8
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ikterik atau jaundice adalah warna kuning pada sklera mata, membrana mukosa, dan kulit. Ikterus neonatus terjadi akibat peningkatan kadar biliribin yang tinggi di dalam darah. Bilirubin adalah pigmen berwarna kuning yang berasal dari hasil pemecahan eritrosit. Peningkatan kadar bilirubin pada sebagian bayi baru lahir bersifat fisilogis, namun pada sebagian lagi mungkin bersifat patologis. Hiperbilirubinemia terjadi sekitar 60% pada bayi aterm dan 80% bayi prematur di awal kehidupan mereka. Walaupun sebagian besar hiperbilirubinemia terjadi secara fisiologis, hiperbilirubinemia perlu mendapat perhatian khusus jika kadar hiperbilirubin tak terkonjugasi meningkat. Bilirubin tak terkonjugsi dapat menembus sawar darah otak dan bersifat neurotoksik, sehingga dapat mengakibatkan terjadinya autism, acute bilirubin encephalopathy, kern icterus, bahkan dapat menyebabkan kematian. 1 Peningkatan kadar bilirubin dalam darah dapat terjadi akibat peningkatan produksi bilirubin karena masa hidup eritrosit yang lebih pendek, kurangnya uptake bilirubin oleh hati karena fungsinya yang belum sempurna, gangguan konjugasi bilirubin, akibat peningkatan sirkulasi enterohepatik, atau karena gangguan metabolisme. 2

Hip Erbil

Embed Size (px)

DESCRIPTION

hip bil

Citation preview

BAB IPENDAHULUAN1.1 Latar BelakangIkterik atau jaundice adalah warna kuning pada sklera mata, membrana mukosa, dan kulit. Ikterus neonatus terjadi akibat peningkatan kadar biliribin yang tinggi di dalam darah. Bilirubin adalah pigmen berwarna kuning yang berasal dari hasil pemecahan eritrosit.Peningkatan kadar bilirubin pada sebagian bayi baru lahir bersifat fisilogis, namun pada sebagian lagi mungkin bersifat patologis. Hiperbilirubinemia terjadi sekitar 60% pada bayi aterm dan 80% bayi prematur di awal kehidupan mereka. Walaupun sebagian besar hiperbilirubinemia terjadi secara fisiologis, hiperbilirubinemia perlu mendapat perhatian khusus jika kadar hiperbilirubin tak terkonjugasi meningkat. Bilirubin tak terkonjugsi dapat menembus sawar darah otak dan bersifat neurotoksik, sehingga dapat mengakibatkan terjadinya autism, acute bilirubin encephalopathy, kern icterus, bahkan dapat menyebabkan kematian. 1Peningkatan kadar bilirubin dalam darah dapat terjadi akibat peningkatan produksi bilirubin karena masa hidup eritrosit yang lebih pendek, kurangnya uptake bilirubin oleh hati karena fungsinya yang belum sempurna, gangguan konjugasi bilirubin, akibat peningkatan sirkulasi enterohepatik, atau karena gangguan metabolisme.2Oleh karena penyebab peningkatan kadar bilirubin dalam darah bersifat multifaktorial, ketepatan diagnosa mengenai penyebabnya menjadi penting. Ketepatan diagnosa penting agar dapat dilakukan tatalaksana yang sesuai sehingga terjadinya komplikasi yang tidak diinginkan dapat dicegah.BAB II

PEMBAHASAN2.1. Metabolisme Bilirubin

Bilirubin diproduksi dari katabolisme heme di system retikuloendotelial. Bilirubin tak terkonjugasi ini dilepaskan ke sirkulasi. Di sirkulasi darah bilirubin tersebut terikat (kuat namun reversibel) dengan albumin. Ketika kompleks bilirubin mencapai hepar, kompleks tersebut dihantarkan ke hepatosit dan digabungkan secara enzimatik dengan asam glukuronik, membentuk bilirubin mono- and diglucuronides. Reaksi konjugasi ini dikatalisasi oleh uridine diphosphate glucuronosyl transferase (UGT-1A1). Bilirubin mono- dan diglucuronides diekskresikan ke cairan empedu dan usus. Pada neonatus, sebagian besar bilirubin terkonjugasi di usus dihidrolisasi kembali ke bentuk tak terkonjugasi, ssuatu reaksi yang dikatalisasi enzim beta glucuronidase yang terdapat pada mukosa usus. Bilirubin tak terkonjugasi ini kemudian diserap kembali ke dalam darah oleh system sirkulasi enterohepatik, menambah beban bilirubin ke hepar yang sudah terlebih dahulu overstressed. Sirkulasi enterohepatik ini penting dalam timbulnya jaundice neonatal. Sebaliknya, pada orang dewasa, bilirubin konjugasi dengan cepat diubah oleh bakteri kolon menjadi urobilinogens, dan sangat sedikit sirkulasi enterohepatik yang terjadi.Faktor Resiko Hiperbilirubinemia

Faktor resiko terjadinya hiperbilirubinemia berat pada bayi usia kehamilan > 35 minggu adalah sebagai berikut :

Pasien dipulangkan dengan kadar serum bilirubin total terletak pada daerah resiko tinggi sesuai gambar 2.2

Ikterus mucul di awal 24 jam kehidupan

Inkompatibilitas golongan darah dengan direct Coombs test positif atau penyakit hemolitik lainnya (defisiensi G6PD), peningkatan ETCO (End-Tidal Carbon Monoxide) Umur kehamilan 35-36 minggu

Riwayat anak sebelumnya yang di fototerapi

Asi eksklusif, dengan cara perawatan tidak baik dan kehilangan berat badan berlebihan

Ras Asia Timur

Kriteria minor :

Sebelum pulang, kadar serum bilirubin total terletak pada daerah resiko sedang sesuai gambar 2.2

Umur kehamilan 37-38 minggu

Sebelum pulang bayi tampak ikterik

Riwayat anak sebelumnya pernah ikterik

Bayi makrosomia dari ibu dengan diabetes melitus

Umur ibu > 25 tahun

Laki-laki

Faktor yang kurang berperan pada hiperbilirubinemia adalah sebagai berikut :

Kadar serum bilirubin total terletak pada daerah resiko rendah sesuai gambar 2.2

Umur kehamilan > 41 minggu

Bayi mendapat susu formula penuh

Kulit hitam

Bayi dipulangkan setelah 72 jam

Gambar 2.2 Nomogram Penentuan Resiko Hiperbilirubinemia pada Bayi Sehat Usia >36 Minggu dengan Berat Badan >2000 gram atau Usia >35 Minggu dan Berat Badan 2.500 gram Berdasarkan Jam Obserbasi Kadar Bilirubin Serum

Skema Pendekatan Diagnosis Ikterik Pada Bayi

1. Maimburg RD, Bech BH, Vth M, Bjarne. Effect of Neonatal Jaundice and Phototherapy on the Frequency of First-Year Outpatient Visits. Official Journal of The American Academy of Pediatrics. 2010;126;8722. Maisels MJ. Neonatal jaundice. Pediatrics in Review. 2006; 27:443-543. Martin CR, Cloherty JP. Neonatal Hyperbilirubinemia. Dalam: Cloherty JP, Eichenwald EC, Stark AR. Manual of Neonatal Care. Edisi kelima. Lipppincott Williams&Wilkins 2004. h. 181-2