Upload
buikhanh
View
224
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
42
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Data penelitian yang terjaring menggunakan seluruh instrumen penelitian
dikelompokkan menjadi lima data utama berdasarkan pertanyaan penelitian.
Bagian pertama menjelaskan pengembangan perangkat penilaian asesmen
kesulitan belajar siswa. Bagian kedua, menjelaskan penerapan asesmen kesulitan
belajar siswa. Bagian ketiga dikemukakan kelebihan dan kendala yang muncul
dari penerapan asesmen kesulitan belajar siswa. Bagian keempat dikemukakan
kendala-kendala yang dihadapi dalam menerapkan asesmen kesulitan belajar
siswa. Pada bagian terakhir, menjelaskan tanggapan guru tentang penerapan
asesmen kesulitan belajar siswa.
1. Pengembangan Perangkat Penilaian Asesmen Kesulitan Belajar Siswa
Pengembangan perangkat penilaian asesmen kesulitan belajar terdiri dari
dua bagian. Bagian pertama tentang pengembangan perangkat penilaian tes dan
bagian kedua tentang pengembangan perangkat penilaian nontes.
a. Pengembangan Perangkat Penilaian Tes
1) Pengembangan Soal Essay
Studi kurikulum yang dilakukan dengan menganalisis berbagai SK dan
KD yang terdapat pada kurikulum KTSP 2006 untuk SMP Kelas VII semester
genap dan dianggap sulit oleh siswa, maka ditentukanlah sebuah SK yaitu
43
memahami keanekaragaman makhluk hidup, dengan KD yaitu mengklasifikasikan
makhluk hidup berdasarkan ciri-ciri yang dimiliki.
Berdasarkan hasil studi kurikulum, kemudian dipilih subkonsep yang
merupakan bagian dari konsep keanekaragaman makhluk hidup, yaitu tentang
keanekaragaman tumbuhan. Berdasarkan subkonsep keanekaragaman tumbuhan
kemudian diuraikan submateri dan analisis materinya yang kemungkinan besar
dianggap sulit oleh siswa. Submateri-submateri tersebut meliputi dasar klasifikasi
makhluk hidup, Kingdom Plantae, tumbuhan lumut, tumbuhan paku, dan
tumbuhan berbiji. Adapun rincian submateri dan analisis materi tersebut
selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran A.1.
Submateri-submateri yang telah dianalisis kemudian diuraikan ke dalam
indikator-indikator yang memang banyak dianggap sulit oleh siswa. Indikator
yang diuraikan sebanyak 20 macam indikator. Rincian lengkapnya seperti dalam
Lampiran A.2, dengan proporsi sebagai berikut: empat indikator pada dasar
klasifikasi makhluk hidup, dua indikator pada Kingdom Plantae, empat indikator
pada tumbuhan lumut, lima indikator pada tumbuhan paku, dan lima indikator
pada tumbuhan berbiji.
Berdasarkan indikator-indikator yang telah dirumuskan, kemudian dibuat
kisi-kisi soal. Kisi-kisi soal ini sangat penting agar proporsi soal yang dibuat
mencakup semua materi dan sesuai dengan tingkat kognitif berdasarkan
Taksonomi Bloom revisi. Tingkat kognitif soal yang digunakan terdiri dari C1
(mengingat) dan C2 (mengerti), karena sesuai dengan tuntutan KD minimal bagi
44
siswa dalam pencapaian KKM di sekolah. Kisi-kisi soal tersebut dimuat dalam
Tabel 4.1:
Tabel 4.1 Kisi-kisi Soal Essay Subkonsep Klasifikasi Tumbuhan
No Submateri C1 C2 Jumlah 1 Dasar Klasifikasi Makhluk Hidup 2 2 4 2 Kingdom Plantae 0 2 2 3 Tumbuhan Lumut 0 4 4 4 Tumbuhan Paku 0 5 5 5 Tumbuhan Berbiji 0 5 5
Jumlah 2 18 20 Berdasarkan Tabel 4.1, jumlah soal yang dibuat yaitu berjumlah 20 butir,
dengan proporsi jumlah soal untuk setiap submateri yaitu dasar klasifikasi
makhluk hidup empat butir (20%), Kingdom Plantae dua butir (10%), tumbuhan
lumut empat butir (20%), tumbuhan paku lima butir (25%), dan tumbuhan berbiji
lima butir (25%). Tingkat kognitif soal terdiri dari C1 (mengingat) sebanyak dua
butir (10%) dan C2 (mengerti) sebanyak 18 butir (90%).
Berdasarkan kisi-kisi soal yang telah dibuat, kemudian disusun satu buah
soal essay untuk setiap indikator. Penyusunan soal agar memudahkan maka
dibuatlah tabel spesifikasi soal, seperti pada Lampiran A.3. Soal yang dibuat
berjumlah 20 butir soal essay. Rincian soal essay beserta indikator dan jenjang
kognitifnya selengkapnya terdapat dalam Lampiran A.4.
Soal essay yang telah dibuat kemudian divalidasi atau di-judgement oleh
dosen ahli sebelum diujicobakan ke siswa. Ketika kegiatan validasi soal, terdapat
beberapa kesalahan atau kekurangan yang terdapat pada soal yang telah dibuat
dan harus diperbaiki, seperti yang dirangkum pada Tabel 4.2:
45
Tabel 4.2 Kesalahan yang terdapat pada Soal Essay Ketika Divalidasi
No Kesalahan atau Kekurangan Rekomendasi Perbaikan 1 Ketidaksesuaian antara indikator yang terdapat pada
soal dengan jenjang kognitifnya, seperti soal yang sebenarnya berupa hafalan (C1) tetapi jenjang kognitifnya mengerti (C2).
Indikator soal yang berupa hafalan jenjang kognitif yang seharusnya adalah C1 (mengingat)
2 Tidak ada soal yang menanyakan karakteristik pergiliran keturunan tumbuhan lumut dan paku, namun yang ada adalah menggambarkan bagan pergiliran keturunan tumbuhan lumut dan paku.
Menggantinya dengan soal yang menanyakan tentang karakteristik pergiliran keturunan tumbuhan lumut dan paku
3 Kurangnya soal yang memuat gambar tumbuhan, seperti soal yang menanyakan perbedaan antara tumbuhan paku dengan tumbuhan berbiji.
Menampilkan gambar tumbuhan paku dan tumbuhan berbiji agar siswa dapat membedakannya dengan melihat langsung gambar.
4 Soal yang ditanyakan tidak setara, ada yang ditingkat kingdom, ada pula yang ditingkat ordo dan familia.
Soal yang ditanyakan harus setara, sebaiknya hanya pada tingkat kingdom, divisi, dan kelas saja.
Kesalahan atau kekurangan yang terdapat pada soal kemudian diperbaiki,
setelah selesai diperbaiki lalu divalidasi kembali oleh dosen ahli. Soal yang telah
divalidasi dan dinyatakan baik, yang keseluruhannya berjumlah 20 butir soal,
sebelum diujicobakan terlebih dahulu dikelompokkan menjadi dua, masing-
masing berjumlah 10 butir soal dan indikator untuk setiap soal berbeda, seperti
dalam Lampiran A.5. Pembagian soal ini dimaksudkan agar siswa tidak merasa
jenuh dalam mengerjakan soal yang terlalu banyak. Kedua kelompok soal tersebut
kemudian diujicobakan kepada siswa kelas VII H.
2) Pelaksanaan Uji Coba Soal Essay
Pelaksanaan uji coba soal essay dilakukan di Kelas VII H yang jumlah
seluruh siswanya pada kelas tersebut sebanyak 40 orang, pada pengujicobaan soal
ini satu kelas dibagi menjadi dua, 20 orang mengerjakan soal bagian A dan
46
sisanya mengerjakan soal bagian B. Waktu mengerjakan soal ini selama satu jam
yang dilaksanakan setelah jam pelajaran di sekolah berakhir. Ketika
pelaksanaannya terdapat beberapa catatan penting yang dirangkum dalam Tabel
4.3:
Tabel 4.3 Catatan Penting Pelaksanaan Uji Coba Soal Essay
No Aspek Identifikasi Masalah 1 Waktu Waktu pelaksanaan setelah jam pelajaran di sekolah berakhir, hal
ini membuat siswa kurang dapat berkonsentrasi dengan baik dalam mengerjakan soal, karena mereka sudah ingin cepat pulang sehingga terkesan terburu-buru dalam menjawab soal.
2 Setting Kelas
Siswa duduk berdua dalam satu meja, sehingga mendorong peluang untuk saling menyontek. Hal ini terlihat dari banyaknya jawaban soal yang sama antara siswa yang satu dengan yang lainnya.
3 Pengawasan Peneliti kurang tegas dalam mengawasi siswa sehingga membuka peluang yang lebih besar kepada siswa untuk dapat menyontek kepada temannya.
4 Soal Soal essay yang diujicobakan menurut siswa sulit, sehingga mereka menjawabnya kurang tepat karena menebak jawaban, dan terdapat beberapa soal yang tidak dijawab (kosong).
5 Siswa Tidak semua siswa mengerjakan soal yang diberikan, pada soal bagian A hanya dikerjakan oleh empat orang siswa dan soal bagian B dikerjakan oleh 13 orang siswa.
Berdasarkan Tabel 4.3, dapat disimpulkan bahwa dalam pelaksanaan uji
coba soal essay terdapat beberapa kendala, seperti masalah waktu yang kurang
efektif, setting kelas yang kurang baik, pengawasan yang kurang tegas, siswa
menjawab soal dengan menebak karena soalnya sulit, dan tidak semua siswa
mengerjakan soal yang diberikan.
3) Hasil Analisis Butir Soal Essay
Hasil jawaban siswa kemudian dihitung skornya dan dianalisis reliabilitas,
validitas, dan tingkat kesukarannya menggunakan program komputer Anatest.
47
Hasil perolehan skor siswa dan analisis kuantitatifnya untuk soal essay bagian A
selengkapnya disajikan pada Lampiran B.1 dan B.2.
Skor tertinggi yang diperoleh siswa setelah mengerjakan soal essay bagian
A adalah 50 dan skor terendah 34. Adapun skor rata-ratanya yaitu 42,25. Hasil ini
menandakan bahwa seluruh siswa yang mengerjakan soal essay bagian A tidak
ada yang memperoleh nilai diatas KKM yang batas minimalnya adalah 70. Oleh
karena itu, hasil tersebut menunjukkan bahwa siswa mengalami kesulitan belajar
dalam memahami konsep klasifikasi tumbuhan.
Kesulitan siswa terlihat dari rendahnya perolehan skor pada soal nomor 5,
6, 8, dan 9. Soal nomor 5 berhubungan dengan indikator menjelaskan ciri khas
pergiliran keturunan tumbuhan lumut, nomor 6 dengan indikator membedakan
daun fertil dan daun steril pada tumbuhan paku, nomor 8 indikatornya ialah
menjelaskan dasar pengelompokan divisi tumbuhan lumut, dan soal nomor 9 yang
indikatornya adalah mengelompokan tumbuhan berdasarkan ciri-ciri yang
dimiliki. Jadi, keempat indikator tersebut adalah indikator yang termasuk sulit
dipahami oleh siswa.
Hasil analisis kuantitatif menunjukkan bahwa tingkat reliabilitas untuk
soal essay bagian A yaitu 0,21 (tergolong rendah) dan validitas soal adalah 0,12
(tergolong sangat rendah). Proporsi tingkat kesukaran soal adalah soal mudah
berjumlah dua butir (20%), soal sedang dua butir (20%), dan soal sukar enam
butir (60%).
Pada soal essay bagian B, hasil perolehan skor siswa dan analisis
kuantitatifnya untuk soal essay bagian B selengkapnya disajikan pada Lampiran
48
B.3 dan B.4. Hasil perolehan skor siswa setelah mengerjakan soal essay bagian B
yaitu nilai terbesar dan nilai rata-ratanya lebih besar bila dibandingkan dengan
perolehan skor pada soal essay bagian A. Nilai tertinggi pada soal bagian ini
adalah 77 dan nilai terendahnya 32, sedangkan nilai rata-ratanya adalah 46,31.
Hasil ini menunjukkan bahwa siswa yang mengerjakan soal bagian B sebagian
besar mengalami kesulitan belajar dalam memahami konsep klasifikasi tumbuhan.
Kesulitan siswa dapat terlihat dari adanya soal yang kosong (tidak
dikerjakan), yaitu soal nomor 1, 4, 7, 8, 9, dan 10. Indikator-indikator yang sulit
dipahami oleh siswa pada soal tersebut secara berurutan yaitu menjelaskan dasar
pengelompokan makhluk hidup, membedakan alat perkembangbiakan pada
tumbuhan lumut, menjelaskan karakteristik pergiliran keturunan tumbuhan paku,
menjelaskan pengertian tumbuhan biji, mengidentifikasi perbedaan tumbuhan biji
terbuka dan biji tertutup, dan menjelaskan ciri tumbuhan monokotil.
Hasil analisis kuantitatif menunjukkan bahwa tingkat reliabilitas dan
validitas untuk soal essay bagian B jauh lebih besar bila dibandingkan dengan
tingkat reliabilitas dan validitas pada soal essay bagian A. Tingkat reliabilitas
untuk soal bagian ini yaitu sebesar 0,98 (tergolong sangat tinggi), sedangkan nilai
validitas untuk soal bagian ini yaitu sebesar 0,95 (tergolong sangat tinggi).
Proporsi tingkat kesukaran soal bagian B lebih merata bila dibandingkan dengan
soal bagian A. Soal dengan kategori mudah berjumlah tiga butir (30%), soal
sedang empat butir (40%), dan soal dengan kategori sukar berjumlah tiga butir
(30%).
49
4) Pengembangan Soal Pilihan Ganda
Kisi-kisi soal dan indikator yang digunakan dalam penyusunan soal
pilihan ganda mengacu pada kisi-kisi soal dan indikator yang digunakan dalam
penyusunan soal essay. Distraktor/pengecoh jawaban yang digunakan sebagian
disusun dari hasil jawaban siswa hasil pengerjaan soal essay, dengan dimaknai
terlebih dahulu, karena banyak jawaban siswa yang tidak sesuai dengan yang
diharapkan atau diluar konteks, dan sebagian lagi diambil dari buku mata
pelajaran yang biasa digunakan oleh siswa dalam kegiatan pembelajaran di kelas.
Penyusunan soal pilihan ganda agar memudahkan menggunakan tabel spesifikasi
soal, seperti pada Lampiran B.5.
Soal pilihan ganda yang telah selesai disusun, sebelum diujicobakan
kepada siswa soal tersebut di-judgement terlebih dahulu kepada dosen ahli. Hasil
judgement menunjukkan bahwa soal-soal tersebut masih terdapat kesalahan atau
kekurangan, seperti yang dirangkum dalam Tabel 4.4:
Tabel 4.4 Kesalahan yang terdapat pada Soal Pilihan Ganda Ketika Divalidasi
No Kesalahan atau kekurangan Rekomendasi Perbaikan
1 Ketidaksesuaian antara indikator yang terdapat pada soal dengan jenjang kognitifnya, seperti soal yang sebenarnya berupa hafalan (C1) tetapi jenjang kognitifnya mengerti (C2).
Indikator soal yang berupa hafalan jenjang kognitif yang seharusnya adalah C1 (mengingat)
2 Pilihan jawaban yang tidak homogen, seperti ada yang memuat nama spesies, genus, dan divisi. Disamping itu ada pilihan jawaban yang panjangnya tidak sama.
Pilihan jawaban harus homogen, bila nama divisi semuanya harus nama divisi, dan panjangnya harus sama.
3 Gambar tumbuhan yang ditampilkan tidak memperlihatkan habitusnya secara utuh.
Gambar tumbuhan yang ditampilkan habitusnya harus utuh, terlihat bagian akar, batang, daun, dan bunganya.
50
No Kesalahan atau kekurangan Rekomendasi Perbaikan
4 Ada soal yang memuat tentang struktur tumbuhan, bukan tentang klasifikasi tumbuhan.
Fokus pada soal yang berkaitan dengan klasifikasi tumbuhan.
5 Jumlah titik diakhir soal yang tidak konsisten, ada yang empat atau lima.
Jumlah titik diakhir soal harus konsisten, jika empat maka semuanya harus empat pula.
Semua kekurangan tersebut diperbaiki dan setelah divalidasi kembali serta
dinyatakan baik, soal pilihan ganda yang berjumlah 19 butir selengkapnya
terdapat pada lampiran A.6, diujicobakan kepada siswa kelas VII I.
5) Pelaksanaan Uji Coba Soal Pilihan Ganda
Pelaksanaan uji coba soal pilihan ganda ini dilakukan pada waktu jam
pelajaran IPA. Ketika pelaksanaannya terdapat beberapa catatan penting yang
dirangkum dalam Tabel 4.5:
Tabel 4.5 Catatan Penting Pelaksanaan Uji Coba Soal Pilihan Ganda
No Aspek Identifikasi Masalah 1 Waktu Waktu pelaksanaan ketika jam pelajaran IPA dan siswa tidak
terburu-buru dalam menjawab soal. 2 Setting Kelas Siswa duduk berdua dalam satu meja dan mendorong peluang
untuk saling menyontek. Hal ini terlihat dari banyaknya jawaban soal yang sama antara siswa yang satu dengan yang lainnya.
3 Pengawasan Kurang tegasnya peneliti dalam mengawasi siswa sehingga membuka peluang yang lebih besar kepada siswa untuk dapat menyontek kepada temannya.
4 Soal Soal pilihan ganda yang diujicobakan menurut siswa sulit, sehingga mereka menjawabnya kurang tepat karena menebak jawaban, dan terdapat beberapa soal yang tidak dijawab (kosong).
5 Siswa Beberapa siswa ada yang mengobrol dan membuat kegaduhan sehingga membuat siswa lain terganggu konsentrasinya.
Berdasarkan Tabel 4.5, ada beberapa kejadian penting yang muncul dalam
pelaksanaan uji coba soal pilihan ganda ini. Kejadian-kejadian penting tersebut
51
diantaranya adalah waktu pelaksanaan uji coba yang lebih efektif dan efisien bila
dibandingkan dengan pelaksanaan uji coba soal essay. Namun, masih terjadi
kegiatan saling kerja sama karena posisi duduk siswa yang berdua dalam satu
meja, hal ini diperparah dengan masih kurang tegasnya pengawasan. Soal yang
sulit menurut mereka masih menjadi kendala dan mendorong siswa menjawab
soal dengan menebak dan bahkan ada soal yang tidak dijawab. Hambatan lain
juga muncul dengan kondisi kelas yang gaduh karena ada siswa yang mengobrol
dan mengganggu siswa lain yang serius mengerjakan soal.
6) Hasil Analisis Butir Soal Uji Coba Pilihan Ganda
Hasil jawaban siswa kemudian dihitung skornya dan dianalisis reliabilitas,
validitas, daya pembeda, dan tingkat kesukarannya menggunakan program
komputer Anatest. Hasil perolehan skor siswa dan analisis kuantitatifnya untuk
hasil uji coba soal pilihan ganda selengkapnya disajikan pada Lampiran B.6 dan
B.7.
Pada perolehan skor hasil uji coba soal pilihan ganda, jumlah jawaban
benar terbesar yang diperoleh siswa adalah 12 (skor 63,16) dan jumlah jawaban
benar terendahnya adalah 4 (skor 21,05) dari 19 butir soal. Skor rata-ratanya
adalah 7,64 (skor 40,21). Hasil tersebut menunjukkan bahwa uji coba soal ini
dapat mendeteksi kesulitan belajar siswa, dengan rendahnya perolehan skor siswa,
karena semua siswa yang mengikuti kegiatan uji coba tidak ada yang memperoleh
nilai diatas KKM.
Kesulitan yang dialami siswa terlihat dengan adanya soal yang memiliki
perolehan skor benar terendah, seperti soal nomor 9, 12, dan 17. Hal ini
52
menandakan bahwa siswa mengalami kesulitan dalam memahami indikator yang
terkandung dalam soal tersebut. Indikator-indikator tersebut secara berurutan yaitu
menjelaskan ciri khas pergiliran keturunan tumbuhan lumut, membedakan daun
fertil dan daun steril pada tumbuhan paku, dan mengidentifikasi perbedaan ciri
tumbuhan biji terbuka dan biji tertutup.
Hasil analisis kuantitatif menunjukkan bahwa tingkat reliabilitas soal
pilihan ganda hasil uji coba yaitu 0,74 (tergolong tinggi), sedangkan untuk
validitas soal adalah 0,59 (tergolong cukup). Daya pembeda soal adalah yang
tergolong jelek 36,84%, cukup 10,53%, baik 42,11%, dan baik sekali 10,53%.
Proporsi tingkat kesukaran pada soal tersebut adalah soal mudah 5,26%, sedang
63,18%, dan sukar 31,58%.
b. Pengembangan Perangkat Penilaian Nontes
1) Pengembangan Angket Terbuka
Selain menyusun perangkat penilaian tes, disusun pula perangkat penilaian
nontes, yaitu berupa angket. Pada penyusunan angket, terlebih dahulu dibuat
angket terbuka, kisi-kisi angket terbuka terdiri dari enam aspek yang mengungkap
faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya kesulitan belajar siswa, selengkapnya
disajikan pada Lampiran A.7. Setiap aspek-aspek tersebut kemudian dirumuskan
dua hingga empat indikator, dan berdasarkan indikator tersebut dibuat satu buah
pertanyaan yang semuanya berjumlah 21 butir. Format pertanyaan angket terbuka
selengkapnya terdapat pada Lampiran A.8.
Angket terbuka yang telah dibuat kemudian divalidasi oleh dosen ahli.
Hasil validasi menunjukkan terdapat kesalahan atau kekurangan yang terdapat
53
pada pertanyaan angket terbuka. Kesalahan atau kekurangan tersebut dirangkum
pada Tabel 4.6:
Tabel 4.6 Kesalahan atau Kekurangan yang terdapat pada Pertanyaan Angket Terbuka Hasil Validasi Dosen
No Kesalahan atau kekurangan Rekomendasi Perbaikan 1 Tidak menanyakan media apa yang
digunakan guru. Menanyakan media apa yang digunakan guru.
2 Tidak menanyakan apakah guru menggunakan media spesimen tumbuhan asli
Menanyakan apakah guru menggunakan media spesimen tumbuhan asli
3 Tidak menanyakan apakah ada tugas yang diberikan guru
Menanyakan apakah ada tugas yang diberikan guru
4 Tidak menanyakan apakah pembelajaran klasifikasi tumbuhan menggunakan kunci determinasi
Menanyakan apakah pembelajaran klasifikasi tumbuhan menggunakan kunci determinasi
Kesalahan atau kekurangan yang muncul ketika kegiatan validasi
kemudian diperbaiki. Setelah diperbaiki, dilakukan validasi kembali dan setelah
dinyatakan baik, angket terbuka lalu diujicobakan kepada siswa kelas VII H.
2) Pelaksanaan Uji Coba Angket Terbuka
Kegiatan uji coba angket terbuka dilakukan setelah pelaksanaan uji coba
soal essay. Ketika pelaksanaan uji coba angket terdapat beberapa kejadian penting
seperti yang dirangkum dalam Tabel 4.7:
Tabel 4.7 Catatan Penting Pelaksanaan Uji Coba Angket Terbuka
No Aspek Identifikasi Masalah 1 Waktu Waktu pelaksanaan setelah uji coba soal essay membuat siswa
terburu-buru dalam mengisi angket terbuka karena ingin cepat pulang.
2 Pertanyaan angket
Ada beberapa pertanyaan angket terbuka yang tidak dimengerti oleh siswa sehingga ada jawaban yang tidak sesuai dengan pertanyaan, bahkan ada beberapa yang dibiarkan kosong.
3 Siswa Dari 40 orang siswa hanya 18 orang saja yang mengisi angket terbuka, karena mereka sudah banyak yang pulang setelah mengerjakan uji coba soal essay.
54
Berdasarkan Tabel 4.7, ada beberapa kejadian penting yang terjadi selama
kegiatan uji coba angket terbuka. Kejadian penting tersebut diantaranya yaitu
waktu pelaksanaan yang dilakukan setelah pengerjaan uji coba soal essay, hal ini
dirasa kurang efektif dan efisien karena siswa sudah ingin pulang sehingga
mereka mengerjakannya dengan terburu-buru. Pertanyaan yang terdapat pada
angket terbuka ada yang kurang dimengerti maksudnya sehingga ada jawaban
yang tidak sesuai dengan yang diminta, bahkan ada beberapa soal yang kosong.
Siswa yang mengerjakan uji coba angket terbuka hanya 18 orang dari total 40
orang siswa, hal ini karena sebagian besar dari mereka sudah tidak sabar ingin
cepat pulang setelah mengerjakan uji coba soal essay.
3) Analisis Hasil Uji Coba Angket Terbuka
Hasil jawaban angket terbuka cukup mengungkap faktor-faktor yang
mempengaruhi siswa mengalami kesulitan dalam mempelajari konsep klasifikasi
tumbuhan. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran B.8. Hasil angket
diantaranya dapat mengetahui kegiatan pembelajaran yang dilakukan dan juga
kendala-kendala yang dihadapi. Pada umumnya siswa menyatakan bahwa
kegiatan pembelajaran klasifikasi tumbuhan dilakukan melalui kegiatan
praktikum. Beberapa kendala yang dialami siswa selama kegiatan praktikum dan
menyebabkan mereka kesulitan dalam mempelajari konsep klasifikasi tumbuhan
disajikan dalam grafik pada Gambar 4.1:
55
11.11% 11.11%
5.56%
0.00%
2.00%
4.00%
6.00%
8.00%
10.00%
12.00%
Sulit
membawa
tumbuhan
yang
ditugaskan
Guru
menerangkan
materi terlalu
cepat
Banyak siswa
yang
mengobrol
Gambar 4.1 Grafik Kendala yang Dialami Siswa selama Kegiatan Praktikum Klasifikasi Tumbuhan.
Berdasarkan grafik pada Gambar 4.1, kendala yang dialami siswa selama
kegiatan praktikum klasifikasi tumbuhan yaitu sebagian kecil karena sulit
membawa tumbuhan yang ditugaskan guru (11,11%), guru menerangkan materi
terlalu cepat (11,11%), dan banyak siswa yang mengobrol (5,56%). Hal ini tentu
saja membuat siswa kurang dapat mengikuti kegiatan pembelajaran praktikum
klasifikasi tumbuhan dengan baik, sehingga mereka mengalami kesulitan dalam
mempelajarinya.
4) Pengembangan Angket Tertutup
Setelah menganalisis hasil jawaban angket terbuka, kemudian disusun
angket tertutup berdasarkan kisi-kisi angket terbuka dan ditambah dua aspek
(minat siswa terhadap konsep klasifikasi tumbuhan dan klasifikasi tumbuhan
termasuk konsep sulit), sehingga kisi-kisi angket tertutup semuanya terdiri dari
delapan aspek yang selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran A.9. Pertanyaan
pada angket tertutup menggunakan pilihan jawaban yang berasal dari jawaban
56
hasil uji coba angket terbuka yang telah dimaknai terlebih dahulu. Agar
memudahkan maka dalam penyusunannya dibuat tabel spesifikasi penyusunan
angket tertutup seperti yang disajikan pada Lampiran B.9. Format pertanyaan
angket tertutup selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran A.10.
Pertanyaan pada angket tertutup setelah disusun dan sebelum diujicobakan
divalidasi terlebih dahulu kepada dosen ahli. Setelah divalidasi terdapat beberapa
kesalahan atau kekurangan seperti yang dirangkum pada Tabel 4.8:
Tabel 4.8 Kesalahan atau Kekurangan yang terdapat pada Pertanyaan Angket Tertutup Hasil Validasi Dosen
No Kesalahan atau kekurangan Rekomendasi Perbaikan 1 Tidak menanyakan media apa
yang digunakan guru. Menanyakan media apa yang digunakan guru.
2 Pilihan jawaban yang digunakan tidak setara.
Pilihan jawaban yang digunakan harus setara.
3 Menggunakan kata-kata yang kurang baku.
Menggunakan kata-kata yang baku.
4 Tidak menanyakan siapa yang membuat dasar pengelompokan pada kunci determinasi.
Menanyakan siapa yang membuat dasar pengelompokan pada kunci determinasi, apakah siswa atau guru.
Kesalahan atau kekurangan yang muncul ketika kegiatan validasi
kemudian diperbaiki. Setelah diperbaiki, dilakukan validasi kembali dan setelah
dinyatakan baik, angket tertutup lalu diujicobakan kepada siswa kelas VII I.
5) Pelaksanaan Uji Coba Angket Tertutup
Kegiatan uji coba angket tertutup dilakukan setelah pelaksanaan uji coba
soal pilihan ganda. Ketika pelaksanaan uji coba angket tertutup terdapat beberapa
kejadian penting seperti yang dirangkum dalam Tabel 4.9:
57
Tabel 4.9 Catatan Penting Pelaksanaan Uji Coba Angket Tertutup
No Aspek Identifikasi Masalah 1 Waktu Waktu pelaksanaan setelah uji coba soal pilihan ganda dan waktu
jam pelajaran IPA masih tersedia sehingga siswa tidak terburu-buru dalam mengerjakannya.
2 Pertanyaan angket
Pertanyaan angket tertutup cukup dimengerti oleh siswa karena disertai dengan pilihan jawaban sehingga jawaban yang diberikan sesuai dengan pertanyaan.
3 Siswa Dari 40 orang siswa semuanya mengisi angket tertutup, dan terlihat cukup antusias dalam menjawab pertanyaan yang terdapat dalam angket tersebut.
Berdasarkan Tabel 4.9, pelaksanaan uji coba angket tertutup di Kelas VII I
secara umum berlangsung dengan tertib dan lancar. Hal ini terlihat dari
antusiasnya siswa dalam mengerjakan angket tersebut, karena semua siswa yang
berjumlah 40 orang turut serta dalam menjawab setiap pertanyaan. Waktu
pelaksanaan pun cukup efisien dan efektif, karena kegiatan uji coba yang
dilaksanakan setelah uji coba soal pilihan ganda dan jam pelajaran IPA masih
berlangsung. Pertanyaan pada angket pun direspon dengan cukup baik karena
siswa sudah mengerti maksud dari setiap pertanyaan yang dilengkapi dengan
pilihan jawaban.
6) Analisis Hasil Uji Coba Angket Tertutup
Hasil jawaban uji coba angket tertutup dapat mengungkap faktor-faktor
yang menyebabkan siswa kesulitan dalam mempelajari konsep klasifikasi
tumbuhan secara lebih lengkap bila dibandingkan dengan hasil angket terbuka.
Hal ini karena dalam angket tertutup terdapat indikator tambahan yang
menanyakan apakah siswa menyukai konsep klasifikasi tumbuhan atau
menganggap sulit konsep klasifikasi tumbuhan, serta indikator-indikator dalam
konsep tersebut yang dianggap sulit oleh siswa. Hasil selengkapnya dapat dilihat
pada Lampiran B.10. Beberapa hasil jawaban angket siswa dituangkan dalam
grafik pada Gambar 4.2 dan Gambar 4.3:
Gambar 4.2 Grafik Tanggapan Siswa yang Menyukai Konsep Klasifikasi Tumbuhan dan Menganggap Sulit Konsep Klasifikasi Tumbuhan.
Berdasarkan Grafik pada Gambar 4.2, tanggapan siswa mengenai apakah
mereka menyukai konsep klasifikasi tumbuhan atau tidak, yaitu
siswa (51,22%) kurang menyukai, hampir setengahnya (39,02%) menyukai, dan
sebagian kecil (9,76%) saja yang tidak menyukai konsep tersebut.
siswa mengenai sulitnya konsep klasifikasi tumbuhan, yaitu sebagian besar
(65,85%) menganggap cukup sulit, sebagian kecil (17,07%) menganggap sulit,
dan sebagian kecil (14,63%) yang lain menganggap bahwa konsep klasifikasi
tumbuhan sangat sulit.
pada Lampiran B.10. Beberapa hasil jawaban angket siswa dituangkan dalam
grafik pada Gambar 4.2 dan Gambar 4.3:
Gambar 4.2 Grafik Tanggapan Siswa yang Menyukai Konsep Klasifikasi Tumbuhan dan Menganggap Sulit Konsep Klasifikasi Tumbuhan.
Berdasarkan Grafik pada Gambar 4.2, tanggapan siswa mengenai apakah
mereka menyukai konsep klasifikasi tumbuhan atau tidak, yaitu
siswa (51,22%) kurang menyukai, hampir setengahnya (39,02%) menyukai, dan
sebagian kecil (9,76%) saja yang tidak menyukai konsep tersebut.
siswa mengenai sulitnya konsep klasifikasi tumbuhan, yaitu sebagian besar
ap cukup sulit, sebagian kecil (17,07%) menganggap sulit,
dan sebagian kecil (14,63%) yang lain menganggap bahwa konsep klasifikasi
tumbuhan sangat sulit.
58
pada Lampiran B.10. Beberapa hasil jawaban angket siswa dituangkan dalam
Gambar 4.2 Grafik Tanggapan Siswa yang Menyukai Konsep Klasifikasi Tumbuhan dan Menganggap Sulit Konsep Klasifikasi Tumbuhan.
Berdasarkan Grafik pada Gambar 4.2, tanggapan siswa mengenai apakah
mereka menyukai konsep klasifikasi tumbuhan atau tidak, yaitu sebagian besar
siswa (51,22%) kurang menyukai, hampir setengahnya (39,02%) menyukai, dan
sebagian kecil (9,76%) saja yang tidak menyukai konsep tersebut. Tanggapan
siswa mengenai sulitnya konsep klasifikasi tumbuhan, yaitu sebagian besar
ap cukup sulit, sebagian kecil (17,07%) menganggap sulit,
dan sebagian kecil (14,63%) yang lain menganggap bahwa konsep klasifikasi
Gambar 4.3 Grafik Tanggapan Siswa Tentang Indikator pada Konsep Klasifikasi Tumbuhan yang dianggap sulit.
Berdasarkan grafik pada Gambar 4.3, ada lima indikator yang dianggap
paling sulit untuk dapat dipahami siswa. Kelima indikator tersebut
atau hampir setengahnya indikator dalam menjelaskan karakteristik pergiliran
keturunan tumbuhan paku, 29,27% atau hampir setengahnya indikator dalam
menjelaskan dasar-dasar pengelompokan Kingdom Plantae, 29,27% atau hampir
setengahnya indikator dalam menjelaskan ciri khas pergiliran keturunan tumbuhan
lumut, 41,46% atau hampir setengahnya indikator dalam mendeskripsikan ciri
Kingdom Plantae, dan 43,90% atau hampir setengahnya indikator dalam
menjelaskan dasar pengelompokan
26.83%
0.00%
5.00%
10.00%
15.00%
20.00%
25.00%
30.00%
35.00%
40.00%
45.00%
50.00%
Menjelaskan ciri
pergiliran keturunan
paku
Gambar 4.3 Grafik Tanggapan Siswa Tentang Indikator pada Konsep Klasifikasi Tumbuhan yang dianggap sulit.
Berdasarkan grafik pada Gambar 4.3, ada lima indikator yang dianggap
paling sulit untuk dapat dipahami siswa. Kelima indikator tersebut
atau hampir setengahnya indikator dalam menjelaskan karakteristik pergiliran
keturunan tumbuhan paku, 29,27% atau hampir setengahnya indikator dalam
dasar pengelompokan Kingdom Plantae, 29,27% atau hampir
or dalam menjelaskan ciri khas pergiliran keturunan tumbuhan
lumut, 41,46% atau hampir setengahnya indikator dalam mendeskripsikan ciri
Kingdom Plantae, dan 43,90% atau hampir setengahnya indikator dalam
dasar pengelompokan divisi tumbuhan lumut.
29.27% 29.27%
41.46%
Menjelaskan ciri
pergiliran keturunan
Menjelaskan dasar
pengelompokan
Kingdom Plantae
Menjelaskan ciri
pergiliran keturunan
lumut
Mendeskripsikan ciri
Kingdom Plantae
59
Gambar 4.3 Grafik Tanggapan Siswa Tentang Indikator pada Konsep
Berdasarkan grafik pada Gambar 4.3, ada lima indikator yang dianggap
paling sulit untuk dapat dipahami siswa. Kelima indikator tersebut yaitu 26,83%
atau hampir setengahnya indikator dalam menjelaskan karakteristik pergiliran
keturunan tumbuhan paku, 29,27% atau hampir setengahnya indikator dalam
dasar pengelompokan Kingdom Plantae, 29,27% atau hampir
or dalam menjelaskan ciri khas pergiliran keturunan tumbuhan
lumut, 41,46% atau hampir setengahnya indikator dalam mendeskripsikan ciri-ciri
Kingdom Plantae, dan 43,90% atau hampir setengahnya indikator dalam
43.90%
Mendeskripsikan ciri Menjelaskan dasar
pengelompokan
divisi tumbuhan
lumut
60
7) Pengembangan Pedoman Wawancara Guru
Pedoman wawancara yang disusun untuk mengetahui tanggapan guru
mengenai pelaksanaan asesmen kesulitan belajar siswa, terdiri dari lima indikator,
indikator tersebut yaitu pendapat guru mengenai sulitnya konsep klasifikasi
tumbuhan, pengetahuan guru tentang asesmen kesulitan belajar, pengetahuan guru
tentang langkah-langkah penerapan asesmen kesulitan belajar, kelebihan
penerapan asesmen kesulitan belajar, dan kekurangan penerapan asesmen
kesulitan belajar
Pertanyaan wawancara yang disusun sebanyak dua buah untuk setiap
indikator yang telah dibuat. Format pedoman wawancara guru selengkapnya dapat
dilihat pada Lampiran A.13. Pedoman wawancara guru yang telah disusun
kemudian divalidasi atau di-judgement kepada dosen ahli. Kesalahan-kesalahan
yang terdapat pada pertanyaan wawancara setelah kegiatan validasi kemudian
diperbaiki sebelum digunakan.
2. Penerapan Asesmen Kesulitan Belajar Siswa
Perangkat penilaian yang telah dikembangkan kemudian diterapkan untuk
menilai kesulitan belajar siswa dalam mempelajari konsep klasifikasi tumbuhan.
Penerapan perangkat penilaian asesmen kesulitan belajar terdiri dari dua bagian.
Bagian pertama tentang penerapan perangkat penilaian tes dan bagian kedua
tentang penerapan perangkat penilaian nontes.
61
a. Penerapan Perangkat Penilaian Tes
1) Instrumen Penilaian Tes
Perangkat penilaian tes berupa soal pilihan ganda yang telah
dikembangkan dan diujicobakan, selanjutnya diterapkan di Kelas VII C untuk
menilai kesulitan belajar siswa dalam mempelajari konsep klasifikasi tumbuhan.
Soal pilihan ganda hasil uji coba sebelum diterapkan terlebih dahulu diperbaiki
kekurangannya yang muncul setelah dianalisis secara kuantitaif, seperti
memperbaiki pengecoh yang kurang berfungsi dengan baik. Soal pilihan ganda
yang digunakan pada pelaksanaan penerapan asesmen kesulitan belajar dapat
dilihat pada Lampiran A.11.
Setelah selesai diperbaiki kemudian soal tersebut di-judgement kembali
dan setelah dinyatakan baik, soal tersebut kemudian dipakai untuk menerapkan
asesmen kesulitan belajar siswa. Penerapan soal ini dilakukan untuk menilai
kesulitan belajar yang dialami siswa dalam mempelajari konsep klasifikasi
tumbuhan.
2) Pelaksanaan Penerapan Perangkat Penilaian Tes
Pelaksanaan penerapan perangkat penilaian tes berupa soal pilihan ganda
dilakukan di Kelas VII C. Ketika pelaksanaannya terdapat beberapa kejadian
penting yang tercatat oleh peneliti. Kejadian-kejadian penting tersebut dirangkum
dalam Tabel 4.10:
62
Tabel 4.10 Catatan Penting Pelaksanaan Penerapan Soal Pilihan Ganda
No Aspek Identifikasi Masalah 1 Waktu Pelaksanaan yang dilakukan setelah Ulangan Kenaikan Kelas
(UKK) membuat siswa kurang bersemangat dalam mengerjakan soal, karena mereka merasa sudah bebas.
2 Setting Kelas Posisi duduk siswa yang duduk berdua dalam satu meja membuat mereka saling bekerja sama dalam mengerjakan soal pilihan ganda.
3 Pengawasan Kurang tegasnya peneliti dalam mengawasi siswa yang mengerjakan soal membuat siswa semakin merasa bebas dalam melakukan perbuatan saling menyontek jawaban dalam mengisi soal yang diberikan.
4 Soal Soal yang diberikan menurut siswa sulit, sehingga mereka cenderung menebak jawaban dan bahkan ada soal yang dibiarkan kosong (tidak dijawab).
5 Siswa Konsentrasi siswa sedikit terganggu karena di lapangan sekolah waktu itu sedang ada perlombaan olahraga antar kelas dan situasinya sangat ribut, hal ini membuat siswa kurang dapat berkonsentrasi dengan baik dalam mengerjakan soal.
Berdasarkan Tabel 4.10, terjadi beberapa kejadian penting selama
pelaksanaan penerapan perangkat penilaian tes. Kejadian penting tersebut
diantaranya adalah waktu pelaksanaan yang kurang efektif, karena dilaksanakan
setelah UKK dan membuat siswa kurang bersemangat dalam mengerjakan soal.
Konsentrasi mereka juga terganggu karena situasi di luar kelas yang ribut. Setting
kelas yang kurang baik juga membuat siswa saling menyontek jawaban. Hal ini
didukung dengan lemahnya pengawasan yang dilakukan peneliti. Soal yang
menurut siswa dianggap sulit membuat mereka menebak jawaban dan bahkan ada
beberapa soal yang tidak dikerjakan.
3) Analisis Butir Soal Hasil Pelaksanaan Penerapan Perangkat Penilaian Tes
Hasil jawaban siswa kemudian dihitung perolehan skornya. Hasil
perolehan skor selengkapnya disajikan pada Lampiran B.11. Dari 19 butir soal,
jumlah jawaban yang benar terbesar adalah 12 (skor 63,16) dan yang terkecil
63
adalah 5 (skor 26,32), sedangkan untuk rata-ratanya adalah 8,85 (skor 46,58).
Hasil ini menunjukkan bahwa soal tersebut mampu mengukur kesulitan belajar
yang dialami siswa dalam memahami konsep klasifikasi tumbuhan. Hal ini
terlihat dari rendahnya perolehan skor siswa, dimana tidak ada seorang pun siswa
yang mencapai nilai KKM yang disyaratkan kurikulum (nilai KKM 70). Ini
berarti seluruh siswa pada kelas tersebut mengalami kesulitan belajar.
Kesulitan tersebut terdeteksi dengan adanya indikator-indikator yang
dianggap sulit oleh siswa, hal ini dapat dilihat dari adanya soal yang tidak dapat
dijawab dengan benar oleh satu siswa pun, seperti soal nomor 12, 13, 15, dan 17.
Indikator yang terkandung dalam soal tersebut secara berurutan yaitu
membedakan daun fertil dan daun steril pada tumbuhan paku, menjelaskan
karakteristik pergiliran keturunan tumbuhan paku, menjelaskan pengertian
tumbuhan biji, dan mengidentifikasi perbedaan ciri tumbuhan biji terbuka dan biji
tertutup. Sementara itu masih ada soal yang tidak dijawab atau dibiarkan kosong,
yaitu soal nomor 9 dan 10. Indikator dari kedua soal tersebut yaitu menjelaskan
ciri khas pergiliran keturunan tumbuhan lumut dan menjelaskan dasar
pengelompokan divisi tumbuhan lumut. Indikator-indikator tersebut merupakan
indikator yang sulit dipahami oleh siswa.
Hasil analisis kuantitatif terhadap soal pilihan ganda yang telah diterapkan
menunjukkan bahwa tingkat reliabilitas soal yaitu 0,65 (tergolong tinggi),
sedangkan untuk validitas soal adalah 0,49 (tergolong cukup). Proporsi daya
pembeda pada soal tersebut yaitu kategori jelek 47,37%, cukup 26,32%, baik
5,26%, dan baik sekali 21,05%. Proporsi tingkat kesukaran soal yaitu kategori
64
mudah 26,32%, sedang 36,84%, dan sukar 36,84%. Hasil analisis kuantitatif
selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran B.12.
4) Uji Kecocokkan Kesulitan Belajar Siswa
Uji Kecocokkan atau validasi kesulitan belajar bertujuan untuk melihat
apakah kesulitan belajar siswa yang terungkap dengan perangkat asesmen sama
dengan kondisi sebenarnya. Validasi kesulitan belajar siswa dilakukan dengan
membandingkan jawaban siswa hasil penerapan soal pilihan ganda dengan
jawaban soal essay yang ditanyakan secara lisan. Uji cuplik ini dilakukan kepada
seorang siswa yang memperoleh skor terendah pada penerapan soal pilihan ganda.
Hasil validasi tersebut disajikan pada Tabel 4.11:
Tabel 4.11 Uji Kecocokkan Kesulitan Belajar Siswa
No Indikator
Kesulitan Siswa Keterangan
(Cocok/Tidak Cocok)
Hasil Tes Pilihan Ganda
Wawancara Soal Essay
1 Menjelaskan dasar pengelompokan makhluk hidup
BENAR Tidak tahu Tidak Cocok
2 Menyebutkan manfaat penggunaan kunci determinasi
SALAH Tidak tahu Cocok
3 Menyebutkan fungsi klasifikasi makhluk hidup
BENAR Tidak tahu Tidak Cocok
4 Menjelaskan aturan penamaan ilmiah Sistem Binomial Nomenklatur
SALAH Tidak tahu Cocok
5 Mendeskripsikan ciri-ciri Kingdom Plantae
BENAR BENAR Cocok
6 Menjelaskan dasar-dasar pengelompokan Kingdom Plantae
SALAH Tidak tahu Cocok
7 Mendeskripsikan ciri-ciri tumbuhan lumut
SALAH SALAH Cocok
8 Membedakan alat perkembangbiakan pada tumbuhan lumut
BENAR Tidak tahu Tidak Cocok
9 Menjelaskan ciri khas pergiliran keturunan tumbuhan lumut
BENAR Tidak tahu Tidak Cocok
65
No Indikator
Kesulitan Siswa Cocok/Tidak
Cocok Hasil Tes Pilihan Ganda
Wawancara Soal Essay
10 Menjelaskan dasar pengelompokan divisi tumbuhan lumut
SALAH Tidak tahu Cocok
11 Mendeskripsikan ciri-ciri tumbuhan paku
SALAH SALAH Cocok
12 Membedakan daun fertil dan daun steril pada tumbuhan paku
SALAH Tidak tahu Cocok
13 Menjelaskan karakteristik pergiliran keturunan tumbuhan paku
SALAH Tidak tahu Cocok
14 Membedakan ciri pergiliran keturunan antara tumbuhan lumut dan tumbuhan paku
SALAH Tidak tahu Cocok
15 Menjelaskan pengertian tumbuhan biji
SALAH Tidak tahu Cocok
16 Mengelompokan tumbuhan paku berdasarkan ciri-ciri yang dimiliki
SALAH Tidak tahu Cocok
17 Mengidentifikasi perbedaan ciri tumbuhan biji terbuka dan biji tertutup
SALAH
SALAH
Cocok
18 Mengelompokan tumbuhan berdasarkan ciri-ciri yang dimiliki
SALAH SALAH Cocok
19 Membedakan ciri tumbuhan dikotil dan monokotil
SALAH SALAH Cocok
Berdasarkan Tabel 4.11, hasil uji kecocokkan menunjukkan bahwa
kesulitan belajar yang dialami siswa yang terungkap dengan perangkat asesmen
pada umumnya sama dengan kondisi sebenarnya. Hal ini dapat dilihat dari total 14
atau 73,68% indikator yang memperlihatkan kecocokkan kesulitan belajar yang
dialami siswa tersebut. Hanya sebagian kecil yaitu satu indikator saja
(mendeskripsikan ciri-ciri Kingdom Plantae) yang membuktikan siswa tidak
mengalami kesulitan, hasil ini terbukti dari hasil tes dan juga wawancara.
66
b. Penerapan Perangkat Penilaian Nontes
1) Instrumen Angket Tertutup
Perangkat penilaian nontes yang digunakan untuk mengungkap faktor-
faktor yang menyebabkan timbulnya kesulitan belajar siswa dalam pelaksanaan
penerapan asesmen kesulitan belajar, berasal dari hasil perbaikan angket tertutup
hasil uji coba, dengan menambah satu pertanyaan tentang penyebab sulitnya
konsep klasifikasi tumbuhan, sehingga jumlah semua pertanyaan menjadi 27
butir. Angket tertutup yang digunakan dalam penerapan asesmen ini selengkapnya
dapat dilihat pada Lampiran A.12.
2) Pelaksanaan Penerapan Angket Tertutup
Kegiatan penerapan angket tertutup dilakukan di Kelas VII C setelah
pelaksanaan penerapan soal pilihan ganda. Selama pelaksanaan terdapat beberapa
kejadian penting seperti yang dirangkum dalam Tabel 4.12:
Tabel 4.12 Catatan Penting Pelaksanaan Penerapan Angket Tertutup
No Aspek Deskripsi 1 Waktu Waktu pelaksanaan setelah penerapan soal pilihan ganda dan ada
siswa yang akan ikut perlombaan olahraga sehingga mereka mengerjakannya terburu-buru.
2 Pertanyaan angket
Pertanyaan angket tertutup cukup dimengerti oleh siswa karena disertai dengan pilihan jawaban sehingga jawaban yang diberikan sesuai dengan pertanyaan.
3 Siswa Dari 40 orang siswa semuanya mengisi angket tertutup, dan terlihat cukup antusias dalam menjawab pertanyaan yang terdapat dalam angket tersebut.
Berdasarkan Tabel 4.12, dapat dilihat bahwa waktu pelaksanaan penerapan
angket yang dilakukan setelah siswa mengerjakan soal pilihan ganda, membuat
mereka mengerjakannya dengan terburu-buru. Hal ini terjadi karena ada sejumlah
siswa yang akan mengikuti perlombaan olahraga. Pertanyaan pada angket tersebut
dikerjakan oleh seluruh siswa, dan cukup dimengerti oleh siswa dengan tidak
adanya siswa yang menanyakan tentang maksud dari suatu pertanyaan, dan
sesuainya jawaban siswa dengan pertanyaan yang ditanyakan.
3) Hasil Analisis Jawaban Penerapan Angket Tertutup
Hasil penerapan angket tertutup dapat mengungkap faktor
menyebabkan siswa merasa
tumbuhan, serta dapat mengungkap indikator apa saja yang dianggap sulit oleh
siswa. Hasil penerapan angket tertutup selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran
B.13. Berikut ditampilkan beberapa hasil penerapan a
penyebab sulitnya konsep klasifikasi tumbuhan (pada grafik Gambar 4.4) dan
indikator yang dianggap sulit yang terdapat dalam konsep klasifikasi tumbuhan
(pada grafik Gambar 4.5):
Gambar 4.4 Graf
Berdasarkan grafik pada Gambar 4.4, penyebab sulitnya konsep klasifikasi
tumbuhan menurut siswa pada umumnya (77,78%) yaitu karena banyak terdapat
dikerjakan oleh seluruh siswa, dan cukup dimengerti oleh siswa dengan tidak
adanya siswa yang menanyakan tentang maksud dari suatu pertanyaan, dan
nya jawaban siswa dengan pertanyaan yang ditanyakan.
3) Hasil Analisis Jawaban Penerapan Angket Tertutup
Hasil penerapan angket tertutup dapat mengungkap faktor
menyebabkan siswa merasa kesulitan dalam mempelajari konsep klasifikasi
tumbuhan, serta dapat mengungkap indikator apa saja yang dianggap sulit oleh
siswa. Hasil penerapan angket tertutup selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran
B.13. Berikut ditampilkan beberapa hasil penerapan angket yang mengungkap
penyebab sulitnya konsep klasifikasi tumbuhan (pada grafik Gambar 4.4) dan
indikator yang dianggap sulit yang terdapat dalam konsep klasifikasi tumbuhan
(pada grafik Gambar 4.5):
Gambar 4.4 Grafik Tanggapan Siswa Tentang Penyebab Sulitnya Konsep Klasifikasi Tumbuhan
Berdasarkan grafik pada Gambar 4.4, penyebab sulitnya konsep klasifikasi
tumbuhan menurut siswa pada umumnya (77,78%) yaitu karena banyak terdapat
67
dikerjakan oleh seluruh siswa, dan cukup dimengerti oleh siswa dengan tidak
adanya siswa yang menanyakan tentang maksud dari suatu pertanyaan, dan
Hasil penerapan angket tertutup dapat mengungkap faktor-faktor yang
kesulitan dalam mempelajari konsep klasifikasi
tumbuhan, serta dapat mengungkap indikator apa saja yang dianggap sulit oleh
siswa. Hasil penerapan angket tertutup selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran
ngket yang mengungkap
penyebab sulitnya konsep klasifikasi tumbuhan (pada grafik Gambar 4.4) dan
indikator yang dianggap sulit yang terdapat dalam konsep klasifikasi tumbuhan
ik Tanggapan Siswa Tentang Penyebab Sulitnya Konsep
Berdasarkan grafik pada Gambar 4.4, penyebab sulitnya konsep klasifikasi
tumbuhan menurut siswa pada umumnya (77,78%) yaitu karena banyak terdapat
istilah Latin. Sementara itu
yang cukup banyak (27,78%) serta sulit dalam memahami dan menghafal istilah
Latin (41,67%).
Gambar 4.5 Grafik Tanggapan Siswa Tentang Indikator Sulit yang Terdapat
Berdasarkan grafik pada Gambar 4.5, ada lima indikator yang dianggap
sulit oleh hampir setengah jumlah siswa. Indikator tersulit adalah membedakan
ciri pergiliran keturunan antara tumbuhan lumut dan tumbuhan paku dengan
persentase 44,44%. Kemudian diikuti dengan membedakan
dan monokotil (36,11%), mendeskripsikan ciri
mendeskripsikan ciri
ciri tumbuhan paku (30,56%).
Hasil angket pada siswa yang memperoleh skor terendah pada hasil tes
yaitu ia menyukai materi klasifikasi tumbuhan, namun menurutnya materi tersebut
tidak menarik untuk dipelajari.
36.11%
44.44%
Sementara itu hampir setengahnya disebabkan oleh cakupan materi
yang cukup banyak (27,78%) serta sulit dalam memahami dan menghafal istilah
Gambar 4.5 Grafik Tanggapan Siswa Tentang Indikator Sulit yang Terdapat Dalam Materi Klasifikasi Tumbuhan
Berdasarkan grafik pada Gambar 4.5, ada lima indikator yang dianggap
sulit oleh hampir setengah jumlah siswa. Indikator tersulit adalah membedakan
iri pergiliran keturunan antara tumbuhan lumut dan tumbuhan paku dengan
persentase 44,44%. Kemudian diikuti dengan membedakan ciri tumbuhan dikotil
dan monokotil (36,11%), mendeskripsikan ciri-ciri tumbuhan lumut (36,11%),
mendeskripsikan ciri-ciri Kingdom Plantae (33,33%), dan mendeskripsikan ciri
ciri tumbuhan paku (30,56%).
Hasil angket pada siswa yang memperoleh skor terendah pada hasil tes
yaitu ia menyukai materi klasifikasi tumbuhan, namun menurutnya materi tersebut
tidak menarik untuk dipelajari. Hal ini karena ia menganggap materinya sangat
30.56%
33.33%
36.11%
Mendeskripsikan ciri
tumbuhan paku
Mendeskripsikan ciri
Kingdom Plantae
Membedakan ciri tumbuhan
dikotil dan monokotil
Mendeskripsikan ciri
tumbuhan lumut
Membedakan ciri pergiliran
keturunan tumbuhan lumut
dan paku
68
r setengahnya disebabkan oleh cakupan materi
yang cukup banyak (27,78%) serta sulit dalam memahami dan menghafal istilah
Gambar 4.5 Grafik Tanggapan Siswa Tentang Indikator Sulit yang Terdapat
Berdasarkan grafik pada Gambar 4.5, ada lima indikator yang dianggap
sulit oleh hampir setengah jumlah siswa. Indikator tersulit adalah membedakan
iri pergiliran keturunan antara tumbuhan lumut dan tumbuhan paku dengan
tumbuhan dikotil
ciri tumbuhan lumut (36,11%),
Plantae (33,33%), dan mendeskripsikan ciri-
Hasil angket pada siswa yang memperoleh skor terendah pada hasil tes
yaitu ia menyukai materi klasifikasi tumbuhan, namun menurutnya materi tersebut
Hal ini karena ia menganggap materinya sangat
Mendeskripsikan ciri
tumbuhan paku
Mendeskripsikan ciri
Kingdom Plantae
Membedakan ciri tumbuhan
dikotil dan monokotil
Mendeskripsikan ciri
tumbuhan lumut
Membedakan ciri pergiliran
keturunan tumbuhan lumut
69
sulit yang disebabkan oleh banyaknya istilah Latin dalam konsep tersebut.
Indikator yang ia anggap sulit diantaranya yaitu mendeksripsikan ciri-ciri
tumbuhan lumut, membedakan daun fertil dan daun steril pada tumbuhan paku,
menjelaskan pengertian tumbuhan biji, serta membedakan ciri tumbuhan dikotil
dan monokotil.
3. Kelebihan dan Kelemahan yang dimiliki oleh Perangkat Penilaian
Perangkat penilaian yang telah dikembangkan untuk menilai kesulitan
belajar siswa memiliki kelebihan dan kelemahan. Kelebihan tersebut diantaranya
yaitu: 1) berdasarkan hasil pengembangan dan penerapan soal essay maupun
pilihan ganda, perangkat penilaian tersebut dapat mengukur subkonsep yang
dianggap sulit oleh siswa; 2) hasil angket terbuka maupun tertutup yang telah
dikembangkan dan diterapkan, menunjukkan bahwa penerapan angket tersebut
bisa mengungkap penyebab kesulitan belajar yang dialami oleh siswa. Kelebihan
asesmen ini yang didapat dari hasil wawancara guru mengatakan bahwa “asesmen
kesulitan belajar memiliki beberapa kelebihan, seperti dapat melihat keberhasilan
guru dalam mengajar, mengetahui apakah tujuan pembelajaran sudah tercapai atau
belum, dan sebagai feedback terhadap kemampuan siswa...”.
Adapun kelemahan dari perangkat penilaian tersebut diantaranya yaitu: 1)
soal tes menurut siswa terlalu sulit, karena ada beberapa soal yang dibiarkan
kosong; 2) soal tes sulit dimengerti karena ada istilah Latin yang tidak diketahui
siswa; 3) soal tes pilihan ganda yang diterapkan membuka peluang bagi siswa
70
untuk menebak jawaban; dan 4) angket kurang dapat mengungkap semua
penyebab kesulitan belajar yang dialami siswa.
4. Kendala yang dihadapi dalam Menerapkan Perangkat Penilaian
Perangkat penilaian yang digunakan untuk mengukur kesulitan belajar
siswa yang telah dikembangkan dapat diterapkan dalam kegiatan pembelajaran
sehari-hari, namun berdasarkan catatan peneliti terdapat beberapa kendala yang
dihadapi dalam penerapan asesmen kesulitan belajar siswa ini diantaranya yaitu:
1) kurang efektifnya waktu dalam pelaksanaan penerapan asesmen kesulitan
belajar siswa; 2) setting kelas yang masih kurang maksimal; dan 3) adanya soal
yang kosong (tidak terisi oleh siswa) ketika pelaksanaan asesmen kesulitan
belajar. Berdasarkan hasil wawancara, guru mengungkapkan bahwa “kendala
dalam pelaksanaan asesmen kesulitan belajar yaitu guru merasa lelah dalam
memeriksa dan menganalisis soalnya karena harus meluangkan waktu yang lebih
dan siswa merasa jenuh karena terlalu sering mengerjakan soal...”.
5. Tanggapan Guru terhadap Penerapan Perangkat Penilaian
Pengembangan dan penerapan asesmen kesulitan belajar siswa yang masih
tergolong baru ini menimbulkan rasa ingin tahu peneliti untuk mengungkap
tanggapan dari guru terhadap pelaksanaan asesmen kesulitan belajar siswa untuk
menilai kesulitan siswa dalam mempelajari konsep klasifikasi tumbuhan.
Tanggapan ini dijaring dengan melakukan wawancara terhadap guru. Hasil
wawancara guru selengkapnya disajikan dalam Lampiran B.14. Berikut beberapa
71
tanggapan guru mengenai pelaksanaan asesmen kesulitan belajar siswa disajikan
dalam Tabel 4.13:
Tabel 4.13 Tanggapan Guru Terhadap Penerapan Asesmen Kesulitan Belajar Siswa untuk Menilai Kesulitan Siswa dalam Mempelajari Konsep Klasifikasi
Tumbuhan
No Indikator Tanggapan Guru 1 Pendapat guru
mengenai sulitnya konsep klasifikasi tumbuhan
Guru mengatakan bahwa konsep keanekaragaman tumbuhan adalah salah satu konsep yang terbilang sulit, hal ini disebabkan karena terlalu banyak materinya, banyak istilah Latin, dan siswa kurang terampil dalam mengklasifikasikan tumbuhan.
2 Pengetahuan guru tentang asesmen kesulitan belajar
Guru berpendapat bahwa asesmen kesulitan belajar adalah asesmen yang diberikan kepada siswa yang belum mencapai KKM.
3 Pengetahuan guru tentang langkah-langkah penerapan asesmen kesulitan belajar
Guru mengungkapkan bahwa langkah-langkah yang ditempuh dalam pelaksanaan asesmen kesulitan belajar yaitu melihat nilai siswa yang rendah atau tidak mencapai KKM, menganalisis KD dan indikator yang lemah atau dianggap sulit, memberikan soal yang sama dengan soal tes formatif, dan menurunkan tingkat kesukaran soal bila siswa belum mampu mencapai KKM.
4 Kelebihan pelaksanaan asesmen kesulitan belajar
Guru berpendapat bahwa asesmen kesulitan belajar memiliki beberapa kelebihan, seperti dapat melihat keberhasilan guru dalam mengajar, mengetahui apakah tujuan pembelajaran sudah tercapai atau belum, dan sebagai feedback terhadap kemampuan siswa.
5 Kelemahan pelaksanaan asesmen kesulitan belajar
Guru berpendapat bahwa asesmen kesulitan belajar memiliki beberapa kelemahan, seperti membuat siswa merasa jenuh karena terus-menerus mengerjakan soal dan guru merasa lelah dalam memeriksa dan menganalisis soalnya karena harus meluangkan waktu yang lebih.
B. Pembahasan
1. Pengembangan Perangkat Penilaian Asesmen Kesulitan Belajar Siswa
Perangkat penilaian yang telah dikembangkan dalam menilai asesmen
kesulitan belajar siswa, baik perangkat penilaian tes (soal essay dan pilihan ganda)
maupun nontes (angket dan wawancara), secara umum dapat menilai kesulitan
belajar yang dialami siswa dalam mempelajari konsep klasifikasi tumbuhan.
72
Selain itu pula dapat ditelusuri indikator dari subkonsep yang dianggap sulit oleh
siswa serta dapat mengungkap faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya
kesulitan belajar siswa.
Pada pengembangan perangkat penilaian tes, yang terdiri dari soal essay
dan pilihan ganda, menunjukkan bahwa siswa mengalami kesulitan dalam
mempelajari konsep klasifikasi tumbuhan. Hal ini dapat terlihat dari rendahnya
skor rata-rata yang diperoleh siswa, skor rata-rata untuk hasil uji coba essay
adalah 42,25 (essay bagian A) dan 46,31 (essay bagian B). Sementara itu skor
rata-rata untuk hasil uji coba pilihan ganda adalah 40,21. Berdasarkan standar
KKM yang ditetapkan oleh sekolah tempat dilakukannya penelitian, yaitu 70,
maka skor rata-rata siswa hasil uji coba ini tidak memenuhi KKM. Oleh karena
itu, pada umumnya siswa mengalami kesulitan dalam mempelajari konsep
klasifikasi tumbuhan karena rendahnya nilai rata-rata yang diperoleh. Hal ini
senada dengan yang dinyatakan oleh Ashlock (Wulan et al., 2010) bahwa siswa
yang selalu memperoleh hasil belajar yang rendah disebut sebagai siswa yang
mengalami kesulitan belajar.
Ketika pengujicobaan soal essay, seperti pada soal essay bagian A ada
beberapa soal yang tidak dijawab oleh siswa, seperti soal nomor 6 dengan
indikator membedakan daun fertil dan daun steril pada tumbuhan paku. Hal ini
menandakan bahwa siswa mengalami kesulitan belajar dalam memahami
indikator tersebut, seperti yang diungkapkan oleh Wulan dan Nurlaelah (2011)
bahwa siswa yang tidak mengisi/tidak merespon soal-soal uraian adalah siswa
73
yang berkesulitan belajar. Penyebabnya kemungkinan besar karena siswa tidak
memahami konsep tersebut.
Selain soal yang kosong, ada pula soal yang perolehan skornya rendah
karena tidak ada siswa yang mampu menjawabnya dengan benar. Seperti soal
essay bagian A nomor 5 dengan indikator menjelaskan ciri khas pergiliran
keturunan tumbuhan lumut, kebanyakan jawaban siswa menjawabnya dengan
menggambarkan bagan pergiliran keturunan tumbuhan lumut, bukan menjelaskan
bagaimana karakteristik pergiliran keturunan lumut. Hal ini menunjukkan bahwa
siswa mengalami kesulitan belajar pada indikator tersebut yang disebabkan karena
mempertukarkan konsep yang ditanyakan dengan konsep lainnya yang mirip. Hal
ini seperti yang diungkapkan oleh Wulan dan Nurlaelah (2011) bahwa salah satu
kemungkinan kesulitan belajar yang dialami siswa berdasarkan pola jawaban tes
uraian adalah siswa mempertukarkan konsep yang ditanyakan dengan konsep
lainnya yang mirip.
Hasil analisis soal essay secara kuantitatif, yang meliputi reliabilitas,
validitas, dan tingkat kesukaran, menunjukkan bahwa kedua soal essay bagian A
dan B memiliki kualitas yang berbeda. Hal ini terlihat dari nilai reliabilitas dan
validitas yang berbeda, dimana soal A memiliki nilai reliabilitas yang rendah
(0,21) dan nilai validitas sangat rendah (0,12), serta proporsi tingkat kesukaran
soal yaitu soal mudah dan sedang 20% sedangkan sukar 60%.
Reliabilitas soal essay A yang rendah ini disebabkan oleh terlalu sulitnya
soal, hal ini terlihat dari dominannya soal kategori sukar yaitu sebanyak 60%.
Fakta ini sesuai dengan pernyataan Sudjana (1989) yang menyatakan bahwa tes
74
yang terlalu mudah atau terlalu sulit untuk siswa, cenderung menghasilkan skor
reliabilitas rendah. Nilai validitas yang sangat rendah dikarenakan banyaknya soal
kategori sulit, waktu pengerjaan yang kurang efektif karena setelah jam pelajaran
berakhir, situasi kelas yang ribut, dan ada siswa yang melakukan kecurangan
dengan saling bertukar jawaban. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan Sukardi
(2010) bahwa nilai validitas dipengaruhi oleh tingkat kesulitan item tes tidak tepat
dengan materi pembelajaran yang diterima siswa, waktu pengerjaan tidak cukup
sehingga siswa dalam memberikan jawaban dalam situasi yang tergesa-gesa,
adanya kecurangan dalam tes sehingga tidak bisa membedakan antara siswa yang
belajar dengan yang melakukan kecurangan, serta ruangan terlalu ramai atau
gaduh sehingga para siswa tidak dapat konsentrasi dengan baik.
Hasil analisis kuantitatif ini menunjukkan bahwa soal tersebut kualitasnya
kurang baik, karena soal yang baik harus memiliki nilai reliabilitas dan validitas
yang tinggi serta proporsi tingkat kesukaran soalnya yaitu 30% mudah, 40%
sedang, dan 30% sukar (Sudjana, 1989). Namun, walaupun begitu soal tersebut
masih bisa mengukur kesulitan belajar yang dialami siswa, hal ini terlihat dari
rendahnya perolehan skor siswa.
Soal essay bagian B memiliki kualitas yang jauh lebih baik daripada soal
A, karena memiliki nilai reliabilitas (0,98) dan validitas (0,95) yang sangat tinggi
serta proporsi tingkat kesukaran soalnya lebih merata yaitu 30% mudah, 40%
sedang, dan 30% sukar. Hal tersebut sesuai dengan syarat kualitas soal yang baik
menurut Sudjana (1989), bahwa soal yang baik harus memiliki nilai reliabilitas
75
dan validitas yang tinggi serta proporsi tingkat kesukaran soalnya yaitu 30%
mudah, 40% sedang, dan 30% sukar.
Pada hasil uji coba soal pilihan ganda, menunjukkan bahwa masih ada
beberapa soal yang tidak direspon oleh beberapa siswa dan perolehan skornya
rendah, seperti soal nomor 9 dan 12. Soal nomor 9 dengan indikator menjelaskan
ciri khas pergiliran keturunan tumbuhan lumut, hanya mampu dijawab benar oleh
tiga orang siswa. Sementara itu soal nomor 12 dengan indikator membedakan
daun fertil dan daun steril pada tumbuhan paku, hanya seorang siswa yang mampu
menjawab benar soal ini. Hal ini menandakan bahwa siswa mengalami kesulitan
dalam memahami kedua indikator tersebut. Indikator pada soal nomor 9
merupakan salah satu yang dianggap sulit oleh siswa, hal tersebut didukung oleh
hasil angket yang menyatakan bahwa hampir setengah siswa atau 29,27%
menganggap bahwa indikator tersebut sulit dipahami.
Kualitas soal pilihan ganda hasil uji coba tergolong cukup baik, karena
memiliki nilai reliabilitas yang tinggi (0,74), nilai validitas cukup (0,59), daya
pembeda soal dominan yang baik 42,11% serta proporsi jumlah soal dengan
tingkat kesukaran sedang paling dominan sebesar 63,18%.
Hasil uji coba angket diantaranya dapat mengungkap kendala yang dialami
siswa selama kegiatan praktikum klasifikasi tumbuhan. Kendala-kendala yang
dialami yaitu sulit membawa tumbuhan yang ditugaskan guru, hal ini membuat
siswa tidak dapat mengikuti kegiatan praktikum dengan baik karena ia tidak
memiliki tumbuhan yang akan diamati; guru menerangkan materi terlalu cepat,
akibatnya siswa tidak mengetahui konsep awal yang mendasari kegiatan
76
praktikum yang akan dilakukan; dan banyak siswa yang mengobrol, keadaan ini
membuat suasana kelas menjadi gaduh dan mengganggu konsentrasi siswa lain
yang mengikuti kegiatan praktikum dengan sungguh-sungguh.
Kendala-kendala tersebut membuat siswa kesulitan dalam mempelajari
konsep klasifikasi tumbuhan. Kendala guru menerangkan materi terlalu cepat
termasuk faktor eksternal yang merupakan faktor instrumental penyebab kesulitan
belajar siswa, sedangkan banyak siswa yang mengobrol merupakan faktor
lingkungan. Seperti yang dinyatakan Burton (Abin, 2002: 325-326; Kuntjojo,
2009) bahwa penyebab kesulitan belajar yang berupa faktor instrumental
diantaranya yaitu kemampuan profesional dan kepribadian guru yang tidak
memadai dan faktor lingkungan antara lain lingkungan sosial sekolah yang tidak
kondusif.
2. Penerapan Asesmen Kesulitan Belajar Siswa
Hasil perolehan skor pada penerapan perangkat penilaian asesmen
kesulitan belajar soal pilihan ganda menunjukkan bahwa skor rata-rata siswa
adalah 46,58. Skor ini berada dibawah nilai KKM yaitu 70 dan tidak ada satupun
siswa yang memperoleh nilai diatas KKM, karena skor tertinggi adalah 63,16.
Hasil perolehan skor yang rendah ini menunjukkan bahwa seluruh siswa pada
kelas tersebut mengalami kesulitan dalam mempelajari konsep klasifikasi
tumbuhan, seperti yang dinyatakan oleh Ashlock (Wulan, et al., 2010) bahwa
siswa yang selalu memperoleh hasil belajar yang rendah disebut sebagai siswa
yang mengalami kesulitan belajar.
77
Pada hasil jawaban siswa masih terdapat soal yang tidak dapat dijawab
dengan benar oleh satu siswa pun, seperti soal nomor 12, 13, 15, dan 17. Soal
nomor 12 dengan indikator membedakan daun fertil dan daun steril pada
tumbuhan paku, soal nomor 13 dengan indikator menjelaskan karakteristik
pergiliran keturunan tumbuhan paku, soal nomor 15 dengan indikator menjelaskan
pengertian tumbuhan biji, dan soal nomor 17 dengan indikator mengidentifikasi
perbedaan ciri tumbuhan biji terbuka dan biji tertutup. Hasil ini menunjukkan
bahwa siswa sangat kesulitan dalam memahami indikator-indikator tersebut.
Terutama indikator pada soal nomor 13, dengan indikator menjelaskan
karakteristik pergiliran keturunan tumbuhan paku. Karena berdasarkan hasil
angket, indikator ini ditanggapi oleh hampir setengah jumlah siswa sebagai salah
satu indikator yang sulit untuk dipahami.
Hasil analisis kuantitatif soal pilihan ganda menunjukkan bahwa soal ini
tergolong cukup baik, dengan reliabilitas 0,65 (tergolong tinggi) dan validitas 0,49
(tergolong cukup). Walaupun proporsi daya pembeda pada soal tersebut
didominasi oleh kategori jelek sebanyak 47,37% dan proporsi tingkat kesukaran
kategori sedang dan sukar sama yaitu 36,84%.
Berdasarkan hasil penerapan soal pilihan ganda, secara keseluruhan
konsep klasifikasi tumbuhan memang termasuk konsep yang sulit untuk
dipelajari, hal ini karena skor rata-rata yang rendah hasil pengerjaan soal pilhan
ganda dan diperkuat oleh hasil angket. Hasil angket menunjukkan bahwa
penyebab sulitnya konsep klasifikasi tumbuhan menurut siswa pada umumnya
karena banyak terdapat istilah Latin, hampir setengahnya karena cakupan materi
78
cukup banyak serta sulit memahami dan menghafal istilah Latin. Hasil wawancara
guru juga memberikan hasil yang hampir sama, guru mengatakan bahwa “konsep
keanekaragaman tumbuhan adalah salah satu konsep yang terbilang sulit, hal ini
disebabkan karena terlalu banyak materinya, banyak istilah dalam bahasa
Latin...”.
Uji kecocokkan yang dilakukan dapat membuktikan kesulitan belajar yang
dialami siswa, dalam hal ini yang memperoleh skor terendah, yang terungkap
dengan hasil tes sama dengan kondisi sebenarnya. Siswa tersebut mengalami
kesulitan dalam mempelajari 73,68% indikator yang terdapat dalam konsep
klasifikasi tumbuhan. Hasil ini didukung dengan hasil angket yang menurutnya ia
merasa kesulitan dalam memahami beberapa indikator, seperti mendeksripsikan
ciri-ciri tumbuhan lumut, membedakan daun fertil dan daun steril pada tumbuhan
paku, menjelaskan pengertian tumbuhan biji, serta membedakan ciri tumbuhan
dikotil dan monokotil. Ia hanya dapat memahami satu indikator saja yaitu
mendeskripsikan ciri-ciri Kingdom Plantae.
Penyebab kesulitan yang dialami siswa tersebut dalam mempelajari
konsep klasifikasi tumbuhan berdasarkan hasil angket, yaitu menurutnya konsep
tersebut tidak menarik untuk dipelajari. Kecenderungan ini membuat minat dan
motivasi belajar siswa rendah sehingga terjadilah kesulitan belajar. Hal ini sesuai
dengan pendapat Burton (Abin, 2002: 325-326; Kuntjojo, 2009) bahwa faktor
internal yang menyebabkan timbulnya kesulitan belajar dintaranya yaitu minat
terhadap mata pelajaran kurang dan motivasi belajar rendah.
79
3. Kelebihan dan Kelemahan yang dimiliki oleh Perangkat Penilaian
Kelebihan yang dimiliki oleh perangkat penilaian tes yang telah
dikembangkan yaitu dapat mengukur subkonsep yang dianggap sulit oleh siswa.
Hal ini dapat dilihat dari adanya beberapa indikator pada subkonsep yang terdapat
pada konsep klasifikasi tumbuhan yang ternyata sulit untuk dipahami oleh siswa.
Berdasarkan hasil penerapan soal pilihan ganda tidak ada seorang siswa pun yang
dapat menjawab dengan benar soal yang berhubungan dengan indikator tersebut.
Indikator-indikator tersebut yaitu membedakan daun fertil dan daun steril pada
tumbuhan paku, menjelaskan karakteristik pergiliran keturunan tumbuhan paku,
menjelaskan pengertian tumbuhan biji, serta mengidentifikasi perbedaan ciri
tumbuhan biji terbuka dan biji tertutup.
Kelebihan yang muncul dari perangkat penilaian nontes yaitu angket
tertutup hasil uji coba atau ketika penerapan dapat mengungkap penyebab
kesulitan belajar yang dialami oleh siswa dalam mempelajari konsep klasifikasi
tumbuhan. Hasil angket tertutup hasil uji coba menunjukkan bahwa sebagian
besar siswa kurang menyukai konsep klasifikasi tumbuhan dan menganggapnya
sebagai konsep yang cukup sulit. Sementara itu hasil angket tertutup pada
penerapan menunjukkan bahwa pada umumnya siswa menganggap sulit konsep
klasifikasi tumbuhan karena banyak terdapat istilah Latin, sedangkan hampir
setengah dari seluruh siswa menganggap bahwa sulitnya konsep tersebut
disebabkan oleh cakupan materi yang cukup banyak serta sulit memahami dan
menghafal istilah Latin.
80
Adapun kelemahan dari perangkat penilaian tersebut diantaranya yaitu
soal tes menurut siswa terlalu sulit, sehingga ada beberapa soal yang dibiarkan
kosong. Hal ini terjadi karena sebelumnya tidak dilakukan telaah kedalaman
materi klasifikasi tumbuhan pada jenjang SMP dan SMA secara lebih mendalam,
sehingga ada soal yang memuat materi yang seharusnya ada pada jenjang SMA
dan sulit dijawab oleh siswa karena mereka belum mempelajari sebelumnya.
Temuan ini terlihat dari proporsi tingkat kesukaran pada soal pilihan ganda yang
diterapkan kurang memenuhi syarat kualitas soal yang baik, dimana soal kategori
mudah 26,32%, soal kategori sedang dan sukar 36,84%. Menurut Sudjana (1989)
kualitas soal yang baik, disamping memenuhi validitas dan reliabilitas, adalah
adanya keseimbangan dari tingkat kesulitan soal tersebut, sesuai karakteristik
siswa khususnya dalam perkembangan intelektual.. Keseimbangan yang
dimaksudkan adalah adanya soal-soal yang termasuk mudah, sedang, dan sukar
secara proporsional. Perbandingan antara soal mudah-sedang-sukar bisa dibuat 3-
4-3, artinya 30% soal mudah, 40% soal sedang, dan 30% soal sukar; atau
perbandingan lain 3-5-2, 30% soal mudah, 50% soal sedang, dan 20% soal sukar.
Kelemahan lain yang muncul adalah soal tes pilihan ganda yang
diterapkan membuka peluang bagi siswa untuk menebak jawaban. Soal pilihan
ganda yang tergolong tes objektif menurut Sudijono (2007) terbuka kemungkinan
bagi testee untuk bermain spekulasi, tebak terka, adu untung dalam memberikan
jawaban soal. Ini dapat terjadi, sebab bagi testee yang sekalipun sebenarnya tidak
tahu jawabannya, namun karena pada setiap butir soal sudah dipasang
kemungkinan-kemungkinan jawabannya, maka tidak ada kesulitan sama sekali
81
bagi testee untuk menebak salah satu diantara kemungkinan jawaban yang telah
tersedia.
4. Kendala yang dihadapi dalam Menerapkan Perangkat Penilaian
Kendala yang dihadapi pada penerapan perangkat penilaian kesulitan
belajar yaitu kurang efektifnya waktu dalam pelaksanaan penerapan asesmen
kesulitan belajar siswa, hal ini terlihat dari catatan peneliti yang menunjukkan
bahwa ketika pelaksanaan penilaian yang diselenggarakan setelah UKK (karena
ada perlombaan olahraga) membuat siswa kurang bisa berkonsentrasi dengan baik
dalam mengerjakan soal, karena mereka terganggu oleh situasi lingkungan
sekolah yang ramai dan sangat ribut. Hal ini tentu saja tidak sesuai dengan yang
dinyatakan oleh Sudijono (2007), yang menyatakan bahwa dalam mengerjakan
soal tes para peserta tes seharusnya mendapat ketenangan. Seyogyanya ruang
tempat berlangsungnya tes dipilihkan yang jauh dari keramaian, kebisingan, suara
hiruk pikuk dan lalu lalangnya orang.
Setting kelas yang masih kurang maksimal merupakan kendala lain yang
muncul dalam penerapan asesmen kesulitan belajar ini. Berdasarkan catatan
peneliti, menunjukkan bahwa ketika pelaksanaan asesmen kesulitan belajar posisi
duduk siswa yaitu berdua dalam satu meja, hal ini memberi peluang kepada siswa
untuk dapat saling bekerja sama. Oleh karena itu terdapat pola jawaban yang sama
antara siswa yang satu dengan lainnya. Masalah ini dapat mengganggu kegiatan
analisis kesulitan belajar, karena kurang dapat menilai kesulitan belajar yang
82
dialami siswa secara mendetail disebabkan oleh pola jawaban yang sama akibat
dari kerja sama tersebut.
Kendala lain yang terungkap yaitu guru merasa lelah dalam melakukan
asesmen kesulitan belajar dan siswa merasa jenuh. Hal ini berdasarkan hasil
wawancara guru yang mengungkapkan bahwa kendala dalam pelaksanaan
asesmen kesulitan belajar yaitu guru merasa lelah dalam memeriksa dan
menganalisis soalnya karena harus meluangkan waktu yang lebih dan siswa
merasa jenuh karena terlalu sering mengerjakan soal.
5. Rekomendasi
Penelitian yang dilakukan dalam menilai kesulitan belajar siswa dalam
mempelajari konsep klasifikasi tumbuhan hanya melalui perangkat penilaian tes
dan nontes saja, tetapi tidak melakukan observasi selama kegiatan belajar
mengajar di kelas. Kegiatan menilai kesulitan belajar siswa sebaiknya didahului
dengan mengobservasi kegiatan pembelajaran yang biasa dilakukan di kelas
dalam mempelajari klasifikasi tumbuhan. Hal ini penting untuk mengetahui
kesulitan yang dialami siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Jadi
tidak hanya menilai kesulitan belajar melalui perangkat penilaian tes dan nontes
saja, tetapi dilakukan pula kegiatan observasi selama proses pembelajaran.
Penyusunan perangkat penilaian tes sebaiknya diawali dengan melakukan
telaah kedalaman materi pada jenjang SMP dan SMA secara lebih mendalam.
Kegiatan ini perlu dilakukan agar soal yang mencakup materi yang seharusnya
ada pada tingkat SMA, tidak muncul di soal jenjang SMP. Sehingga soal yang
83
digunakan tidak terlalu sulit dan dapat dijawab oleh siswa serta kesulitan belajar
yang dihadapi siswa dapat terungkap.
Waktu pelaksanaan asesmen kesulitan belajar sebaiknya dilaksanakan
pada waktu yang tepat, agar kegiatan asesmen kesulitan belajar dapat berjalan
secara efektif dan efisien. Waktu yang dapat digunakan untuk melakukan asesmen
kesulitan belajar yaitu sebelum atau sesudah tes formatif. Sebelum pelaksanaan
tes formatif dimaksudkan agar kesulitan belajar yang dialami siswa terhadap
konsep tertentu selama kegiatan pembelajaran dapat terdeteksi secepat mungkin,
hal ini agar kesulitan belajar siswa dapat segera diatasi dan ketika menjalani tes
formatif maka kemungkinan besar ia dapat mencapai KKM yang disyaratkan oleh
kurikulum. Sementara itu waktu pelaksanaan asesmen kesulitan belajar setelah tes
formatif bertujuan agar sebelum mempelajari konsep selanjutnya, kesulitan belajar
yang dialami siswa dapat diatasi terlebih dahulu dengan melakukan tes diagnostik
kepada siswa yang memperoleh nilai dibawah KKM.
Penentuan tempat berlangsungnya tes diagnostik sebaiknya berada di
tempat yang tenang dan jauh dari keramaian, agar siswa dapat mengerjakan soal
dengan penuh konsentrasi. Hal ini sesuai dengan yang diutarakan oleh Sudijono
(2007), yang menyatakan bahwa dalam mengerjakan soal tes para peserta tes
seharusnya mendapat ketenangan. Seyogyanya ruang tempat berlangsungnya tes
dipilihkan yang jauh dari keramaian, kebisingan, suara hiruk pikuk dan lalu
lalangnya orang.
Sudijono (2007) menyarankan dalam pelaksanaan tes, khususnya tes
kesulitan belajar, tempat duduk sebaiknya diatur dengan jarak tertentu yang
84
memungkinkan tercegahnya kerja sama yang tidak sehat diantara testee. Oleh
karena itu, kita harus memperhatikan setting kelas yang baik, karena akan
berpengaruh positif terhadap hasil analisis asesmen kesulitan belajar. Seperti
dalam pengaturan posisi duduk, sebaiknya siswa duduk sendiri-sendiri dalam satu
meja, hal ini sangat penting agar tidak terjadi saling tukar jawaban. Karena
kegiatan menyontek jawaban akan membuat hasil analisis kesulitan belajar kurang
berjalan optimal, hal ini disebabkan oleh kesulitan belajar yang dialami siswa
tidak terukur secara detail. Ketegasan pengawas juga sangat diperlukan ketika
pelaksanaan tes, agar tidak terjadi kegiatan saling kerja sama dalam mengerjakan
tes diagnostik.
Uji kecocokkan atau uji cuplik dalam melihat kesulitan belajar siswa yang
terungkap dengan hasil tes dan wawancara sebaiknya tidak hanya dilakukan
kepada siswa yang memperoleh skor terendah. Tetapi lebih baik dilakukan kepada
beberapa orang siswa dari setiap kelompok tinggi, sedang, dan rendah
berdasarkan perolehan skor hasil tes kesulitan belajar. Hal ini penting agar
indikator yang kemungkinan sulit dipelajari siswa dapat terdeteksi secara lebih
detail dan diperoleh siswa yang benar-benar mengalami kesulitan belajar. Waktu
pelaksanaan uji cuplik sebaiknya tidak terlalu lama dari selang waktu tes kesulitan
belajar, karena jika terlalu lama maka yang menjadi pengukuran adalah retensi
siswa terhadap konsep tertentu, bukan kesulitan belajar yang dialami siswa.
Bentuk soal yang digunakan dalam menilai kesulitan belajar siswa
sebaiknya bukan soal pilihan ganda biasa, tetapi lebih baik soal pilihan ganda
beralasan. Hal ini karena soal berbentuk pilihan ganda, agar analisis respon bebas
85
dari faktor tebakan, salah satu caranya adalah siswa diminta menyertakan alasan
atau penjelasan ketika memilih alternatif jawaban (Depdiknas, 2007). Jika
menggunakan soal berbentuk uraian (essay) yang jumlahnya banyak, agar siswa
tidak merasa jenuh maka sebaiknya ketika pelaksanaan tes kesulitan belajar, soal
tersebut dibagi menjadi dua bagian.
Dalam melakukan penilaian kesulitan belajar, dapat dilakukan dengan
teknik penilaian tes maupun non tes. Penilaian tes dapat berupa soal essay atau
pilihan ganda, sedangkan penilaian nontes bisa dilakukan melalui pemberian
angket dan melakukan wawancara. Penilaian kesulitan belajar terdiri dari
beberapa tahapan, seperti yang disajikan dalam Tabel 4.14 berikut:
Tabel 4.14 Panduan Asesmen Kesulitan Belajar
Tahapan Langkah-langkah Sumber Informasi Rasional
Merancang Perangkat Penilaian
1. Mengindentifikasi Kompetensi Dasar yang Bermasalah
Bila suatu kompetensi dasar tidak tercapai, perlu didiagnosis indikator-indikator mana saja yang tidak dapat dimunculkan.
Hasil penelitian, Depdiknas, 2007. Panduan Penilaian Diagnostik Sekolah Menengah Pertama
Kompetensi bermasalah yaitu SK dan KD yang sulit dicapai oleh siswa.
2. Menentukan Kemungkinan Sumber Masalah
Kemungkinan sumber masalah, yaitu: 1) tidak terpenuhinya kemampuan prasyarat; 2) terjadinya miskonsepsi; dan 3) rendahnya kemampuan memecahkan masalah.
Masalah yang timbul karena siswa tidak memahami konsep dengan benar dan utuh.
3. Menentukan Bentuk dan Jumlah Soal yang Sesuai
Perlu dipilih alat diagnosis yang tepat berupa butir-butir tes diagnostik yang sesuai. Butir tes tersebut dapat berupa tes pilihan ganda, essay, maupun kinerja.
Teknik penilaian harus tepat sesuai dengan sumber masalah yang diduga.
86
Tahapan Langkah-langkah Sumber Informasi Rasional
Merancang Perangkat Penilaian
4. Menyusun Kisi-kisi Soal Kisi-kisi setidaknya memuat: 1) kompetensi dasar beserta indikator bermasalah; 2) materi pokok; 3) dugaan sumber masalah; 4) bentuk dan jumlah soal; dan 5) indikator soal
Hasil penelitian, Depdiknas, 2007. Panduan Penilaian Diagnostik Sekolah Menengah Pertama
Agar soal yang digunakan dapat mengungkap kesulitan belajar yang dialami siswa secara tepat dan akurat.
5. Menulis Soal Harus diperhatikan jawaban atau respon yang diberikan siswa harus memberikan informasi yang cukup untuk menduga masalah atau kesulitan yang dialami siswa.
Soal diagnostik memiliki karakteristik berbeda dengan soal tes lain
6. Mereview Soal Sebaiknya soal yang telah ditulis guru divalidasi terlebih dahulu sebelum diteskan ke siswa, bisa divalidasi oleh dosen ahli atau guru-guru sejenis dalam MGMP.
Butir soal yang baik memiliki validitas isi, yaitu kejituan tes ditinjau dari isi tes tersebut
7. Menyusun Kriteria Penilaian Kriteria penilaian memuat rentang skor yang menggambarkan pada rentang berapa saja siswa didiagnosis sebagai mastery, yaitu sudah menguasai KD. Atau belum mastery, yaitu belum menguasai.
Untuk mengetahui siswa yang mengalami masalah dilihat dari skor yang diperolehnya.
Menguji Coba Perangkat Penilaian
1. Menguji Coba Soal yang telah ditulis
Soal yang telah ditulis diujicobakan ke sampel lain. Bila soal bentuk essay jumlahnya banyak, sebaiknya dibagi menjadi dua agar siswa tidak jenuh.
Untuk mengetahui kualitas soal apakah baik atau tidak.
2. Menganalisis hasil uji coba Analisis secara kuantitatif, meliputi reliabilitas, validitas, daya pembeda, dan tingkat kesukaran.
Mengetahui kualitas soal secara kuantitatif.
Melaksanakan Perangkat Penilaian Kesulitan Belajar
1. Sebelum Tes Formatif Agar kesulitan belajar yang dialami siswa terhadap konsep tertentu selama kegiatan pembelajaran dapat terdeteksi secepat mungkin. Hal ini agar pada pelaksanaan tes formatif siswa dapat mencapai KKM.
Kesulitan belajar siswa dapat diatasi dan ketika menjalani tes formatif dapat mencapai KKM.
87
Tahapan Langkah-langkah Sumber Informasi Rasional
Melaksanakan Perangkat Penilaian Kesulitan Belajar
2. Setelah Tes Formatif Agar sebelum mempelajari konsep selanjutnya, kesulitan belajar yang dialami siswa dapat diatasi terlebih dahulu.
Hasil penelitian, Depdiknas, 2007. Panduan Penilaian Diagnostik Sekolah Menengah Pertama
Dapat memahami konsep prasyarat untuk pembelajaran selanjutnya.
Identifikasi Sumber Masalah
1. Melakukan Penskoran Kegiatan penskoran harus mampu merekam type error yang ada dalam respon siswa.
Mengetahui siswa dengan skor terendah atau responnya paling minim.
2. Membuat kode spesifik untuk setiap type error
Membuat kode spesifik, seperti: A: terjadi miskonsepsi B: kesalahan mengubah satuan C: kesalahan menggunakan formula D: kesalahan perhitungan
Untuk memudahkan identifikasi
3. Menentukan batas pencapaian (passing score)
Bila tes diagnostik dibangun oleh sejumlah butir soal perlu dilakukan batas pencapaian untuk menentukan bahwa siswa tersebut bermasalah.
Untuk mengetahui siswa yang bermasalah.
Pemberian Umpan Balik
1. Kegiatan umpan balik dilakukan secara cermat berdasarkan hasil tes diagnostik
Umpan balik yang diberikan harus sesuai dengan kesulitan yang dihadapi siswa.
Agar kesulitan yang dialami siswa bisa teratasi.
2. Kegiatan umpan balik diberikan secara bertahap dan berkelanjutan
Kegiatan umpan balik perlu diatur agar tidak terjadi tumpang tindih.
Supaya tidak memberatkan siswa maupun guru