Upload
hakiet
View
220
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
30
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Pengembangan Metode
Pengembangan metode dapat dilakukan dalam semua tahapan ataupun
hanya salah satu tahapan saja. Pengembangan metode dilakukan karena metode
tersebut belum terstandarisasi ataupun dilakukan agar diperoleh hasil yang
optimal dibandingkan dengan metode sebelumnya. Pada penentuan kadar kalsium
(Ca) dalam tanaman kubis metode spektrofotometri serapan atom (SSA)
pengembangan metode dilakukan pada tahapan pembuatan deret larutan standar.
Pada metode sebelumnya pembuatan deret larutan standar dilakukan
dengan pemipetan langsung dari larutan induk 1000 ppm, masing-masing dipipet
dan dimasukan ke dalam labu ukur lalu di tanda bataskan dengan larutan asam
perklorat 0,1 M dan dihasilkan larutan deret standar 0-100 ppm. Kemudian setiap
larutan deret standar dipipet sebanyak 0,5 mL dan di tambahkan larutan lanthan
nitrat 4,5 mL hingga menjadi 5 mL.
Pada metode yang dikembangkan, deret larutan standar dibuat dengan
pemipetan dari larutan induk 1000 ppm yang telah terlebih dahulu diencerkan
menjadi 100 ppm. Kemudian dari larutan 100 ppm dipipet masing-masing ke
dalam labu ukur 10 mL, untuk membuat deret larutan standar 0-140 ppm, lalu
tambahkan larutan lanthan nitrat 4,5 mL dan di tanda bataskan dengan larutan
asam perklorat 0,1 M.
31
Dari kedua metode tersebut didapatkan nilai serapan absorbansi yang
berbeda. Deret larutan deret standar untuk metode sebelumnya menghasilkan nilai
absorbansi yang lebih rendah dibandingkan dengan metode yang dikembangkan.
Hal ini disebabkan karena pada metode sebelumnya terjadi pengenceran secara
sistematik, sehingga serapan yang dihasilkan menjadi lebih rendah dan tidak
sesuai dengan Hukum Lambert-Beer yang memiliki rentang kerja dengan
absorbansi pada 0,2-0-8.
Rentang kerja untuk pengukuran dengan SSA berada pada rentang
absorbansi 0,2 sampai 0,8 atau 15% sampai 70% jika dibaca sebagai transmitans.
Anjuran ini berdasarkan anggapan bahwa pada kisaran nilai absorbansi tersebut
kesalahan fotometrik yang terjadi adalah paling minimal, sehingga penyimpangan
yang terjadi semakin kecil, hal ini sesuai dengan hubungan antara absorbansi
dengan persen kesalahan relatif sesuai dengan Gambar 4.1 (Pecsock, R.R, et al.,
1976).
Gambar 4.1 Grafik Hubungan antara Absorbansi dengan Persen Kesalahan Relatif.
32
Hasil pengukuran absorbansi untuk deret larutan standar metode
sebelumnya dan metode yang dikembangkan terdapat pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1 Hasil Pengukuran Deret Larutan Standar Metode Sebelumnya dan yang Dikembangkan
No Konsentrasi (ppm)
Absorbansi (metode
sebelumnya)
Absorbansi (metode yang
dikembangkan) 1. 0 - 0,0002 2. 20 0,0416 - 3. 40 0,0752 - 4. 60 0,1153 0,2812 5. 80 0,1449 0,3798 6. 100 0,1780 0,4705 7. 120 - 0,5041 8. 140 - 0,6684
Perubahan yang dilakukan pada pembuatan deret larutan standar
menghasilkan absorbansi yang lebih baik dibandingkan dengan metode
sebelumnya. Absorbansi yang dihasilkan lebih mendekati daerah kerja untuk SSA
adalah antara 0,2-0,8.
4.1.2 Perbandingan Hasil Analisis Kadar Kalsium pada Tanaman Kubis. Penentuan kadar Ca pada tanaman kubis dilakukan dengan metode
spektrofotometri serapan atom (SSA). Penentuan kadar Ca yang terdapat dalam
SNI hanya berlaku untuk kalsium dalam air, sedangkan untuk kalsium dalam
tanaman kubis belum tersedia metode standarnya.
Kadar Ca total didapat dengan mengekstrak seluruh bagian tanaman
antara lain daun, batang dan akar tanamana kubis tersebut. Untuk perhitungan
kadar Ca melibatkan faktor koreksi kadar air, karena kubis memiliki kadar air
33
yang sangat tinggi yaitu 93,60-94,20%. Perbandingan hasil analisis kadar Ca
dalam tanaman kubis melalui metode sebelumnya dan metode yang
dikembangkan terdapat pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2 Perbandingan Hasil Analisis Kadar Ca dalam Tanaman Kubis
No Hasil Kadar Ca dengan Metode
Sebelumnya (%)
Hasil Kadar Ca dengan Metode yang Dikembangkan (%)
Kadar Ca Standar (%)
1. 1,57 1,65
1,00 - >3,50
2. 1,55 1,66 3. 1,50 1,65 4. 1,67 1,62 5. 1,50 1,64 6. 1,53 1,64 7. 1,61 1,66
Rata-Rata 1,56 1,64
Tahapan yang dilakukan pada analisis kadar Ca dalam tanaman kubis
adalah melakukan preparasi sampel terlebih dahulu. Tanaman kubis yang
digunakan adalah kubis daun yang berusia 100 hari dan jumlah sampel yang
digunakan adalah 7 buah sesuai dengan persyaratan minumim untuk sampel
validasi metode. Ekstraksi dilakukan dengan proses destruksi basah dengan
pelarut asam nitrat dan asam perklorat dengan perbandingan 1:1. Destruksi
dilakukan untuk memutuskan ikatan antara senyawa organik dengan logam yang
akan dianalisis yaitu Ca. Untuk menentukan kadar kalsium dalam sampel tanaman
kubis tersebut tahapan selanjutnya yang dilakukan adalah analisis Ca dalam
sampel dengan menggunakan SSA.
Analisis kadar Ca dalam tanaman kubis dengan metode yang
dikembangkan menghasilkan kadar yang lebih besar dibandingkan dengan metode
34
sebelumnya. Data perhitungan penentuan kadar Ca dalam tanaman kubis terdapat
pada Lampiran 7 dan 8.
4.1.3 Validasi Metode Analisis Ca dengan Metode Spektrofotometri Serapan Atom
4.1.3.1 Penentuan Rentang Kerja (Linieritas dan Working Range)
Rentang kerja spektrofotometer serapan atom ditentukan dengan cara
membuat kurva hubungan antara absorbansi pada sumbu y dan konsentrasi standar
pada sumbu x. Konsentrasi yang digunakan pada metode sebelumnya adalah
0-100 ppm dan metode yang dikembangkan adalah 0-140 ppm. Adapun kurva
kalibrasi untuk kedua metode tersebut terdapat pada Gambar 4.2.
Gambar 4.2 Persamaan Regresi untuk Larutan Deret Standar Metode A (Sebelumnya) dan B (yang Dikembangkan)
Pada uji linearitas ini digunakan deret larutan standar, untuk mengetahui
pengaruh matriks deret larutan standar terhadap linearitas. Dari hasil uji linearitas
untuk deret larutan standar didapat persamaan regresi untuk deret larutan standar
y B = 0.0047x + 0.0032R = 0.9999
y A = 0.0017x + 0.003R = 0.9990
-0.1
0
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
0.6
0.7
0.8
0 20 40 60 80 100 120 140
Abs
roba
nsi
Konsentrasi Ca (ppm)
Deret Standar Metode yang Dikembangkan
Deret Standar Metode Sebelumnya
Linear (Deret Standar Metode yang Dikembangkan)
Linear (Deret Standar Metode Sebelumnya)
B
A
35
metode sebelumnya adalah Y = 1,712. 10-3 x + 0,003 dengan nilai koefisien
korelasi sebesar 0,9990 dan data deret larutan standar pada metode yang
dikembangkan didapat persamaan regresi Y = 4.57. 10-3x + 0,0032 dengan nilai
koefisien korelasi sebesar 0,9999. Hasil uji linearitas ini juga menunjukkan bahwa
perbedaan metode pada kedua pembuatan larutan deret standar dapat berpengaruh
terhadap linearitas.
Pada kedua metode dilakukan perhitungan uji kesamaan beberapa rata-rata
(Anava) konsentrasi pada larutan deret standar Ca sebagai uji titik nol metode
pada kedua metode. Kedua metode dengan 6 derajat kebebasan menghasilkan
nilai 1,126 untuk metode sebelumnya dan 0,50 untuk metode yang dikembangkan
dengan gawat |t| adalah 2,45 (P= 0,05) maka untuk metode yang dikembangkan
menghasilkan data uji titik nol yang lebih baik dibandingkan dengan metode
sebelumnya.
Peningkatan konsentrasi dan perubahan teknik pencampuran perekasi
menyebabkan absorbansi terukur menjadi lebih tinggi sehingga menyebabkan
konsentrasi terukur lebih besar. Dampak lain dari pengembangan metode yang
telah dilakukan adalah memiliki sensitivitas yang lebih baik seperti yang
ditunjukan oleh kemiringan kurva. Hal ini berpengaruh lebih lanjut pada besarnya
batas deteksi dan batas kuantitasi metode. Perhitungan untuk linearitas terdapat
pada Lampiran 2 dan 4.
4.1.3.2 Penentuan Batas Deteksi (LOD) dan Batas Kuantitasi (LOQ)
Batas deteksi dan batas kuantitasi ditentukan dari persamaan regresi linear
kurva standar hasil penentuan linieritas. Parameter ini ditentukan untuk
36
mengetahui jumlah terkecil analit dalam sampel yang dapat dideteksi yang masih
memberikan respon signifikan. Kedua parameter ini mempunyai nilai yang
bergantung pada metode dan instrumentasi yang digunakan.
Untuk perhitungan LOD dan LOQ data blanko tidak menghasilkan sinyal
sehingga SD (standar deviasi) dari blanko tersebut adalah nol maka SD diganti
dari data larutan deret standar dengan rumusan :
LOD = 3(SD/b)…………………………………….4.1
LOQ = 10 (SD/b)…………………………………..4.2
Keterangan: SD = Simpangan baku deret standar b = Kemiringan garis regresi (Y=bx+a)
Nilai LOD yang diperoleh dari metode sebelumnya adalah 11,04 (mg/L)
sedangkan pada metode yang dikembangkan nilai LOD yang diperoleh adalah
17,72 (mg/L). Nilai ini menunjukkan bahwa respon Ca dapat dibedakan pada
konsentrasi terendah dalam dua metode yang berbeda. Instrumen tidak dapat
membedakan respon Ca pada konsentrasi dibawah nilai 11,039 (mg/L) dan
17,72 (mg/L) .
Perbedaan nilai LOD pada metode sebelumnya dan metode yang
dikembangkan disebabkan karena perbedaan kisaran deret larutan standar antara
kedua metode tersebut dan nilai kemiringan yang dihasilkan. Angka kisaran yang
lebih besar dan nilai kemiringan yg besar akan mengakibatkan bertambahnya nilai
LOD yang didapat.
Nilai LOQ berdasarkan hasil penelitian dengan metode sebelumnya nilai
yang diperoleh adalah 36,79 (mg/L) dan metode yang dikembangkan nilai yang
37
diperoleh adalah 59,08 (mg/L). Konsentrasi analit yang terukur di bawah nilai
yang tersebut akan memberikan ketelitian dan ketepatan yang kurang baik. Angka
kisaran yang lebih besar dan nilai kemiringan yg besar akan mengakibatkan
bertambahnya nilai LOQ yang didapat. Perhitungan LOD dan LOQ terdapat pada
Lampiran 5 dan 6.
4.1.3.3 Penentuan Ketelitian (Presisi)
Ketelitian atau presisi adalah pengukuran bias random dari suatu metode.
Dengan demikian makin besar jumlah ulangan yang dilakukan, kualitas hasil uji
makin mengalami peningkatan. Ketelitian metode spektrofotometri serapan atom
pada penentuan kadar kalsium pada tanaman kubis ditentukan dengan
pengulangan sebanyak 7. Ketelitian ditentukan melalui keterulangan perlakuan
oleh operator, instrumen, peralatan, dan laboratorium yang sama.
Keterulangan dilakukan untuk mengetahui adanya galat acak yang berasal
dari penyiapan larutan sampel maupun instrumen. Selain itu, keterulangan dapat
pula digunakan untuk mengetahui adanya galat acak yang berasal dari semua
tahapan baik itu preparasi sampel tahap ekstraksi, dan pengujian. Keterulangan
menunjukan ketelitian operator, instrument yang baik dan laboratorium yang
memadai. Bila hal tersebut dapat terpenuhi maka akan menghasilkan perbedaan
nilai keterulangan yang rendah dari suatu metode yang divalidasi.
Nilai keterulangan diperoleh dari nilai koefisien variasi (%RSD) kadar
kalsium pada tanaman kubis tersebut. Nilai yang baik diperoleh dengan RSD (%)
dibawah 5% . Untuk menentukan nilai RSD (%) rumus yang digunakan adalah
sebagai berikut:
38
SD = �∑�������
�………………………………….4.3
% RSD = ���
x 100%...................................................4.4
Keterangan: Xi = kadar sampel X = kadar rata-rata sampel n = jumlah perlakuan
Nilai RSD yang dihasilkan dari metode sebelumnya adalah 0,575% dan
dari metode yang dikembangkan adalah 0,132 % Nilai RSD yang dihasilkan dari
penggunaan metode yang dikembangkan lebih kecil dibandingkan dengan metode
sebelumnya hal tersebut menunjukkan bahwa galat acak yang berasal dari semua
proses penentuan kadar kalsium dalam kubis pada metode baru tidak
mempengaruhi hasil analisis. Metode yang dikembangkan pada penentuan kadar
kalsium pada tanaman kubis merupakan metode yang memiliki kriteria yang
seksama pada setiap tahap pengujiannya dibandingkan dengan metode
sebelumnya. Perhitungan penentuan ketelitian terdapat pada Lampiran 9 dan 10.
4.1.3.4 Penentuan Ketepatan (Akurasi)
Ketepatan atau akurasi adalah ukuran yang menunjukkan derajat
kedekatan hasil analis dengan kadar analit yang sebenarnya dinyatakan dengan
nilai sebenarnya (true value) atau nilai yang dianggap benar (accepted value).
Untuk mencapai ketepatan yang tinggi hanya dapat dilakukan dengan cara
mengurangi galat sistematik tersebut seperti menggunakan peralatan yang telah
dikalibrasi, menggunakan pereaksi dan pelarut yang baik, pengontrolan suhu, dan
pelaksanaannya yang cermat, taat asas sesuai prosedur.
39
Penentuan ketepatan atau akurasi dilakukan dengan uji perolehan kembali
(%Recovery) yang didapat dari hasil bagi antara konsentrasi sampel yang terukur
oleh alat dengan konsentrasi sampel sebenarnya dengan menggunakan rumus:
% Recovery = � ����
x 100%.......................................2.6
Keterangan: A = Jumlah total analit setelah ditambahkan baku B = Jumlah total analit sebelum ditambahkan baku C = Baku yang ditambahkan ke dalam analit. .(Harmita, 2004:117).
Perolehan kembali yang ditetapkan dengan cara menambahkan analit
dalam jumlah sampel tertentu ke dalam tempat yang mengandung analit yang
sama dan ditentukan harga persen perolehan kembali. Untuk analisis harga persen
perolehan kembali berkisar antara 95-102% untuk sampel dengan konsentrasi
>10%. Semakin dekat hasil analisis yang diperoleh dengan nilai yang sebenarnya
maka akurasinya semakin tinggi.
Ketepatan dapat menunjukkan adanya galat sistematik yang dapat
mempengaruhi metode analisis. Galat sistemik dapat menyebabkan hasil analisis
menjadi lebih besar atau lebih kecil. Beberapa contoh penyebab galat sistemik
diantaranya adalah galat pada saat pengambilan contoh, kurva kalibrasi yang tidak
linear, serta galat yang disebabkan oleh instrumen dan peralatan kaca yang
digunakan (Harvey, 2000: 57-58).
Sejumlah sampel di tambahkan analit kalsium sebesar 20 ppm pada
tahapan awal ekstraksi. Hal ini dilakukan agar analit yang ditambahkan ikut
melalui serangkaian tahapan yang dilalui pada penentuan kadar kalsium dalam
tanaman tersebut sehingga bisa diketahui apakah dengan perlakuan yang sama
analit yang ditambahkan akan tetap kembali atau pada saat pengujian yaitu
40
sebesar 20 ppm atau tidak. Pada Tabel 4.3 menunjukan data perbandingan hasil
perolehan kembali (% Akurasi).
Tabel 4.3 Data Perbandingan Hasil Perolehan Kembali (% Akurasi) Metode Sebelumnya dan yang Dikembangkan Dibandingkan dengan Standar
No % Akurasi
Metode Sebelumnya
% Akurasi Metode yang
Dikembangkan
% Akurasi Standar >10 %
1. 63,964 107,1
95-102%
2. 74,770 107,5 3. 89,663 91,70 4. 46,147 97,59 5. 85,283 102,70 6. 80,611 100,44 7. 44,104 95,07
Rata-Rata 69,220 100,3
Metode yang dikembangkan menghasilkan nilai akurasi yang lebih
mendekati dengan nilai yang sebenarnya. Sedangkan untuk metode sebelumnya
tidak menghasilkan nilai akurasi yang sesuai dengan nilai yang sebenarnya.
Sehingga bisa disimpulkan hasil yang diperoleh metode yang dikembangkan
mempunyai keakurasian yang tinggi. Perhitungan penentuan ketepatan terdapat
pada Lampiran 11 dan 12.
4.1.3.5 Penentuan Selektifitas
Penentuan selektifitas dilakukan dengan ditambahkannya bahan cemaran,
hasil uraian, senyawa sejenis, senyawa asing lainnya, dan dibandingkan terhadap
hasil analisis sampel yang tidak mengandung bahan lain yang ditambahkan.
Dalam penelitian ini ke dalam sampel ditambahkan unsur asing yang telah terlebih
dahulu diketahui konsentrasinya.
41
Unsur asing adalah Magnesium (Mg) sebanyak 1 ppm, pemilihan Mg
dalam hal ini dikarenakan dalam tanaman Ca dan Mg mempunyai hubungan yang
sangat erat. Sehingga diharapkan dengan penambahan Mg akan dapat mendetaksi
apakah metode yang digunakan pada penentuan kadar Ca dalam sampel tanaman
tersebut dapat secara selektif hanya mendeteksi Ca saja atau Mg yang
ditambahkan bisa mempengaruhinya. Adapun hipotesis nol nya adalah (Ho):
metode yang dikembangkan tidak selektif terhadap pengukuran Ca dan hipotetsis
uji H1: metode yang dikembangkan selektif terhadap pengukuran Ca.
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa pada ke tujuh sampel yang
ditambahkan Mg mengalami perbahan absorbansi, tetapi perubahan tidak terjadi
secara signifikan sehingga dapat disimpulkan pada data yang mempunyai
6 derajat kebebasan dengan nilai 0,013 nilai gawat |t| adalah 2,45 (P= 0,05) karena
nilai hitung |t| 2,45 maka ttabel > thitung dan hipotesis uji dapat dipertahankan.
Metode tersebut tidak memberikan nilai yang berbeda secara signifikan
untuk kadar kalsium sehingga metode tersebut selektif untuk menggukur kadar
kalsium pada tanamaan kubis. Untuk perhitungan uji statistik pada penentuan
selektifitas tertera pada Lampiran 13.
4.1.3.6 Penentuan Ketangguhan (Ruggedness)
Ketangguhan metode dapat diperoleh dari analisis sampel yang sama
dalam berbagai kondisi uji normal, seperti laboratorium, analisis, instrumen,
bahan pereaksi, suhu, hari yang berbeda. Sehingga dari perubahan tersebut dapat
diketahui apakah metode tersebut akan tetap tangguh walau dilakukan pada
kondisi yang berbeda.
Pada penelitian ini kondisi yang digunakan untuk menguji ketangguhan
suatu metode adalah dengan perbedaan hari pengujian. Pengujian diakukan pada
deret larutan standar Ca agar bisa lebih terlihat dari perubahan nilai koefisien
korelasi dari deret larutan
dibuat diuji pada hari yang berbeda yang berjarak selama 7 hari.
perbandingan kurva absorbansi terhadap konsentrasi yang diperoleh pada tiga kali
pengujian dapat dilihat
Gambar 4.3 Kurva Perbandingan Larutan Deret Standar Analisis Kadar Ca dalam Tanaman Kubis Metode SSA Tahap 1, 2 dan 3 PadaUji Ketangguhan Dari hasil tiga kali pengujian pada hari yang berbeda diperoleh hasil yaitu
terjadi perubahan nilai absorbansi pada
tidak terjadi secara signifikan dan nilai koefisien korelasi pada ketiga deret
standar tersebut masih sesuai dengan yang ditetapkan oleh ICH yaitu 0,9970.
Pada deret larutan standar pertama nilai koefisien korelasi yang dihasilkan adalah
00.10.20.30.40.50.60.70.80.9
1
20 40
Abs
orba
nsi
42
Pada penelitian ini kondisi yang digunakan untuk menguji ketangguhan
suatu metode adalah dengan perbedaan hari pengujian. Pengujian diakukan pada
standar Ca agar bisa lebih terlihat dari perubahan nilai koefisien
larutan standar tersebut. Larutan deret standar Ca yang sudah
dibuat diuji pada hari yang berbeda yang berjarak selama 7 hari.
kurva absorbansi terhadap konsentrasi yang diperoleh pada tiga kali
hat pada Gambar 4.3.
Gambar 4.3 Kurva Perbandingan Larutan Deret Standar Analisis Kadar Ca dalam Tanaman Kubis Metode SSA Tahap 1, 2 dan 3 PadaUji Ketangguhan
Dari hasil tiga kali pengujian pada hari yang berbeda diperoleh hasil yaitu
terjadi perubahan nilai absorbansi pada deret larutan standar tersebut. Perubahan
tidak terjadi secara signifikan dan nilai koefisien korelasi pada ketiga deret
sebut masih sesuai dengan yang ditetapkan oleh ICH yaitu 0,9970.
standar pertama nilai koefisien korelasi yang dihasilkan adalah
40 60 80 100 120 140
Deret Standar Tahap 1Deret Standar Tahap 2Deret Standar Tahap 3
Konsentrasi (Ca) PPM
Pada penelitian ini kondisi yang digunakan untuk menguji ketangguhan
suatu metode adalah dengan perbedaan hari pengujian. Pengujian diakukan pada
standar Ca agar bisa lebih terlihat dari perubahan nilai koefisien
standar tersebut. Larutan deret standar Ca yang sudah
dibuat diuji pada hari yang berbeda yang berjarak selama 7 hari. Data
kurva absorbansi terhadap konsentrasi yang diperoleh pada tiga kali
Gambar 4.3 Kurva Perbandingan Larutan Deret Standar Analisis Kadar Ca dalam Tanaman Kubis Metode SSA Tahap
Dari hasil tiga kali pengujian pada hari yang berbeda diperoleh hasil yaitu
standar tersebut. Perubahan
tidak terjadi secara signifikan dan nilai koefisien korelasi pada ketiga deret larutan
sebut masih sesuai dengan yang ditetapkan oleh ICH yaitu 0,9970.
standar pertama nilai koefisien korelasi yang dihasilkan adalah
Deret Standar Tahap 1Deret Standar Tahap 2Deret Standar Tahap 3
43
0,9999 dan pada deret standar yang kedua dan ketiga masing-masing sebsar
0,9998. Data perbandingan dan gambar untuk deret standar pada uji ketangguhan
terdapat pada Tabel 4.4. Adapun untuk perhitungan lebih lengkap tertera pada
Lampiran 17.
Tabel 4.4 Data Perbandingan Kurva Deret Standar Analisis Kadar Ca dalam Tanaman Kubis Metode SSA PadaUji Ketangguhan
4.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil validasi metode secara keseluruhan dari kedua metode
yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa metode yang dikembangkan
menghasilkan data validasi yang secara umum lebih baik bila dibandingkan
dengan data validasi metode sebelumnya seperti ditunjukkan pada Tabel 4.5.
Tabel 4.5 Data Validasi Metode Sebelumnya dan Metode yang Dikembangkan untuk Analisis Ca dengan Teknik SSA.
Parameter Metode yang Dikembangkan
Metode Sebelumnya
Acuan
Linearitas R= 0,9999 R= 0,9990 R>= 0,997 LOD 17,72 (mg/L) 11,03 (mg/L) - LOQ 59,08 (mg/L) 36,79 (mg/L) -
Presisi 0,132% 0,575% <= 5% Akurasi 100,3% 69,22% 95-102%
Selektifitas 6 |t| (0,013) - |t| adalah 2,45 (P=0,05)
Ketangguhan Baik - Baik
No Konsentrasi
(ppm) Absorbansi
Tahap 1 Absorbansi
Tahap 2 Absorbansi
Tahap 3 1. 20 0,0852 0,0982 0,1218 2. 40 0,1822 0,2102 0,2583 3. 60 0,2812 0,3199 0,3926 4. 80 0,3798 0,4246 0,5312 5. 100 0,4705 0,5276 0,6493 6. 120 0,5641 0,6278 0,7771 7. 140 0,6684 0,7468 0,9117
44
Peningkatan hasil terjadi pada semua parameter validasi. Peningkatan nilai
koefisen korelasi terjadi pada metode yang dikembangkan hal ini terjadi karena
terjadinya peningkatan nilai absorbansi yang terukur sehingga kemiringan kurva
yang lebih baik dibandingkan dengan metode sebelumnya. Hal ini berpengaruh
lebih lanjut pada besarnya batas deteksi dan batas kuantitasi metode yang terukur
menjadi lebih baik pada metode yang dikembangkan.
Pada penentuan kadar terjadi peningkatan pada metode yang
dikembangkan hal ini disebabkan karena salah satunya adalah penggunaaan
lanthan nitrat sebagai reagensia pelepas yang dapat menghilangkan gangguan dari
pembentukan senyawa stabil yaitu hadirnya fosfat atau silikat pada saat
pengukuran terjadi. Selain dari hal tersebut peningkatan kadar terjadi karena kurva
deret standar yang dijadikan sebagai acuan untuk perhitungan kadar menghasilkan
nilai koefisien korelasi dan persamaan garis yang lebih baik. Peningkatan kadar
dengan penggunaan lanthan nitrat sebagai reagensia pelepas pada larutan sampel
terdapat pada Tabel 4.6.
Tabel 4.6 Hasil Pengukuran kadar Ca dalam Sampel Tanaman Kubis tanpa Pengunaan Lanthan (A) dan dengan Penggunaan Lanthan (B).
Jumlah Sampel
Kadar A Kadar B Peningkatan Kadar (%)
1. 0,92 1,65 79,34 2. 0,82 1,66 102.43 3. 0,78 1,65 111,53 4. 0,84 1,62 92,85 5. 0,79 1,64 108,86 6. 0,76 1,64 117,10 7. 0,83 1,66 101,20
Rata-rata 0,82 1,64 101,10