15
HASIL DAN PEMBAHASAN Suhu dan Kelembaban Ruang Penyimpanan Penyimpanan adalah salah satu tindakan pengamanan yang bertujuan untuk mempertahankan dan menjaga kualitas produk. Penyimpanan pakan dalam industri peternakan mempunyai peranan yang sangat penting untuk kelangsungan produksi yang menunjang ketersediaan pakan dengan kualitas baik saat diberikan kepada ternak. Kemasan yang digunakan pada penelitian ini adalah karung plastik yang sudah umum digunakan dalam industri besar. Pengemasan terhadap produk bertujuan untuk melindungi produk dari pengaruh oksidasi dan mencegah terjadinya kontaminasi dengan udara luar. Pengamatan dilakukan dari bulan Januari sampai Februari di dalam ruang penyimpanan berukuran 5x4x3 m 3 yang bertempat di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan IPB. Bahan disimpan di atas pallet dengan metode tumpukan bata mati. Tumpukan bata mati adalah penyusunan karung-karung dengan posisi lapisan pertama sejajar dengan lapisan kedua, ketiga dan seterusnya sampai lapisan teratas. Pallet digunakan untuk menghindari kontak langsung dengan lantai agar tidak mempercepat proses kerusakan bahan. Rataan suhu dan kelembaban lokasi penyimpanan dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Rataan Suhu dan Kelembaban selama Penyimpanan M0-M2 M2-M4 M4-M6 Suhu ( º C) 26,38 ± 1,10 26,37 ± 1,50 27,08 ± 1,52 RH (%) 81,94 ± 5,64 79,00 ± 6,61 75,18 ± 5,67 Suhu dan kelembaban merupakan faktor yang sangat penting dalam penyimpanan pakan terutama akan mempengaruhi sifat fisik bahan dan pertumbuhan serangga. Selain itu, suhu dan kelembaban juga akan mempengaruhi kandungan air suatu bahan sehingga akan memungkinkan pertumbuhan dan berkembangnya mikroorganisme perusak. Menurut Imdad dan Nawangsih (1995), lingkungan hidup yang ideal bagi pertumbuhan serangga yaitu pada suhu 25-30 º C dengan kelembaban 70%. Tabel 5 menunjukkan bahwa rataan suhu ruang penyimpanan masih ideal, namun ruang penyimpanan memiliki kelembaban sangat tinggi. Kelembaban yang

HASIL DAN PEMBAHASAN Suhu dan Kelembaban Ruang … · ruang penyimpanan yang baik untuk kadar air bahan yang aman adalah 25-27ºC dan ... R1 0,83pP 0,84pP 0,84pP 0 ... Superskrip

  • Upload
    lytu

  • View
    235

  • Download
    1

Embed Size (px)

Citation preview

17

HASIL DAN PEMBAHASAN

Suhu dan Kelembaban Ruang Penyimpanan

Penyimpanan adalah salah satu tindakan pengamanan yang bertujuan untuk

mempertahankan dan menjaga kualitas produk. Penyimpanan pakan dalam industri

peternakan mempunyai peranan yang sangat penting untuk kelangsungan produksi

yang menunjang ketersediaan pakan dengan kualitas baik saat diberikan kepada

ternak. Kemasan yang digunakan pada penelitian ini adalah karung plastik yang

sudah umum digunakan dalam industri besar. Pengemasan terhadap produk bertujuan

untuk melindungi produk dari pengaruh oksidasi dan mencegah terjadinya

kontaminasi dengan udara luar.

Pengamatan dilakukan dari bulan Januari sampai Februari di dalam ruang

penyimpanan berukuran 5x4x3 m3 yang bertempat di Laboratorium Ilmu dan

Teknologi Pakan, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas

Peternakan IPB. Bahan disimpan di atas pallet dengan metode tumpukan bata mati.

Tumpukan bata mati adalah penyusunan karung-karung dengan posisi lapisan

pertama sejajar dengan lapisan kedua, ketiga dan seterusnya sampai lapisan teratas.

Pallet digunakan untuk menghindari kontak langsung dengan lantai agar tidak

mempercepat proses kerusakan bahan. Rataan suhu dan kelembaban lokasi

penyimpanan dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Rataan Suhu dan Kelembaban selama Penyimpanan

   M0-M2 M2-M4 M4-M6

Suhu (ºC) 26,38 ± 1,10 26,37 ± 1,50 27,08 ± 1,52

RH (%) 81,94 ± 5,64 79,00 ± 6,61 75,18 ± 5,67

Suhu dan kelembaban merupakan faktor yang sangat penting dalam

penyimpanan pakan terutama akan mempengaruhi sifat fisik bahan dan pertumbuhan

serangga. Selain itu, suhu dan kelembaban juga akan mempengaruhi kandungan air

suatu bahan sehingga akan memungkinkan pertumbuhan dan berkembangnya

mikroorganisme perusak. Menurut Imdad dan Nawangsih (1995), lingkungan hidup

yang ideal bagi pertumbuhan serangga yaitu pada suhu 25-30ºC dengan kelembaban

70%. Tabel 5 menunjukkan bahwa rataan suhu ruang penyimpanan masih ideal,

namun ruang penyimpanan memiliki kelembaban sangat tinggi. Kelembaban yang

18

tinggi dapat mempercepat pertumbuhan dan berkembangnya mikroorganisme

perusak. Kelembaban yang tinggi juga akan menyebabkan terjadinya penyerapan uap

air dari udara yang akan mengakibatkan bahan lembab yang berpengaruh terhadap

kenaikan kadar air. Rataan Suhu dan Kelembaban antara Pagi, Siang, Sore, dan

Malam dapat dilihat pada Tabel 6.

Perbandingan suhu dan kelembaban (RH) pada pagi, siang, sore, dan malam

hari selama penyimpanan mempunyai korelasi yang negatif, bila suhu udara tinggi

maka kelembabannya rendah dan bila suhu rendah maka kelembaban tinggi. Rataan

suhu pada pagi hari selama penyimpanan yaitu 24,85-25,37ºC. Pada siang hari rataan

suhu meningkat menjadi 27,31-28,93ºC, kemudian menurun kembali di sore hari

menjadi 26,91-27,53ºC, dan malam hari rataan menjadi 25,91-26,51ºC. Rataan

kelembaban pada pagi hari berkisar 80,87%-86,21%, menurun pada siang hari

menjadi 69,07%-80,36%, naik kembali di sore hari menjadi 73,73%-79,79% dan

malam hari rataan menjadi 77,07%-81,43%.

Tabel 6. Rataan Suhu dan Kelembaban antara Pagi, Siang, Sore dan Malam selama Penyimpanan

      M0-M2 M2-M4 M4-M6

Suhu (ºC)

Pagi (07.00) 25,29 ± 0,46 24,85 ± 0,48 25,37 ± 0,64 Siang (12.00 27,31 ± 1,05 27,74 ± 1,37 28,93 ± 0,77 Sore (17.00) 26,91 ± 0,78 26,99 ± 1,07 27,53 ± 0,73 Malam (21.00) 26,06 ± 0,74 25,91 ± 1,06 26,51 ± 0,89

RH (%)

Pagi (07.00) 86,21 ± 3,26 84,71 ± 4,42 80,87 ± 2,80 Siang (12.00 80,36 ± 6,33 74,93 ± 7,65 69,07 ± 4,43 Sore (17.00) 79,79 ± 4,67 77,00 ± 5,40 73,73 ± 4,11 Malam (21.00) 81,43 ± 5,88 79,36 ± 4,44 77,07 ± 3,21

Menurut Imdad dan Nawangsih (1995), kisaran suhu dan kelembaban nisbi

ruang penyimpanan yang baik untuk kadar air bahan yang aman adalah 25-27ºC dan

70%-75%, ini menunjukkan bahwa ruang penyimpanan selama penelitian tidak aman

digunakan untuk penyimpanan, karena memiliki kelembaban yang tinggi yaitu

sebesar 75,18%-81,94%. Fluktuasi suhu dan kelembaban lingkungan penyimpanan

secara alamiah akan menyebabkan terjadinya perpindahan uap air dari bahan

sehingga akan mendorong terjadinya kerusakan fisik pada pakan yang disimpan.

K

di

±

m

de

w

pe

da

di

G

da

te

pe

Karakteris

Pellet

ihasilkan pa

2 cm. Be

memiliki bau

engan kand

warna hijau

ellet perlaku

aun Indigof

ilihat pada G

Gambar 3. Pd

Pema

apat diguna

entang sifat

enanganan,

stik Fisik P

t daun Ind

ada penelitia

erdasarkan p

u yang ham

dungan kan

yang lebih

uan berdasa

fera zolling

Gambar 3.

Pellet Daundengan berb

ahaman tent

akan untuk m

fisik dapa

pengolaha

Pellet Indigo

digofera zo

an ini mem

pengamatan

mpir menyer

ndungan 30

h terlihat ge

arkan peng

geriana dan

n Indigoferaagai kombin

tang sifat b

menilai dan

at digunakan

an dan pe

ofera zolling

ollingeriana

iliki ukuran

n fisik, em

rupai bau te

0% Leucae

elap diband

gamatan fisi

n Leucaena

a zollingerianasi taraf, R

Sifat Fisi

bahan serta

n menetapka

n untuk me

enyimpanan

geriana dan

a dan Leu

n diameter 3

mpat pellet

eh, sedangk

ena leucoce

dingkan per

ik memiliki

a leucoceph

ana dan LeR1, R2, R3,

ik

a perubahan

an mutu pa

enentukan

n (Wirakar

n Leucaena

ucaena leuc

3 mm dan m

perlakuan

kan untuk w

ephala (lam

rlakuan pel

i tekstur ya

hala hasil

eucaena leudan R4.

n yang terj

akan, selain

nilai efisien

rtakusumah

a leucoceph

cocephala

memiliki pan

yang dihas

warna pellet

mtoro) mem

llet lain. Te

ang halus. P

penelitian

ucocephala

jadi pada p

itu pengeta

nsi suatu p

et al, 1

19

hala

yang

njang

silkan

t (R1)

miliki

ekstur

Pellet

dapat

pakan

ahuan

proses

1992).

20

Beberapa sifat fisik yang diukur terdiri dari kadar air, aktivitas air, berat jenis, sudut

tumpukan, ukuran partikel, kerapatan tumpukan, kerapatan pemadatan tumpukan,

dan Pellet Durability Index.

Kadar Air

Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa lama penyimpanan sangat berbeda

nyata (P<0,01) dalam meningkatkan kadar air pellet (Tabel 7). Kombinasi hijauan

serta interaksi antara lama penyimpanan dan kombinasi hijauan tidak berpengaruh

nyata terhadap nilai kadar air pellet.

Tabel 7. Rataan Kadar Air Pellet pada Berbagai Perlakuan Taraf Kombinasi Hijauan dan Lama Penyimpanan yang Berbeda (%)

Perlakuan

Lama Penyimpanan (minggu)

0 2 4 6 Rataan R1 12,099 ± 3,200 13,258 ± 0,483 13,505 ± 0,242 13,330 ± 0,522 13,048 ± 0,641

R2 10,928 ± 0,828 12,540 ± 0,593 13,595 ± 0,197 13,717 ± 0,434 12,695 ± 1,291

R3 12,733 ± 2,545 13,093 ± 0,133 13,621 ± 0,084 13,750 ± 0,266 13,299 ± 0,473

R4 11,122 ± 0,069 13,192 ± 0,423 13,825 ± 0,141 13,892 ± 0,245 13,008 ± 1,296

Rataan 11,720 ± 0,847B 13,021 ± 0,327A 13,636 ± 0,135A 13,672 ± 0,240A Keterangan : Superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang sangat

nyata (P<0.01) R1 = 30% Leucaena leucocephala + 0% Indigofera zollingeriana; R2 = 20% Leucaena leucochepala + 10% Indigofera zollingeriana; R3 = 10% Leucaena leucocephala + 20% Indigofera zollingeriana; R4 = 0% Leucaena leucocephala + 30% Indigofera zollingeriana

Kadar air akan menentukan daya simpan suatu bahan pakan. Semakin lama

penyimpanan akan mengakibatkan kadar air yang semakin meningkat (Yuliastanti,

2001). Perubahan kadar air juga dapat disebabkan pengaruh suhu dan kelembaban

selama penyimpanan. Bila kelembaban udara ruang penyimpanan tinggi maka akan

terjadi absorpsi uap air dari udara ke pellet yang menyebabkan kadar air pellet

meningkat. Pernyataan tersebut didukung oleh Winarno et al., (1980) bahwa kadar

air pada permukaan bahan dipengaruhi oleh kelembaban nisbi (RH) udara sekitarnya,

bila kadar air bahan rendah atau suhu bahan tinggi sedangkan RH disekitarnya tinggi

maka akan terjadi penyerapan uap air dari udara sehingga bahan menjadi lembab

atau kadar air bahan menjadi tinggi.

21

Aktivitas Air

Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa waktu penyimpanan sangat

berpengaruh nyata (P<0,01) terhadap aktivitas air dan interaksi antara taraf

kombinasi hijauan dengan lama penyimpanan berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap

aktivitas air. Rataan nilai Aw pellet dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Rataan Aktivitas Air Pellet pada Berbagai Perlakuan Taraf Kombinasi Hijauan dan Lama Penyimpanan yang Berbeda

Perlakuan Lama Penyimpanan (minggu)

0 2 4 6 Rataan

R1 0,83pP 0,84pP 0,84pP 0,80qQ 0,83 R2 0,83pP 0,83pP 0,84pP 0,79qQ 0,82 R3 0,83pP 0,83pP 0,84pP 0,80qQ 0,83 R4 0,84pP 0,83pP 0,83pP 0,82qP 0,83

Rataan 083A 0,83A 0,84A 0,80B Keterangan: Superskrip A dan B pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P<0.01)

Superskrip P dan Q menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05) pada kolom yang sama Superskrip p dan q menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05) pada baris yang sama R1 = 30% Leucaena leucocephala + 0% Indigofera zollingeriana; R2 = 20% Leucaena leucochepala + 10% Indigofera zollingeriana; R3 = 10% Leucaena leucocephala + 20% Indigofera zollingeriana; R4 = 0% Leucaena leucocephala + 30% Indigofera zollingeriana

Interaksi antara taraf kombinasi hijauan dengan lama penyimpanan

menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05) terhadap aktivitas air pellet penelitian.

Nilai aktivitas air pellet penelitian berbeda setiap minggunya (Gambar 4). Pada pellet

R1, nilai aktivitas air tertinggi ada pada minggu ke-2 dan ke-3. Pada pellet R2 dan

R3 nilai aktivitas air tertinggi ada pada minggu ke-4. Pada pellet R4 nilai aktivitas

tertinggi ada pada minggu ke-0. Nilai aktivitas air pellet mengalami titik terendah

pada minggu ke-6. Penurunan maupun peningkatan aktivitas air dimungkinkan

karena selama pengukuran terjadi kenaikan dan penurunan kelembaban dan suhu

lingkungan serta disebabkan oleh adanya pertumbuhan jamur mulai minggu ke-4 di

hampir semua pellet perlakuan.

Hasil analisa menunjukkan kisaran nilai Aw pellet adalah 0,79 – 0,84 (Tabel

8). Nilai aktivitas air ini berarti jumlah air bebas yang digunakan untuk pertumbuhan

mikroorganisme sebanyak 79 – 84 %. Kisaran nilai Aw ini dinilai terlalu tinggi

karena melebihi batas minimum aktivitas air yaitu sebesar 0,7 (Winarno, 1997).

Tingginya nilai Aw dapat menyebabkan berkembangnya mikroorganisme perusak.

22

Gambar 4. Grafik Interaksi Waktu Penyimpanan dan Taraf

Kombinasi Hijauan terhadap Aktivitas Air Pellet

Berat Jenis

Lama penyimpanan, kombinasi Indigofera zollingeriana dan Leucaena

leucocephala serta interaksi kedua faktor tidak berpengaruh nyata terhadap berat

jenis pellet. Hasil yang diperoleh sesuai dengan penelitian Agustina (2005) yang

menyatakan bahwa berat jenis antar perlakuan baik pada mash maupun pellet

menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata karena ruang antar partikel dalam mash

maupun pellet sudah terisi air selama proses pengurangan (pengecilan) ukuran

partikel dan selama proses produksi berlangsung. Rataan berat jenis selama waktu

penyimpanan dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Rataan Berat Jenis Pellet pada Berbagai Perlakuan Taraf Kombinasi Hijauan dan Lama Penyimpanan yang Berbeda (kg/m3)

Perlakuan Lama Penyimpanan (minggu)

0 2 4 6 Rataan R1 1277,67±47,92 1305,33±47,92 1250,00±00,00 1305,33±47,92 1284,58±26,48 R2 1277,67±47,92 1333,00±00,00 1291,00±41,51 1277,67±47,92 1294,83±26,20 R3 1305,33±47,92 1333,00±00,00 1299,67±43,84 1333,00±00,00 1317,75±17,76 R4 1277,67±47,92 1305,33±47,92 1277,67±47,92 1305,33±47,92 1291,50±15,97

Rataan 1284,59±13,83 1319,17±15,98 1279,59±21,70 1305,33±22,59 Keterangan: R1 = 30% Leucaena leucocephala + 0% Indigofera zollingeriana; R2 = 20% Leucaena

leucochepala + 10% Indigofera zollingeriana; R3 = 10% Leucaena leucocephala + 20% Indigofera zollingeriana; R4 = 0% Leucaena leucocephala + 30% Indigofera zollingeriana

23

Berat jenis pellet dengan kombinasi taraf hijauan dan penyimpanan selama 6

minggu berkisar antara 1284,58 – 1317,75 kg/m3. Semakin tinggi berat jenis,

semakin meningkatkan kapasitas ruang penyimpanan dan memudahkan

pengangkutan (Syarifudin, 2001). Komposisi kimia pakan turut mempengaruhi sifat

fisik terutama terhadap nilai kerapatan tumpukan, kerapatan pemadatan tumpukan,

dan berat jenis pakan (Suadnyana, 1998).

Sudut Tumpukan

Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa lama penyimpanan berpengaruh

sangat nyata (P<0,01) terhadap nilai sudut tumpukan pellet. Taraf kombinasi hijauan

berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap nilai sudut tumpukan, sedangkan interaksi

terhadap kedua faktor tidak berpengaruh nyata. Rataan sudut tumpukan selama

penyimpanan dapat dilihat pada Tabel 10.

Sudut tumpukan yang terbentuk pada perlakuan taraf kombinasi hijauan

berkisar antara 21,23º-22,32º. Pellet yang mengandung 10% lamtoro dan 20%

Indigofera zollingeriana (R3) adalah pellet yang memiliki sudut tumpukan tertinggi

sebesar 22.32 ± 2.90º.

Sudut tumpukan berpengaruh terhadap kemudahan dalam pengangkutan

pakan dan kecepatan aliran pellet. Semakin lama bahan disimpan sangat nyata

meningkatkan nilai sudut tumpukan. Peningkatan nilai sudut tumpukan mengandung

arti bahwa dengan semakin lama waktu penyimpanan maka pellet tersebut semakin

sulit bergerak, hal itu mungkin karena perlengketan antar partikel pellet karena

meningkatnya nilai kadar air. Peningkatan kadar air yang meningkat akan

menambahkan gaya berat pakan dan menurunkan puncak tumpukannya, sehingga

sudut tumpukan semakin meningkat (Suadnyana, 1998). Pernyataan tersebut juga

didukung oleh penelitian Baryeh (2002) yang menyatakan bahwa nilai sudut

tumpukan dipengaruhi oleh kadar air, semakin tinggi kadar air maka akan

meningkatkan nilai sudut tumpukan. Berdasarkan Tabel 10, bahan yang digunakan

pada penelitian ini termasuk dalam kategori bahan yang sangat mudah mengalir

karena sudut tumpukan yang terbentuk berkisar antara 20º - 30º, sehingga dapat

mempercepat proses pengangkutan maupun pembongkaran dalam industri pakan

yang menggunakan alat mekanik dalam proses pengerjaannya.

24

Tabel 10. Rataan Nilai Sudut Tumpukan Pellet pada Berbagai Taraf Kombinasi Hijauan dan Lama Penyimpanan yang Berbeda (º)

Perlakuan Lama Penyimpanan (minggu) 0 2 4 6 Rataan

R1 17,85±1,59 21,60±0,72 22,40±0,98 23,20±1,00 21,26 ± 2,37b R2 18,87±0,58 21,63±0,29 21,53±1,61 23,70±1,00 21,43 ± 1,98b R3 18,53±0,29 21,60±1,21 24,17±1,27 24,97±1,21 22,32 ± 2,90a R4 17,67±1,55 21,47±0,29 22,40±0,98 23,37±0,29 21,23 ± 2,50b

Rataan 18,23±0,56D 21,58±0,07C 22,63±1,11B 23,81±0,80A Keterangan : Superskrip a dan b menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0.05) pada kolom yang sama

Superskrip A, B, C, D menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P<0.01) pada baris yang sama R1 = 30% Leucaena leucocephala + 0% Indigofera zollingeriana; R2 = 20% Leucaena leucochepala + 10% Indigofera zollingeriana; R3 = 10% Leucaena leucocephala + 20% Indigofera zollingeriana; R4 = 0% Leucaena leucocephala + 30% Indigofera zollingeriana

Ukuran Partikel

Taraf kombinasi hijauan, lama penyimpanan dan interaksi antara taraf

kombinasi hijauan dan lama penyimpanan menunjukkan perbedaan yang sangat

nyata (P<0,01) terhadap ukuran partikel. Rataan ukuran partikel selama penyimpanan

dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Rataan Nilai Ukuran Partikel Pellet pada Berbagai Taraf Kombinasi Hijauan dan Lama Penyimpanan yang Berbeda (mm)

Perlakuan Lama Penyimpanan 0 2 4 6 Rataan

R1 7,79rQ 7,58rQ 7,47rQ 7,97rQ 7,70B R2 7,43rQ 7,63rQ 7,54rQ 7,79rQ 7,60B R3 7,42rQ 8,02qP 8,58qP 8,70qP 8,18A R4 7,60rQ 8,19qP 8,29qP 9,40pP 8,37A

Rataan 7,56D 7,85C 7,97B 8,47A Keterangan : Superskrip A, B, C, D yang berbeda pada kolom dan baris yang sama menunjukkan

perbedaan yang sangat nyata (P<0.01) Superskrip P, Q menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P<0,01) pada kolom yang

sama Superskrip p, q, r menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P<0,01) pada baris yang

sama R1 = 30% Leucaena leucocephala + 0% Indigofera zollingeriana; R2 = 20%

Leucaena leucochepala + 10% Indigofera zollingeriana; R3 = 10% Leucaena leucocephala + 20% Indigofera zollingeriana; R4 = 0% Leucaena leucocephala + 30% Indigofera zollingeriana

25

Interaksi antara kombinasi taraf hijauan dan lama penyimpanan menunjukkan

peningkatan nilai ukuran partikel semakin lama waktu penyimpanan (Tabel 11).

Ukuran partikel tertinggi adalah perlakuan R4 minggu ke-6 yaitu sebesar 9,40 mm.

Nilai ukuran partikel terendah adalah pada perlakuan R3 minggu ke-0 sebesar 7,42

mm. Hasil ukuran partikel pellet perlakuan termasuk dalam kategori bahan kasar (UP

> 1,79-13,33 mm) (Henderson dan Perry, 1981).

Gambar 5. Grafik Interaksi Waktu Penyimpanan dan Taraf Kombinasi Hijauan terhadap Ukuran Partikel Pellet

Semakin lama pellet disimpan maka akan menaikkan nilai ukuran partikel

(Tabel 11). Ukuran partikel paling tinggi yaitu pada pellet R4 dan R3 yang

mengandung 30% dan 20% Indigofera zollingeriana sedangkan ukuran partikel

partikel paling rendah pada perlakuan R2 dan R1 yang mengandung 30% dan 20%

Leucaena leucocephala. Nilai ukuran partikel menaik bersamaan dengan

meningkatnya kadar air selama penyimpanan, hal ini sesuai dengan penelitian Al-

Mahasneh dan Rababah (2007) yang menyatakan bahwa ukuran partikel meningkat

seiring dengan meningkatnya kadar air.

Uji regresi antara kadar air dengan ukuran partikel selama penyimpanan

menunjukkan hubungan yang linier (r = 39,8%) dengan persamaan y = 0,144x +

6,052 dengan y adalah ukuran partikel dan x adalah kadar air. Grafik garis hubungan

antara ukuran dengan kadar air dapat dilihat pada Gambar 5. Hal tersebut

menunjukkan bahwa hubungan kadar air dengan ukuran partikel memiliki hubungan

yang positif, yaitu semakin tinggi kadar air maka mempengaruhi meningkatnya nilai

ukuran partikel.

26

Gambar 6. Grafik Hubungan Linear antara Kadar Air dengan Ukuran Partikel

Kerapatan Tumpukan

Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa taraf kombinasi hijauan, lama

penyimpanan dan interaksi antara kombinasi taraf hijauan dengan lama penyimpanan

menunjukkan pengaruh yang sangat nyata (P<0,01) terhadap kerapatan tumpukan

pellet. Rataan nilai kerapatan tumpukan dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12. Rataan Kerapatan Tumpukan Pellet pada Berbagai Taraf Kombinasi Hijauan dan Lama Penyimpanan yang berbeda (kg/m3)

Perlakuan

Lama Penyimpanan (minggu)

0 2 4 6 Rataan

R1 616,45pP 562,57qQ 549,07qQ 556,44qQ 571,13B

R2 612,28pP 600,28pP 566,14qQ 594,23pP 593,24A

R3 594,33pQ 579,22pQ 569,19pQ 532,55qQ 568,82B

R4 582,99pQ 584,43pP 528,58qQ 547,24qQ 560,81B

Rataan 601,52A 581,63B 553,24C 557,62C Keterangan : Superskrip A, B , C menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P<0.01) pada kolom

dan baris yang sama Superskrip P, Q menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P<0,01) pada kolom yang

sama Superskrip p, q menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P<0,01) pada baris yang

sama R1 = 30% Leucaena leucocephala + 0% Indigofera zollingeriana; R2 = 20%

Leucaena leucochepala + 10% Indigofera zollingeriana; R3 = 10% Leucaena leucocephala + 20% Indigofera zollingeriana; R4 = 0% Leucaena leucocephala + 30% Indigofera zollingeriana

Berdasarkan data pada Tabel 12, nilai kerapatan tumpukan pellet R4 sebesar

560,81 kg/m3, yang berarti dalam 1 m3 ruang penyimpanan dapat menampung pellet

27

sebesar 560,81 kg. Pada pellet R2, nilai kerapatan tumpukannya sebesar 593,24

kg/m3 yang berarti dalam 1 m3 mampu menampung seberat 593,235 kg. Jadi, untuk

menampung berat ransum yang sama, pellet R2 memerlukan tempat yang lebih besar

daripada pellet R4.

Gambar 7. Grafik Interaksi Waktu Penyimpanan dan Taraf Kombinasi Hijauan terhadap Kerapatan Tumpukan Pellet

Interaksi antara lama penyimpanan dengan taraf kombinasi hijauan pellet

menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P<0,01) terhadap kerapatan tumpukan

pellet penelitian. Nilai kerapatan tumpukkan pellet pada semua perlakuan mengalami

penurunan hingga minggu ke-4, namun pada minggu ke-6 cenderung menaik nilai

kerapatan tumpukannya di semua perlakuan. Pada minggu ke-0 pellet R1 memiliki

nilai KT (kerapatan tumpukan) paling tinggi. Pada minggu ke-2 pellet R2 memiliki

nilai KT paling tinggi dan R1 yang yang paling rendah. Di minggu ke-4 terjadi

penurunan nilai KT di semua pellet perlakuan, namun R3 memiliki nilai KT yang

tertinggi. Pada minggu ke-6 terjadi peningkatan nilai KT untuk pellet R2 memiliki

nilai tertinggi sedangkan pellet R3 tetap mengalami penurunan dan nilai KT-nya

yang terendah.

Semakin lama bahan disimpan, akan nyata menurunkan kerapatan tumpukan

(Tabel 12). Kerapatan tumpukan tertinggi pada minggu ke-0 yaitu sebesar 601,52

kg/m3 dan terus menurun sampai minggu ke-4 sebesar 553,24 kg/m3 dan sedikit

menaik di minggu ke-6 sebesar 557,62 kg/m3. Penurunan dan peningkatan nilai

kerapatan tumpukan mungkin disebabkan karena pengaruh suhu dan kelembaban

ruang penyimpanan. Kandungan air yang semakin meningkat menyebabkan bahan

28

semakin mengembang sehingga volume ruang yang dibutuhkan menjadi besar

sebagaimana dinyatakan oleh Suadnyana (1998) bahwa nilai kerapatan tumpukan

bahan semakin menurun dengan semakin tingginya level penyemprotan air atau

meningkatnya kandungan air. Taraf kombinasi Hijauan juga memberikan perbedaan

yang sangat nyata (P<0,01) terhadap kerapatan tumpukan.

Gambar 8. Hubungan antara Kadar Air dengan Kerapatan Tumpukan

Hubungan korelasi antara kerapatan tumpukan dan kadar air menunjukkan

persamaan y = -16,51x + 784,5 dengan nilai r sebesar 72,11%. Persamaan tersebut

menunjukkan bahwa hubungan kerapatan tumpukan dan kadar air memiliki korelasi

yang negatif, yaitu semakin kecil nilai kerapatan tumpukan makan semakin tinggi

nilai kadar airnya.

Kerapatan Pemadatan Tumpukan

Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa pengaruh kombinasi taraf hijauan,

lama penyimpanan dan interaksi antara taraf hijauan dengan lama penyimpanan

menunjukkan pengaruh yang sangat nyata (P<0,01) terhadap kerapatan tumpukan

pellet. Rataan nilai kerapatan pemadatan tumpukan dapat dilihat pada Tabel 13.

Hasil uji lanjut memperlihatkan bahwa nilai KPT R2 berbeda nyata dengan

R1, R3, dan R4. Rataan nilai KPT R2 memiliki nilai tertinggi dibanding pellet

perlakuan lainnya sebesar 637,66 kg/m3 (Tabel 13). Semakin tinggi nilai kerapatan

pemadatan tumpukan maka volume ruang yang ditempati pellet menjadi lebih kecil.

Semakin lama penyimpanan maka menurunkan nilai kerapatan pemadatan

tumpukan hingga minggu ke-4, namun pada minggu ke-6 cenderung menaik nilai

29

kerapatan pemadatan tumpukannya. Kerapatan pemadatan tumpukan tertinggi adalah

pemadatan perlakuan R2 minggu ke-0 sebesar 657,26 kg/m3. Nilai kerapatan

pemadatan tumpukan terendah ada pada perlakuan R3 minggu ke-4 sebesar 568.96

kg/m3 (Tabel 13).

Tabel 13. Rataan Kerapatan Pemadatan Tumpukan Pellet pada Berbagai Kombinasi Taraf Hijauan dan Lama Penyimpanan yang Berbeda (kg/m3)

Perlakuan Lama Penyimpanan (minggu)

0 2 4 6 Rataan

R1 629,48qQ 608,29qQ 573,68rQ 625,05qQ 609,12B

R2 657,26pP 627,19qQ 640,88pP 625,31qQ 637,66A

R3 643,64pP 616,45qQ 568,96rQ 608,29qQ 609,34B

R4 634,23qP 610,69qQ 602,85qQ 602,23qQ 612,51B

Rataan 641,15A 615,65B 596,59C 615,22B Keterangan : Superskrip A, B, C menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P<0.01) pada kolom

dan baris yang sama Superskrip P, Q menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P<0,01) pada kolom yang

sama Superskrip p, q, r menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P<0,01) pada baris yang

sama R1 = 30% Leucaena leucocephala + 0% Indigofera zollingeriana; R2 = 20%

Leucaena leucochepala + 10% Indigofera zollingeriana; R3 = 10% Leucaena leucocephala + 20% Indigofera zollingeriana; R4 = 0% Leucaena leucocephala + 30% Indigofera zollingeriana

Kerapatan pemadatan tumpukan juga dipengaruhi oleh kadar air. Penurunan

kerapatan pemadatan tumpukan terjadi seiring meningkatnya kadar air selama

penyimpanan. Penurunan kerapatan pemadatan tumpukan pada saat kandungan air

tinggi disebabkan oleh terbukanya pori-pori permukaan partikel pellet tersebut,

sehingga pada saat penambahan kandungan air, pellet tersebut mengembang yang

menyebabkan volume ruang yang dibutuhkan semakin besar (Suadnyana, 1998).

Pellet Durability Index

Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa taraf kombinasi hijauan dan lama

penyimpanan berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap nilai Pellet Durability

Index (PDI). Interaksi antara taraf kombinasi hijauan dan lama penyimpanan tidak

berpengaruh terhadap nilai Pellet Durability Index. Rataan nilai Pellet Durability

Index selama penyimpanan dapat dilihat pada Tabel 14.

30

Tabel 14. Rataan Nilai Pellet Durability Index pada Berbagai Taraf Kombinasi Hijauan dan Lama Penyimpanan yang Berbeda (%)

Perlakuan Lama Penyimpanan (minggu)

0 2 4 6 Rataan

R1 99,05±0,25 98,65±0,10 98,90±0,20 98,73±0,09 98,83±0,18C

R2 99,32±0,17 99,11±0,22 99,14±0,11 99,10±0,18 99,17±0,10B

R3 99,43±0,15 99,25±0,14 99,17±0,27 99,23±0,33 99,27±0,11A

R4 99,47±0,09 99,43±0,08 99,35±0,06 99,18±0,22 99,36±0,13A

Rataan 99,32±0,19A 99,11±0,33B 99,14±0,18B 99,06±0,23B Keterangan : Superskrip A, B, dan C pada kolom dan baris yang sama menunjukkan perbedaan yang

sangat nyata (P<0.01) R1 = 30% Leucaena leucocephala + 0% Indigofera zollingeriana; R2 = 20%

Leucaena leucochepala + 10% Indigofera zollingeriana; R3 = 10% Leucaena leucocephala + 20% Indigofera zollingeriana; R4 = 0% Leucaena leucocephala + 30% Indigofera zollingeriana

Hasil analisa menunjukkan nilai Pellet Durability Index berada pada kisaran

98,83 – 99,36% (Tabel 10) yang menunjukkan bahwa nilai tersebut berada di atas

nilai minimum yang disarankan oleh Dozier (2001) yaitu 80%, sehingga dalam

penelitian ini memberikan kecenderungan bahwa pellet dapat disimpan lebih lama.

Uji lanjut pada Pellet Durability Index menunjukkan bahwa perlakuan taraf

kombinasi hijauan dan lama penyimpanan berpengaruh sangat nyata (P<0,01)

menurunkan nilai Pellet Durability Index. Nilai PDI yang paling tinggi ada pada

perlakuan pellet R4 yaitu sebesar 99,36% dan nilai PDI terendah yaitu pada pellet R1

sebesar 98,83% (Tabel 14).

Pellet perlakuan kombinasi hijauan memiliki nilai PDI yang baik. Pellet yang

mengandung 20% dan 30% Indigofera zollingeriana yaitu R3 dan R4 memiliki nilai

PDI yang lebih baik dibandingkan pellet yang mengandung 20% dan 30% Leucaena

leucocephala yaitu R1 dan R2. Menurut McEllhiney (1994) faktor-faktor yang

mempengaruhi Pellet Durability Index adalah: 1) Karakteristik bahan baku, dalam

hal ini faktor yang dimaksud adalah protein, lemak, serat, pati, density (kepadatan),

tekstur dan air, serta kestabilan karakteristik bahan akan menghasilkan kualitas pellet

yang baik, dan 2) ukuran partikel.

Berdasarkan Tabel 14, diketahui bahwa semakin lama pellet disimpan, maka

nilai PDI akan semakin menurun. PDI mengalami penurunan yang tidak terlalu

signifikan sehingga pellet tetap memenuhi standar PDI yang baik yaitu 80%. Pellet

31

mengalami penurunan PDI selama penyimpanan, karena pellet mengalami

penggumpalan dan kerapuhan sehingga kekuatan pellet berkurang.