13
1 Hari Suci Agama Hindu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada hakekatnya semua agama memiliki hari suci atau hari- hari besar keagamaan. Setiap umat manusia yang ada di dunia ini, yang mempunyai kenyakinan akan adnya Sang Pencita, masing-masing mempunyai hari raya tertentu yang dianggap suci (kramat) dan mulia, yang tidak dilewatkan begitu saja tanpa disertai dengan suatu upacara dan upakara, meskipun hanya secara sederhana saja. Demikian pula dengan agama Hindu banyak sekali memiliki hari-hari suci keagamaan. Hari-hari istimewa bagi umat Hindu itu dipandang suci, karena pada hari-hari itu umat hindu wajib melakukan pemujaan terhadap Hyang Widhi Wasa (Tuhan yang Maha kuasa) beserta segala manifestasi Nya. Hari- hari suci merupakan hari-hari peyogaan Hyang Widhi dengan segala manifestasi-Nya. Oleh karena itu pada hari-hari tersebut merupakan hari-hari yang baik untuk melakukan Yadnya. Yadnya ini dilakukan oleh umat manusia hal ini sebagai penghormatan dan pemujaan terhadap hyang Widhi (Tuhan Maha Pecipta), atas segala karunia-Nya yang tidak terbatas yang telah dilimpahkan-Nya dan atas sinar suci t-Nya kepada semua kehidupan di dunia ini. 1.2 Rumusan Masalah

Hari Suci Agama Hindu

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Hari Suci Agama Hindu

1

Hari Suci Agama Hindu

BAB I

PENDAHULUAN

1.1         Latar Belakang

Pada hakekatnya semua agama memiliki hari suci atau hari-hari besar keagamaan.

Setiap umat manusia yang ada di dunia ini, yang mempunyai kenyakinan akan adnya Sang

Pencita, masing-masing mempunyai hari raya tertentu yang dianggap suci (kramat) dan

mulia, yang tidak dilewatkan begitu saja tanpa disertai dengan suatu upacara dan upakara,

meskipun hanya secara sederhana saja.

Demikian pula dengan agama Hindu banyak sekali memiliki hari-hari suci keagamaan.

Hari-hari istimewa bagi umat Hindu itu  dipandang suci, karena pada hari-hari itu umat hindu

wajib melakukan pemujaan terhadap Hyang Widhi Wasa (Tuhan yang Maha kuasa) beserta

segala manifestasi Nya.

Hari- hari suci merupakan hari-hari peyogaan Hyang Widhi dengan segala manifestasi-

Nya. Oleh karena itu pada hari-hari tersebut merupakan hari-hari yang baik untuk melakukan

Yadnya. Yadnya ini dilakukan oleh umat manusia hal ini sebagai penghormatan dan

pemujaan terhadap hyang Widhi (Tuhan Maha Pecipta), atas segala karunia-Nya yang tidak

terbatas yang telah dilimpahkan-Nya dan atas sinar suci t-Nya kepada semua kehidupan di

dunia ini.

1.2         Rumusan Masalah

1.2.1             Apa yang dimaksud dengan Hari Suci?

1.2.2             Apa saja yang termasuk kedalam prinsip pokok Hari Suci?

1.3         Tujuan

1.3.1             Agar dapat mengetahui pengertian Hari Suci.

1.3.2             Agar dapat mengetahui prinsip pokok Hari Suci.

Page 2: Hari Suci Agama Hindu

2

BAB II

PEMBAHASAN

2.1         Pengertian Hari Suci

Hari suci  atau rerahinan adalah hari yg diperingati atau di istimewakan  berdasarkan

kenyakinan bahwa hari itu mempunyai makna bagi kehidupan seseorang/masyarakat karena

pengaruhnya dan karna nilai-nilai didalamnya. Bila peringatan hari suci itu dilakukan secara

rutin maka acara itu disebut  rerahinan. Bila kita pelajari acara rerahinan ini maka hari-hari

suci itu ada pada siklus tertentu, dan mempunyai hari puncak dimana hari puncak itu akan

kembali kehari permulaan.

Hari suci yang dirayakan oleh seluruh umat disebut hari raya atau rerahinan gumi

(jagat). Sedangkan hari suci yang dirayakan oleh kelompok-kelompok tertentu disebut

dengan nama odalan atau piodalan. Piodalan atau pawedalan berasal dari kata Wedal yang

artinya lahir. Jadi pawedalan atau piodalan merupakan hari suci untuk memperingati

kelahiran sesuatu (bukan manusia) atau hari jadi suatu Pura (Karena piodalan biasanya

ditujukan untuk tempat suci).

2.2         Prinsip Pokok Hari Suci

Untuk menentukan hari suci, didasarkan atas  beberapa perhitungan, diantaranya

Wewaran, Pawukon, penanggal, panglong, dan sasih. Hal ini banyak dijelaskan didalam

Wariga yaitu pedoman untuk mencari ala-ayuning (baik-buruknya) hari atau dewase.

Berbagai macam proses, prinsip dan ketentuan yang melatarbelakangi perhitungan dan

pelaksanaan atau perayaan hari-hari suci agama Hindu. Adapun dasar perhitungan yang

dimaksud seperti :

1.             Sistem perhitungan wara, yaitu perhitungan yang didasarkan atas adanya wewaran,

misalnya perpaduan antara Tri Wara dengan Panca Wara dan Sapta Wara.

2.             Sistem perhitungan wuku, yaitu perhitungan hari Suci yang didasarkan atas

pawukon, yakni dari wuku sinta sampai dengan watugunung.

3.             Sistem pranatamasa, yaitu perhitungan hari suci yang didasarkan atas sasih.

4.             Sistem tithi, yaitu perhitungan hari suci yang dihubungkan dengan peredaran bulan,

seperti purnama dan tilem.

Page 3: Hari Suci Agama Hindu

3

5.             Sistem naksatra, yaitu hari suci yang dirayakan berdasarkan perhitungan musim atau

yang bersifat musiman.

6.             Sistem yoga, yaitu hari suci yang dirayakan berdasarkan perhitungan letak tata surya

atau planet-planet angkasa. Mengingat keberadaan planet-planet tersebut sangat besar

pengaruhnya terhadap kehidupan terutama manusia.

7.             Sistem karana, yaitu hari suci yang dirayakan berdasarkan perhitungan pertemuan

antar bulan dengan matahari.

Demikian dasar perhitungan pelaksanaan hari suci agama Hindu yang dirayakan setiap

15 hari, 30 hari, 35 hari, 210 hari, dan 360 hari sekali. Perayaan hari-hari suci yang dimaksud

sudah tentu memiliki tujuan yang ingin diwujudkan yakni “keselamatan/kerahayuan”

bhuwana alit dan bhuwana agung sebagaimana tersuratkan dalam kitab suci Weda yakni

terwujudnya moksartham jagadhita ya ca iti dharma.

2.3         Jenis-jenis Hari Suci

1.             Hari raya /yadnya dilakukan setiap hari. Sebagai contoh para sulinggih melakukan

Surya Sewana, umat Hindu melakukan  Tri Sandhya, Yoga Yadnya, Swadhyaya

Yadnya, dan Dyanayadnya. Yang harus dilakukan tiap hari adalah Yadnya Sesa.

2.             Hari raya berdasarkan pertemuan Tri Wara dengan Panca Wara

Artinya  persembahan yang dilakukan pada pertemuan antara hari Kajeng (Tri Wara), dan

Kliwon (Panca Wara) sehingga didapatkan hari suci Kajeng Kliwon. Kliwon 

datangnya setiap lima hari sekali, Sang Hyang Siwa  bersemedi,pemujaan terhadap

sang Hyang Siwa. Kajeng Kliwon datang setiap 15  hari sekali,pemujaan terhadap Sang

Hyang Siwa.

3.             Hari Raya Berdasarkan pertemuan Sapta Wara dan Panca Wara. Artinya persembahan

dilakukan pada pertemuan Sapta Wara dengan Panca Wara, antara lain sebagai berikut:

Anggara Kliwon disebut pula Anggara Kasih, pada hari ini beryoga Sang Hyang Rudra.

Budha Wage disebut juga Budha Cemeng, beryoga Sang Hyang Manik Galih menurunkan

Sang Hyang Ongkara Amertha di bumi ini. Yadnya dipersembahkan kepada sang Hyang Sri

Nini, agar diciptakan kemakmuran dunia

Budha Kliwon, hari ini namanya sering disesuaikan dengan  wukunya. Hari Budha Kliwon

adalah hari  penyucian Sang Hyang Ayu atau sang Hyang Nirmala Jati Sehingga

persembahan ditunjukkan  padanya

Saniscara Kliwon hari ini namanya sering disesuaikan dengan nama wuku. Persembahan ini

ditujukan kepada Sang Hyang Parameswara

Page 4: Hari Suci Agama Hindu

4

4.             Hari Raya Berdasarkan Pawukon

Hari raya berdasarkan pawukon adalah hari raya yang perhitungannya berdasarkan wuku.

Page 5: Hari Suci Agama Hindu

5

2.4         Hari-hari Suci Umat Hindu di Indonesia

2.4.1             Hari Raya Suci Nyepi (Tahun Baru Çaka)

Hari Raya Nyepi’ adalah hari raya umat Hindu yang dirayakan setiap tahun Baru

Saka. Hari ini jatuh pada hitungan Tilem Kesanga (IX) yang dipercayai merupakan hari

penyucian dewa-dewa yang berada di pusat samudera yang membawa intisari amerta air

hidup. Untuk itu umat Hindu melakukan pemujaan suci terhadap mereka.Nyepi berasal dari

kata sepi (sunyi, senyap). Hari Raya Nyepi sebenarnya merupakan perayaan Tahun Baru

Hindu berdasarkan penanggalan / kalender caka, yang dimulai sejak tahun 78 Masehi. Tidak

seperti perayaan tahun baru Masehi, Tahun Baru Saka di Bali dimulai dengan menyepi. Tidak

ada aktifitas seperti biasa. Semua kegiatan ditiadakan, termasuk pelayanan umum, seperti

Bandar Udara Internasional pun tutup, namun tidak untuk rumah sakit.

Tujuan utama Hari Raya Nyepi adalah memohon ke hadapan Tuhan Yang Maha

Esa, untuk menyucikan Bhuana Alit (alam manusia / microcosmos) dan Bhuana

Agung/macrocosmos (alam semesta). Sebelum Hari Raya Nyepi, terdapat beberapa rangkaian

upacara yang dilakukan umat Hindu, khususnya di daerah Bali.Melasti, Tawur (Pecaruan),

dan Pengrupukan Tiga atau dua hari sebelum Nyepi, umat Hindu melakukan Penyucian

dengan melakukan upacara Melasti atau disebut juga Melis/Mekiyis. Pada hari tersebut,

segala sarana persembahyangan yang ada di Pura (tempat suci) di arak ke pantai atau danau,

karena laut atau danau adalah sumber air suci (tirta amerta) dan bisa menyucikan segala leteh

(kotor) di dalam diri manusia dan alam. Sehari sebelum Nyepi, yaitu pada “tilem sasih

kesanga” (bulan mati yang ke-9), umat Hindu melaksanakan upacara Buta Yadnya di segala

tingkatan masyarakat,mulai dari masing-masing keluarga,banjar,desa,kecamatan dan

seterusnya, dengan mengambil salah satu dari jenis-jenis caru (semacam sesajian) menurut

kemampuannya.

Pada saat Nyepi umat Hindu melaksanakan “Catur Brata” Penyepian yang terdiri

dari amati geni (tiada berapi-api/tidak menggunakan dan atau menghidupkan api), amati

karya (tidak bekerja), amati lelungan (tidak bepergian), dan amati lelanguan (tidak

mendengarkan hiburan). Serta bagi yang mampu juga melaksanakan tapa,brata,yoga dan

semadhi.

2.4.2             Hari Raya Suci Galungan

Page 6: Hari Suci Agama Hindu

6

Galungan adalah pemujaan kepada Hyanng Widhi yang dilakukan dengan penuh

kesucian dan ketulusan hati. Memohon kesejahteraan dan keselamatan hidup serta agar

dijauhkan dari awidya. Hari raya galungan adalah hari pawedalan jagat. Yaitu pemujaan

bahwa telah terciptnya jagat dengan segala isinya oleh Hyang Widhi. Hari ini muncul setiap

210 hari sekali. Yaitu pada hari rabu kliwon Wuku Dungulan. Galungan merupakan

perlambang perjuangan antara yang benar (dharma) melawan tidak benar (adharma) dan juga

sebagi pernyataan rasa terimakasih atas kemakmuran dalam alam yang diciptakan Hyang

Widhi ini. Disamping itu pula, perayaan galungan adalah untuk menyatakan terima kasih dan

rasa bahagia atas kemurahan Hyang Widhi yang dibayangkan telah sudi turun dengan diiringi

oleh para dewa dan para Pitara ke dunia. Sehari sebelum galungan, yaitu pada hari selasa

Wage wuku Dungulan. Disebut hari Hari Penampahan. Mulai saat penampahan ini segala

bentuk nafsu hendaknya dikendalikan dalam rangka menyambut hari raya Galungan

(Besoknya), karena pada hari Penampahan ini manusia berusaha digoda oleh nafsu-nafsunya

yang bersifat negatif, misalnya nafsu murka, iri hati, sombong, congkak dan lain-lainnya,

yang dilambangkan dengan Sang kala Tiga. Apabila manusia pada saat itu kurang waspada

dan tidak dapat mengendalikan dirinya sendiri, maka ia akan dikuasai adanya dorongan nafsu

marah, sering terjadi pertengkaran-pertengkaran .perselisihan dan lain sebagainya.

2.4.3             Hari Raya Suci Kuningan

Kuningan jatuh setiap Sabtu Kliwon Wuku Kuningan 210 hari sekali yakni sepuluh

hari setelah Galungan. Hari Kuningan adalah hari payogaan Hyang Widhi yang turun kedunia

dengan diiringi oleh para Dewa dan Pitara pitari melimpahkan Karunia-Nya kepada umat

manusia. Karena itu pada hari Kuningan kita hendaknya mengahturkan bakti memohon

kesentosaan, keselamatan, perlindungan dan tuntunan lahir bathin. Pada hari kuningan ini,

sajen (banten) yang dihaturkan harus dilengkapi dengan nasi yang berwarna kuning.

Tujuannya adalah sebagai tanda terima kasih atas kesejahteraan dan kemakmuran yang

dilimpahkan oleh Hyang Widhi Wasa. Pada hari ini kita membuat tamiang, endongan dan

kolem yang dipasang pada Padmasana. Sanggah (Merajan) dan Penjor. Tamiang ini adalah

simbol alat penangkis dari serangan hal-hal yang bersifat negatif, endongan adalah simbul

tempat makanan karena itu endongan berisi buah-buahan, tebu, tumpeng serta lauk pauknya,

dan kolem merupakan simbul tempat istirahat atau tidur. Upacara persembahyangan hari

kuningan harus sudah selesai sebelum tengah hari.

2.4.4             Hari Raya Suci Saraswati

Saraswati, adalah hari raya untuk memuja hyang Widhi dalam menifestasinya dan

kekuatannya menciptakan ilmu pengetahuan dan ilmu kesucian. Hari Raya Saraswati

Page 7: Hari Suci Agama Hindu

7

merupakan piodalan Sang hyang Aji Saraswati atau turunya Weda yang dirayakan setiap hari

sabtu Umanis Wuku Watugunung, yang jatuhnya setiap 210 hari sekali. Kekuatan Hyang

Widhi dalam Manifestasi-Nya menurunkan Ilmu pengetahuan dilambangkan dengan seorang

“Dewi”. Dewi Saraswati merupakan Dewi ilmu pengetahuan Suci, karena itu bagi para arif

bijaksana, pelajar dan kaum cendikiawan, saraswati ini merupakan hari penting untuk

memuja kebesaran hyang Widhi atas segala Ilmu pengetahuan suci yang telah dianugrahkan

itu. Dewi Saraswati merupakan sakti Brahma (manifestasi Hyang Widhi dalam hal mencipta),

yang mempunyai kekuatan yang luar biasa dalam bidang ilmu pengetahuan. Dari ilmu

pengetahuan inilah timbul ciptaan-ciptaan baru yang ada didunia, tanpa ilmu pengetahuan

manusia tidak mungkin dapat menciptkan yang baru.

2.4.5             Hari Raya Suci Siwalatri

Siwarâtri berarti malam renungan suci atau malam peleburan dosa. Hari Siwarâtri

jatuh pada Purwanining Tilem ke VII (Kapitu), yaitu sehari sebelum bulan mati sekitar bulan

Januari. Pada hari ini kita melakukan puasa dan yoga samadhi dengan maksud untuk

memperoleh pengampunan dari Hyang Widhi atas dosa yang diakibatkan oleh awidya

(kegelapan).

Ada 3 jenis Brata pada hari raya Siwarâtri terdiri dari:

1.                      Utama, melaksanakan:

a.              Monabrata (berdiam diri dan tidak berbicara).

b.             Upawasa (tidak makan dan tidak minum).

c.              Jagra (berjaga, tidak tidur).

2.                      Madhya, melaksanakan:

a.              Upawasa.

b.             Jagra.

3.                      Nista, hanya melaksanakan Jagra.

Hari Siwarâtri kadang kala disebut juga hari Pejagran. Karena pada hari ini Hyang

Widhi (Tuhan Yang Maha Esa), yang bermanifestasikan sebagai Siwa dalam fungsinya

sebagai pelebur, melakukan yoga semalam suntuk. Karena itu pada hari ini kita memohon

kehadapan-Nya agar segala dosa-dosa kita dapat dilebur.

2.4.6             Hari Raya Suci Pagerwesi

Hari raya Pagerwesi dilaksanakan pada hari Budha (rabu) Kliwon Wuku Shinta.

Hari raya ini dilaksanakan 210 hari sekali. Sama halnya dengan hari raya Galungan,

Pagerwesi juga termasuk rerainan gumi, artinya hari raya untuk semua masyarakat, baik

pendeta maupun umat walaka.

Page 8: Hari Suci Agama Hindu

8

Kata “Pagerwesi” artinya pagar dari besi. Ini melambangakan suatu perlindungan

yang kuat. Segala sesuatu yang dipagari berarti sesuatu yang bernilai tinggi agar jangan

mendapat gangguan atau dirusak. Hari raya pagerwesi sering diartikan oleh umat Hindu

sebagai hari untuk memagari diri yang dalam bahasa Bali disebut magehang awak. Nama

Tuhan yang dipuja pada hari raya ini adalah Sanghyang Pramesti Guru.

2.4.7             Hari Suci Purnama dan Tilem

Purnama dan Tilem, juga merupakan hari suci bagi umat Hindu, yang harus

disucikan dan dirayakan untuk memohon berkah, rahkmat dan Karunia dari Hyang Widhi.

Pada hari Purnama adalah payogaan Sanghyang Candra dan pada hari raya Tilem adalah

Payogaan Sanghyang Surya. Kedua-duanya sebagai kekuatan dan sinar suci Hyang Widhi

(Tuhan Yang Maha Kuasa) dalam manifestasinya berfungsi sebagai pelebur segala mala

(kekotoran) yang ada di dunia. Bila pada hari Purnama atau Tilem umat manusia

menghaturkan upakara yadnya dan persembahyangan kehadapan Hyang Widhi, dari nilai satu

aturan (bhakti) yang dipersembahkan itu akan mendapat imbalan anugrah bernilai sepuluh

dari hyang Widhi. Demikianlah hari Purnama dan Tilem itu yang merupakan hari Suci yang

harus dirayakan oleh umat Hindu untuk memohon anugrah dan rakhmat serta keselamatan

dan kesucian lahir bathin. Pada hari Purnama dan Tilem hendaknya mengadakan upacara-

upacara persembahyanngan dengan rangkaiannya berupa upakara yadnya sebagai salah satu

aspek dari pada pengalaman ajaran agama. Hari Purnama jatuh setiap bulan penuh (sukla

paksa), sedangkan Tilem jatuh setiap bulan mati (krsna paksa). Baik purnama maupun Tilem

datengnya setiap 30 atau 29 hari sekali. Pada hari Purnama dan Tilem ini kitahendaknya

mengadakan pembersihan secara lahir batin, karena itu, disampping bersembahyang

mengadakan puja bhakti kehadapan Hyang Widhi untuk memohon anugrah-Nya, juga kita

hendaknya mengadakan pembersihan dengan air (mandi yang bersih). Menurut pandangan

Hindu bahwa air merupakan sarana pembersihan yang amat penting didalam kehidupan

manusia. Disamping itu pula air merupakan sarana pembersih, juga sebagai pelebur kotoran.