28
BAB I PENDAHULUAN Hidropneumotoraks adalah suatu keadaan dimana terdapat udara dan cairan di dalam rongga pleura yang mengakibatkan kolapsnya jaringan paru. Cairan ini bisa juga disertai dengan nanah (empiema) dan hal ini di namakan dengan piopneumotoraks iopneumotoraks diakibatkan oleh infeksi, yang mana infeksinya ini berasal dari mikroorganisme yang membentuk gas atau dari robekan septik jaringan paru atau esofagus ke arah rongga pleura. Kebanyakan adalah dari robekan abses subpleura dan sering membuat fistula bronkopleura. Jenis kuman yang sering terdapat adalah Stafilokokus aureus, Klebsiela, mikobakterium tuberkulosis dan lain-lain. Etiologi piopneumotoraks biasanya berasal dari paru seperti pneumonia, abses paru, adanya fistula bronkopleura, bronkiektasis, tuberkulosis paru, aktinomikosis paru, dan dari luar paru seperti trauma toraks, pembedahan toraks, torakosentesis pada efusi pleura, abses sub phrenik dan abses hati amuba Patofisologi dari empiema itu sendiri yaitu akibat invasi kuman piogenik ke pleura. Hal ini 1

Hid Ro Pneumothorax

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Hid Ro Pneumothorax

BAB I

PENDAHULUAN

Hidropneumotoraks adalah suatu keadaan dimana terdapat udara dan

cairan di dalam rongga pleura yang mengakibatkan kolapsnya jaringan paru.

Cairan ini bisa juga disertai dengan nanah (empiema) dan hal ini di

namakan dengan piopneumotoraks iopneumotoraks diakibatkan oleh infeksi,

yang mana infeksinya ini berasal dari mikroorganisme yang membentuk gas

atau dari robekan septik jaringan paru atau esofagus ke arah rongga pleura.

Kebanyakan adalah dari robekan abses subpleura dan sering membuat fistula

bronkopleura. Jenis kuman yang sering terdapat adalah Stafilokokus aureus,

Klebsiela, mikobakterium tuberkulosis dan lain-lain.

Etiologi piopneumotoraks biasanya berasal dari paru seperti

pneumonia, abses paru, adanya fistula bronkopleura, bronkiektasis,

tuberkulosis paru, aktinomikosis paru, dan dari luar paru seperti trauma toraks,

pembedahan toraks, torakosentesis pada efusi pleura, abses sub phrenik dan

abses hati amuba Patofisologi dari empiema itu sendiri yaitu akibat invasi

kuman piogenik ke pleura. Hal ini menyebabkan timbuk keradangan akut

yang diikuti dengan pembentukan eksudat seros. Dengan bertambahnya sel-sel

PMN, baik yang hidup ataupun yang mati dan peningkatan kadar protein

didalam cairan pleura, maka cairan pleura menjadi keruh dan kental. Endapan

fibrin akan membentuk kantung-kantung yang akhirnya akan melokalisasi nanah

tersebut.

Pencatatan tentang insiden dan prevalensi hidropneumothorak belum

ada dilkakukan, namun insiden dan prevalensi pneumotoraks berkisar antara 2,4 -

17,8 per 100.000 penduduk per tahun. Menurut Barrie dkk, seks ratio laki-

laki dibandingkan dengan perempuan 5:1. Ada pula peneliti yang mendapatkan

8:1

1

Page 2: Hid Ro Pneumothorax

BAB II

LAPORAN KASUS

II.I IDENTITAS PASIEN

Nomer medrec : 20 - 62 -91 Nama : Ny Jariati Umur : 40 tahun Jenis kelamin : Perempuan Pekerjaaan : buruh Pabrik Status : Nikah Alamat : Sekar Putih 01/06 Sekarjoho Prigen Pasuruan Tanggal MRS : 20 okt 2013 jam 11:46

II.II ANAMNESA

Keluhan Utama : sesak nafas sehak 15 hari yang lalu

Riwayat penyakit sekarang : Pasien datang dengan keluhan sesak sejak 15

hari yang lalu, sesak di saat berbaring atau tidur, sebelumnya belum pernah

sakit sesak, tidak ada nyeri dada, kalau di buat jalan ngongsrong, kalau tidur

memakai bantal 1-2 .

batuk (+) sejak 15 hari yang lalu, berdahak warna putih dan kuning, tidak ada

darah, sebelum pernah sakit batuk batuk sejak 1 tahun yang lalu,

demam (+) sejak 15 hari yang lalu di sertai dengan keluar keringat dingin di

malam hari, berat badan semakin turun mual (-), muntah (-), BAB (+), BAK

(+),

2

Page 3: Hid Ro Pneumothorax

II.III RIWAYAT PENYAKIT DAHULU

Pasien pernah minum OAT selama 5 bulan lalu berhenti dengan alasan

tidak ada stok obat di puskesmas

Sebelumnya pasien pernah sakit batuk batuk seperti ini juga

DM (?), HT(?)

II.IV RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA

Ayah dan ibu pasien pernah sakit seperti pasien

II.V RIWAYAT SOSIAL EKONOMI

Pasien dan suami pasien adalah buruh tani

II.VI RIWAYAT GIZI

Setiap hari pasien makan nasi, lauk tahu temped an sayur sayuran

II.VII PEMERIKSAAN FISIK

II.VII.I VITAL SIGN :

Keadaan umum : tampak sakit sedang

Kesadaran : composmentis (GCS 456)

Tensi : 140/100 mmHg

Nadi : 100 x/ menit

RR : 24 x/menit

Suhu : 36,9 oC

3

Page 4: Hid Ro Pneumothorax

II.VII.I STATUS GENERAL

KEPALA : Anemia (-), Ikterus (-), Cyanosis( -), Dyspneu (+)

LEHER : PKGB (-), PJVP (-)

THORAX :

COR

Inspeksi : Ictus Cordis Tidak terlihat

Palpasi : Ictus cordis ICS 5 parasternal dextra

Perkusi : RHM : ICS 5 MCL (D)

LHM : ICS 5 parasternal (S)

Auskultasi : Murmur (-), Gallops (-)

PULMO

Inspeksi : Deviasi Trakea (-)

Palpasi :Fremitus vocal :Asimetris

Fremitus Raba : Asimetris

Perkusi :

Sonor hipersonor

Sonor hipersonor

Sonor Dullness

Auskultasi : vesikuler /Ves menurun

Ronki wheezing

4

Page 5: Hid Ro Pneumothorax

- -

- +

- +

ABDOMEN :

Inspeksi : Flat, Soefl

Auskultasi : BU (+) normal

Palpasi : nyeri tekan (-), H/L tidak teraba massa

Perkusi:

Timpani Timpani

Timpani Timpani

Timpani Timpani

EXTREMITAS

Akral Hangat Oedem

+ +

+ +

II.VIII PEMERIKSAAN PENUNJANG

GDA : 310 mg/dl

Bun : 7,8 mg/dl

5

- -

- -

- -

- -

- -

Page 6: Hid Ro Pneumothorax

Kreatinin : 0.70 mg/dl

Bill D : 0,21 mg/dl

SGOT : 11,2 u/l

SGPT : 8,9 u/l

Alb :3.0 gr/dl

WBC : 7,71 k/ul

NEU : 5.14 , 66,6 %N

LYM : 1,71 , 22, 1%L

RBC : 4.94 m/UL

HGB : 13.6 g/dl

MCV : 84.2 fL

MCH : 27.6 pg

MCHC : 32.8 g/dl

RDW : 12.5 %

PLT : 393 K/uL

MPV : 5.74 fL

6

Page 7: Hid Ro Pneumothorax

II.IX FOTO THORAX

7

Page 8: Hid Ro Pneumothorax

II.X DIAGNOSA

HIDROPNEUMOTHORAX SINISTRA + TB PARU + DM +HT Stage I

II.XI PLANNING DIAGNOSA

DL

GDA

SGOT

SGPT

II.XII PLANNING TERAPI

O2 4-6 lpm

IVFD RL 1 Flash

IVFD Panamin G 1 FL

IVFD KAEN MG3 2 FL

INF Metrinidazole 2x500 mg

Inj Santagesik 2x1 amp

OAT

Diet Nasi TKTP

WSD

RESUME

Ny J . 40 Pasien datang dengan keluhan sesak sejak 15 hari yang lalu, sesak di

saat berbaring atau tidur, sebelumnya belum pernah sakit sesak, tidak ada nyeri

dada, kalau di buat jalan ngongsrong, kalau tidur memakai bantal 1-2 . batuk (+)

sejak 15 hari yang lalu, berdahak warna putih dan kuning, tidak ada darah,

sebelum pernah sakit batuk batuk sejak 1 tahun yang lalu, demam (+) sejak 15

8

Page 9: Hid Ro Pneumothorax

hari yang lalu di sertai dengan keluar keringat dingin di malam hari, berat badan

semakin turun mual (-), muntah (-), BAB (+), BAK (+), HT (?), DM (?)

DAFTAR MASALAH

Hidropneumothoraks Sinistra + TB paru +DM +HT stage I

RENCANA PENATALAKSANAAN

O2 4-6 lpm

IVFD RL 1 Flash

IVFD Panamin G 1 FL

IVFD KAEN MG3 2 FL

INF Metrinidazole 2x500 mg

Inj Santagesik 2x1 amp

OAT

Diet Nasi TKTP

Follow up

29 Oktober 2013

S : pasien masih sesak, batuk2, susah tidur

O : TD 110/80, Nadi : 80 x /menit, RR: 20 x/menit, T: 36,7oC

A : Hidropneumothoraks (S) + TB paru

Pdx : Sputum BTA

Ptx :

O2 4-6 lpm

9

Page 10: Hid Ro Pneumothorax

IVFD RL 1 Flash

IVFD Panamin G 1 FL

IVFD KAEN MG3 2 FL

INF Metrinidazole 2x500 mg

Inj Santagesik 2x1 amp

Diet Nasi TKTP

Codein 2x10 mg

Latihan Tiup tiup

Tanggal 30 oktober 2013

S : sesak berkurang, batuk berkurang, bisa tidur

O : TD 110/80, Nadi : 80 x /menit, RR: 20 x/menit, T: 36,7oC

Hipertensi Stage I sudah teratasi

A : Hidropneumothoraks (S) + TB paru + DM

Pdx : Sputum BTA

Ptx :

O2 4-6 lpm

IVFD RL 1 Flash

IVFD Panamin G 1 FL

IVFD KAEN MG3 2 FL

INF Metrinidazole 2x500 mg

Inj Santagesik 2x1 amp

Diet Nasi TKTP

Codein 2x10 mg

Latihan Tiup tiup

WSD

10

Page 11: Hid Ro Pneumothorax

GDA : 270 mg/dl

Konsul IPD 2 November 2013

A : TB paru dengan komplikasi pneumothoraks sinistra

Pdx : Cek GDA1 / GDA2

Ptx :

O2 2 lpm kanul

Inj ceftriaxone 2x1 gr

Inj metronidazole 2x 500 mg

Inj santagesik 2x1

Codein 10 mg

OAT Lanjut

GDA : 421 mg /dl

Tanggal 6 november 2013

S : sesak berkurang, batuk berkurang, bisa tidur

O : TD 130/90, Nadi : 90 x /menit, RR: 22 x/menit, T: 36,7oC

A : Hidropneumothoraks Sinistra + TB paru + DM

Pdx : foto thorax ulang

Ptx :

O2 Nasal 4 lpm

Inf PZ 14 tetes permenit

Diet TKTP 2100

OAT Lanjut

11

Page 12: Hid Ro Pneumothorax

Codein 3x10 mg

Evaluasi selang WSD

8 November 2013

Tanggal 6 november 2013

S : sesak berkurang, batuk berkurang, bisa tidur

O : TD 130/90, Nadi : 90 x /menit, RR: 22 x/menit, T: 36,7oC

A : Hidropneumothoraks Sinistra + TB paru + DM

Pdx : foto thorax ulang

Ptx

O2 Nasal 4 lpm

Inf PZ 14 tetes permenit

Diet TKTP 2100

OAT Lanjut

Codein 3x10 mg

Inj Antrain 3x1 Ampul

FOTO THORAX SETELAH WSD

12

Page 13: Hid Ro Pneumothorax

13

Page 14: Hid Ro Pneumothorax

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

III.I BATASAN

Hidropneumotoraks adalah suatu keadaan dimana terdapat udara dan cairan

di dalam rongga pleura yang mengakibatkan kolapsnya jaringan paru.

Pneumothoraks adalah Akumulasi udara pada rongga di sertai kolaps paru

III.II PATOFISIOLOGI DAN ETIOLOGI

Pneumotoraks yang timbul disebabkan robeknya pleura viseralis

maupun pleura parie Pneumotoraks spontan terjadi oleh karena pecahnya bleb

atau kista kecil yang diameternya tidak lebih dari 1-2 cm yang berada di bawah

permukaan pleura viseralis, dan sering ditemukan di daerah apeks lobus

superior dan inferior. Terbentuknya bleb ini oleh karena adanya perembesan

udara dari alveoli yang dindingnya ruptur melalui jaringan intersisial ke lapisan

jaringan ikat yang berada di bawah pleura viseralis. Sebab pecahnya dinding

alveolus ini belum diketahui dengan pasti, tetapi diduga ada dua faktor sebagai

penyebabnya.

1) Faktor infeksi atau radang paru.

Infeksi atau radang paru walaupun minimal akan membentuk jaringan parut

pada dinding alveoli yang akan menjadi titik lemah.

2) Tekanan intra alveolar yang tinggi akibat batuk atau mengejan. Mekanisme ini

tidak dapat menerangkan kenapa pneumotoraks spontan sering terjadi pada

waktu penderita sedang istirahat. Dengan pecahnya bleb yang terdapat di

bawah pleura viseralis, maka udara akan masuk ke dalam rongga pleura dan

terbentuklah fistula bronkopleura. Fistula ini dapat terbuka terus, dapat

tertutup, dan dapat berfungsi sebagai ventiltalis sebagai akibat dari trauma

14

Page 15: Hid Ro Pneumothorax

Pneumothorax di bagi menjadi 3:

1. Pneumothoraks spontan:

Primer : bila tidak dijumpai penyakit primer, biasanya pada laki laki muda,

tinggi, kurus, merokok

Sekunder : bila terdapat penyakit primer di paru, seperti PPOK, asma,

sarkoidosis, tuberculosis, fibrosis paru idiopatik, dll

2. Pneumothoraks traumatic

Pneumotoraks yang timbul disebabkan robeknya pleura viseralis maupun

pleura parietalis sebagai akibat dari trauma

3. Pneumothoraks iatrogenic

Pembagian pneumothoraks berdasarkan jenis fistel bronkopleura

1. Pneumothoraks terbuka :

Bila robekan pleura viseralis tetap terbuka sehingga tekanan di dalam rongga

pleura sama dengan tekanan udara di luar

2. Pneumothoraks tertutup

Bila robekan menutup setelah udara yang masuk cukup banyak

3. Penumothoraks ventil / tension pneumothoraks

Bila terjadi mekanisme checks valve di mana rongga udara dapat masuk ke

rongga pleura tetapi tidak bisa keluar lagi, dengan akibat terjadi mediastinum

ke sisi sehat.

Hemopneumothorasks, hidropneumothoraks, piopneumothoraks bila rongga

pleura berisi udara dengan darah, cairan pleura jernih atau nanah

15

Page 16: Hid Ro Pneumothorax

III.III GEJALA KLINIS

Sesak nafas ringan sampai berat

Nyeri dada ringan sampai berat

Gagal nafas dan mungkin disertai sianosis

III.III.I Pemeriksaan Fisik

Pada pneumothoraks ventil sering terjadi kolaps sirkulasi akibat

pergeseran mediastinum

Pada inspeksi didapatkan gerak napas asimetris, sisi sakit tertinggal

Pada perkusi didapatkan suara hipersonor sisi sakit

Pada auskultasi didapatkan suara napas menurun sampai menghilang pada

sisi sakit

III.III.II Foto thoraks

Tampak garis kolaps paru. Pada pneumothoraks parsial dengan lokasi di

anterior atau posterior, batas garis kolaps mungkin tidak terlihat. Bila

diperlukan dapat dilakukan foto thoraks lateral

Mediastinal shift dapat terlihat pada foto thoraks atau fluoroskopi pada

saat inspirasi atau ekspirasi, terutama dapat terjadi pada pneumothoraks

ventil

III.IV DIAGNOSA BANDING

1. Pleuritis dan pericarditis

2. Infark miokard dan emboli paru

3. Bronchitis kronis dan emfisema

4. Hernia diafragmatika

16

Page 17: Hid Ro Pneumothorax

III.V PENATALAKSANAAN

Setelah diagnosis pneumotoraks dapat ditegakkan, langkah selanjutnya

yang terpenting adalah melakukan observasi yang cermat. Oleh karena itu

penderita sebaiknya dirawa di rumah sakit, mengingat sifat fistula

pneumotoraks dapat berubah sewaktu-waktu yaitu dari pneumotoraks terbuka

menjadi tertutup ataupun ventil. Sehingga tidak jarang penderita yang

tampaknya tidak apa-apa tiba-tiba menjadi gawat karena terjadi pneumotoraks

ventil atau perdarahan yang hebat. Kalau kita mempunyai alat pneumotoraks,

dengan mudah kita dapat menentukan jenis pneumotoraks apakah terbuka,

tertutup, atau ventil.

Apabila penderita datang dengan sesak nafas, apalagi kalau sesak

nafas makin lama makin bertambah kita harus segera mengambil tindakan.

Tindakan yang lazim dikerjakan ialah pemasangan WSD (Water Seal

Drainage). Apabila penderita sesak sekali sebelum WSD dapat dipasang, kita

harus segera menusukkan jarum ke dalam rongga pleura. Tindakan sederhana

ini akan dapat menolong dan menyelamatkan jiwa penderita. Bila alat-alat WSD

tidak ada, dapat kita gunakan infus set, dimana jarumnya ditusukkan ke

dalam rongga pleura ditempat yang paling sonor waktu diperkusi. Sedangkan

ujung selang infus yang lainnya dimasukkan ke dalam botol yang berisi air.

Pneumotoraks tertutup yang tidak terlalu luas (Kurang dari 20% paru yang

kolaps) dapat dirawat secara konservatif, tetapi pada umumnya untuk

mempercepat pengembangan paru lebih baik dipasang WSD.

Pneumotoraks terbuka dapat dirawat secara konservatif dengan mengusahakan

penutupan fistula dengan cara memasukkan darah atau glukosa hipertonis

kedalam rongga pleura sebagai pleurodesi. Ada juga para ahli yang

mengobati pneumotoraks terbuka dengan memasang WSD disertai penghisap

terus menerus.

17

Page 18: Hid Ro Pneumothorax

WAKTU PENCABUTAN KAPAN WSD

WSD dicabut apabila paru telah mengembang sempurna. Untuk

mengetahui paru sudah mengembang ialah dengan jalan penderita disuruh batuk-

batuk, apabila diselang WSD tidak tampak lagi fluktuasi permukaan cairan,

kemungkinan besar paru telah mengembang dan juga disesuaikan dengan

hasil pemeriksaan fisik. Untuk mengetahui secara pasti paru telah

mengembang dilakukan Rontgen foto toraks.

Setelah dipastikan bahwa paru telah mengembang sempurna,

sebaiknya WSD jangan langsung dicabut tapi diklem dulu selama 3 hari. Setelah 3

hari klem dibuka. Apabila paru masih tetap mengembang dengan baik baru

selang WSD dicabut. Selang WSD dicabut pada waktu penderita Ekspirasi

maksimal

TEKNIK PEMASANGAN WSD

Tempat pemasangan drain sebaiknya ialah :

a. Linea aksilaris media pada sela iga 6 atau sela iga ke 7.

b. Linea media klavikularis pada sela iga ke dua.

Setelah dilakukan desinfeksi kulit, maka dilakukan anestesi setempat

dengan cara infiltrasi pada daerah kulit sampai pleura. Kemudian dibuat

sayatan kulit sepanjang 2 cm sampai jaringan di bawah kulit. Pleura

parietalis ditembus dengan jarum pungsi yang pakai trokar dan mandrin. Setelah

tertem- bus, mandrin dicabut akan terasa keluar udara. Kemudian mandrin diganti

dengan kateter yang terlebih dahulu telah diberi lobang secukupnya pada

ujungnya. Setelah kateter masuk rongga pleura trokar dicabut dan pangkal

kateter disambung dengan selang yang dihubungkan dengan botol yang berisi

air, di mana ujungnya terbenam ± 2 cm. Kateter diikat dengan benang

yang dijahitkan kepada kulit sambil menutup luka

18

Page 19: Hid Ro Pneumothorax

Terapi tergantung berat rinagn pneumothoraks dan penyakit dasar

1. Pneumothorasks spontan primer stabil

Kolaps paru kecil ( <15 – 20 %) : observasi, suplemen O2 untuk mempercepat

reabsorbsi.

Kolaps luas da nada keluhan : Aspirasi, kateter thoraks

2. Pneumothoraks spontan sekunder

Kateter thoraks

Torakoskopi dengan stapling bleb dan abrasi pleura atau pleurodesis dengan

bahan skleurosing untuk mencegah relaps

3. Pneumothoraks ventil

Dekompresi dengan jarum besar yang dimasukkan ke rongga pleura

midklavikula ruang antar iga 2 depan, dilanjutkan pemasangan kateter thoraks

Setelah pemasangan kateter thoraks 5-7 hari paru masih kolaps atau

bronkopleura fistula menetap, dianjurkan torakoskopi / VATS

4. Analgesik untuk mengobati nyeri

III.VI PENYULIT

Pneumothoraks ventil dapat berakhir fatal bila terjadi kolaps sirkulasi

Gagal napas

Hemopneumothoraks

Empyema

Atelectasis

Pneumothoraks berulang / rekuren

Empisema subkutis atau mediastinum

Edema paru reekspansi

19

Page 20: Hid Ro Pneumothorax

III.VII PROGNOSIS

Baik, apabila segera dilakukan pertolongan dan pengobatan intensif, terutama

yang mengenai penderita muda yang sehat

Tergantung dasar

20

Page 21: Hid Ro Pneumothorax

BAB IV

KESIMPULAN

1. Hidropneumotoraks adalah suatu keadaan dimana terdapat udara dan

cairan di dalam rongga pleura yang mengakibatkan kolapsnya

jaringan paru.

2. Pneumothoraks adalah Akumulasi udara pada rongga di sertai kolaps paru

3. Pneumothorax di bagi menjadi 3:

Pneumothoraks spontan:

Pneumothoraks traumatic

Pneumothoraks iatrogenic

4. Pembagian pneumothoraks berdasarkan jenis fistel bronkopleura Pneumothoraks terbuka :

Pneumothoraks tertutup

Penumothoraks ventil / tension pneumothoraks

5. Gejala Klinis

Sesak nafas ringan sampai berat

Nyeri dada ringan sampai berat

Gagal nafas dan mungkin disertai sianosis

21

Page 22: Hid Ro Pneumothorax

BAB V

DAFTAR PUSTAKA

1. Putau J, dkk. Piopneumotoraks dengan Bronkopleura. Laporan Kasus.

2. http://www. med UNHAS. ac. id.[diakses tanggal 4 Mei 2008]

3. Amirulloh R. Penatalaksanaan Pneumotoraks di dalam Praktek.

http://www.

4. kalbe.co.id. [diakses tanggal 5 Mei 2008]

5. http://www. Turkishrespiratory journal.com[diakses tanggal 4 Mei 2008]

6. Alsagaff H, Mukti A. Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Paru. Airlangga

University

7. Press.edisi 2. Surabaya: 2002.

8. http://intensivecare.hsnet.nsw.gov.au/five/images/pneumothorax_3.jpg

9. [diakses tanggal 5 Mei 2008]

10. http://www.learningradiology.com [diakses 5 Mei 2008]

22