan pemantauan parameter klinis (calorie

intake, body mass index/ BMI) dan parameter labora-

tories (HOMA-IR index, TNF-α, IL-1β, dan IL-6) yang

diukur setelah siklus kemoterapi ke-2 dan ke-4.

Hasil

Pada kelompok perlakuan didapatkan kecenderun-

gan perbaikan status nutrisi, perbaikan resistensi

insulin, perbaikan calorie intake, dan kecenderungan

penurunan kadar sitokin (TNF-α, IL-1β, dan IL-6) bila

dibandingkan dengan kelompok kontrol. Tidak dite-

mukan adanya efek samping hipoglikemia, gangguan

fungsi ginjal, fungsi hati yang bermakna pada seluruh

pasien selama dalam penelitian.

KesimpulanPemberian Pioglitazon belum terbukti namun cen-

derung memperbaiki status nutrisi pada pasien LMNH

yang mendapat kemotrapi CHOP. Pemberian Piogli-

tazon terbukti memperbaiki resistensi insulin dan ca-

lorie intake, namun belum cukup bukti dapat menu-

runkan kadar sitokin (TNF-α, IL-1β, dan IL-6). Tidak di-

temukan hipoglikemia, gangguan fungsi ginjal mau-

pun hati selama dalam penelitian.

Kata kunci: IL-1β, dan IL-6, Kemoterapi CHOP,

LMNH, Pioglitazon, status nutrisi, TNF-α.

*Disertasi dalam rangka meraih gelar Doktor di FKUI

Pengaruh Pemberian P ioglitazon terhadap StatusNutrisi pada Pasien Limfoma M alignum N on Hodgkinyang M endapat Kemotr api CHOP:Tinjauan terhadap Perubahan Kadar TNF-α, IL-1β, dan IL-6

DR. Dr. Dody Ranuhardy, SpPD, K-HOM

Departemen Ilm u Penyakit Dalam FKUI/RSCM

7/17/2019 Halo Internis Edisi 19; Harmonisasi ASEAN Di Bidang Kesehatan_8

http://slidepdf.com/reader/full/halo-internis-edisi-19-harmonisasi-asean-di-bidang-kesehatan8 12/20

12   SOSOK

Namanya kerap terdengar di ber-

bagai forum kedokteran sebagai

pembicara. Ia juga tercatat aktif 

sebagai ketua bidang advokasi

Pengurus Besar Perhimpunan

Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indo-

nesia (PB PAPDI). Dengan segala aktiv-

itasnya sebagai klinisi, pengajar, staf di

 jajaran fakultas kedokteran dan organi-

sasi profesi, pembicara, narasumber

ataupun penulis di berbagai media, ki-

ta mungkin bertanya-tanya, bagaimanadokter kelahiran Jakarta, 19 J uni 1966

ini menjalani dan mengatur waktunya.

“Saya hobi menulis, juga senang

meneliti,” demikian aku DR. Dr. H. Ari

Fahrial Syam, SpPD, K-GEH, MMB,

FINASIM, FACP, dokter yang begitu di-

kenal dengan gaya kumisnya ini. Te-

ngok saja, namanya bertengger di be-

berapa jurnal kedokteran dan majalah

kesehatan. Diantaranya, di The Indo- 

nesian J ournal of Gastroenterology, He- 

patology and Digestive Endoscopy, Ac- 

ta Medica Indonesiana, dan di majalah

Dokter Kita.

Bahkan di kalangan wartawan yang

aktif tergabung di milis wartawan kese-hatan, akan kerap menjumpai tulisan-

tulisan populer beliau yang me-

nanggapi suatu fenomena atau peristi-

wa dengan sudut pandang medis. Tak

 jarang tulisan-tulisan tersebut menjadi

sumber rujukan para wartawan dalam

menulis berita di media. Atau hampir

setiap minggu ada saja wartawan yang

menghubunginya untuk menanyakan

berbagai hal penyakit khususnya topik

seputar penyakit dalam.

Selain itu, agar informasi

kesehatan ini sampai ke

masyarakat ia juga aktif 

meng update  artikel-arti-

kel kesehatan di dunia

maya. Tulisannya dapat di-

nikmati dalam blog priba-

dinya (http:/ / staff.blog.- 

ui.ac.id/ ari.fahrial/ ),

facebook (Ari Fahrial Syam) bahkan twiter

(DokterAri ). Belakangan,

beberapa artikelnya telah

dibukukan dengan tajuk

“Goresan di Tengah Kesi- 

bukan: Tetap Sehat Dalam

Berbagai Situasi Peduli 

Terhadap Kejadian Se- 

kitar” .

“Di tengah kesibukan ba-

gaimanapun, saya berupaya

selalu memberi pencerahan

tentang problem kesehatan

yang sedang terjadi di masyarakat. Hal

ini sesuai dengan moto hidupnya: pe-

duli terhadap kejadian sekitar,“ ujar-nya.

Hobi Memuluskan

Prestasi

Hobi dan karir tak selamanya harus

bertentangan. Hal ini dibuktikan oleh

dokter yang kini juga menjabat sebagai

pengajar di Fakultas Kedokteran Uni-

versitas Indonesia (FKUI) Jakarta ini.

Sebagai pengajar di sebuah institusi

pendidikan, Dr. Ari menyadari adanya

kebutuhan dalam memperkuat basic 

science dalam bidang yang digelutinya.

Memenuhi kebutuhan tersebut akhir-

nya juga bukan perkara rumit baginya.

Ia mengaku suka menggeluti bidang

penelitan, baik penelitian klinis mau-

pun eksperimental.

Sejak Januari 2009 lalu, ia mulai

melakukan penelitian laboratorium me-

ngenai patofisiologi molekuler perkem-

bangan lesi mukosa gaster tikus pada

hipoksia sistemik kronis. Alasan Ia me-

ngambil topik tak jauh dari latar bela-

kang yang Ia bidani di bidang penyakit

lambung dan pencernaan. “Saya ingin

mengetahui alasan/ lesi gangguan pa-

da lambung, sehingga saya mengeta-

hui secara patofisiologi bagaimana pro-

ses terjadinya luka pada ulkus hingga

proses penyembuhannya atau bagai-

mana sampai terjadinya regenerasi,”

ujarnya.

Dan untuk kepentingan tersebut, Dr.

Ari harus mendisain suatu organ hidup

yang dalam kesempatan tersebut

menggunakan tikus sebagai hewan co-

ba. Tikus yang digunakan adalah jenis

Sprague Dawley yang berumur 8 ming-

gu dan berat badan 150-250 gram. De-

ngan tinjauan ekpresi Hypoxia Induci- 

ble Factor-1α , Heat Shock Factor-1 dan

Heat Shock Protein, Ia mulai menga-

mati bagaimana pengaruh hipoksia pa-

da sistemik pada gaster dan beberapa

faktor molekuler penting yang terakti-

vasi akibat terjadinya hipoksia sistemik

tersebut.

Setelah kurang lebih dua tahun ber-

kutat meneliti tikus di laboratorium, pa-

da Desember 2010, penelitian terse-

but akhirnya menuai hasil. Di mana dia

menemukan bahwa hipoksia sistemik

memang menyebabkan terjadinya ul-

kus gaster dan jika berlangsung kronik

dapat menyebabkan epitelisasi. “Ini

sejalan dengan pola ekspresi yang

muncul dari HIF-1   α, HSF-1 dan

Hsp70,” ujarnya. Hasil penelitian ini

pula yang akhirnya mengukuhkan gelar

doktornya di bidang ilmu biomedik FKUI

pada 15 Juli 2011 lalu.

Ingin mengetahui dasar terjadinya

penyakit. Inilah alasan dasar Dr. Ari

melakukan penelitian eksperimental

ini. “Sebagai praktisi medis yang juga

mengajar, hal ini bagi saya penting, da-

lam kasus apapun saya ingin melihat

basic -nya apa, itu penting buat saya

Halo Internis   Edisi 19   September 2011

DR. Dr. H. Ari Fahrial Syam, SpPD, K-GEH, MMB, FINASIM, FACP

“Siapa BilangHobi Tak BisaSejalan dengan Karir”

Ketika o rang la in kera p meng alam i kerepot -

an ant ara menjalani hobi ata u memilih

a ktivita s ka rirnya . DR. Dr. H. Ari Fa hrial Sya m,

SpPD, KGEH, MMB, FINASIM, FACP, justru

merasa senang karena berkat hobinya, segala

pencapa iannya di bidang kedokteran dapa t

mulus teraih.

DR. Dr. H. Ari Fahrial Syam, SpPD, K-GEH, MMB, FINASIM, FACP bersama kel uarga

   F   O   T   O  -   F   O   T   O  :   D   O   K .

   P   A   P   D   I

7/17/2019 Halo Internis Edisi 19; Harmonisasi ASEAN Di Bidang Kesehatan_8

http://slidepdf.com/reader/full/halo-internis-edisi-19-harmonisasi-asean-di-bidang-kesehatan8 13/20

tidak ada waktu saya jelaskan lagi

tidak ada waktu,” terangnya.

Selain aktif menulis buku, Ia tetap

menyempatkan diri membaca koran

setiap hari di sela waktu senggangnya.

“Itu untuk mengasah kepekaan saya

terhadap lingkungan tentunya sesuai

kapasitas kemampuan, keilmuan dan

bidang saya,” ujarnya.Mengenai gelar yang didapatnya, di-

akui Dr . Ari tak lepas dari keaktifannya

dalam keanggotaan organisasi medis

internasional seperti Indonesian of 

Internal Medicine dan America College 

of Medicine . Gelar MMB juga Ia dapat

dari University of Queensland , Aus-

tralia.

Dengan sekian jadwalnya yang

sibuk, Dr. Ari tetap tak pernah mele-

watkan waktu memberikan makan ikan

koi yang dipeliharanya di rumah sela-

ma 10-15 menit setiap hari. Ini juga

salah satu hobi lainnya. (HI)

13SOSOK

agar kalau berbicara sesuatu tidak asal

bicara,” ungkap dokter yang saat ini

 juga menjabat sebagai Wakil Ketua I

PAPDI J aya ini dan juga Ketua Perhim-

punan Gastroenterologi Indonesia (PGI)

cabang Jakarta.

Besarnya PeranKeluarga

Penelitian eksperimental berbasis

laboratorium, bukanlah tergolong pene-

litian yang murah. Hal ini juga diakui

oleh Dr. Ari. Namun dia mengaku ada-

nya beasiswa serta bantuan berbagai

pihak sangat membantu progress pe-

nelitiannya. Meski sebagian dia terpak-

sa harus merogoh kocek pribadinya.

Selain itu, dukungan pihak keluarga

diakuinya sangat besar dalam mewu-

 judkan segala prestasi termasuk me-

nyelesaikan penelitian doktoralnya ter-

sebut. Sang isteri yang juga seorang

dokter gigi, serta anak pertama yangkini juga tengah menjalani pendidikan

akademiknya di Fakultas Kedokteran,

banyak berperan sebagai “editor” yang

banyak mengoreksi kesalahan ataupun

kata-kata yang kurang tepat. “Dukung-

an mereka terutama sangat besar da-

lam tiga bulan terakhir, anak-anak yang

lain juga maklum kalau dalam masa itu

sangat sibuk sehingga waktu untuk

mereka berkurang,” katanya.

Di Balik Gelar PanjangMembaca nama sang dokter, akan

terlihat berderet panjang gelar baik

tertera di depan atau di belakang na-manya. Tak hanya dokter yang sudah

menjadi doktor, tapi berderet-deret ge-

lar seperti KGEH (Konsultan Gastroen-

terologi Hepatologi), MMB (Master of 

Molecular Biology), FINASIM (Fellow of 

Indonesian of Internal Medicine ), hing-

ga FACP (Fellow of American College of Physician). Tak terbayang bagaimana

dia mengatur waktu dan aktivitas untuk

mendapatkan segala hal itu.

Padahal jadwalnya juga padat de-

ngan berbagai aktivitas mengajar, prak-

tisi medis, menjadi pembicara, aktif di

organisasi hingga menyempatkan wak-

tu berdiskusi rutin dengan wartawan

media kesehatan di milis. Bahkan dia

mengaku masih sempat mengantar

anak-anaknya ke sekolah setiap pagi,

serta tak pernah melewatkan waktu

untuk selalu berkumpul dengan keluar-

ga di hari Minggu.

“Waktunya di atur-aturlah, kalau

untuk jadwal mengajar dan pembimbin-gan relatif sudah tetap, kalau untuk

masalah menjadi pembicara baik untuk

awam ataupun di kalangan profesi,

kalau sedang ada jadwal kosong saya

pasti mau, tapi kalau memang lagi

Menghadapi Global ASEAN, di mana masyarakat Indonesia tak bisa

membendung masuknya barang ataupun tenaga asing ke tanah air,

termasuk tenaga medis asing, Dr Ari mengatakan, dokter-dokter

Indonesia harus bersiap menghadapi kondisi apapun. Tenaga dokter

Indonesia menurutnya harus mampu bekerja seprofesional mungkin sehing-

ga dapat menjadi tuan di rumah sendiri. “Dengan begitu, masyarakat bisa

lebih mempercayai kita dan akhirnya memilih kita, sebaliknya jika kita tidak

professional ya mereka akan memilih dokter asing,” ungkapnya. tapi di sisi

lain, Dr Ari juga berharap masyarakat bisa lebih logis dalam membuat peni-

laian, terutama ketika melihat adanya dokter-dokter tanah air yang baik

sehingga tak harus selalu ke luar negeri. Apalagi pengobatan di luar negeri

pasti berhubungan dengan pembiayaan yang tidak murah. Selain itu menu-

rut Dr Ari, pelayanan luar negeri juga tak selalu berhubungan dengan

pelayanan yang baik. “Kalau bisa dibayar lebih rendah dan baik kenapa

harus mahal,” tuturnya.

Halo Internis   Edisi 19   September 2011

Dokter Indonesia HarusSiap Kondisi Apapun

DR. Dr. H. Ari Fahrial Syam, SpPD, K-GEH, MM B, FINASIM, dan ist ri

7/17/2019 Halo Internis Edisi 19; Harmonisasi ASEAN Di Bidang Kesehatan_8

http://slidepdf.com/reader/full/halo-internis-edisi-19-harmonisasi-asean-di-bidang-kesehatan8 14/20

14 BIL IK PAPDIHalo Internis   Edisi 19   September 2011

Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo

tak henti-hentinya mengembang-

kan fasilitas dan sarana medis

untuk memberikan layanan kese-

hatan nan prima. Beberapa unit pela-

yanan kesehatan telah menjadi rujukan

nasional dan terstandar international.

Pelayanan Jantung Terpadu (PJT) RSCM

misalnya. Unit ini dengan mengusung

konsep one stop service menawarkan

pelayanan kesehatan secara paripurna.Seperti di ketahui penyakit jantung

tak berdiri sendiri. Penyakit yang menja-

di pembunuh nomor satu di dunia ini se-

lalu disertai penyakit lain, seperti hi-

pertensi, diabetes dan gangguan vasku-

lar lainnya. Untuk itu PJT RSCM hadir

bukan sekadar tatalaksana jantung se-

mata, tapi juga pengobatan penyakit

yang terkait dengan jantung. ”Tak hanya

 jantung saja yang ditangani, tapi penya-

kit penyertanya juga,” ujar Dr. Dono An-

tono SpPD, K-KV, FINASIM, salah satu

staf ahli jantung PJT RSCM.

Dengan begitu, PJT RSCM selain di-

perkuat ahli jantung, juga oleh ahli-ahlidari berbagai disiplin ilmu kedokteran.

Hal ini tentu memberi kemudahan bagi

pasien. Keluarga pasien tidak perlu re-

pot membawa si sakit pindah dari satu

rumah sakit ke rumah sakit lain. “Se-

mua alat dan dokter ahlinya kami sedia-

kan di sini. Dalam pemeriksaan pasien

tak perlu pergi kemana-mana. Begitu

pula dengan dokternya, tak perlu meru-

 juk ke tempat lain,” kata Dr. Dono keti-

ka ditemui di ruang praktiknya.

Hal senada diakui oleh Kepala Unit

Pelayanan Jantung Terpadu RSCM, Dr.

 Yusuf Rahmat, SpBTKV, Mars. Ia menga-

takan PJT RSCM ini memberi layanan

komprehensif dalam satu atap. Untuk

itu, kata Dr. Yusuf, managemen berupa-

ya menghadirkan dokter-dokter ahli dari

masing-masing disiplin ilmu kedokteran

beserta berbagai fasilitas dan sarana

alat kesehatan yang mendukung aktivi-

tas pelayanan kesehatan. “Pasien jan-

tung tak perlu lagi dirujuk ke luar

RSCM,” ujar Dr. Yusuf

Malah yang terjadi sebaliknya. PJT

RSCM, kata Dr. Dono, menjadi tempat

rujukan pasien jantung dari berbagai ru-

mah sakit di Indonesia. Bahkan untuk

beberapa kasus berat, pusat-pusat jan-

tung di Indonesia merujuk ke PJT RSCM

untuk kasus jantung dengan penyakit

penyerta lain, seperti penyakit jantung

dengan kelainan ginjal, usus, hati dan

penyakit penyerta lain di bidang penya-

kit dalam maupun non penyakit dalam:

kebidanan, syaraf, bedah dan lain-lain.

Kasus penyakit arteri perifer misal-

nya, Dr. Dono mencontohkan. Beberapa

dokter kerap salah diagnosis. Tak sedi-

kit, pasien dengan kasus ini akhirnya ti-

dak dikonsul. Padahal, pasien penyakit

ini mengalami nyeri pada kaki yang bia-

sa dianggap reumatik. Padahal, sebe-

narnya manifestasi dari critical limb is- 

chemia. Beberapa diantaranya sampai

mengalami pembusukan semisal di je-

mari tangan dan kakinya yang kemudian

terpaksa diamputasi. “Pasien seperti

itu terlambat dirujuk. Kami akan meme-

riksanya dengan CT angiografi dan arte-

riografi, setelah mengetahui posisi pe-

nyumbatan, biasanya kami lakukan

pembalonan dan pemasangan stent di

pembuluh yang tersumbat sehingga da-

rah bisa mengalir kembali dengan lan-

car. Ini akan mempercepat penyembuh-an dan tidak mesti diamputasi. Untuk

memperbaiki jaringan, kami telah mela-

kukan stem cell  sejak beberapa tahun

lalu,” ungkapnya.

Layanan Jantung danPembuluh DarahKomprehensif

Komitmen PJT RSCM untuk memberi-

kan tatalaksana terbaik bagi pasiennya

tak perlu diragukan. Saat ini, PJ T RSCM

memberikan layanan kesehatan berupa:

konsultasi dokter ahli, pemeriksaan jan-

tung diagnostik non invasif dan invasif,

pemeriksaan dan pengobatan jantung

dengan menggunakan tindakan inter-

vensi maupun pembedahan jantung,

dan perawat jantung. Sedangkan untuk

perawatan pasien jantung telah tersedia

layanan inap jantung, rawat inap inter- 

mediate  (IW), Cardiac Intensive Care 

Unit (CICU), dan One Day Care (ODC).

Unit Pe laya na n Ja nt ung Terpa du (PJT) RSCMmena w arkan pelayan an ya ng lebih terpad u. TakHanya Ja ntung , tapi semua kasus yang terkaitdenga nnya ser ta denga n sega la pendukungnya .

Dr. Dono Antono, SpPD, K-KV, FINASIM

One Stop ServicePenyakit Jantung

Tim dokter PJT RSCM

Gedung CM U t empat pelayan PJT RSCM

   F   O   T   O  -   F   O   T   O

  :   D   O   K .   P   J   T   R   S   C   M

Tindakan PTA pada kasus perifer arteri

Sebelum PTA

Pasca PTA

Lima bulan kemudian

7/17/2019 Halo Internis Edisi 19; Harmonisasi ASEAN Di Bidang Kesehatan_8

http://slidepdf.com/reader/full/halo-internis-edisi-19-harmonisasi-asean-di-bidang-kesehatan8 15/20

15BIL IK PAPDIHalo Internis   Edisi 19   September 2011

fasilitas poliklinik.

Kinerja yang baik menghantarkan PJT

 juga sukses meraih pengakuan ISO

9001 pada tahun 2008. Untuk lebih

mendekatkan diri kepada masyarakat,

PJT mulai gencar berbagi informasi se-

putar kesehatan jantung kepada khala-

yak awam lewat media maupun talk- 

show untuk khalayak. Ini untuk menge-dukasi masyarakat agar memahami

pentingnya menjaga kesehatan jantung

dan bagaimana pengobatan jantung

yang benar. Dengan begitu masyarakat

tidak salah memilih tempat layanan jan-

tung yang paripurna.

(HI)

Semua layanan di atas diperuntukan

bagi pasien dewasa dan anak. Tapi, ka-

sus jantung pada anak-anak berbeda de-

ngan orang dewasa. Pada pasien jan-

tung anak, PJT RSCM memberi layananberupa tindakan diagnostik invasif de-

ngan kateter jantung anak. Selain itu ju-

ga melakukan diagnostik intervensi

yang meliputi: penutupan VSD, ASD,

PDA, PFO transkateter, perobekan sekat

serambi (BAS), pelebaran katup pembu-

luh darah, dan pemasangan alat pacu

 jantung. Sedangkan pada pasien dewa-

sa, PJT RSCM menyediakan layanan tin-

dakan diagnostik invasif meliputi: coro- 

ner angiography dan angiography peri- 

fer . Di samping itu, PJT RSCM memberi

layanan tindakan intervensi, seperti :

Percutaneous Transcateter Angioplasty 

(PTCA), primary PCI, PTCA stent , dan

Balloon Mitral valvulopasty  (BMV),Percutaneous Transluminal Angioplasty 

(PTA), Temporary Pace Maker  (TPM),

Permanent Pace Maker (PPM), Implant- 

able Cardioverter defibrilation, (ICD) dan

Cardiac Resyncronize Therapy (CRT).

Sebagian besar layanan jantung di

atas telah sukses dilakukan dan mem-

beri perbaikan hidup pasien yang signi-

fikan. Unit ini tercatat dalam satu tahun

menerima kasus dengan tindakan kate-

terisasi dan pemasangan stent lebih da-

ri 1000 pasien dari berbagai kalangan

masyarakat.

Raih ISO 9001

Menjadi bagian rumah sakit rujukan

nasional RSCM, PJT RSCM tak dapat

berjalan sendiri. Meski dilengkapi alat-

alat diagnostik yang canggih serta fasil-

itas kesehatan nan mahal, PJT RSCM

diperuntukan untuk semua lapisan

masyarakat. Seperti diketahui, masalah

utama pasien jantung adalah soal biaya

yang seringkali membutuhkan dana tak

sedikit. Hal ini akan menambah berat

bagi lapisan masyarakat dengan tingkat

ekonomi rendah. Namun Dr. Dono me-

negaskan PJT RSCM menerima semua

 jenis pembiayaan baik dari asuransi

swasta ataupun pemerintah. Bahkan

pembiayaan dengan jaminan seperti Jamkesmas dan Jamkesda hingga pem-

biayaan melalui SKTM (Surat Keterang-

an Tidak Mampu) juga diterima.

Meski menerima pasien tidak mam-

pu, namun kesan layanan kesehatan

“murahan” tak tampak disini. Seluruh

ruangan di kelas manapun termasuk

ekonomi didesain secara nyaman. Unit

ini juga menyediakan ruang perawatan

VIP dan VVIP bagi mereka yang meng-

inginkan layanan kelas satu.

Sejak diresmikan oleh Dirjen Yanmed

Departemen kesehatan, September

2003 lalu, PJT RSCM terus melakukan

pengembangan. Awalnya, PJT RSCM ha-

nya memiliki 5 ruang poliklinik, 7 bed

ruang rawat, 3 bed CICU, 1 ruang kate-

terisasi laboratorium. Pada akhir tahun

2006 dilaksanakan renovasi dan pe-

ngembangan fasilitas PJT-RSCM, menja-di 18 bed ruang rawat, 10 bed CICU, 1

ruang kateterisasi laboratorium, 1 ruang

operasi. Akhir tahun 2008, unit ini me-

ngalami penambahan kamar operasi se-

hingga saat ini PJT-RSCM memiliki 2 ka-

mar operasi dan 7 bed CICU. Dan di

awal tahun 2009 PJT-RSCM menambah

PAPDI Store menyediakan pernak-pernik denganberlogokan PAPDI.Merchandise  ini untuk mensosia-lisasikan logo PAPDI sebagai suatu merek yang telahdipatenkan,di kalangan sejawat,terutama internis.Dengan begitu semoga PAPDI lebih dekat lagi di hatianggotanya.

Untuk pemesanan

Hubungi (021) 2300818

PAPDIMerchandise

Cath Lab PJT RSCM

7/17/2019 Halo Internis Edisi 19; Harmonisasi ASEAN Di Bidang Kesehatan_8

http://slidepdf.com/reader/full/halo-internis-edisi-19-harmonisasi-asean-di-bidang-kesehatan8 16/20

16 Halo Internis   Edisi 19   September 2011 KABAR PAPDI

Pengurus Besar Perhimpunan Dokter

Spesialis Penyakit Dalam Indonesia

(PB PAPDI) menggelar Konferensi

Kerja (KONKER) XII di Hotel Planet

Holiday, Batam, 8 – 11 Juni 2011 lalu.

Konker kali ini diikuti sekitar 600 orang

peserta dari seluruh Indonesia sebagai

utusan cabang maupun peserta perte-

muan ilmiah. Acara didahului dengan ra-

pat organisasi selama dua hari kemudi-an dilanjutkan dengan simposium ilmiah.

Konferensi Kerja PB PAPDI merupa-

kan agenda rutin yang dilaksanakan di

antara Kongres PAPDI. Kegiatan yang di-

laksanakan per tiga tahun ini dilakukan

dalam rangka meningkatkan peran or-

ganisasi dalam menghadapi berbagai

tantangan yang terjadi selama ini, serta

untuk mengevaluasi program dan kegiat-

an yang telah dilakukan sebelumnya.

Sidang organisasi dibuka oleh Ketua

Umum PB PAPDI, DR. Dr. Aru W Sudoyo,

SpPD, K-HOM, FINASIM, FACP yang di-

lanjutkan dengan pemaparan laporan

kegiatan yang telah dijalankan selama

dua tahun. Sidang Pleno I dipimpin oleh

Sekretaris Jenderal PB PAPDI, Dr. Chai-

rul Radjab Nasution, SpPD, K-GEH,

M.Kes, FINASIM, FACP. Pada KONKER

ini disepakati dibentuk lima komisi yang

terdiri dari utusan dari setiap PAPDI ca-

bang dan pengurus besar PAPDI.

Sidang Komisi KONKERXII, PB PAPDI, Batam,

• Komisi 1 : Organisasi dan Advokasi

• Komisi 2 : Humas, Publikasi dan

Media serta Kemitraan termasuk

kebijakan organisasi

• Komisi 3 : Pengembangan Profesi,

CPD/ P2KB,FELLOW dan EIMED

• Komisi 4 : Bidang Sp 1 (KIPD)

• Komisi 5 : Bidang Sp 2 (KIPD)

Di sela-sela sidang organisasi, PB

PAPDI berkesempatan mengadakan

konferensi pers yang dihadiri oleh me-

dia cetak dan elektronik di kota Batam.

Konferensi press ini dilaksanakan pa-

da 8 Juni 2011 dan hadir sebagai nara-

sumber adalah Ketua Umum PB PAPDI,

Sekretaris J enderal PB PAPDI, Wakil

Sekretaris Jenderal PB PAPDI, Dr. Sally

A Nasution, SpPD,K-KV,FINASIM, Ketua

PAPDI Cabang Batam, Dr. Soritua Sa-

rumpaet, SpPD dan Ketua Panitia Pe-

laksanan KONKER XII. Dr. Dindin Har-

diono Hadim, SpPD.

Di samping pertemuan organisasi,

dalam rangkaian Konferensi Kerja

PAPDI juga dilaksanakan pertemuan

ilmiah yang berisi simposium tentang

perkembangan penyakit. Di antaranya

penyakit tekanan darah tinggi, jantung,

kencing manis, infeksi dan workshop 

rekam jantung (EKG) serta terapi

insulin. Kegiatan simposium dan work- 

shop  ini dibuka oleh Walikota Batam

Drs. Ahmad Dahlan dan dihadiri olehDinas Pariwisata Batam, IDI kota

Batam dan beberapa unsur pemerin-

tahan kota Batam lainnya.

Dalam sambutannya Dahlan mengu-

capkan terimakasih atas terpilihnya

Batam sebagai tempat pelaksanaan

KONKER PAPDI XII. Ia pun memaparkan

kondisi sistem kesehatan di sana. Me-

nurutnya laju pertumbuhan penduduk

Batam sangat tinggi. Dengan demikian

masalah kesehatan pun kompleks.

“Namun sayangnya, tenaga kesehatan

khususnya dokter spesialis sangat ku-

rang,” katanya.

Salah satu langkah pemerintah Kota

Batam, kata Dahlan, yakni baru disah-

kannya Peraturan Daerah (Perda) ter-

kait tunjangan dokter spesialis. “Mu-

dah-mudahan peraturan ini bisa mem-

buat dokter spesialis nyaman di Batam

dan bisa mengabdikan dirinya untuk

masyarakat,” paparnya.

Dahlan menambahkan, salah satu

tantangan tenaga kesehatan di Batam

yakni banyaknya masyarakat yang ber-

obat ke luar negeri. Wilayah tujuan un-

tuk pengobatan yakni, Singapura, Pe-

nang, Malaka dan Johor. “Kita akui ka-

rena pemerintah daerah kurang mem-

berikan fasilitas yang lengkap di rumah

sakit di Batam,” akunyan.

Melalui konferensi ini, ungkap Da-

han, diharapkan peserta yang merupa-

kan para dokter spesialis mampu

menghasilkan sesuatu yang berguna

bagi masyarakat. Dahlan secara priba-

di mengungkapkan rasa terima kasih

bagi para dokter yang telah mengabdi

di Batam. “Semoga dari konfrensi ini

bisa mendapatkan hasil yang terbaik

untuk sumbangsih bagi bangsa dan

negara,” ujarnya dipenghujung sam-

butan. (HI)

Konferensi Kerja (KONKER) XIIPengurus BesarPerhimpunan Dokter SpesialisPenyakit Dalam Indonesia

   D   O   K .

   P   A   P   D   I

   D   O   K .

   P   A   P   D   I

   D   O   K .

   P   A   P   D   I

   D   O   K .

   P   A   P   D   I

   D   O   K .

   P   A   P   D   I

Foto bersama peserta KONKER XII PB PAPDI

Para Pimpinan Sidang pada KONKER XII PB PAPDI

Konferensi Pers KONKER XII PB PAPDI

Pembukaan simposium dan workshop olehwalikota Bat am, Drs. Ahmad Dahlan

7/17/2019 Halo Internis Edisi 19; Harmonisasi ASEAN Di Bidang Kesehatan_8

http://slidepdf.com/reader/full/halo-internis-edisi-19-harmonisasi-asean-di-bidang-kesehatan8 17/20

17KABAR CABANGHalo Internis   Edisi 19   September 2011

Setelah sukses menggelar simpo-

sium nasional pertama pada No-

vember 2010 lalu, untuk kali kedua

PAPDI Cabang Purwokerto kembali

menyelenggarakan Workshop EKG dan

Pada 6-8 Mei 2011, bertempat di IPB

International Convention Center,

Botani square Bogor, PAPDI Cabang

bogor mengadakan workshopdan som-

posium bertema “Bogor update in inter-

nal medicine”. Meski baru pertama kali

digelar, kegiatan ternyata sukses dan di-

ikuti 565 peserta dari dokter umum

maupun spesialis.

 Tak hanya menfokuskan pada dokter-

dokter di wilayah Bogor, Depok, Sukabu-

mi, dan Cianjur, kegiatan juga diikuti

oleh dokter dari wilayah lain seperti Ja-

karta dan Bekasi. Workshop membahas

dua topik utama mengenai intensifikasi

terapi insulin dan optimalisasi manaje-men terapi DM Tipe II dengan oral anti

diabetik.

Simposium diawali plenary lecture 

oleh prof DR. Dr. Samsurizal D., SpPD,

KAI, tentang update in HIV Manage- 

ment , dan membahas 29 topik dari ber-

bagai bidang dalam ilmu penyakit da-

lam. Berbagai narasumber dari seluruh

Indonesia dihadirkan dan sebagian me-

rupakan pembicara nasional dari Jakar-

ta, Surabaya, Malang, Padang dan Bo-

gor.

“Kegiatan ini merupakan media bagi

peningkatan ilmu dan profesionalitas

anggota PAPDI dan dokter umum dalam

bidang penyakit dalam, sekaligus seba-

gai media aktualisasi, interaksi dengan

sejawat dokter umum dan dokter spe-

sialis lain dan eksistensi PAPDI Cabang

Bogor,” kata Ketua PAPDI Cabang Bo-

gor, Dr. Taolin Agustinus, SpPD, FINA-

SIM. Rencananya kegiatan semacam ini

akan dilaksanakan secara berkesinam-

bungan setiap tahun dan menjadi agen-

da utama PAPDI cabang bogor.Untuk mengetahui respon peserta,

panitia mengadakan evaluasi. Dan hasil-

nya menunjukkan 99 %peserta menilai

topik yang disajikan ataupun narasum-

ber cukup dan baik. Topik yang paling

diminati berturut-turut adalah: hiperten-

si (21%), DM (18%,), infeksi-tifoid(16%),

hepatitis (7%), gastroenterologi (7%),

serta berbagai topik yaitu reumatik,

lipid, Kardiovascular, ISK, CAP, dan

CAM.

Sekilas PAPDICabang Bogor

PAPDI Cabang Bogor didirikan pada

2003 atas izin PB PAPDI sesuai amanat

Kongres PAPDI. Cabang ini menjadi sa-

lah satu perintis berdirinya cabang-ca-

bang PAPDI di kota dan kabupaten di In-

donesia. Hingga kini PAPDI Cab. Bogor

telah melalui tiga kepengurusan yang

pertama kali diawali kepemimpinan Dr.

H.M. Sedijono, SpPD, FINASIM yang se-hari-hari bekerja di RS Karya Bhakti Bo-

gor. Kini kepemimpinan cabang ini dike-

tuai Dr. Taolin Agustinus, SpPD, yang ter-

pilih pada 27 Juni 2010.

Pada awal berdiri, PAPDI Cabang

Bogor berangotakan 11 orang dokter

spesialis yang bekerja diwilayah Bogor.

Saat ini PAPDI Cabang Bogor memiliki

27 orang anggota.

Melalui Rapat kerja yang digelar pada

Desember 2010, beberapa agenda ke-

giatan tahunan disusun termasuk agen-

da utama kegiatan simposium danwork- 

shop regional dan RTD setiap bulan. Se-

mua kegiatan tersebut akan membahas

topik-topik serta kasus-kasus aktual da-

lam praktek sehari-hari, serta berbagai

perkembangan terbaru dalam bidang il-

mu penyakit dalam. “Kami akan meng-

undang narasumber yang kompeten di-

bidangnya dan mendapat bobot akredi-

tasi dari IDI dalam setiap kegiatan ini,”

ujar Dr. Taolin.

Sebagai ketua terpilih, Dr. Taolin ber-

harap seluruh anggota dapat berpartisi-

pasi aktif dalam semua kegiatan yang

sudah direncanakan serta mengikuti

perkembangan organisasi PAPDI dan

perkembangan/kemajuan ilmu penyakit

Dalam. “Kami ingin semua anggota me-

miliki kompetensi keilmuan sesuai yang

diharapkan dan aktif dalam memikirkan

dan mengembangkan organisasi PAPDI

di wilayah Bogor,” ungkapnya.

Untuk lebih meningkatkan peran so-sial bagi masyarakat, khususnya di wi-

layah Bogor, dalam waktu dekat PAPDI

Cabang bogor akan mendirikan yayas-

an bantuan sosial bagi masyarakat

yang membutuhkan. Rencananya, ya-

yasan tersebut akan mengalokasikan

kegiatan dan bantuan medis bagi pa-

sien atau masyarakat yang mengalami

masalah atau bencana yang besaran

dan lokasinya akan ditetntukan sesuai

kebutuhan dan kemampuan PAPDI

Cabang Bogor. (HI)

simposium nasional dengan tema

“Cardiometabolic Syndrome Update” .

Acara workshop  yang juga dalam rang-

kaian peringatan Dies Natalis ke 4

FKIK Universitas Jenderal Soedirman

Purwokerto ini, dibatasi hanya 50

orang. Sedangkan peserta simposium

nasional sekitar 150 orang yang terdiri

dari anggota PAPDI Cabang Purwo-

kerto, dokter umum dan tenaga medis

dari beberapa kota di sekitar Kabu-

paten Banyumas.

Kegiatan ini diselenggarakan pada

16-17 Juli 2011 di Aula Pringgondani,

Paviliun Abiyasa dan Pusat Geriatri

RSUD Prof. dr. Margono Soekarjo Pur-

wokerto. Beberapa pembicara

berasal tidak hanya dari wilayah

 Jawa Tengah tapi juga Yogya-

karta. Di antara para narasum-

ber tersebut adalah Prof. Dr.

Bambang Irawan, SpPD, K-KV,

Sp.JP(K) dari FK UGM/RSU dr.

Sardjito Yogyakarta, Dr. Tony

Suhartono, SpPD, K-EMD dari

FK UNDIP/ RSUP dr. Karyadi Se-

marang, Dr. R. Bowo Pramono,

SpPD, K-EMD dari FK UGM/ RSU

dr. Sardjito Yogyakarta, Dr.

Bambang Poernomo, SpPD, Dr.

Pugud Samodro, SpPD, dan Dr.

Aditiawarman, SpPD, yang keti-

ganya dari FKIK UNSOED/RSUD

Margono Soekarjo Purwokerto.

“Kami mengadakan acara ini

dengan tujuan agar dapat mening-

katkan kemampuan dan ketrampilan

para praktisi medis dalam menangani

pasien dengan keluhan yang mengarah

pada penyakit jantung,” papar ketua

PAPDI Cabang Purwokerto, Dr. I Gede

Arinton, SpPD, K-GEH, FINASIM. Sejak

dibuka pada tahun 2005, PAPDI Ca-

bang Purwokerto saat ini sudah ber-

anggotakan 26 dokter.

(HI)

PAPDI Cabang PurwokertoCardiometabolicSyndrome Update

PAPDI Cabang Bogor

Gelar Bogor Updatein Internal Medicine

   D   O   K .

   P   A   P   D   I

   D   O   K .

   P   A   P   D   I

   D   O   K

 .   P   A   P   D   I

   D   O   K .

   P   A   P   D   I

Pembicara Bogor update in internal medicine 

Para pembicara Cardiometabolic Syndrome Update 

Pembicara Cardiometabolic Syndrome Update 

Foto bersama panitia Bogor update in internal medicine 

7/17/2019 Halo Internis Edisi 19; Harmonisasi ASEAN Di Bidang Kesehatan_8

http://slidepdf.com/reader/full/halo-internis-edisi-19-harmonisasi-asean-di-bidang-kesehatan8 18/20

18 KABAR CABANG

Setelah di Yogyakarta

April 2011 lalu, kembali

Pengurus Besar Per-

himpunan Dokter Spesialis

Penyakit Dalam (PB PAPDI)

mengadakan roadshow 

lipid dan hipertensi. Kali ini

roadshow diselenggarakan

bekerjasama dengan PAPDI

cabang Jakarta, di Hotel

swiss Bell, J akarta pada 17

September 2011 silam.

Acara ini merupakan rang-

kaian program PB PAPDI

yang masih akan berlang-

sung dibeberapa cabang

PAPDI selama tahun ini.

Seminar dan lokakarya

sehari ini mengusung tema

“Comprehensive Manage- 

ment of Lipid disorders and 

Hypertension in Daily 

Practice 2011”. Seminar ilmiah ini

diawali dengan kata sambutan oleh

Ketua Umum PB PAPDI DR. Dr. Aru W.

Sudoyo, SpPD, K-HOM, FINASIM, FACP

dan Ketua PAPDI Cabang Jakarta

DR.Dr. Idrus Alwi, SpPD, K-KV,

FINASIM, FACC, FESC, FAPSIC.

Kemudian tampil sebagai pembicara

pertama Dr.Dono Antono, SpPD, K-KV,

FINASIM dengan memaparkan tema

tentang “Interpretasi EKG pada Praktek

sehari-hari”. Dr. Dono mempresentasi-

kan dengan gamblang dan atraktif sam-

bil menyambangi beberapa peserta se-

minar.

Pada sessi kedua, podium diisi DR.

Dr. Aru W. Sudoyo, SpPD, K-HOM,

FINASIM, FACP yang mengulas tentang

“Management of Thrombosis in Daily 

Practice ”. Paparan Dr. Aru yang sis-

tematis menarik perhatian 150 peser-

ta yang memenuhi ruang tersebut.

Sessi selanjutnya, peserta menyimak

presentasi yang bertema “Rationali- 

zation for Statin Long Term Treatment,

Focus on Atorvastatin” yang dibawakan

oleh DR. Dr. Imam Subekti, SpPD, K-

EMD, FINASIM. Hadir sebagai pembica-

ra penutup Dr. Ika Prasetya Wijaya,

SpPD, K-KV, FINASIM dengan tema

“Role of NHDP CCB in Cardio and Re- 

nal Protection”.

Sessi ilmiah di tutup dengan diskusi

yang menghadirkan para pembicara de-

ngan DR. Idrus sebagai moderator. Pa-

da kesempatan ini, peserta sangat in-

teraktif dengan melempar berbagai per-

tanyaan kepada narasumber. Sebelum

acara berakhir, Dr. Idrus memamdu dis-

kusi suatu kasus yang telah disiapkan

panitia.

Menurut Dr. Idrus seminar ini di-

maksudkan untuk memberikan penye-

garan terhadap kasus lipid dan hi-

pertensi yang kian meningkat jumlah-

nya. Sejawat, baik dari dokter umum

maupun spesialis dapat mengenal le-

bih dalam kasus-kasus ini sehingga di-

harapkan dapat memberikan penata-

laksanaan yang terbaik buat pasien

dan mengurangi kekambuhan. “De-

ngan begitu dapat mengurangi angka

kesakitan dan kematian kasus cerebro-

vaskular,” ujarnya.

(HI)

Halo Internis   Edisi 19   September 2011

Sebagai perwujudan soliditas dan

tanggung jawab ilmiah PAPDI Cabang

Cirebon kembali menyelenggarakan

kegiatan ilmiah yang diberi tajuk “ 3rdCi-

rebon Symposium in Internal Medicine “

atau disingkat “3rdCSIM”. Event ilmiah

ke-3 kali yang diselenggarakan selama 2

hari yang terdiri dari kegiatan simposium

2 hari penuh dari berbagai divisi di bagi-an penyakit dalam dan aneka workshop 

setengah hari serta pameran farmasi.

Event kali ini diselenggarakan di Hotel

Grage Cirebon, 25-26 Juni 2011, dengan

menyuguhkan 10 sesi simposium dan 3

topik workshop yaitu EKG Dasar, Terapi

Insulin, dan Penatalaksanaan Hiper/Hi-

po Tiroid. Event yang diikuti oleh 297 pe-

serta simposium dan 73 peserta work-

shop, dari wilayah Cirebon dan sekitar-

nya (Brebes, Tegal hingga Tasikmalaya)

ini menghadirkan beragam topik yang di-

sampaikan oleh para pakar hingga guru

besar penyakit dalam dari Medan, Yogya-

karta, J akarta, Bandung dan Cirebon.

Sementara pameran farmasi diikutioleh 13 stand pameran farmasi. Diha-

rapkan kegiatan ini mampu semakin me-

ningkatkan kompetensi sejawat dokter

umum dan spesialis sesuai dengan te-

ma yang dipilih “Up Date in Internal Me- 

dicine for Optimizing Quality Service“ .

Ketua PAPDI Cabang Cirebon, Dr. De-

di Nuralamsyah, SpPD, FINASIM, menga-

takan CSIM ini merupakan program di-

laksanakan dua tahunan dan diharapkanmenjadi brandmark kegiatan ilmiah PAP-

DI Cabang Cirebon. Selain CSIM, PAPDI

cabang Cirebon juga mengadakan sim-

posium sehari untuk spesifik sub divisi

tertentu saja. Yang sudah berjalan ada-

lah sub divisi tropik infeksi tahun 2008

dan metabolik (diabetes) tahun 2010.

Sedang untuk masalah internal orga-

nisasi, Sekretaris PAPDI Cirebon, Dr. Wi-

zhar Syamsuri, SpPD, mengatakan seca-

ra rutin PAPDI Cabang Cirebon juga men-

gadakan RTD sekaligus rapat organisasi

dan setahun sekali mengadakan family 

gathering keluarga besar PAPDI Cabang

Cirebon sebagai media komunikasi, kon-

solidasi dan up grading internal anggotaPAPDI Cabang Cirebon. (HI)

PAPDI Cabang CirebonCirebon Symposiumin Internal Medicine

PAPDI Cabang Jakarta RayaRoadshow Lipid dan HipertensiComprehensive Management of Lipid disorders and Hypertensionin Daily Practice 2011

3rd Cirebon Symposium in Internal Medicine

   D   O   K .

   P   A   P   D   I

   D   O   K .

   P   A   P   D   I

   D   O   K .

   P   A   P   D   I

Para pembicara Seminar dan Lokakarya Sehari Dr. Dono Ant ono, SpPD, K-KV, FINASIM ; menyambangi peser t a seminar

DR. Dr. Aru W. Sudoyo, SpPD, K-HOM, FINASIM, FACP

7/17/2019 Halo Internis Edisi 19; Harmonisasi ASEAN Di Bidang Kesehatan_8

http://slidepdf.com/reader/full/halo-internis-edisi-19-harmonisasi-asean-di-bidang-kesehatan8 19/20

19PROFIL SEKRETARIAT

Bicara staff sekretariat Pengurus

Besar Perhimpunan Dokter Spe-

sialis Ilmu Penyakit Dalam (PB

PAPDI) saat ini tak lepas dari so-

sok Muhammad Muchtar. Pria berpe-

rawak tambun yang murah senyum ini

cukup popular di lingkungan penyakit

dalam. Apalagi dengan gaya dan karak-

ter khasnya, membuat ia mudah dike-

nali meski baru pertama bertemu.

 Ya, Muchtar, begitu biasa ia disapa,

adalah staff senior di sekretariat PB

PAPDI. Pria kelahiran 51 tahun lalu mu-

lai bergabung di lingkungan PAPDI se-

 jak 1998. Pada awalnya, PB PAPDI be-

lum memiliki tenaga sekretariat sendiridan masih memakai tenaga sekretariat

dari tata usaha penyakit dalam. Bah-

kan kantor sekretariat pun masih me-

makai ruang hibah Departemen Penya-

kit Dalam RSCM. Namun sejak awal

2011, sekretariat PB PAPDI telah terpi-

sah dari Gedung Departemen Ilmu Pe-

nyakit Dalam RSCM dan berkantor di

Gedung ICB Bumiputera, Cikini, Jakarta

Pusat.

Hingga kini, berbagai peran di PAPDI

telah ia lewati. Suami Endang Suswan-

tini ini mengaku banyak belajar dari so-

sok dokter di penyakit dalam, dianta-

ranya Prof. DR. Dr. Asman Boedi San-

tosa Ranakusuma, SpPD, K-EMD,

FINASIM. Guru Besar Ilmu Penyakit Da-

lam ini baginya bukan sekadar pimpin-

an tapi sebagai orang tua asuh. “Prof.

Asman bukan cuma atasan, namun se-

bagai bapak asuh. Beliau yang telah

mendidik dan menempa saya untuk bi-

sa bekerja, disiplin dan harus punya

prinsip yang kuat,” ujarnya.

Di samping itu, pria yang penga-

laman di bidang travel dan event organ- 

izer  ini berterima kasih kepada Prof.Dr. Slamet Suyono, SpPD, K-EMD, FI-

NASIM, Prof. DR. Dr. Sidartawan Soe-

gondo, SpPD, K-EMD, FINASIM, FACE

dan Prof. DR. Dr. Suhardjono, SpPD, K-

GH, FINASIM, Prof. DR. Dr. Samsuridjal

Djauzi, SpPD, K-AI, FINASIM dan Prof.

Dr. H. Aziz Rani, SpPD, K-GEH, FINASIM

dapat bergabung dan bekerja di sekre-

tariat PB PAPDI.

Sejak sekolah tingkat pertama

Muchtar telah dididik mandiri. Apalagi

sejak keluar STMP, kedua orang tua su-

dah tidak ada. Berbagai pengalaman

kerja telah ia lewati. Ia sempat bekerja

di pabrik tekstil selama dua tahun, lalu

terlibat di proyek kontraktor selamaenam bulan, dan pernah menjadi pe-

gawai honor di PU Tangerang selama

satu tahun. Kemudian, selama sembi-

lan tahun di perusahaan biro perjalan-

an dan event organizer Vaya Tour –

MICE. Karirnya cukup lama dijalani di

tata usaha Penyakit Dalam FKUI/ RSCM

selama 10 tahun. Dari 1998 berga-

bung di Sekretariat PB PAPDI sampai

sekarang.

 Tahun 1983, pria yang merupakan

satu dari sepuluh bersaudara ini, me-

nikahi Endang Suswantini di Jakarta.

Dari pernikahannya tersebut, Muchtar

dikaruniai delapan orang anak. Putra

pertama, Muhammad Syahrir Azizi, te-lah sukses menyelesaikan pendidikan

di bidang kedokteran di UNS – Surakar-

ta dan kini tengah menjalani Program

Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) di

Fakultas Kedokteran Universitas Indo-

nesia. Putra keduanya, Muhammad

Syahrur Azhari memilih profesi sebagai

wirastawan. Anak ketiga, Izzatinnisa

sedang menyelesaikan skripsi sarjana

gizi. Sementara yang lain: Nurunnisa

Muchtar, Aisyah Muthi’ah, Muhammad

Syaikhu Al-Farisi, Muhammad Salafi

Asy-Syiddiq dan Muhammad Syamsi Al-

Fathih, sedang menjalani masa pendi-

dikan di SMA, SMP dan SD.

Berbicara tentang organisasi tak bi-

sa lepas dari andil sebuah sekretariat

dan tim yang terlibat di dalamnya. Iba-rat sebuah pertunjukan mereka adalah

kru yang memberi support dari balik la-

yar sehingga pertunjukan berjalan se-

suai skenario. Begitu pula dengan PB

PAPDI, yang mendapat dukungan dari

tim sekretariat, seperti Muchtar.

Muchtar tak sendiri. Saat ini sekre-

tariat PB PAPDI saat ini telah memiliki

lima tenaga sekretariat tetap: Husni,

 Yunus, Oke Fitia, Ninda, dan memiliki

dua orang tenaga kontrak, Yunita dan

Indah. Masing-masing menjalankan tu-

gasnya di bagian sumber daya manusia

dan operasional, tata usaha, adminis-

trasi, accounting , teknologi informatika

dan data base , bagian umum, staff CME online dan staff khusus PIN PB

PAPDI.

Kepengurusan PB PAPDI periode se-

karang telah menerapkan tertib admi-

nistrasi. Tim staff sekretariat saat ini

merasa banyak perubahan, seperti sta-

tus karyawan dan pembagian tugas

yang jelas dan peningkatan kesejah-

teraan. Ke depan, diharapkan PB PAPDI

akan lebih baik lagi dalam menata or-

ganisasi maupun dalam mengembang-

kan disiplin ilmu kedokteran.

Bravo Sekretariat PB PAPDI. (HI)

Halo Internis   Edisi 19   September 2011

S E R E M O N I

Ada kejutan untuk DR. Dr. Aru W. Sudoyo, SpPD, KHOM, FINASIM, FACP.

Pada Jumat, 1 Juli 2011 Dr. Sally A. Nasution SpP, K-KV, FINASIM beserta

anggota dan staf PB PAPDI mengadakan syukuran dalam rangka Hari Ulang

 Tahun Ketua Umum PB PAPDI, yang ke – 60 yang tepat jatuh pada 29 Juni.

Perayaan sederhana ini ditandai dengan peniupan lilin yang kemudian pemo-

tongan tumpeng oleh DR. Aru. Acara berlangsung dengan suka cita penuh tawa.

Happy Birthday , semoga sukses selalu. (HI)

Happy BirthdayDr.AruHappy BirthdayDr.Aru

   D   O   K .   P   A   P   D   I

   D   O   K .   P   A   P   D   I

   D   O   K .   P   A   P   D   I

   D   O   K .   D   R .   A   R   U

   D   O   K .   P   A   P   D   I

Berupaya Memberikanyang Terbaik 

Muhammad Muchtar:

Berupaya Memberikanyang Terbaik 

Muhammad Muchtar

Muhammad Muchtar dan para st aff sekr etariat PB PAPDI di lobby k antor PB PAPDI

Pemotongan tumpeng oleh DR. Aru DR. Aru sedang meniup lilin Aru usia 1 tahun dengan kendaraan pertamanya

7/17/2019 Halo Internis Edisi 19; Harmonisasi ASEAN Di Bidang Kesehatan_8

http://slidepdf.com/reader/full/halo-internis-edisi-19-harmonisasi-asean-di-bidang-kesehatan8 20/20

20 ALBUM PAPDI

PAPDI Forum:

Ibadah Berkualitas SelamaPuasa Tanpa GangguanKesehatan

K

embali PB PAPDI mengadakan PAPDI Forum. Pada PAPDI FORUM kali ini

mengambil topick tentang “ Ibadah Berkualitas Selama Puasa Tanpa GangguanPenyakit”. Tujuannya tak lain adalah memberikan pengetahuan , pemahaman

serta kiat untuk mampu melaksanakan ibadah puasa dengan keterbatasan yang

dimiliki tanpa mengurangi nilai esensi ibadah itu sendiri. Hadir nara sumber pada

acara ini adalah pakar Diabetes Dr. Tri Juli Edi Tarigan SpPD, Konsultan Geriatri,

DR. Dr. Siti Setiati SpPD, K-Ger, FINASIM, MEpid, dan Konsultan Gastroenterologi,

DR. Dr. Ari Fahrial Syam, SpPD, K-GEH, FINASIM, MMB, FACP serta uraian hikmah

puasa Ramadhan untuk mencapai Ketaqwaan oleh Ustadz M Rubiul Yatim SE. SS

.MA serta skrining laboratorium pada penyandang penyakit yang akan menjalani

ibadah puasa dari PRODIA.

Melalui PAPDI Fo-

rum ini diharapkan

mampu terjadi inter-

aksi positif serta per-

ubahan cara pan-

dang dan bersikap

pada penyandang pe-nyakit tertentu agar

tetap memahami

dan mematuhi atur-

an selama berpuasa

agar penyakit yang

disandang tetap da-

pat terkendali de-

ngan baik dan diakhir

puasa dapat predikat

orang yang bertaqwa .

Karena dapat menyelesaikan ibadah puasa dengan baik. Dan informasi yang dida-

pat diharapkan dapat disebar luaskan kepada lingkungan terdekat agar memberi

manfaat seluas-luasnya.

Stand PAPDIdi PIT IPD 2011

Pada acara Petemuan Ilmiah Tahunan (PIT) 2011 Ilmu Penyakit Dalam,

Departemen Ilmu Penyakit Dalam RSCM/ FKUI, di Hotel Sahid, 21-24 Juli

2011, PB PAPDI kembali berpartisipasi dengan membuka stand di acara terse-

but. Stand PAPDI ini dimaksudkan untuk menjallin komunikasi anntara organi-

sasi dengan anggota PAPDI seluruh Indonesia. Lewat stand ini infomasi terbaru

dari pusat langsung dapatt diakses oleh anggotanya sekaligus mempermudah

anggota dan cabang mengurus kelengkapan administrasi.

Di samping itu, stand PAPDI juga menjual berbagai macam merchandise PAPDI

dan juga membagikan buku Standar Profesi PAPDI, serta informasi seputar

kegiatan PAPDI seperti. PIN ke-9 PAPDI di Makassar tahun 2011 dan KONKER di

Batam pada bulan Juni 2011. Beberapa jenis merchandise yang banyak diminati

CardioMetabolic Conference 2011:From Metabolic Syndrometo Cardiometabolic Risk 

T

ren permasalahan penyakit tidak menular kini semakin meningkat seiring den-

gan perkembangan zaman. Oleh karena itu, Kementrian Kesehatan perlu mela-kukan sosialisasi dan edukasi dengan lebih intens kepada para stakeholder ke-

sehatan terutama para dokter di berbagai tingkat pelayanan. Untuk itu, Perhim-

punan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) dan Perhimpunan Dokter

Spesialis Kardiovaskuler Indonesia (PERKI), bersama-sama mendukung Residual 

Risk Reduction Initiative (R3i) melaksanakan event CardioMetabolic Conference

2011 (CMC 2011) dengan tema “From Metabolic Syndrome to Cardiometabolic 

Risk” , pada 29 April – 1 Mei 2011 di Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta.

Pada cara pembukaan CardioMetabolic Conference 2011 kali ini, Ketua Umum

Pengurus Besar PAPDI diwakili oleh Dr. Ika Prasetya Wijaya, SpPD,K-KV,FINASIM

untuk memberikan kata sambutan pada pembukaan acara CMC 2011 kali ini. Ke-

giatan ini menghadirkan berbagai pembicara yang berasal dari PAPDI dan PERKI.

 Tercatat jumlah perserta yang hadir pada kegiatan CMC 2011 ini lebih dari 600

orang peserta yang berasal dari anggota PAPDI, anggota PERKI, PPDS, dokter

umum dan masyarakat awam.

Selain praktisi kedokteran, acara ini juga dihadiri sejumlah insan media. Pada

kesempatan ini, digelar konferensi pers dengan nara sumber Dr. Ika PrasetyaWijaya, SpPD,K-KV,FINASIM dari PB PAPDI, Dr. Anna Ulfah Rahajoe, SpJP(K), FIHA

dari PP PERKI dan Dr. Anwar Santoso, SpJP, FIHA dari Anggota R3i.

Pada kegiatan CMC 2011 ini, stand PAPDI kembali menjual berbagai macam

merchandise PAPDI dan juga membagikan buku Standar Profesi PAPDI, serta infor-

masi seputar kegiatan PAPDI.

PAPDI Forum

Kiat Menghadapi musimPancaroba dalamMengatasi Penyakit

Indonesia adalah negeri indah berhawa tropis yang terletak di daerah khatulisti-

wa. Dengan keunikan ini maka mengalami perubahan musim yang hanya 2 mu-

sim yaitu Kemarau dan Penghujan. Namun ada saat peralihan antara kemarau

dan hujan yang dikenal musim pancaroba. Musim Pancaroba ini adalah periode

dimana kondisi ketahanan serta adaptasi manusia terhadap lingkungan sangat

berperan terhadap penyakit baik yang disebabkan oleh vector maupun cuaca. Be-

berapa penyakit yang kerap mengancam padamusim pancaroba yaitu, Demam De-

ngue dan Demam Berdarah Dengue , ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Atas) , Dia-

re serta Asma Bronchiale. Sehingga perlu adanya pemahaman kepada masyarakat

awam khususnya juga tokoh masyarakat baik formal maupun informal menghadapi

musim Pancaroba ini.

Untuk itu, PAPDI Forum kali ini membahas antisipasi gangguan kesehatan pada

musim pancaroba. Hadir sebagai nara sumber yaitu: Dr. Widayat Djoko Santoso,

SpPD, K-PTI, FINASIM, DR. Dr. Ari Fahrial Syam, SpPD, K-GEH, FINASIM, MMB,

FACP, DR. Dr. Cleopas Martin Rumende, SpPD, K-P, FINASIM dan DR. Dr. Iris Reng-

ganis SpPD, K-AI, FINASIM. “Menjadi tugas kita bersama untuk nantinya ikut me-

nyumbangkan peran serta sumbangsih meningkatkan kualitas hidup, menurunkan

angka kematian, menurunkan angka kesakitan melalui tindakan nyata lewat pence-

Halo Internis   Edisi 19   September 2011

   D   O   K .

   P   A   P   D   I

   D   O   K .

   P   A   P   D   I

   D   O   K .

   P   A   P   D   I

   D   O   K .

   P   A   P   D   I