51
HANDOUT ALJABAR LINIER 1 Dosen : SUCIPTO BASUKI, S. Kom., MT STMIK INSAN PEMBANGUNAN 2015

HANDOUT ALJABAR LINIER 1 · 2018. 2. 19. · handout aljabar linier 1 dosen : sucipto basuki, s. kom., mt stmik insan pembangunan 2015

  • Upload
    others

  • View
    11

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • HANDOUT

    ALJABAR LINIER 1

    Dosen : SUCIPTO BASUKI, S. Kom., MT

    STMIK INSAN PEMBANGUNAN

    2015

  • ii

    DAFTAR ISI

    Daftar Isi ……………………………………………………………………………… ii

    BAB I PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang ……………………………………………………… 1

    BAB II MATRIKS

    2.1. Pengertian Matriks………………………………………………… 2

    2.2. Notasi Matriks ……………………………………………………… 2

    2.3. Operasi-Operasi Matriks …………………………………………… 6

    2.4. Transpose Suatu Matriks …………………………………………… 9

    BAB III JENIS JENIS MATRIKS

    3.1. Berdasarkan Jumlah Baris Dan Kolom ……………………………… 12

    3.2. Berdasarkan Pola Elemen ………………………………………….. 14

    BAB IV TRANSFORMASI ELEMENTER

    4.1.Definisi Transformasi Matriks …………………………………… 20

    4.2. Operasi Matriks Transformasi …………………………………… 21

    4.3. Soal Latihan ……………………………………………………… 24

    BAB V PARTISI MATRIKS

  • iii

    5.1. Definisi Partisi Matriks …………………………………………… 27

    5.2. Menginverse Matriks Menggunakan Metode Partisi ……………… 30

    5.3. Operasi Matriks Partisi …………………………………………… 32

    BAB VI VEKTOR

    6.1.Devinisi Vektor …………………………………………………… 36

    6.2.Operasi – Operasi Pada Vector…………………………………… 37

    6.3. Susunan Koordinat Ruang-N……………………………………… 30

    6.4. Vektor Di Dalam Ruang Rn……………………………………… 42

    6.5. Beberapa Dalil Pada Operasi Vektor…………....………………… 44

    6.6. Vektor R3 ………………………… ..............................………… 44

    6.7. Panjang Vektor ………………….………………………………… 45

    DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………… 48

  • 1

    BAB I PENDAHULUAN

    1.1 LATAR BELAKANG

    Dalam kehidupan sehari-hari kita sering berhadapan dengan persoalan yang apabila kita

    telusuri ternyata merupakan masalah matematika. Dengan mengubahnya kedalam bahasa atau

    persamaan matematika maka persoalan tersebut lebih mudah diselesaikan.Tetapi terkadang

    suatu persoalan sering kali memuat lebih dari dua persamaan dan beberapa variabel, sehingga

    kita mengalami kesulitan untuk mencari hubungan antara variabel-variabelnya.Bahkan

    dinegara maju sering ditemukan model ekonomi yang harus memecahkan suatu sistem

    persamaan dengan puluhan atau ratusan variabel yang nilainya harus ditentukan.

    Matriks, pada dasarnya merupakan suatu alat atau instrumen yang cukup ampuh untuk

    memecahkan persoalan tersebut.Dengan menggunakan matriks memudahkan kita untuk

    membuat analisa-analisa yang mencakup hubungan variabel-variabel dari suatu persoalan.

    Pada awalnya matrik ditemukan dalam sebuah studi yang dilakukan oleh seorang ilmuan

    yang berasal dari Inggris yang bernama Arthur Cayley (1821-1895) yang mana studi yang

    dilakukan untuk meneliti persamaan linier dan transformasi linear, awal dari semua ini matrik

    dianggap sebagai sebuah permainan karena matrik dapat diaplikasikan, sedangkan pada tahun

    1925 matrik digunakan sebagai kuantum dan pada perkembangannya matrik digunakan

    dalam berbagai bidang.

  • 2

    BAB II MATRIKS

    2.1. PENGERTIAN MATRIKS

    Matriks adalah suatu kumpulan besaran (variabel dan konstanta) yang tersusun dalam

    baris dan kolom berbentuk persegi panjang. Matriks merupakan suatu cara visualisasi

    variabel yang merupakan kumpulan dari angka-angka atau variabel lain, misalnya vektor.

    Dengan representasi matriks, perhitungan dapat dilakukan dengan lebih

    terstruktur.Pemanfaatannya misalnya dalam menjelaskan persamaan linier, transformasi

    koordinat, dan lainnya.Matriks seperti halnya variabel biasa dapat dimanipulasi, seperti

    dikalikan, dijumlah, dikurangkan dan didekomposisikan.

    Beberapa pengertian lain tentang matriks :

    1. Matriks adalah himpunan skalar (bilangan riil atau kompleks) yang disusun atau

    dijajarkan secara empat persegi panjang menurut baris-baris dan kolom-kolom.

    2. Matriks adalah jajaran elemen (berupa bilangan) berbentuk empat persegi panjang.

    3. Matriks adalah suatu himpunan kuantitas-kuantitas (yang disebut elemen), disusun

    dalam bentuk persegi panjang yang memuat baris-baris dan kolom-kolom.

    2.2. NOTASI MATRIKS

    Matriks kita beri nama dengan huruf besar seperti A, B, C, dll. Matriks yang

    mempunyai I baris dan j kolom ditulis A=(aij ), artinya suatu matriks A yang elemen-

    elemennya aij dimana indeks I menyatakan baris ke I dan indeks j menyatakan kolom ke j

    dari elemen tersebut.

    Notasi yang digunakan :

    Atau Atau

  • 3

    Secara umum :

    Matriks A=(aij ), i=1, 2, 3,…..m dan j=1, 2, 3,……., n yang berarti bahwa banyaknya baris m

    dan banyaknya kolom n.

    Contoh :

    A= B= C=

    Ukuran matriks 2 x 2 2 x 1 1 x 4

    Jumlah baris 2 2 1

    Jumlah kolom 2 1 4

    Matriks yang hanya mempunyai satu baris disebut MATRIKS BARIS, sedangkan

    matriks yang hanya mempunyai satu kolom disebut MATRIKS KOLOM. Dua buah matriks

    A dan B dikatakan SAMA jika ukurannya sama (mxn) dan berlaku aij = bij untuk setiap i dan j

    -1 -3

    2 12

    2 12

    -3

    -4

    -4

    2 3 12 -1

    http://4.bp.blogspot.com/_o7okww-u4rc/TDTmBT1EdTI/AAAAAAAAAfU/9A6w57KnzJI/s1600/MatriksA.JPG

  • 4

    Suatu matriks biasanya dinotasikan dengan huruf kapital ditebalkan (misal matriks A,

    dituliskan dengan A). Sebagai contoh matriks, perhatikan tabel yang memuat informasi biaya

    pengiriman barang dari 3 pabrik ke 4 kota berikut ini:

    Pabrik

    Kota

    Kota

    1

    Kota

    2

    Kota

    3

    Kota

    4

    Pabrik 1 5 2 1 4

    Pabrik 2 2 3 6 5

    Pabrik 3 7 6 3 2

    Dari Tabel di atas jika disajikan dalam bentuk matriks akan menjadi seperti berikut:

    Kolom1 Kolom2 Kolom3 Kolom4

    5 2 1 4 Baris1

    A = 2 3 6 5 Baris2

    7 6 3 2 Baris3

    Matriks di atas, kita sebut saja matriks A, memiliki tiga baris yang mewakili

    informasi Pabrik (1, 2, dan 3) dan empat kolom yang mewakili informasi Kota (1, 2, 3, dan

    4). Sedangkan informasi biaya pengiriman dari masing-masing pabrik ke tiap-tiap kota,

    diwakili oleh perpotongan baris dan kolom. Sebagai contoh, perpotongan baris 1 dan kolom 1

    adalah 5, angka 5 ini menunjukkan informasi biaya pengiriman dari pabrik 1 ke kota 1, dst.

    Secara umum, bentuk matriks di atas dapat dituliskan seperti berikut:

  • 5

    a11 a12 a13 a14

    A = a21 a22 a23 a24

    a31 a32 a33 a34

    dimana, pada notasi elemen matriks, angka sebelah kiri adalah informasi baris sedangkan

    angka di kanan adalah informasi kolom, contoh a23 berarti nilai yang diberikan oleh baris ke-

    2 dan kolom ke-3.

    Setiap bilangan pada matriks disebut elemen(unsur) matriks. Letak suatu unsur

    matriks ditentukanoleh baris dan kolom di mana unsur tersebut berada.Misalnya, pada

    matriks di atas unsur 25 trletak pada baris ke-3 dan pada kolom ke-2. Suatu matriks

    dinyatakan dengan huruf kapital A , B , C ,. . . . dan seterusnya, sedangkan unsur matriks

    dinyatakan dengan huruf kecil a, b , c , . . ., dan seterusnya.

    Contoh :

    Matriks A mempunyai dua baris dan dua kolom. Oleh karena itu kita katakan

    bahwa matriks A berordo 2 x 3 ditulis A2x3 atau ( a23 ) .Ordo suatu matriks ditentukan

    oleh banyaknya baris dan banyaknya kolom dalam matriks tersebut.

    http://4.bp.blogspot.com/_o7okww-u4rc/TDajKbWOUoI/AAAAAAAAAfk/Ggai_OLiZX4/s1600/matriks.png

  • 6

    2.3. OPERASI – OPERASI MATRIKS

    PENJUMLAHAN MATRIKS

    Penjumlahan matriks hanya dapat dilakukan terhadap matriks-matriks yang

    mempunyai ukuran (orde) yang sama. Jika A=(aij ) dan B=(bij ) adalah matriks-matriks

    berukuran sama, maka A+B adalah suatu matriks C=(cij ) dimana (cij ) = (aij ) +(bij ) atau

    [A]+[B] = [C] mempunyai ukuran yang sama dan elemennya (cij ) = (aij ) +(bij )

    Contoh :

    A. 6 3 5 2

    B. 8 5 9 4

    A+B : 6 + 8 3 + 55 + 9 2 + 4

    = 14 8 14 6

    PENGURANGAN MATRIKS

    Sama seperti pada penjumlahan matriks, pengurangan matriks hanya dapat dilakukan

    pada matriks-matriks yang mempunyai ukuran yang sama. Jika ukurannya berlainan maka

    matriks hasil tidak terdefinisikan.

    Contoh :

    A. 1 23 4

    B. 4 32 1

    A – B : 1 23 4

    - 4 32 1

    = 1 − 4 2 − 33 − 2 4 − 1

    = −3 −11 3

  • 7

    PERKALIAN MATRIKS DENGAN MATRIKS

    Beberapa hal yang perlu diperhatikan :

    1. Perkalian matriks dengan matriks umumnya tidak komutatif.

    2. Syarat perkalian adalah jumlah banyaknya kolom pertama matriks sama dengan

    jumlah banyaknya baris matriks kedua.

    3. Jika matriks A berukuran mxp dan matriks pxn maka perkalian A*B adalah suatu

    matriks C=(cij ) berukuran mxn dimana

    cij = ai1b1j + ai2b2j +ai3b3j + ………………….+ aipbpj

    Contoh :

    A. 5 3 4 7 6 1

    B. 2 6 4 8 5 7

    A .B : 5 3 4 7 6 1

    × 2 6 4 8 5 7

    : 5 . 2 + 3 . 4 + 4 . 5 5 .6 + 3 . 8 + 4 . 7 7 . 2 + 6 . 4 + 1 . 5 7 . 6 + 6 . 8 + 1 . 7

    : 10 + 12 + 20 30 + 24 + 28 14 + 24 + 5 42 + 48 + 7

    : 42 82 42 97

    B .A : 2 6 4 8 5 7

    × 5 3 4 7 6 1

    : 2 . 5 + 6 . 7 2 . 3 + 6 . 6 2 . 4 + 6 . 1 4 . 5 + 8 .7 4 . 3 + 8 . 6 4 . 4 + 8 . 1 5 . 5 + 7 . 7 5 .3 + 7 . 6 5 . 4 + 7 . 1

    : 10 + 42 6 + 36 8 + 620 + 56 12 + 48 16 + 825 + 49 15 + 42 20 + 7

    : 52 42 1476 60 2474 57 27

  • 8

    PERKALIAN MATRIKS DENGAN SKALAR

    Jika k adalah suatu bilangan skalar dan A=(aij ) maka matriks kA=(kaij ) yaitu suatu

    matriks kA yang diperoleh dengan mengalikan semua elemen matriks A dengan k.

    Mengalikan matriks dengan skalar dapat dituliskan di depan atau dibelakang matriks.

    Misalnya [C]=k[A]=[A]k dan (cij ) = (kaij )

    Contoh :

    A. 6 35 2

    B. 8 59 4

    K .A : 2 6 35 2

    = 2 . 6 2 . 32 . 5 2 . 2

    = 12 610 4

    K .B : 2 8 59 4

    = 2 . 8 2 .52 . 9 2 . 4

    = 16 1018 8

  • 9

    2.4. TRANSPOSE MATRIKS

    Pengertian Transpose Matriks - Yang dimaksud dengan transpose matriks adalah ketika

    pada sebuah matriks dilakukan pertukaran antara dimensi kolom dan barisnya. Definisi lain

    dari matriks transpose adalah sebuah matriks yang didapatkan dengan cara memindahkan

    elemen-elemen pada kolom menjadi elemen baris dan sebaliknya. Biasanya sebuah matriks

    transpose disimbolkan dengan menggunakan lambang tanda petik (A') ataupun dengan huruf

    T kecil di atas (AT). Perhatikan gambar berikut:

    Pada gambar di atas dapat didefinisikan bahwa matriks m x n berubah menjadi m x n. Jika

    kita perhatikan, elemen-elemen yang ada pada baris satu berubah posisi menjadi elemen

    kolom 1.Elemen pada baris 2 berubah menjadi elemen pada kolom 2, begitu juga dengan

    elemen pada baris ke 3 berubah posisi menjadi elemen kolom ke 3. Sekarang mari kita lihat

    sifat-sifat yang berlaku untuk transpose matriks.

    Beberapa Sifat Matriks Transpose :

    (i) (A+B)T = AT + BT

    (ii) (AT)T = A

    (iii) k(AT) = (kA)T

    (iv) (AB)T = BT AT

    http://www.rumusmatematikadasar.com/2015/01/pengertian-transpose-matriks-sifat-sifatnya-serta-contoh-soal-dan-pembahasan.htmlhttp://2.bp.blogspot.com/-t-YaZRArQ_Q/VL0epaymQxI/AAAAAAAAHJs/nN88FcehpTM/s1600/Pengertian+Transpose+Matriks,+Sifat-sifatnya+serta+Contoh+Soal+dan+Pembahasan+1.png

  • 10

    Contoh Transpose Matriks :

    A 2 43 5

    B 6 87 9

    C 3 58 6

    1. (A+B)T = 2 43 5

    + 6 87 9

    T = 2 + 6 4 + 83 + 7 5 + 9

    T

    = 8 12

    10 11 T

    =

    8 1012 11

    2. AT – B = 2 43 5

    T + 6 87 9

    = 2 34 5

    - 6 87 9

    = 2 − 6 3 − 84 − 7 5 − 9

    = −4 −5−3 −4

    3. 2(A)T = 2 2 43 5

    T = 2 2 34 5

    = 2 . 2 2 . 32 . 3 2 . 5

    = 4 66 10

    4. (AB)T = 2 43 5

    × 6 87 9

    T = 2 . 5 + 4 . 7 2 . 8 + 4 . 93 . 6 + 5 .7 3 . 8 + 5 . 9

    = 10 + 28 16 + 3618 + 35 24 + 45

    = 38 5253 69

  • 11

    5. 3(C)T = 3 3 58 6

    T = 3 3 85 6

    = 3 . 3 3 . 83 . 5 3 . 6

    = 9 24

    15 18

    6. 2(A+B-CT) = 2 2 43 5

    + 6 87 9

    − 3 58 6

    T

    = 2 2 43 5

    + 6 87 9

    − 3 85 6

    = 2 8 12

    10 14 −

    3 85 6

    = 2 5 45 8

    = 2 . 5 2 . 42 . 5 2 . 8

    = 10 810 16

  • 12

    BAB III JENIS-JENIS MATRIKS DAN PENGERTIANNYA.

    3.1. BERDASARKAN JUMLAH BARIS DAN KOLOM

    1. Matriks baris

    Matriks baris yaitu matriks yang hanya terdiri dari satu baris atau matriks yang

    berordo 1 x n dengan n > 1.

    contoh:

    Matriks A, memiliki 1 baris dan 4 kolom sehingga ordo matriks A adalah 1 x 4.

    2. Matriks Kolom

    Matriks kolom adalah matriks yang hanya terdiri dari satu kolom atau matriks yang

    berordo n x 1 dengan n > 1, contoh:

    Matriks B, memiliki 3 baris dan 1 kolom sehingga ordo matriks B aalah 3 x 1.

    http://3.bp.blogspot.com/-k9Q-isXH01E/VcpwXTPmR4I/AAAAAAAAG2o/xbkMFf4u1tA/s1600/matriks+baris.pnghttp://1.bp.blogspot.com/-J2LidUCZgeE/VcpwYOkes9I/AAAAAAAAG3E/k9PxdtVAmAo/s1600/matriks+kolom.png

  • 13

    3. Matriks Persegi

    Matriks persegi yaitu matriks yang mempunyai banyak baris sama dengan banyak

    kolom atau matriks n x n (sering disebut berordo n), contoh:

    Pada matriks C, terlihat bahwa banyak baris matriks C sama dengan banyak

    kolomnya. Dalam hal ini, matriks C memiliki banyak baris 3 dan banyak kolom

    3.Sehingga, ordo matriks C adalah 3 x 3.Dalam suatu matriks persegi, elemen-elemen

    yang terletak pada garis hubung elemen a11 dengan ann disebut diagonal utama,

    sedangkan elemen-elemen yang terletak pada garis hubung an1 dengan elemen a1n

    disebut diagonal samping. Pada matriks persegi C di atas yang elemen-elemen yang

    termasuk diagonal utama adalah 6, 8, dan 4. Sedangkan, elemen-elemen yang

    termasuk diagonal samping adalah 3, 8, dan 1

    4. Matriks tegak

    Matriks tegak adalah matriks dengan banyak baris lebih banyak dibandingkan dengan

    banyak kolom, contoh:

    Matriks E, memiliki baris lebih banyak daripada banyak kolom. Dalam hal ini matriks

    E memiliki banyak baris 3 dan banyak kolom 2.

    http://3.bp.blogspot.com/-UKnq6-Ih5fM/VcpwZF1kfbI/AAAAAAAAG3k/H9HiLYTduQ0/s1600/matriks+tegak.pnghttp://2.bp.blogspot.com/-XVt1nCL5YHY/VcpwYePMtUI/AAAAAAAAG3Y/4_ooiADmxK4/s1600/matriks+persegi.png

  • 14

    5. Matriks Datar

    Matriks datar merupakan matriks dengan banyak kolom lebih banyak dibandingkan

    dengan banyak baris, contoh:

    Matriks F, memiliki banyak baris yang kurang dari banyak kolom. Dalam hal ini

    matriks F meiliki banyak bari 2 danya banyak kolom

    3.2. BERDASARKAN POLA ELEMENNYA

    6. Matriks Nol

    MATRIKS NOL, adalah matriks yang semua elemennya nol

    Matriks ini di lambangkan dengan 0 .jika ordo di pentingkan matriks nol ini dapat di

    tulis beserta jumlah baris dan kolom nya.

    1. A+0=A, jika ukuran matriks A = ukuran matriks 0

    2. A*0=0, begitu juga 0*A=0.

    Contoh :

    023 0 0 0 0 0 0

    053

    0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

    http://4.bp.blogspot.com/-HakAW5FRrR8/VcpwXQBd5KI/AAAAAAAAG2w/Lf3b4ahJTsY/s1600/matriks+datar.png

  • 15

    7. Matriks Identitas

    Dari sifat bilangan real, 1 merupakan identitas dari operasi perkalian, karena n ∙ 1 = 1 ∙ n

    = n. Identitas yAAang serupa juga terdapat dalam perkalian matriks. Perhatikan matriks

    berordo 2 × 2, Walaupun perkalian matriks secara umum tidak komutatif, jika kita

    dapat menemukan matriks B sedemikian sehingga AB = BA = A, maka B merupakan

    kandidat utama untuk menjadi matriks identitas, disimbolkan dengan I.

    Jika i = j maka a i j = i , i > i / i < j = 0

    Contoh : 1 0 00 1 00 0 1

    8. Matriks diagonal

    Sebuah matriks bujur sangkar yang unsur-unsurnya berada di garis diagonal utama

    dari matriks bukan nol dan unsur lainnya adalah nol disebut dengan matriks diagonal.

    Jika i = j maka aij ≠ 0 dan i < j i < j = 0

    Contoh :

    F 5 0 00 6 00 0 7

    9. Matriks satuan

    Matriks satuan (matriks identitas), yaitu matriks diagonal yang entri entri pada

    diagonal utamanya adalah bilangan satu dan entri entri laiannya adalah bilang nol.

    Satuan ini di lambangkan dengan 𝐼𝑛 , dimana n adalah ordo dari matriks tersebut .

    Berikut ini adalah beberapa contoh nya :

    𝐼𝑛= 1 00 1

    , 𝐼3= 1 0 00 1 00 1 1

    , 𝐼4=

    1 0 0 00 1 0 00 1 0 00 0 0 1

  • 16

    10. Matriks sekalar

    Matriks sekalar yaitu matriks diagonal yang semua entri pada diagonal utamanya

    bernilai sama,tetapi tidak nol,atau c ≠ 0 seperti contoh di bawah ini

    A= 3 0 00 3 00 0 3

    Pengaruh perkalian sebarang matriks dengan matriks sekalar adalah seperti

    mengalikan matriks sebarang tersebut dengan sekalar c

    11. Matriks segitga atas

    Matriks segitiga atas adalah matriks bujur sangkar yang semua entri di bawah

    diagonal utama bernilai nol

    Berikut adalah 2 contoh nya

    A = −5

    2

    7 3

    0 0 − 1 B =

    0 2 − 1 80 0 3 60 0 4 90 0 0 1

  • 17

    12. Matriks segitiga bawah

    Matriks segitiga bawah adalah matriks bujur sangkar yang semua entri di atas

    diagonal utamanya bernilai nol .

    Sebagai contoh

    A = 0 0 05 7 00 0 0

    , B =

    0 0 0 00 4 0 0

    3 2 − 6 0

    0 − 7 5

    9 1

    13. Matriks invers

    Matriks bujusangkar A di sebut mempunyai invers jika terdapat matriks B yang

    sedemikian rupa sehingga memenuhi BA = AB = I.

    untuk perlambangan, invers matriks B biasanya di nyatakan oleh 𝐴−1 .

    untuk berordo 2 x 2 rumus pencarinya adalah seperti di bawah ini .

    Jika A 𝑎 𝑏𝑏 𝑑

    , maka 𝐴−11

    𝑎𝑑−𝑏𝑐 𝑑 − 𝑐−𝑏 𝑑

    Untuk orde yang lain , misalnya ,3x3 dst metode pencarian invers matriks akan di

    bicarakan pada bab selanjut nya

  • 18

    14. Matriks bujur sangkar

    Matriks bujur sangkar yaitu matriks banyak yang baris nya sama dengan banyak

    kolomnya.

    Dalam matriks bujursangkar ini di kenal diagonal utama yaitu entri entri yang

    mempunyai nomor baris yang sama dengan nomor kolom .

    sebagai contoh :

    𝑎11 𝑎12 𝑎13𝑎21 𝑎22 𝑎23𝑎31 𝑎32 𝑎33

    15. Matriks simetris

    Matriks simetris merupakan matriks persegi dengan elemen pada baris ke-i kolom ke-

    j sama dengan elemen pada baris ke-j kolom ke-i, contoh:

    S = 6 7 −13 8 −2−1 −2 4

    Matriks S dikatakan matriks simetris karena memiliki ordo 3 x 3 (matriks persegi) dan

    dengan elemen pada baris ke-i kolom ke-j sama dengan elemen pada baris ke-j kolom

    ke-i.

    Kali ini ditunjukkan oleh elemen pada baris ke-1 dan kolom ke-2 sama dengan

    elemen pada baris ke-2 kolom ke-1 yaitu 3, elemen pada baris ke-1 kolom ke-3 sama

    dengan elemen pada baris ke-3 kolom ke-1 yaitu -1, dan elemen pada baris ke-2

    kolom ke-3 sama dengan elemen baris ke-3 kolom ke-2 yaitu -2.

  • 19

    Jika A = 𝐴𝑡 . sebagai contoh berikut ini :

    A = 3 1 − 2

    1 5 4 −2 4 0

    B =

    0 7

    5

    8− 1

    7 5 0 2 5

    8 0 − 3 12

    −1 2 12 36

    Dari contoh di atas terlihat bahwa entri-entri pada diagonal utama sebagai sumbu

    pencerminan sedangkan entri pada baris ke –i kolom ke –j akan di cerminkan

    sehingga sama dengan entrim pada kolom ke –I baris ke –j akan di cerminkan

    sehingga sama dengan entri pada kolom ke –i baris ke –j (𝑎𝑖𝑗 = 𝑎𝑗𝑖

    Sebuah bujur sangkar disebut simentri-miring jika 𝐴𝑇 = -A.

    Matriks S dikatakan matriks simetris karena memiliki ordo 3 x 3 (matriks persegi) dan

    dengan elemen pada baris ke-i kolom ke-j sama dengan elemen pada baris ke-j kolom

    ke-i.

    Contoh :

    Tentukan a, b, dan c sedemikian rupa sehingga matriks A menjadi matriks simentri-

    miring.

    A = 0 1 0𝑎 0 2𝑏 𝑐 0

  • 20

    BAB IV TRANFORMASI ELEMENTER PADA BARIS DAN KOLOM SUATU

    MATRIKS

    4.1. DEFINISI TRANSFORMASI ELEMETER

    Yang dimaksud dengan transformasi pada baris atau kolom suatu matriks A adalah sebagai

    berikut:

    1. Penukaran tempat baris ke-i dan baris ke –j dan ditulis 𝐻𝑖𝑗 (A) untuk transformasi pada

    baris dan 𝐾𝑖𝑗 (A) untuk transformasi kolom.

    Contoh:

    a.PENUKARAN BARIS

    A= 1 2 02 3 10 1 1

    𝐻12(A) = 2 3 11 2 00 1 1

    𝐻12(A) berati menukar baris ke-1 matriks dengan baris ke-2

    2. Memperkalikan baris ke-i dengan suatu bilangan skalar h≠0 ditulis 𝐻𝑖(h)(A) dan

    memperkalikan kolom ke-i dengan skalar K≠0 ditulis 𝐾𝑖(k)(A)

    Contoh:

    A = 1 2 02 3 10 1 1

    𝐻2(-2)(A) = 1 2 0−4 −6 −20 1 1

    𝐾3(1/2)(A) = 1 2 02 3 1/20 1 1/2

  • 21

    3. Menambahkan kolom ke-i dengan K kali kolom ke-j ,di tulis 𝐾𝑖𝑗 (k-) (A) dan menambah

    baris ke-i,dengan H kali baris ke-j,d tulis 𝐻𝑖𝑗 (h) (A)

    Contoh:

    A = 1 2 02 3 10 1 1

    𝐻23 −1 (𝐴)

    𝐻2+(−1 . 𝐻3) =

    1 2 02 2 00 1 1

    𝐾31 2 (𝐴)

    𝐾3+(2 .𝐾1) =

    1 2 22 2 40 1 1

    4.2. OPEREASI OPERASI TRANFORMASI ELEMENTER TERBAGI MENJADI 6:

    A: 5 6 7 8 9 01 2 3

    1. Transformasi baris ke-i dengan kolom-j (H i j)

    Contoh 1:

    𝐻12 𝐴 : 8 9 0 5 6 71 2 3

  • 22

    2. Transformasi kolom ke-i dengan kolom ke-j (k i j)

    Contoh 2:

    𝐾23 𝐴 : 5 7 68 0 91 3 2

    3. Perkalian baris ke-i dengan skala (ƛ) . 𝐻 (𝑖) (ƛ)

    Contoh 3:

    𝐻2(2)(𝐴) : 5 6 7

    8𝑥2 9𝑥2 0𝑥21 2 3

    = 5 6 716 18 0 1 2 3

    4. Perkalian kolong ke-i dengan skalar(ƛ) . (𝐾(𝑖)(ƛ) )

    Contoh 4:

    𝐾(3)(−2)(𝐴) : 5 6 7𝑥 −2

    8 9 0𝑥 −2 1 2 3𝑥(−2)

    = 5 6 − 148 9 01 2 − 6

  • 23

    5. Penjumblahan baris ke-i dengan hasil perkalian baris ke-j dengan skalar (ƛ).(𝐻𝑖𝑗 (ƛ) )

    Contoh 5:

    𝐻12(-2)(A) : 5 + 8𝑥 − 2 6 + 9𝑥 − 2 7 + (0𝑥 − 2)

    8 9 3 1 2 3

    : 5 + (8 . −2) 6 + (9 . −2) 7 + 0 . −2

    8 9 01 2 3

    : −11 − 12 7

    8 9 0 1 2 3

    6. Penjumblahan kolom ke-i dengan hasil perkalian kolom ke-j dengan skalar (ƛ).(𝐾𝑖𝑗 (ƛ))

    Contoh 6:

    𝐾23(2) : 5 6 + 7𝑥2 78 9 + 0𝑥2 01 2 + 3𝑥2 3

    : 5 6 + 14 78 9 + 0 01 2 + 6 3

    : 5 20 78 9 01 8 3

  • 24

    4.3. SOAL LATIHAN

    1.Diketahui : A = 2 3 73 6 47 2 3

    B = 3 2 45 6 76 3 2

    Tentukan :

    1.𝐻12 (A) 5.𝐻12(2) (A) 9.𝐻3(2) (B)

    2.𝐾23 (A) 6.𝐾23(2) (A) 10.𝐾3(-2) (B)

    3.𝐻3(2) (A) 7.𝐻12 (B) 11.𝐻12(2) (B)

    4.𝐾3(-2) (A) 8.𝐾23 (B) 12.𝐾23(2) (B)

    #JAWAB

    1. 𝐻12 (A) = 3 6 42 4 57 2 3

    2. 𝐾23 (A) = 2 5 43 4 67 3 2

    3.𝐻3(2) (A) = 2 4 53 6 4

    7𝑥2 2𝑥2 3𝑥2 =

    2 4 53 6 4

    14 4 6

    4.𝐾3(-2) (A) =

    2 4 5𝑥(−2)3 6 4𝑥(−2)7 2 3𝑥(−2)

    = 2 4 −103 6 −87 2 −6

  • 25

    5.𝐻12(2) (A) = 2 + (3𝑥2) 4 + (6𝑥2) 5 + (4𝑥2)

    3 6 47 2 3

    = 2 + 6 4 + 12 5 + 8

    3 6 47 2 3

    = 8 16 133 6 47 2 3

    6.H23(2)

    (A) =

    2 4 + (5 × 2) 53 6 + (4 × 2) 47 2 + (3 × 2) 3

    = 2 4 + 10 53 6 + 8 47 2 + 6 3

    = 2 14 53 14 47 8 3

    7. H12(B) = 5 6 73 2 41 3 2

    8. K23(B) = 3 4 25 7 61 2 3

    9. K2(3)

    (B) = 3 2 45 6 7

    1 × 2 3 × 2 2 × 2

    = 3 2 45 6 72 6 4

  • 26

    10. K3(-2)

    (B) =

    3 2 4 × (−2)5 6 7 × (−2)1 3 2 × (−2)

    = 3 2 −85 6 −141 3 −4

    11. H12(2)

    (B) = 3 + (5 × 2) 2 + (6 × 2) 4 + (7 × 2)

    5 6 71 3 2

    = 3 + 10 2 + 12 4 + 14

    5 6 71 3 2

    = 13 14 185 6 71 3 2

    12. K23(2)

    (B) =

    3 2 + (4 × 2) 45 6 + (7 × 2) 71 3 + (2 × 2) 2

    = 3 2 + 8 45 6 + 14 71 3 + 4 2

    = 3 10 45 14 71 7 2

  • 27

    BAB V MATRIKS PARTISI

    5.1. DEFINISI MATRIKS PARTISI

    Matriks partisi adalah adalah membagi matriks menjadi beberapa matriks yang ukurannya

    lebih kecil dengan memasukan garis horizontal dan vertikal antara baris dan kolom matriks.

    Matriks-matriks yang ukurannya kecil hasil partisi matriks disebut sub matriks.

    Partisi matriks digunakan untuk menyederhanakan matriks yang ukurannya besar menjadi

    matriks kecil sehingga lebih mudah dioperasikan untuk tujuan tertentu.

    Setiap sub matriks hasil partisi selalu dapat dikembalikan ke dalam matriks asalnya.

    Latihan 5.2 (perkalian partisi)

    Diberikan

    Solusi :

    Jadikan Z1 menjadi matriks (m + n ) x (p + q) dan Z2 matriks (p +q) x (r + s) , sehingga

    A1 merupakan aturan m × p dan A2 merupakan aturan p × r. Kemudian semua submatriks

    didefinisikan dengan baik. Dengan aturan perkalian matriks biasa kita mmpunyai

    http://4.bp.blogspot.com/-sHDptn-fMXQ/VFlOi_UweAI/AAAAAAAAAo4/eP_Hfe99YJg/s1600/11.jpg

  • 28

    Contoh lain.... ^_^

    http://4.bp.blogspot.com/-LfOHANedtB0/VFlO1IwEG1I/AAAAAAAAApA/FOwkcZMQQlQ/s1600/122.jpghttp://3.bp.blogspot.com/-kuFnr_J0zn8/VFlPdwiw0FI/AAAAAAAAApI/sn2iKruy78k/s1600/13.jpg

  • 29

    maka

    http://3.bp.blogspot.com/-sILQwraDo9E/VFlQH1CkBXI/AAAAAAAAApQ/JlBaQEfQUtk/s1600/14.jpg

  • 30

    Operasi matriks memang sudah sama-sama kita pelajari di bangku SMA.Banyak sekali

    manfaat dari adanya matriks, salah satunya adalah untuk memudah penyelsaian persamaan

    simultan. Tipe matriks, Operasi penjumlahan, perkalian, transpose, determinan, kofaktor,

    adjoin dan proses invers matriks dibahas detail dengan contoh-contoh soal yang

    representatif.

    Berikut adalah beberapa materi penting terkait perhitungan matriks dengan sumber “Modern

    Power System Control” oleh Prof. Dr. Ir. Imam Robandi, MT.

    5.2. MENGINVERSE MATRIKS MENGGUNAKAN METODE PARTISI

    Matriks sangat penting dalam penyelesaian Multi-Equation Multi-Variable (MEMV), berikut

    adalah contoh MEMV

    Persamaan diatas dapat dinyatakan dalam bentuk matriks dengan komponenya yaitu matriks

    koefisien, matriks variabel dan matriks output sebagai berikut

    Dari persamaan tersebut maka persamaan awal dapat dinyatakan dengan

    http://4.bp.blogspot.com/-hblkv4nwJEs/VOx9NqWsUtI/AAAAAAAAAH0/lGZ0-Lf-1Uo/s1600/1.PNGhttp://1.bp.blogspot.com/-fzMloAE3WE4/VOx9NtXdQgI/AAAAAAAAAH8/jA_Idcyy5NA/s1600/2.PNGhttp://3.bp.blogspot.com/-mrSaX0tzaBI/VOx9Nxb1krI/AAAAAAAAAH4/THKiRA5zpEE/s1600/3.PNG

  • 31

    Dengan hanya berbekal kemampuan menguasai invers matrix dengan dimensi 2x2, maka kita

    dapat melakukan invers matriks yang berdimensi mxn dengan sangat mudah.Motode partisi

    dapat membantu perhitungan invers dari matriks-matriks yang berorder tinggi.

    Matriks inversi A dinotasikan dengan A-1

    yang merupakan pembagian adjoin

    matriks A dengan determinannya, seperti berikut

    Dari persamaan tersebut, maka diketahui bahwa dimensi matriks A sangat besar, maka

    perhitungan adjoin dan determinannya menjadi sangat rumit. Oleh karena itu, perlu

    pemecahan menggunakan metode partisi agar dimensi matriks menjadi lebih kecil.

    Metode partisi adalah salah satu metode yang dapat digunakan untuk menginverse matriks

    yang berdimensi besar. Sebuah matriks yang akan dicari inversnya dipartisi menjadi 4

    matriks sebagai berikut:

    http://1.bp.blogspot.com/-jDunz0mhWFU/VOx9OWV7t4I/AAAAAAAAAIY/sWfTePG2_Eg/s1600/4.PNGhttp://3.bp.blogspot.com/-BOmed4cxceo/VOx9O_DUTrI/AAAAAAAAAIM/3zq0zM6wZz0/s1600/5.PNG

  • 32

    Syarat utama dari proses partisi adalah matriks A1 dan A4 harus bujur sangkar. Untuk

    memudahkan pengoperasian inversi dari matriks A yaitu A-1

    dapat ditulis sebagai berikut:

    5.3. OPERASI MATRIKS PARTISI

    a. Penjumblahan dan pengurangan matrick partisi

    Contoh :

    A =

    1 2 3 4538

    649

    7 85 60 1

    B =

    4 3 2 1763

    652

    5 44 31 0

    𝐴11= 1 25 6

    𝐴12= 3 44 8

    𝐴21= 3 48 9

    𝐴22= 5 60 1

    𝐵11= 4 37 6

    𝐵12= 2 15 4

    𝐵21= 6 53 2

    𝐵22= 4 31 0

    http://3.bp.blogspot.com/-Pc6woXepBpc/VOx9PPg6pHI/AAAAAAAAAIQ/LIN5JONafeE/s1600/6.PNGhttp://1.bp.blogspot.com/-gLQ6YoQNuMo/VOx9Pi1xKkI/AAAAAAAAAIc/pRHe-ol3nCk/s1600/7.PNG

  • 33

    a). A + B = 1. 𝐴11+ 𝐵11 = 1 25 6

    + 4 37 6

    = 5 5

    12 12

    2. 𝐴12+ 𝐵12 = 3 47 8

    + 2 15 4

    = 5 5

    12 12

    3. 𝐴21+ 𝐵21 = 3 48 9

    + 6 53 2

    = 9 9

    11 11

    4. 𝐴22+ 𝐵22 = 5 60 1

    + 4 31 0

    = 9 91 1

    A + B =

    5 5 5 51299

    129

    11

    12 129 91 1

    b. PENGURANGAN

    A – B = 1.𝐴11- 𝐵11 = 1 25 6

    - 4 37 6

    = −3 −1−2 0

    2 . 𝐴12 - 𝐵12 = 3 47 8

    - 2 15 4

    = 1 32 4

    3. 𝐴21- 𝐵21 = 3 48 9

    + 6 53 2

    = −3 −15 7

    4. 𝐴22- 𝐵22 = 5 60 1

    + 4 31 0

    = 1 3−1 1

    A – B =

    −3 −1 1 3−2−35

    0−17

    2 41 3−1 1

  • 34

    c. PERKALIAN MATRICK PARTISI

    A * B = 𝐴11 𝐴12𝐴21 𝐴22

    X 𝐵11 𝐵12𝐵21 𝐵22

    = 𝐴11𝐵11 + 𝐵12𝐵21 𝐴11𝐵12 + 𝐴12𝐵22𝐴21𝐵11 + 𝐴22𝐵21 𝐴21𝐵12 + 𝐴12𝐵22

    = 𝐴11 𝐵11 = 1 25 6

    X 4 37 6

    = 4 𝑥 14 3 + 1220 𝑥42 15 + 36

    = 18 1562 51

    = 𝐴12 𝐵21 = 3 47 8

    X 6 53 2

    = 18 𝑥 12 15 + 842 𝑥20 35 + 15

    = 30 2362 51

    = 𝐴11 𝐵11 + 𝐴12𝐵21 = 18 1562 51

    + 30 2366 11

    = 48 3828 102

    = 𝐴21 𝐵11 = = 3 48 9

    X 4 37 6

    = 12 + 28 9 + 2432 + 63 27 + 24

    = 40 3395 51

    = 𝐴22 𝐵21 = 5 60 1

    X 6 53 2

    = 30 + 18 30 + 12

    0 + 3 5 + 10 =

    48 423 15

    = 𝐴21 𝐵11 + 𝐴22𝐵21 = 40 3395 51

    + 48 423 15

    = 88 7598 66

    = 𝐴11 𝐵1 2= 1 25 6

    X 2 15 4

    = 2 + 10 1 + 810 + 30 6 + 24

    = 12 940 30

    = 𝐴12 𝐵22 = 3 47 8

    X 4 31 0

    = = 12 + 4 9 + 028 + 8 21 + 0

    = 26 936 21

    = A11 . B12 + A12 . B22 = 12 + 26 9 + 940 + 36 30 + 21

    = = 38 1876 51

  • 35

    = A21 . B12 = 3 48 9

    X 2 15 4

    = 5 + 20 3 + 16

    16 + 45 8 + 36 =

    26 1961 44

    = A12 . B22 = 5 60 1

    X 4 31 0

    = 20 + 6 3 + 16

    16 + 45 8 + 36 =

    26 151 0

    = A21 . B12 + A12 . B22 = 26 1961 44

    + 26 151 0

    = 52 3462 44

    A x B =

    48 38 28 181288898

    1027080

    76 5052 3462 44

  • 36

    BAB VI

    VEKTOR

    6.1. PENGERTIAN

    Banyak kuantitas fisik, seperti luas, panjang, massa dan temperatur, dapat dijelaskan

    secara lengkap apabila besaran kuantitas tersebut telah diberikan. Kuantitas seperti ini

    dinamakan skalar.Kualitas fisik lainnya disebut vektor, penjelasannya tidak begitu lengkap

    sehingga baik besarannya maupun arahnya dapat dispesifikasikan.Sebagai contoh, angin yang

    bergerak pada umumnya digambarkan dengan memberikan kecepatan dan arahnya, misalnya

    mendekati 20 mil / jam.

    Vektor-vektor dapat dinyatakan secara geometris sebagai segmen – segmen garis terarah

    ataupun panah-panah di ruang-2 atau ruang-3; arah panah menentukan arah vektor dan

    panjang panah menyatakan besarnya. Ekor panah disebut titik awal (initial point) dari

    vektor, dan ujung panah dinamakan titik terminal (terminal point).

    Gambar 1.1

    B

    A

    (a) (b)

  • 37

    Pada gambar 1.1a, titik awal vector v adalah A da titik terminalnya adalah B, maka dituliskan

    v =

    AB

    Vektor – vektor yang mempunyai panjang dan arah yang sama, seperti pada gambar 3.1b

    disebut ekivalen.

    Untuk menuliskan panjang vektor vdigunakan notasi |v|

    6.2 OPERASI – OPERASI PADA VECTOR

    a. Penjumlahan Vektor

    Ada 2 metode yang dapat digunakan untuk menjumlahkan 2 buah vektor

    a.1 Metode Jajaran Genjang

    Gambar 1.2

    Vektor hasil (resultant) yaitu a + bdiperoleh dari diagonal jajaran genjang yang

    dibentuk oleh vektor a dan bsetelah titik awal dan titik akhir ditempatkan

    berimpit.

    a

    b

    a+b

  • 38

    a.2 Metode Segitiga

    Gambar 1.3

    Resultan diperoleh dengan menempatkan titik awal salah satu vektor pada titik

    ujung vektor yang lain, maka resultannya adalah vektor bertitik awal di titik

    awal adan bertitik ujung di titik ujung b

    a+b

    a

    b

    a+b

    a

    b

  • 39

    Catatan :

    1. Penjumlahan vektor bersifat komutatif, a + b = b + a

    2. Metode Segitiga baik sekali digunakan untuk menjumlahkan lebih dari 2 vektor.

    Misalnya a + b + c + d + e , maka resultannya adalah vektor dengan titik awal di

    titik awal vektor a dan bertitik ujung di titik ujung vektore

    3. Pengurangan vektor a dan b adalah a – b = a + (-b)

    b. Perkalian Skalar

    Jika k adalah suatu skalar bilangan riil, a suatu vektor, maka perkalian skalar ka

    menghasilkan suatu vektor yang panjangnya |k| kali panjang a dan arahnya sama

    dengan arah a bila k positif atau berlawanan arah bila k negatif. Bila k = 0 maka ka =0

    disebut vektor nol, yaitu vektor yang titik awal dan titik ujungnya berimpit.

    Gambar 1.4

    a

    2a -2a

  • 40

    6.3. SUSUNAN KOORDINAT RUANG-N

    a. Ruang dimensi satu (R1)

    R O P E A

    Gambar 1.5

    Titik O mewakili bilangan nol, titik E mewakili bilangan 1. Ditulis O(0), E(1), P( 52 )

    artinya P mewkili bilangan 52 dan kita letakkan P sehingga OP = 52 satuan ke arah E

    (arah positif).

    b. Ruang dimensi dua (R2)

    Setiap pasangan bilangan riil (koordinat titik) dapat diwakili oleh sebuah titik pada

    suatu bidang rata, yang membentuk susunan koordinat di dalam ruang dimensi dua,

    ditulis R2.

  • 41

    X2

    E2

    E1 C

    B(3,1)

    A(1,2)

    oX1

    D

    Gambar 1.6

    c. Ruang dimensi tiga (R3)

    X1

    X2

    X3

    A D

    CB(0,3,3)

    Gambar 1.7

  • 42

    d. Ruang dimensi n (Rn)

    Secara umum untuk Rn dimana n adalah bilangan bulat positif, suatu titik di dalam

    Rndinyatakan sebagai n-tupel bilangan riil. Misalnya titik X(x1, x2, ...,xn)

    6.4 VEKTOR DI DALAM RUANG RN

    Lebihdahulu kita pandang suatu susunan koordinat di R2. Suatu vektor disebut satuan

    bila panjangnya = 1.

    Kita ambil sekarang vektor satuan :

    e1 = OE1 yang titik awalnya O(0,0) dan titik ujungnya adalah E1(1,0)

    e2 = OE2 yang titik awalnya O(0,0) dan titik ujungnya adalah E2(0,1)

    Kemudian kita tulis e1 = 1e1 + 0 e2

    e2 = 0e1 + 1 e2

    Yang selanjutnya penulisan itu disingkat dengan

    e1 = [1,0]

    e2 = [0,1]

    Sekarang pandang vektor a yang titik awalnya O(0,0) dan titik ujungnya titik A(a1, a2).

    Vektor a disebut vektor posisi dari titik A.

  • 43

    e1

    e2

    A(a1, a2)

    a1e1

    a2e2

    Gambar 1.8

    Bilangan – bilangan a1, a2 disebut komponen – komponen dari a

    Panjang vektor a adalah 2

    2

    2

    1 aa

    Secara umum untuk vektor p yang titik awalnya P(p1, p2) dan titik ujungnya di Q(q1,

    q2) :

    PQ = (q1 – p1) e1 + (q2 – p2) e2

    = [(q1 – p1), (q2 – p2)]

    Kesimpulan (untuk Rn):

    1. Vektor posisi dari titik A(a1, a2, …, an) adalah OA = [a1, a2, …, an]

    2. Vektor bertitik awal di P(p1, p2, …, pn) dan bertitik ujung di Q(q1, q2, …, qn)

    adalah PQ = [q1 – p1, q2 – p2, … , qn – pn ]

    3. Panjang vektor a = [a1, a2, …, an] adalah |a| = 22

    2

    2

    1 .... naaa

    Jarak 2 titik P(p1, p2, …, pn) dan Q(q1, q2, …, qn) adalah panjang vektor PQ yaitu :

    |PQ| = 22222

    11 )(....)()( nn qpqppq

  • 44

    4. Vektor – vektor satuan dari susunan koordinat adalah

    e1 = [1,0,0,…,0],

    e2 = [0,1,0,…,0],

    e3 = [0,0,1,0…,0], dst.

    6.5. BEBERAPA DALIL PADA OPERASI VEKTOR

    Untuk setiap vektor a = [a1, a2, a3,. . ., an] , b = [b1, b2, b3, . . . , bn] , c=[c1, c2, c3, . . ., cn] Rn,

    dan m, k adalah skalar – skalar, maka berlaku :

    (1). a + b = b + a

    (2). (a + b) + c = a + (b + c)

    (3). k(a + b) = ka + kb

    (4). a + 0 = a

    (5). a + (-a) = 0

    (6). (k + m)a = ka + ma

    (7). (km)a = k(ma) = m(ka

    6.6 VEKTOR 3 RUANG (𝑅3)

    Vektor Pada Ruang ( Dimensi 3)

    Vektor di ruang 3 adalah vektor yang mempunyai 3 buah sumbu yaitu x , y , z yang saling

    tegak lurus dan perpotongan ketiga sumbu sebagai pangkal perhitungan.

    Vektor p pada bangun ruang dapat dituliskan dalam bentuk :

    1. koordinat kartesius p = (x, y, z)Capture4

    2. vektor kolom p

  • 45

    xyz

    atau, vector baris p=(x,y,z)

    𝑎 = 𝑥1𝑦1𝑧1

    𝑏 = 𝑥2𝑦2𝑧2

    1. 𝑎 +(−𝑏 )=

    𝑥1 + (−𝑥2)𝑦1 + (−𝑦2)𝑧1 + (−𝑧2)

    2. 𝑎 +(+(−𝑏 )=

    𝑥1 + (−𝑥2)𝑦1 + (−𝑦2)𝑧1 + (−𝑧2)

    3. k.𝑎 = 𝑘. 𝑥1𝑘. 𝑦2𝑘. 𝑧2

    4. k.𝑏 = 𝑘. 𝑥1𝑘. 𝑦2𝑘. 𝑧2

    6.7 PANJANG VEKTOR

    Sebuah vektor memiliki ukuran panjang. Panjang vektor dinotasikan dengan nama vektor tersebut

    O𝑎 atau O𝑏 dan didefinisikan sebagai akar pangkat dua dari jumlah kuadrat masing-masing komponennya.

    O𝑎 = 𝑥12 + 𝑦12 + 𝑧12

    O𝑏 = 𝑥22 + 𝑦22 + 𝑧22

    Contoh Soal :

    𝑎 = 123 𝑏 =

    345

    Tentukan :

    1. 2𝑎 +2𝑏

    2. –(-2𝑎 +𝑏 )

    3. O𝑎

  • 46

    4. O𝑏

    Jawab :

    1. 2𝑎 +𝑏 = 2.12.22.3

    + 2.32.42.5

    = 246 +

    68

    10 =

    2 + 64 + 8

    6 = 10 =

    81216

    2. -(-2𝑎 +𝑏 )=- −2.1−2.2−2.3

    + 345 =-

    −2−4−6

    + 345

    =- −2 + 3−4 + 4−6 + 5

    =- 10−1

    = −101

    3. O𝑎 = 12 + 22 + 32

    = 1 + 4 + 9

    = 14

    4. O𝑏 = 32 + 42 + 52

    = 9 + 16 + 25

    = 50= 25 x 2 = 5 2

    Contoh Soal:

    𝑎 = 567 𝑏 =

    123

    Tentukan =

    1. 2𝑎 = 2𝑏

    2. 2𝑎 − (𝑏)

    3. O𝑎

    4. O𝑏

    Jawab :

    1. 2𝑏 + 2𝑏 = 2.52.62.7

    + 2.12.22.3

    = 101214

    + 246 =

    10+212+414+6

    = 121620

  • 47

    2. 2𝑎 - 𝑏 = 2.52.62.7

    + 123 =

    101214

    + 123 =

    10+112+214+3

    = 111417

    3. O𝑎 = 52 + 𝑏62 + 72

    = 25 + 36 + 49

    = 110

    4. O𝑏 = 12 + 22 + 32

    = 1 + 4 + 9

    = 14

  • 48

    DAFTAR PUSTAKA

    http://ditambul.blogspot.co.id/2014/05/pengertiandefinisi-dan-contoh-matriks.html

    http://hmmusu.blogspot.co.id/2010/07/pengertian-matriks_08.html

    http://bahanbelajarsekolah.blogspot.co.id/2014/10/pengertian-dan-jenis-jenis-matriks.

    Aljabar linier dasar Drs. Mahmud „imrona ,M.T. penerbit erlangga

    http://bahanbelajarsekolah.blogspot.co.id/2014/10/pengertian-dan-jenis-jenis-matriks.html?en