Upload
swa-mini
View
53
Download
4
Embed Size (px)
Citation preview
1
Hari Suci Agama Hindu
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada hakekatnya semua agama memiliki hari suci atau hari-hari besar keagamaan.
Setiap umat manusia yang ada di dunia ini, yang mempunyai kenyakinan akan adnya Sang
Pencita, masing-masing mempunyai hari raya tertentu yang dianggap suci (kramat) dan
mulia, yang tidak dilewatkan begitu saja tanpa disertai dengan suatu upacara dan upakara,
meskipun hanya secara sederhana saja.
Demikian pula dengan agama Hindu banyak sekali memiliki hari-hari suci keagamaan.
Hari-hari istimewa bagi umat Hindu itu dipandang suci, karena pada hari-hari itu umat hindu
wajib melakukan pemujaan terhadap Hyang Widhi Wasa (Tuhan yang Maha kuasa) beserta
segala manifestasi Nya.
Hari- hari suci merupakan hari-hari peyogaan Hyang Widhi dengan segala manifestasi-
Nya. Oleh karena itu pada hari-hari tersebut merupakan hari-hari yang baik untuk melakukan
Yadnya. Yadnya ini dilakukan oleh umat manusia hal ini sebagai penghormatan dan
pemujaan terhadap hyang Widhi (Tuhan Maha Pecipta), atas segala karunia-Nya yang tidak
terbatas yang telah dilimpahkan-Nya dan atas sinar suci t-Nya kepada semua kehidupan di
dunia ini.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa yang dimaksud dengan Hari Suci?
1.2.2 Apa saja yang termasuk kedalam prinsip pokok Hari Suci?
1.3 Tujuan
1.3.1 Agar dapat mengetahui pengertian Hari Suci.
1.3.2 Agar dapat mengetahui prinsip pokok Hari Suci.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Hari Suci
Hari suci atau rerahinan adalah hari yg diperingati atau di istimewakan berdasarkan
kenyakinan bahwa hari itu mempunyai makna bagi kehidupan seseorang/masyarakat karena
pengaruhnya dan karna nilai-nilai didalamnya. Bila peringatan hari suci itu dilakukan secara
rutin maka acara itu disebut rerahinan. Bila kita pelajari acara rerahinan ini maka hari-hari
suci itu ada pada siklus tertentu, dan mempunyai hari puncak dimana hari puncak itu akan
kembali kehari permulaan.
Hari suci yang dirayakan oleh seluruh umat disebut hari raya atau rerahinan gumi
(jagat). Sedangkan hari suci yang dirayakan oleh kelompok-kelompok tertentu disebut
dengan nama odalan atau piodalan. Piodalan atau pawedalan berasal dari kata Wedal yang
artinya lahir. Jadi pawedalan atau piodalan merupakan hari suci untuk memperingati
kelahiran sesuatu (bukan manusia) atau hari jadi suatu Pura (Karena piodalan biasanya
ditujukan untuk tempat suci).
2.2 Prinsip Pokok Hari Suci
Untuk menentukan hari suci, didasarkan atas beberapa perhitungan, diantaranya
Wewaran, Pawukon, penanggal, panglong, dan sasih. Hal ini banyak dijelaskan didalam
Wariga yaitu pedoman untuk mencari ala-ayuning (baik-buruknya) hari atau dewase.
Berbagai macam proses, prinsip dan ketentuan yang melatarbelakangi perhitungan dan
pelaksanaan atau perayaan hari-hari suci agama Hindu. Adapun dasar perhitungan yang
dimaksud seperti :
1. Sistem perhitungan wara, yaitu perhitungan yang didasarkan atas adanya wewaran,
misalnya perpaduan antara Tri Wara dengan Panca Wara dan Sapta Wara.
2. Sistem perhitungan wuku, yaitu perhitungan hari Suci yang didasarkan atas
pawukon, yakni dari wuku sinta sampai dengan watugunung.
3. Sistem pranatamasa, yaitu perhitungan hari suci yang didasarkan atas sasih.
4. Sistem tithi, yaitu perhitungan hari suci yang dihubungkan dengan peredaran bulan,
seperti purnama dan tilem.
3
5. Sistem naksatra, yaitu hari suci yang dirayakan berdasarkan perhitungan musim atau
yang bersifat musiman.
6. Sistem yoga, yaitu hari suci yang dirayakan berdasarkan perhitungan letak tata surya
atau planet-planet angkasa. Mengingat keberadaan planet-planet tersebut sangat besar
pengaruhnya terhadap kehidupan terutama manusia.
7. Sistem karana, yaitu hari suci yang dirayakan berdasarkan perhitungan pertemuan
antar bulan dengan matahari.
Demikian dasar perhitungan pelaksanaan hari suci agama Hindu yang dirayakan setiap
15 hari, 30 hari, 35 hari, 210 hari, dan 360 hari sekali. Perayaan hari-hari suci yang dimaksud
sudah tentu memiliki tujuan yang ingin diwujudkan yakni “keselamatan/kerahayuan”
bhuwana alit dan bhuwana agung sebagaimana tersuratkan dalam kitab suci Weda yakni
terwujudnya moksartham jagadhita ya ca iti dharma.
2.3 Jenis-jenis Hari Suci
1. Hari raya /yadnya dilakukan setiap hari. Sebagai contoh para sulinggih melakukan
Surya Sewana, umat Hindu melakukan Tri Sandhya, Yoga Yadnya, Swadhyaya
Yadnya, dan Dyanayadnya. Yang harus dilakukan tiap hari adalah Yadnya Sesa.
2. Hari raya berdasarkan pertemuan Tri Wara dengan Panca Wara
Artinya persembahan yang dilakukan pada pertemuan antara hari Kajeng (Tri Wara), dan
Kliwon (Panca Wara) sehingga didapatkan hari suci Kajeng Kliwon. Kliwon
datangnya setiap lima hari sekali, Sang Hyang Siwa bersemedi,pemujaan terhadap
sang Hyang Siwa. Kajeng Kliwon datang setiap 15 hari sekali,pemujaan terhadap Sang
Hyang Siwa.
3. Hari Raya Berdasarkan pertemuan Sapta Wara dan Panca Wara. Artinya persembahan
dilakukan pada pertemuan Sapta Wara dengan Panca Wara, antara lain sebagai berikut:
Anggara Kliwon disebut pula Anggara Kasih, pada hari ini beryoga Sang Hyang Rudra.
Budha Wage disebut juga Budha Cemeng, beryoga Sang Hyang Manik Galih menurunkan
Sang Hyang Ongkara Amertha di bumi ini. Yadnya dipersembahkan kepada sang Hyang Sri
Nini, agar diciptakan kemakmuran dunia
Budha Kliwon, hari ini namanya sering disesuaikan dengan wukunya. Hari Budha Kliwon
adalah hari penyucian Sang Hyang Ayu atau sang Hyang Nirmala Jati Sehingga
persembahan ditunjukkan padanya
Saniscara Kliwon hari ini namanya sering disesuaikan dengan nama wuku. Persembahan ini
ditujukan kepada Sang Hyang Parameswara
4
4. Hari Raya Berdasarkan Pawukon
Hari raya berdasarkan pawukon adalah hari raya yang perhitungannya berdasarkan wuku.
5
2.4 Hari-hari Suci Umat Hindu di Indonesia
2.4.1 Hari Raya Suci Nyepi (Tahun Baru Çaka)
Hari Raya Nyepi’ adalah hari raya umat Hindu yang dirayakan setiap tahun Baru
Saka. Hari ini jatuh pada hitungan Tilem Kesanga (IX) yang dipercayai merupakan hari
penyucian dewa-dewa yang berada di pusat samudera yang membawa intisari amerta air
hidup. Untuk itu umat Hindu melakukan pemujaan suci terhadap mereka.Nyepi berasal dari
kata sepi (sunyi, senyap). Hari Raya Nyepi sebenarnya merupakan perayaan Tahun Baru
Hindu berdasarkan penanggalan / kalender caka, yang dimulai sejak tahun 78 Masehi. Tidak
seperti perayaan tahun baru Masehi, Tahun Baru Saka di Bali dimulai dengan menyepi. Tidak
ada aktifitas seperti biasa. Semua kegiatan ditiadakan, termasuk pelayanan umum, seperti
Bandar Udara Internasional pun tutup, namun tidak untuk rumah sakit.
Tujuan utama Hari Raya Nyepi adalah memohon ke hadapan Tuhan Yang Maha
Esa, untuk menyucikan Bhuana Alit (alam manusia / microcosmos) dan Bhuana
Agung/macrocosmos (alam semesta). Sebelum Hari Raya Nyepi, terdapat beberapa rangkaian
upacara yang dilakukan umat Hindu, khususnya di daerah Bali.Melasti, Tawur (Pecaruan),
dan Pengrupukan Tiga atau dua hari sebelum Nyepi, umat Hindu melakukan Penyucian
dengan melakukan upacara Melasti atau disebut juga Melis/Mekiyis. Pada hari tersebut,
segala sarana persembahyangan yang ada di Pura (tempat suci) di arak ke pantai atau danau,
karena laut atau danau adalah sumber air suci (tirta amerta) dan bisa menyucikan segala leteh
(kotor) di dalam diri manusia dan alam. Sehari sebelum Nyepi, yaitu pada “tilem sasih
kesanga” (bulan mati yang ke-9), umat Hindu melaksanakan upacara Buta Yadnya di segala
tingkatan masyarakat,mulai dari masing-masing keluarga,banjar,desa,kecamatan dan
seterusnya, dengan mengambil salah satu dari jenis-jenis caru (semacam sesajian) menurut
kemampuannya.
Pada saat Nyepi umat Hindu melaksanakan “Catur Brata” Penyepian yang terdiri
dari amati geni (tiada berapi-api/tidak menggunakan dan atau menghidupkan api), amati
karya (tidak bekerja), amati lelungan (tidak bepergian), dan amati lelanguan (tidak
mendengarkan hiburan). Serta bagi yang mampu juga melaksanakan tapa,brata,yoga dan
semadhi.
2.4.2 Hari Raya Suci Galungan
6
Galungan adalah pemujaan kepada Hyanng Widhi yang dilakukan dengan penuh
kesucian dan ketulusan hati. Memohon kesejahteraan dan keselamatan hidup serta agar
dijauhkan dari awidya. Hari raya galungan adalah hari pawedalan jagat. Yaitu pemujaan
bahwa telah terciptnya jagat dengan segala isinya oleh Hyang Widhi. Hari ini muncul setiap
210 hari sekali. Yaitu pada hari rabu kliwon Wuku Dungulan. Galungan merupakan
perlambang perjuangan antara yang benar (dharma) melawan tidak benar (adharma) dan juga
sebagi pernyataan rasa terimakasih atas kemakmuran dalam alam yang diciptakan Hyang
Widhi ini. Disamping itu pula, perayaan galungan adalah untuk menyatakan terima kasih dan
rasa bahagia atas kemurahan Hyang Widhi yang dibayangkan telah sudi turun dengan diiringi
oleh para dewa dan para Pitara ke dunia. Sehari sebelum galungan, yaitu pada hari selasa
Wage wuku Dungulan. Disebut hari Hari Penampahan. Mulai saat penampahan ini segala
bentuk nafsu hendaknya dikendalikan dalam rangka menyambut hari raya Galungan
(Besoknya), karena pada hari Penampahan ini manusia berusaha digoda oleh nafsu-nafsunya
yang bersifat negatif, misalnya nafsu murka, iri hati, sombong, congkak dan lain-lainnya,
yang dilambangkan dengan Sang kala Tiga. Apabila manusia pada saat itu kurang waspada
dan tidak dapat mengendalikan dirinya sendiri, maka ia akan dikuasai adanya dorongan nafsu
marah, sering terjadi pertengkaran-pertengkaran .perselisihan dan lain sebagainya.
2.4.3 Hari Raya Suci Kuningan
Kuningan jatuh setiap Sabtu Kliwon Wuku Kuningan 210 hari sekali yakni sepuluh
hari setelah Galungan. Hari Kuningan adalah hari payogaan Hyang Widhi yang turun kedunia
dengan diiringi oleh para Dewa dan Pitara pitari melimpahkan Karunia-Nya kepada umat
manusia. Karena itu pada hari Kuningan kita hendaknya mengahturkan bakti memohon
kesentosaan, keselamatan, perlindungan dan tuntunan lahir bathin. Pada hari kuningan ini,
sajen (banten) yang dihaturkan harus dilengkapi dengan nasi yang berwarna kuning.
Tujuannya adalah sebagai tanda terima kasih atas kesejahteraan dan kemakmuran yang
dilimpahkan oleh Hyang Widhi Wasa. Pada hari ini kita membuat tamiang, endongan dan
kolem yang dipasang pada Padmasana. Sanggah (Merajan) dan Penjor. Tamiang ini adalah
simbol alat penangkis dari serangan hal-hal yang bersifat negatif, endongan adalah simbul
tempat makanan karena itu endongan berisi buah-buahan, tebu, tumpeng serta lauk pauknya,
dan kolem merupakan simbul tempat istirahat atau tidur. Upacara persembahyangan hari
kuningan harus sudah selesai sebelum tengah hari.
2.4.4 Hari Raya Suci Saraswati
Saraswati, adalah hari raya untuk memuja hyang Widhi dalam menifestasinya dan
kekuatannya menciptakan ilmu pengetahuan dan ilmu kesucian. Hari Raya Saraswati
7
merupakan piodalan Sang hyang Aji Saraswati atau turunya Weda yang dirayakan setiap hari
sabtu Umanis Wuku Watugunung, yang jatuhnya setiap 210 hari sekali. Kekuatan Hyang
Widhi dalam Manifestasi-Nya menurunkan Ilmu pengetahuan dilambangkan dengan seorang
“Dewi”. Dewi Saraswati merupakan Dewi ilmu pengetahuan Suci, karena itu bagi para arif
bijaksana, pelajar dan kaum cendikiawan, saraswati ini merupakan hari penting untuk
memuja kebesaran hyang Widhi atas segala Ilmu pengetahuan suci yang telah dianugrahkan
itu. Dewi Saraswati merupakan sakti Brahma (manifestasi Hyang Widhi dalam hal mencipta),
yang mempunyai kekuatan yang luar biasa dalam bidang ilmu pengetahuan. Dari ilmu
pengetahuan inilah timbul ciptaan-ciptaan baru yang ada didunia, tanpa ilmu pengetahuan
manusia tidak mungkin dapat menciptkan yang baru.
2.4.5 Hari Raya Suci Siwalatri
Siwarâtri berarti malam renungan suci atau malam peleburan dosa. Hari Siwarâtri
jatuh pada Purwanining Tilem ke VII (Kapitu), yaitu sehari sebelum bulan mati sekitar bulan
Januari. Pada hari ini kita melakukan puasa dan yoga samadhi dengan maksud untuk
memperoleh pengampunan dari Hyang Widhi atas dosa yang diakibatkan oleh awidya
(kegelapan).
Ada 3 jenis Brata pada hari raya Siwarâtri terdiri dari:
1. Utama, melaksanakan:
a. Monabrata (berdiam diri dan tidak berbicara).
b. Upawasa (tidak makan dan tidak minum).
c. Jagra (berjaga, tidak tidur).
2. Madhya, melaksanakan:
a. Upawasa.
b. Jagra.
3. Nista, hanya melaksanakan Jagra.
Hari Siwarâtri kadang kala disebut juga hari Pejagran. Karena pada hari ini Hyang
Widhi (Tuhan Yang Maha Esa), yang bermanifestasikan sebagai Siwa dalam fungsinya
sebagai pelebur, melakukan yoga semalam suntuk. Karena itu pada hari ini kita memohon
kehadapan-Nya agar segala dosa-dosa kita dapat dilebur.
2.4.6 Hari Raya Suci Pagerwesi
Hari raya Pagerwesi dilaksanakan pada hari Budha (rabu) Kliwon Wuku Shinta.
Hari raya ini dilaksanakan 210 hari sekali. Sama halnya dengan hari raya Galungan,
Pagerwesi juga termasuk rerainan gumi, artinya hari raya untuk semua masyarakat, baik
pendeta maupun umat walaka.
8
Kata “Pagerwesi” artinya pagar dari besi. Ini melambangakan suatu perlindungan
yang kuat. Segala sesuatu yang dipagari berarti sesuatu yang bernilai tinggi agar jangan
mendapat gangguan atau dirusak. Hari raya pagerwesi sering diartikan oleh umat Hindu
sebagai hari untuk memagari diri yang dalam bahasa Bali disebut magehang awak. Nama
Tuhan yang dipuja pada hari raya ini adalah Sanghyang Pramesti Guru.
2.4.7 Hari Suci Purnama dan Tilem
Purnama dan Tilem, juga merupakan hari suci bagi umat Hindu, yang harus
disucikan dan dirayakan untuk memohon berkah, rahkmat dan Karunia dari Hyang Widhi.
Pada hari Purnama adalah payogaan Sanghyang Candra dan pada hari raya Tilem adalah
Payogaan Sanghyang Surya. Kedua-duanya sebagai kekuatan dan sinar suci Hyang Widhi
(Tuhan Yang Maha Kuasa) dalam manifestasinya berfungsi sebagai pelebur segala mala
(kekotoran) yang ada di dunia. Bila pada hari Purnama atau Tilem umat manusia
menghaturkan upakara yadnya dan persembahyangan kehadapan Hyang Widhi, dari nilai satu
aturan (bhakti) yang dipersembahkan itu akan mendapat imbalan anugrah bernilai sepuluh
dari hyang Widhi. Demikianlah hari Purnama dan Tilem itu yang merupakan hari Suci yang
harus dirayakan oleh umat Hindu untuk memohon anugrah dan rakhmat serta keselamatan
dan kesucian lahir bathin. Pada hari Purnama dan Tilem hendaknya mengadakan upacara-
upacara persembahyanngan dengan rangkaiannya berupa upakara yadnya sebagai salah satu
aspek dari pada pengalaman ajaran agama. Hari Purnama jatuh setiap bulan penuh (sukla
paksa), sedangkan Tilem jatuh setiap bulan mati (krsna paksa). Baik purnama maupun Tilem
datengnya setiap 30 atau 29 hari sekali. Pada hari Purnama dan Tilem ini kitahendaknya
mengadakan pembersihan secara lahir batin, karena itu, disampping bersembahyang
mengadakan puja bhakti kehadapan Hyang Widhi untuk memohon anugrah-Nya, juga kita
hendaknya mengadakan pembersihan dengan air (mandi yang bersih). Menurut pandangan
Hindu bahwa air merupakan sarana pembersihan yang amat penting didalam kehidupan
manusia. Disamping itu pula air merupakan sarana pembersih, juga sebagai pelebur kotoran.