Upload
others
View
1
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PELAKSANAAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
KARYAWAN PADA PT. PLN (PERSERO) PUSLITBANG
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan Diploma Tiga (D.III)
Progr
Akademi Sekretari dan Manajemen
PELAKSANAAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
KARYAWAN PADA PT. PLN (PERSERO) PUSLITBANG
KETENAGALISTRIKAN JAKARTA
TUGAS AKHIR
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan Diploma Tiga (D.III)
SRI RETNOWATI
NIM: 22130680
Program Studi Manajemen Administrasi
Sekretari dan Manajemen Bina Sarana Informatika
Jakarta
2016
PELAKSANAAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
KARYAWAN PADA PT. PLN (PERSERO) PUSLITBANG
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan Diploma Tiga (D.III)
Bina Sarana Informatika
ii
iii
iv
v
vi
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT, yang
telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga pada akhirnya penulis dapat
menyelesaikan tugas ini dengan baik. Dimana tugas akhir ini penulis sajikan dalam
bentuk buku yang sederhana. Adapun judul tugas akhir, yang penulis ambil, sebagai
berikut: “PELAKSANAAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
KARYAWAN PADA PT. PLN (PERSERO) PUSLITBANG
KETENAGALISTRIKAN JAKARTA”
Tujuan penulisan tugas akhir ini dibuat sebagai salah satu syarat kelulusan program
Diploma Tiga (D.III) ASM BSI. Sebagai bahan penulisan diambil berdasarkan hasil
penelitian (eksperimen), observasi dan beberapa sumber literatur yang mendukung
penulisan ini. Penulis menyadari bahwa tanpa bimbingan dan dorongan dari semua
pihak, maka penulisan tugas akhir ini tidak akan lancar. Oleh karena itu pada
kesempatan ini, izinkanlah penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Direktur Akademi Sekretari dan Manajemen Bina Sarana Informarika Jakarta.
2. Ketua Program Studi Sekretari Akademi Sekretari dan Manajemen Bina Sarana
Informatika.
3. Ibu Nurhidayati, SH, MH selaku Dosen Pembimbing Tugas Akhir.
4. Bapak Ending Djoyo Sumpeno selaku Assisten Analis Keamanan & K3 PT PLN
(persero) Puslitbang Ketenagalistrikan
5. Bapak/ibu dosen Manajemen Adminstrasi ASM BSI yang telah memberikan
penulis dengan semua bahan yang diperlukan.
6. Sebuah terima kasih ditujukan kepada keluarga penulis, terutama kedua orangtua,
saudara-saudara yang telah sangat membantu dalam mendorong, menyarankan
penulis untuk menyelesaikan tugas akhir ini.
7. Anak gesrek yang selalu memberikan dukungan untuk menyelesaikan tugas akhir
ini.
vii
8. Jullyan Putra Riswansah yang selalu memberikan dukungan untuk menyelesaikan
tugas akhir ini.
9. Sebuah terima kasih ditujukan kepada teman-teman 22.6A.31 atas waktunya saat
kita bersama-sama.
Serta semua pihak yang terlalu banyak untuk disebut satu persatu sehingga
terwujudnya penulisan ini. Penulis menyadari bahwa penulisan tugas akhir ini masih
jauh sekali dari sempurna, untuk itu penulis mohon kritik dan saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaan penulisan dimasa yang akan datang.
Akhir kata semoga tugas akhir ini dapat berguna bagi penulis khususnya dan
bagi para pembaca yang berminat pada umumnya.
Jakarta, 22 Juni 2016
Penulis
Sri Retnowati
viii
ABSTRAK
Sri Retnowati (22130680), Pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Karyawan Pada PT. PLN (persero) Puslitbang Ketenagalistrikan Jakarta.
Proses Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) akan rasa aman atau selamat dari kecelakaan di tempat kerja akan dapat mendorong karyawan untuk bekerja lebih maksimal dalam menyelesaikan pekerjaanya. Perusahaan harus meningkatkan kesejahteraan pegawai dengan memperhatikan kondisi kerja yang kondusif, aman serta nyaman dan memberikan fasilitas yang memadai sesuai dengan standar keamanan yang diharapkan. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja di PT PLN (persero) Puslitbang Ketenagalistrikan. Metode yang digunakan penulis adalah metode observasi, wawancara dan metode dokumentasi. PT PLN (persero) Puslitbang Ketenagalistrikan telah melaksanakan program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) pada setiap karyawan dengan cara memberikan penjelasan kepada karyawan tentang bagaimana memakai Alat Perlindungan Diri dan akibat kecelakaan kerja. Jadi, PT PLN (Persero) Puslitbang Ketenagalistrikan harus mempertahankan kualitas yang sudah dicapai saat ini agar nama baik perusahaan tetap terjaga baik dan para karyawan dapat memberikan kontribusi yang maksimal bagi perusahan.
Kata Kunci : Keselamatan dan Kesehatan Kerja
ix
ABSTRACT
Sri Retnowati (22130680), Implementation of the Occupational Safety and Health Employees at PT . PLN ( Persero ) Center for Electricity Jakarta .
Process Safety and Health (K3) for security or survivors of an accident at work will be able to encourage employees to work more optimally in completing the job. Companies must improve the welfare of employees by paying attention to working conditions conducive, safe and comfortable and provide adequate facilities in accordance with safety standards expected. The purpose of the study is to examine how the implementation of the Health and Safety at PT PLN (Persero) Center for Electric Power. The method used is the method of observation, interviews and documentation methods. PT PLN (Persero) Puslitbang Electrification program has been implemented Occupational Health and Safety (K3) on each employee by providing an explanation to employees about how to wear personal protection equipment and work-related accident. Thus, PT PLN (Persero) Center for Electricity should maintain the quality that has been achieved at this time so that the good name of the company is maintained well and the employees can give a maximum contribution to the company.
Keywords : Occupational Health and Safety
x
DAFTAR ISI
Halaman
Lembar Judul Tugas Akhir............................................................................. i Lembar Pernyataan Keaslian Tugas Akhir .................................................... ii Lembar Pernyataan Persetujuan Publikasi Karya Ilmiah ............................... iii Lembar Persetujuan dan Pengesahan Tugas Akhir ........................................ iv Lembar Konsultasi Tugas Akhir .................................................................... v Kata Pengantar ............................................................................................... vi Abstrak ........................................................................................................... viii Daftar Isi......................................................................................................... x Daftar Gambar ................................................................................................ xii Daftar Tabel ................................................................................................... xiii Daftar Lampiran ............................................................................................. xiv BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ................................................................... 1 1.2. Perumusan Masalah ........................................................... 2 1.3. Tujuan dan Manfaat ........................................................... 3 1.4. Metode Pengumpulan Data ............................................... 4 1.5. Ruang Lingkup .................................................................. 5 1.6. Sistematika Penulisan ........................................................ 5
BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Manajemen Sumber Daya Manusia ..................................... 7 2.1.1. Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia ...... 7 2.1.2. Tujuan Manajemen Sumber Daya Manusia ............ 8
2.1.3. Fungsi Operatif Manajemen Sumber Daya Manusia 8 2.1.4. Manfaat Pengembangan Sumber Daya Manusia ..... 10
2.2.Keselamatan dan Kesehatan Kerja ........................................ 11 2.2.1. Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja ........ 11 2.2.2. Tujuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja .............. 12
2.2.3. Penyebab Terjadi Kecelakaan dan Gangguan Kesehatan ........................................................................... 14
2.2.4. Upaya-Upaya Meningkatkan Keselamatan Kerja ... 19 2.2.5. Pendekatan Sistem Pada Manajemen Keselamatan
Kerja .................................................................................. 19 2.2.6. Kebijakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja ......... 21
xi
BAB III PEMBAHASAN 3.1. Tinjauan Umum Perusahaan .............................................. 24 3.1.1. Sejarah dan Perkembangan Singkat Perusahaan .... 24 3.1.2. Struktur dan Tata Kerja Perusahaan ........................ 26 3.1.3. Kegiatan Usaha ....................................................... 31 3.2. Hasil Penelitian .................................................................. 33
BAB VI PENUTUP 4.1. Kesimpulan ........................................................................ 45 4.2. Saran ................................................................................. 46
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 47 DAFTAR RIWAYAT HIDUP ................................................................... 48 SURAT KETERANGAN PKL/RISET ..................................................... 49 LAMPIRAN-LAMPIRAN ......................................................................... 50
xii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar III.1 Struktur Organisasi .................................................................. 26
xiii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel III.1 Alat perlindungan diri karyawan pada bagian Penelitian di PLN
Puslitbang ....................................................................................................................... 38
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
A1. Daftar Pertanyaan ................................................................................... 50
A2. Struktur Organisasi PT PLN (Persero) Puslitbang Ketenagalistrikan .... 51
B1. Kebijakan Manajemen ............................................................................ 52
B2. Alat Perlindungan Diri (APD) ................................................................ 53
B3. Proteksi Wherehouse .............................................................................. 54
C1. Piagam Penghargaan .............................................................................. 55
C2. Keputusan Menteri Ketenagakerjaan RI ................................................ 56
C3. Lampiran Keputusan Menteri Ketenagakerjaan RI ............................... 57
C4. Keputusan General Manajer PT. PLN .................................................... 58
C4. Keputusan General Manajer PT. PLN (terusan)..................................... 59
C5. Kartu PLN Sehat .................................................................................... 60
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Keselamatan kesehatan kerja merupakan hal berkaitan dengan
ketenagakerjaan dan sumber daya manusia. Keselamatan dan kesehatan kerja suatu
upaya untuk menjamin keutuhan jasmani dan rohani para karyawan. Dengan
keselamatan dan kesehatan kerja maka para karyawan dapat melakukan pekerjaan
dengan aman dan nyaman. Pekerjaan dapat dikatakan aman dan nyaman, jika resiko
yang mungkin muncul dapat dihindari dan merasa nyaman sehingga melakukan
pekerjaan dengan senang.
Untuk menciptakan suasana yang aman dan nyaman keselamatan dan kesehatan
kerja harus di perhatikan oleh para karyawan dan juga harus dipenuhi dalam sistem
pekerjaan karena berdampak positif atas berkelanjutannya produktivitas kerja
karyawan dan perusahaan dalam mewujudkan tujuan keselamatan dan kesehatan
kerja dengan baik. Apabila perusahaan salah menerapkan kondisi kerja yang aman
dan telah menerapkan sistem manajamen keselamatan dan kesehatan kerja tetapi
karyawan tidak mengikuti keselamatan dan kesehatan kerja diperusahaan, maka
kecelakaan kerja masih dapat terjadi.
Pencapaian keselamatan dan kesehatan kerja akan berlangsung dengan baik dan
lancar apabila para karyawan mengerti, memahami dan mempraktikan mengenai
2
kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja di dalam perusahaan. Hal tersebut dapat
terwujud dengan upaya pencegahan dan pengendalian bahaya kerja yang dapat
menyebabkan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Selain itu dapat
diwujudkan dengan melakukan salah satu program keselamatan dan kesehatan kerja
yaitu pelatihan keselamatan dan kesehatan kerja pada karyawan. Pelatihan mengenai
keselamatan dan kesehatan kerja penting untuk diadakan guna meningkatkan
kesadaran dan kewaspadaan pekerja akan sumber-sumber bahaya dan cara
penanganannya sehingga bisa meminimalkan potensi terjadinya kecelakaan kerja.
Berdasarkan hal tersebut, maka penulis mengambil judul “Pelaksanaan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Karyawan Pada PT. PLN (persero)
PUSLITBANG Ketenagalistrikan Jakarta”
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka masalah-masalah yang dirumuskan
adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja karyawan di PLN
Puslitbang?
2. Bagaimana pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja di PLN Puslitbang?
3. Bagaimana fasilitas dan pelayanan kesehatan pada karyawan di PLN Puslitbang?
3
1.3. Tujuan dan Manfaat
Adapun tujuan dari penulisan Tugas Akhir ini adalah:
1. Untuk mengetahui kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja karyawan di PLN.
2. Untuk mengetahui pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja di PLN.
3. Untuk mengetahui fasilitas dan pelayanan kesehatan untuk karyawan di PLN.
Penulisan Tugas Akhir ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai
berikut:
1. Bagi Penulis
Dapat menambah dan memperluas pengetahuan penulis dalam hal Manajemen
khususnya yang berhubungan dengan keselamatan dan kesehatan kerja.
2. Bagi Perusahaan
Sebagai bahan masukan bagi organisasi, untuk dapat dijadikan bahan perbaikan
perusahaan di masa yang akan datang tentang keselamatan dan kesehatan kerja.
3. Bagi Pembaca
Untuk menambah wawasan tentang program keselamatan dan kesehatan kerja,
tingkat kecelakaan kerja yang terjadi dan semua yang berhubungan dengan
keselamatan dan kesehatan kerja.
4
1.4. Metode Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data-data yang menunjang dalam penulisan TugasAkhir
ini, penulisan menggunakan beberapa metode adalah sebagai berikut:
1. Metode Observasi
Penulis mengumpulkan data yang dikumpulkan langsung dari lapangan untuk
memperoleh data-data yang bersangkutan dengan objek penelitian yang
diperlukan untuk penyusunan Tugas Akhir.
2. Metode Wawancara
Pada kegiatan ini diajukan pertanyaan secara langsung oleh pewawancara kepada
kepala bagian kepegawaian atau melakukan tanya jawab secara langsung dalam
usaha untuk melengkapi data-data yang akan diperoleh. Wawancara dilakukan
pada bagian yang terkait dengan keselamatan dan kesehatan kerja.
3. Metode Dokumentasi
Penulisan dilakukan dengan mempelajari berbagai pustaka yang menyangkut
pentingnya Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang di khususkan untuk
karyawan, terutama buku dan catatan-catatan yang didapat dibangku kuliah yang
ada hubungannya. Dengan materi penyusunan Tugas Akhir.
5
1.5. Ruang Lingkup
Untuk memperjelas masalah yang akan di bahas dan agar tidak terjadi pembahasan
yang lebih meluas pada penelitian tugas akhir ini, penulis membatasi hanya pada
Pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Karyawan Pada PT PLN (persero)
PUSLITBANG Ketenagalistrikan Jakarta dalam hal kebijakan keselamatan dan
kesehatan kerja, pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja, fasilitas dan
pelayanan kesehatan karyawan. Data yang penulis ambil pada periode februari-maret
2016.
1.6. Sistematika Penulisan
Adapun isi dan pembahasan dari penulisan tugas akhir ini disajikan dengan
sistematika sebagai berikut:
Bab I PENDAHULUAN
Dalam bab ini penulis menguraikan tentang latar belakang, maksud
dan tujuan, pengumpulan data, ruang lingkup, perumusan masalah,
dan sistematika penulisan.
Bab II LANDASAN TEORI
Dalam bab ini penulis menguraikan secara garis besar tentang
pengertian MSDM, tujuan MSDM dan pengertian kesehatan dan
keselamatan kerja, tujuan kesehatan dan keselamatan kerja, penyebab
6
terjadinya kecelakaan dan gangguan kesehatan kerja dan segala hal
yang sekiranya berhubungan dengan tulisan ini.
Bab III PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis membahas tentang tinjauan umum perusahaan
yang terdiri dari sejarah perkembangan organisasi, struktur dan tata
kerja organisasi, kegiatan usaha organisasi, dan hasil penelitian.
Bab IV PENUTUP
Bab ini berisi mengenai kesimpulan dan saran-saran penulis sebagai
masukan untuk menyelesaikan masalah yang ada.
7
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Manajemen Sumber Daya Manusia
2.1.1. Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia
Manajemen sumber daya manusia adalah suatu bidang manajemen yang
khusus mempelajari hubungan dan peranan manusia dalam organisasi perusahaan.
Menurut Dessler dalam Sedarmayanti (2016:35) manajemen sumber daya manusia strategis adalah menghubungkan manajemen sumber daya manusia dengan peran strategis dan tujuan dalam rangka meningkatkan kinerja bisnis dan pengembangan budaya organisasi dan mendorong tumbuhnya inovasi dan fleksibilitas.
Menurut Byars dan Rue dalam Fajar dan Heru (2015:2) “manajemen sumber
daya manusia adalah desain aktivitas yang mencakup pengadaan dan
pengkoordinasian sumber daya manusia”.
Menurut Jackson dan Schuler dalam fajar dan Heru (2015:2) “manajemen
sumber daya manusia adalah orang yang berbakat dan bersemangat tinggi yang
tersedia bagi organisasi sebagai kontributor potensial untuk menciptakan dan
merealisasikan tujuan, misi, serta visi organisasi”.
Menurut Mangkunegara (2013:2) manajemen sumber daya manusia merupakan suatu perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, pelaksanaan dan pengawasan terhadap pengadaan, pengembangan, pemberian balas jasa, pengintegrasaian, pemeliharaan, dan pemisahan tenaga kerja dalam rangka mencapai tujuan organisasi.
8
2.1.2. Tujuan Manajemen Sumber Daya Manusia
Menurut Barry Cushway dalam Sedarmayanti (2016:11) tujuan manajemen
sumber daya manusia meliputi:
1. Memberi saran kepada manajemen tentang kebijakan SDM untuk memastikan
organisasi/ perusahaan memiliki tenaga kerja bermotivasi dan berkinerja tinggi,
dilengkapi sarana untuk menghadapi perubahan.
2. Memelihara dan melaksanakan kebijakan dan prosedur SDM untuk mencapai
tujuan organisasi/perusahaan.
3. Mengatasi krisis dan siatuasi sulit dalam hubungan antara pegawai, agar tidak
ada gangguan dalam mencapai tujuan organisasi/perusahaan.
4. Menyediakan sarana komunikasi antar karyawan dengan manajemen organisasi.
5. Membantu perkembangan arah dan strategi organisasi secara keseluruhan
memperhatikan segi-segi SDM.
6. Menyediakan bantuan dan menciptakan kondisi yang dapat membantu manajer
lini dalam mencapai tujuan.
2.1.3. Fungsi Operatif Manajemen Sumber Daya Manusia
Terdapat enam fungsi operatif manajemen sumber daya manusia menurut
Mangkunegara (2013: 2) yaitu berikut ini:
1. Pengadaan tenaga kerja terdiri dari:
a. Perencanaan sumber daya manusia.
9
b. Analisis jabatan.
c. Penarikan pegawai.
d. Penempatan kerja.
e. Orientasi kerja (job orientation).
2. Pengembangan tenaga kerja mencakup:
a. Pendidikan dan pelatihan (training and development).
b. Pengembangan (karier).
c. Penilaian prestasi kerja.
3. Pembarian balas jasa mencakup:
a. Balas jasa langsung terdiri dari:
1.) Gaji atau upah.
2.) Insentif.
b. Balas jasa tak langsung terdiri:
1.) Keuntungan (benefit).
2.) Pelayanan atau kesejahteraan (service).
4. integrasi mencakup:
a. kebutuhan karyawan.
b. Motivasi kerja.
c. Kepuasan kerja.
d. Disiplin kerja.
e. Partisipasi kerja.
10
5. pemeliharaan tenaga kerja mencakup:
a. komunikasi kerja.
b. Kesehatan dan keselamatan kerja.
c. Pengendalian konflik kerja.
d. Konseling kerja.
6. pemisahan tenaga kerja mencakup: pemberhentian karyawan.
2.2.4. Manfaat Pengembangan Sumber Daya Manusia
Menurut Castetter dalam Basri dan Rusdiana (2015:18) mengemukakan
manfaat pengembangan pegawai, yaitu:
1. Meningkatkan performasi personil sesuai dengan posisi saat ini.
2. Pengembangan keterampilan personil untuk mengantisipasi tugas-tugas baru yang
bersifat reformasi.
3. Memotivasi pertumbuhan diri personil bagi penciptaan kepuasan kerja secara
individual.
Menurut Manullang dalam Basri dan Rusdiana (2015:18) bahwa
pengembangan personil akan memberikan manfaat bagi personil yang dikembangkan,
antara lain:
1. Membantu para personil untuk membuat keputusan yang lebih baik.
2. Meningkatkan kemampuan personil.
11
3. Terjadinya internalisasi dan operasional faktor-faktor motivasional.
4. Timbulnya suatu dorongan untuk meningkatkan kemampuan.
5. Peningkatan kemampuan personil dalam mengatasi stres, frustasi dan konflik.
6. Tersedianya informasi berbagai program pengembangan.
7. Meningkatkan kepuasan kerja semakin besarnya pengakuan atas kemampuan
seseorang.
8. Semakin besar bagi pegawai untuk bersikap mandiri.
9. Mengurangi ketakutan menghadapi tugas-tugas baru.
2.2. Keselamatan dan Kesehatan Kerja
2.2.1. Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Menurut Leon C. Megginson dalam Mangkunegara (2013:161) pengertian
keselamatan mencakup dua istilah risiko keselamatan dan risiko kesehatan. Dalam
bidang kepegawaian, kedua istilah tersebut dibedakan. Keselamatan kerja
menunjukan kondisi yang aman atau selamat dari penderitaan, kerusakan atau
kerugian di tempat kerja. Risiko keselamatan merupakan aspek-aspek dari lingkungan
kerja yang dapat menyebabkan kebakaran, ketakutan aliran listrik, terpotong, luka
memar, keseleo, patah tulang, kerugian alat tubuh, penglihatan, dan pendengaran.
Semua itu sering dihubungkan dengan perlengkapan perusahaan atau lingkungan fisik
dan mencakup tugas-tugas kerja yang membutuhkan pemeliharaan dan latihan.
Sedangkan kesehatan kerja menunjukan pada kondisi yang bebas dari gangguan fisik,
12
mental, emosi atau rasa sakit yang disebabkan oleh lingkungan kerja. Risiko
kesehatan merupakan faktor-faktor dalam lingkungan kerja yang bekerja melebihi
periode waktu yang ditentukan, lingkungan yang dapat membuat stres emosi atau
gangguan fisik.
Menurut Milyandra dalam Widodo (2015:235) istilah keselamatan dan kesehatan kerja, dapat dipandang mempunyai dua sisi pengertian. Pengertian yang pertama mengandung arti sebagai suatu pendekatan ilmiah (scientific approach) dan di sisi lain mempunyai pengertian sebagai suatu terapan atau suatu program yang mempunyai tujuan tertentu. Karena itu keselamatan dan kesehatan kerja dapat digolongkan sebagai suatu ilmu terapan (applied science).
Menurut Mangkunegara dalam Widodo (2015:235) menyatakan bahwa keselamatan dan kesehatan kerja difilosofikan sebagai suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohani tenaga kerja pada khususnya dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budayanya menuju masyarakat makmur dan sejahtera. Sedangkan pengertian secara keilmuan adalah suatu ilmu pengetahuan dan penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Keselamatan dan kesehatan kerja tidak dapat dipisahkan dengan proses produksi baik jasa maupun industri.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dalam Widodo (2015:241)
“menyebutkan bahwa pengertian kesehatan adalah sebagai suatu keadaan fisik,
mental, dan sosial kesejahteraan dan bukan hanya keadaan penyakit atau kelemahan”.
2.2.2. Tujuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Tujuan keselamatan dan kesehatan kerja menurut Mangkunegara (2013:162)
adalah sebagai berikut:
1. agar setiap pegawai mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan kerja baik
secara fisik, sosial, dan psikologis.
13
2. Agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja digunakan sebaik-baiknya,
seefektif mungkin.
3. Agar semua hasil produksi dipelihara keamanannya.
4. Agar adanya jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan kesehatan gizi pegawai.
5. Agar meningkat kegairahan, keserasian kerja, dan partisipasi kerja.
6. Agar terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh lingkungan atau
kondisi kerja.
7. Agar setiap pegawai merasa aman dan terlindungi dalam bekerja.
Menurut Sedarmayanti (2016:231) tujuan dari sistem manajemen keselamatan
dan kesehatan kerja adalah:
1. Sebagai alat pencapai derajat kesehatan tenaga kerja yang setinggi-tingginya,
baik buruh, petani, nelayan, pegawai negeri, atau pekerja bebas.
2. Sebagai upaya mencegah dan memberantas penyakit dan kecelakaan akibat kerja,
memelihara, dan meningkatkan kesehatan dan gizi tenaga kerja. Merawat dan
meningkatkan efisiensi dan daya produktivitas tenaga kerja, merawat dan
meningkatkan efisiensi dan daya produktivitas tenaga manusia, memberantas
kelelahan kerja dan melipat gandakan gairah serta kenikmatan bekerja.
14
3. Memberi perlindungan bagi masyarakat sekitar perusahaan, agar terhindar dari
bahaya pengotoran bahan proses industrialisasi yang bersangkutan, dan
perlindungan masyarakat luas dari bahaya yang mungkin ditimbulkan oleh
produk industri.
2.2.3. Penyebab Terjadi Kecelakaan dan Gangguan Kesehatan
Dibawah ini dikemukakan beberapa sebab yang memungkinkan terjadinya
kecelakaan dan gangguan kesehatan karyawan menurut Mangkunegara (2013:162)
terdiri dari:
1. Keadaan tempat lingkungan kerja
a. Penyusunan dan penyimpanan barang-barang yang berbahaya kurang
diperhitungkan keamanannya.
b. Ruang kerja yang terlalu padat dan sesak.
c. Pembuangan kotoran dan limbah yang tidak pada tempatnya.
2. Pengaturan udara
a. Pergantian udara di ruang kerja yang tidak baik (ruang kerja yang kotor,
berdebu, dan berbau tidak enak).
b. Suhu udara yang tidak dikondisikan pengaturannya.
3. Pengaturan penerangan
a. Pengaturan dan penggunaan sumber cahaya yang tidak tepat.
b. Ruang kerja yang kurang cahaya, remang-remang.
15
4. Pemakaian peralatan kerja
a. Pengaman peralatan kerja yang sudah usang atau rusak.
b. Penggunaan mesin, alat elektronik tanpa pengaman yang baik.
5. Kondisi fisik dan mental pegawai
a. Kerusakan alat indera, stamina pegawai yang tidak stabil.
b. Emosi pegawai yang tidak stabil, kepribadian pegawai yang rapuh, cara
berfikir dan kemampuan persepsi yang lemah, motivasi kerja rendah, sikap
pegawai yang ceroboh, kurang cermat, dan kurang pengetahuan dalam
penggunaan fasilitas kerja terutama fasilitas kerja yang membawa risiko
bahaya.
Menurut Dessler dalam Hanggraeni (2012:173) secara umum ada dua penyebab
atau sumber terjadinya kecelakaan kerja yaitu:
1. Faktor kondisi kerja yang tidak aman. Faktor ini berasal dari perusahaan. Kondisi
kerja yang tidak aman dianggap sebagai salah satu sumber terjadinya kecelakaan
kerja. Ketidakamanan bisa saja berasal dari peralatan yang tidak memenuhi
standar, kerusakan mesin, tidak adanya prosedur operasional yang jelas, proses
penyimpanan (storage) yang tidak aman seperti kelebihan muatan dan lain-lain.
Pencahayaan di tempat kerja yang tidak pas seperti terlalu terang atau terlalu
redup, dan juga ventilasi udara yang tidak sehat.
16
2. Faktor perilaku kerja yang tidak aman. Faktor ini berasal dari sisi pekerja. Bisa
saja perusahaan telah menererapkan kondisi kerja yang aman, telah memenuhi
semua standart keamanan yang ada, dan menerapkan sistem manajemen K3.
Akan tetapi, kecelakaan kerja masih saja terjadi. Hal ini kemungkinan besar
disebabkan dari perilaku kerja para pekerja yang tidak mengikuti kaidah dan
standar K3. Misalkan, standar operasional telah dibuat dengan jelas dan rinci,
tetapi kemudian pekerja tidak mematuhinya sehingga terjadilah kecelakaan. Atau
bisa jadi pekerja tidak menyadari pentingnya mematuhi standar-standar
keselamatan yang telah diterapkan sehingga kemudian pekerja menjadi lalai
dalam mematuhi standar-standar tersebut selama bekerja.
Menurut Fajar dan Heru (2015:204) kecelakaan kerja biasanya merupakan
hasil dari tindakan-tindakan kerja dan lingkungan kerja yang tidak aman, atau
gabungan keduanya. Berikut ini beberapa penyebab kecelakaan kerja yang
terindetifikasi:
1. Kecerobohan personal.
Sebagian ahli menunjuk pekerja sebagai penyebab utama terjadinya
kecelakaan menurut Schuler dan Jackson. Kecelakaan bergantung pada perilaku
kerja, tingkat bahaya dalam lingkungan pekerjaan, atau karena nasib sial. Sampai
seberapa jauh seorang pekerja menjadi penyebab kecelakaan dapat menjadi
petunjuk kecenderungan pekerja untuk mengalami kecelakaan. Kecelakaan kerja
yang bersumber dari kecerobohan pribadi telah mencapai angka sebesar 80% dari
17
keseluruhan kecelakaan kerja yang terjadi di organisasi menurut Byar dan Rue.
Tindakan-tindakan personal yang kurang aman ini meliputi senda gurau yang
berlebihan, tidak menggunakan alat pengaman, menggunakan alat yang tidak
sesuai, dan sering tidak mengindahkan prosedur kerja atau mengambil jalan
pintas. Peristiwa tersebut terjadi sulit untuk diidentifikasi penyebabnya, tapi
kemungkinan besar disebabkan oleh kelelahan kerja yang amat sangat, terlalu
tergesa-gesa, kebosanan, stres, penglihatan yang kurang, suka melamun
(daydreaming), kebencian dan ketidakmatangan emosional. Hampir semua
karyawan berfikir kecelakaan selalu terjadi pada orang lain, sehingga muncul
sikap yang mengarah kepada ketidak hati-hatian atau kurang respek terhadap apa
yang dapat terjadi.
2. Lingkungan fisik.
Kecelakaan kerja dapat terjadi disemua tipe lingkungan, misalnya dikantor, di
tempat parkir, dan pabrik.
3. Kecenderungan terjadinya kecelakaan (accident promenes).
Penyebab ketiga yang sering menimbulkan kecelakaan kerja adalah adanya
orang-orang tertentu yang cenderung mengalami kecelakaan. Kondisi ini terjadi
mungkin berasal dari sifat bawaan sejak lahir, atau karena keadaan tertentu
(misalnya, seorang karyawan yang tidak dapat tidur sepanjang malam, karena
mengurus anaknya sakit).
18
4. Kehidupan kerja yang berkualitas rendah.
Struktur organisasi yang menyebabkan terjadinya kehidupan kerja berkualitas
rendah, meliputi:
a. Pekerjaan-pekerjaan dengan tingkat penugasan, keragaman, identitas,
otonomi, dan umpan balik yang rendah.
b. Minimnya keterlibatan karyawan dalam pengambilan keputusan dan terlalu
banyaknya komunikasi satu arah pada para pekerja.
c. Sistem pengupahan yang tidak berdasarkan kinerja, atau berdasarkan kinerja
yang tidak dapat diukur secara obyektif, atau dibawah pengendalian pekerja.
d. Supervisor, deskripsi pekerjaan, dan kebijakan-kebijakan organisasi yang
gagal mengungkapkan kepada pekerja apa yang diharapkan dan faktor yang
mempengaruhi pemberian imbalan.
e. Kebijakan-kebijakan dan praktik-praktik sumber daya manusia yang
diskriminatif dan bervaliditas rendah.
f. Kondisi-kondisi pekerjaan yang dapat mengakibatkan pekerja dapat
diberhentikan semaunya.
g. Budaya perusahaan yang tidak mendukung pemberdayaan karyawan dan
keterlibatan dalam pekerjaan.
19
2.2.4. Upaya-Upaya Meningkatkan Keselamatan Kerja
Ada beberapa upaya untuk memelihara keselamatan dan kesehatan pada
tempat kerja. Menurut Widodo (2015: 250) dalam rangka meningkatkan keselamatan
dan kesehatan kerja perlu dibuat suatu program sebagai berikut:
1. Libatkan manajemen dan karyawan dalam menyusun program keselamatan dan
kesehatan.
2. Tentukan siapa yang bertanggung jawab dalam melaksanakan program tersebut.
3. Tentukan kebutuhan keselamatan dan kesehatan yang dibutuhkan bagian anda.
4. Ketahui bagian mana dari fasilitas perusahaan yang membahyakan.
5. Perbaiki bagian-bagian yang berbahaya.
6. Latih karyawan dalam teknik keselamatan dan kesehatan.
7. Ciptakan suatu mind-set para karyawan bahwa perusahaan harus bebas dari
potensi bahaya.
8. Secara terus menerus perbaiki dan sempurnakan program keselamatan dan
kesehatan yang ada.
2.2.5. Pendekatan Sistem Pada Manajemen Keselamatan Kerja
Pendekatan sistem pada manajemen keselamatan kerja dimulai dengan
mempertimbangkan tujuan keselamatan kerja, teknik, dan peralatan yang digunakan,
proses produk, dan perencanaan tempat kerja.
20
Menurut George S. Odiorne dalam Mangkunegara (2013:163) mengemukakan
bahwa pendekatan sistem pada manajemen keselamatan kerja mencakup:
1. Penetapan indikator sistem
Tahap dasar dalam implementasi sistem keselamatan kerja adalah menetapkan
metode untuk mengukur pengaruh pelaksanaan keselamatan kerja, kesehatan, dan
kesejahteraan pegawai. Statistik kecelakaan harus dijadikan pedoman dan
dibandingkan organisasi lainnya. Efektifitas dari sistem dapat diukur dan
kecenderungan-kecenderungannya dapat di identifikasikan. Indikator-indikator
tersebut merupakan kriteria untuk tujuan keselamatan kerja.
2. Melibatkan para pengawas dalam sistem pelaporan
Bilamana terjadi kecelakaan harus dilaporkan pada pengawas langsung dari bagian
kerusakan, dan laporan harus pula mengidentifikasi kemungkinan penyebab
terjadinya kecelakaan. Hal ini agar pengawas tersebut dapat mudah mengadakan
perbaikan dan mengadakan upaya preventif untuk masa selanjutnya.
3. Pengembangan prosedur manajemen keselamatan kerja
Pendekatan sistem yang esensi adalah menetapkan sistem komunikasi secara
teratur dan tidak lanjut pada setiap kecelakaan pegawai. Kemudian mengadakan
penelitian terhadap penyebab terjadinya kecelakaan dan mempertimbangkan
kebijakan yang telah ditetapkan untuk diadakan perubahan seperlunya sesuai
dengan keperluan pada saat itu.
21
4. Menjadikan keselamatan kerja sebagai bagian dari tujuan kerja
Membuat kartu penilaian keselamatan kerja. Setiap kesalahan yang dilakukan
pegawai dicatat oleh pengawas dan di pertanggung jawabkan sebagai bahan
pertimbangan dalam memberikan penilaian prestasi kerja, kondite yang
bersangkutan.
5. Melatih pegawai-pegawai dan pengawasan dalam menajemen keselamatan kerja
Melatih pegawai-pegawai untuk dapat menggunakan peralatan kerja dengan baik.
Begitu pula pegawai-pegawai dilatih untuk dapat menggunakan alat pengamanan
jika terjadi kecelakaan di tempat kerja.
2.2.6. Kebijakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Pengaturan-pengaturan dan penetapan kebijakan-kebijakan yang diambil oleh
suatu perusahaan sangat mungkin berbeda dengan yang dilakukan oleh perusahaan
lain karena dipengaruhi oleh beberapa hal seperti jenis usaha, ukuran perusahaan dan
besarnya jumlah karyawan, dan macam gangguan kesehatan, dan kecelakaan kerja
yang mungkin dapat timbul. Menurut Suparyadi (2015:382) beberapa kebijakan yang
dapat dilakukan antara lain:
1. Dibentuk organisasi SMK3
Dalam rangka melaksanakan SMK3, perlu dibentuk organisasi secara
khusus yang bertanggung jawab atas terwujudnya jaminan keselamatan
dan kesehatan kerja karyawan. Dengan adanya organisasi ini, proses
22
perencanaan, pelaksanaan, pengoordinasian, pengendalian dan
pengawasan penyelenggaraan keselamatan dan kesehatan kerja bagi
karyawan dapat dilaksanakan secara terarah, efektif, dan efisien.
2. Perencanaan secara terintegrasi
Perencanaan penyelenggaraan keselamatan dan kesehatan kerja yang
integrasi akan mampu menjangkau seluruh aktivitas karyawan dalam
melaksanakan tugasnya, yang meliputi terdatanya seluruh aktivitas
terutama yang berpotensi menimbulkan kecelakaan atau gangguan
kesehatan, macam dan tingkat resiko yang mungkin dapat terjadi, tindakan
pencegahan dan cara mengatasi kecelakaan dan gangguan kesehatan,
petugas khusus dan peralatan yang diperlukan, serta tindakan pengawasan
dan pengendalian yang diperlukan.
3. Pembagian wewenang
Peristiwa kecelakaan tidak dikehendaki oleh siapapun, waktu dan tempat
kejadiannya juga tidak dapat dipastikan terlebih dahulu sehingga perlu
diatur satu prosedur tetap dalam menangani setiap kejadian kecelakaan.
Pada dasarnya setiap kasus kecelakaan perlu segera ditangani dengan
cepat dan tepat agar tidak terjadi kerugian atau akibat buruk yang lebih
besar. Oleh karena itu perlu ditentukan pihak-pihak yang diberi wewenang
secara proporsional untuk mengambil tindakan secara cepat dan tepat
tersebut dan tidak terlalu birokratik.
23
4. Tanggung jawab organisasi atau perusahaan dan individu secara
proporsional
Terselenggaranya keselamatan dan kesehatan kerja secara keseluruhn
menjadi tanggung jawab organisasi SMK3. Namun demikian, setiap
individu karyawan juga memiliki tanggung jawab untuk mewujudkan
keselamatan dan kesehatan kerja tersebut, terutama untuk dirinya sendiri
dengan cara mematuhi seluruh peraturan, prosedur, dan petunjuk yang
ditetapkan oleh organisasi.
5. Dukungan anggaran yang cukup
Penyelenggaran SMK3 sudah tentu memerlukan dukungan anggaran,
antara lain untuk menyelenggarakan pelatihan bagi karyawan, sosialisasi
seluruh peraturan, prosedur, dan petunjuk keselamatan kerja, membuat
rambu-rambu, sarana dan prasarana (helm, sarung tangan, sepatu khusus,
masker, dan lain-lain), pengawasan, evaluasi, pelaporan, dan lain-lain.
6. Pengawasan dan pengendalian internal
Pengawasan dan pengendalian pelaksanaan keselamatan dan kesehatan
kerja dilakukan mulai dari tingkat yang paling bawah, yaitu dilaksanakan
oleh pimpinan tim atau kelompok yang langsung memimpin karyawan
dalam melaksanakan pekerjaannya sampai pada pimpinan puncak.
24
BAB III
PEMBAHASAN
3.1. Tinjauan Umum Perusahaan
3.1.1. Sejarah dan Perkembangan Singkat Perusahaan
Institusi ini berdiri tahun 1964 dengan nama Lembaga Masalah Ketenagaan
(LMK) dibawah naungan Departemen Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik (PUTL),
dengan tugas utama di bidang RDE (Research, Development & Engineering Services)
Sebagai ketenagalistrikan dalam pencapaian sasaran penyediaan tenaga listrik yang
cukup handal, harga yang layak, dan mutu yang tinggi. Tahun 1983 LMK berubah
nama menjadi Pusat Penyelidikan Masalah Kelistrikan (PLN PPMK) dan pada
Agustus 1995 menjadi PT PLN (Persero) Jasa Teknik Kelistrikan (PLN JTK).
Karena bidang kerjanya PLN JTK semakin luas, maka untuk lebih
mengefektifkan kompetisi dan kompetensi, sesuai dengan Surat Keputusan Direksi
Nomor 308.K/DIR/2003 tanggal 19 November 2003 telah dilakukan pemecahan
organisasi PT PLN (Persero) Jasa Teknik Kelistrikan menjadi 2 unit penunjang, yaitu
PLN Jasa Sertifikasi dan PLN Penelitian dan Pengembangan Ketenagalistrikan atau
disingkat dengan nama PLN LITBANG Ketenagalistrikan.
25
Selanjutnya, berdasarkan Surat Keputusan Direksi PT PLN (Persero) Nomor:
017.K/DIR/2010 sebutannya berubah menjadi PLN Pusat Penelitian dan
Pengembangan Ketenagalistrikan dan dipimpin oleh seorang Kepala Pusat Penelitian
dan Pengembangan Ketenagalistrikan.
Visi : Menjadi sebuah institusi penelitian dan pengembangan di bidang
ketenagalistrikan yang unggul dan terpercaya.
Misi : 1. Menyelenggarakan penelitian, pengembangan standarisasi dan inovasi di
bidang ketenagalistrikan yang meliputi pembangkitan, transmisi dan distribusi guna
memenuhi kebutuhan PLN dan Institusi lain.
2. Menyelenggarakan kegiatan jasa pengujian, kalibrasi, serta konsultasi
teknik dan sistem manajemen di bidang ketenagalisrikan yang meliputi
pembangkitan, transmisi dan distribusi guna memenuhi kebutuhan PLN dan Institusi
lain.
26
3.1.2. Struktur dan Tata Kerja Perusahaan
A. Struktur organisasi di bagian keselamatan dan kesehatan kerja
Sumber : PLN Puslitbang Duren Tiga
Gambar III.1.
Struktur Organisasi PLN Duren Tiga
DM. ADMINISTRASI UMUM & FASILITAS
ANALYST/ ASSISTANT ANALYST / JUNIOR ANALYST KEAMANAN DAN K3
OFFICER/ASSISTANT OFFICE/JUNIOR OFFICER SEKRETARIAT
ASSISTANT OFFICER/JUNIOR OFFICER PENGELOLAAN ASET
SPV.PENGELOLAAN FASILITAS KANTOR (SPV FAS)
OFFICER/ASSISTANT OFFICER/ JUNIOR OFFICER SARANA DAN FASILITAS
ANALYST/ASSISTANT ANALYST HUKUM DAN HUMAS
27
B. Tata Kerja Organisasi
1. Deputi Manajer Administrasi Umum & Fasilitas (DM ADMUM)
Bertanggung jawab atas pengelolaan sarana/prasarana, faslitas, keamanan,
kesehatan dan keselamatan kerja.
Tugas pokok:
a. Menyusun rencana kerja dan anggaran bidang administrasi dan umum.
b. Mengkoordinasikan dan mengarahkan kegiatan kehumasan dan hukum.
c. Mengkoordinasikan dan mengarahkan kegiatan kesekretariatan, pekerjaan
rumah tangga kantor, penggunaan kendaraan dinas dan penyediaan fasilitas
K3 dan pengoperasiannya.
d. Mengkoordinasikan dan mengevaluasi pekerjaan pemeliharaan
sarana/prasarana daan fasilitas kantor.
e. Mengelola dan mengevaluasi kebutuhan perlengkapan kantor dan ATK.
f. Mengoptimalkan proses penyelenggaraan surat menyurat dan kearsipan
(TLSK).
g. Mengendalikan pengelolaan Perjalanan Dinas Pegawai dan non Pegawai.
h. Mengoptimalkan pengelolaan Pengamanan yang bersifat operasional dan
strategis serta implementasi K3.
i. Melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh atasannya yang
berkaitan dengan tanggung jawab dan tugas pokoknya.
28
2. Analyst/ Assistant Analyst Hukum dan Humas
Bertanggung jawab atas kegiatan kehumasan dan kegiatan yang terkait
hukum seperti SK, SPK dan Kontrak.
Tugas Pokok:
a. Menyelesaikan laporan, data dan informasi kasus hukum tepat waktu
untuk bahan penelaahan dan barang bukti di persidangan.
b. Mempelajari dan menganalisa masalah hukum yang timbul, baik masalah
pidana maupun perdata.
c. Menyelesaikan permasalahan hukum yang timbul baik secara langsung
maupun tidak langsung yang berkaitan dengan perusahaan PLN atau
pegawai dalam hubungannya dengan kedinasan sebagai tergugat.
d. Menyarankan penyelesaian masalah kepegawaian termasuk penyusunan
keputusan bidang kepegawaian.
e. Menyiapkan surat-surat atau dokumen yang menyangkut perjanjian,
perusahaan dan pertanahan.
f. Menganalisa dan mengevaluasi kontrak-kontak dengan pihak ketiga dan
memberikan saran dan tanggapan sesuai dengan kebutuhan.
g. Memeriksa dan menangani pengurusan surat-surat atau akte, sertifikat
tanah, bangunan dan dokumen perjanjian dengan pihak ketiga maupun
lembaga atau instansi pemerintah dalam menyesuaikan perkara-perkara
hukum.
h. Mengamankan legalisasi produk hukum.
29
i. Membuat dan menyiapkan alat-alat publikasi guna mendukung kegaiatan
kehumasan, seperti: company profile, leaflet, plakat, cinderamata.
j. Menyusun dan mengevaluasi kegiatan pelakasanaan program kehumasan.
3. Analyst/Assistant Analyst/Junior Analyst Keamanan dan K3
Bertanggung jawab atas proses pelaksanaan keamanan dan K3 lingkungan
PLN Puslitbang.
a. melaksanakan dan menerapkan Standart Operation Prosedure (SOP) dan
Prosedur Tetap (PROTAP) Keamanan dan K3.
b. Melaksanakan Petunjuk Teknis untuk menjalin kesesuaiaannya terhadap
kebutuhan pelaksana.
c. Memonitor jumlah personil pengamanan (satpam) termasuk jadwal jaga.
d. Mendata kebutuhan peraltan pemaadam kebakaran (APAR/Hidrant) dan
alat Keselamatan Kerja sesuai ketentuan yang berlaku.
e. Melakukan uji coba secara berkala paling lama setiap 6 bulan pada semua
peraltan yang berkaitan dengan sistem pengamanan gedung PLN yang
ada di lingkungannya.
f. Membuat laporan Keamanan dan K3, termasuk kecelakaan kerja,
kecelakaan masyarakat umum, serta melaksanakan investigasi sesuai
peraturan yang berlaku.
4. Officer/Assistant Officer/Junior Officer Sekretariat
Bertanggung jawab atas proses administrasi surat masuk dan surat keluar
serta pengarsipan dan perindustrian dokumen surat.
30
a. Melakukan pencatatan surat-surat, faximile, telegram, telex masuk yang
diterima dengan mencatat kedalam buku agenda.
b. Melaksanakan pengadaan surat dan memberikan penomoran berdasarkan
TLSK.
c. Melakukakn pengelompokan dan mengarsip surat-surat berdasarkan
TLSK.
d. Melaksanakan/memproses permintaan SPPD dan pertanggungjawaban
SPPD rutin.
e. Memproses tagihan biaya pengiriman surat domestik dan pembelian
materai dan tagihan masalah/koran dan lain-lain.
f. Memproses/membuat permintaan cetak ATK (kop Surat dan Amplop
Dinas) untuk PLN Puslitbang.
5. Supervisor Pengelolaan Fasilitas Kantor
Bertanggung jawab atas pengelolaan pemeliharaan saran/prasarana, fasilitas
kantor, logistik dan rumah tangga kantor serta dokumentasinya.
a. Menyusun jadwal kegiatan pengelolaan fasilitas kantor.
b. Mengevaluasi usulan kebutuhan ATK dan mengawasi pelaksanaan
pengadaan ATK.
c. Mengawasi pelaksanaan kegiatan rumah tangga kantor, meliputi
pembelian bahan minuman, pemakaian telepon, listrik, gas dan konsumsi
rapat/tamu dinas.
d. Mengawasi penggunaan dan pemeliharaan kendaraan dinas.
e. Mensupervisi pembuatan kontrak/SPK.
31
f. Melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh atasannya
yang berkaitan dengan tanggung jawab dan tugas pokoknya.
6. Assistant Officer/Junior Officer Pengelolaan Asset
Bertanggung jawab atas pengelolaan aset di PLN Puslitbang.
a. Melakukan monitoring dan penomoran barang excom dan barang AT.
b. Melakukan monitoring proses pengadaan perlengkapan kantor.
c. Mempercepat proses pengadaan prasarana kantor untuk mendukung
pelayanan pelanggan.
d. Mengevaluasi barang excom.
7. Officer/Assistant Officer/Junior Officer Sarana dan Fasilitas
Bertanggung jawab atas pengelolaan sarana dan fasilitas di PLN Puslitbang.
a. Melaksanakan pengelolaan fasilitas kerja dan kendaraan.
b. Mengusulkan kebutuhan fasilitas kerja dan memonitor realisasinya.
c. Memonitoring pengadaan, pemakaian dan pemeliharaan fasilitas kerja
dan sarana kerja, termasuk pengelolaan pemakaian kendaaraan dan BBM.
d. Melakukan inventarisasi dan pengendalian peralatan kerja.
e. Melakukan pengaturan dan pengendalian penggunaan kendaraan dinas.
32
3.1.3. Kegiatan Usaha
PLN (Persero) Puslitbang Ketenagalistrikan merupakan perusahaan yang
bergerak di bidang jasa ketenagalistrikan, kegiatan utamanya melaksanakan
penelitian dan pengembangan ketenagalistrikan dengan arah kebijakan sebagai
berikut:
1. Penelitian Tingkat Perusahaan.
a. Sesuai arahan Direksi/Kepala Divisi, proposal oleh PLN Puslitbang.
b. Penelitian jangka pendek & menengah.
2. Penelitian Terapan/Industri.
a. Identifikasi kegiatan R & D oleh PLN Puslitbang.
b. Penelitian jangka pendek & menegah.
3. Tingkat Unit Bisnis/ Anak Perusahaan PLN (Tingkat Unit Bisnis/AP)
a. Sesuai pesanan/kebutuhan Unit Bisnis/Anak Perusahaan.
b. Penelitian jangka pendek.
c. Konsultasi teknik, investigasi.
4. Penilaian Teknologi dan Litbang.
a. Pengkajian teknologi/sistem/metode baru sebelum digunakan di lingkungan
PLN.
b. Mengkaji produk R & D dari institusi non PLN untuk diadopsi di lingkungan
PLN.
33
5. Pengembangan Produk dan Inovasi.
Pengembangan peralatan/sistem/metode untuk mendukung peningkatan daya
saing PLN.
3.2. Hasil Penelitian
3.2.1. Kebijakan PT. PLN (persero) Puslitbang Ketenagalistrikan Jakarta
tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Karyawan.
PT. PLN Duren tiga sudah mempunyai kebijakan tentang keselamatan dan
kesehatan kerja dan sudah mendapatkan Piagam Penghargaan berupa Bendera Emas
yang diberikan oleh Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia. Kebijakan
Keselamatan kerja merupakan perwujudan dari komitmen pimpinan atau ketua yang
memuat visi & misi organisasi, komitmen, sistem manajemen terpadu dan tekad
untuk melaksanakan keselamatan dan kesehatan kerja, kerangka dan program kerja.
Dasar Hukum yang digunakan PLN Duren Tiga dalam membuat kebijakan
keselamatan dan kesehatan kerja adalah berdasarkan UU Nomor 1 tahun 1970 yaitu
tentang:
a. Syarat-Syarat Keselamatan Kerja
1) Dengan peraturan perundangan ditetapkan syarat-syarat keselamatan kerja
untuk:
a) Mencegah dan mengurangi kecelakaan.
34
b) Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran.
c) Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan.
d) Memberi kesempatan atau jalan meyelamatakan diri pada waktu
kebakaran atau kejadian-kejadian lain yang berbahaya.
e) Memberi pertolongan pada kecelakaan.
f) Memberi alat-alat perlindungan diri kepada para pekerja.
g) Mencegah dan mengendalikan, timbulnya atau menyebarluasnya suhu,
kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca,
sinar atau radiasi, suara dan getaran.
h) Mencegah dan mengendalikan, timbulnya penyakit akibat kerja baik
physik maupun psychis, peracunan, infeksi dan penularan.
i) Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai.
j) Menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik.
k) Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup.
l) Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban.
m) Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan,
cara dan proses kerjanya.
n) Mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, binatang,
tanaman atau barang.
o) Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan.
p) Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya.
q) Menyesuaikan dan menyempurnakan pengarahan pada pekerja yang
bahaya kecelakaan yang menjadi bertambah tinggi.
35
Pasal 4
1) Dengan peraturan perundangan ditetapkan syarat-syarat keselamatan
kerja dalam perencanaan, pengtangkutan, peredaran perdagangan,
pemasangan, pemakaian, penggunaan, pemeliharaan dan penyimpanan
bahan, barang produk tennis dan aparat produksi yang mengandung dan
dapat menimbulkan bahaya kecelakaan.
2) Syarat-syarat tersebut memuat prinsip-prinsip teknis ilmiah menjadi suatu
kumpulan ketentuan yang disusun secara teratur, jelas dan praktis yang
mencakup bidang konstruksi, bahan pengolahan dan pembuatan,
perlengkapan alat-alat perlindungan. Pengujian dan pengesahan,
pengepakan atau pembungkusan pemberian tanda-tanda pengenal atas
bahan, barang, produksi teknis dan aparat produksiguna menjamin
keselamatan barang-barang itu sendiri, keselamatan tenaga kerja yang
melakukannya dan keselamatan umum.
3) Dengan peraturan perundangan aparat dirubah perincian seperti tersebut
dalam ayat 1 dan 2, dengan peraturan perundangan ditetapkan siapa yang
berkewajiban memenuhi dan mentaati syarat-syarat keselamatan tersebut.
Pasal 9
1) Pengurus diwajibkan menunjukan dan menjelaskan pada tiap tenaga kerja
baru tentang:
a) Kondisi-kondisi dan bahaya-bahaya yang dapat timbul dalam tempat
kerjanya.
36
b) Semua pengamanan dan alat-alat perlindungan yang diharuskan
dalam tempat kerjanya.
c) Alat-alat perlindungan diri bagi tenaga kerja yang bersangkutan.
d) Cara-cara dan sikap yang mau dalam melaksanakan pekerjaannya.
2) Pengurus hanya dapat memperkerjakan tenaga kerja yang bersangkutan
setelah iya yakin bahwa tenaga kerja tersebut telah memahami syarat-
syarat tersebut diatas.
a) Pengurus diwajibkan menyelenggarakan pembinaan bagi semua
tenaga kerja yang berada dibawah pimpinannya, dalam pencegahan
kecelakaan dan pemberantasan kebakaran serta peningkatan
keselamatan dan kesehatan kerja pada dalam pemberian pertolongan
pertama pada kecelakaan.
b) Pengurus diwajibkan memenuhi dan mentaati semua syarat-syarat
dan ketentuan-ketentuan yang berlaku bagi usaha dan tempat kerja
yang dijalankan.
Pasal 10
1) Menteri tenaga kerja berwenang membentuk panitia pembina keselamatan
dan kesehatan kerja guna memperkembangkan kerjasama saling
pengertian dan partisipasi efektif dari pengusaha atau pengurus dan tenaga
kerja dalam tempat-tempat kerja untuk melaksanakan tugas dan kewajiban
bersama di bidang keselamatan dan kesehatan kerja, dalam rangka
melancarkan usaha produktif.
37
2) Susunan panitia pembina keselamatan dan kesehatan kerja, tugas dan lain-
lainnya di tetapkan oleh menteri tenaga kerja.
3) Kecelakaan
pasal 11
1.) Pengurus diwajibkan melaporkan tiap kecelakaan yang terjadi dalam
tempat kerja yang dipimpinnya pada pejabat yang ditunjuk oleh menteri
tenaga kerja.
2.) Tata cara pelaporan dan pemeriksaan kecelakaan oleh pegawai termaksud
dalam ayat 1 diatur dengan peraturan perundangan.
Selain itu dalam Undang-undang tersebut juga mengatur yaitu:
Kewajiban dan Hak Tenaga Kerja
Pasal 12
Dengan peraturan perundangan diatur kewajiban dan hak tenaga kerja untuk:
1) Memberikan keterangan yang benar bila diminta oleh pegawai pengawas
dan atau ahli keselamatan kerja.
2) Memakai alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan.
3) Memenuhi dan mentaati semua syarat-syarat keselamatan kerja yang
diwajibkan.
4) Meminta pada pengurus agar dilakukan semua syarat keselamatan dan
kesehatan kerja yang diwajibkan.
5) Menyatakan keberatan kerja pada pekerjaan dimana syarat keselamatan
dan kesehatan kerja serta alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan
38
diragukan olehnya kecuali dalam hal-hal khusus ditentukan lain oleh
pegawai dalam batas-batas yang masih dipertanggung jawabkan.
4) Kewajiban Bila Memasuki Tempat Kerja
Pasal 13
Barang siapa akan memasuki sesuatu tempat kerja diwajibkan mentaati semua
petunjuk keselamatan kerja dan memekai alat-alat perlindungan diri yang
diwajibkan.
3.2.2. Pelaksanaan K3 pada PLN Puslitbang
Untuk melaksanakan keselamatan dan kesehatan kerja karyawan pada PT. PLN
(persero) Puslitbang Ketenagalistrikan sudah menerapkan semua dengan cara
memberikan penjelasan kepada karyawan, pasang banner, pasang spanduk tentang
bagaimana karyawan mempergunakan Alat Perlindungan Diri (APD) saat bekerja
yang sesuai dengan bidangnya. Adapun alat-alat yang digunakan saat bekerja pada
bagian penelitian adalah sebagai berikut:
Tabel III.2
Alat perlindungan diri karyawan pada bagian Penelitian di PLN Puslitbang
No Alat Perlindungan Diri Keterangan
1 Pelindung kepala atau helm Guna untuk melindungi kepala dari bendakeras, pukulan dan benturan, terjatuh danterkena arus listrik.
39
2 Kacamata pengaman Guna melindungi mata ketika berkerja misalkan terkena debu,sinar las dan lain-lain
3 Pelindung wajah Alat pelindung wajah dari percikan benda asing saat bekerja.
4 Masker Alat penyaring udara yang dihirup saat bekerja ditempat dengan kualitas buruk (misalnya debu, asap).
5 Penutup telinga Alat pelindung telinga saat bekerja di tempat yang bising.
6 Sarung tangan Alat pelindungan tangan pada saat bekerja ditempat yang mengakibatkan cedera tangan.
7 Sepatu boot Alat pengaman saat bekerja di tempat yang becek,berlumpur yang dilapisi dengan metal untuk melindungi kaki dari benda tajam dan panas.
8 Sepatu pelindung Alat yang seperti sepatu biasa , tapi berbahan kulit dilapisi dengan sol. Berfungsi mencegah kecelakaan fatal yang menimpa kaki seperti benda tajam, benda panas dan lain-lain.
9 Safety Belt Alat pelindung diri ketika pekerja bekerja/berada diatas ketinggian.
10 Pelampung Alat pelindung pengguna yang bekerja diatas air atau dipermukaan air agar terhindar dari bahaya tenggelam atau mengatur keterapungan pengguna agar dapat berada pada posisi tenggelam atau melayang di dalam air.
11 Jas laboratorium Alat perlindungan diri atau baju yang dikenakan selama pekerja di laboratorium.
12 Apron Baju yang berfungsi untuk melindungi diri dari cairan kimia, panas, uap , lembab dan radiasi.
Sumber: PLN Duren Tiga
Berdasarkan tabel III.2 dapat diketahui bahwa alat perlindungan diri yang wajib
digunakan karyawan bagian penelitian adalah alat perlindungan kepala atau helm
40
digunakan pada saat di laboratorium instrumen dan mekanikal, laboratorium
metalurgi dan pada saat di laboratorium sistem tenaga listrik. Kacamata pengaman
digunakan pada saat di laboratorium model fisik hidraulik. Perlindungan wajah
digunakan pada saat di laboratorium model fisik hidraulik. Masker digunakan pada
saat di laboratorium kimia dan lingkungan,laboratorium metalurgi. Penutup telinga
digunakan pada saat di laboratorium instrumen dan mekanikal, laboratorium tegangan
tinggi. Sarung tangan digunakan pada saat di laboratorium kimia dan lingkungan.
Sepatu bootdigunakan pada saat di laboratorium instrumen dan
mekanikal,laboratorium model fisik hidraulik, laboratorium metalurgi, laboratorium
tenaga air (LTA) Cipayung. Dan sepatu pelindung digunakan pada saat di
laboratorium kimia dan lingkungan, laboratorium teknik sipil, laboratorium hubungan
singkat, laboratorium kalibrasi, dan laboratorium sistem tenaga listrik. Safety belt
digunakan pada saat di laboratorium sistem tenaga listrik, laboratorium metalurgi.
Pelampung digunakan pada saat di laboratorium model fisik hidraulik, laboratorium
tenaga air (LTA) Cipayung. Jas laboratorium digunakan pada saat di laboratorium
kalibrasi. Dan apron digunakan pada saat di laboratorium kimia dan lingkungan,
laboratorium metalurgi. Alat perlindungan diri tersebut digunakan sesuai dengan
pekerjaannya, agar aman dalam melakukan pekerjaan.
Penggunaan Alat Perlindungan Diri (APD) wajib digunakan oleh karyawan
pada saat bekerja guna untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja di PLN
Puslitbang. Dan untuk saat ini PLN Puslitbang belum menerapkan sanksi pada
karyawan yang tidak menggunakan Alat Perlindungan Diri (APD) pada saat bekerja,
41
PLN Puslitbang akan memberhentikan pekerjaan karyawan tersebut apabila
pekerjaan nya beresiko besar dan juga memperingatkan karyawan tersebut.
Proteksi warehouse
1. Rambu-Rambu Pencegahan Kebakaran
Meskipun terlihat tidak penting namun berfungsi cukup besar dalam mencegah
adanya bahaya kebakaran, misalkan larangan merokok, area khusus merokok, dan
jalur evakuasi.
2. Alat Pemadam Kebakaran (APAR) Dry Chemical Powder & CO2
adalah alat perlindungan kebakaran aktif yang digunakan untuk memadamkan api
atau mengendalikan kebakaran kecil, umumnya dalam situasi darurat. Pada alat
pemadam ini berisi bahan kimia kering yang merupakan kombinasi daari Mono-
amoniten dan ammoniten sulphate. Serbuk kimia yang dikeluarkan akan
menyelimuti bahan yang terbakar sehingga memisahkan oksigen yang merupakan
unsur penting terjadinya kebakaran.
2. Hydrant Box
Adalah alat yang terletak di dalam maupun diluar gedung yang menyediakan
akses pasokan air untuk bertujuan pemadaman kebakaran.
3. Smoke detector
Adalah alat yang berfungsi secara otomatis menghidupkan alarm ketika
mendeteksi adanya asap kebakaran, inilah salah satu hal yang menyebabkan
adanya larangan merokok di dalam gedung.
42
4. Fire alarm Control Panel
Adalah sistem terintegrasi adanya gejala kebakaran, untuk kemudian memberi
peringatan (warning) dalam sistem evakuasi dan ditindak lanjuti dengan sistem
instalasi pemadam kebakaran (fire fighting system)
5. Cctv
Yaitu untuk memantau keadaan dalam suatu tempat, yang biasanya
berkaitandenngan keamanan atau tindak kejahatan, apabila terjadi hal-hal kriminal
dapat terekam kamera yang nantinya akan dijadikan sebagai bahan bukti serta
sebagai alat untuk mengetahui apakah suatu tempat tersebut mengalami sebuah
kecelakaan kerja.
6. Kotak Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan Kerja (P3K)
Kotak P3K berfungsi sebagai pertolongan pertama sebelum korban mendapat
pertolongan yang lebih baik di rumah sakit.
Tindakan Dalam Menghadapi Keadaan Darurat
Dalam menghadapi keadaan darurat, seperti terjadinya kebakaran pada PLN
Puslitbang tindakan yang dilakukan adalah memutus rantai segi tiga api, membuat
pengurangan kadar oxygen, menjauhkan benda terbuka dari api, mengisolasi sumber
api, penyelamatan dan evakuasi. Untuk tindakan evakuasi dilakukan atas perintah dari
ketua panitia keselamatan dan kesehatan kerja di PLN Puslitbang, dan evakuasi
tersebut dilakukan oleh petugas khusus yang sudah dibentuk oleh panitia keselamatan
dan kesehatan.
43
Tingkat Kecelakaan yang terjadi pada PLN Puslitbang
Berdasarkan data yang diperoleh, PT PLN (persero) Puslitbang
Ketenagalistrikan sampai saat ini belum pernah mengalami kecelakaan kerja pada
bagian penelitian. Dikarenakan karyawan PLN Puslitbang mematuhi peraturan yang
dibuat oleh perusahaan dengan menggunakan Alat Perlindungan diri (APD) pada saat
bekerja yang sesuai dengan bidangnya. Bila terjadi kecelakaan kerja tindakan yang
PLN Puslitbang lakukan ialah melakukan pertolongan pertama dengan membawa
karyawan ke klinik PLN Puslitbang yang ada didalam gedung PLN tersebut. Didalam
klinik tersebut terdapat dokter jaga dan asisten dokter, jika kecelakaan karyawan
hanya sebatas luka ringan atau luka luar maka langsung ditangani oleh dokter jaga
dengan kotak P3K yang disediakan. Apabila karyawan mengalami kecelakan yang
cukup berat dengan luka dalam maka perusahaan langsung merujuk karyawan
tersebut kerumah sakit terdekat.
3.2.3. Fasilitas dan Pelayanan Kesehatan Karyawan
Adapun fasilitas dan pelayanan untuk kesehatan para karyawan PLN adalah:
1. Kartu PLN Sehat
Kartu PLN Sehat di berikan pada seluruh karyawan yang berkerja di PLN. Kartu
PLN Sehat menunjuk Admedika sebagai pihak ketiga memberikan asuransi
kesehatan untuk karyawan mulai dari rawan jalan, rawat inap dan check lab.
Kartu PLN Sehat dapat digunakan mulai dari karyawan berserta keluarga
karyawan dengan catatan anak diatas umur 21 tahun tidak dapat menggunakan
44
fasilitas tersebut, dapat di kecualikan jika ada surat keterangan bahwa anak
tersebut belum bekerja atau masih sekolah.
2. Sistem Reimburse
Apabila karyawan sakit di hari libur maka perusahaan akan mengganti uang yang
sudah dikeluarkan karyawan untuk pengobatannya.
3. Medical Check up (Tahunan)
Medical check up yang dilaksanakan tiap tahun untukkaryawan PT PLN meliputi:
Tes pemeriksaan darah, tes pemeriksaan urine, pemeriksaan ECG, pemeriksaan
Rontgen, audiometri, pemeriksaan fisik (tinggi,berat badan,lingkar perut,visus
(penglihatan), dan buta warna), tes keseimbangan, dan pemeriksaan dokter.
45
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Dari hasil tersebut bisa disimpulkan bahwa:
1. PT. PLN (persero) Puslitbang Ketenagalistrikan sudah memiliki kebijakan
mengenai keselamatan dan kesehatan kerja. Kebijakan di PLN dibuat
berdasarkan Undang-undang No. 1 Tahun 1970.
2. PT. PLN (persero) Puslitbang Ketenagalistrikan sudah menerapkan pemakaian
Alat Perlindungan diri (APD) pada karyawan yang sesuai dengan bidang
pekerjaannya, jika karyawan tidak mematuhi atau melanggar kebijakan maka
karyawan akan diberi peringatan dan tidak diperbolehkan melakukan
pekerjaan jika pekerjaan itu beresiko besar.
3. Kecelakaan kerja pada karyawan PLN Puslitbang Duren tiga sampai saat ini
belum pernah terjadi, karyawan di PLN Puslitbang selalu mematuhi apa yang
diperintahkan oleh PLN. Salah satunya dengan menggunakan alat
perlindungan diri pada saat bekerja, sesuai dengan bidang pekerjaannya.
46
4.2. Saran
Agar keselamatan dan kesehatan kerja pada karyawan di bagian penelitian PT.
PLN (persero) Puslitbang Ketenagalistrikan menjadi lebih baik, maka:
1. PT PLN (persero) Puslitbang Ketenagalistrikan perlu mempertahankan dan
lebih meningkatkan dalam menerapkan penggunaan alat perlindungan diri
(APD) pada di setiap bidang pekerjaan karyawannya.
2. Perlu adanya pelatihan karyawan baru untuk pertolongan pertama bila terjadi
adanya kebakaran.
47
Daftar Pustaka
Al Fajar, Siti dan Tri, Heru. 2015. Manajemen Sumber Daya Manusia (sebagai dasar meraih keunggulan bersaing). Yogyakarta: Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN. Basri, Hasan., dan H.A. Rusdiana.2015. Manajemen Pendidikan dan Pelatihan. Bandung: CV. Pustaka Setia. Hanggraeni, Dewi. 2012. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI. Mangkunegara, Anwar Prabu. 2013. Manajemen Sumber Daya Perusahaan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Sedarmayanti. 2016. Manajemen Sumber Daya Manusia Reformasi Birokrasi dan Manajemen Pegawai Negeri Sipil. Bandung. Suparyadi. 2015. Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta.
Widodo, Suparno Eko. 2015. Manajemen Penegembangan Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61