34
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemantauan hemodinamik adalah suatu pengukuran terhadap system kardiovaskular yang dapat dilakukan baik secara invasive atau non invasive. Pemantauan ini dapat memberikan informasi mengenai keadaan pembuluh darah, jumlah darah dalam tubuh, dan kemampuan jantung untuk memompa darah. Pengkajian secara non invasive terhadap system kardiovaskular sangat tergantung pada tanda-tanda klinis pasien, yang mana keadaan tertentu tidak dapat mendeteksi dengan jelas dan tidak akurat. Terutama pada pasien yang dalam keadaan kritis dimana perubahan hemodinamik dapat terjadi dengan cepat. Pembahasan mengenai pengkajian secara non invasive dapat dipelajari lebih terperinci pada pembahasan mengenai pemeriksaan fisik. Perkembangan dalam ilmu pengetahuan dan teknologi mendapatkan suatu metode yaitu melakukan pengukuran secara invasive. Pengukuran ini dilakukan dengan memasukkan kateter kedalam pembuluh darah atau rongga tubuh. Pemantauan hemodinamik secara invasive ini selain dapat mengukur tekanan dan mengetahui gelombang tekanan didalam ruang-ruang jantung, juga menjadi sarana untuk pengambilan contoh darah, pemeriksaan 1

He Modi Namik

  • Upload
    edy-rmc

  • View
    246

  • Download
    2

Embed Size (px)

DESCRIPTION

silakan di lihat

Citation preview

Page 1: He Modi Namik

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pemantauan hemodinamik adalah suatu pengukuran terhadap system

kardiovaskular yang dapat dilakukan baik secara invasive atau non invasive.

Pemantauan ini dapat memberikan informasi mengenai keadaan pembuluh darah,

jumlah darah dalam tubuh, dan kemampuan jantung untuk memompa darah.

Pengkajian secara non invasive terhadap system kardiovaskular sangat

tergantung pada tanda-tanda klinis pasien, yang mana keadaan tertentu tidak dapat

mendeteksi dengan jelas dan tidak akurat. Terutama pada pasien yang dalam

keadaan kritis dimana perubahan hemodinamik dapat terjadi dengan cepat.

Pembahasan mengenai pengkajian secara non invasive dapat dipelajari lebih

terperinci pada pembahasan mengenai pemeriksaan fisik.

Perkembangan dalam ilmu pengetahuan dan teknologi mendapatkan suatu

metode yaitu melakukan pengukuran secara invasive. Pengukuran ini dilakukan

dengan memasukkan kateter kedalam pembuluh darah atau rongga tubuh.

Pemantauan hemodinamik secara invasive ini selain dapat mengukur tekanan dan

mengetahui gelombang tekanan didalam ruang-ruang jantung, juga menjadi sarana

untuk pengambilan contoh darah, pemeriksaan laboratorium, pemberian obat-

obatan atau cairan dan pemasangan pacu jantung intrakardiak.

Dalam pembahasan selanjutnya akan diuraikan mengenai indikasi,

parameter hemodinamik, cara pemantauan dan peranan ners pada klien yang

terpasang alat pantau hemodinamik serta komplikasi dan penangnannya.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaiaman cara monitoring hemodinamik pada pasien jantung?

1.3 Tujuan

1.3.1 Mendiskusikan pengertian pemantauan haemodinamik pada pasien

1.3.2 Mendiskusikan indikasi pemantauan haemodinamik pada pasien

1.3.3 Mendiskusikan parameter pemantauan haemodinamik pada pasien

1

Page 2: He Modi Namik

1.4 Manfaat

1.4.1 Mengetahui pengertian pemantauan haemodinamik pada pasien

1.4.2 Mengetahui indikasi pemantauan haemodinamik pada pasien

1.4.3 Mengetahui parameter pemantauan haemodinamik pada pasien

2

Page 3: He Modi Namik

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Pemantauan hemodinamik adalah suatu pengukuran terhadap system

kardiovaskular yang dapat dilakukan baik secara invasive atau non invasive.

Pemantauan ini dapat memberikan informasi mengenai keadaan pembuluh darah,

jumlah darah dalam tubuh, dan kemampuan jantung untuk memompa darah.

2.2 Indikasi

Pada umumya pemantauan hemodinamik dilakukan pada klien tersebut

dibawah ini :

1. Syok

2. Infark myokard akut yang disertai dengan :

a. Gagal jantung kanan/ kiri

b. Sakit dada yang berulang-ulang

c. Hipotensi/ hipertensi

3. Edema Paru

4. Gagal jantung kanan

5. Pasca operasi jantung

6. Penyakit katub jantung/ Rupture septum ventrikel

7. Temponade jantung

8. Gagal nafas akut

9. Hipertensi pulmonal

10. Sarana untuk :

a. Memberikan cairan atau resusitasi cairan

b. Mengetahui reaksi pemberian obat

2.3 Parameter Hemodinamik

2.3.1 Tekanan vena central

Tekanan vena sentral (CVP) secara langsung mereflesikan tekanan

pada atrium kanan dan secara tidak langsung menggambarkan beban awal

jantung kanan atau tekanan ventrikel kanan pada akhir diastolic.

3

Page 4: He Modi Namik

1. Cara Pengukuran CVP

Pengukuran CVP secara non invasive dapat dilakukan dengan cara

mengukur tekanan vena jugularis, sedangkan secara invasive dapat

dilakukan dua cara yaitu :

a. Memasang kateter tekanan vena sentral yang ditempatkan pada vena

kava superior atau atrium kanan. Teknik pengukurannya dapat

menggunakan manometer air atau dengan system transduser. Menurut

Gardner dan Woods nilai normal tekanan vena sentral adalah 3 – 8

cmH2O atau 2-6 mmHg. Prosedur pengukuran CVP dengan

manometer air dan dengan system transduser akan dibahas pada

penjelasan selanjutnya.

b. Melalui bagian proksimal kateter arteri pulmonalis. Pengukuran dengan

cara ini hanya dapat dilakukan dengan menggunakan system transduser.

2. Tempat Penusukan Kateter

Pemasangan kateter CVP dilakukan secara perkutan atau dengan cutdown

melalui vena sentral atau vena perifer seperti vena basilica, vena sephalika,

vena jugularis interna/eksternal dan vena subclavia.

Gambar1.1 lokasi penusukan vena subclavia (prosedur invasive)

4

Page 5: He Modi Namik

Gambar1.2 lokasi penusukan vena jugularis interna

3. Gelombang Tekanan Vena Sentral

Tekanan vena sentral terdiri dari :

Gelombang :

- a = kontraksi atrium kanan

- c = dari kontraksi ventrikel kanan

- x = menggambarkan relaksasi atrium

- v = penutupan katub tricuspid

- y = pembukaan katub tricuspid

Gambarr 1.3 Gelombang CVP

2.3.2 Tekanan arteri pulmonalis

Tekanan arteri pulmonalis memberikan informasi mengenai keadaan

pembuluh darah pulmonal dan ventrikel kiri. Tekanan arteri pulmonalis

tergantung pada aliran darah ke paru-paru dan kondisi jaringan parut.

Tekanan arteri pulmonalis terdiri dari tekanan sistolik, diastolic dan tekanan

rata-rata. Lopez dan Elliot menjelaskan bahwa tekanan sistolik arteri

pulmonalis sama dengan tekanan sistolik ventrikel kanan. Gardner dan Woods

menuliskan bahwa tekanan diastolic arteri pulmonalis hamper sama dengan

tekanan kapiler arteri pulmonalis.

5

Page 6: He Modi Namik

Tekanan arteri pulmonalis dapat diukur melalui bagian distal kateter

arteri pulmonal atau kateter swans gannz yang ditempatkan pada salah satu

cabang arteri pulmonalis.

1. Kateter Arteri Pulmonalis

Kateter arteri pulmonal mempunyai garis tengah No 7 French dan

panjangnya 110 cm. kateter mempunyai 4 lumen yang terdiri dari :

a. Lumen Distal yaitu lumen yang berada pada ujung kateter dan

berfungsi untuk mengukur tekanan arteri pulmonalis, tekanan kapiler

arteri pulmonalis serta dapat diguanakn sebagai sarana pengambilan

contoh darah untuk pemeriksaan laboratorium seperti analisa gas

darah vena campuran.

b. Lumen Proksimal yaitu lumen yang dapat memantau tekanan vena

central atau tekanan atrium kanan dan fungsi lainnya adalah untuk

mengukur curah jantung. Lumen proksimal ini letaknya 30 cm dari

ujung kateter.

c. Lumen Termistor berada 4 cm dari lumen distal. Lumen ini berguna

untuk mecegah agar termistor tidak bersentuhan dengan dinding

pembuluh darah dan mendeteksi suhu cairan yang melewatinya

sehingga curah jantung dapat diunkur.

d. Lumen untuk mengembangkan dan mengempiskan balon. Balon di

kembang pada saat pemasangan, berguna untuk membantu kateter

memasuki ruang-ruang jantung selain itu ketika dikembangkan balon

menutup ujung kateter tujuannya adalah mencegah kateter bersentuhan

dengan dinding ventrikel sehingga gangguan irama jantung seperti

ekstra sistol ventrikel tidak terjadi.

Gambar 1.4 Kateter Swan Ganz(sumber )

6

Page 7: He Modi Namik

Gambar1.5 Jalur pemasangan Kateter Swan Ganz

Pemasangan kateter dilakukan dengan kanulasi secara perkutan

melalui vena femoralis, dapat pula dilakukan secara cutdown melalui vena

basilica atau vena brachialis.

2. Cara pemasangan kateter

Sebelum kateter dipasang, integritas balon harus diperiksa dengan

cara memasukkan ujung kateter ke dalam air yang steril kemudian balon

dikembangkan. Kateter dibasahi dengna cairan heparin dan bagian luar

lumen distal kateter harus dihubungkan dengan system pemantauan

transduser.

Pada saat pemasangan kateter dimasukkan melalui sebuah kateter

penuntun yang ukurannya lebih besar. Pada saat balon berada di atrium

kanan maka balon dikembangkan kemudian kateter dibawa oleh balon

masuk ke ventrikel kanan kemudian ke arteri pulomnalis. Kateter

7

Page 8: He Modi Namik

ditempatkan pada cabang arteri pulmonalis kanan atau kiri. Untuk

mencegah terjadinya nekrosis pada jaringan paru balon hanya

dikembangkan pada saat pengukuran tekanan kapiler arteri pulmonalis.

Setelah pemasangan posisi kateter harus dipertahankan dengan

menjahit kulit pada daerah insisi dan panjang kateter yang masuk ke dalam

jantung harus diberi tanda kemudian pemeriksaan rontgen, foto thorax,

harus segera dilakukan untuk mengetahui posisi kateter di dalam jantung.

3. Gelombang Tekanan Saat Pemasangan

Gambar 1.8 Gelombang PAP

2.3.6 Curah Jantung

Curah jantung adalah jumlah darah yang dipompakan oleh ventrikel

setiap menit. Normal curah jantung adalah 4-8 liter/ menit.

Terdapat dua metode untukmengukur curah jantung :

a. Metode ficks

Metode ini mengukur curah jantung dengan cara membagi jumlah

oksigen yang diabsorbsi dalam paru dengna jumlah oksigen yang

digunakan oleh tubuh. Rumusnya adalah :

8

Page 9: He Modi Namik

CO= o 2absorbed per minuteby t h e lung(mL per minutes)

arteri venouso 2 difference (mL per Litre of blood)

(guyton, 1991)

b. Metode termodilusi

Pengkuran curah jantung dengan metode termodilusi menggunakan

kateter arteri pulmonal dan mesin curah jantung. Prinsp kerjanya adalah

dengan memasukkan cairan kedalam atrium kanan melalui lumen

proksimal kateter arteri pulmonal. Cairan yang disuntikkan mempunyai

temperature lebih rendah dari temperature tubuh. Cairan selanjutnya

memasuki ventrikel kanan, kemudian arteri pulmonal. Temperature dasar

darah telah dideteksi dan direkam oleh computer sebelum cairan dingin

disuntikkan. Suhu darah yang memasuki arteri puomonalis ( darah yang

bercampur dengan cairan dingin ) dideteksi oleh lumen termistor.

Perbedaan antara suhu dasar dengan darah yang tercampur cairan

dingin dihitung oleh mesin atau computer, kemudian hasil perhitungan

terlihat pada monitor mesin curah jantung berupa kurva dan nilai curah

jantung.

2.3.7 Tekanan Arteri Sistemik

Tekanan darah adalah tekanan yang dihasikan oleh darah saat

melawan dingin pembuluh darah.

1. Nilai normal tekanan

Tekanan arteri sistemik terdiri dari :

a. Tekan sitolik adalah tekanan darah maksimal ketika darah

dipompakan dari ventrikel kiri. Normal tekanan sistolik adlah 100-

140 mmHg.

b. Tekanna diastolic adalah tekanan darah pada saat jantung relaksasi.

Nilai normal tekanan diastolic adalah 60-80 mmHg. Tekanan

ddiastolik menggambarkan tahanan pembuluh darah yang harus

dihadapi oleh jantung .

c. Tekanan arteri rata-rata dapat dihitung dengan rumus

sistolik+2 diastolik3

9

Page 10: He Modi Namik

Normal tekanan rata-rata (MAP) adalah 70-100 mmHg

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan arteri

a. Curah jantung

Jika curah jantung rendah maka tekanan arteri menjadi rendah dan

sebaliknya tekanan darah meningkat jika jumlah CO meningkat.

b. Tahanan pembuluh darah perifer

Penyempitan pada pembuluh darah arteri akan menyebabkan

tekanan darah meningkat, dan dilatasi pada pembuluh darah arteri

mengakibatkan penurunan tekanan darah.

c. Elastisitas arteri

Elastisitas pembuluh darah berhubungan dengan aliran darah. Jika

pembuluh darah mengalami sklerosa maka tekanan darah menjadi

tinggi.

d. Volume darah

Jumlah darah dalam system kardiovaskular mennetukan keadaan

tekanan darah. Sebagai contohnya pada keadaan perdarahan

tekanan darah menjadi rendah.

e. Kekentalan darah

Semakin kental darah maka semakin tinggi tekanan darah dan jika

kekentalan darah rendah meyebabkan tekanan darah menjadi

rendah.

f. Umur

Pada neonates tekanan darah adalah rendah sedangkan pada orang

dewasa tekanan darah adalah rendah.

g. Berat badan

Pada orang gemuk tekanan darah adalah tinggi.

h. Emosi

Pada keadaaan stress katekolamin akan meningkat dan hal ini

menyebabkan peningkatan pada tekanan darah.

i. Aktivitas

Tekanan darah meningkta pada saat manusia melakukan aktivitas.

3. Cara pengukuran

10

Page 11: He Modi Namik

Pengukuran tekanan arteri sistemik dapat dilakukna dengan cara

invasif dan non invasif

a. Secara non invasive

Pengukuran tekanan darah secara tidak langsung dapat dilakuakn

dengan manual dan otomatis.

Secara manual

Pengukuran secara manual dapat dilakukan dengan auskultasi,

palpasi, dan oscillometri. Pada semua teknik pengukuran

tersebut, daerah ekstremitas yang digunakan sebgai tempat

pengukuran harus sejajar dengan letak jantung. Alat yang

digunakan unutun pengukuran adalah spighnomomanometer,

stetoskop dan Doppler. Prinsip pengukuran ini adalah

mendeteksi kekuatan pulsasi aliran darah pada saat melawan

didnding arteri, yang terdengar sebagai bunyi korokoff.

Kualitas dari bunyi korokoff tergantung dai jumlah darah yang

terdapat di dalam tubuh. Pada keadaan yang mengakibatkan

pulsasi aliran menurun maka bunyi korokoff tidak terdengar.

Pengukuran secara manual memberikan perbedaan tekanan

sistolik 20 mmHg lebih rendah dari pengukuran secra

langsung.

Teknik auskultasi

Teknik pengukuran dengan auskultasi menggunakna alat

spyghmomanometer dan stetoskop. Prinsip dasar dari

pengukuran secara auskultasi adalah stethoscope menangakap

vibrasi pembuluh darah yang dihasilkan dari adanya turbulensi

aliran darah yang melewati arteri yang tertekan oleh menset .

Prosedur pengukuran :

1. pemeriksaan mencuci tangan kemudian menjelaskan

prosedur yang akan dikerjakan .

2. mengatur posisi klien :

lengan atas pasien ditempatkan pada posisi yang sejajar

dengan jantung

11

Page 12: He Modi Namik

posisi lengan dalam keadaan terlentang dan terbuka

3. memasang menset melingkari lengan atas dan posisi

kantong sensor tekanan harus tepat berada di atas arteri

brakialis. Posisi manset bagian bawah berada 2-3 cm di atas

daerah antekubital.

4. Manometer air raksa diletakkan pada posisi ventrikel dan

sejajar dengan mata pemeriksa.

5. Melakukan palpasi arteri brakialis dan radialis.

6. Mengembangkan manset sampai pulsasi arteri tidak teraba,

kemudian kembangkan kurang lebih 30mmHg.

7. Menempelkan bagian bell dari stetoscope di atas arteri

brakialis.

8. Mengempiskan manset secara bertahap dengan kecepatan

3mmHg per detik.

9. Memperhatikan manometer untuk menentukan nilai tekanan

darah. Bunyi yang terdengar pertama kali adalah bunyi

korokoff I disebut sebagai tekanan sistolik.

10. Melanjutkan pengempisan manset sampai terdengar suara

samar (bunyi korokoff IV), kemudian suara menghilang

(korokoff V). Suara korokoff IV ditentukan sebagai tekanan

diastolik pada anak, korokoff V adalah tekanan diastolik

pada dewasa.

11. Mengempiskan manset sampai benar-benar kempis

kemudian membuka manset dari lengan pasien.

12. Melakukan pencatatan hasil pengukuran, meliputi :

Nilai tekanan darah

Lengan yang digunakan untuk pengukuran

13. Membantu pasien kembali kepada posisi yang nyaman dan

menjelaskan bahwa prosedur telah selesai

Teknik palpasi

Teknik palpasi merupakan cara pengukuran yang sangat

sederhana dan mudah. Alat yang dibutuhkan hanya manset tekanan

12

Page 13: He Modi Namik

darah dan manometer air raksa (spymomanometer). Metode ini

memberikan hasil yang subyektif dan sangat terbatas.

Teknik pengukuran

Melakukan arteri brakialis, kemudian manset dikembangkan

hingga 20-30 mmHg setelah pulsasi tidak teraba, manset

dikempeskan secara bertahap. Tekana sistolik didapat pada saat

pulsasi nadi teraba untuk pertama kalinya. Tekanan diastolik tidak

dapat dilakukan pengukuran.

Secara otomatis

Alat yang digunakan untuk pengukuran secara otomatis ini

dapat mengukur tekanan sistolik, diastolik dan tekanan rata-rata alat

ini tidak membutuhkan stetoscope dan manset tidak perlu

dikembangkan atau dikempiskan secara manual. Selain itu frekuensi

pengukuran tekanan darah dapat diatur. Prinsip kerja dari alat ini

adalah mendeteksi kekuatan pulsasi aliran darah pada ekstremitas.

Salah satu contoh alat yang digunakan adalah oscillometry dan

Doppler.

a. Doppler

Sebuah doppler dan manset tekanan dapat digunakan untuk

mengukur tekanan darah arteri secara invasif. Doppler

mempunyai transduser yang dapat mendeteksi suara dengan

frekuensi10MHz. Pengukuran dilakukan dengan cara

meletakkan doppler diatas arteri radialis dan memasang manset

tekanan pada lengan bagian atas. Selanjutnya manset

dikembangkan hingga tanda pada doppler tidak terlihat,

kemudian manset dikempiskan secara perlahan. Bunyi aliran

darah yang terdeteksi pertama kali diindikasikan sebagai

tekanan sistolik.

b. Automatic Oscillometry

Alat ini dilengkapi dengan alat pantau saturasi oksigen dan

EKG. Automatic Oscillometry terdiri 2 kantong yang terdapat

didalam menset yang tertutup. Teknik pengukuran adalah

13

Page 14: He Modi Namik

dengan cara melingkarkan menset pada lengan atas dan tepat

berada di atas arteri brakialis .menset dikembangkan secara

otomatis yang melalui bagian proksimal kantong, sementara

bagian distal kantong mempertahankan isi udara di dalam

menset .bagian proksimal kantong akan mengempis secara

perlahan. Pengempisan tersebut menghasilkan adanya

gelombang pada arteri yang tertekan oleh menset gelombang

pembuluh darah arteri ini terdeteksi pada bagian distal kantong.

b. Secara Invasif

Pengukuran darah sistemik dapat dilakukan dengan cara

memasang suatu kateter pada pmbuluh darah arteri dan dapat pula

melalui kateter IABP. Pemilihan tempat untuk pemasangan kateter

harus memenuhi kriteria berikut ini :

Pembuluh arteri yang digunakan sebagai tempat pemasangan

sebaiknya dipilih pembuluh arah yang besar .dan mempunyai

kolateral yang adekuat sahingga dapat menghasilkan gelombang

tekanan yang jelas dan akurat serta mengurangi terjadinya

iskemik

Daerah pemasangan sebaiknya pada daerah yang mudah dikaji

dan daerah yang tidak mudah terjadi infeksi .

Pembuluh darah arteri untuk pemasangan kateter :

a. Arteri aksilaris : arteri yang besar dan mempunyai kolateral

yang adekuat .

b. Arteri femoralis : pada arteri ini dapat menghasilkan

gelombang tekanan yang lebih baik dari pada pemasangan

pembuluh darah arteri yang lain .

c. Arteri radialis : pada arteri ini biasanya mudah dan aman .

jika pemasangan pada arteri ini maka dilakukan allen test

untuk mengetahui integritas arteri ulnaris .

4. Gelombang Tekanan Arteri Sistemik

14

Page 15: He Modi Namik

Gelombang tekanan arteri dihasilkan dari mulainya usaha untuk

membuka katub aorta kemudian diikuti dangan peningkatan arteri sampai

tekanan puncak tercapai .

Tekanan diventrikel turun sacara tepat sehingga tekanan aorta

menjadi lebih tinggi dari ventrikel kiri .perbedaan tekanan tersebut

mengakibatkan darah pada aorta berbalik pada ventrikel kiri dan

menyebabkan katub aorta tertutup. Penutupan katub aorta menghasilkan

” dicrotic notch ” pada gelombang tekanan arteri.

15

Page 16: He Modi Namik

Gambar1.7 dicrotic notch

2.4 Prosedur Pemantauan Dengan Sistem Manometer

Pemantauan dengan sistem manometer hanya dilakukan untuk

pemantauantekanan vena sentral.

A. Persiapan untuk pemasangan

1. Persiapan pasien

a. Memberikan penjelasan pada klien dan keluarga mengenai:

- Tujuan pemasangan

- Daerah pemasangan

- Prosedur yang akan dikerjakan.

b. Mengatur posisi pasien sesuai dengan daerah pemasangan kateter.

2. Persiapan alat

Alat-alat yang harus dipersiapkan adalah :

- Kateter CVP

- Set CVP

- Spuit 2,5 cc

- Spuit 10 cc

- Anti septik

- Obat anastesi lokal

- Sarung tangan steril

- Bengkok

- Cairan NaCl 0,9% (25 ml)

- Plester

B. Persiapan untuk pengukuran

16

Page 17: He Modi Namik

1. Persiapan alat

- Skala pengukur

- Selang penghubung (Manometer Line)

- Standar infus

- Three way stopcock

- Pipa U

- Set infus

2. Cara merangkai

- Menghubungkan set infus dengan cairan NaCl 0,9%

- Mengeluarkan udara dari selang infus

- Menghubungkan skala pengukur dengan threeway stopcock

- Menghubungkan threeway stopcock dengan selang infus

- Menghubungkan Manometer Line dengan threeway stopcock

- Mengeluarkan udara dari manometer line

- Mengisi cairan ke skala pengukur sampai 25cm H2O

- Menghubungkan Manometer Line dengan kateter yang sudah

terpasang

3. Cara pengukuran

- Memberikan penjelasan kepada pasien

- Mengatur posisi pasien

- Laveling

Laveling adalah mensejajarkan letak jantung (atrium kanan) dengan

skala pengukur atau transduser

- Letak jantung dapat ditentukan dengan cara membuat garis

pertemuan antara sela iga keempat dengan garis pertengahan aksila

- Menentukan nilai CVP , dengan memperhatikan undulasi pada

Manometer dan nilai dibaca pada akhir ekspirasi

- Membereskan alat- alat

- Memberitahu pasien bahwa tindakan telah selesai

2.5 Prosedur Pemantauan Dengan Transduser

Pemantauan dengan sistem transduser dilakukan pada: tekanan vena sentral,

arteri pulmonal, kapiler arteri pulmonal, dan tekanan darah arteri sistemik.

A. Persiapan Untuk Pemasangan

17

Page 18: He Modi Namik

1. Persiapan pasien

a. Memberikan penjelasan pada klien dan kluarga mengenai:

- Tujuan pemasangan

- Daerah pemasangan

- Prosedur yang akan dikerjakan

b. Mengatur posisi pasien sesuai dengan daerah pemasangan kateter.

2. Persiapan alat

a. Persiapan untuk penusukan

- Kateter sesuai dengan kebutuhan

- Set instrumen steril untuk tindakan invasif

- Sarung tangan steril

- Anti septik

- Obat anastesi lokal

- Spuit 2,5 cc

- Spuit 5 cc/10 cc

- Bengkok

- Plester

b. Persiapan untuk pemantauan

- Monitor

- Transduser

- Alat flush

- Kantong tekanan

- Cairan NaCl 0,9% (1 kolf)

- Heparin

- Manometer Line

- Spuit 1cc

- Threeway stopcock

- Penyanggah transduser/standar infus

- Pipa U

- Infus Set

3. Cara Merangkai

- Mengambil heparin sebanyak 500 unit kemudian memasukkannya

kedalam cairan NaCl 0,9%

18

Page 19: He Modi Namik

- Menghubungkan cairan tersebut dengan selang infus

- Mengeluarkan udara dari selang infus

- Memasang cairan infus pada kantong tekanan

- Menghubungkan transduser dengan alat flus

- Memasang threeway stopcock dengan alat flush

- Menghubungkan bagian distal selang infus dengan alat flush

- Menghubungkan manometer dengan threeway stopcock

- Mengeluarkan udara dari seluruh sistem alat pemantauan (untuk

memudahkan beri sedikit tekanan pada kantong tekanan)

-Memompa kantong tekanan sampai 300 mmHg

-Menghubungkan kabel transduser dengan monitor

-Menghubungkan manometer dengan kateter yang sudah terpasang

-Melakukan kalibrasi alat sebelum pengukuran

4. Cara Kalibrasi

- Laveling ( lihat laveling pada sistem manometer)

-Menutup threeway kearah pasien dan membuka threeway kearah

udara

-Mengeluarkan cairan keudara

-Menekan tombol kalibrasi sampai pada monitor terlihat angka nol

-Membuka threeway kearah pasien dan menutup kearah udara

-Memastikan gelombang dan nilai tekanan terbaca dengan baik

2.6 Indikasi Pelepasan

1. Kondisi haemodinamik maupun tanda-tanda klinis sudah cukup stabil dalam

tiga hari

2. Bila belum maka kateter harus diganti maksimal seminggu sekali bila tidak ada

kontra indikasi

3. Tekanan kapiler arteri pulmo sama dengan tekanan ventrikel kiri diakhir

diastolic yaitu 70-90 mmHg

19

Page 20: He Modi Namik

2.7 Nilai Normal

1. Gelombang arteri pulmo saat pemasangan kateter 4-12 mmHg (0.5-1.6 kPa)

2. Tekanan atrium kiri sama dengan tekanan arteri pulmonal sama dengan tekanan

arteri diastole (70-80 mmHg)

3. Pada ventrikel kanan nilai normal gelombang tekanan saat pemasangan 15-25/

0-6 mmHg (2-3,3/ 0-0,8 kPa)

2.8 Peranan Ners

Ners mempunyai peranan yang sangat penting dalam melakukan

perawatan pada klien yang terpasang alat pantau tekanan hemodinamik.Peranan

ners dimulai dari sebelum alat pantau tekanan dipasang,saat pemasangan dan

setelah alat pantau tekanan terpasang pada klien.

A. Sebelum Pemasangan

Peranan ners sebelum pemasangan adalah:

1.Mempersiapkan alat-alat untuk penusukan dan alat –alat untuk pemantauan

2.Mempersiapkan pasien yaitu memberikan penjelasan mengenai prosedur dan

tujuan pemantauan serta mengatur posisi pasien sesuai dengan daerah pemasnagan

kateter.

B. Saat Pemasangan

Pada saat prosedur pemasangan ners bertanggung jawab untuk:

1. Memelihara alat yang digunakan selalu dalam keadaan steril

2. Memantau tanda dan gejala komplikasi yang dapat terjadi pada saat

pemasangan seperti gangguan irama jantung dan pendarahan

3. Membuat klien merasa aman dan nyaman selama prosedur dilakukan

C. Setelah pemasangan

Perawatan yang harus dilaksanakan setelah alat pantau tekanan terpasang

pada klien adalah sebagai berikut:

1. Mendapatkan nilai yang akurat dengan cara:

a. Melakukan zero balance/leveling

20

Page 21: He Modi Namik

Menentukan letak atrium atau titik nol pasien dengan cara

membuat garis pertemuan antara garis yang dibuat dari sela iga ke

empat dengan pertengahan aksila. Titik nol tersebut kemudian

disejajarkan dengan transduser.

b. Zero balance dikerjakan setiap pergantian dinas atau jika nilai atau

gelombang yang terlihat pada monitor tidak sesuai dengan keadaan

klinis klien dan setiap ada perubahan posisi pasien.

c. Melakukan kalibrasi

Tujuan kalibarasi adalah unutk mengetahui fungsi alat seperti

monitor atau transduser.kalibrasi dilakukan sebelum alat pantau

dipasang ,setiap pergantian dinas dan jika ada keraguan pada nilai

atau gelombang yang terlihat pada monitor.

2. Mengkorelasikan nilai yang terlihat pada monitor dengan keadaan

klinis klien .

3. Mencatat nilai tekanan dan kecenderungan perubahan hemodinamik.

4. Memantau perubahan hemodinamik setelah pemberian obat-obatan

5. Mencegah terjadinya komplikasi dan mengetahui gejala dan tanda

komplikasi (lihat tabel)

6. Memberikan rasa nyaman dan aman pada pasien.

7. Memastikan letak alat-alat yang terpasang pada posisi yang tepat

dengan cara memantau gelombang tekanan pada monitor dan

melakukan pemeriksaan fotothorak (CVP,Swans gans)

8. Komplikasi pemantauan hemodinamik

KOMPLIKASI PENCEGAHAN TINDAKANEmboli udara Membuat posisi trendelenberg pada saat pemasangan

kateter (untuk pemasangan melalui vena)Lubang kateter harus dalam keadaan tertutup pada saat pemasangan.Sebelum kateter di pasang,semua lumen kateter harus di bilas dengan cairan NaCl 0,9 %.Sebaiknya menggunakan sambuan luerlok.Sistem alat pantau tekanan harus bebas dai udara.Anjurkan klien untuk menarik nafas dalam pada saat kateter di cabut atau pada saat kateter dilepaskan sambunganya dengan sistem alat-alat pantau tekanan.Jika emoli suah terjadi miringkan posisi pasien ke sebelah kiri dengan posisi kepala lebih rendah.

21

Page 22: He Modi Namik

Balon pecah Membatasi volume udara untuk mengembangkan balon.Membiarkan balon mengempis secara pasif.Memberi tanda pada balon yang sudah pecah.

Aritmia Jika kateter tertarik pada V.kanan maka kolaborasi dengan dokter untuk memperbaiki.Menyiapkan alat-alat untuk resusitasi selama pemasangan.Memantau gelombang tekanan arteri pulmonalis.

Kelebihan cairan Mebatasi jumlah cairan yang masuk ke dalam tubuh pasien.Mebatasi pengukuran curah jantung.

Hematoma Menekan daerah penusukan selama 5-10 menit setelah kateter arteri di cabut.

Infeksi Mengganti cairan pembilas setiap 24 jam.Mengganti sistem pemantauan tekanan setiap 48-72 jam.Menggunakan teknik steril ketika mengganti balutan setiap 24-48 jam atau jika diperlukan.Mengganti kateter yang terpasang setiap 72-96 jam.Membersihkan darah pada stopcock dan manometer penghubung setiap pengambilan darah untuk pemeriksaan laboratorium.Mengurangi pemakaian stopcock pada sistem pemantauan tekanan.Menjaga kesterilan pada saat mengambil darah dan pengukuran curah jantung.Memantau tanda dan gejala infeksi.

Pneumothoraks Rontgen fotothorak setelah pemasangan vena dalam.Pemasangan WSD jika pneumothorak sudah terjadi.

Ruptur arteriPulmonalis

Mengembangkan balon dengan udara secukupnya.

Infark pulmonal Membatasi waktu dan frekuensi pengembangan balon.

22

Page 23: He Modi Namik

BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pemantauan haemodinamik dapat memberikan informasi mengenai

keadaan pembuluh darah, jumlah darah dalam tubuh, dan kemampuan jantung

untuk memompa darah. Pemantauan haemodinamik dipantau dari beberapa

parameter, yaitu tekanan CVP dan JVP, tekanan kapiler arteri pulmonalis,

tekanan atrium kiri, tekanan ventrikel kanan, curah jantung, dan tekanan arteri

sistemik. Perubahan haemodinamik bisa terjadi dengan cepat, sehingga

monitoring haemodinamik pasien dibutuhkan untuk memantau kestabilan

keadaan haemodinamik pasien.

23

Page 24: He Modi Namik

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2009. Kondisi Haemodinamik. Diakses dari : http://www.rnceus.com/hemo/cvp.htm pada tanggal 21 maret 2010 pukul 11.54

Anonim. 2009. Jugular venous pressure (JVP). Diakses dari :

http://en.wikipedia.org/wiki/Jugular_venous_pressure pada tanggal 21 maret

2010 pukul 13.31

Bruner & Sudart. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Vol. 2. Edisi 8.

EGC. Jakarta

Doengoes,Marilyn.E.dkk. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Pusat

Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI

Kutovaja, Inese. 2008. Monitoring Cardiac Output. ICU RPH

Rokhaeni, Heni, SMIP,CCRN, dkk. 2001. Buku Ajar Keperawatan

Kardiovaskuler. Jakarta : Pusat Kesehatan Jantung dan Pembuluh Darah

Nasional “ Harapan kita”

24