Upload
dyah-selvia
View
14
Download
3
Embed Size (px)
DESCRIPTION
ghfyu
Citation preview
Pemeriksaan Diagnostik
1. Tes spesifik Hepatitis A
Tes darah digunakn untuk mengidentifikasi antibodi IgM anti-HAV,
substansi yang diproduksi oleh tubuh untuk melawan infeksi Hepatitis A
2. Tes spesifik Hepatitis B
Banyak macam tes darah yang digunakan untuk mendeteksi virus
Hepatitis B. Tes standard yang digunakan antara lain :
Hepatitis B surface antigen (HbsAg). Hasil positif mengindikasikan
infeksi aktif, bisa akut maupun kronis. HbsAg biasanya akan muncul
pada darah 6-12 minggu setelah infeksi
Antibodi HbsAg (Anti-HBs). Hasil positif mengindikasikan respon imun
terhadap hepatitis B, baik dari infeksi virus sebelumnya atau dari hasil
vaksinasi
Antibody to hepatitis B core antigen (Anti-HBc). Hasil positif
mengindikasikan infeksi terakhir kali atau pernah terjadi infeksi.
Hepatitis B envelope antigen (HBeAg) mengindikasikan bahwa
seseorang dengan infeksi kronis yang menular secara aktif
Antibody to HBeAg (Anti-HBeAg) biasanya mengindikasikan
penyembuhan dari hepatitis kronis
Hepatitis B DNA (HBV DNA) mendeteksi material genetik virus
Hepatitis B. Bisa digunakan untuk mendeteksi infeksi HBV aktif.
Utamanya digunakan untuk memonitor respon terhadap treatment
antiviral pada pasien dengan Hepatitis B kronis.
3. Tes spesifik Hepatitis C
Tes untuk mengidentifikasi virus. Standart dari tes pertama untuk
mendiagnosa hepatitis C adalah enzime immunoassay (EIA), yang
digunakan untuk tes antibodi Hepatitis C. Antibody biasanya bisa
dideteksi oleh EIA pada 4-10 setelah infeksi. Jika sistem imun
melemah (e.g. oleh HIV) tubuh akan butuh waktu lama untuk
memproduksi antibodi Hepatitis C, atau bahkan tidak memproduksi
sama sekali.
Tes untuk mengidentifikasi tipe genetik dan viral load. Hepatitis C virus
RNA assays digunakan untuk mengkonfirmasi diagnosis. Tes ini
menggunakan reaksi rantai polimerase (PCR) untuk mendeteksi RNA
virus. Tes ini digunakan apabila hasil EIA menunjukkan antibodi HCV
positif dan ada keraguan pada diagnosis tapi masih dicurigai bahwa
virus menginfeksi. RNA HCV bisa dideteksi dalam darah pada 2-3
minggu setelah infeksi.may be used to confirm the diagnosis.
Hepatitis C RNA assays juga menunjukkan level virus (viral
load). Level pada HCV tidak digunakan untuk menilai tingkat
keparahan pasien atau kecepatan perkembangan penyakit, tetapi level
virus yang tinggi bisa akan memberi renspon yang jelek terhadap
terapi dengan obat interferon.
Pasien dengan level virus yang bisa dideteksi harus dilakukan
tes genotip HCV. Hal ini untuk mengetahui secara spesifik genotip
virus yang bisa digunakan untuk membantu menentukan terapi yang
digunakan. Ada 6 tipe genetik dari Hepatitis C dan lebih sari 50
subtipe. Mereka tidak berpengaruh pada tingkat perkembangan dari
penyakit ini sendiri, namun bisa berbeda secaara signifikan pada
respon terapi.
Genotip spesifik mempengaruhi prevalensi di seluru dunia.
Genotip 1 merupakan yang paling sulit untuk ditangani dan
menyebabkan hampir 75% pada kasus di U.S. tipe genetik umum
lainnya adalah tipe 2 (15%) dan 3 (7%), yang lebih responsif terhadap
terapi daripada genotip 1. Orang-orang dengan Hepatitis C butuh untuk
dilakukan tes genoip sehingga bisa direkomendasikan terapi yang
efektif.
4. Biopsi liver
Biopsi liver bisa digunakan untuk mendiagnosis dan menentukan jenis
terapi yang akan diberikan. Biopsi hati dilakukan pada pasien dengan
hepatitis akut yang bera diketahui setelah mencapai stase akhir, atau
hepatitis kronis yang parah. Melalui biopsi ini dapat diketahui tingkat
kerusakan pada hati. Biopsi membatu melihat kemungkinan terapi, adanya
kerusakan, dan penglihatan jangka panjang.
Pada pasien dengan hepatitis C, beberapa dokter merekomendasikan
biopsi hanya digunakan pada pasien yang tidak memilihiki genotip 2 atau 3
karena tipe genotip ini diketahui berespon bagus terhadap terapi). Biopsi hati
pada pasien dengan genotip lain akan membantu menentuka resiko
perkembangan penyakit dan membantu tenaga kesehatan menentukan terapi
pasien berdasarkan tingkat keparahan fibrosis hati. Bahkan pada pasien
dengan level enzim hati alanine aminotransferase (ALT) normal, biopsi hati
bisa menunjukkan kerusakan yang signifikan.
5. Tes untuk fungsi liver
Pada orang-orang yang di suspect memiliki atau membawa virus
hepatitis, tenaga kesehatan akan melihat beberapa substansi pada darah :
Bilirubin. Bilirubin merupakan salah satu faktor paling penting untuk
mengindikasikan hepatitis. Bilirubin merupakan pigmen merah-kuning
yang secara normal dimetabolisme oleh hati dan diekskresikan melalui
urin. Pada pasien dengan hepatitis, hati tidak bisa memproses bilirubin,
dan terjadi peningkatan substansi ini pada level darah. (bilirubin
dengan kadar tinggi menyebabkan kulit berwarna kekuningan, disebut
juga jaundice)
Liver Enzymes (Aminotransferases). Enzim yang diketahui sebagai
aminotransferase, antara lain aspartate (AST) dan alanine (ALT), akan
dilepaskan ketika hati mengalami kerusakan. Penghitungan jumlah
enzim-enzim ini, utamanya ALT, merupakan tes yang paling penting
untuk mendeteksi hepatitis dan memonitor keefektifan terapi. Jumlah
enzim berubah-ubah, akan tetapi selalu akurat sebagai indikator
aktivitas penyakit.
Alkaline Phosphatase (ALP). Tingkat ALP yang tinggi dapat
menunjukkan penyumbatan saluran empedu.
Serum Albumin Concentration. Serum albumin mengukur tingkat
protein dalam darah (kadar rendah menunjukkan fungsi hati yang
buruk).
Prothrombin Time (PT). Tes PT mengukur digunakan untuk berapa detik
waktu yang dibutuhkan darah untuk membeku. (semakin lama, semakin
tinggi resiko perdarahan)
Simon, Harvey. 2012. Hepatitis. University of Maryland Medical Center. Baltimore,
Maryland. Available at
http://umm.edu/health/medical/reports/articles/hepatitis#ixzz3SCl7GQCo
World hepatitis alliance Prevention, Diagnosis & Treatment
Titik dyah selvia 125070201111019