Upload
juliusdika
View
228
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
1
PPPEEENNNDDDAAAHHHUUULLLUUUAAANNN
Selama ini Indonesia dikenal sebagai negara yang mengalami
ketergantungan terhadap minyak bumi. Menurut data Automotive Diesel
Oil konsumsi bahan bakar minyak di Indonesia sejak tahun 1995 telah
melebihi produksi dalam negeri. Seperti diketahui bahwa jumlah pasokan
dan cadangan minyak bumi makin lama semakin berkurang, diperkirakan
dalam kurun waktu 10 – 15 tahun ke depan cadangan minyak bumi
Indonesia akan habis. Dengan melonjaknya harga minyak bumi dunia,
maka sudah saatnya kita harus mengurangi ketergantungan terhadap
minyak bumi dan mengembangkan sumber energi alternatif antara lain
yang berbahan baku campuran minyak jarak atau CPO (Crude Palm Oil)
dengan solar atau disebut bio-fuel. Penggunaan bio-fuel ini merupakan
solusi dalam menghadapi kelangkaan energi minyak bumi, di samping itu
bio-fuel juga ramah lingkungan, dapat diperbaharui, dapat terurai,
memiliki sifat pelumasan terhadap piston mesin, mampu mengeleminasi
emisi gas buang dan efek rumah kaca, serta kontinuitas ketersediaan
bahan baku terjamin.
Untuk percepatan penyediaan dan pemanfaatan bahan bakar nabati atau
biofuel, kebijakan tersebut diikuti dengan Instruksi Presiden No. 1 Tahun
2006 sehingga Departemen Pertanian memiliki program aksi dan terus
mengembangkan bahan tanaman yang dapat dimanfaatkan untuk bahan
bakar nabati tanpa mengganggu program pemantapan ketahanan
2
pangan nasional. Program ini juga sesuai dengan visi ke depan dalam
meningkatkan daya saing dan nilai tambah produk pertanian guna
meningkatkan kesejahteraan petani serta sejalan dengan program
Revitalisasi Pertanian, Perikanan dan Kehutanan, serta Proyek Clean
Development Mechanism (CDM, mekanisme pembangunan bersih) dalam
rangka Protokol Kyoto.
Berbagai sumber minyak nabati yang sangat berpotensi untuk dapat
dimanfaatkan sebagai bahan baku bio-fuel adalah kelapa sawit, kelapa
dan biji jarak pagar (Jatropha curcas L.). Pemanfaatan tanaman jarak
pagar sebagai bahan baku bio-fuel tidak mengganggu penyediaan
kebutuhan minyak makan nasional, kebutuhan industri oleokimia, dan
ekspor CPO, karena tidak termasuk sebagai minyak makan (edible oil).
Tanaman jarak pagar merupakan tanaman tahunan yang tahan
kekeringan dan dapat beradaptasi dengan lahan dan agroklimat di
Indonesia terutama Indonesia
bagian Timur. Akan tetapi ada
permasalahan yang dihadapi, yaitu
belum adanya varietas unggul dan
teknik budidaya yang memadai
serta kemungkinan serangan
Organisme Pengganggu Tumbuhan
(OPT).
Biji jarak pagar
may
a
3
Banyak orang yang menganggap tanaman ini sebagai tanaman yang
beracun dan mempunyai sifat fungisidal, sehingga tidak perlu
mengkhawatirkan adanya serangan OPT, tetapi dari hasil laporan
diketahui ada beberapa hama dan penyakit yang menimbulkan kerusakan
secara ekonomi pada perkebunan jarak. Laporan tersebut harus
dijadikan peringatan yang perlu menjadi perhatian kita, sebelum hal
tersebut menimpa perkebunan jarak yang sedang dikembangkan.
Untuk mengurangi kerugian karena serangan OPT tersebut perlu
dilakukan usaha perlindungan yang efektif. Berdasarkan UU Nomor 12
Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman dan PP Nomor 6 tahun
1995 kegiatan perlindungan tanaman merupakan tanggung jawab
pemerintah dan masyarakat yang dilaksanakan dengan
mengimplementasikan Pengendalian Hama Terpadu (PHT) yang aman
terhadap manusia dan lingkungan. Dalam mengimplementasikan PHT
ada 4 prinsip yang harus dilaksanakan, mulai dari budidaya tanaman
sehat, konservasi musuh alami, pengamatan berkala dan
berkesinambungan serta pemilik kebun / petani secara individu dan
berkelompok telah menjadi ahli PHT atau mandiri dalam mengambil
keputusan di dalam pengelolaan kebunnya.
4
BBBIIIOOOLLLOOOGGGIII TTTAAANNNAAAMMMAAANNN JJJAAARRRAAAKKK PPPAAAGGGAAARRR
Tanaman jarak pagar (Jatropha curcas L.) telah lama dikenal masyarakat
Indonesia, yaitu semasa penjajahan oleh bangsa Jepang pada tahun
1942. Pada masa itu masyarakat diperintahkan untuk menanam jarak
pagar di pekarangannya untuk dimanfaatkan sebagai bahan bakar
kendaraan perang bangsa Jepang. Oleh karena itu tidak mustahil kalau
tanaman jarak pagar memiliki beberapa nama daerah (lokal) antara lain
jarak budeg, jarak gundul, jarak cina (Jawa); baklawah, nawaih (NAD);
dulang (Batak); jarak kosta (Sunda); jarak kare (Timor); peleng kaliki
(Bugis); kalekhe paghar (Madura); jarak pager (Bali); lulu mau, paku
kase, jarak pageh (Nusa Tenggara); kuman nema (Alor); jarak kosta,
jarak wolanda, bindalo, bintalo, tondo utomene (Sulawesi); dan ai huwa
kamala, balacai, kadoto (Maluku).
Tanaman jarak pagar termasuk perdu dengan tinggi 1 – 7 m, bercabang
tidak teratur. Batangnya berkayu, silindris dan bila terluka akan
mengeluarkan getah. Klasifikasi tanaman jarak pagar yaitu:
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Euphorbiaceae
Genus : Jatropha
Spesies : Jatropha curcas Linn
5
Morfologi / Ciri-ciri tanaman jarak pagar
Daun
Tanaman jarak pagar berdaun tunggal,
berlekuk dan bersudut 3 atau 5. Daun
tersebar disepanjang batang. Permukaan
daun atas dan bawah berwarna hijau,
permukaan bawah warnanya lebih pucat
dibanding permukaan atasnya. Daun
lebar dan berbentuk jantung atau bulat
telur melebar dengan panjang antara 5 – 15 cm. Helai daun bertoreh,
berlekuk dan ujungnya meruncing. Tulang daun menjari dengan jumlah
5 – 7 tulang daun utama. Daunnya dihubungkan dengan tangkai daun,
panjang tangkai daun 4 – 15 cm.
Bunga
Bunga tanaman jarak pagar adalah bunga
majemuk berbentuk malai, berwarna
kuning kehijauan, berkelamin tunggal dan
berumah satu (putik dan benang sari dalam
satu tanaman). Bunga betina 4 – 5 kali
lebih banyak dari bunga jantan. Bunga
betina dan bunga jantan tersusun dalam Bunga jarak pagar
may
a
Daun jarak pagar
may
a
6
rangkaian berbentuk cawan yang tumbuh di ujang batang atau ketiak
daun. Bunga memiliki 5 kelopak berbentuk bulat telur dengan panjang
kurang lebih 4 mm. Benang sari mengumpul pada pangkal dan berwarna
kuning. Tangkai putik pendek berwarna hijau dan kepala putik
melengkung keluar berwarna kuning. Bunganya mempunyai 5 mahkota
berwarna keunguan. Setiap tandan terdapat lebih dari 15 bunga.
Tanaman jarak pagar termasuk tanaman monoecious dan bunganya
uniseksual. Kadangkala muncul hermaprodit yang berbentuk cawan
berwarna hijau kekuningan.
Buah
Buah jarak pagar berupa buah kotak berbentuk
bulat telur dengan diameter 2 – 4 cm. Panjang
buah 2 cm dengan ketebalan sekitar 1 cm.
Buah berwarna hijau ketika muda serta abu-abu
kecoklatan atau kehitaman ketika masak. Buah
jarak terbagi menjadi 3-5 ruang, masing-masing
berisi satu biji sehingga tiap buah terdapat 3-5
biji. Biji berbentuk bulat lonjong dan berwarna coklat kehitaman. Biji
inilah yang banyak mengandung minyak dengan rendemen mencapai
30% - 50% dan mengandung toksin sehingga tidak dapat dimakan.
may
a
Buah jarak pagar
7
Syarat Tumbuh
Tanaman ini dapat tumbuh dengan baik pada dataran rendah sampai
pada ketinggian 500 m dpl. Curah hujan yang sesuai untuk tanaman
jarak pagar adalah 625 mm/th, namun masih dapat tumbuh pada kisaran
curah hujan 300 mm – 2.380 mm/tahun. Sedang kisaran suhu yang
diperlukan adalah antara 20ºC - 26ºC, pada suhu ekstrim (dibawah 15ºC
atau diatas 35ºC) akan menghambat pertumbuhan serta mengurangi
kadar minyak dalam biji dan mengubah komposisinya.
Tanaman jarak pagar mempunyai sistem
perakaran yang mampu menahan air dan
tanah sehingga tahan terhadap kekeringan
serta berfungsi menahan erosi. Jarak pagar
dapat tumbuh pada berbagai ragam tekstur
dan jenis tanah dan mampu beradaptasi pada
tanah yang kurang subur atau tanah bergaram,
memiliki drainase yang baik, tidak tergenang
dan pH tanah 5,0-6,5.
may
a
Profil tanaman jarak pagar
8
PPPEEENNNGGGEEENNNAAALLLAAANNN OOOPPPTTT JJJAAARRRAAAKKK PPPAAAGGGAAARRR
Pada masa lalu serangan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) tidak
pernah diperhatikan, karena umumnya tanaman jarak pagar hanya
ditanam sebagai tumpang sari dari tanaman lain. Tetapi dengan adanya
pengembangan secara besar-besaran, kemungkinan tanaman akan
ditanam dalam areal yang luas dan secara monokultur. Dengan demikian
akan timbul masalah baru. OPT yang semula tidak menimbulkan masalah
bisa menjadi masalah utama dan menimbulkan kerugian nyata.
Hama yang menyerang tanaman jarak pagar mulai dari perkecambahan
sampai tanaman produktif antara lain : Spodoptera litura (ulat grayak),
Scarabaeid (lundi, uret), Valanga spp. (belalang), Empoasca sp. (wereng
daun), Tetranychus sp. (tungau), , Selenithrips rubrocinctus (Thrips) dan
Ferrisia virgata (Kutu bertepung putih). Sedangkan hama yang
menyerang hanya pada tanaman produktif yaitu Chrysocoris javanus
(kepik penghisap cairan buah). Penyakit yang menyerang tanaman jarak
pagar adalah : Bercak daun Cercospora, Layu Fusarium, dan Bercak
daun bakteri. Gulma yang menyerang tanaman jarak pagar yaitu Suket
grinting (Cynodon dactylon), Jaringan ketul (Bidens pilosa), Jebungan
(Cyperus difformis), Bayam duri (Amaranthus spinosus), Babandotan
(Ageratum conyzoides).
9
Hama yang menyerang pada pembibitan, pertanaman muda dan
pertanaman produktif
Thrips (Famili Thripidae : Ordo Thysanoptera)
Pengenalan
Thrips (Selenithrips rubrocinctus Grd.)
ditemukan hanya di daerah tropis dan
suka sekali makan daun yang masih
muda. Karateristik dari spesies ini
adalah tiga segmen pertama dari
abdomen nimfa berwarna merah. Di
Indonesia banyak ditemukan pada
tanaman mangga, salam dan jambu mete. Di India banyak menyerang
tanaman kakao (Kalshoven, 1981).
Gejala serangan
Karena serangga ini menghisap cairan daun
yang masih muda, daun-daun jarak menjadi
keriting dan berkerut. Lama-kelamaan daun
menjadi kuning dan gugur.
zain
al m
ahm
ud
Thrips pada tanaman jarak pagar
Selenothrips rubricinctus
cabi
10
Tungau (Famili Eriophydae dan Famili Tarsonemidae : Ordo Acarina)
Pengenalan
Ada dua kelompok besar tungau yang ditemukan pada
tanaman jarak yaitu tungau bertungkai 2 pasang dari
famili Eriophydae dan tungau bertungkai 4 pasang dari
famili Tarsonemidae. Kerusakan yang ditimbulkan
oleh kedua jenis tungau ini sangat merugikan.
Tungau Tarsonemidae, berwarna kuning hijau bening,
tungau jantan lebih ramping dari tungau betinanya. Tungkai belakang
panjang dan kuat berfungsi untuk mengangkat dan memindahkan tungau
betina. Tungau ini menyebabkan tepi daun lebih bergelombang
dibandingkan tungau Eriophydae. Tungau Eriophydae berbentuk kecil
memanjang, berwarna kuning pada tungau dewasa dan bening pada
tungau pradewasa. Hidup pada permukaan bawah daun dan pucuk yang
masih muda, yang menyebabkan penebalan pada daun.
Tungau adalah hama yang paling berbahaya pada masa vegetatif karena
membawa virus dan serangannya kadang-kadang berat.
Gejala serangan
Gejala serangan daun menjadi
berwarna kekuning-kuningan kemudian
karat, kemudian daun mengeriput dan
kemerah-merahan lalu gugur dan pada
nura
ini
Gejala serangan tungau pada daun
Tungau pada daun
zain
al m
ahm
ud
11
akhirnya tanaman akan mengalami hambatan dalam pertumbuhan. Daun
yang terserang menjadi salah bentuk atau tidak normal (malformasi)
Kutu bertepung putih (Ferrisia virgata Cockerell)
(Famili Pseudococcidae : Ordo Homoptera)
Pengenalan
Kutu F. virgata ini mempunyai panjang
hingga 4 mm, berbentuk oval, agak pipih,
beberapa dengan benjolan – benjolan
pendek di sepanjang sisi tubuh
badannya. Metamorfosa sederhana
yaitu telur – nimfa – dewasa. Kutu ini
menghasilkan sekresi lilin berwarna putih dalam tepung yang berguna
untuk perlindungan diri. Kutu bergerak cukup aktif. Penyebarannya
sangat dibantu oleh angin, hujan dan hewan lain seperti semut. Nimfa
dan kutu dewasa menghisap cairan pada bagian tanaman yang muda dan
zain
al m
ahm
ud
Gejala serangan tungau pada pucuk tanaman jarak pagar
cabi
Imago kutu Ferrisia
12
memproduksi embun madu yang disukai semut. Kutu dapat berfungsi
sebagai penyebar dan penularan virus tanaman.
Kutu N. viridis bersifat polifag. Nimfa betina dapat dibedakan dengan
melihat lapisan lilin di bagian dorsal berjumlah enam dan di bagian
abdomen berjumlah lima. Badan kutu berwarna ungu kegelapan. Nimfa
dan dewasa mengisap cairan pada bagian tanaman yang muda.
Gejala serangan
Jenis kutu menimbulkan kerusakan
dengan gejala awal keriputnya bagian
tanaman. Kemudian bagian tanaman
yang terserang tersebut menjadi
kering dan daunnya gugur. Kutu ini
juga berfungsi sebagai vektor virus
sehingga bagian tanaman juga dapat
menjadi keriting karena terserang virus.
may
a
Koloni kutu Ferrisia pada daun jarak pagar
13
Wereng daun (Empoasca sp.) (Famili : Cicadellidae dan Ordo : Homoptera)
Pengenalan
Merupakan salah satu hama utama di
daerah tropis dan sub tropis. Di
lapangan serangga ditemukan sepanjang
tahun, tetapi sangat berbahaya bila
menyerang lahan pembibitan. Betina
meletakkan telur dalam jaringan daun,
dekat dengan tulang daun di permukaan
bawah.
Gejala Serangan
Nimfa dan imago mengisap cairan dari permukaan bawah sehingga daun
berubah warna menjadi merah atau coklat, seringkali daun mengering
dan mati atau daun menggulung/mengeriting di bagian ujung.
cabi
Imago Empoasca
14
Ulat grayak (Spodoptera litura)
(Famili : Noctuidae dan Ordo : Lepidoptera)
Pengenalan
Larva memiliki warna hitam terang dengan garis kuning pada
abdomennya. Telur diletakkan berkelompok dalam berbagai ragam
bentuk dan ukuran kurang lebih sebanyak 350 butir dan ditutup dengan
bulu halus. Larva menetas setelah 3 – 5 hari dan hidup secara
berkelompok dan merusak permukaan daun. Larva dewasa dalam waktu
2 minggu dapat mencapai panjang 50 mm. Pada siang hari larva
bersembunyi di tempat teduh, sedang malam hari mereka menyerang
tanaman muda. Pupa berada di dalam tanah. Kupu-kupu hidupnya
pendek dan bertelur dalam 2 – 6 hari sebanyak 2.000 – 3.000 butir
Gejala Serangan
Penyebaran serangga ini termasuk sangat luas (kosmopolitan) terutama
di negara Asia, Pasifik dan Australia. Serangga termasuk polifag pada
berbagai jenis tanaman. Larva memakan daun tanaman, baik tanaman
muda maupun tanaman dewasa dan meninggalkan bekas gigitan, pada
serangan berat daun hanya tersisa tulang daunnya saja, bahkan
terkadang tanaman menjadi gundul.
Ngengat Spodoptera Telur Spodoptera Larva Spodoptera ca
bi
15
Belalang Daun (Famili Acrididae : Ordo Orthoptera)
Pengenalan
Belalang Valanga nigricornis berantena pendek, pronotum tidak
memanjang ke belakang, tarsi beruas tiga buah, femur kaki belakang
membesar, ovipositor pendek. Metamorfosa sederhana yaitu telur –
nimfa – dewasa. Induk meletakkan telur di tanah. Setelah menetas,
nimfa mulai merusak tanaman, biasanya menggigit daun dari tepi atau
bagian tengah. Kerusakan berat dapat terjadi jika belalang menyerang
tanaman yang masih muda.
Gejala serangan
Adanya bekas gerekan belalang pada daun atau bagian tanaman muda.
Selain itu juga terdapat kotoran belalang di sekitar tanaman.
Pembesaran dari gambar sebelah kiri
may
a
Belalang pada daun jarak pagar
16
Uret (Famili Scarabaeidae : Ordo Coleoptera)
Pengenalan
Siklus hidup hama uret ini 9 – 11 bulan.
Lama hidup imago 10 – 15 hari. Imago
betina membuat lubang di dalam tanah
saat akan bertelur. Telur diletakkan
secara berkelompok, seekor betina dapat
bertelur 15 – 60 butir selama hidupnya.
Telur akan menetas setelah 6 – 14 hari.
Larva yang baru keluar berwarna putih
kebiruan. Larva instar ketiga berwarna
kuning tua dengan bentuk tubuh seperti
huruf C. Pada instar akhir larva hampir
tidak berpindah tempat. Panjang instar
akhir dapat mencapai 45–50 mm. Stadia
larva sekitar 172 – 224 hari. Stadia pupa
terbentuk setelah melewati masa
prapupa selama 2–3 hari. Panjang pupa
25–35 mm dan diketemukan pada
kedalaman 20–30 cm atau lebih. Lama
stadia pupa 21–24 hari.
zain
al m
ahm
ud
Gejala serangan uret
cabi
Imago uret
Larva uret
cabi
zain
al m
ahm
ud
Larva uret
17
Gejala serangan
Stadia larva sangat berbahaya karena memakan akar tumbuhan inang
dan mematikan tumbuhan tersebut. Larva memakan akar tanaman
sehingga tanaman tampak layu seperti kekurangan air, daun berwarna
kuning, mengering dan akhirnya mati.
Hama yang hanya menyerang pada pertanaman produktif
Kepik Lembing (Chrysochoris javanus Westw)
(Famili Pentatomidae : Ordo Hemiptera)
Pengenalan
Kepik mempunyai panjang badan sekitar 20 mm. Antena beruas tiga,
lebih panjang dari kepala, berbentuk perisai yang khas. Scutellum
berkembang dengan baik. Tubuh berwarna jingga kemerahan dan
terdapat garis-garis hitam yang jelas. Metamorfosa sederhana yaitu telur
– nimfa – dewasa. Siklus hidup berkisar 60 – 80 hari. Nimfa dan kepik
dewasa gerakakannya lambat. Kepik lembing menyerang pada saat
pembungaan, menjelang pembentukan buah dan menghisap buah,
sehingga menimbulkan kerusakan pada kapsul buah yang sedang
berkembang.
Gejala serangan
18
Adanya bekas tusukan kepik pada bunga atau buah yang diserang.
Bunga atau buah menjadi coklat kehitaman. Bunga tidak bisa menjadi
buah, sedangkan pada buah menjadi rusak tidak bisa dipanen.
Kepik Lembing pada buah jarak pagarza
inal
mah
mud
19
Penyakit yang menyerang mulai dari pembibitan hingga
pertanaman
Penyakit Bercak Daun Coklat Penyebab penyakit Cercospora ricinella.
Gejala serangan
Gejala serangan pada daun ditandai dengan adanya titik hitam kecil atau
titik coklat yang dikelilingi cincin berwarna hijau pucat berbentuk bulat
atau agak bulat pada daun (berdiameter 1 – 3 mm). Sejumlah bercak
muncul secara sporadis di permukaan daun. Ketika bercak membesar
bagian tengah berwarna coklat pucat yang dikelilingi warna coklat tua.
Bercak-bercak yang sudah tua berubah warna menjadi hijau keabu-abuan
dengan kumpulan masa konidia di tengahnya. Beberapa bercak
bergabung menjadi bercak yang tidak beraturan, pada serangan lanjut
daun menjadi kering dan mudah jatuh.
may
a
Gejala serangan bercak daun coklat Pembesaran dari gambar sebelah kiri
20
Pembesaran dari gambar sebelah kiri
may
a
Gejala serangan penyakit bercak
Penyakit layu Fusarium. Penyebab penyakit Fusarium oxysporum.
Gejala serangan
Bagian tanaman yang diserang yaitu daun. Serangan dapat terjadi pada
bibit dan tanaman di lapangan. Serangan pada bibit menyebabkan daun-
daun berwarna hijau pudar dan layu akhirnya mati. Serangan di
lapangan menyebabkan daun-daun di bagian bawah rontok dan hanya
menyisakan daun-daun di bagian atas saja.
Penyakit Bercak Daun Bakteri
Penyebab penyakit Xanthomonas ricinicola. Penyakit ini menyerang
semua bagian tanaman pada semua stadia tanaman mulai dari
pembibitan.
21
Gejala serangan
Gejala yang ditimbulkan adalah berupa bercak bulat dan tidak beraturan
berwarna coklat gelap. Bakteri tumbuh dengan baik pada temperatur
31ºC. Gejala pada daun yaitu tampak bercak berwarna coklat kehitaman
dan agak basah. Apabila daun yang terserang tidak segera dipetik,
bercak akan menjalar ke batang dan dapat mematikan tanaman.
Gulma
Beberapa jenis gulma yang ditemui di pertanaman jarak pagar.
Suket grinting (Cynodon dactylon) Pembesaran dari gambar sebelah kiri
Jaringan ketul (Bidens pilosa) Pembesaran dari gambar sebelah kiri
may
a
may
a
pedo
man
gul
ma
pedo
man
gul
ma
22
Jebungan (Cyperus difformis) Pembesaran dari gambar sebelah kiri
Bayam eri (Amaranthus spinosus) Pembesaran dari gambar sebelah kiri
Babandotan (Ageratum conyzaiodes) Pembesaran dari gambar sebelah kiri
cabi
cabi
may
a
may
a
may
a
may
a
23
PPPEEENNNGGGAAAMMMAAATTTAAANNN OOOPPPTTT JJJAAARRRAAAKKK PPPAAAGGGAAARRR
Pengamatan adalah kegiatan pengumpulan informasi tentang keadaan
populasi atau tingkat serangan OPT dan faktor yang mempengaruhi,
pada waktu dan tempat tertentu.
Pengamatan dilaksanakan oleh petani/petugas di lokasi yang dipilih untuk
mewakili areal tertentu, dengan menggunakan metode tertentu agar
menghasilkan data yang representatif.
Pengamatan dilakukan secara berkala, sekali seminggu atau sekali
sebulan sesuai dengan fase rentan tanaman / saat mulai munculnya OPT
sebaran.
Pengamatan dapat menjadi dasar pengambilan keputusan perlu tidaknya
dilakukan tindakan pengendalian OPT. Keputusan pengendalian dilakukan
petani / kelompok tani untuk lahannya masing-masing. Petugas
perlindungan menjadi fasilitator dan pendamping petani dalam
pengambilan keputusan. Pengamatan juga bermanfaat dalam menilai
keberhasilan tindakan pengendalian yang dilaksanakan.
24
Aspek-aspek dalam kegiatan pengamatan :
Sasaran pengamatan
Sasaran pengamatan pada pohon contoh tanaman jarak pagar dibedakan
menurut organ tanaman, yaitu
a) akar
b) daun dan pucuk
c) buah
Jenis OPT yang diamati pada bagian akar adalah jenis Scarabaeid (lundi,
uret). Jenis OPT yang diamati pada bagian daun dan pucuk yaitu
Spodoptera litura (ulat grayak), Valanga spp. (belalang), Empoasca sp.
(wereng daun), Tetranychus sp. (tungau), Selenithrips rubrocinctus
(Thrips) dan Ferrisia virgata (Kutu bertepung putih). Jenis OPT yang
diamati pada bagian buah adalah Chrysochoris javanus (kepik lembing).
Pengambilan contoh
Untuk setiap kebun dipilih diambil 10 tanaman contoh untuk mewakili
kondisi kebun tersebut. Pemilihan tanaman contoh dapat dilakukan
mengikuti diagonal atau baris tanaman. Tanaman contoh dapat berupa
tanaman yang sama untuk setiap pengamatan (contoh tetap) atau selalu
berganti setiap pengamatan (contoh tidak tetap). Tanaman contoh tetap
biasanya digunakan untuk mengamati fluktuasi perkembangan OPT
tertentu sedangkan tanaman contoh tidak tetap digunakan untuk
mengetahui kehadiran OPT yang menyerang pertanaman. Untuk petani
25
dengan luas kepemilikan kebun yang terbatas sebaiknya pengamatan
dilaksanakan pada seluruh tanamannya.
Hasil pengamatan
Hasil pengamatan adalah populasi OPT sasaran atau tingkat serangannya.
Hasil pengamatan dicatat pada tabel seperti terdapat pada Lampiran 1.
Untuk kemanfaatan hasil pengamatan, sebaiknya pengamatan difokuskan
pada OPT utama di pertanaman jarak pagar setempat, misalnya
Chrysochoris javanus (kepik lembing) dan penyakit Layu Fusarium.
Pemilihan OPT yang akan diamati sepenuhnya tergantung pada kelompok
tani jarak pagar setempat.
26
PPPEEENNNGGGEEENNNDDDAAALLLIIIAAANNN OOOPPPTTT JJJAAARRRAAAKKK PPPAAAGGGAAARRR
Prioritas pengendalian OPT tanaman jarak pagar diutamakan pada
tindakan pencegahan yang dimulai dari pemilihan klon unggul dan tahan
terhadap OPT sasaran, menjaga kesehatan tanaman dengan mengatur
kelembaban kebun, sanitasi, pemupukan yang bijaksana. Jika tindakan
tersebut tidak berhasil menekan atau mempertahankan peningkatan
infestasi OPT sasaran, dapat dilaksanakan tindakan berikut :
Uret (Famili Scarabaeidae : Ordo Coleoptera)
Pengendalian secara kimiawi menggunakan insektisida berbahan aktif
cypermethrin, profenofos dan karbofuran. Pengendalian secara mekanis
dengan mengumpulkan uret dan memusnahkannya. Pengendalian hayati
dapat dilakukan dengan aplikasi cendawan Beauveria bassiana.
Thrips (Famili Thripidae : Ordo Thysanoptera)
Pengendalian secara kimiawi berbahan aktif fipronyl atau profenofos
dengan dosis 1 ml/liter atau ekstrak mimba dengan dosis 4 ml/liter.
Sanitasi di areal pertanaman dengan mengumpulkan daun terserang
kemudian dibakar.
27
Tungau (Famili Eriophydae dan famili Tarsonemidae : Ordo Acarina)
Pengendalian secara kimiawi menggunakan akarisida berbahan aktif
propargit dan amitras. Sanitasi di areal pertanaman dengan cara
mengumpulkan daun terserang kemudian dibakar.
Kutu bertepung putih (Ferrisia virgata Cockerell)
(Famili Pseudococcidae : Ordo Homoptera)
Pengendalian secara kimiawi menggunakan insektisida berbahan aktif
MIPC. Penggunaan insektisida masih kurang efektif karena telur, nimfa
dan kutu dewasa ditutupi lapisan lilin sehingga cairan insektisida sulit
menembus. Musuh alami kedua kutu ini antara lain : predator Curinus
coerulus dan Coccinella repanda. Sanitasi kebun dilakukan dengan
membuang dan membakar bagian tanaman yang terserang.
Wereng daun (Empoasca sp.) (Famili : Cicadellidae dan Ordo : Homoptera)
Varietas tanaman jarak pagar yang memiliki kandungan karoten rendah
lebih toleran atau memiliki lapisan lilin pada bunganya kurang disukai
wereng. Jadi penanaman varietas ini bisa mencegah serangan disamping
aplikasi insektisida yang mengandung imidaklorit, betasiflutrin dan
karbosulfan pada pembibitan atau penggunaan insektisida sistemik yang
direkomendasikan.
28
Ulat grayak (Spodoptera litura)
(Famili : Noctuidae dan Ordo : Lepidoptera)
Untuk mengatasi ulat grayak ini agak sulit karena seringkali serangan
terjadi secara mendadak dan tidak diduga sebelumnya. Namun
pengendalian dengan memadukan berbagai cara pengendalian, antara
lain pengendalian secara mekanis dengan mengumpulkan kelompok telur
dan larva instar awal, kemudian dimusnahkan; musuh alami yang ada di
lapangan, misalnya parasit telur Telenomus spodopterae, parasit larva
Microplitis manilae, predator dari Carabidae, pathogen NPV dan
Borrelinavirus ; Insektisida nabati dari serbuk biji nimba (SBM); bila
populasi tinggi dapat digunakan bio-pestisida yang berbahan aktif Bacillus
thuringiensis atau virus Spodoptera litura-NPV; atau insektisida sistemik
yang direkomendasikan.
Belalang Daun (Famili Acrididae : Ordo Orthoptera)
Pengendalian secara kimiawi menggunakan insektisida berbahan aktif
MIPC dan BPMC. Pengendalian secara hayati menggunakan cendawan
Metarhizium sp. atau Beauveria bassiana. Pengendalian secara mekanis
dengan mengumpulkan telur, nimfa dan imago kemudian dimusnahkan.
Pengendalian secara kultur teknis dengan tidak menanam tanaman inang
lain seperti jagung dan kacang-kacangan.
29
Kepik Lembing (Chrysochoris javanus Westw)
(Famili Pentatomidae : Ordo Hemiptera)
Pengendalian secara kimiawi menggunakan insektisida berbahan aktif
imidachlorpid dan MIPC. Pengendalian dengan pestisida nabati dapat
menggunakan ekstrak mimba. Pengendalian secara mekanis dilakukan
dengan mengumpulkan telur, nimfa dan imago kemudian dimusnahkan.
Pengendalian secara kultur teknis dengan tidak menanam tanaman inang
lain seperti padi, jagung, kacang-kacangan, jenis solanaceae di sekitar
areal pertanaman.
Penyakit Bercak Daun Coklat.
Menggunakan varietas tahan dan toleran. Pengendalian penyakit dapat
menggunakan fungisida berbahan aktif karbendazim atau mankozeb.
Sering melakukan sanitasi kebun dengan membuang dan memusnahkan
bagian tanaman terserang penyakit.
Penyakit layu Fusarium.
Untuk pencegahan pilih benih dan bibit yang sehat. Perlakuan benih
dengan merendam biji dalam larutan fungisida berbahan aktif
karbendazim. Penggunaan varietas tahan atau toleran, perbaikan saluran
drainase untuk mencegah penggenangan air di sekitar tanaman dan
membakar sampah atau bagian tanaman yang terinfeksi juga dapat
menekan perkembangan penyakit layu fusarium.
30
Untuk pengendalian di lapangan pengendalian dapat menggunakan
fungisida berbahan aktif karbendazim. Sanitasi kebun dilakukan dengan
cara membersihkan gulma, membuang dan membakar bagian tanaman
yang sakit.
Penyakit Bercak Daun Bakteri
Dikendalikan dengan sanitasi, perlakuan biji yang akan digunakan
sebagai bibit dan insektisida.
Gulma
Bibit jarak pagar peka terhadap persaingan dengan gulma selama awal
pertumbuhannya. Oleh karena itu pengendalian gulma baik secara
mekanis atau dengan herbisida dianjurkan selama fase awal penanaman.
Gulma yang berada dalam polybag perlu dibersihkan / dicabut dengan
interval 2 minggu sekali agar tidak mengganggu perakaran dan
pertumbuhan bibit.
Seperti halnya di pembibitan, tanaman jarak pagar yang masih muda
sangat peka terhadap pengaruh gulma di sekitar perakarannya. Untuk
itu penyiangan gulma perlu dilakukan pada 20 hari setelah tanam,
selanjutnya dilakukan sekali dalam 3-4 bulan.
Hasil pengendalian yang dilakukan dapat dicatat seperti pada tabel
seperti terdapat pada Lampiran 2.