Upload
hendra-wijaya
View
128
Download
7
Embed Size (px)
DESCRIPTION
definisi heat stroke
Citation preview
HEAT STROKE
Heat stroke disebabkan oleh kegagalan mekanisme pengaturan panas tubuh dan
merupakan gabungan dari hiperpireksia (40,6’ C) dan gejala-gejala neurologis. Klien yang
mengalami heat stroke harus dimasukkan ke unit perawatan intensive (ICU). Kematian dapat
terjadi karena komplikai gagal jantung, gagal hati, koagulasi intravaskuler diseminasi.
Heat stroke adalah keadaan darurat medis. Pasien tidak lagi mampu menghilangkan
panas karena kegagalan mekanisme termoregulasi sentral. Tingkat Morbiditas yang tinggi. Ada
sejarah tenaga ekstrem dalam lingkungan yang panas, kurangnya acclimation, dan adanya
faktor risiko seperti penggunaan phenothiazines atau gangguan SSP. Suhu tubuh inti lebih besar
dari 106 o F (41 o C). Status mental pasien berkisar dari kebingungan sampai koma, kulit panas
dan kering. Karena kehilangan cairan, pasien hypotensi dan takikardia. Perawatan termasuk
stabilisasi pasien ABC bersama dengan pendinginan cepat. Terus menjadi kontroversi tentang
metode mana yang terbaik.. Metode pendinginan adalah yang terbaik.
B. ETIOLOGI
Penyebabnya adalah deplesi volume dan elektrolit. Gabungan dari hiperpireksia dan gejala-
gejala neurologis heat stroke disebabkan kegagalan mekanisme pengaturan panas tubuh.
C. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. px laboratorium menunjukkan hemokonsentrasi (peningkatan hematocrit) dan hiponatremia
( jika deplesi natrium menjadi masalah primer).
2. EKG dapat menunjukkan disritmia tanpa buki-bukti infark
3. pada heat stroke, analisa gas darah arteri menunjukkan asidosis metabolic.
4. jika keadaan itu berkembang, tes laboratorium mencerminkan gagal jantung dan komplikasi
lainnya.
D. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
1.Pengkajian
a. Pengkajian Primer
1) Suhu tubuh lebih besar dari 106 o F (41 o C).
2) Status mental berkisar kebingungan - koma
3) -kulit tampak kemerahan, kepanasan. Tahap awal heatstroke adalah kulit kering karena
tubuh kehilangan kemampuan berkeringat.
4) Hipotensi
5) Airway
6) Breathing
7) Circulation
Takikardia
b. Pengkajian Sekunder
1) Riwayat penyakit sebelumnya
2) Pemeriksaan fisik
a) Aktivitas dan istirahatnya
b) Eliminasi
c) Sensori neural
d) Nyeri/kenyamanan
e) Keamanan
c. Psikososial
Respon emosi pengkajian mekanisme koping yang digunakan pasien juga penting untuk
menilai pasien terhadap penyakit yang dideritanya dan perubahan peran pasien dalam keluarga
dan masyarakat serta respon atau pengaruhnya dalam kehidupan sehari harinya baik dalam
keluarga ataupun dalam masyarakat.
d. Spesifik dan kronis
1) Spesifik yaitu Suhu tubuh berkisar 106 o F (41 o C), kulit panas dan kering.
2) Kronis,komplikasi stroke panas adalah Disminata Intravaskuler Coagulasi (DIC).
E. DIAGNOSIS DAN INTERVENSI KEPERAWATAN
1. hiperpireksi b.d mekanisme pengaturan panas tubuh.
Ditandai dgn :
DS : klien mengatakan panas dan tidak berkeringat.
DO : suhu tubuh meningkat, tidak berkeringat, kulit kering.
Intervensi.
Tujuan : suhu tubuh menurun
- Lakukan pendinginan tubuh dengan selimut hipotermia dan tanggalkan pakaian klien
- Pantau dan catat suhu tubuh secara kontinyu selama proses pendinginan.
- Jika suhu tubuh tidak dapat turun, Lakukan pendinginan inti (lavage saline) pada
lambung, hentikan pendinginan aktif jika suhu tubuh mencapai 39”C
- Beri diazepam jika menggigil hebat
- Pantau irama jantung dan TTv tiap 15 menit hingga stabil
- Lakukan pemasangan CVP.
2. ketidakefektifan perfusi jaringan (cerebral, kardiopulnonal, ginjal dan system pencernaan)
b.d. gangguan metabolism.
Ditandai dengan :
DS : klien mengatakan mual, kejang dan tidak sadar
DO : mula, kejang, koma, perubahan TTV, takikardi, apnea, pupil dalam, dilatasi
Intervensi
Tujuan : perfusi jaringan adekuat.
- Berikan O2 dengan menggunakan rebreathing mask (100%) atau intubasi sesuai indikasi.
- Berikan cairan IV dengan RL atau normal saline
- Berikan kalium untuk koreksi hypokalemia dan natrium bikarbonat untuk koreksi
asidosis metabolic.
- Pantau EKG
- Ukur balance cairan tiap 1 jam
- Pantau adanya kejang.
- Berikan diuretic untuk meningkatkan diuresis.
3. risiko trauma b.d penurunan tingkat kesadaran dan kejang
Ditandai dengan
DS : Keluarga mengatakan klien tidak sadar atau kejang.
DO : penurunan kesadran, delirium, koma, pupil dalam, dilatasi, kejang.
Intervensi
Tujuan : meminimalkan trauma
- Pasang pagar tempat tidur
- Jangan meninggalkan klien seorang diri
- Pantau adanya kejang
- Lakukan px GCS tiap 30 menit
- Pantau adanya perubahan tingkat kesadaran