Upload
bella-faradiska-yuanda
View
4
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Hemoroid
Citation preview
Hemorrhoid
PENDAHULUAN
Latar Belakang (2)
Penyakit hemoroid merupakan gangguan anorektal yang sering ditemukan tetapi yang
paling kurang dimengerti. 5% populasi umum dan individu di atas usia 50 tahun memiliki keluhan
yang berhubungan dengan hemoroid. Pasien seringkali menganggap hampir segala gejala
perianal karena “hemoroid”.
Hemoroid adalah kondisi terutama di masyarakat barat dan telah dihubungkan dengan
diet rendah serat, tinggi lemak. Menurut Burkitt insidensi rendah penyakit hemoroid pada
penduduk Afrika yang dietnya mengandung serat yang tinggi.
Hemorrhoid
A. Definisi (1,2,4,6,7)
Hemoroid adalah pelebaran vena di dalam pleksus hemoroidalis yang tidak
merupakan keadaan patologik, hanya apabila hemoroid ini menyebabkan keluhan
atau peenyulit, maka diperlukan tindakan.
Hemoroid normalnya terdapat pada individu sehat dan terdiri
dari bantalan fibromuskular yang sangat bervaskularisasi yang melapisi
saluran anus. Hemoroid diklasifikasikan menjadi dua yaitu hemoroid
eksterna hemoroid interna.
1. Hemoroid eksterna merupakan pelebaraan dan penonjolan pleksus hemoroidalis
inferior, terdapat di sebelah distal garis mukokutan di dalam jaringan di bawah
epitel anus.
Ada 3 bentuk hemoroid eksterna yang sering dijumpai :
a. Bentuk hemoroid biasa tapi letaknya distal linea pectinea.
b. Bentuk trombosis atau benjolan hemoroid yang terjepit
c. Bentuk skin tags.
2. Hemoroid interna adalah kondisi dimana pleksus v. hemoroidalis superior di atas
garis mukutan dan ditutupi oleh mukosa. Hemoroid interna ini merupakan
bantalan vaskuler di dalam jaringan sub mukosa pada rektum sebelah bawah.
Hemoroid interna terdapat pada tiga posisi primer, yaitu kanan depan (jam 11),
kanan belakang (jam 7) dan lateral kiri (jam 3), yang oleh Miles disebut “Three
Primary Haemorrhoidal Areas”. Hemoroid yang lebih kecil tedapat di antara
ketiga letak primer tersebut dan kadang juga sirkuler.
Hemoroid interna dibagi menjadi 4 derajat yaitu :
- Derajat I : - Terdapat perdarahan merah segar pada rectum pasca
defekasi
- Tanpa disertai rasa nyeri
- Tidak terdapat prolaps
- Pada pemeriksaan anoskopi terlihat permulaan dari
benjolan hemoroid yang menonjol ke dalam lumen
- Derajat II : - Terdapat perdarahan/tanpa perdarahan sesudah defekasi
- Terjadi prolaps hemoroid yang dapat masuk sendiri
(reposisi spontan)
Hemorrhoid Grade II
- Derajat III : - Terdapat perdarahan/tanpa perdarahan sesudah defekasi
- Terjadi prolaps hemoroid yang tidak dapat masuk sendiri
jadi harus didorong dengan jari (reposisi manual)
- Derajat IV : - Terdapat perdarahan sesudah defekasi
- Terjadi prolaps hemoroid yang tidak dapat didorong masuk
(meskipun sudah direposisi akan keluar lagi)
Hemorrhoid Grade IV
Skin Tag, Hemorrhoid Grade I - IV
B. Etiologi (2)
Penyebab hemoroid tidak diketahui, konstipasi kronis dan mengejan saat
defekasi mungkin penting. Mengejan menyebabkan pembesaran dan prolapsus
sekunder bantalan pembuluh darah hemoroidalis. Jika mengejan terus menerus,
pembuluh darah menjadi berdilatasi secara progresif dan jaringan sub mukosa
kehilangan perlekatan normalnya dengan sfingter internal di bawahnya, yang
menyebabkan prolapsus hemoroid yang klasik dan berdarah.
Selain itu faktor penyebab hemoroid yang lain yaitu : kehamilan,
obesitas, diet rendah serat dan aliran balik venosa.
C. Faktor Risiko (7)
Faktor risiko hemoroid banyak sekali, sehingga sukar bagi kita
untuk menentukkan penyebab yang tepat bagi tiap kasus. Faktor risiko
hemoroid yaitu :
1. Keturunan : Dinding pembuluh darah yang lemah dan tipis
2. Anatomik : Vena daerah anorektal tidak mempunyai katup dan pleksus
hemoroidalis kurang mendapat sokongan otot dan vasa
sekitarnya.
3. Pekerjaan : Orang yang harus berdiri atau duduk lama, atau harus
mengangkat barang berat, mempunyai predisposisi untuk
hemoroid.
4. Umur : Pada umur tua timbul degenerasi dari seluruh jaringan tubuh,
juga otot sfingter menjadi tipis dan atonis.
5. Endokrin : Misalnya pada wanita hamil ada dilatasi vena ekstremitas dan
anus (sekresi hormon relaksin).
6. Mekanis : Semua keadaan yang mengakibatkan timbulnya tekanan yang
meninggi dalam rongga perut, misalnya penderita hipertrofi
prostat.
7. Fisiologis : Bendungan pada peredaran darah portal, misalnya pada
penderita dekompensasio kordis atau sirosis hepatis.
8. Radang : Adalah faktor penting, yang menyebabkan vitalitas jaringan di
daerah itu berkurang.
D. Gejala dan Tanda (2,5,6,7)
1. Perdarahan
Perdarahan umumnya merupakan tanda pertama hemoroid
interna akibat trauma oleh feces yang keras. Darah yang keluar
adalah darah segar yang tidak bercampur dengan feces
(hematochezia), dengan kuantitas yang bervariasi, kadang menetes
tapi kadang juga memancar deras. Bila perdarahan ini terjadi
berulang-ulang dapat menyebabkan anemia.
2. Nyeri hebat
Harus diingat bahwa “nyeri hebat” tidak ada hubungannya dengan hemoroid interna, tetapi
hanya terjadi pada hemoroid eksterna yang mengalami trombosis. Sedangkan “nyeri” hanya
timbul pada hemoroid interna apabila terdapat trombosis yang luas dengan udem dan radang.
3. Benjolan
Bila hemoroid semakin besar maka dapat menonjol keluar, mula-mula hanya waktu
defekasi dan setelah selesai defekasi benjolan tersebut dapat masuk sendiri secara spontan
(derajat II). Tahap berikutnya setelah keluar waktu defekasi tidak dapat masuk sendiri dan harus
dimasukan secara manual (derajat III). Kemudian hemoroid dapat berlanjut menjadi bentuk yang
mengalami prolaps menetap dan tidak dapat didorong masuk lagi. (derajat IV)
4. Keluarnya Mukus dan Feces pada pakaian dalam
Hal ini merupakan ciri hemoroid yang mengalami prolaps yang menetap (derajat IV).
5. Pruritus ani
Rasa gatal pada anus yang disebabkan oleh iritasi kulit perianal karena kelembaban yang
terus menerus dan rangsangan mukus.
E. Pemeriksaan (5,6,7)
1. Inspeksi
Pada inspeksi, hemoroid eksterna mudah terlihat apalagi sudah mengandung trombus.
Hemoroid interna yang prolaps dapat terlihat sebagai benjolan yang tertutup mukosa. Untuk
membuat prolaps dapat dengan menyuruh pasien untuk mengejan.
2. RT
Pada colok dubur, hemoroid interna biasanya tidak teraba dan juga tidak sakit. Dapat
diraba bila sudah ada trombus atau sudah ada fibrosis. Trombus dan fibrosis pada perabaan
padat dengan dasar yang lebar.
3. Anoskopi
Dengan cara ini kita dapat melihat hemoroid interna. Penderita dalam posisi litotomi.
Anaskopi dengan penyumbatnya dimasukkan dalam anus sedalam mungkin, penyumbat
diangkat dan penderita disuruh bernafas panjang. Benjolan hemoroid akan menonjol pada ujung
anaskop. Bila perlu penderita disuruh mengejan supaya benjolan dapat kelihatan sebesar-
besarnya.
Pada anaskopi dapat dilihat warna selaput lendir yang merah meradang atau
perdarahan, banyaknya benjolan, letaknya dan besarnya benjolan.
4. Proktosigmoidoskopi
Pemeriksaan ini perlu dilakukan untuk memastikan bahwa keluhan bukan disebabkan
oleh proses radang atau proses keganasan di tingkat yang lebih tinggi (rektum/sigmoid), karena
hemoroid merupakan keadaan fisiologik saja atau tanda yang menyertai.
5. Pemeriksaan Feces
Diperlukan untuk mengetahui adanya darah samar (occult bleeding).
F. Diagnosa Banding (5,6)
v Perdarahan juga dapat terjadi pada :
- Carcinoma kolorektal
- Divertikulitis
- Kolitis ulserosa
- Polip adenomatosa
Bila dicurigai penyakit-penyakit tersebut, maka perlu sigmoidoskopi atau kolonoskopi.
v Benjolan juga dapat terjadi pada :
- Ca. Anorektal
- Prolaps rekti (procidentia)
G. Komplikasi (5,6,7)
v Perdarahan akut dan banyak dapat menyebabkan syok hipovolemik, sedangkan
perdarahan kronis berulang dapat menyebabkan anemia.
v Hemoroid interna yang mengalami prolaps dapat menjadi irreponibel, terjadi
inkarserasi, dapat berlanjut menjadi trombosis melingkar dan dapat menyebabkan
nekrosis mukosa dan kulit yang menutupinya.
v Emboli septik dapat terjadi melalui sistem portal dan dapat menyebabkan abses hati.
v Proktitis dapat berkembang menjadi abses, ini seringkali berlanjut menjadi fistel ani.
v Fisura ani yaitu koreng di saluran anus, berbentuk lonjong mulai dari linea dentata
sampai ke pinggir anus.
H. Penatalaksanaan (1,2,3,4,5,6,7,8,9)
Penatalaksanaan hemoroid tergantung pada macam dan
derajat hemoroidnya.
1. Hemoroid Eksterna
Hemoroid eksterna atau skin tags biasanya tetap asimptomatik sampai terjadi trombosis
(hematom perianal). Kadang pasien mengeluh pruritus, yang sebagian besarnya dapat diterapi
dengan perbaikan higiene anus dan krim kortikosteroid.
Hemoroid eksternal yang mengalami trombosis tampak sebagai benjolan yang nyeri
pada anal verge. Jika pasien membaik dan hanya mengeluh nyeri ringan, pemberian analgesik,
sitz baths, dan pelunak feses. Tetapi jika pasien mengeluh nyeri yang parah, maka eksisi di
bawah anestesi lokal dianjurkan. Pengobatan secara bedah menawarkan penyembuhan yang
cepat, efektif dan memerlukan waku hanya beberapa menit dan segera menghilangkan gejala.
Penatalaksanaan secara bedah yaitu pasien berbaring dengan posisi menghadap ke
lateral dan lutut di lipat (posisi seems), dasar hematom diinfiltrasi dengan anestetik lokal. Bagian
atas bokong didorong untuk memaparkan trombosis hemoroid. Kulit dipotong berbentuk elips
menggunakan gunting iris dan forsep diseksi; hal ini dengan segera memperlihatkan bekuan
darah hitam yang khas di dalam hemoroid yang dapat dikeluarkan dengan tekanan atau
diangkat keluar dengan forsep. Pada umumnya hanya ada sedikit perdarahan yang dapat
dikontrol dengan pemakaian pembalut gamgee (pembalut bedah dengan selapis tipis kapas
penyerap diantara dua lapis kasa penyerap) steril. Pasien dianjurkan untuk mencucinya dengan
larutan garam 2 kali sehari sampai sembuh sempurna. Selain itu pasien dianjurkan kontrol untuk
meyakinkan bahwa daerah tersebut mengalami granulasi tanpa “roofing-over”, yang dapat
merupakan sumber masalah kekambuhan. Jika terlihat adanya proses “roofing” ini maka dengan
menekankan jari dengan hati-hati pada daerah tersebut akan dapat meratakan jaringan
granulasi dan memungkinkan terjadinya penyembuhan normal.
2. Hemoroid Interna
Pengobatan hemoroid interna tergantung dari derajat hemoroidnya.
Hemoroid Interna
Derajat Berdarah Prolaps Reposisi
I + - -
II + + Spontan
III + + Manual
IV + Tetap Irreponibel
Hemoroid derajat I dan II
v Kebanyakan pasien hemoroid derajat I dan II dapat ditolong dengan tindakan lokal
yang sederhana disertai nasehat tentang makan. Makanan sebaiknya terdiri atas
makanan berserat tinggi, misalnya sayuran dan buah-buahan. Bioflavonoid yang
terdapat dalam varietas buah jeruk (citrus fruit), berry, cherry, anggur, pepaya,
melon kantalop (cantaloupe melon), prem (plums) dan tomat, substansi tersebut
diterapkan untuk penyembuhan kerapuhan pembuluh darah kapiler (capilarity
fragility), varises, dan hemoroid. Makanan berserat tinggi ini membuat gumpalan isi
usus menjadi besar namun lunak, sehingga mempermudah defekasi dan mengurangi
keharusan mengedan secara berlebihan.
v Bila pengobatan di atas tidak memberi perbaikan, dicoba dengan sclerosing therapy.
Cara ini masih merupakan metode yang disukai oleh sebagian besar ahli bedah
Inggris, larutan yang dipakai dan teknik pemakaiannya telah sedikit berubah selama
100 tahun terakhir dan masih tetap memberikan hasil yang baik. Sclerosing therapy
yaitu penyuntikan 5% penol dalam minyak nabati. Penyuntikan diberikan ke
submukosa di dalam jaringan areola yang longgar di bawah hemoroid interna
dengan tujuan menimbulkan peradangan steril yang kemudian menjadi fibrotik dan
meninggalkan parut. Fenol diinjeksikan secara perlahan-lahan sampai warna
keputihan terlihat, jumlah fenol yang diinjeksikan bervariasi dari 1 sampai 5 ml,
kadang-kadang bahkan lebih jika mukosa sangat longgar. Penyuntikan dilakukan di
sebelah atas dari garis mukokutan dengan jarum yang panjang melalui anoskop.
Apabila penyuntikan dilakukan pada tempat yang tepat maka tidak ada nyeri. Injeksi
yang diberikan di bawah cincin anorektal akan sangat sakit sekali.
v Bila krioprob tersedia, pengobatan krioterapi yang memuaskan dari hemoroid derajat I
dan II dapat diperoleh. Krioprob dikenakan ke hemoroid dan dibiarkan 2 menit untuk
membekukan. Krioprob oksigen nitrat mempunyai kelebihan tambahan yaitu alat ini
melekat pada jaringan, sehingga tarikan lembut dapat dipakai untuk mencegah
pembekuan jaringan yang lebih dalam. Probe selanjutnya harus dipanaskan kembali
sebelum alat ini dapat dipisahkan dari hemoroid. Pengobatan ini ditoleransi dengan
baik, beberapa pasien mengalami rasa sakit yang bersifat tumpul selama dan segera
setelah pembekuan.
v Foto-koagulasi infra-merah adalah salah satu cara yang paling sederhana, paling
aman dan paling cepat. Alat ini relatif baru dan sederhana, terdiri dari lampu
halogen bervoltase rendah dengan reflektor logam emas dan batang kwarsa keras
yang menjalarkan radiasi infra-merah ke ujung yang berlapis teflon. Denyut 1,5 detik
radiasi infra-merah menghasilkan nekrosis yang jelas sedalam 3 mm dan seluas
3 mm. Tiga daerah koagulasi terpisah diperlukan pada dasar masing-masing
hemoroid untuk mendapatkan hasil yang optimum.
v Leicester dan Nicholls secara prospektif membandingkan koagulasi infra-merah
dengan skleroterapi dan ligasi pita karet. Mereka menyimpulkan bahwa skleroterapi
dan foto koagulasi adalah sama efektif untuk hemoroid non prolapsus, tetapi
koagulasi ditoleransi dengan lebih baik. Pada hemoroid yang prolapsus, diperlukan
terapi infra-merah multiple dan hasilnya tidak sebaik yang didapatkan dengan ligasi
pita karet.
v Elektrokoagulasi jarang digunakan tetapi dapat diterapkan untuk hemoroid derajat I, II
bahkan III. Arus diaplikasikan langsung ke dasar tiap hemoroid, menyebabkan
destruksi jaringan. Semua hemoroid dapat diterapi dalam satu sesion, tetapi harus
berhati-hati untuk menghindari cedera melingkar. Tidak diperlukan anestesia. Arus
langsung dan bipolar keduanya adalah efektif pada 80% pasien yang diterapi.
Tetapi, diatermi bipolar ditoleransi lebih baik karena waktu untuk menyebabkan
destruksi jaringan adalah kurang dari 1 menit, dibandingkan dengan 8,5 menit untuk
terapi arus searah.
v Pengobatan dengan Sfingterotomi Internal Lateral. Penelitian manometrik telah
menunjukkan sfingter internal yang “overaktif” pada sampai 80% pasien hemoroid.
Hal ini terjadi pada laki-laki muda yang mengeluh perdarahan saat defekasi daripada
prolapsus.
v Schouten dan Vroonhoven melaporkan angka keberhasilan 75% pada pasien
dengan hemoroid dan peningkatan tekanan sfingter. Hasil terbaik didapatkan pada
pasien dengan hemoroid derajat I dan II.
v Pengobatan dengan ligasi gelang karet (Ligasi pita neopren). Hemoroid yang besar
atau yang prolaps dapat ditangani dengan ligasi gelang karet menurut Barron.
Dengan bantuan anoskop, mukosa di atas hemoroid yang menonjol dijepit dan
ditarik atau dihisap ke dalam tabung ligator khusus. Gelang karet didorong dari
ligator dan ditempatkan secara rapat di sekeliling mukosa pleksus hemoroidalis
tersebut. Nekrosis karena iskemia terjadi dalam beberapa hari. Mukosa bersama
karet akan lepas sendiri. Fibrosis dan parut akan terjadi pada pangkal hemoroid,
sedangkan ligasi berikutnya dilakukan dalam jarak waktu 2 sampai 4 minggu.
Penyulit utama dari ligasi ini adlaah timbulnya nyeri karena terkenanya garis
mukokutan dan karena infeksi. Perdarahan dapat terjadi pada waktu hemoroid
mengalami nekrosis, biasanya setelah 7-10 hari. Perdarahan sekunder terjadi pada
1% pasien dan perdarahan dapat hebat.
v Dilatasi anus yaitu pengobatan untuk hemoroid yang telah dikenal pada jaman Yunani
kuno, dilakukan pada abad pertengahan, dan baru-baru ini dihidupkan kembali oleh
Peter Lord. Biasanya dilakukan dibawah anestetik umum, namun dapat dilakukan
dibawah infiltrasi lokal atau anestesia kaudal. Pasien muda dengan banyak spasme
anus dan hemoroid yang berkaitan dengan fisura ani tampaknya banyak mendapat
bantuan dari cara ini, kontraindikasi pada orang tua dan orang dengan kanalis analis
yang lemah, terutama yang pencernaanya buruk, dengan risiko inkontinensia feses
permanen.
Hemoroid Derajat III dan IV
v Pengobatan dengan krioterapi pada derajat III dilakukan jika diputuskan tidak perlu
dilakukan hemoroidektomi.
v Pengobatan dengan criyosurgery (bedah beku) dilakukan pada hemoroid yang
menonjol, dibekukan dengan CO2 atau NO2 sehingga mengalami nekrosis dan
akhirnya fibrosis. Tidak dipakai secara luas karena mukosa yang dibekukan
(nekrosis) sukar ditentukan luasnya.
v Hemoroidektomi dilakukan pada pasien yang mengalami hemoroid yang menahun
dan mengalami prolapsus besar (derajat III dan IV).
v Ada 3 prinsip dalam melakukan hemoroidektomi yaitu pengangkatan pleksus dan
mukosa, pengangkatan pleksus tanpa mukosa, dan pengangkatan mukosa tanpa
pleksus.
Teknik pengangkatan dapat dilakukan menurut 2 metode :
v Metode Langen-beck : yaitu dengan cara menjepit radier hemoroid interna,
mengadakan jahitan jelujur klem dengan catgut crhomic No. 00, mengadakan eksisi
di atas klem. Sesudah itu klem dilepas dan jahitan jelujur di bawah klem diikat,
diikuti usaha kontinuitas mukosa. Cara ini banyak dilakukan karena mudah dan tidak
mengandung risiko pembentukan jaringan parut sirkuler yang biasa menimbulkan
stenosis.
v Metode whitehead : yaitu mengupas seluruh v. hemoroidalis dengan membebaskan
mukosa dari sub mukosa dan mengadakan reseksi sirkuler terhadap mukosa daerah
itu, sambil mengusahakan kontinuitas mukosa kembali.
v Metode stapled : yaitu dengan cara mengupas mukosa rektum. Metode ini lebih
unggul dan lebih banyak dipakai karena perdarahannya dan nyeri post operasinya
berkurang dibandingkan dengan metode yang lain.
Dalam melakukan operasi diperlukan narkose yang dalam karena sfingter ani harus
benar-benar lumpuh.
Hemorroidektomi Stappler
Tehnik operasi terbaru untuk hemoroid / wasir. Tindakan operasi ini adalah tindakan
yang amat minimal invasif. Dan dari penelitian yang dilakukan, setelah operasi memakai tehnik
ini rasa nyeri nya amat sangat sedikit serta masa rawat inap nya lebih pendek dibandingkan
tehnik operasi yang konvensional. Meskipun banyak faktor juga yang mempengaruhi tapi secara
garis besar tehnik operasi ini lebih baik dibandingkan tehnik operasi terdahulu dengan catatan
hanya untuk kasus yang betul-betul direkomendasikan untuk memakai tehnik ini. Sisa jaringan
yang di eksisi akan tetap berada seanatomis mungkin, artinya tidak banyak jaringan sehat yang
ikut rusak.
Metode Hemorrhidektomi Stappler
1. Memasukkan anal dilator/obdurator sirkular.
Anal dilator/obdurator sirkular dimasukkan melalui analis kanalis untuk mendorong
hemoroid yang prolapse kembali naik ke atas / ke tempat semula.
2. Mempersiapkan jahitan
Hemoroid internal diposisikan ke tempat semula dan jahitan dipersiapkan di mukosa
rektal atau submukosa kira – kira sekitar 4 – 6 cm dari dentate line.
3. Memasukkan stapler sirkular
Stapler dimasukkan, jahitan kemudian disimpul.
Casing stapler didekatkan kepala stapler dengan memutar tombol adaptor pada pangkal stapler
4. Menutup dan menarik stappler
Proses Stapling ini kemudian menutup dengan semurna, dinding kanalis analis direkatkan.
5. Reposisi Mukosa dan Hemoroid
Akhir dari proses Stapling. Mengembalikan hemoroid internal yang prolapse ke posisi anatomis
semula.
DAFTAR PUSTAKA
1. Brown, John Stuart, Buku Ajar dan Atlas Bedah Minor, alih Bahasa, Devi H, Ronardy,
Melfiawati, Jakarta, Penerit Buku Kedokteran EGC, 1995.
2. Caemron, John L, Terapi Bedah Mutakhir, Ed. 4, Jilid 1, alih Bahasa, Widjaya Kusuma,
Lyndon Saputra, Jakarta, Binarupa Aksara, 1997.
3. Dudley, Hug A.F, Hamilton Bailey, Ilmu Bedah Gawat Darurat, Ed. 11, alih Bahasa, Samik
Wahab, Soedjono Aswin, Yogyakarta, Gajah Mada University press, 1992.
4. Schwartz, Seymour I, Principles of Surgery, 2 vol, Ed. 6, New York, Mc Graw-Hill Publishing
Company, 1994.
5. Way, Lawrence W, Current Surgical Diagnosis and Treatment, Lange Medical Publications,
1981.
6. Sjamsuhidajat, Wim de Jong, Buku Ajar Ilmu Bedah, Ed. Revisi, Jakarta, Penerit Buku
Kedokteran EGC, 1998.
7. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah, Bagian Bedah Staf Pengajar Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia, Jakarta, Binarupa Aksara, 1995.
8. Anonim, Antioksidan, http://www.ivu.org/kvm/documents/antioksidan.htm/
9. Susan Galandiuk, MD, Louisville, KY, A Systematic Review of Stapled Hemorrhoidectomy –
Invited Critique, Jama and Archives, Vol. 137 No. 12, December,
2002, http://archsurg.ama.org/egi/content/extract
10. Glenn S. Parker, MD, FACS, FASCRS, Journal of family practice supplement, A new treatment
option for grades III and IV hemorrhoids, October 2004
11. Gouda m. ellabban, World Journal of Colorectal Surgery, Stapled Hemorrhoidectomy versus Traditional
Hemorrhoidectomy for the Treatment of Hemorrhoids, 2010